1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan Setiap manusia akan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
Setiap manusia akan melalui suatu proses kehidupan, dimulai dari
pembuah-an, kelahiran, tumbuh kembang anak, pencapaian usia dewasa,
mengalami proses penuaan, menjadi tua, dan berakhir dengan kematian
Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang
berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang
menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak
sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress, dan kemiskinan
(Pangkahila, 2011).
Faktor-faktor penyebab proses penuaan dapat diidentifikasi seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini. Jika faktor-faktor tersebut dapat
dihindari,maka proses penuaan tentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin
dihambat sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Hal inilah yang mendasari
berkembangnya anti-aging medicine, yang bertujuan untuk mencapai atau
memperpanjang usia harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup manusia
dengan mencari penyebab penuaan tersebut dan memberikan terapi yang tepat
(Pangkahila, 2011)
Penyakit degeneratif dapat terjadi karena adanya proses penuaan, tidak
termasuk penyakit menular dan berlangsung kronis seperti penyakit jantung
koroner, hipertensi, diabetes melitus, obesitas dan lainnya (Powers, 2008).
1
2
Penuaan dapat diketahui dengan mengukur atau melihat tanda atau
perubahan yang terjadi dibandingkan sebelumnya, yang disebut biomarker. Tanda
atau perubahan yang terjadi dapat digunakan sebagai parameter. Dalam kaitan
dengan penyakit tertentu, biomarker merupakan parameter adanya penyakit atau
berat ringannya suatu penyakit (Pangkahila, 2007).
Salah satu cara untuk mengetahui biomarker penuaan adalah dengan
pemeriksaan biokimia seperti pemeriksaan profil lipid yang meliputi kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL. Pemeriksaan
profil lipid untuk mengetahui risiko penyakit kardiovaskular (Pangkahila, 2007).
Penuaan berkaitan erat dengan fungsi berbagai organ tubuh yang
menunjang aktivitas sehari-hari. Dengan demikian biomarker berkaitan erat juga
dengan
kualitas hidup. Karena itu
pemeriksaan adanya tanda atau
perubahanakibat proses penuaan seharusnya dilakukan sebelum muncul keluhan
dan gangguan dalam aktivitas hidup sehari-hari (Pangkahila, 2007).
2.2 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
pening-katan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan atau
penurunan kadar kolesterol HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis
semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat erat kaitannya antara satu
dengan yang lainnya ( Shahab, 2005).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, komposisi makanan pada
manusia Indonesia terdiri atas 60-75 % karbohidrat, 12-20 % protein dan
3
selebihnya lemak, namun dalam dekade terakhir ini pola konsumsi khususnya
komposisi makanan manusia Indonesia terutama yang berdiam di kota mengalami
banyak perubahan. Perubahan tersebut yaitu pada pola makan sehari-hari, yang
saat ini adalah berpindahnya pilihan kepada jenis makanan yang banyak
mengandung lemak, sehingga mengakibatkan kadar lemak yang tinggi dalam
darah dan menimbulkan suatu proses yang kompleks dalam pembuluh darah,
serta berpengaruh pada fungsi beberapa organ dalam tubuh manusia. Keadaan
tersebut merupakan suatu kelaian metabolisme lemak dalam tubuh yang disebut
dislipidemia (Bintang, 2010). Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko
utama dalam proses terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung, misalnya
tingginya kadar fraksi lipid seperti kadar kolesterol yang tinggi dalam darah
(hiperkolesterolemia)
atau
tingginya
kadar
trigliserida
dalam
darah
(hipertrigliseridemia) dan sebagainya (Bintang, 2010).
Tingginya kadar kolesterol LDL dan kolesterol total memberikan
kemungkinan terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, karena
keterlibatannya yang dominan dalam proses terjadinya penyakit tersebut.
Sebaliknya rendahnya kadar kolesterol HDL dalam darah akan mengakibatkan
kemungkinan atau risiko lebih besar terhadap terjadinya penyakit jantung koroner
(Santoso dan Setiawan, 2005). Sedangkan tingginya kadar trigliserida lebih sering
dihubungkan dengan kejadian sakit diabetes mellitus dan sindroma metabolik,
karena berpengaruh terhadap peningkatan kolesterol LDL padat kecil yang disebut
small dense LDL- cholesterol, yang ternyata merupakan substansi yang berperan
4
pada tahap awal aterosklerosis, karena LDL yang kecil dan lebih padat lebih cepat
dioksidasi dibandingkan LDL yang lebih besar ( Judajana, 2011).
2.3 Lipid
Lipid atau lemak , adalah suatu senyawa yang bersifat hidrofobik, zat yang
kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses
metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua
sumber yaitu dari makanan dan hasil sintesis dalam organ hati .Lemak ditemukan
pada banyak sel dalam bentuk butir-butir lemak kecil. Adiposit merupakan sel
lemak khusus untuk menyimpan lemak (Murray, 2012). Lipid yang beredar di
dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan (eksogen) dan hasil
produksi organ hati (endogen). (Murray, 2012).
Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan
asam lemak bebas. Lipid tidak larut dalam air oleh karena itu agar dapat diangkut
dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, yaitu
dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air. Partikel lipoprotein terdiri
dari inti yang mengandung trigliserida dan kolesterol ester, dikelilingi oleh
fosfolipid, kolesterol bebas dan apolipoprotein (Gambar 2.1). Zat-zat tersebut
beredar dalam darah sebagai lipoprotein yang larut dalam plasma. Lipoprotein ini
bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat penggunaannya
(Suyatna, 2007).
5
Gambar 2.1 Partikel Lipoprotein
(availableathttp://eatingacademy.com/wpcontent/uploads/2011/12/o_bom_colesterol.jp)
Fungsi lemak adalah
1. Sebagai energi, satu gram asam lemak menghasilkan 9 Kcal, dibandingkan
dengan protein dan karbohidrat yang hanya menghasilkan 4 kcal.
2. Sebagai penyusun struktur membran sel.
Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran
material-material.
3. Sebagai cadangan penghasil energi
Lemak disimpan sebagai jaringan adiposa.
4. Sebagai Kelenjar endokrin dan pelarut vitamin (A,D,E,K).
Sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan beberapa macam sitokin
termasuk
TNFα,
interleukin,
Leptin,
adiponectin.sedangkan
vitamin
membantu regulasi proses-proses biologis\
5. Isolator panas
Lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa dibawah kulit bisa menjaga
kehangatan tubuh.
6
Berdasarkan komponen dasarnya, lemak dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Lichtenstein and Jones, 2005):
1. Lipid sederhana:
a. Lemak netral (monogliserida, digliserida, trigliserida),
b. Ester asam lemak dengan alkohol berberat molekul tinggi
2. Lipid majemuk:
a. Fosfolipid
b. Lipoprotein
3. Lipid turunan:
a. Asam lemak
b. Sterol (kolesterol, ergosterol,dan sebagainya)
Secara klinis, lemak yang penting adalah (Lichtenstein and Jones, 2005) :
1. Trigliserida (lemak netral)
2. Fosfolipid
3. Kolesterol
4. Asam Lemak
2.3.1
Trigliserida
Trigliserida adalah bentuk lain dari lemak yang merupakan cadangan
energi dan dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebihan dalam darah.
Pening-katan kadar trigliserida ini dihubungkan dengan LDL padat kecil (small
dense LDL) dan rendahnya kadar HDL (AHA, 2012).
Trigliserida dapat disintesis dari karbohidrat maupun protein. Setiap kali
karbohidrat yang memasuki tubuh lebih banyak dari yang dapat dipakai segera
7
sebagai energi atau disimpan dalam bentuk glikogen, kelebihan karbohidrat
tersebut dengan cepat diubah
menjadi trigliserida kemudian disimpan dalam
jaringan adiposa. Demikian pula bila kelebihan protein, akan disimpan menjadi
lemak (Guyton dan Hall, 2007).
Pembentukan lemak terutama terjadi di dalam hati. Atom-atom karbon
yang berasal dari glukosa dan asam-asam amino akan di ubah menjadi asetil KoA.
Melalui beberapa tahap reaksi bagian asetat dari asetil KoA akan membentuk
asam-asam lemak jenuh berupa asam palmitat (C16), asam stearat (C18) atau
asam arakidonat (C20). Asam lemak ini akan melakukan esterifikasi dengan
gliserol (diproduksi dalam glikolisis) dan menghasilkan trigliserida. Trigliserida
ini akan dikeluarkan ke dalam aliran darah sebagai VLDL ( very low density
lipoprotein ) yang digunakan untuk menghasilkan energi atau disimpan dalam
sel-sel adiposa (Almatsier, 2009).
2.3.2
Fosfolipid
Fosfolipid dibentuk di hati dan menempati urutan ke dua kandungan lipid
dalam tubuh. Fungsi utamanya adalah membentuk membran sel. Fosfolipid mempunyai kekhususan karena bersifat polar dan non polar atau disebut juga amfilitik.
Sifat amfilitik inilah yang merupakan bagian penting dalam peranan biologik
fosfolipid dalam membran sel. Karena mempunyai daya tarik yang sama terhadap
zat larut air dan zat larut lemak, fosfolipid merupakan bahan struktur sel yang
efektif. Di dalam darah fosfolipid berfungsi sebagai alat angkut lipid (Almatsier,
2009).
8
2.3.3
Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu komponen lemak, dan merupakan salah satu
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh disamping zat gizi lain. ditemukan pada otak,
hati, darah dan empedu. Kolesterol diproduksi terutama di hati (Goldman dan
Klatz, 2007). Dalam tubuh kolesterol terdapat dalam bentuk bebas (tidak
teresterifikasi) dan dalam bentukkolesterol ester (teresterifikasi) sekitar 60-75%
diangkut oleh LDL dan
15% diangkut oleh HDL. Kolesterol juga sangat
bermanfaat dalam berbagai proses sintesis metabolism tubuh (Murray 2009)
Konsumsi lemak yang tinggi merupakan faktor penting terhadap kadar
kolesterol dalam plasma darah. Diet banyak mengandung asam lemak jenuh
menyebabkan konsentrasi kolesterol darah meningkat, Kolesterol yang berlebihan
di dalam darah dapat membentuk plak pada dinding pembuluh darah sehingga
menyebabkan penyempitan lumen yang di namakan aterosklerosis.
2.3.4 Asam lemak
Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang. Adapun
rumus umum dari asam lemak adalah : CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH
Rentang ukuran dan asam lemak adalah C12 sampai dengan C24. Ada dua macam
asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005):
1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid).
Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap.
Gambar 2.2 Struktur Asam Lemak Jenuh
9
2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid).
Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.
Gambar 2.3 Struktur Asam Lemak Tak Jenuh
2.3.5 Lipoprotein
Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut
dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka
di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik
membentuksuatu kompleks makromolekul yang larut dalam air. Ikatan antara
lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut
Lipoprotein.
Tubuh mengatur kadar lipoprotein melalui beberapa cara (Rader and Hobbs,
2005):
1. Mengurangi pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein
yang masuk ke dalam darah.
2. Meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari
dalam darah.
Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan
menjadi kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), Intermediate Density
Lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein
10
(HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta
dibuang dengan cara yang sedikit berbeda (Rader and Hobbs, 2005).
2.3.5.1 Kilomikron
Kilomikron merupakan liprotein yang mengangkut lemak menuju ke
hati.Kilomikron dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dan
trigliserida. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya
terdiri dari trigliserida, yang berasal dari makanan terutama makanan yang
mengandung trigliserida dan kurang dan 5 persen terdiri atas kolesterol ester. Pada
waktu mencapai darah, kilomikron berinteraksi dengan Lipoprotein Lipase (LPL)
yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot. Akibat
interaksi ini trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL
ke hepar untuk di metabolisme.Kilomikron membawa trigliserida dari makanan
ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati
(Murray, 2012).
Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas,
Apo B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron
terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E
ditransfer ke kilomikron dan HDL sehingga membentuk kilomikron.Apo CII
memediasi hidrolisis trigliserida melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk
kilomikron remnan yang kaya kolesterol miskin trigliserida (Rader dan Hobbs,
2005).
11
Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan untuk disimpan
sebagai trigliserida, dioksidasi sebagai sumber energi atau digunakan kembali di
hepar untuk membentuk lipoprotein trigliserida (AHA, 2012).
Kilomikron remnan akan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E,
sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu,
disatukan ke dalam membran, diekskresikan sebagai kolesterol ke dalarn
empeduatau membentuk lipoprotein (Smith et al ,2013).
2.3.5.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) merupakan trigliserida
endogen.Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15
persen kolesterol.Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang
berfungsi sebagai transpor lemak dan hepar ke jaringan.Trigliserida merupakan
bagian terbesar dari VLDL (5 5-80 persen) dan ukuran VLDL ditentukan oleh
jumlah trigliserida yang ada (Rader and Hobbs, 2005).
Apolipoprotein utama VLDL adalah Apo B100.Trigliserida VLDL
dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL
remnan.VLDL remnan dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor atau
tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya dihirolisis oleh
hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (2.3.5.3 Intermediate Density
Lipoprotein (IDL) (Mahley et al, 2003)
Lipoprotein densitas sedang (IDL) terdiri dari kolesterol (20 persen),
trigliserida (30 persen).IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL
dikatabolisme menjadi LDL.Perubahan IDL menjadi LDL juga melibatkan LPL
12
dan hepatik lipase (HL), dimanaHepatik Lipase (HL) menghidrolisis trigliserida
dan fosfolipid. Tidak terdapat dalam kadar besar kecuali bila terjadi hambatan
konversi lebih lanjut (Mayes et al, 2003).
2.3.5.4 Low Density Lipoprotein (LDL)
Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah lipoprotein yang merupakan
alat transpor kolesterol yang utama mengangkut sekitar 70-80 persen dari
kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL.Fungsi LDL yaitu membawa
kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, otak dan
lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (untuk sintesis membran
plasma dan hormon steroid). Rangkaian proses penyediaan kolesterol pada
jaringan ekstrahepatik disebut LDL receptor pathway, sedangkan rangkaian
proses pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan perifer disebut reverse
cholesterol transport. Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan (Kumar et al, 2011).
Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan kolesterol
60 persen.Kadar LDL plasma tergantung darin banyak faktor termasuk kolesterol
dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan
VLDL. Kelebihan LDL akan melayang-layang dalam darah dengan resiko
penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah
arteri yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. LDL mengalami katabolisme
melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor.Jalur katabolisme reseptor dapat
ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan
jaringan perifer berkurang maka kadar kolesterol plasmanya meningkat.
13
Peningkatan kadar kolesterol sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan
membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis
(Mayes et al, 2003).
2.3.5.5 High Density Lipoprotein (HDL)
Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dan
jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam
kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol
di perifer berkurang.Komponen HDL ialah 13%kolesterol, kurang dari 5%
trigliserida dan 50%protein. Kadar HDL kira-kira sama pada laki-laki dan
perempuan sampai pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20 persen
lebih rendah daripada kadar pada perempuan. Pada individu dengan nilai lipid
yang normal, kadar HDL relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada
pria dan 54 mg/dl pada perempuan). HDL penting untuk bersihan trigliserida dan
kolesterol, dan untuk transpor serta metabolisme ester kolesterol dalam
plasma.Kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan
kematian karena ateroskierosis. Oleh karena itu Mekanisme proteksi HDL
terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui dengan jelas.Kadar HDL
menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan
pada pemakaian kombinasi estrogen-progestin. HDL mengandung Apo AI, AII,
AIV, C, dan E, memberikan Apo E dan Apo C, menerima Apo AI dan Apo AIV
dari kilomikron di dalam sirkulasi darah (AHA, 2012).
Fungsi HDL antara lain adalah :
14
1. Mengangkut kelebihan kolesterol dan jaringan ekstrahepatik dan sel
pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim LCAT
(Lecithin Cholesteryl Acyl Transferase) melepaskan kolesterol ke VLDLremnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu
2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan kilomikron
remnan.
3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang besifat anti
trombosis.
4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL.
Inti HDL adalah kolesterol ester yang dibentuk dalam sirkulasi melalui
pengambilan kolesterol di jaringan perifer dengan pertolongan enzim LCAT
(Mayes et al, 2003).
2.4 Biosintesis Kolesterol
Biosintesis kolesterol terjadi pada sel-sel eukaryota.Sintesis kolesterol
dimulai dari perpindahan asetil-KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di
peroksisom.Biosintesis kolesterol terjadi di 25 % di organ hati dan 10% di usus
(Guyton, 2007).
Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu :
1. Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG KoA).
2. Konversi HMG KoA menjadi mevalonat.
3. Konversi mevalonat menjadi suatu molekul isopren yaitu isopentil pirofosfat
(IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2.
4. Konversi IPP menjadi squalene.
15
5. Konversi squalene menjadi kolesterol.
Dalam sintesis kolesterol dilibatkan sebanyak sepuluh macam enzim yaitu
asetoasetil-KoA,thiolase, HMG KoA sintase, HMG KoA reduktase, mevalonat
kinase, fosfomevalonat kinase, fosfomevalonat dekarboksilase, isopentenilpirofosfat
isomerase (IPP
isomerase),farnesil-pirofosfat
transferase
(FPP
transferase), squalene sintase dan squalene epoksidase (Guyton,2007).
Gambar 2.4 Biosintesis Kolesterol
(Available at: http://themedicalbiochemistrypage.org/images/ketonesynthesis2.jpg)
2.5Metabolisme Lipid
16
Lipid yang diabsorpsi dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hepar dan
jaringan adiposa, dibawa oleh darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi dan/atau disimpan sebagai cadangan
lemak.Lipid disimpan sebagai triasilgliserol (trigliserida) yang sebagian besar
terdapat dalam jaringan adiposa, dapat juga ditemukan dalam otot rangka dan
plasma.Jaringan adiposa merupakan sumber cadangan energi terbesar (Murray,
2012).
Hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada
juga yang masih berupa monogliserid.Karena larut dalam air, gliserol masuk
sirkulasi portal (vena porta) menuju hati.Asam-asam lemak rantai pendek juga
dapat melalui jalur ini.Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak
larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi)
dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit).Di dalam sel ini asam lemak
dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul
berbentuk
gelembung
yang
disebut
kilomikron.Selanjutnya
kilomikron
ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga
bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan
menuju hati dan jaringan adiposa
Kilomikron di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, segera dipecah
menjadi asam-asam lemak dan gliserol.Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol
tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan
trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan
energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk
17
ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses
pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut
ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai
asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Asam lemak bebas pada umumnya
berupa asam-asam lemak rantai panjang.(Guyton, 2007).
Tidak semua asam lemak bebas yang dihasilkan melalui lipolisis digunakan
sebagai energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan mengalami
reesterifikasi menjadi trigliserida di dalam jaringan adiposa ataupun hepar, atau
disimpan dalam trigliserida intramuskuler. Bila laju reesterifikasi tidak mampu
mengimbangi laju lipolitik, terjadi peningkatan konsentrasi asam lemak bebas
plasma, sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan
dengan lipid.Asam lemak bebas yang digunakan untuk energi diaktifkan oleh
enzim asil-KoA sintetase, kemudian dibawa ke dalam mitokondria dan diubah
oleh CPT (Carnitine Palmitoyl Transferase) menjadi Asil-KoA.Asil-KoA
mengalami oksidasi β menjadi asetil-KoA.Asetil-KoA masuk ke dalam siklus asam
sitrat untuk menghasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah
mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan
selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida. Beberapa lipid non gliserida
disintesis dari asetil KoA.Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi
kolesterol.Selanjutnya
kolesterol
mengalami
steroidogenesis
membentuk
steroid.Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton).
Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan
18
gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan
ini dapat menyebabkan kematian (Almatsier,2009).
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan
sebagai berikut :
1. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan adanya ATP
dan koenzim A, serta dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (tiokinase).
2. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim carnitine
palmytoyltransferase I (CPT I) yang terdapat pada membran eksterna
mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah
senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria.
3. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim asil karnitin translokase
yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar.
4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan
KoA (Ko-enzim A) dengan dikatalisir oleh enzim carnitine palmytoyl
transferase II (CPT II) yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil
KoA dan karnitin dibebaskan.
5. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam
proses oksidasi β.
Sebagian dari asetil-KoAakan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya
asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton.Aseto asetat, β-hidroksi
19
butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan asetilKoA menjadi benda-benda keton dinamakan ketogenesis (Almatsier,2009).
2.6 Kriteria Diagnostik
Angka patokan kadar lipid yang memerlukan pengelolaan, penting
dikaitkan dengan terjadinya komplikasi kardiovaskular. Dari berbagai penelitian
jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko
untuk terjadinya PKV, dikenal patokan kadar kolesterol total sebagai berikut
(ACC/AHA, 2013):
1. Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable) adalah < 200
mg/dl.
2. Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai
dikendalikan (borderline high) adalah 200-239 mg/dl.
3. Kadar yang tinggi dan berbahaya (high) adalah ≥ 240 mg/dl.
Dalam ilmu kedokteran, hiperlipidemia adalah suatu keadaan patologis
akibat kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai dengan meningkatnya
kadar kolesterol darah (hiperkolesterolemia), trigliserida (hipertrigliseridemia)
atau kombinasi keduanya (ACC/AHA, 2013). Kelainan ini merupakan hasil
peningkatan produksi lipid dan penurunan penguraian lipoprotein yang banyak
mengandung trigliserida, sehingga rnenyebabkan penurunan kadar kolesterol
HDL (ACC/AHA, 2013).
20
Berdasarkan jenisnya hiperlipidemia dibagi menjadi 2 (ACC/AHA, 2013):
1. Hiperlipidemia Primer
Banyak disebabkan oleh karena kelainan genetik.Biasanya kelainan ini
ditemukan pada waktu pcmeriksaan laboratorium secara kebetulan.Pada
umumnya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak
adanya xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit).
2. Hiperlipidemia Sekunder
Pada jenis ini, peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh suatu penyakit
tertentu, misalnya : diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar dan
penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder bersifat reversibel (berulang).
Ada juga obat-obatan yang menyebabkan gangguan metabolisme lemak, seperti :
Beta-blocker, diuretik, kontrasepsi oral (Estrogen, Gestagen).
2.7 Klasifikasi Klinis dislipidemia
Klasifikasi klinis hiperlipidemia dalam hubungannya dengan Penyakit
Jantung Koroner (ACC/AHA, 2013)
1.
Hiperkolesterolemia yaitu : kadar kolesterol meningkat dalam darah.
2.
Hipertrilgiseridemia yaitu : kadar trigliserida meningkat dalam darah.
3.
Hiperlipidemia cmpuran yaitu : kadar kolesterol dan triglisenda meningkat
dalam darah.
2.7.1 Penyebab Hiperlipidemia
Penyebab hiperlipidemia (ACC/AHA, 2013) :
21
1. Penyebab primer, yaitu faktor keturunan (genetik)
2. Penyebab sekunder, seperti:
a. Usia
Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia.
b. Jenis kelamin
Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi,
tetapisetelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat.
c. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
d. Obesitas / kegemukan
e. Menu
makanan
yang
mengandung
asam
lemak
jenuh
seperti
mentega,margarin, whole milk, es krim, keju, daging berlemak.
f. Kurang melakukan olah raga
g. Penggunaan alkohol
h. Merokok
i. Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik
j. Gagal ginjal
k. Kelenjar tiroid yang kurang aktif.
l. Obat-obatan tertentu yang dapat menggangu metabolisme lemak seperti
estrogen, p11 KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu).
Berdasarkan rekomendasi yang berasal dari NECP (National Cholesterol
Education Program), Amerika Serikat untuk menghindari terjadinya PJK,
seseorang dianjurkan untuk memiliki kadar trigliserida kurang dari 200 mg/l00
22
ml, kolesterol total kurang dari 200 mg/ l00 ml, kolesterol LDL kurang dari 130
mg/ l00 ml, dan kolesterol HDL lebih dari 45 mg/ 100 ml darah (ACC/AHA
2013).
2.7.2 Penanganan Hiperlipidemia
Penanganan hiperlipidemia dibagi 2 yaitu (Wikipedia, 2015) :
A. Terapi Non Farmakologi dapat dilakukan dengan:
1. Melakukan terapi diet
Terapi diet bertujuan untuk menurunkan intake lemak total, asam lemak
jenuh, dan kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat badan
yang diinginkan.Diet kolesterol dan asam lemak jenuh memicu penurunan
pengeluaran LDL di hati.
2. Memperbaiki gaya hidup (Terapeutic Lifestyle Change).
Komponen-komponen Terapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi
pengurangan asupan-asupan dari kolesterol dan asam lemak jenuh,
pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk
mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat
yang dapat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik.
Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk hiperlipidemia,
kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia familial (secara bawaan/genetik
mempunyai kelainan metabolisme lipoproteinl/kolesterol) atau hiperlipidemia
gabungan yang bersifat familial, yaitu penanganan terapinya dengan pengaturan
makanan dan terapi dengan obat dimulai secara bersamaan
B. Terapi Farmakologi
(ACC/AHA, 2013).
23
Obat penurun lipid (antihiperlipidemik/hipolipidemik) adalah obat yang
ditujukan untuk menurunkan kadar lipid/lemak di dalam darah/plasma. Pemberian
obat hipolipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus hiperlipidemia apabila
dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak responsif (Illingworth,
2007).
Obat antihiperlipidemik yang beredar dapat dibagi sebagai berikut(ACC/AHA,
2013):
1. Asam Fibrat
Obat antihiperlipidemik yang termasuk golongan asam fibrat adalah
Gemfibrozil, Fenofibrate dan Ciprofibrate.
2. Resin
Obat antihiperlipidemik yang termasuk golongan resin adalah : Kolestiramin
(Chiolestyramine), Kolestipol.
3. Penghambat HMG-KoA Reduktase (3 Hidroksi 3 Metil Glutaril KoEnzim A
Reduktase Inhibitor).
Obat antihiperlipidemik yang termasuk golongan ini adalah : Pravastatin,
Simvastatin, Rosavastatin, Fluvastatin, Atorvastatin.
4. Asam nikotinat
Asam nikotinat (nicotinic acid) atau Niasin / vitamin B3 yang larut air.Dengan
dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk meningkatkan HDL atau
kolesterol baik dalam darah untuk mencegah serangan jantung.
5. Ezetimibe
24
2.9 Daun Afrika Selatan (Vernonia Amygdalina)
Dalam Wikipedia (2011) daun Afrika Selatan dapat diklasifikasikan ke
dalam golongan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Superdivisi
: Angiosperms
Divisi
: Eudicots
Kelas
: Asterids
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Vernonia
Spesies
: Vernonia amygdalina
Gambar 2.5
25
Daun Afrika Selatan (Wikipedia, 2011)
Daun Afrika Selatan (Vernonia Amygdalina) sering juga dikenal dalam
berbagai nama lain seperti grawa, ewuro, etidot dan onugbu. Asalnya tamanan ini
pertama kali tumbuh di dataran tropis Amerika Utara dan Afrika Selatan, dalam
bahasa Inggris tanaman ini sering disebut Bitter leaf dikarenakan karena rasanya
yang sangat pahit. Tanaman setinggi 1-3 meter ini tumbuh dengan mudah di
benua Afrika, benua Amerika, benua Asia seperti di Malaysia, Singapore dan
Indonesia (Izevbigie et al., 2004).
Daunnya yang berwarna kehijauan berukuran sekitar 7-15 cm, berdiameter
6cm dengan tepian yang runcing dan bergerigi kecil. Pada sisi yang terpapar
matahari warna hijau tampak lebih terang dengan permukaan yang lebih halus
daripada sisi lainnya dengan warna hijau yang lebih pucat dengan permukaan
yang lebih kasar (Wikipedia, 2011 )
2.9.1 Kandungan Nutrisi dan Manfaat Daun Afrika Selatan
Dalam penelitian Atangwho (2009) menyatakan bahwa daun Afrika
Selatan mengandung berbagai macam nutrisi yaitu protein, lemak, karbohidrat,
berbagai vitamin serta mineral.Kandungan nutrisi daun Afrika Selatan dalam
100gram bahan dapat dilihat pada tabelberikut ini.
26
Tabel 2..1
Kandungan Senyawa Daun Afrika Selatan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kandungan Nutrisi
vitamin A
vitamin E
vitamin C
Riboflavin
Tiamin
Niacin
Mn
Se
Zn
Fe
Cu
Mg
Cr
Protein sederhana
Serat
Lemak
Dalam 100 gram
348 IU/100gr
37 IU/100gr
2000-2230mg/100gr
1 - 1.12 mg
0,18 - 0,193 mg
0,48 - 0.51 m
0,07 - 0,073mg
0,01 mg
0,04-0,041 mg
0,14mg
0,1mg
0,43mg
0,04mg
23,25 - 24,45gram
16,05-17.50gram
3,53 gram
(Atangwho, 2009)
2.9.2. Kandungan Senyawa Kimia Daun Afrika Selatan
Berdasarkan hasil uji kuantitatif dan kualitatif kandungan senyawa kimia
daun Afrika Selatan yang diperoleh dari PT Natur Indonesia, Bogor dapat
diketahui bahwa terdapat beberapa senyawa kimia penting yang bekerja secara
sinergis.Pengujian bahan dilakukan dalam bentuk ekstrak di Laboratorium
Analisis Pangan, Fakultas Pertanian UNUD. (Santoso 2015)(Lampiran 3)
Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini.
27
Tabel 2..2
Kandungan Senyawa Kimia Daun Afrika Selatan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis Analisis
Kapasitas Antioksidan
IC 50%
Kadar Total Fenol
Kadar Tanin
kadar Total Klorofil
Kadar Klorofil a
Kadar Klorofil b
Rendemen
Vitamin C
Keterangan :
GAEAC
GAE
TAE
IC 50%
Jml
1
1
1
1
1
1
1
1
1
satuan
ppm GAEAC
mg/ml
%b/b GAE
%b/b TAE
ppm
ppm
ppm
% b/b
mg/g
Hasil
9551,22
1,31
3,20
0,66
32186,56
21162,25
11032,91
14,90
2588,24
(Santoso, 2015)
: Garlic Acid Equivalent antioksidant capacity
: Garlic Acid Equivalent
: Tannic Acid Equivalent
: Inhibitor konsentrasi terhadap radikal bebas DPPH 0,1mM
Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia yang dilakukan Atangwho (2009)
daun Afrika Selatan mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, tannn,
saponin, dan flavonoid, polifenol, dan vitamin C yang memiliki aktivitas sebagai
antioksidan. Banyak sekali ragam antioksidan alami, tetapi jarang yang memiliki
komponen kimia yang lengkap.
Daun Afrika Selatan mengandung berbagai macam antioksidan baik
berbentuk vitamin dan yang bukan vitamin. Lengkapnya antioksidan alami dalam
daun Afrika Selatan memungkinkan pemanfaatan buah tersebut menjadi bahan
28
baku pembuatan antioksidan (Atangwho et al., 2009).
Daun Afrika Selatan juga mengandung flavonoid yang dapat mencegah
berbagai penyakit yang berkaitan dengan stres oksidatif. Efektivitas antioksidan
dari flavonoid dilaporkan beberapa kali lebih kuat dibandingkan vitamin C dan E.
Dalam fungsinya menetralkan radikal bebas, flavonoid bekerja secara sinergis
(saling memperkuat) dengan vitamin C. Selain mempunyai aktivitas antioksidan.
Senyawa flavonoid secara umum bertindak sebagai antioksidan yaitu sebagai
penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil.Flavonoid bersifat
sebagai reduktor sehingga dapat bertindak sebagai donor hydrogen terhadap
radikal bebas (Linder, 2006).
Tanin merupakan substansi fenilik polimer yang mampu menyamak kulit
atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai
astringensi.Tanin ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman.Tanin dibagi ke
dalam dua group, tannin yang dapat dihidrolisis dan tannin kondensasi. Zat ini
digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan cara memacu
metabolism glukosa dan lemak. Tanin diketahui memacu metabolisme glukosa
dan lemak, sehingga timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat
dihindari dan akhirnyakolesterol dan glukosa darah turun (Santoso, 2015)
Adapun hasil uji yang diperoleh terdapat tabel berikut ini.
29
Tabel 2..3
Kandungan Senyawa Kimia Daun Afrika Selatan
Jenis Contoh
Jenis Pengujian
Daun Afrika Selatan
Saponin (%)
Uji Fitokimia :
Saponin
Tanin
Alkaloid
Fenolik
Flavonoid
Triterpenoid
Steroid
Glikosida
Hasil
Pengujian
0,77
Metode
Pengujian
TLC Scanner
Kualitatif
+
+
+
+
+
+
+
+
(Santoso, 2015)
Daun Afrika Selatan belum memberikan efek buruk terhadap struktur
histologis hepar maupun ginjal. Hal ini dibuktikan dengan penelitian daun Afrika
Selatan dengan dosis 600mg/kgBB, yang diberikan oral kepada 15 ekor mencit
jantan dewasa selama 10 hari (Nimenibo, 2003).
Hasil penelitian selama 28 hari bahwa organ hati pada mencit yang
diberikan ekstrak daun Afrika Selatan dengan dosis 600mg/kgBB menyebabkan
megalositosis pada inti sel dan degenerasi sel, serta pada organ ginjal
menyebabkan dilatasi sebagian tubuli, namun secara keseluruhan dibuktikan
bahwa ekstrak daun Afrika Selatan belum memberikan efek yang buruk (Eleyinmi
et al., 2008).
Adapun kadar toksisitas daun Afrika Selatan
telah dilakukan uji di
Laboratorium Analisa Pangan Universitas Udayana dengan Nilai LC50 2757,91
30
ppm (Santoso, 2015).
Daun Afrika Selatan mengandung flavonoid yang memiliki potensi
sebagai antioksidan karena memiliki gugus hidroksil yang terikat pada karbon
cincin aromatik sehiggadapat menangkap radikal bebas yang dihasilkan dari
reaksi peroksidasi lemak. Senyawa flavonoid akan menyumbangkan satu atom
hidrogen untuk menstabilkan radikal peroksi lemak( Hamid et al, 2010)
Tanin juga dapat menghambat enzim AcylCoA Cholesterol Acyl
Transferase(ACAT)yang
berperan
dalam
esterifikasi
kolesterol
sehingga
menghambat penggabungan kolesterol ester membentuk kilomikron dan VLDL.
Menurunnya kadar APO B menyebabkan pembentukan kilomikron, LDL dan
VLDL terganggu yang menyebabkan trigliserida tidak terbentuk sehingga ukuran
partikel sdLDL besar (Rahastuti et al, 2011).
Pada klorofil juga terdapat saponin yang merupakan fito-kimia, yang tercatat
dapat mengikat dan mencegah penyerapan kolesterol. Saponin berikatan dengan asam
empedu, di mana asam empedu mempunyai peran sebagai transpor bagi kolesterol
bebas dan molekul fosfolipid yang sudah dicerna(Karimah, 2010)
31
Flavonoid,
saponin, tanin
X
Gambar 2.6 .Flavonoid, tannin, saponin menghambat metabolisme lemak
2.10. Tikus Putih ( Rattus Norvegicus) galur wistar
Tikus putih atau tikus rumah adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa
Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh
manusia. Tikus jarang berkelahi seperti mencit jantan, dapat tinggal sendirian
dalam kandang, asal dapat mendengar dan melihat tikus lain. Jika dipegang
dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di
laboratorium. Pemeliharaan dan makanan tikus lebih mahal daripada mencit,
tetapi karena hewan ini lebih besar daripada mencit untuk beberapa macam
percobaan tikus lebih menguntungkan.
Klasifikasi dari tikus putih (Kusumawati, 2004):
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class
: Mammalia
32
Order
: Rodentia
Family
: Muridae
Genus
: Rattus
Species
: norvegicus
Gambar 2.7 Tikus Putih
Kadar kolesterol normal pada tikus putih galur wistar adalah 10-54 mg/dl (Smith
danMangkoewidjojo, 1988).
Download