pola komunikasi organisasi sar bandung dalam - E

advertisement
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI SAR BANDUNG
DALAM PENANGANAN MUSIBAH PENDAKI HILANG
Titin Suhartini 1, Apriananda Ramdani 2
Universitas BSI Bandung1,2
[email protected], [email protected]
ABSTRACT - The function of Bandung SAR Office within the scope of The National SAR Agency
is the implementation of SAR standby continuously for 24 hours, the conduct of SAR training,
implementation of coaching potensial SAR, acts of early implementation and operation SAR,
coordination, deployment and control of potential SAR in the SAR operation. To carry out their
duties, communication certainly play an important role in the activities of the Office of SAR
Bandung, this study aimed to describe the communication patterns that exist within at Bandung
SAR Office when operated on the disaster victims lost in the mountains. The theory used in this
research is the coorientation theory of organization that support on this research. The method
used on this research is qualitative method. Researcher use interviewing techniques to five
informant who was a member of Bandung SAR Office. The results from this study showed that
the Bandung SAR Office using communication pattern down the form is command, landing, and
coordination to his subordinates in the SAR process, the pattern of upward communication in the
form of oral and written reports SAR process activities undertaken by the SAR team, and
communication patterns laterally in the form of coordination and problem solving in the search
for survivors. As for the obstacles that occur in the search for survivors is natural obstacles,
technical, and human.
Keywords : Patterns of Communication, Bandung SAR Office, Disaster Missing Climber
ABSTRAK - Badan SAR Nasional adalah pelaksana siaga SAR secara terus menerus selama 24
jam, pelaksanan pelatihan SAR, pelaksanaan pembinaan potensi SAR, pelaksanaan tindak awal
dan operasi SAR, koordinasi, pengerahan dan pengendalian potensi SAR dalam operasi SAR.
Untuk menjalankan tugasnya, tentu komunikasi berperan penting dalam kegiatan Kantor SAR
Bandung. penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola komunikasi yang ada didalam
Kantor SAR Bandung saat beroperasi pada musibah korban hilang di gunung. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori koorientasi organisasi yang mendukung penelitian
ini. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Peneliti menggunakan teknik
wawancara kepada lima informan yang merupakan anggota dari Kantor SAR Bandung. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa Kantor SAR Bandung menggunakan Pola komunikasi
kebawah berupa perintah, arahan, dan koordinasi kepada bawahannya dalam proses pencarian,
pola komunikasi keatas berupa laporan lisan dan tertulis kegiatan proses pencarian yang
dilakukan oleh Tim SAR, dan pola komunikasi kesamping berupa pengkoordinasian dan
pemecahan masalah dalam proses pencarian korban. Adapun hambatan yang terjadi pada proses
pencarian korban yaitu hambatan alam, teknis dan manusiawi.
Kata Kunci : Pola Komunikasi, Kantor SAR Bandung, Musibah Pendaki Hilang
Diterima 1 Juni 2016, Disetujui 15 Agustus 2016
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
1
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
LATAR BELAKANG
Kantor SAR Bandung sebagai
Kantor
cabang
BASARNAS
yang
memegang komando tertinggi dalam upaya
penyelamatan korban harus berupaya ekstra
keras dalam setiap musibah yang terjadi.
Komunikasi
dalam
kegiatan
SAR
merupakan hal penting yang harus
diperhatikan pada saat Kantor SAR
Bandung melakukan pencarian pendaki
hilang di gunung, maka dari itu sarana alat
komunikasi sebagai media komunikasi
untuk memberikan informasi kepada setiap
tim ataupun kepada pihak eksternal haruslah
kompatibel dengan musibah yang sedang
terjadi, karena pencarian tersebut dilakukan
di alam bebas dan jauh dari keramaian.
Untuk itu peneliti ingin meneliti
mengenai pola komunikasi yang ada
didalam Kantor SAR Bandung dan sistem
komunikasi SAR yang dijalankan Kantor
SAR Bandung dalam pencarian pendaki
hilang, media apa yang digunakan dan
bagaimana jalan komunikasi didalam Kantor
SAR Bandung itu sendiri dalam pencarian
pendaki hilang dapat berjalan sesuai dengan
prosedur komunikasi yang ada didalam
Kantor SAR Bandung itu sendiri. Apakah
pesan-pesan yang menjadi saluran untuk
kelancaran pencarian pendaki hilang yang
dilakukan Kantor SAR Bandung sesuai
dengan pengertian komunikasi organisasi itu
sendiri. Menurut Lasswell ada lima unsur
yang
meliputi
komunikasi,
yaitu
komunikator (communicator,
source,
senders), pesan (message), media (channel,
media),
komunikan
(communicant,
communicate, receiver, recipient), efek
(effect,impact, influence).
Jadi, berdasarkan
paradigma
Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis
simbol yang menggunakan satu kata atau
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
lebih. Basaha dapat juga dianggap sebagai
sistem kode verbal (Mulyana, 2005). Bahasa
dapat didefinisikan sebagai seperangkat
simbol,
dengan
aturan
untuk
mengombinasikan simbol-simbol tersebut,
yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas. Pesan-pesan yang diekspresikan
dengan sengaja atau tidak sengaja melalui
gerak-gerakan, tindakan-tindakan, perilaku
atau suara-suara atau vocal yang berbeda
dari penggunaan kata-kata dalam bahasa
verbal. Komunikasi nonverbal adalah
penyampaian pesan tanpa kata-kata dan
komunikasi nonverbal memberikan arti pada
komunikasi verbal. Media komunikasi
adalah wadah atau sarana didalam bidang
komunikasi. Media komunikasi juga suatu
benda atau alat yang digunakan sebagai
perantara untuk berkomunikasi satu dengan
yang lainnya.
Komunikasi
organisasi
(Organization
Communication)
terjadi
dalam suatu organisasi, bersifat formal dan
juga informal, dan berlangsung dalam
jaringan yang lebih besar daripada
komunikasi kelompok. Oleh karena itu,
organisasi dapat diartikan sebagai kelompok
dari kelompok-kelompok. Komunikasi
organisasi seringkali melibatkan juga
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi
dan adakalanya juga komunikasi publik.
Komunikasi formal adalah komunikasi
menurut
struktur
organisasi,
yakni
komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas,
dan komunikasi horizontal, sedangkan
komunikasi informal tidak tergantung pada
struktur organisasi, seperti komunikasi
antarsejawat, juga termasuk selentingan dan
gossip.
2
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
KAJIAN TEORI
Kantor SAR Bandung.
Kantor Search and Rescue yang
selanjutnya disebut Kantor SAR adalah unit
pelaksana teknis di bidang pencarian dan
pertolongan (search and rescue) yang
berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala Badan SAR Nasional. Kantor
SAR secara teknis administrative dibina
oleh Sekretaris Utama dan secara teknis
fungsional dibina oleh Deputi Bidang
Operasi SAR dan Deputi Bidang Potensi
SAR. Kantor SAR dipimpin oleh seorang
Kepala.
Bencana
Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan
oleh faktor alam, non alam, dan manusia.
Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan
mengenai bencana alam, bencana nonalam,
dan bencana sosial.
Komunikasi Lapangan SAR.
Dalam keadaan survival, jiwa anda
tergantung pada 4 hal yaitu : perlindungan
dari cuaca (dingin, hujan, panas), makanan,
air, dan regu pencari. Juga dalam kegiatankegiatan operasi, seperti operasi SAR,
pendakian dalam regu, pertolongan bencana
alam, komunikasi memegang peranan
penting dalam operasi tersebut.
Mendaki Gunung.
Mendaki gunung adalah olah raga
outdoor dengan melakukan perjalanan
mengarungi rimba dan rintangan alam dari
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
kaki sampai ke puncak gunung. Setiap orang
yang ingin melakukan olah raga ini perlu
memiliki keahlian khusus, seperti ilmu
navigasi dan survival atau bertahan hidup,
karena olah raga ini merupakan olahraga
yang mengarungi rimba dimana tidak
banyak terdapat kehidupan manusia.
Teori Koorientasi Organisasi.
James Taylor dan beberapa rekan
yang
melanjutkan
gagasan
Weick
memandang organisasi sebagai suatu proses
interaksi, tetapi Taylor menguraikan
gagasannya dengan cara yang berbeda
dengan Weick. Dengan menggabungkan
berbagai teori seperti teori mengenai
linguistic, wacana dan organisasi, taylor
melalui
teorinya
yang
dinamakan
“koorientasi organisasi” (coorientation
theory of organization) menjelaskan
bagaimana organisasi dibangun melalui
percakapan.
Taylor
memulai
pemikirannya
dengan ide bahwa organisasi terjadi ketika
“two people interact around a particular
focus of concern” (dua orang berinteraksi di
sekitar suatu fokus perhatian tertentu).
Taylor menyebut proses ini dengan nama
“koorientasi” (coorientation), yaitu gagasan
bahwa dua orang memberikan perhatian
pada suatu objek yang sama (suatu topic,
isu, perhatian, situasi, ide, tujuan, orang,
kelompok, dan sebagainya). Ketika para
komunikator memberikan perhatian pada
objek yang sama atau melakukan koorientasi
maka
mereka
mencoba
untuk
menegosiasikan suatu makna yang koheren
(utuh) terhadap objek yang menjadi
perhatian bersama itu. Terkadang para
komunikator sukses membentuk makna
kohoren yang sama namun terkadang
mereka gagal sehingga membutuhkan
interaksi yang lebih intensif untuk mencapai
makna bersama. Dengan demikian, para
komunikator menjadi saling terkait atau
terhubung satu sama lainnya dalam, apa
3
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
yang disebut Taylor dengan, tiga serangkai
“triad A-B-X.” A adalah orang ke-1, B
adalah orang ke-2, dan X adalah sesuatu
yang menjadi perhatian bersama atau objek
perhatian dari interaksi mereka.
METODE PENELITIAN
Metodologi Kualitatif
Definisi tentang penelitian kualitatif
dijelaskan oleh Djam’an Satori dan Aan
Komariah (2013) dalam bukunya yang
berjudul Metodologi Penelitian kualitatif
yang menjelaskan penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menekankan pada
kualitas atau hal yang terpenting dari sifat
suatu barang/jasa.
Sementara Cresweel dalam Djam’an
Satori dan Aan Komariah (2013)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif
adalah suatu proses inquiry tentang
pemahaman bedasar pada tradisi-tradisi
metodologis terpisah; jelas pemeriksaan
bahwa menjelajah suatu masalah sosial atau
manusia. Peneliti membangun suatu
kompleks, gambaran holistic, meniliti katakata, laporan-laporan memerinci pandanganpandangan dari penutur asli, dan melakukan
studi disuatu pengaturan yang alami.
Penelitian kualitatif merupakan bidang
penyelidikan yang berdiri sendiri. Penelitian
ini menyinggung aneka disiplin ilmu,
bidang, dan tema. Serumpun terma, konsep,
dan asumsi yang rumit dan saling berkaitan
menyelimuti terma penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan
penelitian yang mengungkap situasi sosial
tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan
secara benar, dibentuk oleh kata-kata
berdasarkan teknik pengumpulan dan
analisis data yang relevan yang diperoleh
dari situasi yang alamiah.
Metode Deskriptif
Adapun jenis dari kualitatifdeskriptif yaitu penelitian analisa dan
aktivitas. Metode Penelitian mengemukakan
bahwa penelitian analisa pekerjaan dan
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
aktivitas merupakan penelitian yang
ditujukan
untuk
menyelidiki
secara
terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia,
dan hasil penelitian tersebut dapat
memberikan
rekomendasi-rekomendasi
untuk keperluan masa yang akan datang.
Studi yang mendalam dilakukan
terhadap kelakuan-kelakuan pekerja, buruh,
petani, guru, dan lain sebagainya terhadap
gerak-gerak mereka dalam melakukan tugas,
penggunaan waktu secara efisien dan efektif.
PEMBAHASAN
Pola Komunikasi Kebawah di dalam
Kantor SAR Bandung
Pola komunikasi kebawah Kantor
SAR Bandung yaitu komunikasi antara
Kepala Kantor SAR Bandung dengan
seluruh bawahannya untuk memberikan
arahan-arahan yang harus dilakukan kepada
para anggota Kantor SAR Bandung dalam
tahap evakuasi korban musibah pendaki
yang
hilang.
Komunikasi
kebawah
mempunyai fungsi pengarahan, perintah,
indoktinasi, inspirasi, dan evaluasi. Perintah
atau instruksi biasanya menjadi lebih
terperinci
dan
spesifik
karena
diinterpretasikan oleh tingkatan manajemen
yang lebih rendah (Jiwanto, 1985:31).
1. Pengarahan
Pengarahan yang dilakukan Kepala
Kantor SAR Bandung kepada anggotanya
yaitu terjadi saat operasi SAR dilakukan dan
pada saat operasi tidak sedang dilakukan.
Peneliti mendapatkan data dari hasil
wawancara dan observasi dengan informan
perihal isi arahan ketika operasi SAR
dilakukan seperti berikut:
S1:
“saya
memberikan
pengarahan
mengenai medan yang ada digunung, saat
kita mengevakuasi korban di gunung
kendang garut, dengan medan yang sulit
atau pepohonan yang tinggi dan banyak
bukit-bukit tinggi, saya menganjurkan agar
4
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
tim SAR membawa alat komunikasi berupa
hape satelit yang sinyal nya lebih tinggi”.
Dari data hasil wawancara diatas
peneliti kaitkan dengan salah satu fungsi
dari komunikasi kebawah yaitu pengarahan,
dimana seorang pimpinan Kantor SAR
Bandung memberikan pengarahan kepada
bawahannya yang akan mengevakuasi
pendaki hilang di gunung kendang agar
membawa alat komunikasi berupa hape
satelit yang cakupan sinyalnya jauh, karena
medan yang akan dilalui oleh para Tim SAR
merupakan
medan
alam
yang
memungkinkan alat komunikasi tidak dapat
dipakai secara efektif, karena ada noise atau
hambatan berkomunikasi berupa tidak
terjangkaunya sinyal oleh alat komunikasi
biasa seperti radio alat HT. Menurut
informan alat komunikasi berupa hape
satelit hanya dipakai untuk evakuasi korban
yang hilang di gunung, dan hape satelit tidak
dipakai pada evakuasi musibah lainnya.
Selain pengarahan saat melakukan operasi
SAR terhadap fokus pencarian pada pendaki
hilang, pengarahan juga dilakukan seharihari seperti kutipan dibawah ketika peneliti
mewawancarai informan perihal pengarahan
lain dari sebagai berikut: S1: “kami biasa
mengarahkan kepada anggota untuk
memanfaatkan fasilitas running tech tv
dengan membuka channel berita setiap
hari”. Dengan pengarahan dari pimpinan
Kantor SAR Bandung untuk membuka
channel berita setiap hari di Kantor SAR
Bandung, maka akan lebih mudah jika
terjadi musibah yang perlu ditangani oleh
Kantor SAR Bandung.
2. Perintah
Perintah adalah salah satu fungsi dari
komunikasi kebawah, dan merupakan
kegiatan yang ada didalam pola komunikasi
organisasi. Perintah biasa dilakukan oleh
orang yang memiliki wewenang tinggi
didalam
organisasi.
perintah
dapat
didefinisikan sebagai perkataan yang
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
bermaksud menyuruh melakukan sesuatu,
abab-aba atau komando. Dalam penelitian
ini, peneliti mendapatkan data dari hasil
wawancara dengan informan perihal
perintah-perintah yang dilakukan oleh orang
yang memiliki wewenang tinggi di Kantor
SAR Bandung saat mendapatkan informasi
mengenai pendaki hilang seperti dibawah
ini: S1: “ketika mendapatkan informasi
mengenai pendaki hilang, saya langsung
mngarahkan kepada kepala seksi operasi
untuk menggerakan satu unsur atau tim sar,
saya memberikan data kejadian yang
sedang terjadi yang didapatkan dari
masyarakat dan penjaga gunung”. Kutipan
ini merupakan fungsi komunikasi kebawah
berupa perintah yang dilakukan oleh Kepala
Kantor SAR Bandung kepada informan
“S2” yaitu dimana Kepala Kantor SAR
Bandung
memerintahkan
untuk
menggerakkan satu unsur atau Tim SAR
yang akan melakukan evakuasi korban
pendaki hilang di gunung, didalam
komunikasi yang terjadi antara Kepala dan
Seksi Operasi menghasilkan saran dan ide
mengenai langkah-langkah pertama yang
akan dilakukan oleh Tim SAR dalam upaya
pencarian pendaki hilang di gunung.
Langkah-langkah tersebut seperti penyiapan
sarana dan prasarana untuk melakukan
operasi SAR, mengumpulkan anggota yang
berpotensi SAR gunung, dan membuka
kesempatan bagi himpunan atau komunitas
yang memiliki orang berpotensi SAR untuk
ikut bergabung dalam operasi SAR.
3. Briefing
Brifing adalah sebuah pendekatan
komunikasi antar-muka (face-to-face) yang
secara rutin dilakukan dalam organisasi agar
sekuruh tim kerja memiliki tindakan yang
produktif terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Brifing merupakan salah satu
fungsi dari komunikasi kebawah yang
dimana dilakukan olah pihak-pihak yang
memiliki pengetahuan yang lebih dari suatu
5
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
objek masalah yang sedang ditangani oleh
Kantor SAR Bandung. Peneliti mendapatkan
data dari hasil wawancara perihal brifing
dari Kepala Seksi Operasi atau dalam SAR
disebut dengan SMC (SAR Mission
Comander) kepada para Tim SAR dengan
dikumpulkannya Tim SAR yang berpotensi
SAR gunung di lapangan depan Kantor SAR
Bandung, seperti berikut:
S2: “saya mendapatkan perintah untuk
menggerakkan satu unsur, saya mengolah
data dulu seperti kejadian detail data beban
menjadi bentuk brifing, kemudian unsur
dikumpulkan berbaris, kemudian saya
sampaikan data tersebut berupa tanggal
sekian dan musibah pendaki yang hilang di
gunung, dan medan yang akan dilalui”
Kutipan diatas merupakan kegiatan
brifing yang dilakukan anggota Kantor SAR
Bandung pada saat akan melakukan
evakuasi pendaki hilang, Kepala Seksi
Operasi memberikan brifing mengenai
musibah yang terjadi adalah pendaki hilang,
dan medan yang akan dilalui oleh para Tim
SAR adalah berupa medan dengan bentuk
bumi yang tidak rata sehingga disarankan
untuk membawa alat-alat khusus untuk
gunung hutan.
4. Indoktrinasi
Indoktrinasi dalam organisasi Kantor
SAR Bandung ini adalah merupakan
pemberian pemahaman, gagasan, ilmu
pengetahuan, dan pendidikan mengenai
SAR. Seperti yang peneliti dapatkan dari
hasil wawancara dengan informan perihal
bagaimana indoktrinasi yang diberikan oleh
pimpinan kepada bawahan seperti dibawah
ini:
S1
: “lebih memberikan pemahamanpemahaman kembali tentang kondisi
lapangan, karena adakalanya Tim SAR
sedang tidak dalam kondisi yang baik,
fungsinya agar kondisi mental dapat pulih
sesuai dengan yang diajarkan dalam diklat
sebelumnya”
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
Hasil wawancara diatas adalah
indoktirnasi yang diberikan pimpinan
Kantor SAR Bandung kepada anggotanya
berupa pemahaman kembali tentang kondisi
lapangan ketika dalam proses pencarian
korban, pemahaman tersebut berguna untuk
menguatkan kembali mental Tim SAR yang
sedang dalam kondisi tidak baik, seperti
yang telah diberikan pemahaman pada saat
diklat. Adapun peneliti mendapatkan data
dari hasil wawancara dengan informan
perihal
indoktrinasi
yang
diberikan
pimpinan Kantor SAR Bandung kepada
anggotanya pada saat diklat seperti kutipan
dibawah ini:
S1: “indoktrinasi disini sebenarnya lebih
memberikan pemahaman, gagasan, ilmu
pengetahuan dan pendidikan mengenai
seperti apa SAR itu dan bagaimana SAR itu,
karena setiap anggota SAR yang mengikuti
diklat memiliki latar pendidikan yang
berbeda, jadi fungsi indoktrinasi disini
berguna untuk mengembangkan calon
anggota untuk siap menjadi anggota yang
bersatu sepaham dengan tujuan SAR yang
nantinya berguna pada kekuatan organisasi
dan juga anggota SAR”. Dari hasil
wawancara diatas indoktrinasi yang
dilakukan Kepala Kantor SAR Bandung
yaitu serangkaian kegiatan pendidikan yang
berguna untuk mendorong calon anggota
SAR dalam mengetahui dan memahami
organisasi dan tugasnya agar sesuai dengan
tujuan organisasi.
5. Inspirasi
Inspirasi
dalam
organisasi
merupakan dorongan dalam diri yang
membangunkan kita pada kemungkinankemungkinan baru, dengan inspirasi orang
menjadi terlibat, dan memaksa dirinya untuk
bekerja melampaui kemampuan diri
sebelumnya.
Dari penjelasan mengenai inspirasi
diatas, peneliti mendapatkan data dari hasil
wawancara dengan informan perihal
6
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
bagaimana inspirasi yang diberikan atasan
kepada anggota pada saat operasi dilakukan,
seperti kutipan wawancara dibawah:
S2 : “sebenarnya inspirasi itu timbul ketika
kita memberikan contoh yang baik, jika
dalam pencarian korban saya selalu
berusaha semaksimal mungkin membantu
dan bersatu padu dengan bawahan, baik
secara mental maupun kekuatan fisik”.
Seorang pemimpin harus memberikan
inspirasi dan motivasi kepada anggota agar
membuat
mereka
yakin
pada
kemampuannya
sendiri,
ketua
Tim
mengisnpirasi dan memotivasi pada
bawahannya dengan cara pemimpin turun
langsung membantu semaksimal mungkin
dan bersatu padu dengan bawahannya.
Pola Komunikasi Keatas Didalam Kantor
SAR Bandung Pada Saat Proses
Pencarian.
Pola komunikasi keatas dalam
penelitian ini yaitu dimana para bawahan
berkomunikasi kepada atasan perihal
kegiatan yang sedang dilakukan oleh Tim
SAR, yaitu ketika bawahan memberikan
laporan-laporan kepada atasan terkait jalan
pencarian pendaki yang hilang, laporanlaporan tersebut berupa hasil kerja lapangan
atau hasil dari evakuasi. “Komunikasi keatas
dapat berupa laporan prestasi kerja
(performance report), saran-saran dan
rekomendasi, usulan anggaran, pendapat
atau opini, keluhan, permohonan bantuan,
atau intruksi” (Jiwanto, 1985:31)
Ada media-media tertentu yang
dapat digunakan untuk meningkatkan aliran
informasi keatas dalam suatu organisasi.
Media atau saluran yang banyak digunakan
dalam komunikasi keatas adalah pertemuan
tatap muka langsung, pertemuan berencana
kelompok Tim SAR, percakapan informal
dengan pimpinan pembicaraan lewat
telepon, catatan memo tertulis, dan laporanlaporan hasil operasi SAR untuk kemudian
disampaikan kepada atasan dari Kantor SAR
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
Bandung. Seperti kutipan yang peneliti
dapatkan dari hasil wawancaran dengan
informan ketika di berikan pertanyaan
perihal pola komunikasi ke atas dalam
proses pencarian pendaki yang hilang.
S5: “pada saat jalan dari kantor ke lokasi
itu perlu satu jam laporan, begitu juga saat
di lokasi penanganan musibah harus ada
laporan pagi dan sore, pagi laporannya
menyampaikan rencana pergerakan hari ini,
sore dilaporkan hasil hari ini adalah ini, itu
dilaporkan harus sampai ke pusat.”
Dari
data
diatas,
peneliti
mendapatkan hasil penelitian yang dimana
pola komunikasi kebawah yaitu komunikasi
dari bawahan kepada atasan menggunakan
saluran komunikasi berupa laporan-laporan,
laporan-laporan tersebut berupa komunikasi
verbal. Komunikasi verbal dalam penelitian
ini meliputi komunikasi lisan dan tulisan
yang disampaikan bawahan kepada atasan,
yaitu ketika suatu unsur atau Tim SAR
melakukan evakuasi pendaki hilang di
gunung, mereka harus selalu membuat
laporan-laporan setiap mereka melakukan
sesuatu, laporan diperjalanan, laporan pagi
dan sore. Laporan pagi berupa rencana
pergerakan evakuasi pendaki hilang, yaitu
seperti data yang peneliti dapatkan dari hasil
wawancara dengan informan perihal laporan
pagi saat evakuasi dilakukan seperti
dibawah:
S5: “rencana pergerakannya yaitu saat
evakuasi korban hilang di gunung kendang
kami merencanakan akan melakukan
penyisiran di area jalur lebak tiis serta tim
sar lainnya melanjutkan pencarian menyisir
di area karvak, itu kami laporkan ke kansar
untuk mendapatkan komando lanjutan”
Kutipan hasil wawancara diatas
adalah kegiatan perencanaan pergerakan
yang dilakukan oleh Tim SAR pada saat
evakuasi korban pendaki hilang di Gunung
Kendang Garut, pagi hari Tim SAR
merencanakan pergerakan akan menelusuri
salah satu area di Gunung Kendang Garut
7
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
yaitu menyisir jalur lebak tiis, karena
diperkirakan pendaki melewati jalur tersebut
untuk dapat mencapai puncak, selanjutnya
setelah melakukan rencana tersebut harus
dilaporkan kepada Kantor SAR Bandung
guna untuk mendapatkan perintah lebih
lanjut. Adapun peneliti mendapatkan data
dari informan dengan melakukan wawancara
dengan informan S5 perihal laporan sore
hasil dari pergerakan seperti dibawah ini:
S5: “kami menemukan ransel korban pada
ketinggian 2100 MDPL titik koordinat 98319876 UTM, kemudian kami melaporkan
hasil pergerakan tersebut ke OSC dan
selanjutnya dilaporkan ke Kantor SAR
Bandung”
Dari kutipan hasil wawancara diatas,
mengenai laporan sore hasil dari pergerakan
pencarian adalah ketika Tim SAR berhasil
menemukan jejak korban yaitu ransel yang
diperkirakan dipakai oleh korban saat
mendaki di ketinggian 2100 MDPL (Meter
Diatas Permukaan Laut), hasil dari
pergerakan tersebut dijadikan laporan oleh
OSC (On Scene Commander) untuk
dilaporkan ke Kantor SAR Bandung yang
selanjutnya akan dilaporkan langsung ke
pusat yaitu Badan SAR Nasional guna untuk
menjadi bahan evaluasi. Laporan-laporan
tersebut berupa laporan tertulis yang
disampaikan melalui media komunikasi
Blackberry Messenger, yang dimana
Organisasi
Kantor
SAR
Bandung
membentuk sebuah grup chating untuk
mempermudah berkomunikasi antara ruang
lingkup Kantor SAR Bandung.
Dari
data
diatas,
peneliti
menyimpulkan bahwa komunikasi keatas
yang terjadi di Kantor SAR Bandung pada
saat melakukan evakuasi korban musibah
pendaki hilang di gunung adalah berupa
laporan sebagai saluran komunikasi untuk
dijadikan rencana pergerakan selanjutnya
jika korban masih belum ditemukan.
Laporan termasuk kedalam media dan
saluran komunikasi lisan seperti kutipan
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
dibawah ini: “Sebagian besar komunikasi
antara karyawan dan manajemen terjadi
melalui komunikasi tatap-muka langsung.
Namun demikian, perlu kiranya ditetapkan
prosedur yang memungkinkan seorang
karyawan dapat berkomunikasi secara
tertulis dengan tingkatan manajemen yang
lebih tinggi untuk membicarakan masalahmasalah yang berkaitan dengan pekerjaan
maupun masalah-masalah pribadi” (Jiwanto,
1985:57)
Pola Komunikasi Kesamping Pada Saat
Proses Pencarian.
Pola komunikasi kesamping dan
menyilang dalam penelitian yang teliti di
Kantor SAR Bandung terkait pendaki yang
hilang yaitu dimana komunikasi yang terjadi
antara sesama Instansi Pemerintah, antara
Kantor SAR dengan warga, Kantor SAR
dengan himpunan pendaki, dan antara
sesama Tim SAR saat kegiatan evakuasi
sedang berjalan. Komunikasi kesamping
(lateral communication) terjadi antara dua
pejabat atau pihak yang berada dalam
tingkatan hirarki wewenang yang sama
(komunikasi horizontal) atau antara orang
atau pihak pada tingkatan yang berbeda
yang tidak mempunyai wewenang langsung
terhadap pihak lainnya (komunikasi
diagonal) (Jiwanto, 1985:32). Komunikasi
antara
sesama
Instansi
Pemerintah
merupakan komunikasi formal didalam
organisasi dimana anggota organisasi Kantor
SAR Bandung menyampaikan pesan kepada
beberapa Instansi Pemerintah untuk
meminta pertolongan terkait dengan
pencarian
pendaki
hilang.
Peneliti
mendapatkan data dari hasil wawancara
dengan informal perihal komunikasi
kesamping pada organisasi Kantor SAR
Bandung
dengan
sesame
Instansi
Pemerintah lainnya yaitu BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) seperti
berikut:
8
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
S1 : “nah sekarang kita juga menyebar
informasi ini kepada BPBD jika terkait
dengan bencana, apapun bencana itu kami
berkomunikasi dengan BPBD”
Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa
Kantor SAR Bandung berkomunikasi
dengan BPBD, apapun bencana itu Kantor
SAR Bandung harus selalu memberikan
informasi kepada BPBD untuk mendapatkan
saran dan respon dari apa yang akan
dilakukan Kantor SAR Bandung dalam
operasi SAR, juga jika perlu bantuan tenaga
dari Kantor SAR Bandung ketika BPBD
sedang menjalankan tugasnya. Dalam
penelitian ini, peneliti menemukan data
perihal batasan dari kegiatan Kantor SAR
Bandung dalam upaya penyelamatan seperti
kutipan dibawah hasil wawancara dengan
informan:
S1: “contoh kasus pada saat bencana di
pengalengan itu ranahnya BPBD, kami
merapat
kesana
membantu
untuk
penanganan
evakuasi
saja,
kami
berkomunikasi terus, kami hanya fokus di
evakuasi saja, tapi keseluruhan tanggung
jawab kebencanaan tadi itu ada di BPBD”
Dari paparan hasil wawancara diatas
peneliti menemukan data perihal batasan
dari upaya penyelamatan yang dilakukan
Kantor SAR Bandung, yaitu Kantor SAR
Bandung tidak memegang komando jika
terkait dengan bencana, karena bencana
merupakan ranah dari BPBD sebagai
pemegang komando
tertinggi
untuk
penanggulangan bencana, Kantor SAR
Bandung yang dibawahi oleh Badan SAR
Nasional hanya membantu pada tahap
evakuasi, sesuai dengan arti dari SAR yaitu
Search and Rescue (Pertolongan dan
Pencarian). Adapun peneliti mendapatkan
data perihal pola komunikasi kesamping
yang terjadi antara Kantor SAR Bandung
dengan PMI, dan Kantor SAR Bandung
dengan TNI sebagai sesama Instansi
Pemerintah, seperti kutipan dibawah hasil
wawancara penelit dengan informan perihal
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
komunikasi kesamping antara sesama
Instansi Pemerintah:
S1: “ketika tahap evakuasi kami tidak
bekerja sendiri, kami juga meminta bantuan
dari PMI jika korban dinyatakan meninggal
atau jika korban ditemukan dengan luka
yang serius, dan juga kami meminta
bantuan kepada Polisi dan TNI untuk
pengamanan di lokasi, biasanya TNI suka
ikut dalam pencarian”
Dari paparan hasil wawancara diatas
perihal komunikasi kesamping antara
sesama Instansi Pemerintah, Kantor SAR
Bandung tidak bekerja sendiri dalam proses
evakuasi korban, Kantor SAR Bandung
meminta bantuan kepada PMI ketika Tim
SAR berhasil menemukan korban dan
dinyatakan meninggal, atau korban dalam
keadaan luka berat dan perlu pertolongan
pertama pada kecelakaan, maka PMI
dibutuhkan dalam tahap evakuasi pencarian
pendaki hilang. Selain meminta bantuan
kepada PMI untuk tahap evakuasi, Kantor
SAR Bandung meminta bantuan kepada
Instansi Pemerintah lainnya yaitu Polisi dan
TNI untuk pengamanan saat proses
evakuasi, seperti polisi menggunakan Police
Line untuk daerah-daerah yang tidak boleh
dimasuki oleh sembarang orang dan juga
dibantu oleh untuk proses pengamanan.
Selain membantu dalam pengamanan, TNI
juga membantu dalam proses pencarian
karena anggota TNI berpotensi dalam
operasi SAR, mereka mengenal medanmedan yang ada di gunung dengan hasil
pelatihannya. Adapun peneliti mendapatkan
data perihal komunikasi kesamping antara
Kantor SAR Bandung dengan Gubernur,
seperti dibawah hasil wawancara peneliti
dengan informan perihal komunikasi
kesamping yang dilakukan Kantor SAR
Bandung dengan Gubernur:
S1: “kalo berhubungan dengan Instansi
Gubernur Pemerintah Daerah, komunikasi
kami di tingkat tinggi Kepala BASARNAS di
Kantor Pusat berhubungan dengan beliau
9
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
(Gubernur) langsung, beliau biasanya
mendelegasikan ke Kepala BPBD untuk
berkomunikasi dengan saya di Kantor SAR
untuk pengarahan unsur dan lain-lain”
Dari paparan hasil wawancara diatas
perihal komunikasi kesamping antara Kantor
SAR Bandung dengan Gubernur di tingkat
tinggi, komunikasi tidak terjadi langsung
antara Kantor SAR Bandung dengan
Gubernur tetapi melalui Kantor Pusat yaitu
Badan SAR Nasional. Setelah menerima
informasi mengenai pendaki hilang, Kantor
SAR Bandung memberikan laporan kepada
Kantor Pusat Badan SAR Nasional untuk
selanjutnya dilaporkan kepada Gubernur,
dan dari Gubernur laporan tersebut
didelegasikan kepada BPBD lalu kembali
dari BPBD kepada Kantor SAR Bandung
untuk selanjutnya diberikan pengarahan
kepada Tim SAR yang akan beroperasi atau
melakukan evakuasi korban. Komunikasi
kesamping juga terjadi diantara anggota
Kantor SAR Bandung sendiri yaitu antara
sesama Tim Pencarian atau disebut dengan
SRU (Search Rescue Unit). Peneliti
mendapatkan data dari hasil wawancara
dengan informan perihal komunikasi antara
sesama Tim SAR saat pencarian pendaki
hilang seperti berikut:
S4
: “yang ngatur jadi komandannya,
untuk komunikasi segala macem yang
ngatur komandan, saya hanya menyerahkan
peralatannya, komandan mengatur, lalu
dibagi Timnya, nanti dilapangan setiap SRU
(Search Rescue Unit) punya komandan
masing-masing, lalu diatas komandan SRU
itu adalagi dantim, dantim tidak turun ke
lapangan, dia hanya mengarahkan lewat
radio, dantim hanya untuk kordinasi saja
antar unsur”.
Dari paparan hasil wawancara diatas
perihal komunikasi kesamping terjadi antara
sesama SRU, dalam kegiatan SAR untuk
lebih mudah dalam proses evakuasi maka
Kantor SAR Bandung membentuk beberapa
SRU, yang dimana komunikasi dilakukan
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
oleh komandan mereka masing-masing,
komunikasi antar sesama Tim SAR tersebut
berupa informasi mengenai pergerakanpergerakan yang dilakukan SRU1 kepada
SRU2 atau mereka saling berkomunikasi
ketika jarak memisahkan, di Kantor SAR
Bandung
dipergunakan
kolsen-kolsen
seperti SRU1 disebut Alpa, SRU2 disebut
dengan Delta dan sebagainya. Proses
penyampaian
pesan
dilakukan
oleh
komandan
masing-masing
dengan
berkomunikasi langsung kepada dantim di
pos camp. Dalam penelitian mengenai pola
komunikasi kesamping, adapun peneliti
menemukan komunikasi yang terjadi antara
Kantor SAR Bandung dengan warga, yang
dimana Tim SAR dari Kantor SAR Bandung
meminta informasi mengenai medan yang
akan Tim SAR lalui, dengan meminta warga
untuk ikut serta dalam pencarian,
komunikasi yang terjadi berupa komunikasi
langsung tatap muka, dan juga musyarwah
sebagai media atau saluran komunikasi Tim
SAR kepada warga sekitar gunung. Adapun
komunikasi yang terjadi anatara Kantor
SAR Bandung dengan beberapa relawan
SAR dari himpunan, dimana Kantor SAR
Bandung membuka pintu bagi relawan yang
ingin ikut serta dalam pencarian.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian
dilapangan dan analisis yang telah
dilakukan, dapat diambil simpulan bahwa
Kantor SAR Bandung telah menggunakan
pola komunikasi didalam organisasi sesuai
dengan pengertian dan fungsi dari pola
komunikasi itu sendiri yaitu pola
komunikasi kebawah, pola komunikasi
keatas, dan pola komunikasi kesamping.
Berdasarkan hasil penelitian dan dari datadata yang penulis dapatkan, peneliti
menyimpulkan lebih terperinci pada pola
komunikasi di Kantor SAR Bandung dalam
pencarian pendaki hilang seperti dibawah:
10
Ecodemica, Vol. IV No. 2 April 2016
1. Bagaimana pola komunikasi kebawah
Kantor SAR Bandung dalam pencarian
pendaki
hilang
adalah
dengan
menggunakan media atau saluran
komunikasi lisan kebawah berbentuk
perintah, arahan, dan pengkoordinasian
dari level tinggi ke level yang lebih
rendah, seperti SMC (SAR Mission
Commander) memerintah, mengarahkan,
dan mengkoordinasikan ke level yang
lebih rendah yaitu OSC (On Scene
Commander) dan selanjutnya kepada
SRC (SAR Rescue Unit) untuk
pelaksanaan tugas.
2. Bagaimana pola komunikasi keatas
Kantor SAR Bandung dalam pencarian
pendaki
hilang
adalah
dengan
menggunakan media atau saluran
komunikasi lisan dan tertulis keatas,
yaitu media atau saluran komunikasi
lisan keatas berupa laporan perihal
kegiatan yang telah diselesaikan secara
tatap muka kepada atasan ketika sampai
di Kantor SAR, dan media atau saluran
komunikasi tulisan keatas berbentuk
laporan-laporan kegiatan saat berada
dilapangan yang selanjutnya akan
disampaikan ketika evaluasi.
3. Bagaimana pola komunikasi kesamping
Kantor SAR bandung dalam pencarian
pendaki
hilang
adalah
dengan
menggunakan media atau saluran
komunikasi lisan dan tertulis kesamping,
yaitu komunikasi yang terjadi diantara
sesama Instansi Pemerintah yang
terfokus dalam satu masalah yaitu
pencarian korban hilang di Gunung
dengan bentuk penyampaian pesan
berupa surat permohonan, adapun
komunikasi kesamping diantara rekan
sejawat yaitu terjadi pada Tim SAR
dengan berkomunikasi menggunakan
media atau saluran lisan kesamping.
ISSN: 2355-0295
e-ISSN: 2528-2255
REFERENSI
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola
Komunikasi Orang Tua dan Anak
dalam Keluarga. Jakarta : PT.
Reneka Cipta.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori
dan Filsafat Komunikasi, Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antar
pribadi dan Medianya, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Jiwanto, Gunawan. 1985. Komunikasi
Dalam Organisasi. Yogyakarta: Andi
Offset.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar: Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya
Munandar, Haris. 2010. Mengenal Palang
Merah Indonesia dan Badan SAR
Nasional, Bandung: Erlangga.
Morissan. 2003. Teori Komunikasi Individu
Hingga Massa. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Satori, Djam’an, dan Aan Komariah. 2013.
Metode
Penelitian
Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2013. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung : ALFABETA,
CV.
Wanadri. 1999. Pendidikan Dasar Wanadri,
Bandung : Wanadri
Sumber lain
http://www.basarnas.go.id/
http://www.bandung.basarnas.go.id/
http://www.bnpb.go.id/
http://www.psikologizone.com/definisimedia-komunikasi-dan-fungsinya/06511971
11
Download