380 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 EVALUASI TERHADAP UPAYA KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI MADURETNO KECAMATAN KALIANGKRI KABUPATEN MAGELANG Oleh Makruf Sodikin SD Negeri Pengarengan 1 Email : [email protected] ABSTRAK Kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap terwujudnya Kompetensi guru yang baik. Kompetensi guru memiliki peran yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan di sekolah. Kemajuan pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap penciptaan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah berperan terhadap penciptaan generasi bangsa yang berkualitas. Jika dilihat, kepemimpinan di SD Negeri Maduretno cukup baik. Namun, hal ini belum pernah di teliti di SD Negeri Maduretno secara lebih mendalam. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian mengenai “Evaluasi Terhadap Upaya Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru di Sekolah Dasar Negeri Maduretno Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang” Penggunaan pendekatan kualitatif dianggap cocokdenganjudulpenelitian ini karena dengan menggunakan pendekatan ini,maka peneliti akan dapat meneliti secara mendalam mengenai objek yang akan diteliti. Peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif, sehingga dapat menggambarkan objek yang akan diteliti secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Upaya Kepala Sekolah untuk meningkatkan Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional Guru di SD Negeri Maduretno mendapat tanggapan baik dengan nilai 89,74 kemudian berdasarkan hasil wawancara bahwa kompetensi Guru di SD Negeri Maduretno sudah dikembangkan oleh Kepala Sekolah dengan supervisi dan pembinaan berkelanjutan mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kompetensi kepribadian juga dikembangkan dengan pemberian motivasi dan pengembangan kepribadian. Kompetensi sosial dikembangkan dengan komunikasi yang baik dengan sejawat guru, siswa, masyarakat dan orangtua siswa. Kepala Sekolah juga mengembangkan kompetensi profesional guru dengan memberikan dukungan dalam keikutsertaan dalam KKG, mengikuti pelatihan dan workshop, melaksanakan penulisan karya ilmiah, dan lainnya. Dalam penelitian ini diketahui bahwa Kepala Sekolah sudah sangat berupaya untuk meningkatkan kompetensi guru dan guru juga mengapresiasi dengan baik. Kata kunci : upaya kepala sekolah, kompetensi guru Makruf Sodikin | 381 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Berprofesi sebagai seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Tugas guru bukan hanya mendidik dan mengajar siswa, tetapi masih terdapat tugas untuk membuat administrasi berupa perangkat dan kelengkapan bahan pengajaran. Tuntutan terberat sebagai seorang guru adalah tanggungjawab moral. Ketika selesai mengajar, tentunya sering muncul pertanyaan di dalam benak seorang guru, apakah siswa mengerti dengan apa yang disampaikan, apakah siswa senang dengan metode yang digunakan. Hal inilah yang sering membuat tugas sebagai seorang guru semakin berat, karena keberhasilan dalam mengajar sulit diukur melalui penglihatan. Berbagai macam tuntutan tersebut harus dapat dipenuhi secara maksimal dan seimbang agar tujuan dari pendidikan dapat terwujud dengan maksimal. Penilaian KinerjaGuru (PKG) adalah penilaian dari setiap butir tugas utama guru. Dimata guru dan masyarakat PKG dipandang sebagai suatu hal yang semakin menyusahkan guru.Sejatinya, tujuan diadakannya PKG adalah untuk mewujudkan guru yang profesional. Adanya PKG tentunya dapat memudahkan pemerintah dalam mengawasi Kompetensi guru di seluruh instansi terkait.PKG secara tidak langsung menciptakan guru agar memiliki kinerja yang tinggi. Walaupun awalnya dipaksa, namun lama kelamaan akan menjadi terbiasa bekerja dengan penuh tanggungjawab tanpa adanya paksaan, sehingga kualitas guru di Indonesia semakin meningkat. Sebelum melaksanakan dan sesudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat administrasi yang harus disiapkan oleh guru. Administrasi guru dapat berupa RPP, silabus, jurnal, kalender pendidikan, program tahunan, program semester, analisis SK/KD, prosedur penilaian, KKM, buku presensi, dan lain sebagainya. Masih ada sebagian besar guru memandang bahwa pekerjaan administrasi tersebut menyusahkan guru, namun sesungguhnya administrasi tersebut memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Pada kenyataannya tidak semua guru tertib dalam membuat administrasi guru tersebut.Administrasi guru yang harusnya dibuat oleh guru yang bersangkutan, seringkali hanyalah hasil dari copy paste dari waktu ke waktu tanpa ada perubahan dan perbaikan. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi Kompetensi guru dalam bekerja. Faktor tersebut bisa berasal dari diri guru tersebut, dapat pula disebabkan rekan kerja, pimpinan, dan lingkungan di sekitar tempat kerja. Faktor yang berasal dari diri pribadi guru dapat berupa masih rendahnya motivasi kerja, pengetahuan, dan wawasan. Rekan kerja yang tidak memiliki semangat kerja tinggi juga akan berpengaruh terhadap Kompetensi guru yang lainnya. Biasanya guru yang rajin akan terbawa menjadi santai karena pengaruh dari teman sejawatnya. Lingkungan kerja yang nyaman juga akan sangat berpengaruh terhadap semangat kerja. Lingkungan kerja yang kotor dan tidak menarik juga akan berpengaruh terhadap semangat kerja. Pemimpin juga sangat berpengaruh terhadap kinerja, karena pemimpin merupakan orang yang mengatur, mempengaruhi, dan memberikan motivasi terhadap kinerja guru.. 382 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Maduretno Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang merupakan sekolah yang berupaya melayani warga sekolah. Kepala sekolah tentunya juga memiliki tanggungjawab kedinasan lain yang harus diurus, sehingga akan kesulitan untuk dapat melakukan komunikasi yang intensif dengan setiap guru untuk bertukar pikiran.Berdasarkan studi pendahuluan di SDN MaduretnoKecamatan Kaliangkrik Kabupaten, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Kedisiplinan guru belum sesuai dengan harapan. 2. Metode mengajar yang digunakan guru belum bervariasi. 3. Media yang ada di sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal. 4. Budaya kerja yang produktif belum terlaksana secara maksimal. 5. Sebagian besar guru masih memiliki kinerja yang rendah terhadap tugasnya. 6. Ketertiban guru dalam membuat administrasi sekolah masih rendah. 7. Komunikasi interpersonal antara guru dan kepala sekolah belum terlaksana secara maksimal. Hal diatas menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi guru. Dapat dikatakan demikian karena pemimpin mampu mempengaruhi bawahan agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan maksimal, selain hal tersebut, pemimpinlah yang mampu menciptakan sistem, prosedur, serta suasana kerja yang nyaman dan sesuai dengan keadaan kerja. Selain hal tersebut, pimpinanlah yang berhak dalam pengambilan sebuah keputusan yang tepat. Pimpinan memegang peran dominan dalam sebuah organisasi. Kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap terwujudnya Kompetensi guru yang baik.Kompetensi guru memiliki peran yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan di sekolah. Kemajuan pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap penciptaan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah berperan terhadap penciptaan generasi bangsa yang berkualitas. Jika dilihat, kepemimpinan di SDN Maduretno cukup baik. Namun, hal ini belum pernah di teliti di SDN Maduretno secara lebih mendalam. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian mengenai “Evaluasi Terhadap Upaya Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru di Sekolah Dasar Negeri Maduretno Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan permasalahan yaitu upaya kepala sekolah dalam meningkatkankompetensi guru di Sekolah Dasar Negeri MaduretnoKecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang masih perlu ditingkatkan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi terhadap upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di SDN Maduretno Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Makruf Sodikin | 383 KAJIAN PUSTAKA Kompetensi Guru Kompetensi Guru terkait dengan kewenangan melaksanakan tugasnya, dalam hal ini dalam menggunakan bidang studi sebagai bahan pembelajaran yang berperan sebagai alat pendidikan, dan kompetensi pedagogis yang berkaitan dengan fungsi guru dalam memperhatikan perilaku peserta didik belajar (Djohar, 2006 : 130). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi Guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Menurut Suparlan (2008: 93) menambahkan bahwa standar kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan akademik. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pendidik, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kepemimpinan Pemimpin merupakan penanggungjawab terbesar dalam organisasi yang dipimpinnya tersebut. Tidak hanya sebagai penanggungjawab, pemimpin juga memiliki peranan lain dalamsebuah organisasi. Namun, sebelum memahami arti pentingnya pemimpin, tentu saja harus memahami apa yang disebut dengan pemimpin terlebih dahulu. Bush dalam Husaini (2012:1), berpendapat bahwa “Pemimpin adalah orang-orang yang menentukan tujuan-tujuan, memberi motivasi-motivasi, dan melakukan tindakan-tindakan kepada bawahannya”. Pemimpin menurut pandangan Bush adalah orang yang berada di dalam organisasi yang menentukan tujuan-tujuan, sehingga tujuan yang ada bukanlah tujuan yang ditetapkan bersama. Bawahan atau karyawan hanyalah sebagai pembantu organisasi untuk memudahkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan tersebut. Seseorang yang menduduki posisi pemimpin di dalam suatu organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Pemimpin dan kepemimpinan adalah obyek dan subyek pemimpin adalah orang yang memimpin atau orang yang terpilih sebagai pemimpin. Sedangkan kepemimpinan adalah kegiatannya.Melihat dari segi organisasi, menurut Hadari, dkk (2012: 11) “kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama”. Lain halnya dengan Hadari, dkk (2012:9) yang mendefinisikan bahwa “Kepemimpinan diartikan berdasarkan dua konteks yang berbeda, yakni kepemimpinan dalam konteks struktural dan non struktural”. Kepemimpinan dalam konteks struktural dan non struktural adalah kepemimpinan yang diartikan dari bentuk organisasi yang dipimpin. 384 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Kepemimpinan dalam konteks struktural terikat pada pembidangan kerja yang disebut struktur organisasi. Hadari, dkk (2012: 9) menjelaskan pula bahwa “Kepemimpinan dalam konteks structural adalah kepemimpinan yang dilaksanakan dalam organisasi formal yang memiliki strukturyang relatif permanen dan mekanisme serta prosedur kerja statis, pasti, dan teratur”. Memimpin bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Semakin banyak anggota yang dipimpin, akan semakin banyak tantangan dalam memimpin. Mengapa demikian, karena semakin banyak karakteristik dari setiap bawahan, pimpinanpun harus menyesuaikan gaya kepemimpinan yang sesuai bagi setiap bawahannya. Veithzal (2004: 64) memberikan pendapatnya tentang Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seseorang pemimpin. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yang terperinci dijabarkan lagi menjadi delapan pola. Ketiga pola dasar dalam gaya kepemimpinan menurut Veithzal (2004: 56) adalah gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas, gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama serta gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai. Ketiga pola dasar diatas tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Antar pola tersebut saling mengisi satu dengan lainnya, sehingga apabila salah satu tidak ada maka akan terjadi kekosongan dan hasil yang diharapkan tidak akan terwujud dengan maksimal. Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut, terbentuklah tiga tipe pokok dalam kepemimpinan. Terdapat tiga tipe kepemimpinan yang dianalisis, antara lain tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan kendali bebas dan tipe kepemimpinan demokratis. Kepala Sekolah Rahman, dkk (2006: 106) berpendapat bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”. Meninjau pendapat Rahman ini, kepala sekolah awalnya hanyalah seorang guru, namun dengan kelebihan yang dimiliki baik dilihat dari kinerja, wawasan, dan kemampuan dalam memimpin, maka guru tersebut diberi tanggungjawab yang lebih tinggi yakni menjadi kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tindakan kepala sekolah tidak secara langsung mengenai objek pendidikan. Guru serta karyawan sekolah merupakan perantara untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Mulyasa (2009: 98) seorang kepala sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan dengan menjalankan fungsi kepala sekolah sebagai educator (pendidik), kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah sebagai administrator, kepala sekolah Makruf Sodikin | 385 sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai leader (pemimpin), kepala sekolah sebagai innovator. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penggunaan pendekatan kualitatif dianggap cocok dengan judul penelitian ini karena dengan menggunakan pendekatan ini, maka penelitiakan dapat meneliti secara mendalam mengenai objek yang akan diteliti. Peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif, sehingga dapat menggambarkan objek yang akan diteliti secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif menurutNurul (2007: 47) merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadiankejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Sedangkan Sugiyono (2009:9), menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filasafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dengan hasil penelitian lebih ditekankan pada makna daripada generaliasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Maduretno Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2017. Subyek Penelitian Subyek Penelitian ini adalah seluruh guru di SDN Maduretno baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Wiyata Bakti (WB) dengan jumlah 8 responden. Teknik Pengumpulan Data Bukan hanya metode yang tepat saja yang mendukung keberhasilan sebuah penelitian, tetapi perlu adanya teknik pengumpulan data yang benar agar dapat menghasilkan data yang relevan. Teknik pengumpulan data merupakan alat-alat yang dipilih atau digunakan oleh peneliti untuk membantu mempermudah proses pengumpulan data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, kuesioner dan kajian dokumentasi. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan atau dipilih untuk memudahkan dalam mengumpulkan data. Pada penelitian ini, untuk memudahkan pengumpulan data, alat yang dipilih adalah observasi, kuesioner serta wawancara. Kuesioner akan disebarkan kepada sampel penelitian yang telah ditentukan. Orang yang mengisi kuisioner disebut dengan responden. Kuesioner yang sudah diisi kemudian dikembalikan lagi kepada peneliti untuk diolah ketahap berikutnya. 386 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Kuisioner yang digunakan menyediakan empat pilihan jawaban, yakni Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Karena pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan positif, sehingga skor yang digunakan adalah skor 4, 3, 2, 1, dengan pembagian yang dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1. Skor Pengukuran Instrumen Jawaban Skor Selalu 4 Sering 3 Jarang 2 Tidak Pernah 1 Sumber : Data Diolah Wawancara dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian yang tidak dapat diperoleh melalui kuesioner. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan agar saat melakukan penelitian pertanyaan yang akan diajukan selalu terfokus pada inti wawancara. Teknik Analisis Data Data yang telah didapat, selanjutnya dilakukan analisis. Teknik analisis adalah proses menafsirkan data yang telah didapat dari penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Penafsiran data yang dilakukan ditempuh dengan cara sebagai berikut: a. Editing Kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian dilakukan pengecekan ulang. Apabila kuesioner yang telah diisi tersebut terdapat butir soal yang terlewatkan, maka kuesioner dikembalikan ke responden yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengisi butir soal yang terlewatkan tersebut. b. Tabulating Langkah kedua adalah tabulating. Tabulating adalah pengolahan data dengan memindahkan jawaban yang terdapat pada kuesioner ke dalam tabulasi atau tabel. Kuesioner yang telah diolah kemudian dilakukan analisis data dengan deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hermawan (2002: 59) sebagai berikut: P = x 100% Keterangan: P = Presentase f =Frekuensi (jumlah jawaban responden) N =Number ofcases (jumlah responden) c. Analiting atau Interpretasi Makruf Sodikin | 387 Setelah data dipersentasikan, kemudian data tersebut dikonversikan sesuai Permenpan No 16 tahun 2009 sebagai berikut: Tabel 2. Konversi skor ke nilai kompetensi Rentang Total Skor “x” Keterangan 91 – 100 Amat Baik 76 – 90 Baik 61 – 75 Cukup 51 – 60 Sedang ≤ 50 Kurang Sumber : Permenpan Nomor 16 tahun 2009 4. Concluding Langkah terakhir dari penelitian ini adalah concluding. Concluding adalah penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan. Data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara disimpulkan secara deskriptif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini mengevaluasi upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di SDN Maduretno Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Data yang digunakan untuk membuat instrumen kompetensi guru berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standart Kualifikasi Akademik dan kompetensi Guru. Upaya kepala sekolah diukur menggunakan angket dengan empat alternative jawaban yang telah disediakan. Kompetensi guru dalam mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya dikelompokkan kedalam 4 kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Hasil kompetensi pedagogik di SDN Maduretno sangat tinggi. Guru memberikan penilaian yang amat baik terhadap upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dengan nilai 91,7, hal ini berarti upaya Kepala Sekolah SDN Maduretno selama ini ditanggapi dengan baik oleh guru. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik Guru di SDN Maduretno adalah dengan supervisi dan pembinaan berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan RPP, kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Hasil kompetensi kepribadian juga sangat tinggi dengan nilai 92,2. Hal ini berarti upaya Kepala Sekolah SDN Maduretno selama ini ditanggapi dengan baik oleh guru. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, kompetensi kepribadian Guru di SDN Maduretno dapat ditinjau dari pribadi Kepala SekolahSDN Maduretno yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, sehingga dapat menjadi teladan bagi guru, siswa dan masyarakat, serta 388 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Kepala Sekolah mau mengevaluasi kinerja sendiri dan kinerja guru untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan. Selain itu Kepala sekolah juga selalu memotivasi guru agar tumbuh rasa bangga terhadap profesinya. Rasa bangga yang dimiliki oleh seorang guru akan menciptakan motivasi terhadap diri pribadi guru tersebut dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Tugas dan tanggungjawab yang diberikan akan dilaksanakan dengan senang hati karena guru tersebut merasa bangga dan senang dengan profesinya. Hasil dari kompetensi social menunjukkan nilai sebesar 89,1. Hal ini berarti upaya Kepala Sekolah SDN Maduretno selama ini ditanggapi dengan baik oleh guru. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, kompetensi sosial Guru diberikan contoh oleh Kepala Sekolah dengan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan siswa, sesama guru, orangtua/ wali siswa, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Kemudian untuk lebih mengintensifkan komunikasi antara orangtua dan sekolah, biasanya diadakan pertemuan orang tua murid, paguyuban wali murid dan juga diterapkan buku penghubung antara sekolah dan orangtua siswa. Hasil dari kompetensi professional adalah 85,94. Hal ini berarti upaya Kepala Sekolah SDN Maduretnoselama ini ditanggapi dengan baik oleh guru. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, kompetensi profesional Guru di SDN Maduretno dilihat dari konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Hal ini dikembangkan dengan berbagai upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru dengan cara memberikan kesempatan guru untuk ikutserta dalam KKG, Diklat, penyusunan karya ilmiah dan lain sebagainya. Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di SDN Maduretno masuk dalam kategori baik, dengan rekapitulasi penilaian 8 orang guru kepada Kepala Sekolah sebagai berikut : Tabel 3. Rekapitulasi Penilaian Guru Terhadap Upaya Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kompetensi Guru No. Peningkatan Kompetensi Guru Nilai 1 Kompetensi Pedagogik 91,7 2 Kompetensi Kepribadian 92,2 3 Kompetensi Sosial 89,1 4 Kompetensi Profesional 85,94 Total Nilai Rata-Rata 89,74 Sumber : Data Diolah, 2017 Makruf Sodikin | 389 Dari data diatas diketahui bahwa penilaian guru terhadap upaya kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru sudah baik dengan nilai 89.74. Upaya kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru amat baik dengan nilai 91,7. Penilaian ini berdasarkan indikator upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru ditinjau dari guru menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik, pengembangan potensi peserta didik, yang terakhir adalah penilaian dan evaluasi. Sebelum mendapat pembinaan terkadang ada guru yang hanya membuat rencana pembelajaran menggunakan rencana pembelajaran tahun lalu. Rencana pembelajaran yang dibuat tidak maksimal akan berpengaruh terhadap proses mengajar di kelas. Apabila dilihat dari kegiatan belajar mengajar dikelas, sebagian guru masih menggunakan metode yang monoton sehingga terkadang membuat siswa gampang bosan terhadap pelajaran yang berlangsung. Selain hal tersebut, melalui pengamatan yang telah dilakukan, masih terdapat guru yang menggunakan metode menuliskan materi di papan tulis, kemudian siswa mencatatnya. Materi yang ditulis bukan hanya point-pointnya saja, namun materi secara keseluruhan. Media yang disediakan oleh sekolah guna menunjang kegiatan belajar mengajar guru di kelas berupa LCD, namun belum semua kelas memiliki dan sebagian besar guru belum dapat memanfaatkan media yang disediakan secara maksimal. Dalam hal komunikasi yang terjalin antar guru dan siswa baik, hal ini dapat dilihat dari banyak siswa yang dekat dengan gurunya. Diluar kegiatan pembelajaran pun apabila bertemu selalu bertegur sapa. Pengembangan potensi peserta didik diwujudkan melalui ekstrakurikuler yang disediakan disekolah, serta mengirimkan siswa untuk mengikuti lomba-lomba di luar sekolah baik lomba yang berkaitan dengan akademik ataupun non-akademik. Adanya lomba-lomba tersebut, akan membuat siswa semakin luas wawasan dan pengalamannya. Untuk mengatasi hal tersebut upaya yang dilakukan adalah : a. Merencanakan program belajar mengajar Perencanaan program pengajaran menurut Depdiknas (2004:9) meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu. Secara umum kecakapan tersebut telah dimiliki guru, akan tetapi yang perlu ditingkatkan adalah bagaimana perencanaan pembelajaran tersebut dapat memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi yang ada pada saat sekarang ini. Seperti perencanaan materi pembelajaran yang terbaru (up to date), penggunaan media pembelajaran berbasis teknolgi informasi (multimedia), pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dengan metode yang bervariasi.Sarana dan prasarana penunjang perlu disediakan agar Guru dapat meng-update isi materi dan cara penyampainya ke mahasiswa. Sebab itu, para Guru perlu diberikan pelatihan penggunaan komputer, dan internet. 390 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Guru perlu diberi pelatihan bagaimana memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Sebuah pembelajaran akan menjadi lebih berarti jika dalam proses pembelajaran mahasiswa dapat terlibat secara mental dan fisik. Metode diskusi, studi kasus, dan tutorial akan lebih banyak melibatkan mahasiswa dibandingkan dengan metode ceramah. b. Melaksanakan proses belajar mengajar Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. c. Kepala Sekolah selalu melakukan monitoring kelas minimal1minggu1kali untuk melihat pelaksanaan pembelajaran setiap guru. Pengecekan administrasi mengajar seperti RPP, jurnal kelas, jurnal mengajar, evaluasi atau penilaian juga sering dilakukan. Upaya kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi kepribadian guru amat baik dengan nilai 92,2, Penilaian ini berdasarkan indikator upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru ditinjau dari ke dalam 3 indikator. Ketiga indicator tersebut digunakan untuk meneliti peran kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kompetensi guru pada kompetensi kepribadian. Indikator dari kompetensi tersebut yang pertama adalah bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social dan kebudayaan nasional. Indikator kedua adalah menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan. Selanjutnya indicator yang terakhir adalah etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru. Indikator pertama yakni bertindak sesuai dengan norma, hukum, sosial dan kebudayaan nasional diukur dari cara kepala sekolah membuat guru dapat saling menghargai dan menghormati teman sejawat sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing serta cara kepala sekolah menanamkan rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan yang merupakan indikator kedua diukur melalui kerjasama yang dijalin oleh kepala sekolah dengan kolega untuk meningkatkan pengalaman mengajar guru serta cara kepala sekolah untuk mengajak guru berlaku sopan dalam berbicara, berpenampilan, dan berbuat terhadap semua peserta didik, orang tua, dan teman sejawat. Indikator yang terakhir adalah etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru diukur dengan cara kepala sekolah menciptakan, memotivasi serta mencontohkan kedisiplinan kerja kepada guru. Penjabaran kedua adalah usaha kepala sekolah dalam menanamkan rasa bangga dengan profesinya sebagai guru. Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi dasar yang merupakan pondasi agar guru memiliki karakter yang lebih baik. Pada saat ini banyak sekali berita miring tentang guru yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan etika. Oleh karena itu kompetensi kepribadian ini perlu untuk lebih diperhatikan. Melalui kepribadian serta dasar pribadi yang baik, maka kualitas guru akan semakin baik. Ketika seorang guru telah memiliki dasar pribadi yang baik, maka akan enggan untuk melakukan tindakan yang Makruf Sodikin | 391 dilarang dan akan lebih bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban yang diembannya sehingga. Kompetensi guru akan semakin meningkat dan otomatis akan meningkatkan kualitas lulusanyang lebih baik lagi. Kepala sekolah selalu memotivasiguru agar tumbuh rasa bangga terhadap profesinya. Rasa bangga yang dimiliki oleh seorang guru akan menciptakan motivasi terhadap diri pribadi guru tersebut dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Tugas dan tanggungjawab yang diberikan akan dilaksanakan dengan senang hati karena guru tersebut merasa bangga dan senang dengan profesinya. Upaya kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi sosial guru baik dengan nilai 89,1, penilaian ini ditinjau dari bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif dan yang kedua yakni adalah komunikasi dengan sesame guru, tenaga kependidikan, orangtua, peserta didik, dan masyarakat. Indikator bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif diukur melalui usaha kepala sekolah untuk menanamkan keadilan di dalam sebuah organisasi serta dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya tanpa memperdulikan factor personal. Sedangkan untuk indikator kedua, komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat diukur melalui cara kepala sekolah menyediakan wadah agar komunikasi antar guru, tenaga pendidik, peserta didik, dan yang paling utama komunikasi antar guru dengan wali murid dan masyarakat sekitar tetap terjaga dengan baik. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, karena guru juga merupakan bagian dari masyarakat. Faktor penghambat dari terjalinnya kinerja social yang baik adalah komunikasi antara guru dengan masyarakat dan wali murid. Guru yang dapat menjalin komunikasi dengan wali murid hanya guru wali kelas. Komunikasi yang terjalin pun hanya ketika terdapat acara mengambil hasil belajar siswa, sehingga upaya peningkatkan komunikasi dengan adanya pertemuan orang tua murid, paguyuban wali murid dan juga diterapkan buku penghubung sebagai media komunikasi yang membahas terkait dengan kemajuan belajar siswa. Komunikasi antar guru dengan wali murid ini sanga tpenting, agar wali murid dan guru dapat saling bertukar informasi mengenai peserta didikdan kemajuan pendidikan saat ini. Upaya kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi profesional guru baik dengan nilai 85,94. Kompetensi professional dijabarkan ke dalam dua indikator. Kedua indikator tersebut digunakan untuk meneliti seberapa besar peran kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kompetensi guru pada kompetensi profesional. Indikator yang pertama adalah penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Indikator kedua adalah mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif. 392 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Indikator penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu diukur melalui perhatian yang diberikan oleh kepala sekolah terhadap jurnal pembelajaran yang dilaksanakan dikelas. Indikator inijuga diukur melalui partisipasi kepala sekolah untuk mengirimkan guru mengikuti seminar yang mampu menambah wawasan serta membuka pola piker keilmuan guna mendukung mata pelajaran yang diampun. Indikator kedua yakni mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif diukur melalui pelatihan yang diadakan oleh kepala sekolah baik pelatihan komputer, pelatihan karya ilmiah, dan pelatihan lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan profesionalisme guru. Kompetensi guru pada kompetensi professional dapat dilihat dari penguasaan materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu serta mengembangkan professional guru melalui tindakan yang reflektik. Apabila dilihat dari penguasaan materi, sebagian besar guru tentunya menguasai setiap materi dari mata pelajaran yang diampunya. Program-program yang perlu dilakukan para Guru dalam rangka meningkatkan potensi dan kemampuan dirinya, antara lain : 1) Sesering mungkin berpartisipasi dalam seminar atau konferensi yang terkait disiplin keilmuannya. 2) Meningkatkan keikutsertaan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) 3) Menyusun program-program pelatihan bekerjasama dengan lembagalembaga pendidikan. Hal diatas menunjukkan bahwa Guru di SDN Maduretno sudah berupaya melakukan kegiatan sesuai kompetensi Guru didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pendidik beserta lampirannya. dan Permendiknas no 58 tahun 2009, kompetensi pendidik yang diarahkan pada kompotensi kepribadian, profesional dan pedagogik, namun masih ditemukan beberapa kendala, sehingga harus dilakukan upaya perbaikan seperti yang disampaikan Maryatun (2013) dalam sosialisasi Permendiknas no 58 tahun 2009, dimana upaya peningkatan kompetensi guru diarahkan pada peningkatan mutu pendidikan Akmil. Standar kompetensi Guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru yang harus mempunyai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, sehingga Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Jika seorang Guru ingin mencapai sebuah keberhasilan, maka ada beberapa kemampuan yang sepatutnya dimiliki oleh setiap Guru yang sudah tentu berkesesuaian dengan bidang kerjanya yang harus dikembangkan. Makruf Sodikin | 393 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Upaya Kepala Sekolah untuk meningkatkan Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Dan ProfesionalGuru di SDN Maduretno mendapat tanggapan baik dengan nilai 89,74 kemudian berdasarkan hasil wawancara bahwa kompetensi Guru di SDN Maduretno sudah dikembangkan oleh Kepala Sekolah dengan supervisi dan pembinaan berkelanjutan mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kompetensi kepribadian juga dikembangkan dengan pemberian motivasi dan pengembangan kepribadian. Kompetensi sosial dikembangkan dengan komunikasi yang baik dengan sejawat guru, siswa, masyarakat dan orangtua siswa. Kepala Sekolah juga mengembangkan kompetensi profesional guru dengan memberikan dukungan dalam keikutsertaan dalam KKG, mengikuti peltihan dan workshop, melaksanakan penulisan karya ilmiah, dan lainnya. Dalam penelitian ini diketahui bahwa Kepala Sekolah sudah sangat berupaya untuk meningkatkan kompetensi guru dan guru juga mengapresiasi dengan baik. Saran 1. Sebaiknya perlu ditingkatkan pengarahan bagi guru dalam mengelola kelas baik dalam pemilihan metode mengajar ataupun dalam mengatasi perbedaan kemampuan antar pesertadidik. 2. Sebaiknya perlu ditingkatkan kegiatan yang mampu menumbuhkan rasa bangga menjadi guru, sehingga motivasi kerja guru semakin meningkat. 3. Sebaiknya, perlu ditingkatkan kegiatan yang diadakan oleh sekolah dengan melibatkan masyarakat sekitar. 4. Sebaiknya diadakan pelatihan karya ilmiah guna menambah wawasan guru sesuai dengan bidangnya. 5. Sebaiknya untuk rencana pembelajaran selalu dibuat baru tanpa menggunakan rencana pembelajaran tahun lalu. 6. Sebaiknya menambah metode mengajar yang komunikatif dan kreatif sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar dikelas. 7. Sebaiknya guru lebih aktif untuk menyampaikan pendapat terhadap kepala sekolah mengenai kebutuhan yang dibutuhkan guna menunjang kinerjanya. DAFTAR PUSTAKA BPKP. 2014. Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. http://www.bpkp.go.id/. Pada tanggal 20 Maret 2015, pukul 10.05 WIB. Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari. 2012. Kepemimpinan yang Efektif.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hadari Nawawi. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di LingkunganPerusahaan dan Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hermawan Warsito. 2002. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: GramediaPustaka Utama. 394 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017 Husaini Usman. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Kejuruan. Yogyakarta: UNY Press. Kemendiknas.2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kompetensi guru (PK Guru).http://www.bermutuprofesi.org. Pada tanggal 20 Maret 2015, pukul 11.00WIB. Mangkunegara.Anwar Prabu. 2012. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: RefikaAditama. Mangkunegara.Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya ManusiaPerusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Martinis Yamin dan Maisah.2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: GaungPersada Pers. Mulyasa. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam KonteksMenyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2013. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahman, dkk.2006. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan MutuPendidikan. Sumedang: Alqaprint Jatinangor. Saifudin Azwar. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sondang P Siagian. 2006. Sistem Informasi Manajamen. Jakarta: PT Bumi Aksara Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Veithzal Rivai. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Grafindo Persada. Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik danPermasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada