1 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas XB SMA Negeri 1 Pasangkayu Hasriani.S1 Jamaludin2 Imran 3 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah apakah Penggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Pasangkayu? Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMA Negeri 1 Pasangkayu. Subjek Penelitian siswa kelas XB SMA Negeri 1 Pasangkayu yang berjumlah 30 orang terdiri dari 9 Laki-laki dan 21 Perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif, adapun data kuantitatif yaitu dilihat dari hasi tes siswa, sedangkan yang dimaksud dengan data kualitatif dilihat dari hasil observasi guru dan siswa serta hasil wawancara. Hasil penelitian bahwa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas XB SMA Negeri 1 Pasangkayu tahun ajaran 2013/2014 semester 1. dimana Dimana pada siklus I setelah menggunakan model kooperatif tipe jigsaw siswa mempunyai sedikit peningkatan karna siswa mendapat skor tertinggi 85 dengan 4 orang siswa, skor terendah 65 dengan 4 orang siswa, skor rata-rata 70,16, banyaknya siswa yang tuntas pada tindakan siklus I yaitu 21 orang. Tapi pada siklus I belum mencapai ketuntasan yang ditentukan oleh sekolah yaitu 74. untuk itu dilanjutkan pada tindakan siklus ke II, jika dilihat dari tes awal sampai tes siklus I masih rendah, akan tetapi pada siklus ke II ada peningkatan karna skor ratarata yang diperoleh 82,16 , skor terendah 70 dengan jumlah siswa 2 orang, skor tertinggi 95 dengan jumlah siswa 2 orang, dan banyaknya siswa yang tuntas 28 orang siswa dari jumlah 30 orang siswa. Kata Kunci : Hasil Belajar, Jigsaw, dan Hakikat Pembelajaran PKn 1 Stambuk A321 09 006 mahasiswaProgram Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. 2 Pembimbing I 3 Pembimbing II 2 1. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan meningkatkan hasil belajar siswa. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha guru dalam memberikan pengajaran yang lebih baik bagi semua anak didiknya. Seorang guru seharusnya memiliki keterampilan agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan agar hasil belajar siswa meningkat. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Salah satu komponen penting yang berkaitan dengan proses pembelajaran, guru dituntut kreatif dalam memilih metode-metode pembelajaran yang ada saat ini. Berkaitan dengan tujuan tersebut di atas, usaha yang dilakukan guru adalah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan materi atau indikator yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Karna kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari indikator keberhasilan tindakan pembelajaran adalah 74% Jadi metode pembelajaran merupakan cara dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan dari materi yang diajarkan dapat sampai kesiswa sesuai dengan harapan. Selain itu keberhasilan belajar siswa sangat tergantung pada siswa itu sendiri, karna dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah kesiapan belajar, penguasaan materi, minat dan sarana belajar. Hal ini sangat diperlukan agar hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu model yang menetapkan pada aspek pembentukan pola piker siswa untuk belajar dengan memberikan kesempatan yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, keterampilanketerampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat serta 3 mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.proses pembelajaran dengan model kooperatif mampu merangsang dan mengunggah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa. Berdasarkan hasil observasi guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus satu memperoleh skor 35 pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua 36, dari 15 kriteria penilaian aktivitas guru, jumlah skor maksimal adalah 60 karna berdasarkan interval. Dengan demikian hasil pengolahan data diperoleh persentase nilai rata-rata pada pertemuan I 58 % dan pertemuan II 60 %. Melihat kriteria taraf keberhasilan tindakan pada siklus I, maka aktivitas guru berada dalam kategori baik. Kemudian pada tahap kelompok ahli aktivitas guru baik dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Aktivitas guru lainnya dikatakan baik yaitu ketika guru selalu memberi penghargaan terhadap aktivitas siswa. Sementara hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama diperoleh skor 33 dan pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh 38 dari 14 kriteria penilaian aktivitas siswa jumlah skor maksimalnnya 60. Dengan demikian hasil pengolahan data diperoleh ppersentase nilai rata-rata pada pertemuan I 55% dan pertemuan II 63%. Melihat kriteria taraf keberhasilan tindakan pada siklus I, maka aktifitas siswa dikategorikan baik. Jika dibandingkan dengan hasil observasi guru dan siswa pada siklus ke II menunjukkan bahwa pada pertemuan pertama hasil observasi guru pada pertemuan pertama secara umum aspek yang diamati aktifitas guru pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilihat pada siklus ke II pertemuan pertama mencapai jumlah skor 49 dan pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh 53 dari jumlah skor maksimal adalah 60. Hasil pengolahan data diperoleh persentase nilai rata-rata pada pertemuan pertama mencapai 81,66%, selanjutnya pertemuan kedua mencapai 88,33%. dengan demikian, aktivitas guru pada sikluus I sampai siklus ke II terjadi peningkatan yang sangat signifikan, apabila melihat kriteria taraf keberhasilan 4 tindakan pada siklus II maka aktivitas guru beradapada kategori sangat baik dan guru menangani siswa dengan serius. Adapun hasil observasi siswa pada siklus II menunjukkan bahwa pada pertemuan pertama memperoleh hasil skor 45 selanjutnyaa pada pertemuan kedua diperoleh skor 55 dari jumlah skor maksimal 60. Dari hasil pengolahan data, maka diperoleh nilai rata-rata pada pertemuan pertama mencapai 75% dan pertemuan kedua 91,66%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktifitas siswa yang sangat signifikan. Sehingga kriteria taraf keberhasilan tindakan pada siklus kedua ini, berada dalam kategori sangat baik. A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Ahmad Rohani dan Abu Ahmad (1991:11)4 mengemukakan bahwa: belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas fisik maupun aktivitas fisikis. Aktifitas fisik iyalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya fasip. Peserta didik yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.Melihat pendapat-pendapat di atas, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan atau pengalaman yang berulang-ulang. 4 Ahmad Rohani dan Abu Ahmad (1991:11) Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. Rieneka Cipta 5 B. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran koperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam penyelesaian tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran koperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Arends (1997:67)5 pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah “ suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri beberapa anngota dalam suatu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”. Selanjutnya dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran koperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Menurut slavin (1994:104)6 rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut: 1)Membaca : siswa memperoleh topiktopik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi ; 2) diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk untuk mendiskusikan topik tersebut; 3) diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya; 4) kuis : siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik; dan 5) penghargaan kelompok. Penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. 5 Arends 1997. Classroom Instruction and Manajemen New York: McGraw Hiil Companies 6 Slavin 1994 Education Psychology, Theory and Practice. Neeadham Heighst: Allyn dan Bacon. 6 Menurut dalam buku Maxinus Jaeng (2009:13)7 fase-fase pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: Fase Fase-1 Menyampaikan tujuan dan motivasi Fase-2 Menyajikan informasi Fase-3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase-5 Evaluasi Fase-6 Memberikan penghargaan Tingkah laku guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan membentu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok Adapun unsure-unsur dalam pembelajaran koperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut : Lie, (dalam syamsiah 2011:7)8 a)Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama; b) para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain bertanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi; c) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama; d) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok ; e) para siswa diberikan satu evaluasi kelompok; f) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar; g) setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual yang ditangani dalam kelompok koperatif. 7 Maxinux Jaeng. (2009). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Palu : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. 8 Syamsiah (2011). Jigsaw: A Cooperative Learning Method for the Reading Class, Universitas Tadulako 7 II. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Oleh karena itu, untuk memenuhi pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas (PTK), yakni penelitian, tindakan, dan kelas. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XB SMA Negeri 1 Pasangkayu yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang siswa yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan, metode pengumpulan data pada penelitian ini, meliputi beberapa cara yaitu, observasi menggunakan lembar observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas guru, aktivitas siswa, efektifitas individu dan kinerja kelompok, serta hasil belajar siswa. Analisa data terbagi menjadi dua kelompok yaitu analisa data kuantitatif dan data kualitatif. Waktu penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan atau refleksi awal dan tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan dua siklus di tiap-tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini terdapat 10 ruangan populasi yang menjadi objek penelitian, namun hanya ada satu ruangan yang diambil sebagai sampel penelitian yaitu kelas XB di SMA Negeri 1 Pasangkayu yang berjumlah 30 orang siswa. Sedangkan jenis dan sumber penelitian ini adalah Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari kuantitatif atau tugas yang diberikan kepada siswa selama pembelajaran berlangsung, sedangkan sumber data yang diperoleh adalah hasil observasi dan hasil wawancara. 8 III. HASIL Hasil penelitian pra tindakan pada tabel 4.1 yaitu diketahui bahwa hasil tes awal yang diperoleh dengan skor tertinggi 75, skor terendah 35 dan skor rata-rata yang diperoleh 56,6 yang terdiri dari 30 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas yakni 7 orang dengan persentase ketuntasan klasikal 23,33 % dan daya serap klasikal 56,6 %. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami konsep masalah-masalah sosial masih sangat rendah. Dari 30 siswa yang mengikuti tes, hanya 7 orang siswa yang tuntas belajar atau mencapai minimal daya serap 75 % yang ditetapkan sekolah. Hasil analisis tes yang diperoleh pada awal pratindakan pada pembelajaran Pkn ada pada lampiran 7 dan hasil yang diperoleh dari jumlah skor perolehan tes. Tes awal pratindakan ini dilakukan karna dijadikan sebagai pembanding sebelum dan sesudah menggunakan metode jigsaw, artinya kita akan mengetahui aktivitas siswa, kemampuan siswa sebelum menggunakan model pembelajaran jigsaw. Sedangkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus yaitu Observasi merupakan satu pengmatanyang dilkukan secara langsung kelokasi penelitian untuk mengamati ppelaksanaan setiap tindakan yng dilakukan oleh guru PKn dan siswa dalam kaitannya dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berikut paparan hasil penelitian dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru pada tabel tabel 4.3 dalam menerapkan model kooperatif tipe jigsaw pada pertemuan pertma jumlah skor 35 dan pada pertemuan kedua jumlah skor 36 dari 15 kriteria penilaian aktivitas guru, jumlah skor maksimal adalah 60 karena berdasarkan interval kriteria taraf keberhasilan maksimal yaitu aktivitas guru dikategorikan sangat baik ketika berada pada persentasi: 76 % < NR ≤ 100%, kriteria baik ketika berada pada persentasi 51% < NR ≤ 75%, cukup 26% < NR ≤ 50%, kurang 0% < NR ≤ 25%. Jadi interval (jumlah skor maksimal) yang tepat digunakan untuk mengetahui aktivitas guru adalah 60%, ketika akan melihat persentase dari lembar observasi guru dengan menggunakan rumus PNR (Persentasi Nilai Rat-rata). 9 Demikian hasil pengolahan data diperoleh persentase nilai rata-rata (PNR) pada pertemuan I 58 % dan pertemuan II 60 %. Melihat kriteria taraf keberhasilan tindakan pda siklus I, maka aktivitas guru berada dalam kategori baik. Kemudian pada tahap kelompok ahli aktivitas guru baik dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Aktivitas guru lainnya dikatakan baik yaitu ketika guru selalu memberi penghargaan terhadap aktivitas siswa. Sedangkan hasil observasi siswa diperoleh pada siklus 1 yaitu dapat dilihat hasil yang diperoleh bahwa pada pertemuan pertama jumlah skor 33 dan pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh 40 dari 14 kriteria penilaian aktivitas siswa, jumlah skor maksimal 60. Karena berdasarkan interval kriteria taraf keberhasilan maksimal yaitu aktifitas siswa dikategorikan sangat baik ketika berada pada persentase : 76% < NR < 100%, kriteria baik ketika berada pada persentase 51% < NR < 75 %, cukup 26% < NR < 50%, kurang 0% < NR < 25%. Jadi interval (jumlah skor maksimal) yang tepat digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa adalah 60. Ketika akan melihat persentase dari lembar observasi siswa dengan menggunakan rumus PNR (persentase nilai rata-rata). Berdasarkan hal tersebut hasil pengolahan dta diperoleh persentase pada pertemuan pertama 55% danpertemuan kedua 63%. Jika melihat kriteria keberhasilan tindakan pada siklus I maka aktivitas siswa dalam kategori baik. Hasil tes siklus 1 diperoleh nilai yaitu pada siklus I yakni dengan skor tertinggi 85, skor terendah 65 dan skor rata-rata yang diperoleh 70,16 % yang terdiri dari 30 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar yakni 21 siswa dengan persentase ketuntasan belajar 70 % dan daya serap klasikal 70,16 %. Berdasarkan hasil analisis data tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinyatakan tidak tuntas karena belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 74 %. Sejalan dengan jenis penelitian tindakann kelas yang peneliti laksanakan di SMA Negeri 1 Pasangkayu, adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu observasi, wawancara, dan tes. Setelah peneliti mengisi lembar observasi, selesai proses pembelajaran dengan menerapkan model jigsaw penelitipun mewawancarai guru mata pelajaran PKn 10 (Bapak Basri, S.Pd) sebagai pelaksana tindakan guru mengetahui pandangan dan pendapat beliau tentang penerapan mode kooperatif tipe jigsaw. Pendapat Bapak Basri, S.Pd (30 September 2013) mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat menarik, karena model jigsaw ini berbeda dengan model pemecahan masalah lainnya yang digunakan dalam proses diskusi. Jigsaw membagi kelompok diskusi menjadi dua yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Sangat menarik karena terbilang baru untuk diterapkan khsusnya di kelas XB. Meskipun hasilnya belum dapat dilihat krena merupakan model pembelajaran yang baru diterapkan dalam proses pembelajaran ini. Selanjutnya beliau pun mengatakan bahwa memang tampak ada perbedaan sebelum dan setelah menerapkan model kooperatif tipe jigsaw pada proses pembelajaran khususnya mata pelajaran PKn. “sebelumnya siswa pasif dalam proses diskusi, siswa hanya mengikuti alur. Apa yang mereka dengar dari dari guru itu yang meraka tulis dan terkadang mereka hanya belajar menyalin apa yang ada dibuku tanpa ada pendapat atau ide yang berasal dari pemikiran mereka masing-masing”, demikian kata beliau. Hasil penelitian siklus ke II diperoleh data observasi aktivitas guru dan siswa yaitu Hasil observasi aktivitas guru pada tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa pada pertemuan pertama terlihat secara umum aspek yang diamati aktivitas guru dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pertemuan pertama siklus II jumlah skor 49 dan pertemuan kedua jumlah skor 53 dari jumlah skor maksimal adalah 60. Hasil pengolahan data diperoleh persentase nilai rata-rata (PNR) pada pertemuan pertama mencapai 81,66%, selanjutnya pertemuan kedua 88,33%. Dengan demikian, aktifitas guru pada siklus I sampai siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan, apabila melihat kriteria taraf keberhasilan tindakan pada siklus II maka aktifitas guru berada pada kategori sangat baik dan guru menangani siswa dengan serius. Hasil observasi siswa yaitu di atas dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah meningkatkan aktivitas siswa dalam berdiskusi siswa. Hal 11 tersebut diperjelas pada hasil penelitian bahwa pertemuan pertama siklus II jumlah skor terlihat bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada peremuan pertama siklus II jumlah skor 45 selanjutnya pertemuan kedua diperoleh skor 55 dari jumlah skor maksimal 60. Dari hasil pengolahan data, maka diperoleh nilai rata-rata (PNR) pada pertemuan pertama mencapai 75% dan pertemuan kedua 91,66%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa yang sangat signifikan. Sehingga kriteria taraf keberhasilan tindakan pada siklus kedua ini, aktifitas berada dalam kategori sangat baik. pada siklus II ini siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan diskusi. Tidak ada lagi siswa yang acuh terhadap tugas / LKS yang diberikan sehingga mereka dapat mengumpulkan LKS dengan tepat waktu. Mereka semua mampu bekerja bersama dan saling membelajarkan antarsesama dalam kelompok, merekapun terlihat sangat kompak. Dari hasil observasi tersebut sudah dapat dikategorikan bahwa keaktifan diskusi siswa sudah meningkat dan semakin baik. Hasil wawancara pada siklus ke II sebagaimana proses pembelajaran pada siklus I, pada awal pembelajaran siswa terlihat mengikuti pelajaran dengan baik, pengetahuan awal yang disampaikan oleh guru membuat siswa hanyut dalam proses pembelajaran. Namun permasalahan muncul ketika guru hendak menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran siswa terlihat tidak memperhatikan apa yang disapaikan oleh guru, namun pada siklus II saat guru membuka pelajaran secara keseluruhan siswa Nampak antusias mengikuti pelajaran. Permasalahan yang muncul pada siklus I Nampak berkurang pada siklus II. Lebih jelas dan berdasarkan fakta hasil penelitian kondisi proses pembelajaran dan keaktifan siswa dapat diuraikan sebagai berikut a). siswa sudah dapat menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan, b). siswa sudah mampu menyelesaikan konsepkonsep yang dibahas secara utuh, c). pada kegiatan kelompok ahli dan kelompok asal terlihat siswa mampu untuk berdiskusi secara bersama-sama untuk menyelesaikan LKS dan siswapun berani untuk mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan dan memberikan kritikan kepada kelompok lain, d). pada kegiatan presentasi siswa terlihat berani tanpil tanpa ada rasa ragu dan malu. 12 Hasil analisis tes tindakan siklus II diperoleh data yaitu diketahui bahwa hasil tes yang diperoleh pada siklus II yakni dengan skor tertinggi 95, skor terendah 70 dan skor rata-rata yang diperoleh 82,16 yang terdiri dari 30 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar yakni 28 siswa dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 93,33 % dan daya serap klasikal 82,16 %. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan dengan model pembelajaran Kooperatif Ttipe Jigsaw dinyatakan tuntas dan mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 74 %. IV. PEMBAHASAN Mencermati hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Negeri 1 Pasangkayu di atas pada dasarnya bahwa penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kualitas proses belajar mengajar dan kualitas belajar siswa dengan menerapkan dan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk pengajaran pokok memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia. Kualitas proses belajar mengajar dalam penelitian ini akan tergambar dari; 1) kemampuan guru mengelola ketuntasan belajar mengajar, 2) aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar berlagsung, 3) keterampilan kooperatif siswa, dan 4) respon siswa dan kesan guru terhadap peragkat dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan. Sedangkan kualitas hasil belajar akan tergambar dari ketuntasan individual, dan ketuntasan klasikal siswa dengan berpedoman pada standar ketuntasan yang ditetapkan. Hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw yang dilaksanakan sebanyak dua siklus dan setiap siklusnya dilakukan sebanyak dua kali tatap muka tersebut menunjukan bahwa di dalam pembelajaran PKn terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ini, hal itu dapat dilihat melalui hasil evaluasi perolehan nilai setiap tes tindakan baik dari hasil tes tindakan awal siswa sampai pada nilai hasil tes tindakan akhir pada siklus I dan siklus II sebagaimana diuraikan pada bagian hasil diatas. Terlihat pada hasil tes awal siswa menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dengan skor tertinggi 75, dengan jumlah 13 siswa 3 orang, skor terendah 35 dengan jumlah siswa 1 orang dan skor rata-rata yang diperoleh 56,6 yang terdiri dari 30 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas yakni 7 orang dengan persentase ketuntasan klasikal 23,33% dandaya serap klasikal 56,6 %. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi masih sangat rendah. Dari 30 siswa yang mengikuti tes, hanya 7 orang siswa yang tuntas belajar atau mencapai minimal daya serap 75% yang ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan hasil tes penilaian pada siklus I diketahui bahwa skor yang diperoleh pada siklus I yakni dengan skor tertinggi 85 dengan jumlah siswa 4 orang, skor terendah 65 dengan jumlah siswa 4 orang, dan skor rata-rata yang diperoleh 70,16 % yang terdiri dari 30 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar yakni 21 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 70% dan daya serap klasikal 70,16 %. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinyatakan tidak tuntas karna belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 74%. Ketika dibandingkan antara siklus I dan II tes hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan karna siswa yang memperoleh skor tertinggi 95 terdapat 2 orang siswa sementara pada siklus I hanya terdapat 2 orang siswa dengan perolehan skor 85. Pada siklus kedua ini terdapat skor terendah 70 dan skor rata-rata yang diperoleh 82,16 yang terdiri dari 30 jumlah siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar yakni 28 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 93,33% dan daya serap klasikal 82,16%. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinyatakan tuntas dan mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 74% pada siklus kedua ini. 14 V. KESIMPULAN DAN SARAN a) Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada bab IV di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu bahwa hasil penelitian tentang upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMA Negeri 1 Pasangkayu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan proses yang diterapkan oleh peneliti telah tuntas dikuasai oleh siswa, baik secara individual maupun secara klasikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator kinerja telah tercapai pada siklus II yakni dengan skor tertinggi 95, skor terendah 70 dan skor rata-rata yang diperoleh 82,16 yang terdiri dari 30 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar yakni 28 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 93,33 % dan daya serap klasikal 82,16 %. b) Saran Diharapkan kepada guru mata pelajaran PKn di SMA Negeri 1 Pasangkayu kiranya agar metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilakukan secara kontinyu karena penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. untuk lebih mengefektifkan upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, kiranya kepala sekolah perlu mencari informasi lebih dalam tentang metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang baik dan benar. 15 VI. DAFTAR RUJUKAN Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. (1991). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta, Rieneka Cipta Arends. (1997). Classroom Instruction and Managemen. New York: McGraw Hiil Companies Slavin. 1994. Education Psychology, Theory and Praktice. Neeadham Heingst: Allyn dan Bacon Maxinus Jaeng.(2009) Belajar dan Pembelajaran Matematika. Palu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Syamsiah 2011. Jigsaw: A Cooperatif Learning Method for the Reading Class, Universitas Tadulako .