1 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN PENJUALAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL I Wayan Krisna Wardana1, Gede Sri Darma2 ABSTRACT The purpose of this study were 1) to identify the limiting factors in an effort to increase sales of textile, 2) To identify the driving factors in an effort to boost sales of textiles, 3) To formulate company strategy appropriate to the external environment and internal facing CV. Rajawali Textile to increase sales of textiles. The design of this study is a qualitative approach. The results showed 1) the factors driving the increase in sales of CV. Textile eagle can be decomposed into two driving factors are derived from factors internal and external impetus came from. Factor derived from the internal question is the strength (strength) owned by CV. Rajawali Textile which brand or brands, corporate culture, human resources or human capital, diversity of products. While external factors are the opportunities (opportunities) which is beyond the CV. Rajawali Textile namely: government regulations and policies, and behavior. 2) Factors inhibiting the increase in sales can also be derived from both internal and external. The internal factors are the weaknesses (weaknesses), which is owned by CV. Rajawali Textile namely: capital costs and administration, promotion, facilities and infrastructure. While external factors are factors threats (threats) from outside P CV. Textile eagle that competition textile company, 3) further matrix used in this study to analyze strategies for increasing sales is the SWOT matrix. There are four strategies that can be taken by the CV. Rajawali Textile based on this matrix, the SO (strength- opportunities), ST strategy (strength-threats), WO strategy (weaknessesopportunities) and WT strategy (weaknesses- threats). Keywords: marketing strategy, sales PENDAHULUAN Pada periode 1995-2002, perkembangan kinerja industri tekstil menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik. Industri ini menyumbang sekitar 35 persen terhadap ekspor total manufaktur dan penciptaan lapangan kerja terbesar di sektor manufaktur (Karseno & Adjie, 2013). Berdasarkan penelitian Karseno & Adjie (2013), industri tekstil pada periode ini diuntungkan oleh beberapa perangkat kebijakan. Pertama, sistem pengembalian tarif (duty drawback system) menurunkan bias anti-ekspor karena eksportir domestik menghadapi harga input yang sama dengan harga-harga pesaing dari negara lain. Kedua, sistem joint venture menghasilkan keterampilan teknis, manajerial dan pemasaran yang diperlukan untuk memproduksi tekstil yang dapat diekspor. Data menunjukkan bahwa industri tekstile yang diekspor ke luar (pasar ekspor) kebanykan dalam bentuk finisihing fabrics (setengah jadi). Hal ini menyebabkan kurangnya daya saing industri tekstil dalam negeri. Upaya yang bias ditempuh oleh industri tekstil dalam negeri adalah agar mampu meningkatkan kekuatan industri dalam negeri. Dengan kuatnya kekuatan industri tekstil akan mampu memperkuat hubungan antara tekstil jadi dan industri pakaian jadi. Dengan mengekspor pakaian jadi akan mampu menambah nilai ekspor, khususnya ekspor tekstile. Kurang kondusifnya iklim usaha industri tekstil di dalam negeri ini diperkirakan menjadi penyebab lemahnya kondisi industri tekstil, sehingga ketika perekonomian Indonesia mengalami krisis moneter sejak tahun 1997, minimal sudah 121 perusahaan tekstil yang @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 2 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 bangkrut, dan sisanya banyak yang kondisinya bagaikan "hidup segan mati pun tak mau" (Harsiwi & Sulistyanto, 2012). Industri tekstil dan pakaian jadi di Bali juga mengalami kecenderungan yang sama. Pasca krisis, telah terjadi penurunan jumlah perusahaan dalam porsi yang cukup signifikan. Dari 57 perusahaan skala besar dan sedang yang beroperasi pada tahun 2007, pada 2012 tersisa 39 perusahaan yang masih beroperasi, atau turun mencapai 31,58 persen (Bali Dalam Angka, 2013). Industri ini diperkirakan akan semakin mendapat tantangan dengan kebijakan kenaikan harga BBM. Industri tekstil dan pakaian jadi merupakan salah satu industri yang mempunyai peran penting dalam mendukung perindustrian pariwisata di Bali. Pasang surut industri ini di tingkat nasional juga berdampak di tingkat daerah. Salah satu penyebab yang krusial adalah kondisi mesin-mesin yang sudah tua. Selain itu, industri ini juga menghadapi persaingan dengan banyaknya produk tekstil dan pakaian jadi impor yang masuk di pasaran Indonesia. Kondisi ini dimungkinkan berdampak langsung terhadap struktur dan kinerja industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi Bali. Berdasarkan fenomena ini, maka penelitian ini akan menganalisis strategi pemasaran dalam meningkatkan penjualan pada perusahaan tekstil CV. Rajawali Textile. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat peningkatan penjualan tekstil? 2) Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendorong peningkatan penjualan tekstil? 3) Strategi perusahaan apakah yang cocok diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal dan internal yang dihadapi oleh CV. Rajawali Textile untuk meningkatkan penjualan tekstil? 1. Strategi Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture (David, 2014:15). Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Swastha dan Handoko, 2012: 19). Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut (Glueck dan Jauch, 2009:9): a. Pengertian Umum Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. b. Pengertian khusus Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terusmenerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan. 2. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing mix) Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan merupakan alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 3 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Peran fungsi pemasaran adalah mencapai sasaran perusahaan dengan menghasilkan penjualan produk / jasa yang menguntungkan di pasar sasaran. Satrategi fungsional pemasaran harus menjadi pedoman para pengambil keputusan (manajer pemasaran) dalam menentukan siapa akan menjual apa, dimana, kepada siapa, berapa banyak, dan bagaimana caranya (Kotler,2009:68). Strategi ini biasanya meliputi empat komponen : produk, harga, tempat (distribusi) dan promosi. Bauran pemasaran pada produk barang yang dikenal selama ini, berbeda dengan bauran pemasaran untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan kerakteristik jasa dan barang. Bauran pemasaran produk barang mencakup 4P : product price, place dan promotion. Beberapa buku terbaru menambahkan bauran pemasaran menjadi 6 : product, price, promotion, market entry dan pengelolaan pelanggan. Market entry lebih kepada sasaran market atau segmen yang dituju, apakah untuk semua orang, siapa saja, kapan saja dan dimana saja bisa menjadi target pasar, (undifferenciated market) atau termasuk segmen terpilih (differeciated market) (hand out kuliah Pak Augusty). Sedangkan untuk bidang jasa, keempat hal tersebut (4P : product, price, promotion, place) masih dirasa kurang mencukupi (Kotler,2009:72). Para pakar pemasaran menambahkan tiga unsur lagi : people, process, dan customer service (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006). Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa dimana tahapan operasi hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan serta mengikutsertakan konsumen serta pemberi jasa secara langsung, dengan kata lain terjadi interaksi langsung antara keduanya (meski tidak untuk semua jenis jasa). 3. Pengertian Penjualan Menurut Marwan (2006:104), menyatakan bahwa salah satu indikator berhasil tidaknya suatu aktifitas pemasaran dari suatu produk dapat dilihat dari besar kecilnya volume penjualan yang dicapai perusahaan yang bersangkutan dalam suatu periode berikutnya. Umumnya bila volume penjualan yang diperoleh rendah maka keuntungannya akan rendah pula. Hal ini menunjukkan pada kita bahwa setiap perusahaan dituntut untuk bisa meningkatkan volume penjualannya seoptimal mungkin dalam rangka mencari keuntungan yang setinggi-tingginya. Keuntungan yang tinggi inilah yang selalu didambakan oleh setiap perusahaan. Untuk dapat menghitung besar kecilnya peningkatan volume penjualan maka peneliti menggunakan alat bantu laporan keuangan agar mempermudah pengukuran terhadap peningkatan volume penjualannya. Laporan keuangan adalah hasil proses pencatatan akuntansi keuangan. Laporan keuangan itu berisi informasi tentang prestasi perusahaan di bidang keuangan pada masa lampau (Glueck dan Jauch, 2006:63). Laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan perhitungan rugi-laba. Namun dalam praktek sering diikut sertakan beberapa laporan lain untuk memperjelas, misalnya laporan perubahan modal atau laporan laba yang ditahan, laporan perubahan modal kerja, perhitungan harga pokok, dan lain-lain. Neraca memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Perhitungan rugi–laba menunjukkan hasil aktivitas perusahaan selama satu periode (Marwan, 2006:107). Seperti yang dikemukakan oleh Baridwan (2009) dalam bukunya Intermediate Accounting menyebutkan bahwa pengertian laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengukuran volume penjualan didapatkan dari akumulasi penjualan harian berbanding dengan target yang telah ditetapkan. Penetapan target indikator penjualan dilakukan per tahun, dengan mendefinisikan target-target yang @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 4 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 lebih detail tiap bulannya. Target-target bulanan diakumulasikan untuk mendapatkan target tahunan. Satuan yang dipergunakan pada indikator ini adalah kilogram (kg). PEMBAHASAN Faktor-faktor Pendorong Peningkatan Penjualan CV. Rajawali Textile 1. Faktor internal yaitu kekuatan (strength) yang dimiliki oleh CV. Rajawali Textile antara lain dapat diuraikan sebagai berikut : Merek/brand Merek merupakan salah satu aset strategik yang paling berharga dan telah menjadi elemen penting yang berkontribusi terhadap kesuksesan setiap organisasi atau perusahaan bisnis manapun nirlaba, manufaktur maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. Merek (brand) juga merupakan perekat yang mengikatkan berbagai fungsi pemasaran dalam organisasi. Tjiptono (2011:347) yang merumuskan merk sebagai nama, istilah, tanda, symbol atau desain, atau kombinasi diantaranya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa para pesaingnya. Tjiptono (2011:347) merek adalah “tanda yang berupa gambar, nama kata, hurufhuruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Merek (brand) CV. Rajawali Textile sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat sebagai perusahaan yang menyediakan berbagai jenis textile. Di dalam benak masyarakat CV. Rajawali Textile sudah bukan nama yang asing. Fakta ini selaras dengan pendapat salah seorang konsumen ibu Diah pemilik Kenyo Ayumi garment And Accesories yang menyatakan: “Apabila saya membutuhkan kain terlintas dalam pikiran saya adalah Rajawali yang menyediakan berbagai macam kain dengan pilihan warna yang banyak. Dan saya sudah lama berlangganan dengan Rajawali”. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa merk menjadi suatu kekayaan yang berharag bagi sutau perusahaan yang akan membawa perusahaan ke puncak kesuksesannya. Menurut Tjiptono (2011:349) banyak manfaat yang bisa didapatkan ketika brand image atau merek berhasil menguasai pasar antara lain adalah : 1. Memberikan daya tarik tersendiri bagi para konsumen. Tak bisa dipungkiri bila produk branded (bermerek) selalu mendapatkan ruang khusus dihati para konsumen. Bahkan tak jarang konsumen pun lebih senang membeli produk yang memiliki merek ternama dibandingkan memilih produk-produk baru yang belum jelas identitasnya. Semakin kuat brand image yang dimiliki sebuah produk, maka semakin besar pula minat konsumen untuk membeli produk tersebut. 2. Lebih mudah mendapatkan loyalitas pelanggan. Ketika brand image yang kita miliki telah mendapatkan nilai plus dimata para konsumen, maka secara tidak langsung para konsumenlah yang akan mendatangi produk kita. Sehingga tidak menutup kemungkinan mereka akan melakukan transaksi berulang-ulang dan menjadi pelanggan setia produk kita tanpa harus diminta. Apabila loyalitas konsumen telah terbangun, para pelanggan pun tidak segan-segan untuk mereferensikan merek kita kepada orang lain yang mereka kenal. Sehingga peluang kita untuk meningkatkan omset penjualan produk, semakin terbuka lebar. 3. Membuka peluang kita untuk menetapkan harga jual yang lebih tinggi. Barang yang berkualitas (bermerek) selalu diiringi dengan harga jual yang lebih tinggi. Bahkan para pelanggan pun tidak perlu ragu ketika mereka harus membayar produk dengan harga @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 5 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 yang lebih mahal, karena mereka telah percaya bahwa produk yang mereka beli memiliki kualitas yang benar-benar terjamin. 4. Peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan diferensiasi produk. Ketika merek produk sudah cukup kuat, maka tidak menutup kemungkinan akan bisa melakukan diferensiasi produk untuk memperluas pangsa pasar yang sudah ada. Strategi pemasaran inilah yang sering dijalankan perusahaan-perusahaan besar untuk menguasai pasar dan mengalahkan para pesaingnya. 5. Menjadi ciri tertentu yang membedakan produk kita dengan produk milik pesaing. Keberadaan merek menjadi kunci utama bagi para konsumen untuk membedakan produk kita dengan milik para pesaing. Semakin kuat brand yang tertanam dalam benak para konsumen, maka semakin mudah pula mereka membedakan produk kita dengan produk lainnya yang ada di pasaran. Sehingga peluang kita untuk memenangkan persaingan pasar semakin terbuka lebar dan omset penjualan yang kita dapatkan pun akan semakin besar. Sumber Daya Manusia / Human Capital Menurut Sopiah (2008:211) menyatakan bahwa sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Karseno dkk (2013) menemukan bahwa setiap langkah perusahaan untuk mengembangkan diri dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan lain sehingga tidak mungkin terus menerus dipertahankan sebagai competitive advantage. Sebaliknya, SDM merupakan sumber keunggulan kompetitif yang potensial karena kompetensi yang dimilikinya berupa intelektualitas, sifat, keterampilan, karakter personal, serta proses intelektual dan kognitif, tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain. Tak ayal dalam lingkup industri tertentu yang kompetitif akan diwarnai dengan bajak-membajak SDM untuk memacu keunggulan kompetitif perusahaan. Sangat pentingnya kontribusi SDM sebagai salah satu faktor pendukung kesuksesan perusahaan amat disadari oleh para pimpinan puncak organisasi. Sehingga perusahaan dituntut untuk melakukan pengembangan berkesinambungan terhadap kuantitas dan kualitas "stok" pengetahuan mereka melalui pelatihan kepada SDM atau merangsang SDM-nya agar "learning by doing" dalam sebuah semangat yang termaktub dalam learning organization. Membangun kemampuan SDM yang didasari oleh kapasitas perusahaan untuk mempertahankan karyawannya, merupakan langkah awal dalam penciptaan aset SDM strategis. Namun langkah awal tersebut tergantung pada proses organisasi untuk mencetak SDM yang kompeten dan kemampuan perusahaan untuk merekrut individu-individu terbaik (Yulitha,2010). Keanekaragaman Produk Di dalam kondisi persaingan sangat berbahaya bagi suatu perusahaan jika hanya mengandalkan produk yang ada tanpa usaha tertentu untuk pengembangannya. Oleh karena itu, setiap perusahaan didalam mempertahankan dan meningkatkan penjualan perlu mengadakan usaha penyempurnaan dan perubahan produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat memberi daya guna dan daya pemuas serta daya tarik yang lebih besar. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 6 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Sofyan (2008:182) menyatakan bahwa “produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, dimiliki digunakan atau dikonsumsi”. Sedangkan menurut Tjiptono (2011:95) pengertian produk adalah: “Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan”. Produk merupakan titik sentral dari kegiatan marketing, produk ini dapat berupa barang ataupun jasa, jika tidak ada produk maka tidak ada pemindahan hak milik, maka tidak ada marketing. Satu hal yang perlu diingat ialah bagaimana pun hebatnya usaha promosi, penjualan dan harga. Jika tidak diikuti dengan produk yang bermutu, disenangi oleh konsumen maka usaha marketing ini tidak akan berhasil. Oleh sebab itu, perlu dikaji produk apa yang akan dipasarkan dan bagaimana selera konsumen saat ini. Budaya Perusahaan Sukses tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari budaya perusahaan (corporate culture) yang dimilikinya. Budaya perusahaan adalah bagian dari strategi perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Budaya perusahaan pada dasarnya adalah visi dan misi perusahaan sendiri yang menggambarkan jati diri dari perusahaan tersebut who we are dan how we do the business. Hal ini tercermin dari nilai-nilai yang dianut oleh setiap individu dari suatu perusahaan dan perilakunya ketika menjalankan proses bisnisnya. Budaya perusahaan bukanlah sesuatu yang sangat abstrak. Budaya adalah bagian dari hidup kita yang selama ini seringkali kita abaikan peranannya. Padahal budaya tersebut berperan penting dalam membentuk diri kita sehingga kita mampu mencapai sesuatu. Budaya perusahaan merupakan identitas bagi suatu perusahaan. Kita bisa membedakannya budaya yang satu dengan yang lain sejak masuk ke perusahaan tersebut. Bagaimana perilaku karyawan terhadap konsumen, bagaimana pelayanan dari karyawan merupakan cerminan budaya perusahaan yang dirasakan pelanggan. Di era digital seperti sekarang ini, bukan hanya produk unggulan yang dicari pelanggan, tetapi juga pelayanan yang memuaskan dan membuat mereka bertahan. Menurut Moeljono (2004) dalam Irvin (2007) mendifinisikan budaya organisasi sebagai “seperangkat sikap, nilai-nilai, keyakinan dan perilaku yang dipegang oleh sekelompok orang dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya”. Sedangkan pendapat Kasali (2004) dalam Pradnya (2011) “budaya perusahaan terdiri dari unsur nilai-nilai dasar yang dapat dilihat (logo, merek, cara berpakaian) dan yang tidak dapat dilihat (keyakinan, asumsi, kepercayaan, sikap, dan perasaan)”. Faktor eksternal yaitu peluang (opportunity) yang dimiliki oleh CV. Rajawali Textile antara lain dapat dapat diuraikan sebagai berikut : a. Peraturan dan kebijakan pemerintah Didalam pengembangan suatu bisnis usaha tentunya peraturan atau kebijakan baik itu dari dalam maupun dari luar perusahaan sangat menentukan arah pengembangannya. Begitu pula dengan CV. Rajawali Textile, peraturan atau kebijakan bisa menjadi dasar atau pedoman serta peluang bagi langkah dalam mengembangkan bisnis textile. Dalam hal ini peraturan atau kebijakan dari eksternal CV. Rajawali Textile merupakan peluang untuk mengembangkan cabang pada saat ini dan masa yang akan datang. Ada beberapa peraturan atau kebijakan yang mendorong dan berkaitan dengan proses bisnis CV. Rajawali Textile yaitu peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 15/M-IND/PER/2/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 123/M-IND/PER/11/2010 Tentang Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Melalui Restrukturisasi Mesin/Peralatan @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 7 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Industri Texstil dan Produk Texstil Sert Industri Alas kaki. Salah satu keputusan menteri tersebut seperti yang diatur dalam pasal 3 menyatakan bahwa perusahaan texstil dan alas kaki yang melakukan restrukturisasi mesin dan atu peralatan dengan investasi baru diberikan keringanan pembiayaan pembelian mesin dan atau peralatan testil datau alas kaki sesua dengan jeis industrinya. Faktor-faktor Penghambat Peningkatan Penjualan CV. Rajawali Textile Peningkatan penjualan CV. Rajawali Textile tidak hanya dipengaruhi oleh faktorfaktor yang mendorong tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menghambat. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang dikategorikan sebagai penghambat peningkatan penjualan CV. Rajawali Textile adalah kelemahan (weaknesses) yang berasal dari internal dan ancaman (threarts) yang berasal dari eksternal. Faktor-faktor ini bisa menjadi hal penghambat yang serius bagi peningkatan penjualan CV. Rajawali Textile apabila tidak diperhatikan dan diperbaiki. Berikut ini adalah penjabaran dari faktor-faktor penghambat peningkatan penjualan CV. Rajawali Textile. 1. Faktor-faktor internal yang berupa kelemahan (weaknesses) yang dimiliki oleh CV. Rajawali Textile. a. Modal Modal kerja merupakan suatu hal yang sangat vital bagi kelangsungan operasional sebuah perusahaan, begitu pun dengan CV. Rajawali Textile. CV. Rajawali Textile merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penjualan kain, sudah tentu memerlukan banyak modal. Untuk memenuhi kebutuhan dananya guna melakukan kegiatan usahanya, maka CV. Rajawali Textile memiliki sumber-sumber dana, sebagai berikut: Promosi Menurut Swastha dan Handoko, 2012:241) menyatakan bahwa dalam dunia pemasaran, promosi bukanlah kata sepele. Promosi merupakan ujung tombak dari kegiatan pemasaran dan sering dikatakan sebagai “proses berlanjut”. Promosi bahkan sama pentingnya dengan produk dan keseluruhan kegiatan perusahaan karena memang promosi merupakan sub ordinat dalam strategi bauran pemasaran (marketing mix). Promosi merupakan salah satu sokoguru yang menopang bangunan pemasaran perusahaan. Tiga di antaranya ialah product (produk), price (harga) dan place (tempat). Perusahaan yang mengabaikan aktivitas promosi sama artinya dengan membiarkan bangunan perusahaan itu jomplang karena kehilangan satu pilarnya. Keberhasilan dalam suatu promosi sangat dipengaruhi oleh strategi promosi yang diterapkan oleh perusahaan. Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Beberapa sarana dan prasarana yang ada di CV. Rajawali Textile masih harus dibenahi dan ditambah. Setelah melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian dapat disimpulkan ada beberapa sarana dan prasarana yang masih kurang memadai. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut : Strategi yang sudah dilakukan oleh CV. Rajawali Textile Sebelum menganalisa strategi apa yang akan dilakukan CV. Rajawali Textile untuk memantapkan posisinya dalam upaya menningkatkan penjualan, perlu kiranya mengetahui strategi yang telah dilakukan selama ini. Berikut ini adalah langkah-langkah strategis yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait antara lain adalah: @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 8 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 1. Bidang operasional Langkah-langkah strategis dalam bidang operasional adalah langkah yang berkaitan langsung dengan kegiatan pokok usaha. Sejalan dengan hal tersebut maka ada beberapa langkah yang telah dilakukan guna meningkatkan omzet penjualan CV. Rajawali Textile. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut: Menerapkan Prinsip Pelayanan prima (service excellent) yang bertujuan meningkatkan pelayanan kepada konsumen lebih maksimal sehingga diharapakan akan berdampak pada meningkatkan kepuasan pelanggan, pelanggan-pelanggan yang potensial dan menguntungkan dapat dipertahankan, meningkatnya jumlah pelanggan-pelanggan yang loyal, mendapatkan pelanggan baru. 2. Bidang umum Bidang umum yang dimaksud adalah yang menunjang kegiatan operasional. Adapun yang dimaksud dalam ini adalah logistik (bangunan, sarana dan prasarana) dan sumber daya manusia. Selanjutnya di bawah ini adalah beberapa langkah strategis di bidang umum yang telah dilakukan CV. Rajawali Textile: Melakukan penataan terhadap layout perusahaan agar terlihat menarik, rapi, bersih dan nyaman baik bagi konsumen maupun bagi karyawan. Matrik SWOT Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap peningkatan penjualan CV. Rajawali Textile maka memanfaatkan semua informasi tersebut dalam modelmodel kuantitatif perumusan strategi. Dalam penelitian ini model yang digunakan tidak hanya satu model tetapi dua model agar dapat memperoleh analisis yang lebih lengkap dan akurat. Adapun model yang digunakan adalah sebagai berikut : Menurut Rangkuti (2008:31) dari matriks tersebut diatas terdapat empat macam strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menghadapi lingkungan usahanya, yaitu: 1). Strategi Agresif (SO) Adalah situasi yang paling banyak disukai oleh perusahaan, disini perusahaan menghadapai banyak peluang dan banyak kekuatan yang mendorong dimanfaatkannya peluang-peluang yang ada tersebut. Situasi ini menyamakan strategi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth oriented strategy) untuk memanfaatkan situasi yang menguntungkan ini. 2). Strategi Diversifikasi (ST) Perusahaan dengan kekuatan-kekuatan tertentu menghadapi lingkungan yang tidak menguntungkan. Situasi ini menyarankan, strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi produk atau pasar. 3). Strategi Berbenah diri –Turn Around (WO) Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak perusahaan menghadapi beberapa kendala/ kelemahan internal. Situasi seperti ini menyarankan strategi meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih besar. 4). Strategi Defensif (WT) Merupakan situasi yang tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan interna. Situasi ini menuntun strategi yang mengurangi atau membenahi keterlibatan produk atau pasar yang telah ditelaah dengan analisis SWOT. . @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 9 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Faktor-faktor pendorong peningkatan penjualan CV. Rajawali Textile dapat diuraikan menjadi dua yaitu faktor pendorong yang berasal dari internal dan faktor pendorong yang berasal dari eksternal. Faktor yang berasal dari internal yang dimaksud adalah kekuatan (strength) yang dimiliki oleh CV. Rajawali Textile yaitu brand atau merek, budaya perusahaan, SDM atau human capital, keanekaragaman produk. Sedangkan faktor eksternal adalah peluang (opportunities) yang ada diluar CV. Rajawali Textile yaitu: peraturan dan kebijakan pemerintah, dan perilaku masyarakat. 2. Faktor-faktor penghambat peningkatan penjualan juga bisa berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut adalah merupakan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki oleh CV. Rajawali Textile yaitu: biaya modal dan administrasi, promosi, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ancaman (threats) dari luar P CV. Rajawali Textile yaitu persaingan perusahaan textile. 3. Matrik selanjutnya yang dipakai dalam penelitian ini untuk menganalisa strategi bagi peningkatan penjualan adalah Matrik SWOT. Ada 4 strategi yang bisa diambil oleh CV. Rajawali Textile berdasarkan matrik ini, yaitu SO (strength- opportunities), strategi ST (strength-threats), strategi WO (weaknesses-opportunities) dan strategi WT (weaknessesthreats). Saran Sesuai hasil penelitian ada beberapa saran yang sekiranya dapat diajukan kepada pihak manajemen CV. Rajawali Textile dalam meningkatkan penjualan. Saran-saran tersebut dapat penulis jabarkan sebagai berikut : 1. Meningkatkan jumlah cabang yang ada sehingga distribusi produk dapat dengan mudah dijangkau oleh konsumen dan calon konsumen. 2. Meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia yang ada mutlak dilakukan untuk memberikan service yang terbaik kepada konsumen maupun calon konsumen dengan secara rutin memberikan pelatihan kepada para karyawan. 3. Promosi hendaknya dilakukan secara agresif dan berkelanjutan sehingga diharapkan akan berdampak pada peningkatan jumlah penjualan Dengan melihat strategi yang telah dilakukan untuk meningkatkan penjualan hendaknya lebih baik melihat dulu ancaman dulu baru kemudian peluangnya, dengan begitu akan lebih siap untuk menyongsong masa depan dan tidak hanya terlena dengan kekuatan yang dimiliki sehingga strategi yang disusun akan lebih siap untuk menangkal segala kemungkinan entah itu yang baik maupun yang buruk dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Assyauqi, Royyan (2008) Sukses Bisnis Distro, Panduan, Bandung. Buchari, Alma (2005) Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi revisi, CV. Alfabeta, Bandung. Biong, (2012). Retail Marketing. Harlow. England : Pearson Education. David Garvin, (2014) Manajemen Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ferdinand Augusty. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Glueck H., Jauch R., (1996), Understanding and Managing Publik Organizations, Second Edition, Jossey-Bass Publishers, San Francisco, California, United State of America. Heide &John, (2012) .Consumer Behaviour. Jilid II. Jakarta : PT Penerbit Erlangga. Hurriyati, R, (2005), Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung: CV. Alfabeta. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 10 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Harsiwi, Th. Agung M. dan H. Sri Sulistyanto (2012). Mengapa Industri Tekstil Rontok? (Bukti Empiris Dari Bursa Efek Jakarta). Karseno, Arief Ramelan dan Artie Adjie (2013). Kebijakan Ekonomi dan Pembangunan Kelembagaan di Indonesia, Institute of Public Policy and Economic Studies (INSPECT) & UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kotler, Philip (2009) Manajemen Pemasaran (Terjemahan Bahasa Indonesia), Edisi Kesebelas, Jilid 1 dan 2, PT. INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta Lupiyadi Rambat dan Hamdani, (2006), Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta. Marwan Asri, (2006), Marketing, Cetakan Kedua, AMP YKPN,. Yogyakarta. Lovelock, Christopher. H dan Wright, Lauran K. (2012), Manajamen Pemasaran Jasa, Indeks. Pearce and Robbins, (2007), Organizational Behavior, Concepts, Controversies, and Application. Supranto, J. (2011) Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, Edisi Revisi. PT Rineka Cipta, Jakarta Swastha Basu dan Handoko (2012) Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, cetakan ketiga, BPFE, Yogyakarta Selnes, Fred, (2013), “An Examination of the Effect of Product Performance on Brand Reputation, Satisfaction and Loyalty,” European Journal of Marketing Vol. 27 No. 9 Tjiptono, Fandy (2011) Service Management, Andi, Yogyakarta Sidi, Indra, Djati. (2014). Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Cetakan Pertama. Penerbit PT. Logos Wacana Ilmu. Jakarta Sopiah. (2008). Perilaku Organisasi, Andi, Yogyakarta. Supariyani, Emmy, (2004), Pengaruh Biaya Pelaksanaan Promosi Melalui Pameran terhadapa Tingkat Volume Penjualan pada PT Astra Internasional Tbk Isuzu Cabang Bogor, Jurnal Ilmiah Ranggagading Vol. 4, No. 1, April 2004: 69-74. Wood H. Emma 2011 The Internal Predictors of Business Performance in Small Firms, Volume 13:441. http:/www.emeraldinsight.com/journals.htm? articleid=1567440 ( 28 Maret 2012 19:34) Yulitha Anita Mele Dae 2010 Startegi Bauran Pemasaran Motor Merek Honda pada PT. Asaparis di Denpasar , Tesis, Universitas Udayana, Denpasar. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive