Vaksinasi BCG Meningkatkan Aktivitas Makrofag

advertisement
Media Kedokteran Hewan
Vol. 23, No. 3, September 2007
Vaksinasi BCG Meningkatkan Aktivitas Makrofag dalam Sekresi Reactive Oxygen
Intermediate (ROI) pada Anjing yang Diinfeksi Mycobacterium tuberculosis
BCG Vaccination Increased ROI Secretion in Dogs Macrophage Infected
with Mycobacterium tuberculosis
Ida Tjahajati
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Olah Raga, Karang Malang Yogyakarta 55281, Hp:081578890500
email: [email protected]
Abstract
The aim of this experiment is to study the effect of BCG vaccination on ROI secretion activity
in dog peritoneum macrophage which infected with M. tuberculosis. The experiment used twenty four
healthy dogs. The animals were divided in 2 groups, 12 dog s in each group . Group I were vaccinated
by BCG, group II were control group which unvaccinated. BCG vaccination was done twice with two
weeks interval. Two days after vaccination each dog was infected by 10 4 cfu M. tuberculosis
intraperitoneally. The activity of macrop hages were measured at 1 st, 2nd, 12th, and 24 th, after infection
using NBT reduction assay. Three dogs were used to measure the macrophage activity in each period,
using triplicate sample for each dog . The results of the experiment showed that the ROI sec retion
increased significant deference in vaccination group (P<0.01) compare d with the control group, and
these activities reached to the plateau level at 2 weeks after infection. Although these enhanced
activities were gradually diminished thereafter, hig her levels of these activities were consistently
observed until the end of experiment compare d with control group. These result indicated that BCG
vaccination increased the cellular i mmunity especially ROI secretion activities in dog infected with M.
tuberculosis
Key words: BCG, ROI, M. tuberculosis, dogs

Pendahuluan
Jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia
menempati posisi nomer tiga terbesar di dunia
setelah India dan China. M enurut Sub Direktorat
Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) Ditjend
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, angka
insidensi kasus baru mencapai 107 per 100 ribu
penduduk (Siswono, 2006). Tuberkulosis merupakan
penyebab kematian nomor dua terb esar di Indonesia
setelah penyakit kardiovaskuler, dan merupakan
penyebab kematian nomor satu dari kelompok pe nyakit infeksi (Manaf, l997). Penyakit ini disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis yang merupakan
penyebab kematian hampir 3 juta manusia, d an
terdapat 8-12 juta kasus baru setiap tahunnya
(Raviglione et al., l999). Menurut World Health
Organization (WHO) diperkirakan penyakit telah
menyerang sepertiga penduduk dunia, dan mem punyai potensi berkembang ke ar ah penyakit reaktif
173
(Dolin, 1994). Dengan berkembangnya human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome
(HIV/AIDS) serta adanya masalah kekebalan kuman
terhadap berbagai obat tuberkulosis ( multi drugs resistant M. tuberculosis, MDR-TB), menyebabkan tuber kulosis menjadi masalah kesehatan dunia (Nikmawati et
al., 2006). Mycobacterium dari M. tuberculosis complex
yang menyerang manusia telah diketahui juga dapat
menyebabkan tuberkulosis bentuk pulmonari, gastro intestinal, atau bentuk menyebar pada hewan terma suk anjing dan kucing (Snider et al., 1971; Bennet dan
Gaskell, l996; Montali et al., 2001).
Usaha pencegahan terhadap tuberkulosis telah
lama diupayakan yaitu dengan melakukan vaksinasi
menggunakan M. bovis strain Bacillus Calmette-Guerin
(BCG) yang telah dilemahkan. Vaksin ini pertama kali
digunakan pada manusia tahun 1921, selanjutnya
aplikasi penggunaannya meluas ke berbagai negara
di dunia dengan tingkat protektivitas yang bervariasi
(Huebner dan Comstock, l994; Huebner, l996). Sifat
Tjahajati; Vaksinasi BCG Meningkatkan Aktivitas Makrofag dalam Sekresi Reactive Oxygen Intermediate ...
imunopotensiator BCG pada hewa n percobaan telah
banyak dipelajari dan terbukti dapat meningkatkan
reaktivitas imunologis dengan berbagai mekanisme.
Bacillus Calmette-Guerin dapat merubah beberapa
komponen respon imun, mengubah beberapa tipe sel,
dan dapat mendorong terjadinya efek stim ulasi atau
penghambatan pada sistem imun tergantung pada
bagaimana cara menggunakannya (Hennesey dan
Baker, l994). Selain memacu respon imun yang
diperantarai sel T, BCG juga diketahui dapat mening katkan jumlah limfosit. Secara in vitro pemberian BCG
dapat meningkatkan jumlah limfosit CD4+ yang
terbukti dengan meningkatnya jumlah sel -sel blast
CD4+ dalam kultur (Yaqoob dan Calder, l995).
Puncak proliferasi limfosit terjadi 2 minggu setelah
infeksi pada hewan coba yang diinfeksi dengan BCG
(Demangel et al., l999).
Pengaruh BCG terhadap kemampuan fagosi tosis
dan daya bunuh makrofag pada infeksi Staphylococcus
aureus dan efeknya dalam meningkatkan produk si
tumor necrosis factor alpha (TNF-α) oleh makrofag telah
dilaporkan oleh Djamiatun et al. (1988). Peningkatan
aktivitas pembunuhan terhadap intraerythrocytic
Plasmodium yoelii secara in vitro karena efek BCG juga
telah dilaporkan oleh Supargiono (1993 ). Laporan lain
mengenai efek BCG terhadap pembunuhan Plasmodium berghei oleh makrofag telah dipublikasikan oleh
Wijayanti (l996). Hasil penelitian terdahulu menun jukkan bahwa infeksi tuberkulosis pada kucing juga
mengikuti paradigma Tahun 1 dan Tahun 2 yang
melibatkan aktivitas makrofag dan T helper (Tjahajati
et al., 2004 a). Dikatakan oleh Issac et al. (l983) bahwa
anjing lebih mudah terinfeksi oleh M. tuberculosis
dibanding dengan kucing. Nampaknya aktivitas makrofag khususnya dalam sekresi ROI dan fagositosis
dalam merespon infeksi M. tuberculosis pada anjing
dan kucing sedikit berbeda (data dalam proses
publikasi). Meskipun BCG sampai saat ini digunakan
di lapangan dan telah diketahui bersifat imunopoten siator, namun bagaimana pengaruhnya terhadap
imunitas seluler khususnya aktivitas makrofag dalam
sekresi ROI pada anjing belum pernah dilaporkan.
Pada penelitian ini dipelajari bagaimana
pengaruh vaksinasi BCG terhadap aktivitas makrofag
khususnya dalam aktivitas sekresi ROI pada anjing
yang diinfeksi M. tuberculosis. Telah diketahui meka nisme respon imun terhadap infeksi M. tuberculosis
diperankan oleh imunitas seluler yaitu sel makrofag
dan sel T (T-cell mediated immunity), dengan mekanisme utama meningkatnya aktiv itas makrofag dan sel T
(Graham dan Blomm, l994; Ryan, l997; Flyn, 2001).
Didasarkan pada BCG yang bersifat imunopotensi ator, maka hipothesis dalam penelitian ini adalah
anjing yang divaksin dengan BCG setelah diinfeksi
dengan M. tuberculosis akan menunjukkan aktivitas
makrofag dalam sekresi ROI yang lebih tinggi
dibanding dengan kelompok yang tidak divaksin
BCG dalam usahanya member ikan proteksi untuk
memusnahkan M. tuberculosis yang masuk dalam
tubuh anjing.
Metode Penelitian
Hewan percobaan
Dua puluh empat anjing sehat (jenis kelamin
jantan dan betina, umur 1-2 tahun, berat badan 6-10
kg) dibagi secara acak dalam 2 kelompok masin gmasing 12 ekor. Kelompok I yaitu kelompok yang
divaksinasi dengan BCG dan kelompok II adalah
kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak
divaksin BCG. Stimulasi BCG dilakukan secara
intraperitoneal, sebanyak 2 kali dengan interval 2
minggu dengan dosis 0, 1 ml. Dua hari setelah
vaksinasi semua anjing diinfeksi M. tuberculosis
dengan dosis 10 4 cfu secara intraperitoneal.
Mycobacterium yang digunakan dalam penelitian ini
adalah M. tuberculosis strain H37Rv yang diperoleh
dari Balai Laboratorium Kesehatan Daer ah, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Periode waktu pemeriksaan aktivitas makrofag
Aktifitas fagositosis makrofag peritoneum
anjing diukur pada minggu ke -1, 2, 12, 24 setelah
dilakukan infeksi. Pada masing-masing periode
pengukuran aktivitas makrofag diguna kan 3 ekor
anjing, dan masing-masing anjing dibuat replikasi 3
kali.
Isolasi dan kultur makrofag peritoneum
Pada jadwal waktu yang telah ditentukan anj ing
dianastesi dengan menggunakan Anesject R (kethamine) dengan dosis 0,1 mg/kg BB, disuntikkan secara
intramuskuler. Setelah anjing tertidur, kemudian
diletakkan pada posisi terlentang ( dorso lateral) pada
gabus yang telah dilapisi dengan aluminium foil steril,
kemudian kulit bagian perut didesinfeksi dengan
alkohol 70%, selanjutnya kulit abdomen dibuka
dengan gunting steril, sehingga tampak lapisan
mesenterium dan cavum peritoneum beserta isinya
dapat terlihat dengan jelas (Coligan et al., l997).
Medium RPMI dingin kurang lebih 100 ml
diinjeksikan ke dalam rongga peritoneum dan di massage kurang lebih 3 menit, kemudian medium
diaspirasi kembali. Aspirat yang telah diperoleh
ditampung dalam tabung sentrifus steril, kemudian
disentrifus pada kecepatan 1200 rpm, 4 oC selama 10
menit. Supernatan dibuang kemudian ditambahkan 3
ml medium RPMI lengkap (mengandung F CS 10%)
pada pelet yang telah diperoleh (Leijh, l986).
Jumlah makrofag dihitung dengan mengguna kan hemositometer kemudian diresuspensikan lagi
dengan medium RPMI lengkap sehingga didapat sel
174
Media Kedokteran Hewan
dengan kepadatan 2,5 x 10 6 sel/ml. Suspensi sel yang
telah dihitung, kemudian dikultur pada sumuran
microplate 24 yang telah diberi cover slips bulat, setiap
sumuran 200 l (5 x 10 5 sel), kemudian diinkubasi
dalam inkubator CO 2 5%, 37 oC selama 30 menit.
Setelah itu ditambahkan medium RPMI lengkap
sebanyak 1 ml pada set iap sumuran kemudian
diinkubasikan lagi selama 2 jam. Selanjutnya sel
dicuci dengan RPMI sebanyak 2 kali, kemudian
ditambahkan medium RPMI lengkap 1 ml pada tiap
sumuran dan selanjutnya diinkubasikan selama 24
jam (Leijh et al., 1986).
Uji sekresi ROI
Kemampuan makrofag peritoneum anjing
dalam mensekresi reactive oxygen reactive (ROI) diukur
dengan nitroblue tetrazolium (NBT) reduction assay .
Pada assay ini Phorbol 12 -Myristate 13-Acetate (PMA)
akan menstimulasi makrofag untuk mensekresi ROI,
dan adanya ROI (anion superoksida, O 2-) akan menyebabkan NBT tereduksi sehingga membentuk presipitat
formazan yang tidak terlarut (Leijh et al., 1986)
Untuk menstimulasi sekresi anion superoksida,
kultur sel distimulasi dengan PMA dengan konsentrasi akhir 125ng/ml. Urutan cara kerja adalah
sebagai berikut. Kultur makrofag dicuci 2 kali dengan
RPMI, kemudian ditambahkan 500 l larutan NBT
(1mg/ml PBS) yang mengandung 125 ng/ml PMA
untuk tiap sumuran dan diinkubasikan pada ink ubator CO2 5%, 37 oC selama 1 jam. Sel kemudian dicuci
dengan PBS 3 kali, dikeringkan pada suhu kamar dan
difiksasi dengan methanol absolute selama 30 detik.
Setelah kering dipulas dengan 2% Neutral Red
Solution selama 15 menit, kemudian dicuci dengan
aquades. Setelah kering cover slips diangkat dari
sumuran microplate untuk dilihat di bawah mikroskop
cahaya dengan perbesaran 400 kali (Leijh et al., 1986).
Aktivitas makrofag untuk mensekresi ROI
diukur dengan menghitung persentase makrofag
yang mensekresi ROI yaitu yang menunjukkan
pembentukan formazan (warna gelap), dihitung 100
makrofag yang terlihat dibawah mikroskop cahaya,
dan skor derajat pembentukan formazan oleh tiap 100
makrofag, dihitung dengan cara menjumlahkan
besarnya skor yang dicapai oleh 100 makrofag. Skor 0
jika pada makrofag tidak terbentuk formazan, skor 1
jika pada makrofag terbentuk formazan tetapi tidak
memenuhi seluruh sel, dan skor 2 jika formazan yang
terbentuk memenuhi seluruh sel (Leijh et al., 1986).
Analisis data
Untuk mengetahui efek BCG terhadap aktivitas
makrofag dalam sekresi ROI antara kelompok anjing
perlakuan dan kontrol, hasil penghitungan persentase
175
Vol. 23, No. 3, September 2007
makrofag dan skor ROI yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan uji T (Kinnear dan Gray, l999).
Dalam interprestasi dan penghitungan jumlah sel,
selalu menyertakan orang kedua untuk dapat
diperoleh konfirmasi penghitungan dan interpretasi
hasil yang obyektif.
Hasil dan Pembahasan
Aktivitas makrofag peritoneum anj ing yang
mensekresi ROI diukur dengan NBT reduction assay,
pengukuran dilakukan dari dua aspek yaitu persentase makrofag yang mensekresi ROI dan skor ROI
yang dihitung berdasarkan pada derajat pembentukan formazan. Hasil foto mikroskopis a ktivitas
makrofag peritoneum anj ing yang mensekresi ROI
pada kelompok anjing yang divaksin BCG dan
kontrol yang tidak divaksin disajikan pada Gambar 1 .
Hasil kemampuan aktivitas sekresi ROI
makrofag kelompok anjing yang divaksin BCG dan
kelompok anjing kontrol setelah diinfeksi dengan M.
tuberculosis disajikan pada Gambar 2 dan 3. Seperti
terlihat pada Gambar 2 ak tivitas sekresi ROI yang
dinilai dari persentase makrofag yang mensekresi
ROI, menunjukkan bahwa persentase makrofag yang
mensekresi ROI kelompok anjing yang divaksin BCG
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Gambaran pola presentase makrofag yang mensekresi ROI menunjukkan adanya kecende rungan
adanya peningkatan pada minggu pertama dan
mencapai puncaknya pada minggu kedua, kemudian
diikuti penurunan aktivitas sekresi sesuai dengan
berjalannya waktu sampai akhir penelitian.
Hasil penghitungan skor ROI nampaknya mem berikan gambaran yang serupa dengan persentase
makrofag yang mensekresi ROI (Gambar 3). Skor ROI
yang disekresi oleh makrofag (formazan yang
terbentuk) diperoleh lebih tinggi pada kelompok
anjing yang divaksin BCG dibanding dengan
kelompok kontrol, dengan puncak tertinggi skor ROI
pada minggu kedua setelah infeksi. Setelah minggu
kedua, skor ROI berangsur -angsur menurun sesuai
berjalannya waktu dan tetap lebih tinggi dibanding
dengan kelompok kontrol sampai akhir penelitian.
Hasil analisis dengan uji T terhadap aktivitas
sekresi ROI oleh makrofag menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna (P<0,01) antara
persentase makrofag yang mensekresi ROI pada
kelompok anjing yang divaksin BCG dan kelompok
kontrol yang tidak divaksina si BCG. Demikian juga
hasil analisis terhadap skor ROI yang disekresi oleh
makrofag, menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna (P<0,01) antara kelompok anjing yang
divaksin BCG dan yang tidak divaksin BCG.
Tjahajati; Vaksinasi BCG Meningkatkan Aktivitas Makrofag dalam Sekresi Reactive Oxygen Intermediate ...
A
B
Gambar 1. Foto mikroskopik makrofag peritoneum anjing yang mensekresi ROI setelah infeksi M.tuberculosis
dosis 1x10 4 cfu per ekor anjing (Pewarnaan Neutral Red, 400x). Terlihat makrofag yang mensekresi
ROI (a): Kelompok kontrol yang tidak divaksin BCG (b): Kelompok perlakuan yang divaksin BCG.
Tanda panah menunjukkan formazan pada makrofag yang mensekresi ROI.
80
70
60
50
Kontrol
40
30
Perlakuan
20
10
0
Mgg-1
Mgg-2
Mgg-12
Mgg-24
Waktu
Gambar 2. Rata-rata persentase makrofag y ang mensekresi ROI kelompok anji ng yang divaksin BCG dan
kelompok kontrol, setelah diinfeksi M.tuberculosis dosis 104 cfu.
120
100
80
Kontrol
Perlakuan
60
40
20
0
Mgg-1
Mgg-2
Mgg-12
Mgg-24
Waktu
Gambar 3. Rata-rata skor ROI makrofag kelompok anj ing yang divaksin BCG dan kelompok kontrol, setelah
diinfeksi M.tuberculosis dosis 10 4 cfu.
Dari hasil tersebut menunjuk kan bahwa vaksinasi BCG pada anjing dapat meningkatkan aktivitas
makrofag dalam sekresi ROI dalam usahanya untuk
memusnahkan M.tuburculosis yang masuk pada tubuh
anjing. Hasil penelitian terdahulu menunjuk kan
bahwa adanya infeksi M.tuberculosis pada kucing
meningkatkan sekresi ROI oleh makrofag da n mencapai puncaknya pada minggu kedua setelah infeksi,
yang dihubungkan dengan mekanisme pembunuhan
efektif terhadap M.tuberculosis (Tjahajati et al., 2004b).
176
Media Kedokteran Hewan
Peningkatan aktivitas makrofag dalam sekresi ROI
yang mencapai puncaknya pada minggu kedua
setelah infeksi, juga didukung dengan hasil penelitian
berikutnya yang menunjukkan bahwa pada minggu
kedua setelah infeksi selain aktivitas sekresi ROI yang
mencapai puncak, aktivitas makrofag dalam fagosito sis juga mencapai puncaknya pada waktu yang sama
(Tjahajati et al., 2004 c). Reactive oxygen intermediate
(ROI) merupakan produk oksidatif makrofag yang
memainkan peranan penting dalam mekanisme pem bunuhan M.tuberculosis, yang aktivitasnya diinduk si
oleh sitokin IFN-γ dan TNF-α (Barnes et al., l994;
Akaki, 2000). Kemampuan BCG dalam menstimulasi
respon imun seluler khususnya dalam mekanisme
sebagai efektor oksidatif pada mencit telah b anyak
dilaporkan. Supargiono (1993 ) melaporkan peningkatan aktivitas oksidatif ma krofag mencit dalam usaha
membunuh intraerythrocytic Plasmodium yoelli secara
in vitro. Percobaan serupa juga telah dilaku kan oleh
Shear (l989) dalam pembunuhan Plasmodium knolesi,
dan juga dalam pembunuhan Plasmodium berghei pada
tikus percobaan (Shear, l989)). Aktivitas pembunuhan
oksidatif terhadap Toxoplasma gondii juga telah
dilaporkan oleh Muthmainah (2002 ). Dari data hasil
aktivitas makrofag peritoneum anj ing penelitian yang
diperoleh, membuktikan bahwa BCG juga mampu
meningkatkan respon imun pada a njing melalui
peningkatan aktivitas sekresi ROI dalam usahanya
memproteksi untuk memusnahkan M.tuberculosis
yang masuk dalam tubuh anj ing.
Dari hasil penelitian juga dapat terlihat bahwa
pada kelompok anjing yang divaksin BCG, nampak
peningkatan aktivitas makrofag dalam sekresi ROI
mengalami peningkatan sejak awal infeksi M.
tuberculosis sampai akhir penelitian. Walaupun
peningkatan aktivitas makrofag dalam sekresi ROI
juga nampak pada kelompok kontrol yang tidak
divaksin BCG, namun peningkatan pada kelomp ok
kontrol tidak setinggi yang dicapai o leh kelompok
yang divaksin BCG. Pengaruh vaksinasi BCG terhadap
peningkatan aktivitas makrofag yang terlihat sejak
awal infeksi M.tuberculosis sampai akhir penelitian,
dibanding dengan kelompok kontrol, dapat diartikan
bahwa dampak perlindungan penga ruh vaksinasi
BCG yang diberikan dapat dipertahankan dalam
waktu yang lama, yang diharapkan dalam aplikasi nya di lapangan dapat memberikan perlidungan yang
efektif terhadap infeksi kuman tersebut.
Kesimpulan
Dari hasil dan diskusi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa pengaruh vaksinasi BCG pada
anjing dapat meningkatkan respon imun seluler
terhadap infeksi M. tuberculosis yaitu melalui peningkatan aktivitas makrofag dalam sekresi ROI.
177
Vol. 23, No. 3, September 2007
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat Prof. Dr. Marsetyawan HNE, Prof. dr.
Supargiono, Ph.D., Prof. dr. Hardyanto Soebono,
SpKk., dr. Yanri Wijayanti Subronto, Ph.D. , Sp.PD.,
FK-UGM, dan Prof. drh. Widya Asmara, M.Sc.,Ph.D.,
FKH-UGM, yang telah banyak memberikan masukan
dan saran. Ucapan terimakasih juga penulis haturkan
kepada LPPT UGM, dan Drh. Wieklati, MS., selaku
Kepala Bagian Mikrobiologi, Balai Laboratorium
Kesehatan Daerah, DIY yang telah memberikan ijin
dan bantuan fasilitas selama penel itian.
Daftar Pustaka
Akaki T, Tomioka H, Shimizu, Dekio S, and Sato K.
2000. Comparative roles of free fatty acids with
reactive nitrogen intermediates and reactive
oxygen intermediates in expression of the anti microbial activity of macrophages agains Mycobacterium tuberculosis. Clinical and Experimental
Immunology. 121: 320-332.
Aranaz A, Liebana E, Pickering X, Novoa C, Mateos A,
and Dominguez L. l996. Use of polymerase
chain reaction in the diagnosis of tuberculosis in
cat and dogs. Vet. Rec. 138: 53-58.
Barnes PF, Modlin RL and Ellner JJ. l994. In
tuberculosis pathogenesis and control. bloom,
B.R. Editor. American Society for Microbiology,
Washington, DC.
Bennet M, and Gaskell RM. l996. Feline and Canine
Infectious Diseases. Blackwell Wissenschaftsverlag GmbH kurfurstendamm, Berlin, Germany.
Coligan JE, Kruisbeek AM, Margulies DH, Shevach
EM, and Strober W. l997. Current Protocols in
Immunology. Volume III. John Wiley and Sons.
Inc. United Stated of America.
Demangel C, Bean AG, Martin E, Feng CG. l999.
Protection Against Aerosol Mycobacterium
tuberculosis using Mycobacterium bovis Bacillus
Calmette-Guerin infected dendritic cell. Eur. J.
Immunol. 29 (6): 1972-1979.
Djamiatun K, Dharmana E, Kristina T, Indar R. l998.
Pengaruh vitamin A dan BCG pada produksi
TNF-α dan aktivitas fagositosis makrofag
terhadap Staphylococcus aureus. Laporan Akhir
Tahun I Risbin Iptekdok.
Dolin JP. l994. Global tuberculosis incidens and
mortality during 1990-2000. Buletin World
Health Organization. 72(2): 213-220.
Tjahajati; Vaksinasi BCG Meningkatkan Aktivitas Makrofag dalam Sekresi Reactive Oxygen Intermediate ...
Graham A., Rook W, and Bloom BR.
l994.
Mechanism of Phathogenesis in Tuberculosis. In
Tuberculosis Pathogenesis and Control. Bloom,
B.R. Editor. American Society for Microbiology.
Washington. DC.
Hennesey LR, and Baker JR. l994. Immunomodulator
dalam Basic and Clinical Immunology. Ed. Stites.
D.P. Terr Al. 8th Ed. Conecticut: Appleton and
Lange.
Huebner RE, dan Comstock GW. l994. BCG Vaccine
dalam Friedman. L.N. Ed. Tuberculosis Current
Concepts and Treatment. CRS Press. Florida.
Huebner RE. l996. BCG Vaccination in the Control of
Tuberculosis dalam Shinnick. TM Ed.
Tuberculosis. Springer. Berlin.
Isaac J, Whitehead J, Adams JW, Barton MD, and
Coloe P. l983. An outbreak of Mycobacterium
bovis infection in cats in an animal house. Aust.
Vet. J. 60: 243-245
Kinnear PR, and Gray CD. l999. SPSS for Window
Made Simple 3 rd Ed. Lawrence Erbaum. ISBN 0 86377-827-5.
Leijh PCJ, Furh RV, and Zwet TLV. l986. In Vitro
Determination of Phagocyte and Intracellular
Killing by Polymorphonuclear and Mononuclear
Phagocyte. Dalam Weir, D.M. Ed. Cellular
Immunology. Blackwell Scientific Publication .
London.
Manaf A. l997. Permasalahan Pemberantasan
Tuberkulosis di Indonesia. Seminar Nasional
Tuberkulosis dan Lepra. Pusat Kedokteran
Tropis Universitas Gadjah Mada . Yogyakarta.
Montali RJ, Mikota SK, and Cheng II. 2001.
Mycobacterium tuberculosis in zoo and wildlife
species. Rev. sci Tech. 20(10 ): 291-303.
Mosmann TR, and Sad S. l996. The Expanding
Universe of T-cell subset: Th1, Th2 and more.
Immunol. Today 17: 138-146.
Muthmainah. 2002. Studi tentang aktivitas makrofag
mencit yang distimulasi dengan protein soluble
Toxoplasma dan BCG selama infeksi Toxoplasma
gondii. Thesis. Program Studi Ilmu Kedokteran
Tropis. Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Nikmawati A, Windarwati, dan Hardjoeno. 2006.
Resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap
obat anti tuberkulosis. Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory . 12
(2): 58-61.
Raviglione MC, Snider Jr DE, and Kochi A. l999.
Global epidemiology of tuberculosis: morbidity
and mortality of a wordwide epidemic. JAVMA
273: 220-226.
Ryan
JL. l997. Bacterial Disease in Medical
Immunology, 9 th Ed. Stites., Terr DP, Parslow AI,
T.G. Prentice-Hall International Inc. London .
Shear HL. l989. The Role of Macrophage in Resistance
to Malaria, dalam Malaria: Host Responses to
Infection. Stevenson. M.M. Ed. C.R.C. Press. Inc.
Boca Raton. Florida.
Siswono 2006. Jumlah Penderita Tuberkulosis di
Indonesia
Nomer
Tiga
di
Dunia.
http://www.mediaindo.co.id
Snider W.R. 1971. Tuberculosis in Canine and Feline:
Review of the literature. Am. Rev. Respir. 104:
877-887.
Supargiono. l993. Production, Proliferation and
Functional
Activities
of
Mononuclear
Phagocytes during Plasmodi um vinkei petteri
Infection in Mice. PhD The sis. King’s College
London. UK.
Tjahajati I, Prodjoharjono S, Soebono H, Asmara W,
Subronto YW, dan Harada N. 2004a. Profil
sitokin Th1-Th2 terhadap infeksi M.tuberculosis
pada kucing. Media Medika Indonesiana. 39 (3):
137-145.
Tjahajati I, Prodjoharjono S, Soebono H, Asmara W,
dan Harada N. 2004b. Aktivitas sekresi reactive
oxygen intermediate (ROI) pada makrofag
peritoneum kucing yang diinfek si dengan
M.tuberculosis. Journal Sain Veteriner . Vol XXII
(1): 46-53.
Tjahajati I, Prodjoharjono S, Soebono H, Asmara W,
dan Harada N. 2004c. Peningkatan aktivitas
fagositosis pada makrofag peritoneum kucing
yang diinfeksi dengan M.tuberculosis. Journal
Sain Veteriner. Vol XXII (2): 61-65.
Wijayanti MA l996. Peranan makrofa g dalam
imunitas terhadap infeksi malaria: Kajian
kemampuan fagositosis dan sekresi ROI
makrofag peritoneum mencit yang diimunisasi
dan tidak diimnisasi in vitro. Thesis. Program
Studi Ilmu Kedokteran Tropis . Pascasarjana.
niversitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yaqoob P, dan Calder PC. l995. The effect of dietary
lipid manipulation on the production of murine
T-cell derived cytokine. Cytokine . 7: 548-553
178
Download