potensi produksi dan pengembangan rotan serta permasalahannya

advertisement
BAB VI
Potensi Produksi dan Pengembangan
Rotan serta Permasalahannya di
Kabupaten Katingan
Oleh:
Duwel Rawing / Bupati Katingan
K
abupaten Katingan dengan Ibukota Kasongan yang dibentuk berdasarkan UU
No. 5 Tahun 2002 memiliki wilayah seluas 17.500 Km2 (1.750.000 Ha) yang
terletak pada 112’ 00’ BT – 113’ 45’ BT dan 00’ 20’ LS – 03’ 30’ LS. Dari luas
wilayah tersebut, sesuai status fungsi kawasan hutannya terbagi menjadi :
a.
Hutan Lindung 48.000 Ha (2,74%)
b.
Hutan Produksi Tetap 889.197 Ha (50,47%)
c.
Hutan Produksi Terbatas 493.411 Ha (28,19%)
d.
Kawasan
Pengembangan
Produksi
9.012
Ha
(5,66%)
e.
Kawasan Pemukiman dan Penggunaan lainnya
266.388 Ha (12,94%).
Secara administratif wilayah Kabupaten Katingan
terdiri dari 13 kecamatan dengan jumlah desa
sebanyak 145 desa dan 7 kelurahan dengan penduduk
sebanyak 131.049 jiwa (32.997 KK) serta kepadatan
penduduk rata-rata 8 km/jiwa (Sumber Katingan
dalam Angka Tahun 2007).
Dengan potensi luas wilayah tersebut, Kabupaten Katingan terus berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi-potensi kekayaan
alam daerah, yang dapat langsung menyentuh aspek kehidupan masyarakat dengan
penekanan pada pemberdayaan petani dan pemilik kedun rotan disepanjang DAS Katingan,
selain usaha hasil hutan kayu yang semakin tahun semakin menurun potensinya sebagai
akibat dampak illegal logging yang semakin tidak terkendali. Usaha rotan yang dilakukan
masyarakat Katingan sejak lama turun temurun telah dilakukan melalui budidaya rotan
sebagai sumber mata pencaharian sampingan selain pekerjaab pokok sebagai petani
peladang atau hamper 51% (12.746 KK) atau seluas ± 325.000 Ha wilayah Kabupaten
Katingan terdiri dari kebun rotan yang tersebar di 10 kecamatan dengan jenis yang banyak
ditanam adalah jenis rotan taman dan irit (Data Hasil Base Line Survey Teropong bekerja
sama dengan SHK Kaltim, Tahun 2004).
VI-1
Potensi rotan yang dimiliki tersebut, menjadikan Kabupaten Katingan sebagai salah
satu sentra produksi rotan dan penghasil rotan terbesar di Kalimantan Tengah dengan
produksi rotan asalan hasil budidaya mencapai 600 – 800 Ton/Bulan yang berasal tersebar
dari 10 Kecamatan yang merupakan produk unggulan disamping produk lainnya seperti
kayu, damar, karet dan lain-lainnya. Namun usaha masyarakat sebagai petani rotan
tersebut mulai menurun dengan semakin tidak stabilnya harga rotan ditingkat petani
sebagai akibat adanya larangan eksport rotan keluar negeri dan permainan para tengkulak
ditingkat pasar lokal. Keadaan tersebut menimbulkan kurangnya gairah usaha dari petani
rotan, walaupun potensi rotan yang dimiliki Kabupaten Katingan sangat besar yang nantinya
berdampak pada pengalihan usaha ke bidang usaha lainnya sehingga lambat laun usaha
rotan Katingan menjadi menurun yang berakibat pada kurangnya pasokan rotan dunia yang
berasal dari Indonesia.
Untuk mengantipasi hal tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah strategis baik oleh
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten Katingan maupun
Departemen Kehutanan untuk mempertahan potensi dan produksi rotan, pemasaran rotan
dan alih teknologi pengolahan hasil hutan rotan sebagai produk unggulan sehingga Rotan
Katingan tetap eksis memiliki nilai jual yang tinggi baik tingkat lokal, nasional maupun
internasional. Hal tersebut perlu dilakukan, mengingat hasil hutan rotan yang ada saat ini
memiliki potensi untuk dikembangkan, dengan pertimbangan :
a.
Menguasai 80% pasokan dunia;
b.
Banyak menyerap tenaga kerja;
c.
Memberikan nilai tambah;
d.
Memerlukan tumbuhan rambatan yang memperbaiki tutupan lahan;
e.
Tidak memerlukan peralatan yang mahal dalam proses pemanenan/produksi;
f.
Usaha ramah lingkungan.
Harapan kami pada Workshop ini, dapat memperoleh langkah-langkah strategi yang
tepat
untuk
mengembangkan
usaha
rotan
di
Kabupaten
Katingan
dalam
upaya
meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai pelaku usaha sebagaimana harapan dalam
Visi Kabupaten Katingan yaitu “Katingan sebagai Pusat Produksi dan Perdagangan Rotan di
Indonesia”.
VI-2
PERMASALAHAN
1. Belum terinventarisir dan terpetanya luasan potensi tanaman rotan baik yang berada di
tanah milik masyarakat/petani maupun yang tumbuh pada hutan alam secara akurat.
2. Belum akuratnya data potensi rotan Katingan yang diproduksi setiap bulan dan
tahunnya.
3. Pasaran rotan ditingkat petani masih rendah akibat permainan tengkulak sehingga
petani rotan dalam posisi yang marjinal/lemah.
4. Minimnya peralatan industry pengolah hasil hutan rotan dan kurangnya teknologi
furniture hasil rotan yang inovatif didaerah.
5. Terbatasnya SDM yang menguasai ketrampilan dan pengetahuan mengenai rotan
6. Terbatasnya modal usaha baik di tingkat petani rotan, petani pengumpul maupun
Perusahaan Daerah.
7. Biaya operasional pengiriman rotan keluar daerah melalui pelabuhan laut sangat tinggi.
8. Perlu adanya regulasi terhadap ketentuan-ketentuan dibidang kehutanan terhadap
rotan terutama pada :
a. Penatausahaan hasil hutan bukan kayu/peredaran rotan yang berasal dari hasil
budidaya
b. Perizinan pengumpulan/penumpukan rotan yang berasal dari hasil budidaya
c. Prosedur dan kewenangan pemberian Perizinan Usaha Pemanfaatan HHBK masih
rumit dan adanya pemabatas kewenangan pada pejabat tertentu didaerah dan
pusat
9. Peran kelembagaan struktural dan fungsional dalam perkembangan rotan belum
optimal.
10. Jaringan pasar komersial yang adapat menyerap hasil produksi dan pengelolaan rotan
secara kompetitif dan berkelanjutan belum tersedia.
11. Kontroversi kebijakan perdagangan yang tidak menguntungkan petani.
12. Penyelundupan rotan asal Katingan diduga masih terjadi, dengan tidak ditemukannya
kualitas terbaik (Kualitas A) pada tujuan pengiriman.
VI-3
POTENSI, PENGEMBANGAN USAHA DAN PENGOLAHAN ROTAN DI KABUPATEN KATINGAN
Katingan sebagai sentra produksi rotan di Kalimantan Tengah, rata-rata produksi rotan
asalan yang dipasarkan keluar dari wilayah Kabupaten Katingan perbulannya mencapai 600 –
800 ton. Lebih dari 51% Rumah Tangga (12.746 KK) atau seluas ± 325.000 Ha wilayah
Kabupaten Katingan terdiri dari Kebun Rotan yang tersebar di 10 Kecamatan dengan jenis
yang banyak ditanam adalah jenis rotan taman dan irit (Data Base Line TEROPONG, Tahun
2004) dan sesuai data prediksi sementara kepemilikan kebun rotan pada tahun 2008
meningkat menjadi 66% Rumah Tangga (21.778 KK). Daerah Kecamatan yang memiliki
potensi Rotan dengan rata-rata prosentase rumah tangga yang memiliki mata pencaharian
pada komoditi rotan, meliputi :
1).
Kecamatan Marikit (64,8%);
2).
Kecamatan Katingan Hulu (83,8%);
3).
Kecamatan Mantikei (61,6%), dengan luas kebun 3.758 Ha;
4).
Kecamatan Katingan Tengah (38,5%), dengan luas kebun 1.514 Ha;
5).
Kecamatan Pulau Malan 85,6%, dengan luas kebun 2.962 Ha;
6).
Kecamatan Tewang Sangalang Garing (69,3%);
7).
Kecamatan Katingan Hilir (95,9%), dengan luas kebun 3.338 Ha;
8).
Kecamatan Tasik Payawan (77,4%), dengan luas kebun 3.125 Ha;
9).
Kecamatan Kamipang (64,1%);
10). Kecamatan Mendawai (20,9%);
11). Kecamatan Katingan Kuala (15%), dengan luas kebun 920 Ha (Sumber data Disperindag
Kab. Katingan, 2008 dan Booklet Dishut Kab. Katingan 2005).
Jenis Rotan yang banyak diusahakan masyarakat Katingan, meliputi Rotan Taman (Sega dan
Irit), Rotan Marau/Manau dan Rotan Sabutan.
VI-4
Keberadaan Rotan dalam Kehidupan Masyarakat dalam Kehidupan Masyarakat
Rotan bagi masyarakat Dayak di Katingan berguna
dihampir seluruh aspek kehidupan, selain
diandalkan sebagai sumber mata pencaharian,
rotan juga dianggap mempunyai nilai budaya
sampai “Magis” dalam kehidupan sehari-hari.
Rotan digunakan oleh orang Dayak dalam setiap
acara adat dan keagamaan. Jenis tanaman rotan
selalu ditanam pada areal bekas perladangan
masyarakat.
Pengolahan Rotan
Pengolahan bahan rotan lokal yang berorientasi pada kerajinan rumah tangga, telah
dilakukan turun temurun dengan bentuk pembuatan keranjang, tas, tikar, lanjung, kursi
dan lain-lain. Pengolahan bahan rotan yang berorientasi industry, di Kabupaten Katingan
telah tersedia dengan jenis alat dan penyediaan bahan baku yang terbatas, yang terletak di
Kawasan Industri Hampangen. Hasil olahan bahan rotan yang diproduksi dari kawasan
Industri Hampangen berupa barang jadi, oleh Pemerintah Kabupaten Katingan di Instruksi
untuk setiap Instansi Pemerintah dan Swasta lingkup Kabupaten Katingan untuk
menggunakan bahan mebel jenis rotan yang diproduksi sebagai upaya pemasaran dan
promosi produksi hasil Rotan Katingan.
Perizinan Rotan
Saat ini perizinan rotan masih mengacu pada Izin Pengumpulan/Penumpukan Rotan,
dengan berpedoman surat edaran Kadishut Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 1989, yang
tentunya harus diperbaharui kembali mengacu pada ketentuan yang berlaku saat ini.
Pemberiaan Izin Pengumpulan/Penumpukan Rotan yang diberikan kepada Petani/Swasta
Pengumpul Rotan, mengingat hasil rotan yang dihasilkan berasal dari hasil budidaya.
VI-5
Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) mengacu pada
Permenhut Nomor : P.36/Menhut-II/2007 tentang IUPHHBK sampai dengan saat ini belum
ada masyarakat yang mengajukan, mengingat RTRWP belum tuntas, Proses pengurusan izin
yang dianggap rumit dengan adanya batas luas/batasan kewenangan Bupati/Komoditi jenis
HHBK yang terbatas dengan yang tersedia di Wilayah Kabupaten Katingan serta adanya
justivikasi dari Disperindagkop Provinsi Kalimantan Tengah bahwa Rotan yang ada di
Kalimantan Tengah adalah semua budidaya, hal tersebut terkait dengan belum dilakukan
inventarisasi dan pemetaan terhadap kebun masyarakat petani rotan.
Data Izin Pengumpulan/Penumpukan Rotan
No.
Tahun
Jumlah Perijinan
1.
2003
17 unit
2.
2004
21 Unit
3.
2005
13 Unit
4.
2006
4 Unit
5.
2007
5 Unit
6.
2008
14 Unit
Perdagangan Rotan
Pada umumnya rantai penjualan dan perdagangan rotan dari Petani rotan kepada
pengumpul rotan lokal ke pengumpul besar selanjutnya ke Industri Rotan di luar daerah.
Perdagangan Rotan Katingan oleh pengumpul lokal dijual kepada para pengumpul besar di
Sampit (Kotim), Banjarmasin dan ke Pulau Jawa (Cirebon, Jogjakarta dll). Petani Rotan
pada umumnya melakukan pemungutan dan Pemanenan Rotan dari hutan-hutan sekitar
tempat tinggal (yang sudah diclaim menjadi milik sebagai bekas perladangan turun
temurun) dan kebun-kebun rotan yang ditanam sendiri selanjutnya dilakukan penjualan
bebas kepada pedagang pengumpul atau diolah lebih dulu melalui proses peruntihan,
pemilahan, pengawetan dan pemutihan (diblerang/sega) dengan tingkat rendeman
mencapai 70 - 80%. Harga jual rotan diolah terlebih dahulu memiliki nilai jual yang tinggi
dari pada rotan basah yang dijual langsung setelah panen oleh petani rotan.
VI-6
Produksi dan peredaran Rotan di Kabupaten Katingan, dengan adanya perubahan
ketentuan tidak menggunakan dokumen SKSHH untuk dokumen angkutan Rotan sejak Tahun
2006 mengacu pada Permenhut Nomor : P.18/Menhut-II/2006 tentang Perubahan Ketiga
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 126/Kpts-II/2003 tentang Penatausahaan Hasil
Hutan, maka sejak saat itu peredarannya tidak dapat termonitor lagi oleh Dinas Kehutanan
Kabupaten Katingan. Kewenangan untuk penerbitan dokumen Angkutan Rotan yang notabe
rotan budidaya dalam daerah Provinsi Kalimantan Tengah sesuai Surat Edaran Gubernur
Kalimantan Tengah, dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah dengan bentuk Dokumen SKAB
(Surat Angkutan Asal Barang).
Data peredaran/perdagangan rotan tahun 2003 – 2005 di wilayah Kabupaten Katingan
yang termonitor dari penggunaan dokumen SKSHH, sebagaimana terdapat pada tabel
terlampir.
Peredaran Rotan Tahun 2003 - 2005
Jenis
Rotan
2003
2004
2005
Ton
Batang
Ton
Batang
Ton
Batang
Taman
1.998
-
6.366,61
-
3.931,34
-
Manau
-
20.7000
-
3.250
-
-
Sabutan
-
-
433
-
372,50
-
Semambu
-
-
-
-
-
2000
Sumber Data Dishut Kab. Katingan 2005
STRATEGI DAN GAGASAN PENGEMBANGAN ROTAN DI KABUPATEN KATINGAN
Kebijakan Pengembangan Kelembagaan
a.
Pembangunan UPT Rotan di Kawasan Industri Hamapangen dibawah SKPD Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Katingan.
b. Membentuk unit Usaha Daerah dalam bentuk Perusahaan Daerah PT. Katingan Jaya
Mandiri untuk menangani pengelolaan industri rotan dan pemasarannya.
c.
Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rotan di Kasongan.
d. Penyiapan jurusan keterampilan pengelolaan bahan rotan pada Balai Latihan Kerja
(BLK) Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Katingan.
VI-7
e.
Membentuk Forum Komunikasi Pengembangan Usaha Hasil Hutan Bukan Kayu di
Kabupaten Katingan.
f.
Membentuk Bisnis Club/ Asosiasi Pengusaha Rotan Katingan.
g. Melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah Lainnya di luar Kalimantan Tengah
yang fokus terhadap pembangunan rotan.
h. Pengembangan claster-claster rotan sebagai ujung tombak di lapangan.
Strategi dan Gagasan Pengembangan Rotan di Kabupaten Katingan
Langkah strategi dan gagasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Katingan
untuk mengembangkan pembangunan rotan, meliputi :
1). Mengatur tata niaga rotan dalam daerah dengan perhitungan harga yang
menggairahkan di tingkat petani rotan dengan dukungan pihak Pemerintah Pusat dalam
hal ini Departemen Perindustrian/ Perdagangan dan Departemen Kehutanan.
2). Menginvestarisir dan mengidentifikasi seluruh produksi rotan yang akan diangkut keluar
daerah Kabupaten Katingan.
3). Meningkatkan pengetahuan para petani rotan, pemilik izin tumpukan, pemilik industri
rotan dan aparatur pemerintah Kabupaten Katingan sesuai dengan bidang tugasnya
untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis dan Pengawas Tenaga Teknis
Pengukuran Pengujian Hasil Hutan Rotan di BP2HP Wilayah XII P. Raya.
4). Mempersiapkan gudang besar sebagai Pusat Sentra Gudang Pemasaran Rotan di
Kabupaten Katingan.
5). Melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk giat bertanam
rotan.
6). Menetapkan jenis unggulan lainnya selain rotan untuk menjadi komoditas daerah dari
Hasil Hutan Bukan Kayu lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Katingan.
7). Menggandeng pengusaha yang memiliki modal untuk berinvestasi rotan di Kabupaten
Katingan
8). Katingan merencanakan pada Tahun 2012 telah memiliki merk Rotan Katingan yang
memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI) baik bahan baku maupun bahan industri
jadi.
VI-8
PENUTUP
Demikian yang dapat kami sampaikan, kiranya Workshop dilaksanakan pada hari ini
dapat menghasilkan sesuatu yang berguna, tidak hanya sampai pada kegiatan ini saja tetapi
ada tindak lanjut dan dukungan dari kita semua untuk kesejahteraan masyarakat,
khususnya para petani Rotan yang sedang menunggu gagasan kita semua dalam membangun
Rotan di negeri Indonesia yang kita cintai ini.
VI-9
Download