IMPLEMENTASI METODE BERMAIN SAMBIL BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI BUDDHISME DI TK EHIPASSIKO BSD TANGERANG D.M. Sumitta Yasa ABSTRACT Early childhood is the golden period of development. In those exceptional surge in child development that does not happen in the next period. To increase the potential of every child in need of nutritional intake, health protection, nurturing, and educational stimuli according to the stage of child development. In early childhood, as now required special attention, especially in terms of character education. Early childhood personality can actually thrive if educated properly. Family and school education about the values of manners, polite behavior, respect for others, and responsibility are important factors in the development of the child's behavior. utilization of play while learning by teachers in kindergarten properly will greatly help develop the various aspects of child development both cognitive, emotional, social, language, motor, affective, morality, and so forth. In this research, the writer use description qualitative method. Technique of data collecting that was used is observation, interview, and documentation. After doing the data collecting, the writer did data analysis, then she did reduction step by summarized, selected and focused on the important thing. After the reduction step, she described her research in the clear explanation. Simply put character education early childhood that appreciates, respects and not harmful to others and mutual help others is to avoid negative actions, do good, self-controlled. By doing perfect virtue, develop attitudes that are useful, such as love and universal compassion, and doing acts motivated by thoughts. With control and dispose of all views is wrong, then morality becomes better. Keywords: kindergarten Ehipassiko, morality values are Buddhist, Method of Learning While Playing. PENDAHULUAN Usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu terjadi lonjakan luar biasa pada perkembangan anak yang tidak terjadi pada periode berikutnya. Untuk meningkatkan potensi tersebut setiap anak membutuhkan asupan gizi, perlindungan kesehatan, pengasuhan, dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pada anak usia dini seperti sekarang dibutuhkan perhatian khusus terutama dalam hal pendidikan budi pekerti. Masa perkembangan anak seperti yang terjadi pada saat ini, banyak anak-anak yang mudah meniru apa yang diucapkan oleh orang lain. Perilaku yang tidak baik seringkali menjadi perhatian khusus bagi orang tua dan guru untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti anak sejak dini, baik di rumah, di sekolah, maupun lingkungan sekitar. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan menimbulkan suatu kebiasaan yang buruk. Penyebab merosotnya moralitas anak usia dini sangatlah kompleks. Lingkungan tempat anakanak dibesarkan saat ini meracuni anak dengan perilaku yang tidak baik. Sejumlah faktor sosial yang membentuk karakter pribadi anak secara perlahan mulai menurun seperti pengawasan orang tua lemah, kurangnya teladan perilaku yang baik, pendidikan spiritual rendah, pola asuh yang jelek, dan sekolah yang kurang memberikan metode pengajaran yang kurang inovatif terhadap perkembangan perilaku anak. Masalah budi pekerti anak usia dini ini juga dapat disebabkan oleh pergaulan teman yang tidak baik, sebagai contoh teman yang mengajarkan untuk mengejek salah satu temannya yang terjatuh, dan mengajarkan berkata yang tidak benar atau berbohong. jika dibiarkan terus menerus oleh para pendidik ataupun orang tua, akan berdampak pada menurunnya moralitas anak. Fakta yang dapat dijumpai pada kejadian sehari-hari seperti anak membentak kepada orang tuanya, memerintah ini itu kepada sesama dan yang lebih tua tanpa menyebutkan kata minta maaf dan berterima kasih, memberikan ekspresi tubuh yang tidak baik (mencibir, berpaling). Bahasa secara lisan dan bahasa tubuhnya menandakan ketidak berempatian anak terhadap perasaan orang lain, baik kepada orang tua, guru dan teman. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru di Taman Kanak-Kanak Ehipassiko, diketahui permasalahan yang dihadapi guru di kelas terkait dengan perkembangan budi pekerti. Hal tersebut selain bawaan dari anak juga ditunjang oleh latar belakang keluarga dan lingkungan masyarakat. Faktor-faktor yang dapat menghambat dan menunjang perkembangan budi pekerti pada anak sangatlah beragam. Keberagaman karakteristik anakanak dan perkembangan budi pekerti selain menjadi tantangan untuk guru juga menjadi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak. Guru sebagai pengendali utama di sekolah tentu harus dapat memahami perkembangan budi pekerti setiap anak dan mengidentifikasi kebutuhan apa saja yang harus diberikan kepada anak. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dilakukan oleh peneliti adalah: Bagaimana Penerapan Metode Bermain Sambil Belajar Dalam Meningkatkan Nilai-nilai Budi Pekerti Buddhisme di Taman KanakKanak Ehipassiko BSD Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui bagaimana "Peran Metode Bermain Sambil Belajar Dalam Meningkatkan Pembelajaran Agama Buddha Di Taman Kanak-Kanak Ehipassiko BSD Tangerang". Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagai bagi umat Buddha sebagai berikut : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan serta wacana khususnya bagi yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini pada jenjang Taman KanakKanak. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang luas dalam penerapan metode bermain sambil belajar terhadap pemahaman agama Buddha untuk anak usia dini, sehingga peran bermain sambil belajar terhadap pemahaman agama Buddha pada anak usia dini semakin berkembang baik di perkotaan maupun di pedesaan. 3. Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, dorongan dan wawasan bagi masyarakat, orang tua dan guru agar lebih memperhatikan pendidikan anak usia dini di dalam pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan menumbuhkan daya pikir bagi anak usia 3 tahun sampai dengan memasuki pendidikan dasar. TINJAUAN PUSTAKA Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995). Tentang bermain, Hurlock (1978) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak. Menurut Singer (Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain antara lain (Zaviera, 2008): 1. Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat. 2. Aspek perkembangan motorik kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan ketrampilan anak. 3. Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh. Anak belajar menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak, mempertahankan hubungan, perkembangan bahasa, dan bermain peran sosial. Fungsi bermain bagi anak antara lain: 1. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya, meniru ibu masak di dapur, dokter mengobati orang sakit, dan sebagainya. 2. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar di kelas, sopir mengendarai bus, petani menggarap sawah, dan sebagainya. 3. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, ayah membaca Koran, kakak mengerjakan tugas sekolah, dan sebagainya. Pendidikan budi pekerti dalam agama Buddha bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (Wijaya-Mukti, 2003:304) sebagai berikut: 1. Mengembangkan keyakinan (Saddha) dan ketakwaan (Bhakti) kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, Para Bodhisattva dan Mahasattva. 2. Mengembangkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia melalui peningkatan pelaksanaan moral (Sila), meditasi (Samadhi) dan kebijaksanaan (Panna) sesuai dengan Buddha Dharma (Agama Buddha). 3. Mengembangkan manusia Indonesia yang memahami, menghayati, dan mengamalkan/menerapkan Dharma sesuai dengan Ajaran Buddha yang terkandung dalam Kitab Suci Tipitaka/Tripitaka sehingga menjadi manusia yang bertanggung jawab sesuai dengan prinsip Dharma dalam kehidupan sehari-hari. 4. Memahami nilai-nilai agama Buddha dan sejarah perkembangannya di Indonesia. Taman Kanak-kanak (TK) Ehipassiko menerapkan sistem belajar “Active Learning” yang menitikberatkan pada keaktifan anak dalam proses belajar mengajar. Selain itu, dalam penyampaian materi pembelajarannya pun dilakukan melalui pendekatan “Belajar Sambil Bermain dengan melakukan praktik dan percobaanpercobaan ilmiah. Pendidikan dalam agama Buddha berasal dari istilah sikkha (latihan), tersirat bahwa pendidikan merupakan proses belajar, latihan pelajaran, mempelajari, mengembangkan dan pencapaian penerangan. Pada isitilah ini termasuk juga disiplin moral (síla), konsentrasi (samadhi), dan pengetahuan atau kebijaksanaan (pañña). Demikian proses secara terus-menerus dari perhatian pendidikan sebagai sifat fungsional dari latihan, praktek, dan kemajuan setahap demi setahap (anupubbasikkha anupubbakiriyä anupubbapaëipadä). Secara sederhana pendidikan budi pekerti anak usia dini yaitu menghindari menyakiti orang lain dan saling menolong sesama yaitu menghindari perbuatan negatif, melakukan kebajikan, mengendalikan diri. Dengan melakukan kebajikan sempurna, mengembangkan sikap yang bermanfaat, seperti cinta kasih dan welas asih universal, dan melakukan perbuatan yang di motifasi oleh pikiran. Dengan mengendalikan diri dan membuang semua pandangan yang salah, maka moralitas menjadi lebih baik. Sekolah Ehipassiko bercirikan sekolah agama Buddha, materi-materi pendidikan agama Buddha di Taman Kanak-Kanak Ehipasiko mencakup pembelajaran budi pekerti dalam setiap mata pelajaran. pembelajaran budi pekerti ini dilakukan lewat bermain drama yang mengisahkan riwayat hidup Sang Buudha. Dengan pembelajaran budi pekerti yang baik, maka secara tidak langsung akan dapat menunjang keberhasilan para siswa sendiri, khususnya kegiatan belajarmengajar di kelas menjadi lancar, siswa bisa tenang, sopan, dan berkata yang baik. Pengajaran pada jaman Sang Buddha juga memiliki komponenkomponen yang sama dengan komponen pendidikan sekarang, yaitu terdiri dari: 1. Guru, yaitu Sang Buddha dan para siswa utamanya. 2. Murid, yaitu para siswa Sang Buddha baik para pertapa atau bhikkhu maupun umat perumah tangga dengan berbagai macam karakter dan latar belakang. 3. Tujuan, yaitu untuk membebaskan manusia dari kekotoran batin (kilesa) dan agar mereka mencapai pembebasan. 4. Materi atau bahan pengajarannya adalah Dhamma (Hukum Kesunyataan). 5. Metode atau alat perlengkapan adalah metode-metode yang digunakan Sang Buddha (seperti yang dijelaskan di atas). 6. Evaluasi, yaitu dengan cara pengamatan langsung secara fisik dan dengan kekuatan batinnya. Pendidikan Agama Buddha juga tidak hanya membuat agar anak didik menjadi cerdas dalam pengetahuan agama Buddha, taat beragama Buddha secara individu, dan rajin menunaikan tugas-tugas keagamaan secara individu, tetapi bagaimana menjadikan individu tersebut memiliki peranan dalam masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial bermasyarakat. Diggha Nikaya 12 dalam Lohicca Sutta Sang Buddha menjelaskan mengenai seorang guru yang baik dan yang buruk. Ada guru yang pantas dicela dan tidak pantas dicela. Seperti seorang guru yang mengajarkan murid-muridnya berulang-ulang, tetapi muridnya tidak ada satupun yang memperhatikan dan tidak mendengarkan, maka guru tersebut pantas dicela. Bagaikan seseorang laki-laki yang terus-menerus mendekati seorang perempuan atau perempuan yang terus mendekati laki-laki yang menolaknya dan merangkulnya walaupun orang itu telah berpaling. Hal itu terjadi karena guru yang mengajar tidak menggunakan metode atau cara yang menarik para muridnya. Apabila seorang guru mengajar dengan caracara yang menarik, seperti Sang Buddha mengajarkan Dhamma yang indah pada awal, pertengahan, dan akhirnya tentu saja para siswa akan sangat memperhatikan gurunya, guru yang seperti itu tidak pantas dicela. METODE PENELITIAN Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian yang penulis kemukakan di depan, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari orang-orang (obyek itu sendiri). Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambaran-gambaran, dan kebanyakan bukan berbentuk angkaangka. Peneliti mengadakan pengamatan atau wawancara langsung terhadap obyek atau subyek penelitian. Oleh karena itu peneliti terjun langsung ke lapangan dan terlibat langsung. Tujuan menggunakan pendekatan deskristif kualitatif pada penelitian adalah untuk mendeskripsikan materi yang diajarkan dalam penanaman nilainilai budi pekerti di Taman KanakKanak Ehipassiko dan metode apa yang digunakan dalam strategi penanaman budi pekerti tersebut. Peneliti berusaha mengkaji secara mendalam dan terperinci dari satu konteks, penelitian ini dilakukan untuk meneliti penanaman nilai-nilai budi pekerti pada anak di Taman Kanak-Kanak Ehipassiko. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Yang diobservasi dalam penelitian di Taman KanakKanak Ehipassiko, BSD Tangerang adalah: 1.Lokasi Taman Kanak-kanak Ehipassiko, BSD Tangerang. 2.Keadaan guru dan peserta didik. 3. Keadaan sarana dan prasarana. 4.Proses pembelajaran yang berlangsung di Taman KanakKanak Ehipassiko BSD tangerang dalam menanamkan nilai budi pekerti Buddhis. Metode wawancara atau interview adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Data-data yang penulis peroleh dari dokumen-dokumen yang ada adalah mengenai: 1. Sejarah berdirinya Taman Kanak-Kanak Ehipassiko, BSD Tangerang. 2. Struktur organisasi Taman Kanak-Kanak Ehipassiko, BSD Tangerang. 3. Jumlah anak didik yang ada di Taman Kanak-Kanak Ehipassiko, BSD Tangerang. 4. Data guru di Taman KanakKanak Ehipassiko, BSD Tangerang. 5. Sarana prasarana di Taman Kanak-Kanak Ehipassiko, BSD Tangerang. 6. Foto-foto di Taman KanakKanak Ehipassiko, BSD Tangerang. HASIL DAN PENELITIAN PEMBAHASAN Sekolah Ehipassiko berdiri pada tahun 2005 yang didirikan oleh ibu Indi Yudini Wirawan, dengan didirikannya sekolah Ehipassiko ini selain dapat ikut berpartisipasi mencerdaskan bangsa, juga untuk memajukan penyebaran nilai-nilai luhur Buddha Dhamma sehingga generasi penerus kita menjadi generasi yang handal dan berkualitas. Nama Ehipassiko diambil dari bahasa sansekerta yang artinya “Datang Lihat dan Buktikanlah”. Sekolah Ehipassiko pun kemudian diharapkan dapat menjadi simbol bagi menyatunya intelegensi dan kemuliaan hati, dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan darimasyarakat, Sekolah Ehipassiko kemudian menitikberatkan pada pembentukan karakter anak-anak didiknya. Sekolah Ehipassiko berdiri sejak 2005 di Jl. Letjen Soetopo Kav. B1-2 Sektor XI.4 BSD Tangerang Selatan, Banten, dengan luas tanah seluruhnya 9415 meter persegi, luas bangunan saat ini 2500 meter persegi, bangunan dan gedung terdiri dari 2 lokal, dengan jenjang pendidikan mulai dari Kelompok Bermain (Playgroup), TK, SD, SMP, hingga SMA. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang pertama harus diperhatikan adalah anak didik. Karena, kegiatan belajar mengajar tentu tidak akan dapat tercapai jika anak didik berada pada kondisi yang tidak memungkinkan atau kurang kondusif untuk melakukan kegiatan belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam memahami anak didik menurut Ibu Tara selaku wali kelas B1 diperoleh keterangan bahwa: ”Di dalam memahami peserta didik yaitu dengan melakukan pengamatan di dalam kelas dan menggunakan pendekatanpendekatan secara individual”. Dengan demikian maka seorang guru mengetahui kondisi baik fisik maupun mental peserta didik dimana mereka siap untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan wawancara Ibu Tara selaku wali kelas B1 mengenai kondisi siswa di dalam mengikuti kegiatan belajar diperoleh keterangan bahwa: ”Kondisi peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar selalu gembira, ramai, siswa cepat mengerti dengan materi yang diajarkan, karena selama kegiatan belajar berlangsung guru harus inovatif dan tidak menggunakan metode yang monoton saja, yaitu metode ceramah, guru harus bisa menggunakan metode yang fariatif atau dengan permainan-permainan sehingga tidak ada siswa yang bosan dalam mengikuti kegiatan belajar dan tidak ada siswa mengantuk di dalam kelas”. Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu. Agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan, salah satu langkah yang dipilih adalah menetapkan metode pembelajaran. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode dipergunakan oleh guru untuk kepentingan pembelajaran. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar mengajar guru harus selektif dan variatif dalam memilih metode pembelajaran. Berkenaan dengan metode yang digunakan dalam seluruh materi pelajaran berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Tara beliau menyatakan bahwa: ”Dalam pembelajaran biasanya saya lebih banyak memakai metode permainan, karena siswa lebih interes dan cepat mengerti dengan materi yang saya ajarkan”. Permainan merupakan jalan atau cara bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta sebagai cara mereka menjelajahi lingkungan dunianya. Dengan kegiatan bermain anak memperoleh manfaat yang cukup besar, diantaranya adalah bisa membuat anak percaya diri, memiliki kemampuan berinteraksi dengan teman yang lain, serta bisa membentuk kepribadian anak. Berkenaan dengan metode yang digunakan dalam setiap materi pelajaran di Sekolah Taman KanakKanak Ehipassiko BSD Tangerang, dalam melaksanakan kegiatan belajar menggunakan metode bermain. Bermain merupakan kegiatan yang santai, menyenangkan tanpa tuntutan (beban) bagi anak. Bermain juga merupakan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan demensi motorik, kognitif, kreatifitas, emosi, sosial, nilai, bahasa dan sikap hidup. Para ahli psikologi anak menekankan pentingnya bermain bagi anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain anak mendapat kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungan. Tanggapan terhadapat orang tua siswa terhadapat proses pembelajaran di Sekolah Taman kanak-Kanak Ehipassiko BSD Tangerang, diperoleh hasil dari wawancara dengan orang tua dari siswa menyatakan :”Bahwa proses pembelajaran di Sekolah Taman Kanak-Kanak Ehipassiko BSD Tangerang, sangat variatif, seperti yang saya lihat metode-metode pembelajarannya juga menyenangkan, pelaksanaan pembelajarannya juga tidak hanya berada didalam kelas. Dalam memberikan pelajaran atau membabarkan Dhamma, Sang Buddha menggunakan metode yang sedikit berbeda dari guru-guru lainnya. Metode atau cara Sang Buddha dalam mengajarkan Dhamma terdiri dari berbagai macam, antara lain: metode ceramah (kotbah), metode tanya jawab, dengan perumpamaan-perumpamaan atau contoh-contoh. Sang Buddha menjelaskan Dhamma dengan bertahap, secara sistematis, terperinci, dan menyesuaikan dengan kemampuan si pendengar. Guru harus mampu mengarahkan anak didiknya kejalan yang benar. Seperti sabda Sang Buddha yang terdapat dalam Sigalovada Sutta seseorang guru mempunyai lima kewajiban yang harus dilaksanakan untuk menunjukkan kecintaan kepada para siswanya. Lima kewajiban yang harus dimiliki seorang guru itu antaranya, melatih anknya berbagai macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat, membuat anak didiknya menguasai ilmu yang telah di ajarjan, selalu berbicara baik tentang muridnya dihadapan siapa saja dan selalu menjaga keselamatan anak didiknya dimanapun berada. Apabila kewajiban itu benar-benar dilaksanakan oleh seorang guru maka, akan diperoleh murid yang memiliki kepribadian atau kondisi psikis yang berkualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, Sekolah Ehipassiko berada di tempat yang sangat strategis, memiliki sarana prasana yang lengkap baik arena khusus untuk tempat bermain anak pada saat istirahat maupun sarana pendukung berupa media atau alat peraga yang digunakan untuk belajar dikelas, sehingga kondisi siswa pada saat menerima materi yang disampaikan oleh guru merasa sangat gembira. Proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung tidak hanya dilakukan didalam kelas, sehingga penanaman nilai-nilai budi pekerti Buddhis dapat dipahami oleh siswa dengan mudah. Dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar siswa merasa senang dan tidak cepat bosan, karena metode yang diterapkan oleh guru sangat variatif tidak monoton, selain itu pada saat mengajar guru juga menerapkan permainan-permainan yang bersifat mendidik pada anak, sehingga pada saat belajar anak merasa bahwa belajar itu menyenangkan, dan siswa menjadi lebih bersemangat dan aktif mengikuti pelajaran. Berkenaan dengan metode yang diterapkan pada seluruh mata pelajaran di TK Ehipassiko dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode bermain. Karena dalam permainan terdapat arti dan nilai budi pekerti bagi anak diantaranya adalah sebagai sarana yang penting untuk mensosialisasikan anak, yaitu sarana untuk mengenalkan anak pada lingkungan dan bagian dari suatu masyarakat. Dengan permainan anak juga bisa mengukur kemampuan dan potensi dirinya dengan memahami sifat dan peristiwa yang berlangsung di sekitarnya. Penanaman nilai-nilai keagamaan yang dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Ehipassiko BSD Tangerang sudah cukup baik, menggunakan metode belajar sambil bermain, anak dapat memiliki disiplin moral (síla), konsentrasi (samadhi), dan pengetahuan atau kebijaksanaan (pañña). Nilai moral dalam agama Buddha merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku individu atau kelompok dalam mendewasakan manusia melaui upaya, cara perbuatan, pengajaran dan latihan atau sikkha sehingga menjadi tertanam dalam diri seseorang, dan bagi kemanusiaan hanya bagaimana penanaman nilai moral itu dapat ditumbuhkembangkan pada anak usia dini. Hasil yang dapat terlihat setelah guru menerapkan metode tersebut adalah anak menjadi lebih sopan, dapat mengerti bagaimana bersikap terhadap teman-temannya, bersikap homat kepada guru dan orang tua, memiliki sifat kepedulian terhadap orang lain, dan mengerti bagaimana cara berterimakasih. Pada saat diluar sekolah seperti dirumah anak dapat menjadi lebih mandiri melakukan sesuatu, misalnya saat mengurus diri sendiri, mengerjakan tugas sekolah dan lain-lainnya. PENUTUP Simpulan Dari penjelasan pada bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa penerapan metode belajar sambil bermain sangat efektif untuk meningkatkan nilai-nilai budi pekerti Buddhisme pada anak. Guru sebagai pengendali utama di sekolah tentu harus dapat memahami perkembangan budi pekerti setiap anak dan mengidentifikasi kebutuhan apa saja yang harus diberikan kepada anak. Anak usia dini harus mendapatkan beragam pengetahuan yang merangsangnya, utamanya pengembangan kepribadian dan potensi diri baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni sesuai dengan tahap perkembangan anak. untuk meningkatkan hal tersebut maka diperlukan adanya pendidikan. Secara sederhana pendidikan budi pekerti anak usia dini yaitu menghindari menyakiti orang lain dan saling menolong sesama yaitu menghindari perbuatan negatif, melakukan kebajikan, mengendalikan diri. Dengan melakukan kebajikan sempurna, mengembangkan sikap yang bermanfaat, seperti cinta kasih dan welas asih universal, dan melakukan perbuatan yang di motifasi oleh pikiran. Dengan mengendalikan diri dan membuang semua pandangan yang salah, maka moralitas menjadi lebih baik. Dunia anak adalah dunia bermain. Pada dasarnya anak senang sekali belajar, jika dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan. Pada dasarnya anak-anak belum memiliki kesadaran akan masa depan, hidupnya terfokus pada saat ini dan di sini (now and here), mereka juga belum memiliki tujuan-tujuan yang perlu diraih dan diperjuangkan. Oleh sebab itu, bagi anak-anak segala sesuatu dianggap sebagai bermain. Sekolah Ehipassiko bercirikan sekolah agama Buddha, materi-materi pendidikan agama Buddha di Taman Kanak-Kanak Ehipasiko mencakup pembelajaran budi pekerti dalam setiap mata pelajaran. pembelajaran budi pekerti ini dilakukan lewat bermain drama yang mengisahkan riwayat hidup Sang Buudha. Dengan pembelajaran budi pekerti yang baik, maka secara tidak langsung akan dapat menunjang keberhasilan para siswa sendiri, khususnya kegiatan belajarmengajar di kelas menjadi lancar, siswa bisa tenang, sopan, dan berkata yang baik. Saran Metode bermain sambil belajar ini adalah metode yang sangat perlu untuk dirancang dan diterapkan dalam proses pembelajaran terutama pada anak usia dini. Mengingat dunia anak adalah dunia bermain maka sudah seharusnya bagi para pendidik perlu menguasai cara merancang dan menyusun materi pembelajaran yang memenuhi aspek-aspek perkembangan anak melalui konsep pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Bermain merupakan pengalaman belajar yang berharga, karena ketika bermain anak dapat mendorong imajinasi anak dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki dalam dunianya sendiri dan kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya. Tidak hanya pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikiran anak yang terekspresikan lewat bermain, tetapi juga hal-hal yang dirasakan oleh anak-anak, ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya. Untuk memberikan masukan terhadap masyarakat terutama siswa, orangtua dan guru atau pendidik agar penerapan metode belajar sambil bermain dapat diterapkan baik disekolah maupun dilingkungan sekitar secara efektif, diharapkan: 1. Tersedianya media pembelajaran untuk agama Buddha disekolah. 2. Guru menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan, yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa. 3. Kreativitas dan inovatif dalam menemukan metode yang menyenangkan dalam pembelajaran. 4. Dapat meningkatkan minat siswa agar lebih tertarik terhadap pembelajaran budi pekerti. 5. Pembelajaran budi pekerti menjadi mudah dan lebih di mengerti oleh siswa. DAFTAR PUSTAKA Ayuningsih Dyah, Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka Larasati. Dharmamulya, Sukirman, dkk. 1993. Trasformasi Nilai Budi Pekerti Melalui Permainan Rakyat DIY. Yogyakarta: Proyek P3NB Hadisukatno, S. 1970. Permainan Kanak-kanak sebagai alat Pendidikan. Buku Peringatan Taman Siswa 30 tahun 19221952. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Hurlock, E. 1978. Perkembangan Anak. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Jala, Fasli. Pendidikan Input Tumbuh Kembang Anak. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0902/09/inde x.htm. (diakses pada tanggal 27 Januari 2013) Jati, S.P dan Suyanto. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi. STABN Sriwijaya Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2003. Jakarta: Balai Pustaka Ketut Sukardi, Dewa. 1989. Pengantar Teori Konseling . Jakarta: Rieneka Cipta. Mettadewi. 2000. Berjalan Sesuai Dhamma. Cetakan pertama. Jakarta: Yayasan Pancaean Dharma. Miles dan Huberman, Am. 1992. Analisa Data Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman KanakKanak. Cetakan kedua. Jakarta: Asdi Mahasatya. Moleong Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remadja Karya. Montolalu, dkk. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta:Universitas Terbuka. Nazir, Moch. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nggermanto, A. 2005. Quantum Quotient. Cetakan Keenam. Bandung: Nuansa. Sarada, Varagoda. 1997. Maha Mańgala Sutta (Berkah Utama). Jakarta: Vihara Dhammacakka Jaya. Supandi, C.J. 1993. Tata Bahasa Pali.Bandung: Yayasan Penerbit Karaniya, Edisi ketiga puluh satu. Suryadi. 2006. Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak. Cetakan pertama. Jakarta: Edsa Mahkota. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, cv. Suyanto, S. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Tedjasaputra, Mayke S. 2007. Bermain, Mainan, dan Permainan: Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: grasindo. Tim Penerjemah Kitab suci. 1992. Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya I. Jakarta: Yayasan Pancaran Dharma. _______________________. 2003. Kumpulan Sutta Anguttara Nikaya III. Jakarta: Yayasan Pancaran Dharma. Uno, Hamzah B. 2007. Metode Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Walse, Maurice. 2009. Sutta Pitaka Dīgha-Nikāya. Dhammacitta Press. Widya, Surya. 2001. Dhammapada. Jakarta: Yayasan Abdi Dhamma Indonesia. Wijaya-mukti, Krishnanda, 2003. Wacana BuddhaDhamma.Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan dan Ekayana Buddhist Centre. Wowor, C. 2004. Pandangan Sosial Agama Buddha. Jakarta: CV. Nitra Kencana Buana. Zuriah, N. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Cetakan pertama PT. Bumi Aksara. http://meetabied.wordpress.com/200 9/12/25/manfaat-aktivitasbermain-terhadapperkembangan-psikologis-anak usia dini. (diakses pada tanggal 3 Desember 2012) http:/iskaradah.blogspot.com/2009/0 5/karesteristik-anak-usiadini.html. (diakses pada tanggal 12 januari 2013) http://www.gurukecil.com/index. (diakses pada tanggal 13 Sepetember 2012) http://layartekno.blogspot.com/2012/ 10/tujuan-tujuanpembelajaran.html. (diakses pada tanggal 24 Desember 2012) http://surganimmanarati.blogspot.co m/2013/01/nilai-pendidikanagama-buddha-mahathera.html. (diakses pada tanggal 23 Februari 2013) http://www.spocjournal.com/budaya/ 155-budi-pekerti-seorang-anakdi-zi gui.html. (diakses pada tanggal 17 Juni 2013)