METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP

advertisement
METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA
BINAAN SOSIAL DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI MULIA 4
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Elisa
NIM: 109052000018
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
ABSTRAK
Elisa
Metode Bimbingan Rohani Terhadap Warga Binaan Sosial di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan
Permasalahan penyandang masalah kesejahteraan sosial semakin lama kian
meningkat. Banyak yang menjadi penyebab mengapa semua itu bisa terjadi. Masalah
PMKS memang sangat beragam mulai dari anak jalanan, pemulung, PSK, dan lanjut
usia terlantar. Sungguh sangat memperhatinkan bila hal tersebut semakin lama kian
meningkat. Salah satunya adalah permasalahan lansia. Usia lansia adalah usia yang
paling rentan terkena stres dan depresi karena ketidak terimaan diri dengan apa yang
dialami, tidak hanya stres dan depresi yang dialami, masih banyak sekali masalahmasalah yang sering muncul pada diri lansia, diantaranya permasalahan fisik, mental
dan sosial. Dari permasalahan-permasalahan itu tidak jarang akan menimbulkan
ketidaknyamanan dalam diri. Perlu adanya perhatian yang lebih kepada mereka.
Untuk itu tepat sekali jika pemerintah menyediakan tempat bagi golongan-golongan
lansia terlantar. Pada masa lansia perlu adanya kekuatan yang lebih dalam
meningkatkan kualitas rohaninya. Karena ketika tua seseorang akan mulai
memikirkan masa depannya di akhirat nanti. Seperti yang telah dilakukan oleh salah
satu Panti Sosial Tresna Werdha yang terletak di Jln. Margaguna Radio Dalam
Jakarta Selatan. Panti lanjut usia ini telah memberikan bimbingan rohani kepada
lansia dengan metode yang secara khusus diberikan oleh pihak panti yang berupa
memberikan jalan yang dapat mempermudah lansia untuk bisa meningkatkan kualitas
rohaninya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan
pelayanan terhadap warga binaan sosial yaitu lansia dan metode metode yang
digunakan pada pelaksanaan bimbingan rohani. Dimana bimbingan merupakan suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan
supaya individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Adapun pengumpulan data penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi
yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman, dan datadata dari sumber yang terkait dengan penelitian.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode bimbingan rohani yang
diberikan kepada warga binaan yaitu lansia, yaitu dengan metode individual dan
kelompok. Metode-metode lain pun digunakan sesuai dengan kondisi dan keadaan
lansia. Dalam hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan rohani
cukup baik dan lancar serta berdampak positif bagi lansia. Dan memang tidak hanya
untuk meningkatkan kualitas rohani lansia saja,begitu juga dengan jasmaninya.
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas
berbagai macam nikmatNya terutama nikmat sehat wal afiat dan umur panjang
sehingga peneliti dapat menjalankan penelitian di PSTW 4 dengan diberikan
kemudahan, kelancaran dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad
SAW, suri tauladan bagi umatnya yang membawa ajaran Islam sebagai rahmatan lil
alamin.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi, pembahasan, maupun
tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan peneliti yang masih
perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. namun penulisan skripsi ini diselesaikan
adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak, untuk itu selayaknya peneliti
sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya terutama kepada :
1. Setinggi-tingginya penghargaan dan ucapan terima kasih yang tiada tara kepada
wanita tercinta dan terkasih Alm Salma Binti Nansir yang telah menjadi Ibu
terhebat sejagad raya, yang ingin sekali melihat putrinya menjadi seorang sarjana.
tapi sungguh disayang, belum sempat mewujudkan keinginannya mamah sudah
tiada. Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana harus
menutupnya. Kehilangannya merupakan kesedihan terbesar dalam hidup peneliti,
tapi tak ada yang bisa melawan takdir. Roh mamah akan abadi di sisi yang
meciptakan. Itulah yang membangkitkan kesadaran bahwa harapan peneliti
terhadap mamah tak boleh ikut mati. Selama nafas masih berhembus, selama itu
pula roh mamah menanti ungkapan cinta, yaaa melalui Do’a. beristirahatlah
dengan tenang dipangkuanNya. Well meet again someday, Insyaallah.
2. Ayahanda Edison Mandely yang selalu memberikan dorongan motivasi kepada
peneliti untuk maju dan melangkah sampai tujuan yang ingin dicapai. Kepada
adik Muhammad Emfadly A.Md.Prs yang terlebih dahulu wisuda dan menjadikan
motivasi untuk peneliti agar bisa cepat menyusul, Terima kasih atas semua kasih
ii
sayang, kesabaran, perhatian, selalu memberikan dorongan moril dan meteril,
serta Do’a yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita
peneliti. Semoga Allah SWT membalas semua pengorbanan mereka dengan
ganjaran yang berlinpah. Aamiin Allahuma Aamiin.
3. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak
Suparto, PhD selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Ibu Dr. H. Roudhonah,
MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Bapak Dr.
Suhaemi, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. Semoga atas
kebaikannya Allah melimpahkan kebaikan kepada beliau semuanya.
4. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku ketua jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, SE,. M.Si selaku sekretaris
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Yang telah banyak memberikan
motivasi dan dukungan selama peneliti menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta, terlebih lagi
dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan bantuannya
sungguh luar biasa.
5. Ibu Dra. Nasichah, MA selaku dosen pembimbing skripsi. Ucapan terima kasih
tak terhingga kepada beliau yang telah membimbing penulis menyelesaikan tugas
akhir
ditengah-tengah
kesibukannya
beliau
meluangkan
waktu
untuk
membimbing penulis memberikan arahan, masukan serta saran yang sangat
bermanfaat untuk menyempurnakan skripsi ini dan selalu memberikan motivasi
agar peneliti segera dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Nurul Hidayati, M.Pd selaku dosen Penasehat Akademik yang telah
memberikan banyak nasehat dan arahan di setiap semester. Tanpa nasehat dan
arahan dari seorang penasehat akademik, maka tiada terstruktur perencanaan studi
selama menempuh pendidikan strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi umumnya dan khusunya dosen
dan staf pengajar pada jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam serta seluruh Civitas
Akademika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, wacana,
iii
wawasan, intelektualitas yang telah ditularkan kepada peneliti selama berada dan
mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Segenap staf Akademik, Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan FIDKOM yang telah memberikan
fasilitas dan pelayanan yang baik sehingga penulis mendapatkan referensi dalam
memperkaya skripsi ini.
9. Ibu Dra. Happy Hayati selaku Kabag TU Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang sudah memberikan Do’a dan motivasi selama ini kepada
peneliti dan telah memberikan banyak bantuan serta kemudahan selama peneliti
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah. Semoga juga dapat menjadi
amal ibadah di hadapanNya.
10. Ibu R. Yanti Affiyanti selaku Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan yang telah memberikan izin, telah menerima peneliti
dengan baik dan memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian di PSTW ini
serta membantu memberikan informasi mengenai kelembagaan panti kepada
peneliti.
11. Seluruh Pekerja Sosial, staf, pegawai, karyawan, pembimbing, pegawai honorer,
pegawai security dan kepada semua pihak yang namanya tidak disebutkan satu
demi satu di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
yang telah banyak membantu dan memberikan masukan saran-saran, dorongan,
semangat, membantu dan mengarahkan peneliti serta memberikan informasi dan
data-data mengenai panti selama mengadakan penelitian skripsi di PSTW ini.
12. Para Warga Binaan Sosial Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 yang telah
membantu, menerima dan menyambut baik dengan ramah kehadiran peneliti
selama proses penelitian berlangsung sungguh pengalaman dan kenangan ini tak
mungkin peneliti lupakan.
13. Keluarga besar anak cucu kakek Nansir yang juga selalu mendoakan peneliti sampai
saat ini sehingga peneliti bisa menyelesaikan kuliah dan semoga semua diberikan
kesehatan dan panjang umur.
iv
14. Jazakillah khoiran katsir untuk seorang teman, sahabat, saudara, yang sudah peneliti
anggap layaknya kakak kandung Intan Ayu yang sudah selalu memberi semangat,
Do’a dan nasehatnya kepada peneliti. Semoga Allah selalu jaga tali persaudaraan kita
hingga ke SyurgaNya.
15. Sahabat-sahabat, teman satu perjuangan selama kuliah angkatan BPI’09 (BPI
2009), spesial kelas khusus para “koplakers” Ubay, Azis, Sudin, Hafiz, Pepy,
Syamsul, Udy, Adnan, Akin, Zulfikar, Kohar, Solah, Rizky bagol, Bg jack, Ai,
Lili, Ratna, Mia, Serly, Laely, Kokom, Mumun, Jamiah dan Ishan. Dan tementeman yang lain, begitu banyak pelajaran dari pertemuan kita. Kalian sungguh
berkesan dan luar biasa. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini, semoga
ini bukan akhir perjumpaan kita, tapi adalah awal dari ikatan persaudaraan kita.
Tetap semangat.
16. Sahabat-sahabat alumni Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang yang sudah
memberikan Do’a dan motivasi kepada peneliti agar segera menyelesaikan skripsi
ini.
17. Dan terakhir terima kasih peneliti ucapkan kepada seseorang yang kehadirannya
memberikan warna dalam hidup peneliti, yang senantiasa ada untuk memberikan
dukungan , melantunkan Do’a serta mengusahakan segala macam bantuan terkait
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua yang telah dilakukan, Terima
kasih telah senantiasa menguatkan di kala peneliti terpuruk dan sempat merasa
tidak mampu melakukan apa-apa, Terima kasih selalu menjadi tempat untuk
mengusir kepenatan dan kejenuhan dengan penuh kasih sayang dan cinta. Selalu
memberikan dorongan semangat untuk terus berjuang mencapai tujuan akhir.
Kepada Suami tercinta Hamdani Jabir S.Sos.I, Semoga Allah jadikan keluarga
kita keluarga yang Sakinah Mawaddah dan Warohmah. Semoga Allah segera
menghadirkan anggota baru di keluarga kita, dan
kebersamaan kita selalu
mendapatkan berkah dariNya.
Akhirnya kepada Allah jualah peneliti memohon agar usaha ini dijadikan
sebagai amal shalih dan diberikan pahala oleh-Nya. Shalawat serta salam semoga
v
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa Sallam beserta
keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir, Aamiin Allahuma
Aamiin.
Peneliti sebagai manusia biasa yang yang banyak kekurangan dan kelemahan
meminta maaf jika ada kesalahan pada diri peneliti. Peneliti sadari bahwa dalam
menjalankan penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini secara kualitas masih
jauh dari kesempurnaan dan skripsi ini tentu saja bukan suatu karya yang sempurna
serta bebas dari kesalahan, untuk itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun agar dapat menjadikan peneliti lebih baik di masa yang
akan datang, peneliti sambut dengan lapang dada dan ucapan terima kasih.
Demikianlah skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan, semoga
skripsi ini dapat membawa manfaat sebesar-besarnya bagi kita semua yang
membacanya terutama dalam memajukan Bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 24 September 2016
Elisa
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………
ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. x
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ………….……..………………………. 7
2. Manfaat Penelitian ……………………………….……….. 7
D. Tinjauan Pustaka ………………………………….…………... 8
E. Metedo Penelitian …………………………………………….. . 9
F. Sitematika Penulisan …………………………………………. 13
BAB II
TINJAUAN TEORI ..…………………………………………… 15
A. Bimbingan Rohani ………….…….…………………………... 15
1. Pengertian Motode, Bimbingan, Rohani ………..……..….. 15
2. Metode Bimbingan Rohani ……………………………..... 19
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan …..……………………..…. 23
B. Pengertian Warga Binaan Sosial ……………………………... 24
C. Pengertian Panti Sosial …………………………...................... 25
BAB III
GAMBARAN
UMUM
PSTW
(PANTI
SOSIAL
TRESNA
WERDHA) BUDI MULIA 4 JAKARTA SELATAN ………... 28
A. Profil Lembaga dan Sejarah Berdirinya ………………………. 28
B. Landasan Hukum …..…………………………………………. 29
vii
C. Visi dan Misi ………………………………………………….. 29
D. Tugas Pokok ………………………..…………….…………… 30
E. Tujuan ………………………...……………………………….. 30
F. Sasaran ……….……………………………………………….. 30
G. Persyaratan Penerimaan Lanjut Usia …………………………. 30
H. Prosedur Penerimaan ………………………………………….. 31
I. Saran dan Program Kegiatan …………………….…………… 31
J. Proses Pelayanan …………..………………………………….. 33
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA ……….……. 35
A. Temuan Lapangan ……………………. …..…………….……. 35
1. Pendataan ………….………………….…………………… 36
2. Penerimaan …………………………………………....….... 38
3. Metode Bimbingan Rohani ………………………………... 41
4. Resosialisasi…………………………………………….….. 48
5. Penyaluran …………………………………………….…… 48
B. Analisa Hasil Temuan …………………………………….…… 49
BAB V
TEMUAN DAN ANALISA DATA ………………….…..….….. 57
A. Kesimpulan …………………………...……………..….……. 57
1. Metode Bimbingan Rohani ………………………………... 57
2. Faktor Pendukung dan Penghambat ………………………. 58
B. Saran ………………………………………………..………… 59
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..…….…. 61
LAMPIRAN ……………………………………………………………..……….. 63
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Pelayanan …………………..………………………………….. 33
Gambar 2. Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha 4 ……...…………… 34
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Pedoman dan Hasil Wawancara WBS / Klien
Lampiran II
: Format Isian Data WBS
Lampiran III : Jadwal Kegiatan PSTW
Lampiran IV : Daftar Nama PNS dan PHL PSTW
Lampiran V
: Surat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran VI : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran VII : Surat Penelitian
Lampiran VIII : Dokumentasi Kegiatan WBS
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah sosial merupakan segala permasalahan yang muncul dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, masalah sosial juga
merupakan suatu fenomena yang memiliki berbagai dimensi, oleh karena itu
begitu banyaknya dimensi yang terkandung di dalamnya, mengakibatkan hal ini
menjadi objek kajian, ini merupakan problematika yang telah lama terjadi tetapi
sampai saat ini belum diperoleh rumusan mengenai pengertian dari masalah sosial
yang disepakati berbagai pihak. Namun pada umumnya masalah sosial ditafsirkan
sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga
masyarakat.1
Saat ini masalah sosial sudah menjadi wacana yang tidak asing lagi karena
masalah sosial ini dapat terjadi apabila suatu individu atau institusi sosial tidak
berhasil mengatur dan menyesuaikan dengan kecepatan perubahan yang terjadi.
oleh karena itu masalah sosial akan mengganggu atau mengahancurkan
bekerjanya organisme sosial. Maka dalam hal ini individu atau institusi sosial itu
dapat dikatakan dalam keadaan sakit.2
1
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), cet. Ke-1, h. 1
2
Ibid, h. 77.
1
2
Di Indonesia masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial
yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah
kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah masyarakat.
Melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis
multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia.3
Masalah kemiskinan di Indonesia ini dirasakan sangat mendasar untuk
ditangani. Salah satu ciri umumnya adalah kondisi masyarakat yang miskin, tidak
memiliki sarana dan prasarana, pemukiman yang tidak memadai, kualitas
lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Sehingga banyak terjadi
penyandang masalah kesejahteraan sosial, dimana masalah kemiskinan adalah
faktor utama. Kemiskinan pula merupakan akibat dari sifat malas, kurangnya
kemampuan intelektual, kelemahan fisik, kurangnya keterampilan, dan rendahnya
kemampuan untuk menanggapi persoalan di sekitarnya.4
Sejak krisis moneter sejak 1997 yang berakibat krisis ekonomi pada tahun
1998 jumlah keluarga miskin di Propinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan
yang signifikan. Hal ini berakibat timbulnya penyandang masalah kesejahteraan
sosial. Terlihat dari banyaknya perantau yang datang dari luar kota untuk
mengadu nasib di Jakarta. Akan tetapi, sebab kurangnya ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki membuat sebagian perantau terlantar dan menjadi
salah satu penyebab meningkatnya penyandang masalah kesejahteraan sosial.5
3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005), h. 131.
4
Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 126.
5
Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial, Definisi dan Kriteria Penyandang
Masalah Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, 2007)
3
Penyandang masalah kesejahteraan sosial banyak tersebar di tengah
masyarakat sebab kurangnya perhatian dari masyarakat itu sendiri, juga
kurangnya pengawasan dari negara sebagai penegak hukum. Penegak hukum di
Indonesia cenderung membiarkan begitu saja persoalan-persoalan yang berada di
tengah masyarakat. Terbukti dengan lebih banyaknya waktu adanya pengemis dan
pengamen di jalanan daripada tidak adanya mereka. Satpol PP sebagai pihak
berwajib yang berwenang menertibkan itu, hanya sesekali melakukan tugasnya
ketika melakukan razia, baik razia rutin maupun razia mendadak.
Penyandang masalah kesejahteraan sosial yang tertangkap ketika
dilakukan razia, biasanya akan diserahkan pihak berwenang kepada Dinas Sosial
di wilayah setempat. Dari Dinas Sosial tersebut, penyandang masalah
kesejahteraan sosial akan disalurkan ke Panti Sosial.
Panti sosial merupakan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang
memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan
normatif secara fisik, mental dan sosial.
Di DKI Jakarta, Dinas Sosial yang bertanggung jawab menerima
penyandang masalah kesejahteraan sosial ini ialah Dinas Sosial Kota Jakarta
Timur. Melalui Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya di wilayah Ceger Jakarta
Timur, penyandang masalah kesejahteraan sosial yang tertangkap saat razia, akan
dibimbing dan diberdayakan sesuai dengan bakat dan keahlian mereka masingmasing. Di dalam Panti Sosial tersebut, penyandang masalah kesejahteraan sosial
mulai disebut sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)
4
Dari sekian banyak penyandang masalah kesejahteraan sosial yang
tertangkap, ada diantaranya yang sudah berusia lanjut. Untuk penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang berusia lanjut, mereka akan ditempatkan di Dinas Sosial
di wilayah DKI Jakarta melalui Panti Sosial Tresna Werdha. Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) adalah Panti Sosial yang mempunyai tugas memberikan
bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat. Di Panti Sosial Tresna Werdha, warga binaan
sosial yang sebagian besar berusia lanjut tersebut mendapat berbagai bimbingan
dan penyuluhan dengan berbagai persoalan. Salah satu diantaranya ialah Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 di bawah Dinas Sosial Jakarta Selatan.
Banyak bimbingan yang dilakukan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 4, di antaranya ialah Bimbingan Rohani. Dalam bimbingan rohani tersebut,
warga binaan sosial diharapkan dapat memahami tentang diri sendiri dan orang
lain dengan cara mempelajari berbagai ilmu pengetahuan khususnya tentang
agama yang didukung dengan pelatihan dan pemahaman cara berpikir positif serta
praktik kegiatan ibadah, demi terwujudnya kebahagiaan di dunia dan akhirat.6
Secara naluri, kebutuhan manusia akan bimbingan dan petunjuk dari
Tuhannya ialah kebutuhan mutlak untuk kebahagiaan di dunia dan di alam
sesudah mati. Kehidupan manusia juga harus berkembang menjadi manusia
muslim yang beriman, beramal sholeh, dan berbudi pekerti luhur. Dengan
demikian, penanaman nilai-nilai agama dan moral diharapkan menjadi titik balik
untuk perubahan perilaku dalam masyarakat.
6
Abdul Rahman dan Nuhri Sulaeman, Panduan Bimbingan Mental Spriritual (Jakarta:
Kementerian Sosial, 2011), h. 1.
5
Sejatinya setiap makhluk yang bernama manusia memiliki fitrah dalam
dirinya yang menginginkan kondisi yang tenang dan damai serta sehat mental
maupun jiwannya sehingga jiwa fitrahnya ini tentu menginginkan bimbingan yang
berasal dari penciptanya melalui bimbingan dan penyuluhan agama yang diyakini.
Di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia 4, bimbingan rohani sudah
dilakukan dalam diskusi kelompok dan dalam bimbingan personal. Keduanya
memiliki pokok pembahasan masing-masing. Jika dalam diskusi kelompok lebih
banyak membahas soal kajian agama dari berbagai sudut pandang, maka dalam
bimbingan personal lebih banyak membahas mengenai persoalan-persoalan
pribadi dari warga binaan sosial.
Dalam proses bimbingan tersebut, tentu memiliki metode yang harus
diikuti oleh setiap warga binaan yang dilaksakan oleh pihak panti. Dengan
mengacu pada metode tersebut, maka dapat dilakukan evaluasi dan diharapkan
sebuah bimbingan dapat berjalan dengan lebih baik dan lebih efisien. metode
bimbing juga dapat dijadikan acuan sebagai kajian yang menarik sebagai bahan
sebuah penelitian dengan kapasitas keilmuan yang sesuai.
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, sebagai salah satu jurusan di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, merupakan salah satu jurusan yang mengkaji
tentang pentingnya bimbingan dan penyuluhan yang berbasis agama. Kajian di
BPI ini selaras dengan kajian mengenai bimbingan rohani yang ada di Panti Sosial
Tresna Werdha. Dengan berdasar latar belakang yang telah disebutkan di atas,
maka peneliti bermaksud mengambil judul penelitian “Metode Bimbingan
6
Rohani Terhadap Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut agar lebih terarah dan mencapai
sasaran yang tepat, maka peneliti membatasi penelitian ini pada Pelaksanaan
Metode Bimbingan Rohani Terhadap Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 yang meliputi: tujuan dan fungsi bimbingan rohani, metode
bimbingan rohani, mengubah sikap dan tingkah laku, serta bimbingan lebih lanjut
agar mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
2.
Perumusan Masalah
Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini adalah
rinciannya sebagai berikut:
a. Bagaimana metode bimbingan rohani terhadap warga binaan di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.
b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
menentukan keberhasilan bimbingan rohani terhadap warga binaan sosial
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan pembatasan
dan perumusan masalah yang telah dikemukan. Pada pokonya penelitian ilmiah
bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.7 Maka tujuan yang
ingin peneliti capai ialah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis metode bimbingan rohani terhadap warga
binaan sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan..
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat yang
menentukan keberhasilan bimbingan rohani terhadap warga binaan sosial di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.
2.
Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan
hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang
meliputi Bimbingan Penyuluhan Sosial, Bimbingan dan Penyuluhan Islam
khususnya yang berkaitan dengan metode bimbingan rohani terhadap terhadap
warga binaan sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta
Selatan.
2. Diharapkan dapat membantu dan memberi masukan bagi Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan dalam bentuk Program Kerja.
7
DR. bustanuddin Agus. Pengembangan ilmu-ilmu social. Gema Insani Press. Jakarta 1999
8
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi jurusan Bimbingan
Penyuluhan
Islam
pada
Fakultas
Dakwah
dan
Komunikasi
dalam
pengembangan keilmuan dan kurikulum.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun skripsi sebelumnya penulis telah melakukan kajian
pustaka terhadap beberapa penelitian yang sejenis. Berdasarkan pengamatan
penulis, ada beberapa karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengenai respon
yaitu antara lain:
1. Sebuah skripsi yang berjudul “Metode Bimbingan Islam bagi Lansia dalam
Meningkatkan Kualitas Ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia
Jelambar” yang di tulis oleh Nur Apriyanti (2011) Universitas Islam Negeri
Jakarta, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Bimbingan
dan Penyuluhan Islam. Penelitian ini berfokus pada metode bimbingan islam
dalam meningkatkan kualitas ibadah bagi lansia.
2. Sebuah skripsi berjudul “Metode Pembinaan Agama bagi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Panti Sosial Bangun Daya 1
Kedoya Jakarta Barat” yang ditulis oleh Muhammad Syahid Fudholi AlHasyim (2012) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam. Penelitian ini berfokus pada metode pembinaan agama bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial.
3. Sebuah skripsi berjudul “Metode Bimbingan Agama Dalam Pembinaan
Akhlak Warga Binaan Sosial Di Panti Sosial Bina Insani Bangun Daya
Kedoya Jakarta Barat” yang di tulis oleh Sundus Muharromah (2015)
9
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Program Stadi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Penelitian ini berfokus pada metode bimbingan agama dalam pembinaan
akhlak warga binaan sosial.
Yang membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian di atas
ialah, peneliti berfokus pada metode bimbingan rohani terhadap warga binaan
sosial yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha 4 Margaguna Jakarta
Selatan.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan, juga
memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang wajar dan
universal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan menjadi tidak sah
atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya tidak terletak pada
bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah pendekatan (dengan
keunggulan dan kelemahan yang melekat apadanya) dalam suatu studi dengan
masalah yang relevan ditelaah menurut logika pendekatan tersebut.8
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh
Lexy Moleong dalam bukunya Metodelogi Penelitian Kualitatif adalah “prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”9 Menurut mereka,
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic. Jadi
8
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998), Hal 3.
9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998), Hal 4.
10
dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu/oragnisasi kedalam variabel
atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Sedangkan menurut Anselm Strauss dalam teknik dan teori Grounded, H. M.
Djunady Ghony adalah
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara
lain dari pengukuran.10
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.11 Penelitian kualitatif
menghasilkan dan mengelolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkip
wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya. 12
Pendekatan ini digunakan karena peneliti bermaksud untuk mengetahui proses
yang dilakukan para pekerja sosial melakukan pelayanan bimbingan rohani dan
mendeskripsikan tentang metode bimbingan rohani di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan
masalah
10
yang
diselidiki
dengan
menggambarkan/melukiskan
keadaan
H. M. Djunady Ghony, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: prosedur, Teknik dan teori
Grounded (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997) cet ke 1, h. 11.
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)
,h. 4.
12
Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, Edisi
ketiga (Jakarta, LPSP 3 UI, 2005), h. 36.
11
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.13
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 yang
beralamat di Jl. Margaguna No. 01 Radio Dalam, Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2016 sampai dengan Oktober
2016.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Warga Binaan Sosial di Panti Tresna Werdha
Budi Mulia 4 Jakarta Selatan. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian
ini adalah Metode Bimbingan Rohani Warga Binaan Sosial di Panti Tresna
Werdha Budi Mulia 4.
4. Sumber Data
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dala penelitian
untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat memberikan informasi
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. 14 Untuk
menetapkan sumber data, penulis mengklasifikasi berdasarkan jenis data yang
dibutuhkan (dikumpulkan). Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber
data yaitu:
13
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998)
14
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:
LPSS,1998), Cet. Ke-1, hal.29.
12
a.
Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada
di panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara.
b.
Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber
informasi tidak langsung, seperti dokumen-dokumen yang ada di
perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, departemen dan
sebagainya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Dan pada penelitian ini Teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data.15
Tehnik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian
ini. Tehnik pengumpulan data ini dilakukan dengan :
a. Observasi atau pengamatan. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan
langsung terhadap sarana dan prasarana dan kegiatan di panti tersebut, kegiatan
Warga Binaan Sosial (WBS) dari proses Pendekataan awal hingga pada proses
15
Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA, 2005
13
penyaluran. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa
dilihat oleh mata, di dengar oleh telinga, diraba oleh tangan, kemudian peneliti
tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang dibutuhkan.
Observasi dan pengambilan data penelitian di PSTW ini dari bulan Juni sampai
dengan oktober 2016.
b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dengan yang terwawancarai
(yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan). Jadi wawancara
ialah untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara
peneliti dengan pihak WBS, pegawai panti, dan pembimbing rohani yang
menangani klien tersebut. Pertanyaan pokok ialah tentang tahapan bimbingan
rohani yang diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha ini dari awal hingga
terminasi bahkan sampai dengan bimbingan lanjut. Kegiatan wawancara
banyak dilakukan di dalam kantor ruangan kerja dan ruangan konsultasi.
c. Dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh dan
mempelajari berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan dokumendokumen dan gambar yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha serta data-data
lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam
penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan dalam buku dan majalah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya
dibagi ke dalam:
14
BAB I PENDAHULUAN : Membahas tentang latar belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI : Bab ini berisi tentang: pengertian Metode
bimbingan rohani, Pengertian Warga Binaan Sosial, pengertian panti sosial.
BAB III GAMBARAN UMUM : Dalam bab ini akan dijelaskan Sejarah
berdirinya, Landasan hukum, visi dan misi, struktur organisasi, mekanisme kerja,
Persyaratan Calon WBS, Proses Pelayan, Sarana dan Prasarana.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS : Tentang temuan
lapangan dan analisis data.
BAB V Penutup : Merupakan bagian penutup yang meliputi uraian keimpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Rohani
1. Pengertian Metode, Bimbingan, Rohani
a. Pengertian Metode
Secara etimologi metode berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari
penggalan kata “Meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila
digabungkan maka metode dapat di artikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam
pengertian yang luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.16
Metode dalam kamus Bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai maksud (dengan maksud ilmu pengetahuan, dan
sebagainya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan gunu mencapai tujuan yang ditentukan.17
Metode adalah cara yang sistematis dan teratur yang digunakan untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mancapai tujuan- tujuan yang
ditentukan.
b. Pengertian Bimbingan
Secara etimologi istilah “bimbingan” digunakan sebagai terjemahan istilah
bahasa inggris Guidance yang berasal dari kata Guide yang artinya dengan
16
M. lutfi, Dasar- dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah 2008), h. 120
17
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-1, h.580.
15
16
menunjukan jalan (Showing the way), Memimpin (Leading), menuntun
(conducting), memberi petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating),
mengarahkan (governing), dan memberi nasita (giving advice).18
Pengertian bimbingan secara terminology sudah banyak dikemukakan para
ahli di antaranya menurut Crow and Crow seperti dikutip. H.M Umar dan Sartono
guidance dapat diartikan sebagai “bantuan yang diberikan oleh seseorang baik
pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dari pendidikan yang
memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya
mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah
pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya
sendiri. 19
Sama halnya dengan yang didefinisikan oleh Stoop yang dikutip dari Dewa
Ketut bahwa bimbingan juga diartikan sebagi suatu proses yang terus menerus
dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara
maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya
maupun masyarakat.20
Menurut Jear Book of Education 1995 yang dikutip oleh Abu Ahmad dan
Ahmadi Rohani bahwa bimbingan adalah mengembangkan kemampuannya agar
memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.21
18
W.S Wingkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo
1991), Cet. Ke-1, h.65.
19
H.M Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia,
1998), Cet. Ke-1, h.9.
20
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1998), Cet.
Ke-1, h.8.
21
Abu Ahmad dan Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rine Cipta,
1991), Cet Ke-11, h.2.
17
Menurut Rahman Natawidjaja, seperti dikuti dalam buku Hellen bahwa
bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memhami
dirinya hingga ia sanggup mengalahkan dirinya dapat bertindak secara wajar.
Sesuai dengan tuntunan dan keadaan dan tingkat sekolah, keluarga dan
masyarakat, serta kehidupan umumnya.dengan demikian ia dapat mengecap
kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai
perkembangan dirinya secara optimal sebagai makhluk sosial.22
c. Pengertian Rohani
Rohani berasal dari kata “ruh” yang berarti sesuatu (unsur) yang ada dalam
jasad yang diciptakan tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan); nyawa:
jika sudah berpisah dari badan, berakhirlah kehidupan seseorang. Makhluk hidup
yang ridak berjasad tapi berfikiran dan berperasaan malaikat, jin, setan, dsb.
Semangat, spirit, kedamaian bagi seluruh warga sesuai dengan islam.23
Ibnu Zakaria (W.395H/1004) menjelaskan bahwa kata Al-ruh dan semua kata
yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra,wa, ha mempunyai makna dasar
besar, luas dan asli. Makna itu mengisyaratkan al-ruh merupakan sesuatu yang
agung besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam diri manusia.
Dengan adanya Al-Ruh dalam diri manusia menyebabkan manusia menjadi
22
23
Hellen A, Bimbingan dan Konseling,( Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet Ke-1, h.5.
KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ket-5, ed. Ke-3,h.960.
18
makhluk yang istimewa, unik, dan mulia. Inilah yang disebut sebagai Khalaqan
Akhar, yaitu makhluk yang istimewa yang berbeda dengan makhluk lainnya.24
Menurut Ibnu Sina, ruh adalah kesempurnaan jasmani manusia yang tinggi
yang memiliki kehidupan dengan daya. Menurut Al-Farabi ruh berasal dari alam
perintah (amar) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad. Hal ini dikarenakan
ia dari Allah, kendatipun ia tidak sama dengan zat-Nya. Menurut Al-Gazali, ruh
ini merupakan lathifah (sesuatu yang halus) yang bersifat nurani. Ia dapat berfikir,
mengingat, mengetahui dan sebagainya. Ia juga sebagai penggerak bagi
keberadaan jasad manusia. Sifatnya gaib. Menurut Ibnu Rusyd memandang ruh
sebagi citra kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik. Kesempurnaan
awal ini karena ruh dapat dibedakan dengan kesempurnaan yang lain yang
merupakan pelengkap dirinya, seperti yang terdapat pada berbagai perbuatan.
Sedangkan disebut organic karena ruh menunjukan jasad yang terdiri dari organorgan.25
Pembahasan tentang ruh dibagi menjadi dua bagian, pertama ruh yang
berhubungan dengan zatnya sendiri. Kedua ruh yang berhubungan dengan badan
jasmani. Ruh yang pertama disebut dengan Al-munazzalah, sedang yang kedua
disebut dengan Al-gharizahatau disebut dengan Nafsaniyah. Ruh Al-munazzalah
berkaitan dengan esensi asli ruh yang diturunkan atau diberikan secara langsung
dari Allah SWT kepada manusia. Ruh ini esensinya tidak berubah,sebab jika
berubah berarti berubah pula eksistensi manusia. Ruh ini diciptakan di alam ruh
(alam al-arwah) atau di alam perjanjian (alam al-mitsaq-au‟alam al-„ahd). Karena
24
25
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007),h.137.
Netty Hartati, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada), h.150.
19
itu, munazzalah ada sebelum manusia ada, sehingga sifatnya sangat gaib yang
adanya diketahui melalui informasi wahyu. Sedangkan al-gharizah atau disebut
nafsaniyah, pada subtansi nafs ini, komponen zakat dah ruh bergabung. Semua
potensi yang terdapat pada nafs bersifat potensial. Tetapi dapat actual jika
manusia berupaya mengupayakannya. Setiap komponen yang ada memiliki dayadaya laten yang dapat menggerakkan tingkah laku manusia. Aktualisasi nafs
membentuk kepribadian, yang perkembangannya dipengaruhi oleh factor
eksternal dan interna.26
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan bahwa penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa bimbingan rohani adalah proses pemberian
bantuan kepada seseorang agar mengenal dirinya sebagai manusia yang diciptakan
oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna. Yang diciptakan sebagai khalifah
dimuka bumi sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuia
dengamn kemampuan yang dimiliki dan dapat memaksimalkan potensi yang ada
pada dirinya.
2. Metode Bimbingan Rohani
Dalam bimbingan Rohani banyak metode yang dapat dipergunakan:
a. Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaaan yang
dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan
seseorang pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
26
Ibid, h.150-154.
20
b. Metode „group guidance‟ (bimbingan secara kelompok)
Bilamana metode interview atau wawancara merupakan cara pemahaman
tentang keadaan seseorang secara individual (Pribadi), maka bimbingan
kelompok
adalah
sebaliknya,
yaitu
pengungkapan
jiwa/batin
serta
pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar,
dsb.
c. Metode non-direktif (cara yang tidak mengarah)
Cara lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran yang tertekan
sehingga menjadi lebih baik. Metode ini dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1) “Client centered‟, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan
menjadi penghambat dengan sistem pancingan yang berupaya satu dua
pertanyaan yang terarah. Selanjutnya client diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk menceritakan segala uneg-uneg (tekanan batin) yang disadari menjadi
hambatan jiwanya. Pembimbing bersikap memperhatikan dan mendengarkan
serta mencatat point-point penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan.
2) Metode edukatif yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang
menghambat perkembangan
belajar dengan
mengorek sampai tuntas
perasaan/sumber perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan
dengan
cara-cara
“client
centered‟,
yang
diperdalam
dengan
permintaan/pertanyaan yang motivatif dan persuatif (meyakinkan) untuk
21
mengingat-ingat serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan
tertekan sampai keakar-akarnya.27
d. Metode Psikoanalitis ( penganalisahan jiwa )
Metode ini berasal dari psiko-analisis Freud yang dipergunakan untuk
mengungkapkan segala tekanan perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Untuk
memperoleh data-data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan jiwa klien
tersebut, diperlukan metode psiko-analitis yaitu menganalisis gejala tingkah
laku, baik melalui mimpi atau pun melalui tingkah laku yang serba salah,
dengan menitik beratkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah perbuatan
salah itu terjadi berulang-ulang. Dengan demikian, maka pada akhirnya akan
diketahui bahwa masalah pribadi klien sebenarnya akan terungkap dan
selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar masalah tersebut dianggap
telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal yang memberatkan, dan
sebagainya. Disini perlu adanya nillai-nilai iman dan taqwa dibangkitkan
dalam pribadi seseorang, sehingga terbentuklah dalam pribadinya sikap
tawakal dan optimism dalam menempuh kehidupan baru yang lebih cerah lagi.
e. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)
Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha
mengatasi kesulitan (problema) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan
kepada klien ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban
terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi.28
f. Teknik Rasional-Emotif
27
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h. 44-49.
28
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h. 44-49.
22
Dalam istilah yang lain teknik ini disebut dengan “rational-emotif
therapy”, atau model „RET‟ yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis (ahli
psikologi klinis). Dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling),
teknik ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak logis (tidak
rasional) yang disebabkan dorongan emosinya yang tidak stabil. Pelayanan
teknik dan pendekatan rasional-emotif merupakan bentuk terapi yang berupaya
membimbing dan menyadarkan diri klien, sesungguhnya cara berpikir yang
tidak rasional itulah yang menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan
emosionalnya. Maka dalam layanan ini konselor membantu klien dalam
membebaskan diri dari caracara berpikir atau pandangan-pandangannya yang
tidak rasional, dan selanjutnya diarahkan ke arah cara-cara berpikir yang lebih
rasional.
g. Teknik Konseling Klinikal
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dengan menggunakan
teknik klinikal menitikberatkan pada pengembangan kemampuan klien sesuai
dengan latar belakang dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan teknik
klinikal tidak semata-mata berorientasi kepada pengembangan intelektul, tetapi
juga berorientasi juga kepada kemampuan personal secara keseluruhan, baik
jasmani maupun rohani. Pada teknik ini, bantuan atau pelayanan yang
diberikan
tidak
sebatas
mengungkapkan
masalah-masalah
klien
atau
membimbing memecahkannya. Namun selanjutnya, konselor membantu
mengarahkan klien kepada kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa
bermanfaat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.29
29
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2008), h. 131-134.
23
3. Tujuan dan fungsi bimbingan
Dalam rumusan emistimologi temuan dakwah dinyatakan bahwa bimbingan
dalam
islam
bertujuan
menginternalisasikan,
mengeksternalisasikan
dan
mentransformasikan system ajaran islam kedalam kehidupan individu, keluarga
dan kelompok kecil atas dasar masalah khusus dalam semua kehidupan yang
berdampak pada kehidupan individu dan keluarga serta lingkungan sosial.
Bimbingan pribadi dan keluarga dengan menggunakan konseling islam sesuai
dengan konteks masalah dan pemecahan problem psikologi/ mental-spritual
dengan menggunakan pendekatan psikoterapi islam. Selanjutnya rumusan tujuan
itu dapat dirinci sebagai berikut:
1. Melakukan bimbingan mengenai tata cara pengamalan islam,
memahami dan melaksanakan ajaran islam dengan benar, sesuai
dengan ketentuan Al-quran dan sunah Rasul.
2. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah yang timbul sebagai
efek dari interaksi personal dan kelompok (keluarga dengan
pendekatan islam).
3. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah psikologis keluarga
dan komunitas muslim, karena adanya masalh internal keluarg yang
terjadi pada salah satu anggota keluarga itu, dengan menerapkan
bimbingan dan psikoterapi islam.
4. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental atau kejiwaan
individu dan keluarga yang timbul karena penyakit fisik yang
dideritannya, seperti depresi yang di alami pasien rumah sakit, maka
bimbingan bertujuan memberikan memberikan terapi terhadap
24
emntalnya, sehingga dapat mempercepat penyembuhan sakit fisik yang
dideritanya.
5. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental-spritual yang
di alami penyandang masalah-masalah sosial dsan cacat fisik pada
lembaga-lembaga rehabilitasi sosial, seperti tunanetra, ketergantungan
zat adiktif (narkoba), wanita tuna susila (WTS) dan sebagainya.
6. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental atau spiritual
yang di alami para tahanan (nara pidana) dirumah tahanan (rutan) dan
lembaga pemasyarakatan (lapas). Serta pembinaan mental pada anak
jalanan (anjal), panti jompo dan masalah sosial lainnya. Memberikan
bimbingan
bagi
karyawan,
tenaga
kerja
dan
prajurit
guna
meningkatkan kinerja dan produktifitas kerja dengan pendekatan
islam.
B. Pengertian Warga Binaan Sosial
Warga Binaan adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang
mendapat pelayanan dan binaan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan
kemandirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosialnya.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan warga binaan sosial kepada Lanjut
Usia (lansia) yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta
Selatan. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia di atas 60 (enam
puluh) tahun. Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan
sosial, bimbingan, konseling, bantuan, santunan dan perawatan yang dilakukan
secara terarah, terencana dan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Sistim
25
panti adalah bentuk pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan kedalam
suatu lembaga tertentu (panti) sedangkan luar panti (non panti) merupakan bentuk
pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan di luar lembaga tertentu (panti)
misalnya keluarga, masyarakat dan lain-lain.
Kelembagaan Sosial Lanjut Usia adalah proses kegiatan pelayanan kesejahteraan
sosial lanjut usia yang berkoordinasi mulai dari tahap perencanaan, yang
dilaksanakan oleh lembaga baik formal maupun informal. Perlindungan sosial
adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan kemudahan
pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar. Aksesbilitas adalah kemampuan untuk menjangkau dan
menggunakan pelayanan dan sumber-sumber yang seharusnya diperoleh
seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial, maka program pokok yang
dilaksakan antara lain:
1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti
2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti
3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia
4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.
C. Pengertian Panti Sosial
Secara etimologi panti sosial berarti rumah, tempat (kediaman) yang
diberlakukan untuk kemasyarakatan. Secara konseptual dapat dikemukakan
bahwa panti sosial adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung
jawab untuk memberikan pelayanan sosial.
26
Panti sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Departemen Sosial
yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jendral
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sehari-hari secara fungsional dibina oleh para
Direktur terkait sesuai dengan bidang tugasnya. Panti Sosial dipimpin oleh
seorang Kepala Panti. Panti sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu
berperan aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan
penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerja
sama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.30
Dalam melaksanakan tugasnya, panti sosial menyelenggarakan fungsinya
antara lain sebagai berikut :
1.
Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan
2.
Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnose sosial dan perawatan
3.
Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental,
sosial, fisik dan keterampilan
4.
Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut
5.
Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi
6.
Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rehabilitasi
sosial
7.
Pelaksanaan urusan tata usaha.
30
Keputusan Mentri sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti
Sosial di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003
27
Panti Sosial Tresna Werdha mempunyai tugas memberikan bimbingan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, rehabilitatif, promotif
dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi
serta bimbingan lanjut bagi para lanjut usia (lansia) agar mampu mandiri dan
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan
standard pelayanan dan rujukan.31
Teori-teori diatas dapat dijadikan perangkat analisa yang digunakan selain
pengamatan dan penelitian, juga untuk memperkuat dan melegitimasi secara
akademis-ilmiah hasil tinjauan.
Mencangkup
variabel-variabel
secara
menyeluruh,
teori-teori
dapat
membandingkan prespektif seseorang atau hasil wawancara dan temuan
lapangan/observasi yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Hal ini yang
akan mempermudah peneliti menganalisis berbagai masalah dan persoalan yang di
hadapi panti sosial tresna werdha budi mulia 4 Jakarta Selatan.
31
Keputusan Mentri sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti
Sosial di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003.
BAB III
Gambaran Umum
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
A. Profil Lembaga dan Sejarahnya
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 merupakan Unit Pelaksana
Teknis Bidang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dinas Sosial DKI Jakarta.
Sebagai lembaga pelayanan masyarakat, PSTW budi mulia 4 adalah lembaga
pemerintah yang memeberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya
lanjut usia yang tidak mampu / kurang beruntung dengan sumber dana APBD
Provinsi DKI Jakarta.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 berdiri pada tahun 1965 dengan
nama PSTW Budi Mulia Jakarta Timur yang berlokasi di keluarahan Ceger.
Karena pembangunan TMII maka di pindahkan ke Kelurahan Dukuh
Kecamatan Kramat Jati dengan luas lahan 23000M dengan system pelayanan
cottage.
Karena lokasi kelurahan Dukuh ini terletak pada dataran rendah dan sering
dilanada banjir luapan kali Krukut / banjir kiriman dari Bogor, maka pada
tahun 2002 PSTW Budi Mulia di pindahkan ke Jl. Margaguna Radio Dalam
Jakarta Selatan dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia.
28
29
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial.
2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 104 Tahun 2009
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial.
3. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 76 Tahun 2010 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia.
4. Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta No. 33 Tahun
2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaa Pelayan dan Rehabilitasi Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Provinsi DKI Jakarta.
C. Visi dan Misi
VISI
Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial khususnya lanjut usia
terlantar di DKI Jakarta terentas dalam kehidupan yang layak dan berguna.
MISI :
1. Mencegah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya masalah
kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.
2. Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia
terlantar dalam kehidupan yang layak dan berguna
30
3. Pembinaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam melaksanakan
usaha kesejahteraan sosial.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia terlantar yang meliputi
kesejahteraan fisik, sosial, mental, dan agama
D. Tugas Pokok
Tugas pokok Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
adalah memberikan pelayanan dan perawatan jasmani dan rohani kepada
para lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar.
E. Tujuan
Terpenuhinya kebutuhan hidup bagi lanjut usia yang disantuni
seperti kebutuhan jasmani, rohani dan sasial dengan baik sehingga mereka
dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.
F. Sasaran
1) Lanjut usia terlantar umur 60 tahun ke atas
2) Keluarga yang tidak mampu / terlantar
3) Masyarakat yang mau dan mampu berpartisipasi dalam pembinaan
kesejahteraan lanjut usia.
G. Persyaratan Penerimaan Lanjut Usia
1. Warga DKI Jakarta
2. Umur Minimal 60 Tahun
31
3. Terlantar karena tidak ada keluarga atau tidak diurus keluarganya
4. Tidak mampu yang dinyatakan dengan surat keterangan dari lurah
5. Sehat Jasmani dan Rohani
6. Mandiri (mampu mengurus diri sendiri)
7. Bersedia mematuhui peraturan yang ada di panti
H. Prosuder Penerimaan
1. Penyerahan dari Masyarakat
2. Penyerahan dari kepolisian / instansi terkait
3. Dari hasil penertiban
4. Penyerahan dari keluarga
I. Saran dan Program Kegiatan
a. Sarana Fisik
1. Kantor
2. Ruangan WBS
3. Aula / lobby terbuka
4. Poliklinik
5. Dapur umum
6. Musholah
7. Sarana olah raga
8. Rungan keterampilan
9. Ruangan isolasi
10. Kendaraan operasional
32
b. Program Kegiatan
1. Bimbingan Rohani
Islam
4 kali / minggu
Kristen
1 kali / minggu
2. Olahraga, senam lansia 2 kali/minggu
3. Bimbingan Keterampilan
–
Menjahit
–
Membuat keset
–
Membuat bunga
–
Menyulam taplak
4. Pelayanan kesehatan
5. Kesenian
–
Qasidahan
–
Angklung
–
Karaoke
6. Rekreasi
33
7. Penyaluran
–
Kembali ke keluarga
–
Pemakaman / pemulasaran
Gambar 1. Proses Pelayanan
Pendataan
Sasaran
1. Lanjut usia 60 tahun keatas yang:
a. Tidak ada / tidak diketahui oleh keluarganya
ataupun tidak diurus nyata-nyata oleh keluarganya
sehingga terlantar.
b. Lanjut usia yang tidak ingin tinggal di lingkungan
keluarganya melainkan ingin disantuni di panti.
2. Keluarga terutama yang tidak dapat kenyantuni
lanjut usia.
3. Masyarakat terutama yang mampu dan mau
berpatisipasi dalam pembinaan kesejateraan sosial
lanjut usia.
Masyarakat
Proses Pelayanan Dalam Panti
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
Penerimaan
Pendekatan awal
Regristrasi
Penempatan pada
program pelayanan
Bimbingan
Bimbingan Fisik,
Mental dan Sosial
Bimbingan
keterampilan
Penelaahan dan
pengungkapan
masalah.
Resosialisasi
1. Bimbingan kesiapan
peran serta masyarakat
2. Bimbingan sosial hidup
bermasyarakat
3. Pembinaan lanjut
4. Terminasi / Penyaluran
Penerimaan
Layanan
Hasil yang diharapkan
1. Terpenuhuinya kebutuhan jasmani,
rohani dan sosial lanjut usia
sehingga mereka dapat menikmati
hari tuanya dengan diliputi
ketentraman lahir dan batin.
2. Terlestarikannya dan
dikembangkannya nilai sosial
budaya bangsa berkenaan dengan
masalah lanjut usia dalam
memenuhi kebutuhan lanjut usia.
3. a. meningkatnya jumlah anggota
masyarakat yang mau dan mampu
menyantuni lanjut usia dalam
keluarga.
b. meningkatnya dan
melembaganya peran serta
masyarakat dalam pembinaan
kesejahteraan lanjut usia.
34
Gambar 2. STRUKTUR ORGANISASI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4
KEPALA
PANTI
SUB BAGIAN
TATA USAHA
SATUAN PELAKSANA
SATUAN PELAKSANA
PELAYANAAN SOSIAL
PEMBINAAN SOSIAL
SUB KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
Sumber : Brosur Panti Sosial Tresna Werdha 4, Thn 2016
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Temuan Lapangan
Metode Bimbingan bagi warga binaan sosial dilaksanakan berbasis panti
melalui suatu rangkaian proses yang mengacu pada tahapan pertolongan kepada
wbs yaitu lansia (lanjut usai), mulai dari pendataan, penerimaan samapai proses
penyaluran. Disini peneliti mencoba menguraikan proses pelayanan pada wbs
mulai dari awal sebelum dan sesudah pelaksanan bimbingan rohani yang peneliti
fokuskan.
Warga Binaan sosial (WBS) adalah para lansia hasil dari motivasi dan seleksi
yang dilakukan oleh para pegawai PSTW yang terjun langsung kejalan untuk
memberikan informasi dan sosialisasi program kepada lansia yang ada dijalanjalan yang tidak diketahui oleh keluarganya ataupun tidak diurus nyata – nyata
oleh keluarganya sehingga terlantar, serta di masyarakat lansia yang tidak ingin
tinggal di lingkungan keluaga melainkan ingin disantuni di panti dan atau
keluarga yang tidak dapat menyantuni lanjut usia. Bimbingan dan Pelayanan ini
diberikan kepada mereka yang tertarik untuk mengikutinya dan bagi mereka yang
tidak berminat dari PSTW tidak memaksakannya karena jika mereka dipaksa
percuma nanti mereka kabur. Jumlah lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini
kurang lebih terdapat 237 orang lansia. Diantaranya lansia wanita berjumlah 162
orang dan lansia pria berjumlah 75 orang. Pembagian kamar di PSTW Budi Mulia
4 Margaguna ini dikelompokkan menjadi kamar lansia mandiri, lansia setengah
renta, lansia renta, dan kamar observasi yang masing-masing kamar kurang lebih
35
36
bisa mencakup 20 orang. Lansia di PSTW ini yang tergolong lansia renta
termasuk yang terbanyak dibandingkan dengan PSTW lainnya. Jumlah nya bisa
mencapai sepertiga dari populasi seluruhnya. Untuk itu dilakukan pembagian
kamar menurut masing–masing golongan lansia yang ditujukan untuk
menghindari adanya pertikaian dan juga mencegah menularnya suatu penyakit.32
Pembimbing yang memberikan bimbingan dan pelayanan di PSTW ini adalah
mereka yang disebut sebagai pekerja sosial (peksos) dan penyuluh sosial dengan
latar belakang pendidikan baik yang lulusan hanya tingkat SMA sampai sarjana
D3 dan S1. Mereka sudah sangat pengalaman dan tidak diragukan lagi karena
sudah bertahun-tahun dalam memberikan rehabilitasi sosial di PSTW ini.33
Bimbingan dan Pelayanan diberikan di PSTW ini mereka diberikan berbagai
macam jenis-jenis bimbingan dan pelayanan antara lain Pelayanan Pengasramaan,
Bimbingan sosial, Pelayanan Konseling, Pelayanan Kesehatan, Pelayanan
Pendidikan, Pelayanan Keterampilan, Pelayanan Pembinaan Rohani, dan
Pelayanan Rekreasi dan Hiburan.34
Pemberian Bimbingan dan Pelayanan di PSTW memiliki tahapan-tahapan yaitu
sebagai berikut :
1. Pendataan
Adalah serangkaian kegiatan untuk mendapatkan data, dan peran serta dalam
pelaksanaan program, termaksud upaya memperoleh gambaran potensialitas
sumber-sumber pelayanan, serta untuk mendapatkan calon WBS.
32
Observasi pada saat penelitian dari bulan September 2016.
Ibid.
34
Ibid.
33
37
Dalam Pendataan ini PSTW juga mendapatkan informasi tentang Lansia dari
masyarakat, kepolisian dan instansi/dinas-dinas sosial.
“Informasi kita dapat dari masyarakat, keluarga dan kepolisan atau
instansi dan dinas-dinas sosial diwilayah jakarta. Kita kerja sama
dengan mereka, nah kita membuat surat pengantar yang berisi untuk
pengadaan calon warga binaan sosial, kemudian kita datang ke kantor
pemda dan dinas sosial tersebut, kita koordinasi dengan aparat
setempat. Nah kita minta data lansia, misalnya diwilayah Jakarta ada
berapa banyak. Kemudian kita menjalin kerja sama maksudnya
seandainya dinas social Jakartar, mereka berhasil mendapatkan lansia
terlantar kita minta dikirimkan kepanti kita. Nah disitu setelah
dikirimkan nanti kita bina. Dapat informasinya didapat dari dinas
social intinya.”35
Kemudian di Identifikasi, Ialah kegiatan upaya untuk memperoleh data yang
lebih rinci tentang diri lansia serta potensi lingkungan, termasuk sumber-sumber
pelayanan sosial.
“Identifikasi adalah pendataan juga, maksudnya calon-calon klien
yang nanti akan masuk kedalam panti. Di data tentang data klien,
nama, alamat, umur itu identifikasi. Biasanya kita lakukan di tempat
lokasi orientasi. Petugas PSTW datang ke keluarga dan instasi/dinas
sosial. Oleh aparat dinas sosial sudah dikumpulkan keluarga-keluarga
yang tidak mampu menyantuni lansia diaula kantor, kemudian petugas
PSTW mengadakan penyuluhan. Dan mengadakan identifikasi pula,
disitu kita mencatat. Mulai dari nama, status, umur, pekerjaan itu
identifikasi. Itu kita menanyakan masalahnya apa yang dihadapi.
Umumnya masalah sosial.”36
Dalam melakukan identifikasi PSTW juga ada faktor penghambat dan
pendukung yaitu:
35
Wawancara pribadi dengan seksi Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial, ibu Ns. Yunur
Nawangsih, S.Kep. September 2016.
36
Ibid
38
“Faktor penghambat dalam melaksanakan indentifikasi ialah kadang
dari calon wbs tidak terbuka atau tidak jujur. Misalanya ketika
bertanya tentang usia, mereka mengatakan misalanya 65 tahun
padahal seharusnya 60 tahun. Atau disitu mereka punya pekerjaan,
namun disebutkan mereka sudah tidak bekerja. Nanti setelah klien
masuk ke dalam panti, akan ketahuan apakah misalnya mereka punya
pekerjaan atau tidak. Ini salah satu hambatannya tidak terbuka dan
tidak jujur, hal ini ada beberapa orang yang melakukan seperti itu.
Faktor pendukung identifikasi, pada umumnya antusias untuk tinggal
di dalam panti kepada calon klien ini cukup tinggi. Misalnya, dalam
mengikuti pembinaan di dalam panti mereka mau dan ada semangat
untuk merubah nasib mereka. Ketika kita memberikan penyuluhan
disitu ada tanggapan, ada respon dari calon klien. Misalnya petugas
PSTW memberikan penyuluhan, bahwa nanti ada bimbingan rohani,
fisik, keterampilan, mereka sangat antusias dan ada kemamuan.”37
Kemudian
setelah
itu
mereka
diseleksi,
dengan
kegiatan
pengelompokan/klasifikasi, untuk menentukan siapa yang memenuhi
persyaratan dan siapa yang tidak dapat diterima menjadi calon
penerima pelayanan.
2. Penerimaan
Adalah serangkaian kegiatan administratif maupun teknis meliputi registrasi,
dan penempatan dalam program bimbingan dan pelayanan yang dilaksanakan
pada saat calon penerima pelayanan hasil seleksi secara syah diterima sebagai
klien definitif di panti.
“Jadi penerimaannya WBS itu kan datang dengan sendirinya, ada juga
yang kiriman dari keluarga dan instansi/dinas sosial, nanti setelah
mereka datang kesini kita terima tentu saja yang sudah melalui seleksi,
kemudian kita identifikasi lagi mengenai identitas klien sama ada
beberapa point yang mereka harus tau mengenai tata tertib di PSTW
dan kegiatan apa saja yang harus dilaksakan di PSTW ini. Setelah itu
ada tes kesehatan ke poliklinik kalo dia sesuai dengan sasaran garapan
dan juga tidak mempunyai kelainan fisik, disinikan kita garapannya
37
Wawancara pribadi dengan seksi Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial, ibu Ns. Yunur
Nawangsih, S.Kep, September 2016.
39
Lansia yang potensial yang tidak mempunyai cacat atau kelainan
mental.”38
Kegiatan penerimaan tersebut secara operasional adalah sebagai berikut :
a.
Registrasi
Ialah kegiatan registrasi administrasi pencatatan dalam buku induk penerima
pelayanan (setiap penerima pelayanan 1 klien agar diberi NIP/NIK) dan
mengkompilasikan berbagai formulir isian untuk mendapatkan penerima
pelayanan definitif lengkap dengan segala informasi/biodatanya.
“Registrasi secara langsung memang ditangani oleh pegawai sendiri.
Kita punya buku register dan di awal mereka dikasih blangko seleksi
awal tadi kemudian kita data kita identifikasi. mencatat data-data
pribadi klien yang sudah masuk seperti nama, alamat, usia, pekerjaan,
masalah yang dihadapi. Semuanya ini di catat baru kemudian kita ada
semacam pernyataan bahwa dia harus sanggup menaati semua
peraturan disini, langsung dia tanda tangan surat pernyataan itu dan
siap mereka mengikuti apa yang ada di PSTW ini.”39
Dalam tahap ini regristrasi ada juga yang menjadi faktor penghambat yaitu:
“Faktor dalam tahap registrasi sebenarnya tidak begitu banyak, hanya
saja biasanya data yang kita dapat itu tidak sesuai dengan data yang
sebenarnya,terkadang ada yang lupa atau tidak tahu saat ditanya data
dirinya dan juga biasakan ada calon klien yang datang nah banyak itu
pas bukan jam kerja atau hari libur, jadi kita juga bingung untuk
mendatanya terpaksa kita tampung dulu, kita nginapkan dia di
pondokan yang belum terisi atau yang masih kosong sampai jam
kerja.”40
38
Ibid.
Wawancara pribadi dengan koordinator Peksos,ibu Eden Mulyaningsih, S.Sos,
September 2016.
40
Ibid.
39
40
b.
Pengasramaan dan Penempatan dalam program bimbingan dan pelayanan
Jumlah lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini kurang lebih terdapat
237 orang lansia. Diantaranya lansia wanita berjumlah 162 orang dan lansia pria
berjumlah 75 orang. Pembagian kamar di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini
dikelompokkan menjadi kamar lansia mandiri, lansia setengah renta, lansia renta,
dan kamar observasi yang masing-masing kamar kurang lebih bisa mencakup 20
orang. Lansia di PSTW ini yang tergolong lansia renta termasuk yang terbanyak
dibandingkan dengan PSTW lainnya. Jumlahnya bisa mencapai sepertiga dari
populasi seluruhnya. Untuk itu dilakukan pembagian kamar menurut masing–
masing golongan lansia yang ditujukan untuk menghindari adanya pertikaian dan
juga mencegah menularnya suatu penyakit. Dan penempatan dalam program
bimbingan dan pelayanan Adalah kegiatan pengelompokan bakat dan minat para
penerima bimbingan dan pelayanan (WBS) dipadukan dengan program
bimbingan, khususnya program pelayanan praktis yang sudah diprogramkan
(sesuai dengan inventarisasi pasaran) untuk menambahkan semangat dan
kecintaan untuk mengikuti bimbingan dan pelayanan tersebut.
“Tahapan penempatan calon klien yang sudah di data, kemudian
diarahkan ke asrama yang masih kosong oleh petugas pembimbing.
Biasanya untuk ditempatkan pada satu rumah. Umumnya satu kamar
memiliki perbedaan dalam keterampilan. Pembauran dalam satu
asrama di tujukan untuk saling mengenal.41
41
Wawancara pribadi dengan koordinator Peksos, ibu Eden Mulyaningsih, S.Sos,
September 2016. September 2016.
41
3. Bimbingan Rohani
A. Metode Bimbingan Rohani
Usia lansia adalah usia yang paling rentan terkena stres dan depresi karena
ketidak terimaan diri dengan apa yang dialami, tidak hanya stres dan depresi yang
dialami, masih banyak sekali masalah-masalah yang sering muncul pada diri
lansia, diantaranya permasalahan fisik, mental dan sosial. Dari permasalahanpermasalahan itu tidak jarang akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri.
Pada lansia permasalahan psikologis pun akan muncul, terutama muncul
bila lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar atas segala permasalahannya.
Rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan,
khawatir, kesepian, depresi, kecemasan menghadapi kematian, merupakan
sebagian kecil yang harus dihadapi para lansia. Itu semua menyebabkan rasa tidak
bahagia. Rasa tidak bahagia disebabkan oleh cara berfikir yang negatif terhadap
diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka percaya hidup sendirian itu
mengerikan dan merasa cemas sebab bertambah tua tanpa keluarga atau
seorangpun yang dicintai adalah hal yang menakutkan.42
Bimbingan Rohani adalah serangkaian kegiatan teknis operasional yang
diarahkan untuk pulihnya kembali harga diri, kepercayaan diri, disiplin,
kemampuan integrasi, kesadaran dan tanggung jawab sosial kemampuan
penyesuaian diri dan penguasaan satu atau lebih jenis keterampilan sebagai bekal
dalam tatanan hidup masyarakat.
“Bimbingan rohani di PSTW wajib di ikuti oleh setiap WBS baik lakilaki maupun perempuan, terutama yang beragama islam. Sementara
42
David D. Burns,Menggapai Kesepian, Program Baru yang Telah diuji Secara Klinis
untuk Mengatasi Kesepian. ed. Ardy Handoko, (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 7.
42
yang beragama non muslim ada tersendiri sudah disiapkan Pembina
yang beragama non muslim juga.”43
Proses kegiatan ini yang peneliti fokuskan untuk mengetahui metode
pelaksaan bimbingan rohani dan mengetahui faktor apa saja yang menjadi
pendukung dan penghambat terlaksananya bimbingan rohani.
1. Metode Bimbingan Rohani Individual.
Adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan
dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri
terbimbing atau klien. Untuk itu, dalam teknik ini jalannya wawancara setiap
pembimbing atau konselor melakukan pencatatan atau mungkin pula direkam agar
bimbingan berjalan dengan kemudahan.44
Pembimbing mempunyai peranan penuh dalam mengarahkan sesuai
dengan masalah yang dihadapi lansia ini biasanya dilakukan secara personal.
Dalam metode individu ini pembimbing berusaha melakukan pendekatan yang
lebih kepada lansia. Menanyakan apa yang sedang dialami dan dirasakan. Ketika
seorang lansia mempunyai semangat yang besar dalam beribadah maka
pembimbing memprioritaskan dirinya untuk bisa dibimbing secara personal.
Ataupun sebaliknya jika lansia membutuhkan bimbingan dan perlu akan adanya
seorang pembimbing maka pembimbing pun membantu dalam permasalahannya
itu.45
43
Wawancara pribadi dengan penanggung jawab Bimroh (Bimbingan Rohani), bpk. Ust.
Budi Budiyanto, September 2016.
44
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah 2008 ), h. 122
45
Observasi pada saat penelitian dari Bulan Juli sampai Oktober 2016.
43
Dan beberapa teknik yang diterapkan pada metode individual adalah
sebagai berikut :
a. Teknik Direktif
Adalah salah satu teknik yang diberikan dan digunakan bagi lansia yang
mengalami kesulitan dalam memahami dan memecahkannya. Maka pengarahan
yang diberikan pembimbing ialah memberikan secara lansung jawaban-jawaban
terhadap faktor-faktor yang dianggap menjadi penyebab timbulnya masalah pada
diri terbimbing. Namun selanjutnya, pembimbing membantu mengarahkan lansia
kepada kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa bermanfaat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Teknik ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi
kesulitan (problema) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien
ialah
dengan
memberikan
secara
langsung
jawaban-jawaban
terhadap
permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi.46
b. Non Direktif
Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Carl Rogers yang dikenal dengan
“Clien Centered Counseling” dan pada teknik ini yang menjadi pusat ialah
terbimbing. Pembimbing hanya membantu memberikan dorongan dalam
memecahkan masalah klien, dan keputusan terletak pada terbimbing. Dan dalam
teknik ini mengaktifkan diri terbimbing dalam mengungkapkan dan memecahkan
masalah dirinya, serta tugas pembimbing berupaya mendorong tumbuhnya
tanggung jawab pada diri WBS.
46
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h. 44-49.
44
Ada juga dalam bimbingan individual ini seperti bedah kasus atau disebut
juga case conference, jadi bagaimana WBS yang ada masalah atau kasus yang
pembimbingnya tidak mampu menyelesaikan sendiri, jadi kita angkat dalam case
conference dengan mengundang psikolog, pembimbing agama atau bintal dan
juga dokter, di dalam case conference itu bisa di kasih masukan-masukan atau
saran-saran apa saja yang berkaitan dengan masalah yang dialami WBS
tersebut.”47
Dalam bimbingan individual ini ada sedikitnya faktor penghambat yaitu:
“Kalau dalam pelaksanaannya sebenernya tidak begitu banyak menghambat ya,
paling kalau misalnya kita sudah mengundang dokter, perawat, bintal itu salah
satu suka tidak datang karena mungkin ada kesibukan lain. Kalau selebihnya
dalam pegawai panti sendiri bisa-bisa saja.”48
2. Metode Bimbingan Rohani Kelompok.
Metode yang digunakan oleh pembimbing selain metode individual adalah
metode kelompok, dimana pembimbing mengumpulkan para lansia untuk
mengikuti kegiatan bimbingan dan bersama-sama mendapatkan pelajaran dan
pembinaan dari pembimbing yang sifatnya ceramah, diskusi dan berbincangbincang sambil santai. Dan biasanya dilakukan dengan berupa dorongan-dorongan
yang positif, bersifat santai, dan hiburan yang mendidik. Disana mereka menjadi
satu dari yang pengamalan ibadahnya yang sudah mantap sampai yang baru
47
Wawancara pribadi dengan penanggung jawab Bimroh (Bimbingan Rohani), bpk. Ust.
Budi Budiyanto, September 2016., September 2016
.
45
belajar dan untuk bisa meningkatkan kualitas ibadahnya, maka bersama-sama
mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut.
Para Warga Binaan Sosial (WBS) di kumpulkan di sebuah ruangan serba
guna/aula kemudian pebimbing memberikan materi berupa keagamaan, setelah
memberikan ceramah keagamaan ada tanya jawab dari WBS berkaitan dengan
materi yang disampaikannya. Ceramah keagamaan ini bertujuan untuk pemenuhan
spiritual, merubah sikap normatif/akhlak pada WBS.
Materi yang diberikan pembimbing kepada lansia adalah materi yang
berhubungan dengan bimbingan rohani atau spiritual seperti : membaca AlQur‟an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak
dan pengetahuan lainnya. Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh
pembimbing bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits Nabi karena kedua sumber
ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Di dalam bimbingan rohani ini,
pembimbing memberikan metode yang praktis dan mudah dimengerti oleh lansia,
dikarenakan lansia itu memiliki keterbatasan dalam menangkap apa yang
diberikan oleh pembimbing, Dan dalam bimbingan rohani tersebut pembimbing
memberikan jalan yang mudah kepada lansia yaitu agar lansia ketika sulit untuk
menghafal doa maka pembimbing mengarahkan agar lansia setiap melakukan
apapun harus diawali dengan “bismillah” dan diakhiri dengan “alhamdulillah”.
Tujuan lain dari penyampaian materi ceramah keagamaan ini adalah:
1.
Mempunyai pengetahuan tentang agama secara luas
2.
Mempunyai pengetahuan tentang hukum dan syariat dalam agama
3.
Mampu mempelajari dan membedakan antara yang halal dan haram
4.
Mampu bersikap lebih sabar dan tawakal
46
5.
WBS bisa merasakan kenikmatan beragama.
Dalam bimbingan kelompok pemberian arahan atau motivasi ini biasanya
dilakukan pada saat setelah ceramah agama disampaikan, jadi pembimbing setelah
memberikan ceramah keagamaan sebelum penutup dengan doa ada pemberian
arahan, biasanya dilakukan dengan cara permainan (games) dan diakhir
permainan itu di jelaskan pelajaran apa atau manfaat yang bisa diambil dari
permainan tersebut tentang kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari pemberian arahan atau motivasi ini adalah:
1.
Mampu bertindak secara efisien
2.
Memiliki tujuan hidup yang jelas
3.
Mampu mengkonsep diri
4.
Mampu mengkoordinasikan antara segenap potensial dengan usaha-usahanya
5.
Memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian
6.
Memiliki batin yang tenang.
7.
Posisi pribadinya seimbang dan baik
8.
Selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkunganya.
Waktu pelaksanaan bimbingan rohani kelompok yaitu 4 kali dalam seminggu,
yang bertempat di musholah dan ruang serba guna/aula.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Bimbingan Rohani
Pelaksaan Bimbingan Rohani terdapat faktor pendukung dan penghambat,
dalam proses pelaksanaan bimbingan rohani yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat tersebut diantara lain yaitu:
47
a. Faktor Pendukung
1. Tenaga pengajar yang kopenten di bidangnya, memiliki keahlian dan
ilmu/materi yang dapat di terapkan dalam pelaksanaan bimbingan rohani.
2.
Sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSTW sangat mendukung untuk
berlangsungnya pembinaan mental, seperti gedung aula, sound system, papan
tulis, infokus dan laptop.
3. Anggaran dana yang langsung di berikan sepenuhnya dari pemerintah Daerah
Provinsi DKI Jakarta.
4.
Dari WBS itu sendiri adanya rasa keinginan yang kuat untuk mau merubah
dirinya dan bertekad ingin lebih baik lagi setelah dari PSTW ini.
5. Kerja sama dengan intasi pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Sosial dan
Kepolisian DKI Jakarta.
b.
Faktor Penghambat
1. Adanya kejenuhan dan malas-malasan dari WBS dalam mengikuti kegiatan
Bimbingan Rohani.
2. Keterbatasan dana yang di alokasikan untuk proses kegiatan bimbingan
rohani masih sangat terbatas.
3. Fasilitas yang masih belum begitu lengkap, dan gedung aula yang terkadang
berbenturan pelakasaan bimbingan rohani dengan cek kesehatan yang
dilaksanakan di dalam gedung aula, dll.
4. WBS yang berbeda pendidikan dan pengalaman, hal ini juga menjadi faktor
penghambat dalam penyampaian materi yang akan di berikan oleh
pembimbing.
5.
Waktu yang sangat terbatas.
48
4. Resosialisasi
Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang bersifat dua arah yaitu di satu
pihak untuk mempersiapkan WBS agar dapat berintegrasi penuh ke dalam
kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif, dan di satu pihak lagi
untuk mempersiapkan masyarakat khususnya masyarakat daerah asal atau
lingkungan masyarakat di lokasi WBS tinggal agar mereka dapat menerima,
memperlakukan dan mengajak serta untuk berintegrasi dengan kegiatan
kemasyarakatan. Adapun kegiatan resosialisasi meliputi beberapa hal sebagai
berikut :
a.
Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat
Ialah kegiatan bimbingan/tuntunan pendekatan untuk menumbuhkan kemauan
keluarga, masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi sosial.
b.
Bimbingan sosial hidup bermasyarakat
Ialah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan agar WBS tersebut
dapat melaksanakan seluruh kegiatanya sesuai dengan norma yang berlaku dan
menghindari kegiatan yang menjadi larangan-larangan masyarakat.
c.
Pemberian bantuan stimulans keterampilan
Ialah serangkaian kegiatan pengadaan bantuan peralatan dan bahan untuk
mempersiapkan WBS dapat melaksanakan kegiatan keterampilan.
5. Penyaluran
Adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan penerima
pelayanan kedalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat secara normatif
baik dilingkungan keluarga dan masyarakat.
49
“Penyaluran biasanya WBS itu kita kembalikan kepada keluarganya
masing-masing, tetapi ada juga yang ingin tetap di panti.”49
Ada juga faktor penghambat dalam penyaluran yang dilakukan PSBK antara
lain:
“Yang menjadi faktor penghambat paling hanya dalam penyaluran
biasanya ada juga WBS yang betah di panti dan tidak mau di
pulangkan, karena mereka belum siap.”50
Hasil yang diharapkan
1. Terpenuhuinya kebutuhan jasmani, rohani dan sosial lanjut usia sehingga
mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan
batin.
2. Terlestarikannya dan dikembangkannya nilai sosial budaya bangsa
berkenaan dengan masalah lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan lanjut
usia.
3. a. meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang mau dan mampu
menyantuni lanjut usia dalam keluarga.
b. meningkatnya dan melembaganya peran serta masyarakat dalam
pembinaan kesejahteraan lanjut usia.
B. Analisa Hasil Temuan
Skripsi ini ditulis untuk menjelaskan secara deskriptif analitis terkait dengan
temuan lapangan. Analisa tersebut menggunakan kecendrungan subjektif yang
tidak terlepas diri secara terbuka dari nilai-nilai objektifitas. Perangkat analisa
49
50
Wawancara pribadi dengan seksi Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial September 2016.
Ibid.
50
yang digunakan selain pengamatan dan penelitian, juga menggunakan refrensi
untuk memperkuat dan melegitimasi secara akademis-ilmiah hasil tinjauan.
Selanjutnya akan di jelaskan deskriptif analitis terkait dengan hasil temuan di
lapangan. Fokus analisanya terletak pada metode bimbingan rohani yang di
laksanakan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta.
Analisa hasil temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bimbingan Rohani adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang yang
mengalami kesulitan rohaniyah dalam lingkaran hidupnya agar ia mampu
mengatasi sendiri masalahnya karena timbul kesadaran atau penyerahan diri
terhadap kekuasaan Tuhan sehingga pada dirinya timbul suatu cahaya harapan
kebahagiaan hidup.51 Bimbingan lansia menurut Faisal Sanapiah dalam Natalia
merupakan sebuah proses bimbingan kembali terhadap yang sudah lanjut usia
yang mana mereka mempunyai latar belakang pembinaan agama yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain. Proses bimbingan lansia merupakan
pendidikan lanjutan bagi orang dewasa dan suatu bentuk pendidikan luar
sekolah.52
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, metode
bimbingan rohani yang dilakukan pembimbing di PSTW ini, menggunakan dua
metode yaitu metode secara individual dan kelompok, yang keduanya bersifat
mengarahkan dan pemberian motivasi.
51
HM.Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:
Bulan Bintang, 1985), hlm. 97.
52
Natalia Minaswari, Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia…, hlm. 10.
51
1. Analisa Metode Bimbingan Individual
Dari hasil penelitian, bimbingan individu adalah pengungkapan dan
pemahaman masalah dalam upaya untuk menelusuri, menggali faktor-faktor
penyebab masalahnya tanggapannya serta kekuatan-kekuatannya dalam upaya
membantu dirinya sendiri. Hal ini dapat dikaji, dianalisa dan diolah untuk
membantu upaya pelayanan sosial, dan resosialisasi bagi penerima bimbingan dan
pelayanan (klien). Seperti di ketahui bahwa banyak permasalah yang dialami oleh
WBS dalam hal ini adalah lansia, permasalah yang mencangkup secara
keseluruhan yang dapat mengakitbatkan permasalah sosial.
Permasalah secara umum yang dialami seperti halnya, Masalah kemiskinan,
Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu menyantuni kebutuhan dasar
minimal dan jangkauan pelayanan umum sehingga tidak dapat mengembangkan
kehidupan secara layak disisa hidupnya. Masalah Pendidikan, Pada umumnya
tingkat pendidikan lansia relatif rendah sehingga menjadi kendala untuk
memperoleh pekerjaan yang layak. Masalah keterampilan kerja, Pada umumnya
lansia tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.
Masalah sosial budaya, Ada beberapa faktor sosial budaya yang mempengaruhi
seorang lansia. Rendahnya harga diri, Rendahnya harga diri pada sekelompok
orang. Sikap pasrah pada nasib, Mereka menganggap bahwa menjadi tua dan
kondisi mereka sebagai lansia adalah kodrat.
Pembinaan lansia dimasukkan dalam pendidikan orang dewasa dikarenakan
manusia yang telah berusia lanjut adalah orang yang telah melewati usia dewasa
yang diistilahkan dengan reconstruction of personality atau proses pembinaan
52
kembali. Pembinaan pada lansia juga bisa dimasukkan dalam pendidikan luar
sekolah dikarenakan pembinaan pada lansia tidak terikat dengan bangku sekolah.
Pendidikan luar sekolah terjadi pada setiap kesempatan yang berpeluang untuk
saling berkomunikasi secara teratur dan terarah di luar sekolah dalam memperoleh
informasi, pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai dengan usia dan
kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap
dan nilai- nilai yang memungkinkan untuk menjadi peserta-peserta yang efisien
dan efektif dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan bahkan
negaranya.53
Jadi disini pembimbing mempunyai peranan penuh dalam mengarahkan
sesuai dengan masalah yang dihadapi lansia biasanya dilakukan secara personal.
Dalam metode individu ini pembimbing berusaha melakukan pendekatan yang
lebih kepada lansia. Menanyakan apa yang sedang dialami dan dirasakan. Ketika
seorang lansia mempunyai semangat yang besar dalam beribadah maka
pembimbing memprioritaskan dirinya untuk bisa dibimbing secara personal,
ataupun sebaliknya jika lansia membutuhkan bimbingan dan perlu akan adanya
seorang pembimbing maka pembimbing pun membantu dalam permasalahannya
itu, dengan teknik direktif maupun non direktif dan juga secara case conference.
2. Analisa Metode bimbingan rohani kelompok
Dengan adanya metode kelompok pun, maka pembimbing berusaha bisa
menyatukan para lansia untuk berkumpul bersama, beribadah bersama, bisa
bersosialisasi dengan baik. Bergaul dengan teman, bisa berdoa dan bersyukur
bersama-sama. Mereka disana menjadi satu dari yang pengalaman Ibadahnya
sudah mantap sampai yang baru belajar. Para WBS di kumpulkan di sebuah
53
Natalia Minaswari, Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia…, hlm. 10.
53
ruangan serba guna/aula kemudian pembimbing memberikan materi berupa
keagamaan, setelah memberikan cerah keagamaan ada Tanya jawab dari WBS
berkaitan dengan materi yang disampaikannya. Ceramah keagamaan ini bertujuan
untuk pemenuhan spiritual, merubah sikap normatif/akhlak pada WBS.54
Materi yang diberikan pembimbing kepada lansia adalah materi yang
berhubungan dengan bimbingan rohani atau spiritual seperti : membaca AlQur‟an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak
dan pengetahuan lainnya. Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh
pembimbing bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits Nabi karena kedua sumber
ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Di dalam bimbingan Islam ini,
pembimbing memberikan metode yang praktis dan mudah dimengerti oleh lansia,
dikarenakan lansia itu memiliki keterbatasan dalam menangkap apa yang
diberikan oleh pembimbing, Dan dalam bimbingan rohani tersebut pembimbing
memberikan jalan yang mudah kepada lansia yaitu agar lansia ketika sulit untuk
menghafal doa maka pembimbing mengarahkan agar lansia setiap melakukan
apapun harus diawali dengan “bismillah” dan diakhiri dengan “alhamdulillah”.
Pada intiya pembimbing memberikan arahan yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh lansia, agar dalam pengamalannya lansia tidak merasa kesulitan,
karena Allah tidak menyulitkan kita, jika kita mau dan berusaha insyaAllah kita
bisa menjalaninya.
Tujuan lain dari penyampaian materi ceramah keagamaan ini adalah:
1. Mempunyai pengetahuan tentang agama secara luas,
2. Mempunyai pengetahuan tentang hukum dan syariat dalam agama,
54
Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan September 2016
54
3. Mampu mempelajari dan membedakan antara yang halal dan haram,
4. Mampu bersikap lebih sabar dan tawakal,
5. WBS bisa merasakan kenikmatan beragama.
Metode bimbingan kelompok juga memberikan pengarahkan dan pemberian
motivasi yang biasanya dilakukan pada saat setelah ceramah agama disampaikan,
jadi penyuluh setelah memberikan ceramah keagamaan sebelum penutup dengan
doa ada pemberian motivasi, biasanya dilakukan dengan cara permainan (games)
dan diakhir permainan itu di jelaskan pelajaran apa/manfaat yang bisa diambil dari
permainan tersebut tentang kehidupan sehari-hari. Tetapi pemberian motivasi ini
tidak hanya pada saat dalam ceramah keagamaan saja, bisa juga pada saat
konseling kelompok atau konseling individu. Bisa juga pada saat case conference
(pembahasan masalah) dengan WBS yang bermasalah.55
Tujuan dari pemberian motivasi ini adalah:
1. Mampu bertindak secara efisien,
2. Memiliki tujuan hidup yang jelas,
3. Mampu mengkonsep diri,
4. Mampu mengkoordinasikan antara segenap potensial dengan usaha-usahanya,
5. Memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian,
6. Memiliki batin yang tenang,
7. Posisi pribadinya seimbang dan baik,
8. Selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkunganya.
55
Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan September 2016
55
Dari kedua metode yang diterapkan kepada lansia maka dapat dikatakan
pelaksanaan bimbingan Rohani terhadap lansia sudah cukup bagus dan efektif
dengan metode-metode yang digunakan oleh pembimbing, akan tetapi masih perlu
untuk ditingkatkan supaya lansia dimasa tuanya memiliki kualitas rohani dan
ibadahnya yang lebih baik lagi.
Namun dalam kesuksesan pelaksanaan pelayanan bimbingan rohani di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 (PSTW) terdapat beberapa faktor pendukung
dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya, Tenaga pengajar yang kopenten
di bidangnya, memiliki keahlian dan ilmu/materi yang dapat di terapkan dalam
pelaksanaan bimbingan rohani, sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSTW
sangat mendukung untuk berlangsungnya bimbingan rohani, seperti gedung aula,
sound system, papan tulis, infokus dan laptop, anggaran dana yang langsung di
berikan sepenuhnya dari pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta, dari WBS itu
sendiri adanya rasa keinginan yang kuat untuk mau merubah dirinya dan bertekad
ingin lebih baik lagi setelah dari PSTW ini, dan kerja sama dengan intasi
pemerintah dalam hal ini adalah kepolisian dan instansi terkait. Sementara faktor
Penghambatnya. Adanya kejenuhan dan malas-malasan dari WBS dalam
mengikuti kegiatan, keterbatasan dana yang di alokasikan untuk proses kegiatan
bimbingan rohani masih sangat terbatas, fasilitas yang masih belum begitu
lengkap, dan gedung aula yang terkadang berbenturan pelakasaan bimbingan
rohani dengan cek kesehatan yang dilaksanakan di dalam gedung aula, WBS yang
berbeda pendidikan dan pengalaman, hal ini juga menjadi faktor penghambat
dalam penyampaian materi yang akan di berikan oleh pembimbing, dan waktu
yang sangat terbatas.
56
Pemanfaatan pendukung yang ada untuk mewujudkan perubahan sosial
adalah hal penting supaya kegiatan pelayanan sosial dan bimbingan rohani tidak
hanya ideal pada tataran konsep, tetapi disertai dengan kinerja maksimal menuju
tercapainya tujuan ideal yaitu mengantarkan warga binaannya menjadi mapan dan
mampu mengembangkan potensi dalam dirinya agar merubah baik dari sisi
spiritual dan tergolong pada kelompok masyarakat yang hidup layak untuk
kemudian hari.
Namun dapat kita sadari mewujudkan idealisme tidak semudah yang kita
bayangkan, dalam prosesnya selalu terdapat kendala. Salah satu yang patut
mendapat perhatian lebih ialah dari individunya sendiri, terkadang adanya rasa
jenuhan dan malas-malasan dalam mengikuti rehabilitasi dan bimbingan rohani,
belum lagi keterbatasan dana, sarana dan prasaran yang kurang memadai, tingkat
pendidikan yang berbeda dan waktu yang sangat terbatas. Untuk mengatasi itu
semua di perlukan komitmen yang kuat untuk bergerak dan memperbaiki hal
tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, sebagaimana telah di
uraikan dalam pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti mencoba
menyimpulkan bimbingan dan pelayanan sosial berbasis panti yang ada di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 mengenai metode bimbingan rohani. Peneliti
mencoba untuk menguraikan kesimpulan metode bimbingan rohani di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta, sebagai berikut:
1.
Metode Bimbingan Rohani
Di bawah ini adalah metode kegiatan bimbingan rohani yang di laksanakan
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4:
a. Bimbingan Rohani Individual
Adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan
dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada
diri terbimbing atau klien. Untuk itu, dalam teknik ini jalannya wawancara
setiap pembimbing atau konselor melakukan pencatatan atau mungkin pula
direkam agar bimbingan berjalan dengan kemudahan.
bimbingan individual ini seperti bedah kasus atau disebut juga case
conference, jadi bagaimana WBS yang ada masalah atau kasus yang
pembimbingnya tidak mampu menyelesaikan sendiri, jadi kita angkat dalam
case conference dengan mengundang psikolog, pembimbing agama atau bintal
dan juga dokter, di dalam case conference itu bisa di kasih masukan-masukan
57
58
atau saran-saran apa saja yang berkaitan dengan masalah yang dialami WBS
tersebut.
Pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani di sediakan ialah dengan kegiatan
bimbingan/tuntunan untuk memahami diri sendiri, dan orang lain dengan
belajar keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi serta
mengubah sikap normatif agar lebih baik.
b. Metode Bimbingan Rohani Kelompok
Para WBS di kumpulkan di sebuah ruangan serba guna/aula kemudian
penyuluh memberikan materi berupa keagamaan, setelah memberikan cerah
keagamaan ada Tanya jawab dari WBS berkaitan dengan materi yang
disampaikannya. Ceramah keagamaan ini bertujuan untuk pemenuhan spiritual,
merubah sikap normatif/akhlak pada WBS. Dan juga pemberian arahan dan
motivasi biasanya dilakukan pada saat setelah ceramah agama disampaikan, jadi
penyuluh setelah memberikan ceramah keagamaan sebelum penutup dengan doa
ada pemberian motivasi, biasanya dilakukan dengan cara permainan (games) dan
diakhir permainan itu di jelaskan pelajaran apa/manfaat yang bisa diambil dari
permainan tersebut tentang kehidupan sehari-hari. Tetapi pemberian motivasi ini
tidak hanya pada saat dalam ceramah keagamaan saja, bisa juga pada saat
konseling kelompok atau konseling individu. Bisa juga pada saat case conference
(pembahasan masalah) dengan WBS yang bermasalah.
2.
Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Faktor Pendukung
1. Tenaga pengajar yang kopenten di bidangnya, memiliki keahlian dan
ilmu/materi yang dapat di terapkan dalam pelaksanaan bimbingan rohani.
59
2. Sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSTW sangat mendukung untuk
berlangsungnya bimbingan rohani, seperti gedung aula, sound system, papan
tulis, infokus dan laptop
3. Anggaran dana yang langsung di berikan sepenuhnya dari pemerintah daerah
Provinsi DKI Jakarta.
4. Dari WBS itu sendiri adanya rasa keinginan yang kuat untuk mau merubah
dirinya dan bertekad ingin lebih baik lagi setelah dari PSTW ini.
5. Kerja sama dengan intasi pemerintah dalam hal ini adalah kepolisian dan
instansi terkait/dinas sosial.
b. Faktor Penghambat
1.
Adanya kejenuhan dan malas-malasan dari WBS dalam mengikuti kegiatan
bimbingan rohani.
2.
Keterbatasan dana yang di alokasikan untuk proses kegiatan bimbingan
rohani masih sangat terbatas
3.
Fasilitas yang masih belum begitu lengkap, dan gedung aula yang terkadang
berbenturan pelakasaan bimbingan rohani dengan cek kesehatan yang
dilaksanakan di dalam gedung aula
4.
WBS yang berbeda pendidikan dan pengalaman, hal ini juga menjadi faktor
penghambat dalam penyampaian materi yang akan di berikan oleh
pembimbing
5. Waktu yang sangat terbatas.
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang dilakukan pihak panti
dan dengan disertai keterbatasan seoarang peneliti sebagai manusia biasa yang
60
meliki keterbatasan dan tak luput dari kesalah yang baru belajar tentang
pengetahuan bimbingan rohani, di bawah ini akan di catat beberapa rekomendasi
yang barang kali mampu memberikan masukan bagi panti untuk kinerja dan
ektifitas kegiatan pemberdayaan di kemudian hari.
1.
Memperbaiki kinerja kerja para pegawai panti dalam segala hal misalnya
kedisiplinan, etos kerja, sikap, tingkah laku, kepribadian dan lain sebagainya.
Serta meningkatkan potensi kopetensi pegawai sesuai bidang yang di
gelutinya.
2.
Membangun kembali mitra kerja di beberapa wilayah yang belum tersentuh,
agar jangkauan penelusuran terhadap gepeng semakin luas dalam upaya
menanggulangi masalah kesejahteraan sosial serta menumbuhkembangkan
masyarakat yang berpotensi dan memiliki etos semangat kerja yang tinggi.
3.
Menambahkan Sarana dan prasarana lebih lengkap lagi, dan mudah untuk
dipergunakan untuk kepentingan rehabilitasi yang di sediakan di panti.
4.
Menciptakan akses dan menambah kerja sama dengan perusahaanperusahaan supaya dalam penyaluran WBS jelas dan dapat mudah di pantau
oleh pihak panti.
5.
Perlunya kemampuan berkomunikasi dari pegawai dan pekerja sosial
terhadap wbs supaya ada kedekatan sehingga mudah mengetahui masalahmasalah yang paling intim yang dihadapi wbsnya.
6.
Lebih memperhatikan wbs yang berkopeten di bidangnya dan memberikan
bantuan agar bisa mengembakan kemampuan dan kemandiriannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmad dan Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rine Cipta, 1991).
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007).
Brosur PSTW Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarrta: Kencana Prenada Media Group,
2007).
David D. Burns, Menggapai Kesepian, Program Baru yang Telah diuji
Secara Klinis untuk Mengatasi Kesepian. ed. Ardy Handoko, (Jakarta: Erlangga,
1998).
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994).
Ensyclopedia Indonesia, Pelacuran/Prostitusi, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 1984), jilid 5.
Ghony Djunady, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: prosedur, Teknik dan
teori Grounded (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997) cet ke 1, h.11.
Gunarsa, Singgih G., Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT.Gunung
Mulia, 1992), cet. Ke-1.
Hellen A, Bimbingan dan Konseling,( Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet
Ke-1, h.5.
Jogiyanto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, (CV. Andi Offset,
2008), Cet. Ke-1.
61
62
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan
Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003.
KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ket-5, ed. Ke-3,h.960.
Krisnawati, Taty, Negara dan Kekerasan Terhadap Perempuan:
Kekerasan di Sekitar Buruh Migran Perempuan (TKW), (Jakarta: 2000).
Masri Singarimbun & Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta:
LPES, 1989)
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000)
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).
Netty Hartati, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrapindo
Persada).
Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,
(Jakarta: LPSS,1998), Cet. Ke-1.
Rahman Abdul dan Sulaeman Nuhri, Panduan Bimbingan Mental Spriritual
(Jakarta: Kementerian Sosial, 2011).
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA,
2005.
Soejono, Patologi Sosial, (Bandung: PT. Alumni), cet. Le-2.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press,
1987), cet. Ke-7.
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahanny, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), cet. Ke-1.
Pedoman Wawancara
Warga Binaan Sosial PSTW
Nama
: Nyimas Toto
Umur
: 60 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Daerah Asal
: Tasik
1. Kenapa anda bisa masuk di Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Anak saya kerjanya jauh dan anaknya banyak, jadi gak ke urus. Rumahnya
sempit, ramai jadi mending saya disini aja. Banyak kegiatan, banyak orang
seumuran, gak kemana-mana.
2. Dari mana mengetahui Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Anak saya yang masukin. Sebelumnya nanya dulu ke saya, saya mau apa gak.
Saya bilang gak mau, awalnya. Tapi ya gapapa saya coba dulu disini.
3. Gambaran seperti apa yang anda ketahui tentang Panti Sosial Tresna Werdha
ini?
Saya mah gak tau, taunya anak saya bawa kesini.
4. Pelayanan/keterampilan apa saja yang anda ketahui di Panti Sosial
TresnaWerdha ini?
Ya saya taunya menjahit, membuat keset, kadang olahraga ada itu juga,
karaoke yaa main musik gitu.
5. Jenis pelayanan/keterampilan apa saja yang anda dapatkan?
Ya itu tadi menjahit, buat keset.
6. Apa yang anda rasakan selama di Panti Sosial Bina Karya ini?
Ya senang disini rame banyak yang seumuran, seru olahraga kalau pagi.
7. Apakah anda mengetahui tentang bimbingan rohani?
Ya tau, ceramah agama. Biasanya 4kali seminggu diruangan aula.
8. Materi apa yang anda dapatkan dari bimbingan rohani?
Ya, masalah keagamaan, banyak macem-macem tentang agama
9. Adakah perbedaan yang anda rasakan pelayanan bimbingan rohani dengan
bimbingan yang lainya?
Perbedaannya ya ada emba,
10. Apakah anda mengetahi bagaimana proses dalam penyelanggaraan bimbingan
rohani?
Engga tau saya taunya kita kumpul di ruangan kadang di masjid terus ada
yang ceramah.
11. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bimbingan rohani?
Ya biar tambah lagi ilmu agamanya,biar lebih tenang jalanin hidup.
12. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa anda ada di dalam
panti?
Anak-anak say suka nengokin sih, kadang sebulan 2 kali.
13. Bagaimana sosialisasi anda dengan teman-teman di panti?
Seneng bisa ngobrol-ngobrol, ramai olah raga setiap pagi.
14. Pengalaman apakah yang anda dapatkan selama tinggal di Panti?
Banyak bisa dapet bnyak teman, banyak kegiatan jadi engga stress.
15. Apakah rencana anda setelah keluar dari Panti ini?
ya kalo saya maunya disini aja mba, gak mau ngerepotin anak saya.
Pedoman Wawancara
Warga Binaan Sosial PSTW
Nama
: Yulianti
Umur
: 70 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Daerah Asal
: Jakarta
1.
Kenapa Anda bisa masuk di Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Saya kesini diantar anak saya, pengen coba hidup disini.
2. Dari mana mengetahui Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Saya gak tau, dapet dari orang
3. Gambaran seperti apa yang anda ketahui tentang Panti Sosial Tresna Werdha
ini?
Disini tempat penampungan orang-orang yang sudah tua.
4. Pelayanan/keterampilan apa saja yang anda ketahui di Panti Sosial Tresna
Werdha ini?
Banyak disini sebenarnya keterampilan, macem-macem kerajinan tangan
juga.
5. Jenis pelayana/keterampilan apa saja yang anda dapatkan?
Membuat keset, membuat telur asin.
6. Apa yang anda rasakan selama di Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Senang, tapi suka sedih kalau rindu kasih sayang keluarga.
7. Apakah anda mengetahui tentang bimbingan rohani?
Tau, seperti ceramah agama.
8. Materi apa yang anda dapatkan dari bimbingan rohani?
Mengingatkan yang sudah banyak saya lupa tentang ibadah shalat.
9. Adakah perbedaan yang anda rasakan pelayanan bimbingan rohani dengan
bimbingan yang lainya?
Perbedaannya ya ada mba.
10. Apakah anda mengetahi bagaimana proses dalam penyelanggaraan bimbingan
rohani?
Ya kita disuruh kumpul di musolah, duduk rame-rame terus nanti ada ustadz
yang ceramah.
11. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bimbingan rohani tersebut?
Motivasi saya supaya lebih baik lagi ke depan.
12. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa anda ada di dalam
panti?
Yaa gapapa, malah disuruh kalo betah disini.
13. Bagaimana sosialisasi anda dengan teman-teman di Panti?
Ya disini banyak teman, beda-beda juga ceritanya kenapa bisa sampai disini,
saya tidak membeda-bedakan dengan teman-teman lainnya. Kita itu disini
sama, kita kan disini tidak dibayar, tapi kita disini untuk belajar, belajar dan
belajar.
14. Pengalaman apakah yang anda dapatkan selama tinggal di Panti?
Banyak tempat cerita, banyak tempat berbagi pengalaman. Yang awalnya gak
kenal eh sekarang sudah kenal.
15. Apakah rencana anda setelah keluar dari Panti ini?
Saya malah maunya disini terus, banyak yanng bisa saya ambil ketika saya
disini mba.
Pedoman Wawancara
Warga Binaan Sosial PSTW
Nama
: Maesaroh
Umur
: 60 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Daerah Asal
: Bogor
1. Kenapa anda bisa masuk di Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Saya dibawa petugas mba, tadinya saya di panti bina insani tapi dipindah
kesini.
2. Dari mana mengetahui Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Saya gak tau
3. Gambaran seperti apa yang anda ketahui tentang Panti Sosial Tresna Werdha
ini?
Ya kalau menurut saya sih, pada dasarnya untuk mensejahterakan orangorang yang tidak mampu, memberikan bimbingan bagi orang yang tidak
memiliki keahlian.
4. Pelayanan/keterampilan apa saja yang anda ketahui di Panti Sosial Tresna
Werdha ini?
Banyak, mengaji, menjahit, bersih-bersih, dan senam setiap pagi.
5. Jenis pelayanan/keterampilan apa saja yang anda dapatkan?
Senam, jadi pagi-pagi berkeringat melatih otot biar sehat.
6. Apa yang anda rasakan selama di Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Kalau dari segi pelayanan, baguslah, tinggal bagaimana kita mengikuti
aturan saja, kalau menurut saya sudah sesuai, dan kalau untuk lainnya saya
kurang tahu.
7. Apakah anda mengetahui tentang bimbingan rohani?
Tau, belajar ilmu agama. Beribadah kepada Allah agar lebih bagus lagi.
Apalagi kita disini sudah pada tua.
8. Materi apa yang anda dapatkan dari bimbingan rohani?
Yang pastinya ilmu agama, shalat lima waktu sehari semalam.
9. Adakah perbedaan yang anda rasakan pelayananan bimbingan rohani dengan
bimbingan yang lainya?
Saya lebih suka bimbingan rohani daripada bimbingan yang lainnya.
10. Apakah anda mengetahi bagaimana proses dalam penyelanggaraan bimbingan
rohani?
Prosesnya kita berkumpul di aula seminggu itu ada 4x, nanti ada bapak
ustadz yang memberikan ceramah, setelah itu kita boleh bertanya tentang apa
tidak kita tahu.
11. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bimbingan rohani tersebut?
Yah kalau motivasi saya, untuk mendidik diri saya supaya lebih baik dari
yang dulu-dulu. Dulu saya tidak mengenal agama, kedisiplinan, yah dari sini
kita ingin mendapatkan perubahan diri.
12. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa Anda ada di dalam
panti?
Mereka tau, tapi selama satu tahun saya disini saya belum pernah ditengokin.
13. Bagaimana sosialisasi anda dengan teman-teman di panti?
Alhamdulillah bisa menyesuaikan diri.
14. Pengalaman apakah yang anda dapatkan selama tinggal di Panti?
Pengalamannya ada suka dukanya, sukanya disini banyak teman, banyak
perubahan dalam hidup saya, lebih disiplin, kalau duka saya jauh dari
keluarga, saya kangen juga sama anak cucu walaupun mereka gak pernah liat
saya kesini.
15. Apakah rencana anda setelah keluar dari Panti ini?
Saya gak tau, apakah nanti saya akan dijemput anak saya, apa saya akan
dibiarkan sampai saya nanti sudah menghembuskan nafas terakhir.
Pedoman Wawancara
Warga Binaan Sosial PSTW
Nama
: Emmi
Umur
: 60 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Daerah Asal
: Jakarta
1. Kenapa anda bisa masuk di Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Dibawa sama orang kesini.
2. Dari mana mengetahui Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Dari orang-orang juga udah pernah denger.
3. Gambaran seperti apa yang anda ketahui tentang Panti Sosial Tresna Werdha
ini?
Sama kaya panti jompo. Tempat penampungan orang usia lanjut usia yang
ditinggal keluarganya.
4. Pelayanan/keterampilan apa saja yang anda ketahui di Panti Sosial Tresna
Werdha ini?
Senam kalau pagi, bimbingan keagamaan, membuat keterampilan.
5. Jenis pelayanan/keterampilan apa saja yang anda dapatkan?
Membersihkan rumput, merapihkan kamar, yang paling saya suka kalau di
ajarkan mengaji.
6. Apa yang anda rasakan selama di Panti Sosial Tresna Werdha ini?
Senang, walaupun jauh dari keluarga.
7. Apakah anda mengetahui tentang bimbingan rohani?
Tau, Itu untuk memperbaiki ibadah kita, supaya nanti kita bisa lebih sabar,
lebih tau mana yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan.
8. Materi apa yang anda dapatkan dari bimbingan rohani?
Banyak ya, agama, shalat dan mengaji.
9. Adakah perbedaan yang anda rasakan pelayanan bimbingan rohani dengan
bimbingan yang lainya?
Ada, kalau belajar bimbingan rohani rasanya adem, mendengar nasehat pak
ustadz, hidup kayanya indah kalau kita banyak bersyukur.
10. Apakah anda mengetahi bagaimana proses dalam penyelanggaraan bimbingan
rohani?
Ya kita mah ikut aja, kalo proses penyelenggaraan kan udah dari sananya.
Jadi kita ikut aja, yang penting kita turut sama peraturan disini.
11. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bimbingan rohani tersebut?
Sangat senang mengikuti pengajian karena bisa belajar ngaji dan dapat ilmu
baru, biar tenang, apa yang selama ini gak tau, jadi tau kan ceramahnya
beda-beda tentang apa. sama bisa menghilangkan kebosenan kalo diam terus
di dalam kamar.
12. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa Anda ada di dalam
panti?
Ya mau gimana lagi mba, mungkin mereka juga maunya saya sama mereka,
tapi keadaan ekonominya kurang dan saya akan menambah beban mereka.
13. Bagaimana sosialisasi anda dengan teman-teman di panti?
Ya sama-sama udah tua, jadi sama-sama ngerti aja.
14. Pengalaman apakah yang anda dapatkan selama tinggal di Panti?
Banyak mba, dapat keterampilan, dapat pengalaman yang kita di luar sana ga
bisa dapetin. Jadi banyak pengalaman yang di dapat disini.
15. Apakah rencana anda setelah keluar dari Panti ini?
Gak tau gimana akhirnya aja nanti mba.
FORMAT ISIAN DATA ASAL DAERAH WBS
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
NAMA PANTI
DAYA
TAMPUNG
Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 4
275
JUMLAH
WBS
L
P
75
162
ASAL
DAERAH WBS
JUMLAH
WBS
237
240
ACEH
BANTEN
BENGKULU
DKI JAKARTA
IRIAN JAYA
JA-BAR
JA-TENG
JA-TIM
YOGYAKARTA
KAL-BAR
KAL-TENG
KAL-TIM
KAL-SEL
BANDLAMPUNG
LAM-SEL
LAM-UTA
LAM-BAR
LAM-TIM
LAM-TENG
MALUKU
NTB
NTT
RIAU
SUL-SEL
SUL-TENG
SUL-UT
SUMATRA
SUM-BAR
SUM-SEL
SUM-UT
LUAR NEGERI
TDK DI
KETAHUI
15
91
48
41
17
7
1
1
1
2
4
5
6
1
JADWAL KEGIATAN
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA 4
HARI
MINGGU
JAM
Senin
I s/d IV
08.00-10.00
1. Bimbingan Rohani Islami (Mushola)
I s/d IV
10.00-12.00
2. Bimbingan Keterampilan
I s/d IV
13.00-15.00
3. Bimbingan Rohani Kristen
I s/d IV
07.30-08.30
1. Bimbingan Fisik (Senam Kesegaran Jasmani)
I s/d IV
09:00-11:00
2. Bimbingan Rohani Islam (diruangan/Wisma)
I s/d IV
09.00-11.00
I s/d IV
10:00-12:00
1. Bimbingan Rohani Islam (diruangan/Wisma)
3. Bimbingan Rohani Kristen
I s/d IV
13:00-15:00
2. Bimbingan Kesenian Panggung Gembira
I s/d IV
07:30-selesai
1. Psykologi
I s/d IV
07:30-09:00
2. Jalan-Jalan Sehat Keliling Panti
I s/d IV
10.00-12.00
3. Bimbingan Rohani Kristen
I s/d IV
13.00-15.00
4. Bimbingan Kesenian Angklung
I s/d IV
07:00-08.00
1. Bimbingan Fisik (Senam Kesegaran Jasmani)
09:00-11:00
2. Bimbingan Rohani Islam (diruangan/Wisma)
3. Bimbingan Kesenian Panggung Gembira
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
09:00-11:00
Waktu luang dan
incidental
KEGIATAN
4. Bimbingan Pembinaan Sosial Edukatif
Sabtu
I s/d IV
10:00-selesai
1. Nonton Bareng/Karoke
Minggu
I s/d III
10:00-selesai
1. Nonton Bareng/Karoke
DAFTAR NAMA-NAMA PNS & PHL
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
NAMA NIP/NRK
PANGKAT/GOLONGAN
Drs. Marjito, M.Si
PembinaUtamaMadyaIV/b
NIP/NRK
196401271989021003/1121
07
Budi Hastuti, S.Sos,M.Si
Penata III/d
NIP/NRK
196612191989022001/1121
34
Ns. Yunur Nawangsih,
PenataTk I III/d
S.Kep
NIP/NRK
196312201990031005/1262
87
Enden Mulyaningsih, S.Sos
Penata Tk I III/d
NIP/NRP
196005211982032005/1260
58
Agung Trihadiyanto,BA
PenataIII/c
NIP/NRK
195908111987031005/1262
46
Surani,S.Sos
Penata MudaTk I III/b
NIP/NRK
196102211986032004/1259
89
Yanti Astuti
Penata MUdaTk I III/b
NIP/NRK
19630109
1988032006/126962
Erniyati
Penata Muda Tk I III/b
NIP/NRP
196606221989032007/1124
26
Sri Asih Kartika
Penata MudaTK I III/b
NIP/NRK
196812041989022
001/112146
Retno Wahyuni
Penata MudaTk I III/b
NIP/NRK
19621214
1989102002/125937
JABATAN
Kepala Panti
Kepala Sub Bagian
Tata Usaha
Ka.Satuan Pelaksana
Pelayanan Sosial
PekerjaSosial
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Ka.Satuan Pelaksana
Pembinaan Sosial
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Banon Krisyuniarti
NIP/NRK
196706231989022001/1122
68
Winarni
NIP/NRK
19691226
2007012017/168669
Darmin
NIP/NRK
195906211990031002/1260
15
Masuroh
NIP/NRK
197305202007012024/1682
19
Awaludin
NIP/NRP
19720713994031009/12647
2
Wahyudi
NIP/NRP
198102102007011005/1660
75
Hj. Muniarti
NIP/NRK
195806171983022003/1264
63
Sofiawati
NIP/NRK
196410191987032003/1262
35
Sahat Simarmata, S.Sos
NIP/NRK
196002141984031003/1262
35
Jumlah
Penata MudaTk I III/b
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Pengatur MudaTk I II/b
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Pengatur MudaTk I II/b
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Juru TkI I/d
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Pengatur Muda II/a
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Juru I/c
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
Penata Muda Tk I III/b
Pengelola Sasana
Tresna Werdha
Dukuh 3
Penata Muda Tk I III/b
Staf Sub Bagian Tata
Usaha
PenataIII/c
Pengelola Sasana
Tresna Werdha
Dukuh 5
1
AHMAD NURJAMIL
2012
Pramusosial
KETERANGAN
SURAT
PENGANGKATAN
SK Kepala Panti
2
BUDI BUDIYANTO
2005
Pramusosial
SK Kepala Dinas
3
4
CAMA
DEDE SUTIAWAN
2012
2015
Pramusosial
Pramusosial
SK Kepala Panti
SK Kepala Dinas
5
DESI SUSILA
2011
Pramusosial
SK Kepala Dinas
6
ENDRI
2013
Pramusosial
SK Kepala Panti
7
HERUDIN
2010
Pramusosial
SK Kepala Dinas
8
IKA SARTIKA
2013
Pramusosial
SK Kepala Panti
9
MUHAMAD ANDIKA RIADY
2016
Pramusosial
SK Kepala Panti
10
MULYAWAN
2013
Pramusosial
SK Kepala Panti
11
NOVI SUTANI
2014
Pramusosial
SK Kepala Panti
12
AYUNI DAMAYANTI PUTRI
2016
Pramusosial
SK Kepala Panti
13
RISCA APRILIA
2011
Pramusosial
SK Kepala Panti
14
RISKI TRIBOWO
2013
Pramusosial
SK Kepala Panti
15
SINGGIH PUTRO ATMOJO
2013
Pramusosial
SK Kepala Panti
16
ARISANDY
2006
Pramusosial
SK Kepala Dinas
17
ASTI RAHAYU
2006
Pramusosial
SK Kepala Dinas
18
ASTRI WULAN ABADI,
Amd.Kep
2016
Pramusosial
SK Kepala Panti
19
IMAM SYA'BAN
2010
Pramusosial
SK Kepala Dinas
20
LUKMANUDIN
2008
Pramusosial
SK Kepala Dinas
21
MEGAWATI
2016
Pramusosial
SK Kepala Panti
22
RETNO ANGGI
2016
Pramusosial
SK kepala Panti
23
RISKA DWIE LESTARI
2016
Pramusosial
SK Kepala Panti
24
SRI APRIANA
2015
Pramusosial
SK Kepala Dinas
25
WAHYU SUSENO
2009
Pramusosial
SK Kepala Dinas
NO.
NAMA
T.M.T.
JABATAN
NO.
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
NAMA
MULYONO
WAHYUDI
SUPENDI
YOGI
SIDIK PARMONO
DEDI SUDIARTO
TRI RUSLIANDRI
SANMUHAYAT
BARRY SETIADY
NURMA INDAH
RUDY
ADE IRMA MADALIH
ALFARIS SALAHUDDIN S
HASYIM
DJONIRIN
MUHAMMAD IKSAN
VEBI VEBRIANSYAH
SELAMET EROS RAHARJO
MURTINI
DEWI SUSANNA
SULTAN AJI PAMUNGKAS
ELIK SUWARTINI
NINING UJU
TURINO DJUNAIDI
RACHMAT
EKA NOVIANTI
T.M.T.
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2016
2016
2016
2015
2015
2015
2005
2005
2014
2016
2009
2016
2016
2016
2015
2016
2016
2016
JABATAN
Mechanical Electrical
Mechanical Electrical
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Pelayanan
Kebersihan
Tenaga Keamanan
Kantor
Tenaga Keamanan
Kantor
Tenaga Keamanan
Kantor
Tenaga Keamanan
Kantor
Tenaga Keamanan
Kantor
Tenaga Keamanan
Kantor
Tenaga Keamanan
Kantor
Tenaga Juru Masak
Tenaga Juru Masak
Tenaga Juru Masak
Tenaga Juru Masak
Tenaga Juru Cuci
Tenaga Juru Cuci
Tenaga Juru Cuci
Tenaga Juru Cuci
KETERANGAN
SURAT
PENGANGKATAN
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
SK Kepala Panti
PENERIMAAN WBS BARU DARI PSBI
IDENTIFIKASI AWAL WBS DATANG
CASE CONFRENCE
PEMBUATAN KTP WBS
KERAJINAN TANGAN MEMBUAT
KESET
HASIL KERAJINAN WBS
MELAKUKAN PERAWATAN TERHADAP
PENGEMBALIAN WBS KE KELUARGA
WBS
MENSHOLATKAN WBS MENINGGAL
KESENIAN ANGKLUNG
BIMBINGAN ROHANI ISLAM
MELAKSANAKAN SHOLAT BERJAM'AH
DI MUSHOLA
PEMBERIAN MAKAN UNTUK WBS
Download