Struktur PENILAIAN KEANDALAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG EKSISTING: PERATURAN DAN IMPLEMENTASINYA (050S) Wahyu Wuryanti1 1 Puslitbang Permukiman, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum, Jl. Panyaungan Cileunyi Wetan, Kab. Bandung Email: [email protected] ABSTRAK Pemeriksaan keandalan struktur bangunan gedung eksisting dapat ditempuh melalui dua tahap, yaitu pemeriksaan awal melalui pemeriksaan visual dan pemeriksaan detil melalui serangkaian pengujian sebelum disimpulkan dalam penilaian keandalan. Sampai pada tahap pengujian telah tersedia beberapa standar dan manual yang dapat digunakan sebagai acuan. Tetapi sampai saat kini belum ada acuan standar atau pedoman teknis untuk pemeriksaan dan penilaian keandalan struktur. Kekosongan peraturan ini selalu disikapi dengan penilaian deskriptif berdasarkan kebiasaan penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan. Konsekuensinya terjadi penilaian deskriptif tanpa referensi kuantitatif yang terukur dengan jelas. Ketidakjelasan acuan penilaian tentu menyulitkan pengambil keputusan dalam mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaan bangunan. Tulisan ini mendiskusikan berbagai hal terkait dengan praktik pemeriksaan keandalan struktur bangunan gedung, termasuk permasalahan yang relevan. Pembahasan difokuskan untuk kasus praktik pemeriksaan gedung dengan sistem struktur beton bertulang. Kata kunci: keandalan, pemeriksaan gedung, struktur eksisting, standarisasi. 1. PENDAHULUAN Upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan tidak dibatasi pada pembangunan untuk masa mendatang. Tetapi kepedulian tehadap hasil pembangunan juga perlu dilakukan karena bangunan eksisting merupakan aset ekonomi yang berpengaruh terhadap kebutuhan biaya pemeliharaan. Salah satu pengetahuan rekayasa ilmu sipil yang sedang berkembang saat ini adalah pemeriksaan bangunan gedung eksisting. Pemeriksaan keandalan struktur bangunan gedung eksisting dapat ditempuh melalui dua tahap, yaitu pemeriksaan awal dan pemeriksaan detil melalui serangkaian pengujian sebelum disimpulkan dalam penilaian keandalan. Sampai pada tahap pengujian telah tersedia beberapa standar dan manual yang dapat digunakan sebagai acuan. Tetapi sampai saat kini belum ada pedoman teknis untuk pemeriksaan visual dan penilaian keandalan struktur. Di sisi lain kebutuhan pemeriksaan keandalan bangunan semakin meningkat. Tidak hanya diperlukan untuk bangunan pasca bencana atau mengalami deteriorisasi tetapi pada bangunan gedung yang “sehat”. Dari rekaman data pemeriksaan gedung eksisting Puslitbang Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum yang dikoordinasi oleh Bidang Standard dan Diseminasi sejak tahun 2008 sampai 2012 telah ditangani sebanyak 45 kasus (Wuryanti, 2012). Jumlah tersebut bertambah bila dijumlahkan dengan pemeriksaan yang dikordinasi langsung oleh Balai lain di dalam lingkungan Puslitbang Permukiman. Jumlah permohonan pemeriksaan bangunan gedung terus meningkat, seiiring dengan terbitnya ketentuan untuk melakukan sertifikasi laik fungsi bangunan gedung secara periodik. Dalam tulisan ini disampaikan berbagai hal terkait dengan acuan standar yang digunakan dalam proses penilaian keandalan dan praktik pemeriksaan bangunan gedung, khususnya yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman, Lingkup pemeriksaan gedung dibatasi pada gedung struktur beton bertulang. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap standar teknis terkait dengan praktik pemeriksaan bangunan gedung ekisisting di Indonesia. 3. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metoda kualitatif melalui dua tahap. Tahap pertama adalah mengumpulkan data pemeriksaan bangunan gedung. Sumber dokumen digali dari kegiatan advis teknis yang Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 69 Struktur tersedia pada Puslitbang Permukiman. Kompilasi data sekunder ini bertujuan untuk memahami metoda dan prosedur yang digunakan dalam praktik. Tahap kedua adalah mengkompilasi acuan standar atau pedoman yang digunakan pada setiap proses pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tolok ukur yang digunakan Tim Pemeriksa di dalam menentukan tingkat keandalan. 4. PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG Dalam ranah struktur bangunan, keandalan (reliability) adalah kemampuan struktur atau elemen struktur dalam memenuhi persyaratan khusus dalam memikul beban kerja yang direncanakan sesuai dengan kondisi yang ditentukan dalam kurun waktu tertentu (ISO 2394). Untuk melakukan penilaian keandalan perlu nilai acuan sebagai skala perbandingan kondisi. Oleh sebab itu perlu ditetapkan terlebih dahulu nilai penerimaan (acceptable value) keandalan struktur bangunan (Presiser dan Vischer, 2005). Permasalahannya adalah bagaimana mengetahui berapa besar tingkat keandalan struktur yang dapat diterima. Menurut ISO 2394, suatu struktur mempunyai tingkat keandalan yang tepat bila memenuhi persyaratan dan mencapai nilai target tertentu terhadap kondisi berikut: (i) Kondisi batas kemampulayanan (serviceability limit state); (ii) Kondisi batas ultimit (ultimate limit state); (iii) Integritas struktural (structural integrity). Nilai penerimaan ini dapat ditentukan dari tingkat keandalan target (target reliability level) yang direncanakan (Rucker, et al, 2006). Kemudian dilakukan perbandingan antara tahanan (resistance) dari komponen bangunan eksisting dengan tegangan (stress) yang terjadi akibat beban muatan eksiting atau rencana. Metoda untuk menilai keandalan struktur bangunan dilakukan dengan metoda paling sederhana sampai yang rumit menggunakan instrumen dan pemodelan atau simulasi. Metoda pemeriksaan gedung yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman, menggunakan prosedur seperti pada Gambar 1. Pada jenis pemeriksaan detil selalu didahului dengan pemeriksaa awal. Tetapi setiap pemeriksaan awal belum tentu ditindaklanjuti sampai pada pemeriksaan detil. Hal ini tergantung pada lingkup pemeriksaan yang diharapkan oleh pihak Pemohon. Dapat juga suatu pemeriksaan detil tidak dilakukan karena Tim Pemeriksa menganggap bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan awal, sudah dapat mengetahui kondisi struktur eksisting. Gambar 1. Prosedur pemeriksaan bangunan gedung oleh Puslitbang Permukiman Sumber: hasil analisis Setiap pemeriksaan bangunan gedung diperlukan untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan eksisting. Pada pemeriksaan sampai pada tahap pemeriksaan detil, tingkat keandalan ditentukan berdasarkan hasil evaluasi struktur. Penentuan tingkat keandalan diperoleh melalui tahap evaluasi struktur setelah mengetahui kualitas bahan bangunan eksisting. Kualitas bahan bangunan eksisting dilakukan melalui serangkaian pengujian baik destruktif maupun non destruktif. Dari hasil pengujian dapat diketahui kualitas bahan beton baik mengenai kuat tekan beton, Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) S - 70 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 Struktur kualitas homogenitas beton, dan kualitas baja tulangan. Data kualitas bahan beton bertulang eksisting kemudian diguanakan sebagai input dalam analisis struktur bangunan. Hasil akhir dari analisis struktur diperlukan untuk mengetahui apakah setiap komponen struktural eksisting masih mampu memikul beban rencana. Pengguna akhir (end-user) dari hasil kegiatan pemeriksaan bangunan eksiting dapat dibedakan menjadi dua (Onsitemansonry, 2005), yaitu $ Pengguna-akhir antara (intermediate end user). Yang dimaksud pengguna pada kelompok ini adalah para tenaga teknik (teknik sipil atau arsitek) yang menggunakan hasil pemeriksaan untuk dieksploitasi lebih lanjut. $ Pengguna-akhir final (final end-user). Kelompok pengguna ini adalah para pemilik atau pengelola gedung. Hasil pemeriksaan digunakan untuk mendapatkan keputusan apakah bangunan gedung eksisting dapat diperbaiki, diperkuat atau didemolisasi. Dengan mengatahui klasifikasi kerusakan dapat ditentukan teknik perbaikan yang tepat. Ditinjau dari pelayanan yang dilakukan pada setiap pemeriksaan gedung eksisting, terlihat jelas bahwa pemeriksaan oleh Puslitbang Permukiman digunakan utuk melayani pengguna-akhir antara. Akhir dari hasil evaluasi struktur digunakan untuk menghasilkan rekomendasi umum yang menjelaskan secara deskriptif kondisi struktur bangunan eksisting. Dalam rekomendasi yang diberikan tidak menyatakan skala ukuran jelas tingkat keandalan struktur bangunan. 5. DISKUSI DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan struktur beton bertulang bangunan gedung eksiting dilakukan karena beragam alasan. Praktik pemeriksaan yang telah dilakukan, acuan standar yang digunakan, dan penilaian keandalan dikaji dalam uraian berikut.. Praktik pemeriksaan gedung eksisting Dari kompilasi data hasil pemeriksaan oleh Puslitbang Permukiman sejak tahun 1992 sampai 2012 telah menangani sebanyak 70 kasus pemeriksaan gedung. Alasan permintaan pemeriksaan sangat beragam yang dikelompokkan menjadi 6 (enam ) alasan utama yaitu: 1) Kinerja struktur diragukan. Hal ini biasa dilakukan pada pembangunan gedung bertahap. Pemilik/ pengelola gedung bermaksud memverifikasi kinerja bangunan eksiting pada tahap sebelumnya. Alasan ini juga dilakukan pada bangunan yang mengalami gempa. Sebelum bangunan dimanfaatkan kembali perlu dilakukan pemeriksaan untuk mnejamin keandalan struktur eksisting mampu memikul beban yang terjadi. 2) Pasca kebakaran. Pemeriksaan bangunan pasca kebakaran dengan tujuan mendapatkan kepastian apakah bagian bangunan yang tidak terbakar dapat dimanfaatkan kembali atau bangunan akan didemolisasi. 3) Perubahan fungsi atau penambahan beban. Alasan ini dilakukan manakala bangunan akan manambah jumlah lantai atau mengalihfungsikan sebagian ruang atau seluruh bangunan. 4) Rencana pemeliharaan. Alasan ini lebih disebabkan karena bangunan telah berumur dan perlu data teknis untuk pengajuan biaya pemeliharaan gedung. 5) Terjadi kerusakan. Pemeriksaan karena alasan ini dilakukan ketika pemilik/ pengelola gedung melihat sebagian komponen atau sistem struktur menunjukkan penurunan kinerja, seperti balok melendut, pelat lantai bergetar, dan sebagainya. Kondisi ini telah mengganggu penguna gedung dapat beraktivitas sehingga pemilik beranggap perlu dilakukan pemeriksaan gedung secara menyeluruh. 6) Pasca gempa. Alasan pemeriksaan bangunan pasca gempa dapat disebabkan karena kinerja bangunan diragukan atau karena sudah terlihat terjadi kerusakan. Pemeriksaan pasca gempa lebih banyak dilakukan dengan metoda penilaian cepat (rapid assessment) sehingga hanya dilakukan sampai pada tahap pemeriksaan visual saja. Dari 70 kasus pemeriksaan yang ditangani sebaran alasan pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 2. Kedalaman setiap pemeriksaan bangunan gedung eksisting akan tergantung pada tujuan pemeriksaan. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 71 Struktur Gambar 2. Alasan pemeriksaan gedung Sumber: hasil analisis Gambar 3. Metoda pemeriksaan bangunan gedung Sumber: hasil analisis Dari Gambar 2 dapat dilihat pemeriksaan gedung paling banyak dilakukan karena bangunan pasca gempa sebanyak 26%. Kemudian disusul dengan alasan karena bangunan pasca kebakaran dan bangunan telah terjadi kerusakan masing-masing sebanyak 20%. Untuk alasan pemeriksaan karena ada rencana pemeliharaan bangunan dilakukan sebanyak 17% atau sekitar 12 kasus pemeriksaan. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan yang secara periodik perlu dilakukan sebelum bangunan dimanfaatkan. Dari 70 kasus tersebut sebanyak 24 kasus atau 34% dilakukan sampai tahap pemeriksaan detil melalui analisis pemodelan struktur gedung, seperti pada Gambar 3. Pada setiap kasus pemeriksaan selalu diawali dengan metoda pemeriksaan visual. Pada tahap pemeriksaan detil, prosedur penting yang perlu dilakukan adalah mengetahui kualitas bahan bangunan eksisting. Oleh sebab itu perlu dilakukan beberapa pengujian di lapangan menggunakan pengujian non destruktif maupun pengujian destruktif. Dari jenis pengujian untuk pemeriksaan struktur beton bertulang, terdapat 6 (enam) jenis pengujian yang digunakan oleh Puslitbang Permukiman. Ragam pengujian dan jumlah kasus yang ditangani setiap jenis pengujian dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Frekuensi jenis pengujian dalam pemeriksaan gedung Sumber: hasil analisis Pada Gambar 4 terlihat bahwa 3 (tiga) jenis pengujian yang mendominasi setiap kegiatan pemeriksaan bangunan yaitu pengujian dengan alat palu beton (hammer test) sebanyak 64%, dengan gelombang ultrasonic (ultrasonic pulse velocity) 67%, dan pengujian beton dengan alat bor (core drill) 63%. Ketiga jenis pengujian tersebut digunakan untuk mengetahui kualitas beton eksisting sebelum digunakan untuk analisis struktur bangunannya. Pada kenyataannya kualitas bahan beton bertulang tidak hanya tergantung pada pengamatan kualitas kuat tekan beton tetapi dipengaruhi pula oleh tebal selimut dan kuat tarik dari baja tulangan. Tetapi karena proses untuk memperoleh data kualitas baja tulangan tidak mudah dan alat yang digunakan tidak tersedia, seringkali baja tulangan ditentukan dari analisis kualitatif. Data terukur untuk mengamatan kualitas baja tulangan hanya dengan memperkirakan posisi tulangan, terutama jarak tulangan sengkang. Pengujian yang digunakan untuk mengidentifikasi baja tulangan adalah menggunakan R-bar meter atau profometer. Pengujian ini dilakukan sebanyak 34% dari total pemeriksaan gedung. Jumlah ini hanya setengah dari pengujian kualitas beton. Hal ini dilakukan karena data yang diperoleh dari hasil pengukuran R-bar hanya digunakan untuk analisis kualitatif dan tidak digunakan sebagai input data pada analisis struktur. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) S - 72 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 Struktur Standar acuan pemeriksaan struktur eksisting Standar merupakan common rules yang diperlukan sebagai sarana komunikasi untuk memberi kepastian dan keyakinan antara penyedia dan pengguna produk atau jasa terhadap suatu konteks kesepakatan. Mengapa standar itu diperlukan, hal ini dikaitkan dengan tujuan pembuatan dan pemberlakukan standar tersebut. Dengan demikian penetapan standar bertujuan untuk meningkatkan efisiensi yang mestinya berdampak pada biaya yang lebih rendah. Untuk kepentingan pemeriksaan bangunan gedung suatu standar diperolehkan agar metoda pemeriksaan dan penetapan tingkat keandalan bangunan berdasarkan ketentuan seragam. Idealnya setiap tahap dalam proses pemeriksaan bangunan harus merefer pada pedoman teknis atau standar sebagai acuan kerja Tim pemeriksa. Dari kompilasi standar yang digunakan sebagai acuan oleh Tim Pemeriksa Puslitbang Permukiman diuraikan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Acuan pemeriksaan struktur gedung eksisting oleh Puslitbang Permukiman Tahap pemeriksaan Pemeriksaan awal Pemeriksaan detil Rekomendasi umum Metoda Keluaran Standar acuan Kajian dokumen teknis Denah, dimensi rencana/ terpasang komponen struktural gedung Tidak tersedia Pemeriksaan visual Kondisi umum gedung, jenis dan pola kerusakan struktural Pengujian bahan bangunan Properti bahan bangunan eksiting Evaluasi struktur Komparasi kapasitas tahanan(resistance) terhadap tegangan (stress) komponen struktural (kolom, balok, pelat) Deskriptif Rekomendasi untuk perkuatan atau demolisasi $ Pt-T-2000-C: Tata cara pemeriksaan bangunan pasca kebakaran $ Pd T-11-2004-C: Pemeriksaan awal kerusakan bangunan beton bertulang akibat gempa $ SNI 07-2529-1991: Metoda pengujian kuat tarik baja beton $ SNI 03-4430-1997: Metoda pengujian kuat tekan elemen struktur beton dengan alat palu beton tipe N dan NR $ SNI 03-4802-1998: Metode kecepatan pulsa melalui beton $ SNI 03-2492-2002: Metoda pengambilan dan pengujian beton inti $ SNI 03-6898-2002: Tata cara pelaksanaan dan pengambilan dan pengujian kuat tekan beton inti $ SNI 03-6760-2002: Metode pengujian pembebanan lantai beton bertulang pada bangunan bertingkat dengan beban air $ SNI 03-1727-1989: Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung $ SNI 03-2847-1992 (atau edisi revisinya): Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung $ SNI 03-1726-2002 (atau edisi revisinya): Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan dan gedung Tidak tersedia Sumber: hasil analisis Pada Tabel 1 terlihat jelas pada standar yang relevan dengan pemeriksaan didominasi untuk proses pengujian bahan bangunan eksisting. Dengan tersedianya standar pengujian bahan bangunan menggunakan pengujian palu beton, gelombang ultrasonik, dan bor inti menjadikan pengujian menggunakan ketiga alat tersebut dominan digunakan pada setiap pemeriksaan. Sementara standar yang terkait untuk pemeriksaan visual hanya tersedia untuk pemeriksaan pasca kebakaran dan penilian cepat (quick assessment) pasca gempa. Belum tersedia standar acuan Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 73 Struktur yang menjelaskan penilaian kerusakan struktur secara visual. Demikian pula untuk standar pada tahap evaluasi masih banyak menggunakan standar perencanaan bangunan baru bukan pemeriksaan struktur eksisting. Meski digunakan dalam analisis struktur, tetapi standar perencanaan bangunan baru tidak sepenuhnya “cocok” bila digunakan untuk keperluan analisis struktur bangunan eksisting. Seperti bagaimana mempertimbangkan umur bangunan eksisting dalam analisis struktur. Menggkaji dari kekosongan antara standar yang ada dan yang diperlukan, perlu disusun standar yang relevan dengan pemeriksaan. Standar yang dapat digunakan sebagai rujukan antara lain: $ ISO 2394 (1998). General principles on reliability for structures. International Organization for Standardization $ ISO 13822 (2010) Bases for design of structure – Assessment of existing structures. Second edition 2010-08-01. International Organization for Standardization $ Appraisal of existing structures, 3rd edition Penilaian keandalan struktur bangunan Tujaun akhir dari suatu pemeriksaan adalah menilai keandalan struktur bangunan atau menentukan tingkat keandalan atau tingkat kerusakan bangunan. Ketentuan tingkat keandalan eksisting digunakan untuk menentukan metoda perbaikan atau perkuatan yang diperlukan. Setiap praktik pemeriksaan struktur bangunan, keluaran hasil analisis adalah menghitung apakah tegangan (stress) yang dihasilkan dari perhitungan struktur bangunan lebih kecil dari tahanan (resistance) komponen struktural. Bila salah satu dari komponen strukrual tidak memenuhi persyaratan teknis, maka rekomendasi yang disampaikan merupakan deskripsi umum. Tujuan dari menganalisis ulang struktur bangunan berdasarkan asumsi bahwa struktur akan berfungsi sepanjang sisa umur layanan (residual service life). Penentuan tingkat keandalan dapat menggunakan metoda skala kondisi (condition rating method). Dari hasil studi sebelumnya yang penulis lakukan, penilaian menggunakan metoda skala kondisi (wuryanti, 2012) berbasis pada hasil inspeksi visual. Penilaian numerik ini dapat dilakukan berdasarkan skala tertentu yang menjelaskan kondisi sangat buruk sampai sangkat baik. Kenyataannya meski telah dipandu menggunakan skala kondisi, pendekatan tersebut masih dipengaruhi oleh penilaian subjektif. Oleh sebab itu satu struktur bangunan yang sama, bila dilakukan pemeriksaan dan penilaian oleh Inspektur berbeda, akan menghasilkan tingkat keandalan berbeda. Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk penilaian keandalan adalah menggunakan indeks keandalan (reliability index). Dalam metoda ini dianalisis berdasarkan verifikasi tingkat keandalan berbeda. Contohnya pada gambar 5, terdapat 4 level verifikasi keandalan; (1) bahan bangunan, (2) penampang elemen, (3) elemen struktur, (4) sistem struktur. Gambar 5. Level verifikasi keandalan struktur Dengan demikian ketika hasil evaluasi struktur eksisting diperoleh kualitas bahan tidak memenuhi persyaratan teknis, maka penilaian keandalan bangunan didasarkan pada verifikasi level 1. Penampang balok kurang dari yang direncanakan, maka penilaian berdasarkan verifikasi level 2. Demikian seterusnya, untuk level 3 sampai level 4 untuk sistem struktur seluruh bangunan. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) S - 74 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 Struktur 6. KESIMPULAN Dari hasil studi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konsekuensi dari kekosongan acuan standar atau pedoman teknis di dalam pemeriksaan bangunan gedung eksisting mengarah pada penilaian subjektif. Penilaian deskriptif berpeluang untuk menimbulkan perbedaan pendapat dan hasilnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. 2. Perlu disusun standar atau pedoman teknis yang berkaitan dengan pemeriksaan struktur bangunan eksisting. Standar dari negara lain dapat diadaptasi melalui adaptasi identik atau adaptasi modifikasi. 3. Penilaian keandalan struktur bangunan eksisting dapat dikembangkan menggunakan pendekatan indeks keandalan berdasarkan level yang berbeda. UCAPAN TERIMA KASIH Studi ini sepenuhnya memanfaatkan data yang tersedia di Puslitbang Permukiman khususnya Bidang Standar dan Diseminasi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada rekan-rekan Puslitbang Permukiman yang telah berkenan memberikan data laporan pemeriksaan gedung. DAFTAR PUSTAKA ---- (1999), Guideline For Structural Condition Assessment Of Existing Buildings. Structural Engineering Institute American Society of Civil Engineers (ASCE 11) ---- (1998) General principles on reliability for structures. International Organization for Standardization (ISO) 2394. ---- (2005) On-site investigation techniques for the structural evaluation of historic masonry buildings. Onsitemasonry recommendation for end-user. 5th framework programme for Research, technological developmen and Demonstration. Energy, Environment and Sustainable Development – The city of Tomorrow and cultural heritae, Florence. Preiser W.F.E and Vischer, J.C. (2005) The Evolution Of Building Performance Evaluation: An Introduction in Assessing Building Performance, Elseiver Butterworth- Heinemann Rucker, W., Hille, R., Rohman, R. (2006), Guideline For The Assessment Of Existing Structure.Federal Institute Of Materials Research And Testing (BAM) Berlin, Germany Wuryanti, W. (2010) “kajian model pemeriksaan kondisi keandalan gedung beton bertulang”. Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil VI-2010 Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional, Institut Sebelas Nopember Surabaya Wuryanti, W. (2012) “kajian Kajian tata cara evaluasi keandalan struktur bangunan gedung yang telah berdiri”. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi (PPIS) 2012. Badan Standar Nasional. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 75