Salah satu tujuan utama pendidikan tinggi adalah mengembangkan pemikiran kritis mahasiswa (critical thinking) namun kenyataan bahwa metode pembelajaran dan pemberian mata kuliah oleh dosen sepertinya belum sepenuhnya mampu merangsang dan memacu mahasiswa untuk berpikir kritis. Proses pembelajaran yang monoton yang hanya menjalani rutinitas adalah cara tradisional yang berlangsung secara turun temurun menyebabkan rendahnya motivasi dan minimnya daya kritis mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran. Keminiman daya kritis ini membuat suasana belajar menjadi kaku, mahasiswa tidak terlatih memahami teori-teori dalam melakukan intervensi psikologis. Proses berfikir selama ini sudah menjadi salah satu bidang yang menjadi fokus ilmu psikologi sebab psikologi lahir dari hasrat untuk memahami bagaimana manusia berfikir dan bertindak. Penelitian-penelitian mengenai proses-proses kognitif dan perkembangan intelektual manusia telah menghasilkan gambaran mengenai hakekat dan perkembangan fikiran manusia serta dampaknya pada pengembangan pemikiran kritis. Tulisan ini berangkat dari keresahan dan rasa apatis terhadap sikap dan perilaku mahasiswa dalam proses perkuliahan sehingga diperlukan suatu usaha untuk memperbaiki cara berpikir, pola pikir dan daya kritis mahasiswa dengan menerapkan metode berpikir kritis Alison King. Implementasi dari model pembelajaran yang diterapkan oleh Alison King secara nyata memberikan hasil yang baik pada mata kuliah Psikologi sehingga mampu meningkatkan daya kritis (critical thinking) mahasiswa. Pendahuluan Mempelajari bagaimana orang berfikir, merasa, bersikap dan berperilaku terhadap orang lain adalah hal yang paling menarik, ketika membahas bagaimana seseorang berinteraksi dan mengkritisi orang lain bagaimana seseorang dapat mempengaruhi orang lain, mengapa kita tertarik pada seseorang bukan pada orang lain, merupakan kajian yang senantiasa mendapatkan perhatian dalam ilmu psikologi. Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 Banyak sekali fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang perlu dikritisi. Laporanlaporan hasil penelitian yang dikutip oleh Halpern dan Numedal menggambarkan betapa miskinnya pemikiran kritis mahasiswa dan orang dewasa baik di Amerika maupun di Negara-negara lain. Situasi seperti ini mendorong lahirnya salah satu tujuan khusus pendidikan tinggi yakni agar proporsi lulusan perguruan tinggi yang mendemonstrasikan suatu kemampuan yang lebih tinggi untuk berfikir secara kritis, berkomunikasi secara efektif dan memecahkan problem akan meningkat secara substansial.1 Mahasiswa merupakan kelompok paling kritis diantara generasi muda lainnya. Melalui proses pembelajaran, diskusi dengan teman dikelas dan berbagai aktivitas yang dilakukan baik melalui organisasi intra maupun ekstra kampus mahasiswa harusnya menjadi kelompok yang memiliki kesadaran mengkritisi (critical awareness). Kemampuan kritis tersebut akan menjadi garis pembeda antara mahasiswa dengan kelompok lain. Disadari atau tidak, dari zaman kezaman mahasiswa memiliki banyak peran seperti Agent of Change dan Agent of Knowledge, mahasiswa harus memiliki potensi yang besar dalam menjalankan peran-peran dari Agent of Change, Agent of Knowledge banyak hal yang apabila masing-masing individu dapat mulai melakukannya, dengan begitu suatu saat nanti diharapkan terjadi perubahan didalam kampus kearah yang lebih baik. Dunia mahasiswa merupakan wadah pencarian dalam banyak aspek kehidupan, misalnya aspek Agama, politik, sosial dan budaya. Mereka sedang dalam proses mencari dan terus mencari. Proses pencarian dan penemuan atas pemikiran kritisnya inilah yang akan menentukan perjalanan kehidupan mahasiswa kedepan. Salah satu tujuan utama pendidikan tinggi adalah mengembangkan pemikiran kritis mahasiswa (critical thinking) namun kenyataannya bahwa pemberian mata kuliah oleh dosen terkadang belum mampu merangsang dan memacu mahasiswa untuk berfikir kritis, kebanyakan mahasiswa lebih pasif dan cenderung menerima apa yang diberikan dosen tanpa ada keinginan untuk mencari tau atau bertanya tentang sesuatu, dan sangat sedikit sekali mahasiswa yang antusias untuk mengkritisi suatu kasus yang menjadi persoalan. Proses berpikir merupakan suatu hal yang natural, lumrah, dan berada dalam lingkaran fitrah manusia bahkan, seorang yang mengalami gangguan jiwa pun merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya. Saat kita berpikir, seringkali apa yang kita fikirkan menjadi bias, tidak mempunyai arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan egosentris. Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang sesungguhnya ditentukan 1 Halpern, D.F. dan Numedal, S.G Closing Thoughts About Helping Students Improve How They Think. (Teaching of Psychology, 1995), 22 (1), 82-83 Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 dengan bagaimana cara dia berpikir, sehingga dari pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan penemuan atau pun inovasi baru dalam hidupnya. Berpikir kritis merupakan suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, dimana hasil proses ini digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan2. Berpikir kritis juga merupakan keterampilan berpikir universal yang dapat berguna untuk semua profesi dan jenis pekerjaan. Berpikir kritis akan dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan misalnya ; membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, berdiskusi, dan sebagainya. Berpikir kritis dapat terjadi ketika seorang mempertanyakan sesuatu, membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah. Ketika seorang mempertimbangkan apakah akan mempercayai atau tidak mempercayai, melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, atau mempertimbangkan untuk bertindak dengan alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara berpikir kritis. Seorang yang berpikir kritis akan mengkaji ulang apakah keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki atau dikemukakan orang lain logis atau tidak logis. Demikian juga seorang yang berpikir kritis tidak akan menelan begitu saja data-data yang diperoleh lalu kemudian dibuat kesimpulan-kesimpulan atau membuat hipotesis yang dikemukakan dirinya sendiri atau orang lain. Berdasarkan pengamatan penulis selama mengajar dan mengampu beberapa mata kuliah Psikologi pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam maka sebagai dosen penulis menemukan banyaknya mahasiswa memiliki kemampuan dan daya kritis yang rendah dengan cara belajar yang monoton ceramah dan diskusi dengan menggunakan metode tradisional maksudnya tata cara yang digunakan dalam diskusi adalah cara lama dan membosankan. Mereka takut, kaku dan malu dalam mengungkapkan pendapat, bertanya dan lain sebagainya sehingga kemampuan yang dimiliki tidak merata hanya berapa orang yang kritis yang lainnya hanya sekedar menjadi pendengar atau pencatat. Sebagai dosen psikologi saya selalu melakukan berbagai trik dan usaha sehingga mahasiswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk memperbaiki diri, metode pembelajaranpun saya terapkan dengan berganti-ganti agar tidak membosankan. Pengalaman diatas mengajarkan saya untuk terus menerapkan teori-teori baru pada usaha peningkatan daya kritis mahasiswa. Melatih dan Mengembangkan Pemikiran Kritis (critical thinking) Mahasiswa dengan Paul Walker & Nicholas Finney, Skill Development and Critical Thinking in Higher Education. (Higher Education Research & Development Unit, University College, London WC1E 6BT, UK,1999). 2 Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 Model Alison King pada mata kuliah Psikologi study pada Mahasiswa BPI Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi. Kenapa Berfikir Kritis itu Penting? Menurut King, seorang pemikir kritis adalah seseorang yang mempunyai fikiran yang senantiasa ingin tahu (inquiry mind) atau seorang penanya yang baik (good questioner) bagi seorang pemikir kritis maka apa yang dilihat, didengar, dibaca, atau dialaminya akan senantiasa dianalisis, dikaji penting-tidaknya, dicari penjelasanpenjelasannya, serta dicari kemungkinan-kemungkinan hubungan antara pengalaman tersebut dengan apa yang telah diketahuinya.3 Mahasiswa sebagai salah satu bagian dari masyarakat diharuskan agar bisa masuk dan berpartisipasi dalam mengembangkan ilmunya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Mahasiswa diharapkan sebagai pencetus ide sekaligus eksekutor dari idenya, yang kemudian akan berpengaruh pada perubahan budaya, keadaan, atau sistem. Perubahan bisa terjadi pada segala segi termasuk pola pikir dan pola prilaku. Mahasiswa dalam posisinya dituntut untuk mengimplikasikan segala macam sikap, perilaku, dan pikirannya dalam sebuah bentuk kongkrit bukan sesuatu yang abstrak. Menuangkan ide-ide kreatif untuk bisa dimanfaatkan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Menurut Potter,4 ada tiga alasan kenapa keterampilan berpikir kritis diperlukan? Pertama, adanya ledakan informasi, saat ini terjadi ledakan informasi yang datangnya dari puluhan ribu web mesin pencari di internet. Informasi dari berbagai sumber tersebut bisa jadi banyak yang ketinggalan zaman, tidak lengkap, atau tidak kredibel. Untuk dapat menggunakan informasi ini dengan baik, perlu dilakukan evaluasi terhadap data dan sumber informasi tersebut. Kemampuan untuk mengevaluasi dan kemudian memutuskan untuk menggunakan informasi yang benar memerlukan keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu, maka keterampilan berpikir kritis sangat perlu dikembangkan. Kedua, adanya tantangan global. Saat ini terjadi 3 Alison King, Inquiring Minds Really Do Want to Know ; Using Questioning to Teach Critical Thinking. (Teaching Of Psychology, 1995), 22, (1), 13-17. 4 Mari Lane Potter, From Search to Research:Developing Critical Thinking Through Web Research Skills© (Microsoft Corporation, 2010), 6. Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 krisis global yang serius, terjadi kemiskinan dan kelaparan dimana-mana. Untuk mengatasi kondisi yang krisis ini diperlukan penelitian dan pengembangan keterampilan-keterampilan berpikir kritis. Ketiga, adanya perbedaan pengetahuan warga negara. Sejauh ini mayoritas orang dibawah 25 tahun sudah bisa mengonline kan berita mereka. Beberapa informasi yang tidak dapat diandalkan dan bahkan mungkin sengaja menyesatkan, termuat dalam internet. Supaya mahasiswa tidak tersesat dalam mengambil informasi yang tersedia begitu banyak, maka perlu dilakukan antisipasi. Mahasiswa perlu dilatih untuk mengevaluasi keandalan sumber web sehingga tidak akan menjadi korban informasi yang salah atau bias. Berpikir kritis mengandung aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah, menganalisis asumsi, memberi rasional, mengevaluasi, melakukan penyelidikan, dan mengambil keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan, kemampuan mencari, menganalisis dan mengevaluasi informasi sangatlah penting. Orang yang berpikir kritis akan mencari, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan berdasarkan fakta kemudian melakukan pengambilan keputusan. Ciri orang yang berpikir kritis akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses terorganisasi dalam memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan: merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan. Menurut Ruland, berpikir kritis harus selalu mengacu dan berdasar kepada suatu standar yang disebut universal intelektual standar. Universal intelektual standar adalah standarisasi yang harus diaplikasikan dalam berpikir yang digunakan untuk mengecek kualitas pemikiran dalam merumuskan permasalahan, isu-isu, atau situasi-situasi tertentu. Universal intelektual standar meliputi: a. b. c. d. e. f. g. h. Kejelasan (clarity), Keakuratan, Ketelitian, Kesaksamaan (accuracy), Ketepatan (precision), Relevansi, Keterkaitan, Kedalaman (depth).5 5 Judith P. Ruland. Critical Thinking Standards (University of Central Florida : Faculty Centre, 2003), 1-3 Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 Kemampuan dalam berpikir kritis akan memberikan arahan yang lebih tepat dalam berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan lainnya. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pemecahan masalah atau pencarian solusi. Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi berbagai komponan pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka akan semakin baik pula dalam mengatasi masalah-masalah. Definisi berpikir kritis menurut Mustaji, adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya : a. b. c. d. e. f. g. Membanding dan membedakan Membuat kategori Meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan Menerangkan sebab Membuat urutan Menentukan sumber yang dipercayai Membuat ramalan6 Berpikir kiritis berbeda dengan berpikir biasa atau berpikir sehari-hari. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual dimana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independent, jernih dan rasional. Berpikir kritis mencakup ketrampilan menafsirkan dan menilai pengamatan, informasi, dan argumentasi. Berpikir kritis meliputi pemikiran dan penggunaan alasan yang logis, mencakup ketrampilan membandingkan, mengklasifikasi, melakukan pengurutan (sekuensi), menghubungkan sebab dan akibat, mendeskripsikan pola, membuat analogi, menyusun rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, perumusan hipotesis, dan penyampaian kritik. Berpikir kritis mencakup penentuan tentang makna dan kepentingan dari apa yang dilihat atau dinyatakan, penilaian argumen, pertimbangan apakah kesimpulan ditarik berda-sarkan bukti-bukti pendukung yang memadai. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, bahwa berpikir merupakan ranah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, bahwa berpikir merupakan sebuah Mustaji. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. Tersedia online: http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran diakses tanggal 23-12-2012. 6 Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi. Critical Thinking Sebagai Cara Meningkatkan Kualitas Mahasiswa Pengertian berpikir kritis dikemukakan oleh banyak pakar. Beberapa di antaranya Gunawan, menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Sedang keahlian berpikir deduktif melibatkan kemampuan memecahkan masalah yang bersifat spasial, logis silogisme dan membedakan fakta dan opini. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi, membandingkan dan mempertentangkan.7 Juha, dalam buku Thinking Skills Critical Thinking - 2 yang menyatakan “Critical thinking is reasonable, reflective thinking, focused on deciding what to believe or do”.8 Bagimana orang berpikir atau bagaimana orang menarik kesimpulan? secara garis besar menurut Jalaluddin Rakhmat9 berpikir itu dipengaruhi oleh dua macam cara yaitu : Berpikir Autistik atau seringkali disebut sebagai lamunan, fantasi dan khayalan (wishful thinking) dengan berpikir autistik individu melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis. Berpikir realistik disebut juga nalar (reasioning) adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata-kata atau bahasa karena itu sering dikemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang sangat erat. Dengan bahasa manusia dapat mencitakan ratusan, atau bahkan ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir begitu sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk lain. Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada mahasiswa selain keterampilan berpikir kreatif. Apa itu berpikir kritis? Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. 7Adi W. Gunawan. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), 177-178 8 Mervat Amin Juha. Thinking Skills Critical Thinking- 2 Chapter. (Zaid .IQ, 2010), 1 9 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), 69 Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 Menurut Mustaji, berpikir kritis adalah kemampuan Menentukan kredibilitas suatu sumber, Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, Membedakan fakta dari penilaian, Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, Mengidentifikasi bias yang ada, Mengidentifikasi sudut pandang, dan Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya 1. Membanding dan membedakan, 2. Membuat kategori, 3. Meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, 4. Menerangkan sebab, 5. Membuat sekuen / urutan, 6. Menentukan sumber yang dipercayai, dan 7. Membuat ramalan10 Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis11. Berpikir kritis juga dilakukan dengan kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah. Dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu sifat dari berpikir itu adalah goal directed yaitu berpikir tetang sesuatu, untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru. berpikir juga dipandang sebagai suatu pemrosesan informasi dari stimulus yang ada (starting position), sampai pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa berpikir itu merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respons12 Berpikir kritis merupakan cara pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan. Berpikir kritis juga mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi dari setiap pembelajaran yang diberikan. 10 Mustaji, Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. (Tersedia online: http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran) diakses tanggal 23-12-2012. 11Hossoubah, Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan) . Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia, 2007). 12Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta : ANDI, 2002), 134. Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 Tujuan dari proses berpikir kritis adalah mencari pemecahan masalah yang dihadapi, berdasarkan data yang ada maka ditariklah kesimpulan sebagai pendapat yang akhir atas data-data atau pendapat yang mendahului. Dalam proses pengambilan kesimpulan individu dapat menempuh bermacam-macam cara yaitu : 1. Kesimpulan ditarik atas dasar analogi, yaitu kesimpulan berdasarkan atas adanya kesamaan dari suatu keadaan atau peristiwa dengan keadaan atau peristiwa yang lain. 2. Kesimpulan ditarik atas dasar cara induktif yaitu kesimpulan yang ditarik dari peristiwa menuju kepada hal-hal yang bersifat umum. 3. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar hal yang bersifat umum kepada hal yang bersifat khusus. Salah satu cara penarikan kesimpulan secara deduktif adalah dengan silogisme. Yaitu kesimpulan dilakukan secara tidak langsung artinya melalui perantara. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa sangat perlu dikembangkan demi keberhasilan dalam pendidikan dan dalam kehidupan bermasyarakat. Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan atau diperkuat, melalui proses pembelajaran. Artinya, disamping pembelajaran yang mengembangkan kemampuan kognitif untuk suatu mata pelajaran tertentu, pembelajaran juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Tidak semua proses pembelajaran secara otomatis akan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Hanya proses pembelajaran yang mendorong diskusi dan banyak memberikan kesempatan berpendapat, menggunakan gagasan-gagasan, memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dalam tulisan, mendorong kerjasama dalam mengkaji dan menemukan pengetahuan, mengembangkan tanggung jawab, refleksi diri dan kesadaran sosial politik, yang akan mengembangkan berpikir kritis mahasiswa. Pada bidang pendidikan, berpikir kritis dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumentasi guru dalam kegiatan pembelajaran. Jadi berpikir kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 Menurut Paul & Elder13 berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas. Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahanpermasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif. Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah : 1. Mampu membuat kesimpulan dan solusi yang akurat, dan relevan terhadap kondisi yang ada. 2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis. 3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris kita. Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut. a. b. c. d. e. f. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. The Foundation of Critical Thinking. California 13 Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication). Kriteria-kriteria diatas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus menjawab beberapa hal sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. Tujuan dari sebuah gagasan/ide Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide Sudut pandang dari gagasan/ide Informasi yang muncul dari gagasan/ide Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut Implikasi dan konsekuensi Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut Dasar-dasar ini yang pada prinsipnya perlu dikembangkan untuk melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari hal-hal yang kita pikirkan. Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah. Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pemecah masalah bangsa Indonesia ini. Pemikiran Kritis Mahasiswa dngan Model Alison King Motivasi Sebagai Usaha Meningkatkan Pemikiran Kritis Mahasiswa Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sadirman mendefinisikan motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan mengajar sehingga tujuan ang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan proses memberi semanga belajar, arah, dan kegigihan perilaku. artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,terarah, dan bertahan lama. Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi biasanya juga memiliki daya kritis yang baik. Motivasi merupakan salah satu elemen penting alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi merupakan tingkah laku yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Motivasi ini menjadi proses yang dapat menjelaskan mengenai tingkah laku seseorang dalam melaksanakan tugas tertentu. Melatih dan Mengembangkan Pemikiran Kritis Menurut Zamroni dan Mahfudz, ada empat cara meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu dengan: 1. Model pembelajaran tertentu 2. Pemberian tugas mengkritisi buku 3. Penggunaan cerita 4. Penggunaan model pertanyaan socrates. Dalam penelitian ini bahasan akan difokuskan hanya pada model pembelajaran.14Berdasarkan berbagai hasil penelitian, keterampilan berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran. Namun demikian, tidak semua model pembelajaran secara otomatis dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Hanya model pembelajaran tertentu yang akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, paling tidak mengandung tiga proses, yakni : 1. Penguasaan materi 2. Internalisasi 14 Zamroni & Mahfuz. Panduan Teknis Pembelajaran Yang Mengembangkan Critical Thinking. (Jakarta : DEPDIKNAS, 2009), 30 Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 3. Transfer materi pada kasus yang berbeda. Penguasaan mahasiswa atas materi dapat diperoleh secara cepat atau lambat dan didapat melalui pemahaman yang dalam atau dangkal. Kecepatan atau kelambatan dan kedalaman atau kedangkalan penguasaan materi dari siswa sangat tergantung pada cara guru melaksanakan proses pembelajaran; termasuk dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi pembelajaran yang dipelajari. Internalisasi merupakan proses pengaplikasian materi yang sudah dikuasai dalam frekuensi tertentu, sehingga apa yang telah dikuasai, secara pelan-pelan terpateri pada diri siswa, dan jika diperlukan akan muncul secara otomatis. Mengaplikasikan suatu pengetahuan yang dikuasai amat penting artinya bagi pengembangan kerangka pikir. Akan lebih penting lagi apabila aplikasi dilakukan pada berbagai kasus atau konteks yang berbeda. Sehingga terjadi proses transfer of learning, dengan transfer of learning akan terjadi proses penguatan critical thinking. Menurut Dicky Hastjarjo, bahwa seorang pemikir kritis akan selalu memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini : apa itu artinya ? apa hakekatnya ? apakah ada cara pandang yang lain mengenai hal itu ? mengapa ini terjadi ? apa buktinya ? bagaimana saya bisa yakin ? pemikiran kritis ini ditandai oleh pengajuan pertanyaan-pertanyaan semacam itu dan penggunaan pertanyaan tadi untuk memahami lingkungan sekitar. Dalam model ini mahasiswa akan dibantu untuk mengembangkan kebiasaan ingin tahu sehingga mereka mampu belajar mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang fikiran menyangkut bahanbahan yang mereka baca, dengar dan temui dalam kuliah. Kebiasaan berfikir kritis ini diharapkan akan dapat diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari.15 Tingkatan berfikir yang terjadi pada mahasiswa sangat dipengaruhi oleh tingkatan pertanyaan yang diajukan dosen. Dosen dapat mengajukan satu pertanyaan tertentu kepada mahasiswa untuk menimbulkan proses berfikir tertentu yang diinginkan oleh dosen tersebut. Misalnya, jika pertanyaannya bersifat factual, seperti apakah skema itu ? maka ada kecenderungan hanya fakta yang akan didingat. Aka tetapi jika pertanyaannya benar-benar memprovokasi pemikiran, (thought – provoking) seperti jelaskan bagaimana skema dapat mempengaruhi pemecahan masalah dalam skenario ini ? maka berfikir kritis akan dapat terjadi. Untuk dapat mengembangkan pemikiran kritis maka mahasiswa diminta membuat pertanyaan yang mampu memprovokasi pemikiran seperti pada tabel dibawah ini : 15 Dicky Hastjarjo, Buletin Psikologi ( Yogyakarta : Fak Psikologi UGM, 1999), 1. Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 Pemandu pemikiran kritis mahasiswa diambil dari Alison King, Inquiry Minds Really do Want to Know : Using Questioning to Teach Critical Thinking, Teaching of Psychology, 1995, 22 (1), 13-17)16 Pertanyaan – pertanyaan Generik a. Apa saja kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari … ? b. Apa perbedaan antara … dengan…. ? c. Jelaskan mengapa … Jelaskan bagaimana…. ? d. Apa yang terjadi jika…. ? e. Apa hakekat dari ….? f. Mengapa … terjadi ? g. Apa satu contoh baru mengenai ….? h. Bagaimana… dapat digunakan untuk….? i. Apa saja implikasi-implikasi dari …? j. Apa saja yang dapat dianalogikan dengan…? k. Apa yang telah kita ketahui tentang…? a. Bagaimana… mempengaruhi… ? b. Bagaimana…. Berhubungan dengan apa yang telah kita pelajari sebelumnya ? c. Apa artinya ? d. Mengapa.. bersifat penting? e. Bagaimana kesamaan… dan…? f. Bagaimana… diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? g. Apa argumen yang bertentangan dengan…? h. Apa yang terbaik mengenai… ? mengapa? Keterampilan berfikir khusus yang diinduksi a. Analisis / pengambilan kesimpulan b. Pembandingan – pembedaan analisis c. Prediksi. Membuat hipotesis d. Analisis e. Analisis/pengambilan kesimpulan f. Aplikasi g. Aplikasi h. Analisis/pengambilan kesimpulan i. Identifikasi dan penciptaan analogi serta metafora j. Pengaktifan pengetahuan lampau a. Analisis hubungan sebab – akibat b. Pengaktifan pengetahuan lampau c. Analisis d. Analisis signifikansi e. Pembandingan pembedaan f. Aplikasi pada dunia nyata g. Bantahan terhadap pendapat h. Analisis hubungan sebab akibat i. Evaluasi dan penyediaan bukti j. Pengambilan perspektif lain. 16 Alison King, Inquiring Minds Really Do Want to Know : Using Questioning to Teach Critical Thinking. Teaching of Psychology, 22, (1), 13-17. Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 i. Apakah anda setuju/tidak setuju dengan pendapat….? j. Bukti apakah yang mendukung pendapat anda…? k. Cara lain apa untuk meninjau…? King, mengajukan tiga cara untuk mengembangkan pemikiran kritis mahasiswa yakni : 1. Tanya - jawab dengan teman secara timbal balik Pertama, dosen memberikan kuliah mengenai satu topic. Setelah itu, mahasiswa diminta menulis tiga pertanyaan (berdasarkan daftar pertanyaan-pertanyaan yang ada pada table 1) tentang bahan kuliah yang diajarkan tadi. Kemudian mahasiswa dibagi dalam pasangan-pasangan atau dalam kelompok kecil untuk melakukan Tanya-jawab secara timbale balik. Masing-masing mahasiswa akan mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa lain, pada gilirannya mahasiswa itu akan menjawab pertanyaan dari mahasiswa lain. Pada tahap terakhir keseluruhan kelas kaan menjawab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan dan mendiskusikan lebih lanjut hal-hal yang muncul dalam sesi Tanya jawab. 2. Pertanyaan-pertanyaan pembaca. Meminta mahasiswa untuk melakukan tugas membaca bahan kuliah sebelum kuliah dimulai merupakan problem abadi yang dihadapi dosen. Untuk memotivasi mahasiswa membaca bahan kuliah, maka sebelum kuliah berlangsung mahasiswa diwajibkan mengumpulkan tiga atau empat pertanyaan generik (lihat table 1) pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan mahasiswa tersebut dapat dipakai dalam diskusi dikelas. Pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tersebut juga menggambarkan tingkat pemahaman mahasiswa, atau bahkan apakah mahasiswa sudah membaca tugas bacaan atau belum. Sosal-soal ujian akhir bisa juga diambil dari kumpulankumpulan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mahasiswa. 3. Penerapan untuk mahasiswa perorangan Dalam cara ini sesudah mendengarkan kuliah atau membaca bahan kuliah maka seseorang mahasiswa diminta membuat sejumlah pertanyaan-pertanyaan seperti dalam table 1 mahasiswa tersebut kemudian sekaligus diminta membuat jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sendiri.17 Penutup 17 Ibid. Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016 Kemampuan berfikir kritis pada mahasiswa dapat mencakup kemampuan menguji hipotesis, membuat keputussan, membuat kesimpulan dengan dukungan bukti-bukti, penalaran yang kuat, menggunakan probabilitas, berkomunikasi secara jelas dan persuasif dan sebagainya. Tak kalah pentingnya adalah faktor disposisi untuk berfikir kritis yang dapat mencakup keinginan untuk bertanya, menjaga fikiran yang terbuka, memonitor proses fikiran, bekerja secara kooperatif dengan orang lain dan lain-lain. Berdasarkan pemaparan pelaksanaan dan pengembangan pemikiran kritis (critical thinking) mahasiswa dengan Model Alison King dapat diterapkan pada semua bidang ilmu. Bahwa pada setiap pembelajaran model pembelajaran Alison King dapat diterapkan di kelas karena akan meningkatkan kemampuan menganalisa dan mengkritisi persoalan-persoalan. Aplikasi dari model melatih dan mengembangkan pemikiran kritis pada mahasiswa secara nyata memberikan hasil yang positif dan memberikan kepuasan kepada mahasiswa karena mereka dapat mengasah kemampuan mereka dan kemampuan ini akan diterapkan pada semester berikutnya atau pada mata kuliah yang lain. Setelah diberikan penjelasan akan penerapan model pembelajaran Critical Thinking ini mahasiswa yakin bahwa cara seperti ini akan meningkatkan daya nalar dan daya kritis mereka.s Daftar Pustaka Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003. Halpern, D.F. dan Numedal, S.G Closing Thoughts About Helping Students Improve How They Think. (Teaching of Psychology, 1995), 22 (1), 82-83 Hastjarjo, Dicky Hastjarjo. Buletin Psikologi ( Yogyakarta : Fak Psikologi UGM, 1999) Juha, Mervat Amin. Thinking Skills Critical Thinking- 2 Chapter. Zaid .IQ, 2010. King, Alison. Inquiring Minds Really Do Want to Know ; Using Questioning to Teach Critical Thinking. (Teaching Of Psychology, 1995), 22, (1), 13-17. Lisa M. Given (Ed), The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods Los Angeles : A Sage Reference Publication, 2008. ssMustaji. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan diakses tanggal 23-12-2012. Potter, Mary Lane. From Search to Research:Developing Critical Thinking Through Web Research Skills© Microsoft Corporation, 2010. Ruland, Judith P. Critical Thinking Standards University of Central Florida. Faculty Centre, 2003. Zamroni & Mahfuz, Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking. Jakarta : DEPDIKNAS, 2009. Al-Afkar Vol. I, No. 2, 2016