Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 POLA KOMUNIKASI ORGANISASI SAR BANDUNG DALAM PENANGANAN MUSIBAH PENDAKI HILANG Titin Suhartini1, Apriananda Ramdani2 Universitas BSI Bandung, [email protected] 2 Universitas BSI Bandung, [email protected] 1 ABSTRACT The function of Bandung SAR Office within the scope of The National SAR Agency is the implementation of SAR standby continuously for 24 hours, the conduct of SAR training, implementation of coaching potensial SAR, acts of early implementation and operation SAR, coordination, deployment and control of potential SAR in the SAR operation. To carry out their duties, communication certainly play an important role in the activities of the Office of SAR Bandung, this study aimed to describe the communication patterns that exist within at Bandung SAR Office when operated on the disaster victims lost in the mountains. The theory used in this research is the coorientation theory of organization that support on this research. The method used on this research is qualitative method. Researcher use interviewing techniques to five informant who was a member of Bandung SAR Office. The results from this study showed that the Bandung SAR Office using communication pattern down the form is command, landing, and coordination to his subordinates in the SAR process, the pattern of upward communication in the form of oral and written reports SAR process activities undertaken by the SAR team, and communication patterns laterally in the form of coordination and problem solving in the search for survivors. As for the obstacles that occur in the search for survivors is natural obstacles, technical, and human. Keywords: Patterns of Communication, Bandung SAR Office, Disaster Missing Climber ABSTRAK Badan SAR Nasional adalah pelaksana siaga SAR secara terus menerus selama 24 jam, pelaksanan pelatihan SAR, pelaksanaan pembinaan potensi SAR, pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR, koordinasi, pengerahan dan pengendalian potensi SAR dalam operasi SAR. Untuk menjalankan tugasnya, tentu komunikasi berperan penting dalam kegiatan Kantor SAR Bandung. penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola komunikasi yang ada didalam Kantor SAR Bandung saat beroperasi pada musibah korban hilang di gunung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori koorientasi organisasi yang mendukung penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Peneliti menggunakan teknik wawancara kepada lima informan yang merupakan anggota dari Kantor SAR Bandung. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Kantor SAR Bandung menggunakan Pola komunikasi kebawah berupa perintah, arahan, dan koordinasi kepada bawahannya dalam proses pencarian, pola komunikasi keatas berupa laporan lisan dan tertulis kegiatan proses pencarian yang dilakukan oleh Tim SAR, dan pola komunikasi kesamping berupa pengkoordinasian dan pemecahan masalah dalam proses pencarian korban. Adapun hambatan yang terjadi pada proses pencarian korban yaitu hambatan alam, teknis dan manusiawi. Kata Kunci: Pola Komunikasi, Kantor SAR Bandung, Musibah Pendaki Hilang PENDAHULUAN Kantor SAR Bandung sebagai Kantor cabang BASARNAS yang memegang komando tertinggi dalam upaya penyelamatan korban harus berupaya ekstra keras dalam setiap musibah yang terjadi. Komunikasi dalam kegiatan SAR merupakan hal penting yang harus ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 1 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 diperhatikan pada saat Kantor SAR Bandung melakukan pencarian pendaki hilang di gunung, maka dari itu sarana alat komunikasi sebagai media komunikasi untuk memberikan informasi kepada setiap tim ataupun kepada pihak eksternal haruslah kompatibel dengan musibah yang sedang terjadi, karena pencarian tersebut dilakukan di alam bebas dan jauh dari keramaian. Untuk itu peneliti ingin meneliti mengenai pola komunikasi yang ada didalam Kantor SAR Bandung dan sistem komunikasi SAR yang dijalankan Kantor SAR Bandung dalam pencarian pendaki hilang, media apa yang digunakan dan bagaimana jalan komunikasi didalam Kantor SAR Bandung itu sendiri dalam pencarian pendaki hilang dapat berjalan sesuai dengan prosedur komunikasi yang ada didalam Kantor SAR Bandung itu sendiri. Apakah pesan-pesan yang menjadi saluran untuk kelancaran pencarian pendaki hilang yang dilakukan Kantor SAR Bandung sesuai dengan pengertian komunikasi organisasi itu sendiri. Menurut Lasswell ada lima unsur yang meliputi komunikasi, yaitu komunikator (communicator, source, senders), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient), efek (effect,impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Basaha dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Pesan-pesan yang diekspresikan dengan sengaja atau tidak sengaja melalui gerak-gerakan, tindakantindakan, perilaku atau suara-suara atau vocal yang berbeda dari penggunaan katakata dalam bahasa verbal. Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi nonverbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Media komunikasi adalah wadah atau sarana didalam bidang komunikasi. Media komunikasi juga suatu benda atau alat yang digunakan sebagai perantara untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Komunikasi organisasi (Organization Communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan adakalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk selentingan dan gossip. KAJIAN LITERATUR Kantor SAR Bandung. Kantor Search and Rescue yang selanjutnya disebut Kantor SAR adalah unit pelaksana teknis di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Badan SAR Nasional. Kantor SAR secara teknis administrative dibina oleh Sekretaris Utama dan secara teknis fungsional dibina oleh Deputi Bidang Operasi SAR dan Deputi Bidang Potensi SAR. Kantor SAR dipimpin oleh seorang Kepala. Bencana Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 2 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Komunikasi Lapangan SAR. Dalam keadaan survival, jiwa anda tergantung pada 4 hal yaitu : perlindungan dari cuaca (dingin, hujan, panas), makanan, air, dan regu pencari. Juga dalam kegiatan-kegiatan operasi, seperti operasi SAR, pendakian dalam regu, pertolongan bencana alam, komunikasi memegang peranan penting dalam operasi tersebut. Mendaki Gunung. Mendaki gunung adalah olah raga outdoor dengan melakukan perjalanan mengarungi rimba dan rintangan alam dari kaki sampai ke puncak gunung. Setiap orang yang ingin melakukan olah raga ini perlu memiliki keahlian khusus, seperti ilmu navigasi dan survival atau bertahan hidup, karena olah raga ini merupakan olahraga yang mengarungi rimba dimana tidak banyak terdapat kehidupan manusia. Teori Koorientasi Organisasi. James Taylor dan beberapa rekan yang melanjutkan gagasan Weick memandang organisasi sebagai suatu proses interaksi, tetapi Taylor menguraikan gagasannya dengan cara yang berbeda dengan Weick. Dengan menggabungkan berbagai teori seperti teori mengenai linguistic, wacana dan organisasi, taylor melalui teorinya yang dinamakan “koorientasi organisasi” (coorientation theory of organization) menjelaskan bagaimana organisasi dibangun melalui percakapan. Taylor memulai pemikirannya dengan ide bahwa organisasi terjadi ketika “two people interact around a particular focus of concern” (dua orang berinteraksi di sekitar suatu fokus perhatian tertentu). Taylor menyebut proses ini dengan nama “koorientasi” (coorientation), yaitu gagasan bahwa dua orang memberikan perhatian pada suatu objek yang sama (suatu topic, isu, perhatian, situasi, ide, tujuan, orang, kelompok, dan sebagainya). Ketika para komunikator memberikan perhatian pada objek yang sama atau melakukan koorientasi maka mereka mencoba untuk menegosiasikan suatu makna yang koheren (utuh) terhadap objek yang menjadi perhatian bersama itu. Terkadang para komunikator sukses membentuk makna kohoren yang sama namun terkadang mereka gagal sehingga membutuhkan interaksi yang lebih intensif untuk mencapai makna bersama. Dengan demikian, para komunikator menjadi saling terkait atau terhubung satu sama lainnya dalam, apa yang disebut Taylor dengan, tiga serangkai “triad A-B-X.” A adalah orang ke-1, B adalah orang ke-2, dan X adalah sesuatu yang menjadi perhatian bersama atau objek perhatian dari interaksi mereka. METODE PENELITIAN Metodologi Kualitatif Definisi tentang penelitian kualitatif dijelaskan oleh Djam’an Satori dan Aan Komariah (2013) dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian kualitatif yang menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Sementara Cresweel dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah (2013) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses inquiry tentang pemahaman bedasar pada tradisi-tradisi metodologis terpisah; jelas pemeriksaan bahwa menjelajah suatu masalah sosial atau manusia. Peneliti membangun suatu kompleks, gambaran holistic, meniliti kata-kata, laporan-laporan memerinci pandangan-pandangan dari penutur asli, dan melakukan studi disuatu pengaturan yang alami. Penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan yang berdiri sendiri. Penelitian ini menyinggung aneka disiplin ilmu, bidang, dan tema. Serumpun terma, konsep, dan asumsi yang rumit dan saling berkaitan menyelimuti terma penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Metode Deskriptif Adapun jenis dari kualitatif-deskriptif yaitu penelitian analisa dan aktivitas. Metode Penelitian mengemukakan bahwa penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas merupakan penelitian yang ditujukan untuk ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 3 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasirekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang. Studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan pekerja, buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap gerakgerak mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan efektif. PEMBAHASAN Pola Komunikasi Kebawah di dalam Kantor SAR Bandung Pola komunikasi kebawah Kantor SAR Bandung yaitu komunikasi antara Kepala Kantor SAR Bandung dengan seluruh bawahannya untuk memberikan arahanarahan yang harus dilakukan kepada para anggota Kantor SAR Bandung dalam tahap evakuasi korban musibah pendaki yang hilang. Komunikasi kebawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktinasi, inspirasi, dan evaluasi. Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena diinterpretasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah (Jiwanto, 1985:31). 1. Pengarahan Pengarahan yang dilakukan Kepala Kantor SAR Bandung kepada anggotanya yaitu terjadi saat operasi SAR dilakukan dan pada saat operasi tidak sedang dilakukan. Peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara dan observasi dengan informan perihal isi arahan ketika operasi SAR dilakukan seperti berikut: S1: “saya memberikan pengarahan mengenai medan yang ada digunung, saat kita mengevakuasi korban di gunung kendang garut, dengan medan yang sulit atau pepohonan yang tinggi dan banyak bukit-bukit tinggi, saya menganjurkan agar tim SAR membawa alat komunikasi berupa hape satelit yang sinyal nya lebih tinggi”. Dari data hasil wawancara diatas peneliti kaitkan dengan salah satu fungsi dari komunikasi kebawah yaitu pengarahan, dimana seorang pimpinan Kantor SAR Bandung memberikan pengarahan kepada bawahannya yang akan mengevakuasi pendaki hilang di gunung kendang agar membawa alat komunikasi berupa hape satelit yang cakupan sinyalnya jauh, karena medan yang akan dilalui oleh para Tim SAR merupakan medan alam yang memungkinkan alat komunikasi tidak dapat dipakai secara efektif, karena ada noise atau hambatan berkomunikasi berupa tidak terjangkaunya sinyal oleh alat komunikasi biasa seperti radio alat HT. Menurut informan alat komunikasi berupa hape satelit hanya dipakai untuk evakuasi korban yang hilang di gunung, dan hape satelit tidak dipakai pada evakuasi musibah lainnya. Selain pengarahan saat melakukan operasi SAR terhadap fokus pencarian pada pendaki hilang, pengarahan juga dilakukan sehari-hari seperti kutipan dibawah ketika peneliti mewawancarai informan perihal pengarahan lain dari sebagai berikut: S1: “kami biasa mengarahkan kepada anggota untuk memanfaatkan fasilitas running tech tv dengan membuka channel berita setiap hari”. Dengan pengarahan dari pimpinan Kantor SAR Bandung untuk membuka channel berita setiap hari di Kantor SAR Bandung, maka akan lebih mudah jika terjadi musibah yang perlu ditangani oleh Kantor SAR Bandung. 2. Perintah Perintah adalah salah satu fungsi dari komunikasi kebawah, dan merupakan kegiatan yang ada didalam pola komunikasi organisasi. Perintah biasa dilakukan oleh orang yang memiliki wewenang tinggi didalam organisasi. perintah dapat didefinisikan sebagai perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu, abab-aba atau komando. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara dengan informan perihal perintah-perintah yang dilakukan oleh orang yang memiliki wewenang tinggi di Kantor SAR Bandung saat mendapatkan informasi mengenai pendaki hilang seperti dibawah ini: S1: “ketika mendapatkan informasi mengenai pendaki hilang, saya langsung mngarahkan kepada kepala seksi operasi untuk menggerakan satu unsur atau tim sar, saya memberikan data kejadian yang sedang terjadi yang didapatkan dari masyarakat dan penjaga gunung”. Kutipan ini merupakan fungsi komunikasi ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 4 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 kebawah berupa perintah yang dilakukan oleh Kepala Kantor SAR Bandung kepada informan “S2” yaitu dimana Kepala Kantor SAR Bandung memerintahkan untuk menggerakkan satu unsur atau Tim SAR yang akan melakukan evakuasi korban pendaki hilang di gunung, didalam komunikasi yang terjadi antara Kepala dan Seksi Operasi menghasilkan saran dan ide mengenai langkah-langkah pertama yang akan dilakukan oleh Tim SAR dalam upaya pencarian pendaki hilang di gunung. Langkah-langkah tersebut seperti penyiapan sarana dan prasarana untuk melakukan operasi SAR, mengumpulkan anggota yang berpotensi SAR gunung, dan membuka kesempatan bagi himpunan atau komunitas yang memiliki orang berpotensi SAR untuk ikut bergabung dalam operasi SAR. 3. Briefing Brifing adalah sebuah pendekatan komunikasi antar-muka (face-to-face) yang secara rutin dilakukan dalam organisasi agar sekuruh tim kerja memiliki tindakan yang produktif terhadap pencapaian tujuan organisasi. Brifing merupakan salah satu fungsi dari komunikasi kebawah yang dimana dilakukan olah pihak-pihak yang memiliki pengetahuan yang lebih dari suatu objek masalah yang sedang ditangani oleh Kantor SAR Bandung. Peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara perihal brifing dari Kepala Seksi Operasi atau dalam SAR disebut dengan SMC (SAR Mission Comander) kepada para Tim SAR dengan dikumpulkannya Tim SAR yang berpotensi SAR gunung di lapangan depan Kantor SAR Bandung, seperti berikut: S2: “saya mendapatkan perintah untuk menggerakkan satu unsur, saya mengolah data dulu seperti kejadian detail data beban menjadi bentuk brifing, kemudian unsur dikumpulkan berbaris, kemudian saya sampaikan data tersebut berupa tanggal sekian dan musibah pendaki yang hilang di gunung, dan medan yang akan dilalui” Kutipan diatas merupakan kegiatan brifing yang dilakukan anggota Kantor SAR Bandung pada saat akan melakukan evakuasi pendaki hilang, Kepala Seksi Operasi memberikan brifing mengenai musibah yang terjadi adalah pendaki hilang, dan medan yang akan dilalui oleh para Tim SAR adalah berupa medan dengan bentuk bumi yang tidak rata sehingga disarankan untuk membawa alatalat khusus untuk gunung hutan. 4. Indoktrinasi Indoktrinasi dalam organisasi Kantor SAR Bandung ini adalah merupakan pemberian pemahaman, gagasan, ilmu pengetahuan, dan pendidikan mengenai SAR. Seperti yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan informan perihal bagaimana indoktrinasi yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan seperti dibawah ini: S1 : “lebih memberikan pemahamanpemahaman kembali tentang kondisi lapangan, karena adakalanya Tim SAR sedang tidak dalam kondisi yang baik, fungsinya agar kondisi mental dapat pulih sesuai dengan yang diajarkan dalam diklat sebelumnya” Hasil wawancara diatas adalah indoktirnasi yang diberikan pimpinan Kantor SAR Bandung kepada anggotanya berupa pemahaman kembali tentang kondisi lapangan ketika dalam proses pencarian korban, pemahaman tersebut berguna untuk menguatkan kembali mental Tim SAR yang sedang dalam kondisi tidak baik, seperti yang telah diberikan pemahaman pada saat diklat. Adapun peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara dengan informan perihal indoktrinasi yang diberikan pimpinan Kantor SAR Bandung kepada anggotanya pada saat diklat seperti kutipan dibawah ini: S1: “indoktrinasi disini sebenarnya lebih memberikan pemahaman, gagasan, ilmu pengetahuan dan pendidikan mengenai seperti apa SAR itu dan bagaimana SAR itu, karena setiap anggota SAR yang mengikuti diklat memiliki latar pendidikan yang berbeda, jadi fungsi indoktrinasi disini berguna untuk mengembangkan calon anggota untuk siap menjadi anggota yang bersatu sepaham dengan tujuan SAR yang nantinya berguna pada kekuatan organisasi dan juga anggota SAR”. Dari hasil wawancara diatas indoktrinasi yang dilakukan Kepala Kantor SAR Bandung yaitu serangkaian kegiatan pendidikan ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 5 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 yang berguna untuk mendorong calon anggota SAR dalam mengetahui dan memahami organisasi dan tugasnya agar sesuai dengan tujuan organisasi. 5. Inspirasi Inspirasi dalam organisasi merupakan dorongan dalam diri yang membangunkan kita pada kemungkinan-kemungkinan baru, dengan inspirasi orang menjadi terlibat, dan memaksa dirinya untuk bekerja melampaui kemampuan diri sebelumnya. Dari penjelasan mengenai inspirasi diatas, peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara dengan informan perihal bagaimana inspirasi yang diberikan atasan kepada anggota pada saat operasi dilakukan, seperti kutipan wawancara dibawah: S2 : “sebenarnya inspirasi itu timbul ketika kita memberikan contoh yang baik, jika dalam pencarian korban saya selalu berusaha semaksimal mungkin membantu dan bersatu padu dengan bawahan, baik secara mental maupun kekuatan fisik”. Seorang pemimpin harus memberikan inspirasi dan motivasi kepada anggota agar membuat mereka yakin pada kemampuannya sendiri, ketua Tim mengisnpirasi dan memotivasi pada bawahannya dengan cara pemimpin turun langsung membantu semaksimal mungkin dan bersatu padu dengan bawahannya. Pola Komunikasi Keatas Didalam Kantor SAR Bandung Pada Saat Proses Pencarian. Pola komunikasi keatas dalam penelitian ini yaitu dimana para bawahan berkomunikasi kepada atasan perihal kegiatan yang sedang dilakukan oleh Tim SAR, yaitu ketika bawahan memberikan laporan-laporan kepada atasan terkait jalan pencarian pendaki yang hilang, laporanlaporan tersebut berupa hasil kerja lapangan atau hasil dari evakuasi. “Komunikasi keatas dapat berupa laporan prestasi kerja (performance report), saransaran dan rekomendasi, usulan anggaran, pendapat atau opini, keluhan, permohonan bantuan, atau intruksi” (Jiwanto, 1985:31) Ada media-media tertentu yang dapat digunakan untuk meningkatkan aliran informasi keatas dalam suatu organisasi. Media atau saluran yang banyak digunakan dalam komunikasi keatas adalah pertemuan tatap muka langsung, pertemuan berencana kelompok Tim SAR, percakapan informal dengan pimpinan pembicaraan lewat telepon, catatan memo tertulis, dan laporan-laporan hasil operasi SAR untuk kemudian disampaikan kepada atasan dari Kantor SAR Bandung. Seperti kutipan yang peneliti dapatkan dari hasil wawancaran dengan informan ketika di berikan pertanyaan perihal pola komunikasi ke atas dalam proses pencarian pendaki yang hilang. S5: “pada saat jalan dari kantor ke lokasi itu perlu satu jam laporan, begitu juga saat di lokasi penanganan musibah harus ada laporan pagi dan sore, pagi laporannya menyampaikan rencana pergerakan hari ini, sore dilaporkan hasil hari ini adalah ini, itu dilaporkan harus sampai ke pusat.” Dari data diatas, peneliti mendapatkan hasil penelitian yang dimana pola komunikasi kebawah yaitu komunikasi dari bawahan kepada atasan menggunakan saluran komunikasi berupa laporanlaporan, laporan-laporan tersebut berupa komunikasi verbal. Komunikasi verbal dalam penelitian ini meliputi komunikasi lisan dan tulisan yang disampaikan bawahan kepada atasan, yaitu ketika suatu unsur atau Tim SAR melakukan evakuasi pendaki hilang di gunung, mereka harus selalu membuat laporan-laporan setiap mereka melakukan sesuatu, laporan diperjalanan, laporan pagi dan sore. Laporan pagi berupa rencana pergerakan evakuasi pendaki hilang, yaitu seperti data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan informan perihal laporan pagi saat evakuasi dilakukan seperti dibawah: S5: “rencana pergerakannya yaitu saat evakuasi korban hilang di gunung kendang kami merencanakan akan melakukan penyisiran di area jalur lebak tiis serta tim sar lainnya melanjutkan pencarian menyisir di area karvak, itu kami laporkan ke kansar untuk mendapatkan komando lanjutan” Kutipan hasil wawancara diatas adalah kegiatan perencanaan pergerakan yang dilakukan oleh Tim SAR pada saat evakuasi korban pendaki hilang di Gunung Kendang Garut, pagi hari Tim SAR ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 6 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 merencanakan pergerakan akan menelusuri salah satu area di Gunung Kendang Garut yaitu menyisir jalur lebak tiis, karena diperkirakan pendaki melewati jalur tersebut untuk dapat mencapai puncak, selanjutnya setelah melakukan rencana tersebut harus dilaporkan kepada Kantor SAR Bandung guna untuk mendapatkan perintah lebih lanjut. Adapun peneliti mendapatkan data dari informan dengan melakukan wawancara dengan informan S5 perihal laporan sore hasil dari pergerakan seperti dibawah ini: S5: “kami menemukan ransel korban pada ketinggian 2100 MDPL titik koordinat 9831-9876 UTM, kemudian kami melaporkan hasil pergerakan tersebut ke OSC dan selanjutnya dilaporkan ke Kantor SAR Bandung” Dari kutipan hasil wawancara diatas, mengenai laporan sore hasil dari pergerakan pencarian adalah ketika Tim SAR berhasil menemukan jejak korban yaitu ransel yang diperkirakan dipakai oleh korban saat mendaki di ketinggian 2100 MDPL (Meter Diatas Permukaan Laut), hasil dari pergerakan tersebut dijadikan laporan oleh OSC (On Scene Commander) untuk dilaporkan ke Kantor SAR Bandung yang selanjutnya akan dilaporkan langsung ke pusat yaitu Badan SAR Nasional guna untuk menjadi bahan evaluasi. Laporanlaporan tersebut berupa laporan tertulis yang disampaikan melalui media komunikasi Blackberry Messenger, yang dimana Organisasi Kantor SAR Bandung membentuk sebuah grup chating untuk mempermudah berkomunikasi antara ruang lingkup Kantor SAR Bandung. Dari data diatas, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi keatas yang terjadi di Kantor SAR Bandung pada saat melakukan evakuasi korban musibah pendaki hilang di gunung adalah berupa laporan sebagai saluran komunikasi untuk dijadikan rencana pergerakan selanjutnya jika korban masih belum ditemukan. Laporan termasuk kedalam media dan saluran komunikasi lisan seperti kutipan dibawah ini: “Sebagian besar komunikasi antara karyawan dan manajemen terjadi melalui komunikasi tatap-muka langsung. Namun demikian, perlu kiranya ditetapkan prosedur yang memungkinkan seorang karyawan dapat berkomunikasi secara tertulis dengan tingkatan manajemen yang lebih tinggi untuk membicarakan masalahmasalah yang berkaitan dengan pekerjaan maupun masalah-masalah pribadi” (Jiwanto, 1985:57) Pola Komunikasi Kesamping Pada Saat Proses Pencarian. Pola komunikasi kesamping dan menyilang dalam penelitian yang teliti di Kantor SAR Bandung terkait pendaki yang hilang yaitu dimana komunikasi yang terjadi antara sesama Instansi Pemerintah, antara Kantor SAR dengan warga, Kantor SAR dengan himpunan pendaki, dan antara sesama Tim SAR saat kegiatan evakuasi sedang berjalan. Komunikasi kesamping (lateral communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau antara orang atau pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal) (Jiwanto, 1985:32). Komunikasi antara sesama Instansi Pemerintah merupakan komunikasi formal didalam organisasi dimana anggota organisasi Kantor SAR Bandung menyampaikan pesan kepada beberapa Instansi Pemerintah untuk meminta pertolongan terkait dengan pencarian pendaki hilang. Peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara dengan informal perihal komunikasi kesamping pada organisasi Kantor SAR Bandung dengan sesame Instansi Pemerintah lainnya yaitu BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) seperti berikut: S1 : “nah sekarang kita juga menyebar informasi ini kepada BPBD jika terkait dengan bencana, apapun bencana itu kami berkomunikasi dengan BPBD” Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa Kantor SAR Bandung berkomunikasi dengan BPBD, apapun bencana itu Kantor SAR Bandung harus selalu memberikan informasi kepada BPBD untuk mendapatkan saran dan respon dari apa yang akan dilakukan Kantor SAR Bandung dalam operasi SAR, juga jika perlu bantuan tenaga dari Kantor SAR Bandung ketika BPBD sedang menjalankan tugasnya. Dalam penelitian ini, peneliti ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 7 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 menemukan data perihal batasan dari kegiatan Kantor SAR Bandung dalam upaya penyelamatan seperti kutipan dibawah hasil wawancara dengan informan: S1: “contoh kasus pada saat bencana di pengalengan itu ranahnya BPBD, kami merapat kesana membantu untuk penanganan evakuasi saja, kami berkomunikasi terus, kami hanya fokus di evakuasi saja, tapi keseluruhan tanggung jawab kebencanaan tadi itu ada di BPBD” Dari paparan hasil wawancara diatas peneliti menemukan data perihal batasan dari upaya penyelamatan yang dilakukan Kantor SAR Bandung, yaitu Kantor SAR Bandung tidak memegang komando jika terkait dengan bencana, karena bencana merupakan ranah dari BPBD sebagai pemegang komando tertinggi untuk penanggulangan bencana, Kantor SAR Bandung yang dibawahi oleh Badan SAR Nasional hanya membantu pada tahap evakuasi, sesuai dengan arti dari SAR yaitu Search and Rescue (Pertolongan dan Pencarian). Adapun peneliti mendapatkan data perihal pola komunikasi kesamping yang terjadi antara Kantor SAR Bandung dengan PMI, dan Kantor SAR Bandung dengan TNI sebagai sesama Instansi Pemerintah, seperti kutipan dibawah hasil wawancara penelit dengan informan perihal komunikasi kesamping antara sesama Instansi Pemerintah: S1: “ketika tahap evakuasi kami tidak bekerja sendiri, kami juga meminta bantuan dari PMI jika korban dinyatakan meninggal atau jika korban ditemukan dengan luka yang serius, dan juga kami meminta bantuan kepada Polisi dan TNI untuk pengamanan di lokasi, biasanya TNI suka ikut dalam pencarian” Dari paparan hasil wawancara diatas perihal komunikasi kesamping antara sesama Instansi Pemerintah, Kantor SAR Bandung tidak bekerja sendiri dalam proses evakuasi korban, Kantor SAR Bandung meminta bantuan kepada PMI ketika Tim SAR berhasil menemukan korban dan dinyatakan meninggal, atau korban dalam keadaan luka berat dan perlu pertolongan pertama pada kecelakaan, maka PMI dibutuhkan dalam tahap evakuasi pencarian pendaki hilang. Selain meminta bantuan kepada PMI untuk tahap evakuasi, Kantor SAR Bandung meminta bantuan kepada Instansi Pemerintah lainnya yaitu Polisi dan TNI untuk pengamanan saat proses evakuasi, seperti polisi menggunakan Police Line untuk daerah-daerah yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang dan juga dibantu oleh untuk proses pengamanan. Selain membantu dalam pengamanan, TNI juga membantu dalam proses pencarian karena anggota TNI berpotensi dalam operasi SAR, mereka mengenal medan-medan yang ada di gunung dengan hasil pelatihannya. Adapun peneliti mendapatkan data perihal komunikasi kesamping antara Kantor SAR Bandung dengan Gubernur, seperti dibawah hasil wawancara peneliti dengan informan perihal komunikasi kesamping yang dilakukan Kantor SAR Bandung dengan Gubernur: S1: “kalo berhubungan dengan Instansi Gubernur Pemerintah Daerah, komunikasi kami di tingkat tinggi Kepala BASARNAS di Kantor Pusat berhubungan dengan beliau (Gubernur) langsung, beliau biasanya mendelegasikan ke Kepala BPBD untuk berkomunikasi dengan saya di Kantor SAR untuk pengarahan unsur dan lain-lain” Dari paparan hasil wawancara diatas perihal komunikasi kesamping antara Kantor SAR Bandung dengan Gubernur di tingkat tinggi, komunikasi tidak terjadi langsung antara Kantor SAR Bandung dengan Gubernur tetapi melalui Kantor Pusat yaitu Badan SAR Nasional. Setelah menerima informasi mengenai pendaki hilang, Kantor SAR Bandung memberikan laporan kepada Kantor Pusat Badan SAR Nasional untuk selanjutnya dilaporkan kepada Gubernur, dan dari Gubernur laporan tersebut didelegasikan kepada BPBD lalu kembali dari BPBD kepada Kantor SAR Bandung untuk selanjutnya diberikan pengarahan kepada Tim SAR yang akan beroperasi atau melakukan evakuasi korban. Komunikasi kesamping juga terjadi diantara anggota Kantor SAR Bandung sendiri yaitu antara sesama Tim Pencarian atau disebut dengan SRU (Search Rescue Unit). Peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 8 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 dengan informan perihal komunikasi antara sesama Tim SAR saat pencarian pendaki hilang seperti berikut: S4 : “yang ngatur jadi komandannya, untuk komunikasi segala macem yang ngatur komandan, saya hanya menyerahkan peralatannya, komandan mengatur, lalu dibagi Timnya, nanti dilapangan setiap SRU (Search Rescue Unit) punya komandan masing-masing, lalu diatas komandan SRU itu adalagi dantim, dantim tidak turun ke lapangan, dia hanya mengarahkan lewat radio, dantim hanya untuk kordinasi saja antar unsur”. Dari paparan hasil wawancara diatas perihal komunikasi kesamping terjadi antara sesama SRU, dalam kegiatan SAR untuk lebih mudah dalam proses evakuasi maka Kantor SAR Bandung membentuk beberapa SRU, yang dimana komunikasi dilakukan oleh komandan mereka masingmasing, komunikasi antar sesama Tim SAR tersebut berupa informasi mengenai pergerakan-pergerakan yang dilakukan SRU1 kepada SRU2 atau mereka saling berkomunikasi ketika jarak memisahkan, di Kantor SAR Bandung dipergunakan kolsen-kolsen seperti SRU1 disebut Alpa, SRU2 disebut dengan Delta dan sebagainya. Proses penyampaian pesan dilakukan oleh komandan masing-masing dengan berkomunikasi langsung kepada dantim di pos camp. Dalam penelitian mengenai pola komunikasi kesamping, adapun peneliti menemukan komunikasi yang terjadi antara Kantor SAR Bandung dengan warga, yang dimana Tim SAR dari Kantor SAR Bandung meminta informasi mengenai medan yang akan Tim SAR lalui, dengan meminta warga untuk ikut serta dalam pencarian, komunikasi yang terjadi berupa komunikasi langsung tatap muka, dan juga musyarwah sebagai media atau saluran komunikasi Tim SAR kepada warga sekitar gunung. Adapun komunikasi yang terjadi anatara Kantor SAR Bandung dengan beberapa relawan SAR dari himpunan, dimana Kantor SAR Bandung membuka pintu bagi relawan yang ingin ikut serta dalam pencarian. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dilapangan dan analisis yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan bahwa Kantor SAR Bandung telah menggunakan pola komunikasi didalam organisasi sesuai dengan pengertian dan fungsi dari pola komunikasi itu sendiri yaitu pola komunikasi kebawah, pola komunikasi keatas, dan pola komunikasi kesamping. Berdasarkan hasil penelitian dan dari datadata yang penulis dapatkan, peneliti menyimpulkan lebih terperinci pada pola komunikasi di Kantor SAR Bandung dalam pencarian pendaki hilang seperti dibawah: 1. Bagaimana pola komunikasi kebawah Kantor SAR Bandung dalam pencarian pendaki hilang adalah dengan menggunakan media atau saluran komunikasi lisan kebawah berbentuk perintah, arahan, dan pengkoordinasian dari level tinggi ke level yang lebih rendah, seperti SMC (SAR Mission Commander) memerintah, mengarahkan, dan mengkoordinasikan ke level yang lebih rendah yaitu OSC (On Scene Commander) dan selanjutnya kepada SRC (SAR Rescue Unit) untuk pelaksanaan tugas. 2. Bagaimana pola komunikasi keatas Kantor SAR Bandung dalam pencarian pendaki hilang adalah dengan menggunakan media atau saluran komunikasi lisan dan tertulis keatas, yaitu media atau saluran komunikasi lisan keatas berupa laporan perihal kegiatan yang telah diselesaikan secara tatap muka kepada atasan ketika sampai di Kantor SAR, dan media atau saluran komunikasi tulisan keatas berbentuk laporan-laporan kegiatan saat berada dilapangan yang selanjutnya akan disampaikan ketika evaluasi. 3. Bagaimana pola komunikasi kesamping Kantor SAR bandung dalam pencarian pendaki hilang adalah dengan menggunakan media atau saluran komunikasi lisan dan tertulis kesamping, yaitu komunikasi yang terjadi diantara sesama Instansi Pemerintah yang terfokus dalam satu ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 9 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 masalah yaitu pencarian korban hilang di Gunung dengan bentuk penyampaian pesan berupa surat permohonan, adapun komunikasi kesamping diantara rekan sejawat yaitu terjadi pada Tim SAR dengan berkomunikasi menggunakan media atau saluran lisan kesamping. http://www.psikologizone.com/definisimedia-komunikasi-danfungsinya/06511971 REFERENSI Djamarah, Bahri, Syaiful. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta : PT. Reneka Cipta. Effendi, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antar pribadi dan Medianya, Yogyakarta: Graha Ilmu. Jiwanto, Gunawan. (1985). Komunikasi Dalam Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset. Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar: Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. Munandar, Haris. (2010). Mengenal Palang Merah Indonesia dan Badan SAR Nasional, Bandung: Erlangga. Morissan. 2003. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Satori, Djam’an, dan Aan Komariah. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA, CV. Wanadri. (1999). Pendidikan Dasar Wanadri, Bandung : Wanadri http://www.basarnas.go.id/ http://www.bandung.basarnas.go.id/ http://www.bnpb.go.id/ ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 10