peraturan dewan perwakilan rakyat daerah

advertisement
-1-
PROVINSI SUMATERA UTARA
PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
NOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
TATA TERTIB DAN KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI,
Menimbang
: a. bahwa untuk pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang,
hak dan kewajiban DPRD Kabupaten Serdang Bedagai
perlu disusun Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik
DPRD;
b. bahwa
untuk
dapat
melaksanakan
tugasnya
sebagaimana dimaksud huruf a diatas DPRD
Kabupaten Serdang Bedagai perlu memiliki landasan
etika atau filosofis yang mengatur perilaku dan tata
cara berbicara mengenai hal-hal yang diwajibkan,
dilarangan atau tidak patut dilakukan;
c. bahwa berdasarkan huruf a dan b diatas, perlu
ditetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tentang Tata
Tertib dan Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah;
Mengingat
: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten
Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4346);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 47 Tahun 2003, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
-2-
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4836);
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5189);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Repbulik
Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5589);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan
Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2004 tentang Perubahan Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4712);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan
-3-
Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5104)
11.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2009 tentang Tata Naskah Dinas;
12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32 ;
13.Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor
1 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten
Serdang Bedagai (Lembaran Daerah Tahun 2005
Nomor 1);
14.Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor
10 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok
(Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 10);
Memperhatikan
: Keputusan DPRD Nomor 01 Tahun 2015 tanggal 26
Januari 2015 tentang persetujuan pengesahan Peraturan
DPRD Kab. Serdang Bedagai tentang Tata Tertib dan Kode
Etik DPRD Kab. Serdang Bedagai.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATE SERDANG BEDAGAI TENTANG TATA TERTIB
DAN KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Menteri Dalam Negeri adalah Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
2. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara.
3. Daerah adalah Kabupaten Serdang Bedagai.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah sebagai
Badan Eksekutif Daerah.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah
DPRD Kabupaten Serdang Bedagai.
6. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Para Wakil Ketua DPRD Kabupaten
Serdang Bedagai.
-4-
7. Anggota DPRD adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai.
8. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah yang
diserahkan kepada daerah sebagai fungsi – fungsi pemerintahan daerah
otonom yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan DPRD yang
merupakan lembaga pemerintah daerah menurut azas desentralisasi.
9. Daerah otonom sebagai sebutan umum bagi daerah selanjutnya disebut
daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum mempunyai batas-batas
wilayah, berwenang, mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10. Bupati adalah Bupati Serdang Bedagai.
11. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Serdang Bedagai.
12. Sekretaris Daerah yang selanjutnya disingkat Sekda adalah Sekretaris
Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.
13. Sekretaris DPRD adalah Sekretaris DPRD Kabupaten Serdang Bedagai.
14. Ketua Pengadilan Negeri adalah Ketua Pengadilan Negeri Tebing Tinggi
Deli.
15. Komisi Pemilihan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat KPUD
adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.
16. Reses adalah kegiatan DPRD dalam
masyarakat di daerah pemilihannya.
rangka
menjaring
aspirasi
17. Kedudukan Protokoler adalah kedudukan yang diberikan kepada
seseorang untuk mendapatkan penghormatan perlakuan dan tata tempat
dalam acara atau pertemuan resmi.
18. Kode Etik DPRD adalah suatu ketentuan etika perilaku sebagai acuan
kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai dalam melaksanakan tugasnya.
19. Perangkat Daerah adalah Perangkat Pemerintah Kabupaten Serdang
Bedagai.
20. Peraturan Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Perda adalah
Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.
21. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah APBD Kabupaten Serdang Bedagai.
BAB II
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN
Pasal 2
DPRD terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih
melalui pemilihan umum.
Pasal 3
(1)
DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah dalam menjalankan
-5-
tugas, fungsi dan wewenangnya berkedudukan sebagai mitra sejajar
dengan pemerintah daerah.
(2)
Anggota DPRD adalah pejabat daerah.
BAB III
FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Fungsi
Pasal 4
(1)
DPRD mempunyai fungsi:
a. pembentukan Perda;
b. anggaran ; dan
c. pengawasan.
(2)
Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam
kerangka representasi rakyat di Daerah.
(3)
Dalam rangka menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
DPRD menjaring aspirasi masyarakat.
(4)
Penjaringan aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan melalui reses dan kunjungan kerja di wilayah kecamatan yang
hasilnya disampaikan dalam rapat paripurna DPRD untuk dimasukan ke
dalam hasil Musrenbang.
Pasal 5
(1)
Fungsi pembentukan Perda sebagaimana dimaksud pada dalam pasal 4
ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan cara :
a. membahas bersama Bupati dan menyetujui atau tidak menyetujui
rancangan Perda;
b. mengajukan usul rancangan Perda; dan
c. menyusun program pembentukan Perda bersama Bupati.
(2)
Program pembentukan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c memuat daftar urutan dan proritas rancangan Perda yang akan dibuat
dalam satu tahun anggaran.
(3)
Dalam menetapkan program pembentukan Perda sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) DPRD melakukan koordinasi dengan Bupati.
Pasal 6
(1)
Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf b
diwujudkan dalam bentuk pembahasan untuk persetujuan bersama
terhadap rancangan Perda tentang APBD yang diajukan oleh Bupati.
(2)
Fungsi anggaran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan cara:
a. membahas KUA dan PPAS yang disusun oleh Bupati berdasarkan
RKPD;
-6-
b. membahas rancangan Perda tentang APBD;
c. membahas rancangan Perda tentang perubahan APBD; dan
d. membahas rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
(3)
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d disampaikan oleh Bupati kepada DPRD paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Pasal 7
(1)
Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf c
diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap:
a. pelaksanaan Perda dan peraturan Bupati;
b. pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang
terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan
c. pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan.
(2)
Dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tindak lanjut
hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, DPRD berhak mendapatkan
laporan hasil pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan.
(3)
DPRD melakukan pembahasan terhadap laporan hasil pemeriksaan
laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4)
DPRD dapat meminta klarifikasi atas temuan laporan hasil pemeriksaan
laporan keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 8
(1)
DPRD mempunyai tugas dan wewenang:
a. membentuk Perda bersama Bupati;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda mengenai
APBD yang diajukan oleh Bupati;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD;
d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati kepada
Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan
pengesahan pengangkatan dan pemberhentian;
e. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
terhadap perencanaan perjanjian internasional di daerah;
f. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional
yang dilakukan oleh pemerintah daerah;
g. meminta
keterangan
pertanggungjawaban
Bupati
dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
h. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah
lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan
daerah; dan
-7-
i. menjalankan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2)
Tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang belum diatur dalam peraturan DPRD tentang tata tertib dan
kode etik dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 9
(1)
Anggota DPRD berjumlah 45 orang.
(2)
Keanggotaan DPRD diresmikan dan diberhentikan dengan Keputusan
Gubernur.
(3)
Anggota DPRD berdomisili di Ibu kota Kabupaten Serdang Bedagai
(kecamatan sei rampah).
(4)
Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 tahun terhitung mulai tanggal
pengucapan sumpah/ janji anggota DPRD dan berakhir pada saat anggota
DPRD yang baru mengucapkan sumpah/ janji.
(5)
Dalam hal tanggal berakhirnya masa jabatan anggota DPRD jatuh pada
hari libur atau hari yang diliburkan pengucapan sumpah/ janji
dilaksanakan pada hari berikutnya sesudah hari libur atau hari yang
diliburkan dimaksud.
Pasal 10
(1)
Anggota DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/
janji secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Negeri
dalam rapat paripurna Istimewa DPRD.
(2)
Anggota DPRD yang berhalangan mengucapkan sumpah/ janji bersamasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengucapan sumpah/ janji
dipandu oleh Ketua atau Wakil Ketua DPRD dalam Rapat Paripurna
Istimewa DPRD.
(3)
Dalam hal ketua pengadilan negeri berhalangan, pengucapan sumpah/
janji anggota DPRD dipandu oleh wakil ketua pengadilan negeri, apabila
wakil ketua pengadilan negeri berhalangan, pengucapan sumpah/janji
anggota DPRD dipandu oleh hakim senior pada pengadilan negeri yang
ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri.
(4)
Anggota DPRD Pengganti Antar Waktu sebelum memangku jabatannya
mengucapkan sumpah/ janji yang dipandu oleh Ketua atau Wakil Ketua
DPRD dalam Rapat Istimewa DPRD.
Pasal 11
Sumpah/ janji sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 adalah sebagai berikut:
“Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/ berjanji:
Bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai Anggota/ Ketua/
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya sesuai dengan
-8-
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945;
Bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan
sungguh-sungguh
demi
tegaknya
kehidupan
demokrasi
serta
mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara dari pada kepentingan
pribadi, seseorang, dan golongan;
Bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili
untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan Bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Pasal 12
(1)
Pengucapan sumpah/ janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 dan 11 didampingi oleh rohaniawan sesuai dengan agamanya
masing-masing.
(2)
Dalam pengucapan sumpah/ janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
anggota DPRD yang beragama:
a. Islam, diawali dengan frasa “Demi Allah”;
b. Kristen Protestan dan Khatolik, Diakhiri dengan frasa “Semoga Tuhan
Menolong Saya”;
c. Budha, diawali dengan frasa “Demi Hyang Adi Budha”;
d. Hindu, diawali dengan frasa “Om Atah Paramawisesa”.
(3)
Setelah mengakhiri sumpah/ janji anggota DPRD menandatangani berita
acara pengucapan sumpah/ janji.
Tata Cara Pengucapan Sumpah/ Janji
Pasal 13
(1)
Tata cara pengucapan sumpah/ janji anggota DPRD sebagaimana
dimaksud dalam pasal 10 terdiri dari tata urutan acara, tata pakaian, tata
tempat.
(2)
Tata urutan acara untuk pelaksanaan sumpah/ janji anggota DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembukaan rapat oleh pimpinan DPRD;
b. pembacaan keputusan peresmian, pemberhentian dan pengangkatan
anggota DPRD oleh Sekertaris DPRD;
c. pengucapan sumpah/ janji anggota DPRD, dipandu oleh Ketua
Pengadilan Negeri;
d. penandatanganan berita acara sumpah/ janji anggota DPRD secara
simbolis oleh satu orang dari masing-masing kelompok Agama,
Rohaniawan dan Ketua Pengadilan Negeri;
e. pengumuman Pimpinan Sementara DPRD oleh Sekertaris DPRD;
f. serah terima pimpinan DPRD dari pimpinan lama kepada Pimpinan
Sementara secara simbolis dengan menyerahkan palu;
g. sambutan Pimpinan Sementara DPRD;
h. sambutan Bupati;
i. pembacaan Doa;
j. penutupan oleh Pimpinan Sementara DPRD; dan
k. penyampaian ucapan selamat.
-9-
(3)
Tata pakaian yang digunakan dalam acara pengucapan sumpah/ janji
anggota DPRD meliputi:
a. Ketua Pengadilan Negeri menggunakan pakaian sesuai ketentuan dari
Instansi yang bersangkutan;
b. Bupati mengenakan pakaian sipil lengkap dengan peci Nasional untuk
Bupati pria;
c. anggota DPRD yang mengucapkan sumpah/janji pakaian sipil lengkap
warna gelap dengan peci Nasional bagi pria dan wanita mengenakan
pakaian Nasional;
d. undangan bagi anggota TNI/ POLRI menggunakan pakaian Dinas
Upacara, undangan sipil menggunakan pakaian sipil lengkap dengan
peci Nasional bagi pria dan wanita menggunakan pakaian Nasional;
e. undangan lainnya mengenakan pakaian bebas, patut dan rapi.
(4)
Tata tempat dalam upacara pengucapan sumpah/ janji meliputi:
a. pimpinan DPRD duduk di sebelah kiri Bupati dan Ketua Pengadilan
Negeri atau Pejabat yang ditunjuk, duduk di sebelah kanan Bupati;
b. anggota DPRD yang mengucapkan sumpah/ janji duduk di tempat
yang telah disediakan oleh Sekertariat DPRD;
c. setelah pengucapan sumpah/ janji Pimpinan Sementara DPRD duduk
di sebelah kiri Bupati;
d. pimpinan DPRD dan anggota DPRD yang telah habis masa jabatannya
duduk di tempat yang telah disediakan oleh Sekretariat DPRD;
e. Sekertaris DPRD duduk di belakang pimpinan DPRD;
f. para undangan dan DPRD lainnya duduk di tempat yang telah
disediakan oleh sekertariat DPRD;
g. wartawan/ Pers disediakan tempat tersendiri yang diatur oleh
sekretariat DPRD;
BAB V
HAK DPRD DAN HAK ANGGOTA DPRD
Bagian Kesatu
Hak DPRD
Pasal 14
(1)
DPRD mempunyai Hak :
a. interpelasi;
b. angket; dan
c. menyatakan pendapat;
(2)
Hak interpelasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Bupati mengenai kebijakan
pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
(3)
Hak Angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak
DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah
yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
masyarakat, Daerah dan Negara yang diduga bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)
Hak Menyatakan Pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan
Bupati atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai
- 10 -
dengan rekomendasi penyelesaiannya atau
pelaksanaan Hak Interpelasi dan Hak Angket.
sebagai
tindak
lanjut
Bagian Kedua
Pelaksanaan Hak DPRD
Paragraf 1
Hak Interpelasi
Pasal 15
(1)
Hak Interpelasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) huruf a
diusulkan oleh sekurang-kurangnya 7 (tujuh) anggota DPRD dan lebih
dari 1 (satu) Fraksi dapat menggunakan Hak Interpelasi dengan
mengajukan usul kepada DPRD untuk meminta keterangan kepada
Bupati secara lisan maupun tertulis mengenai kebijakan Pemerintah
Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
masyarakat, Daerah dan Negara.
(2)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan pada pimpinan
DPRD yang ditandatangani oleh para pengusul dan diberikan nomor
pokok oleh Sekertariat DPRD.
(3)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan dokumen yang
memuat sekurang-kurangnya:
a. materi kebijakan dan/ atau pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah
yang akan dimintakan keterangan; dan
b. alasan permintaan keterangan.
Pasal 16
(1)
Usul sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 oleh pimpinan DPRD
disampaikan pada Rapat Paripurna.
(2)
Dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) para
pengusul diberi kesempatan menyampaikan penjelasan lisan atas usul
permintaan keterangan tersebut.
(3)
Pembicaraan mengenai usul meminta keterangan dilakukan dengan
memberi kesempatan kepada:
(4)
a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui Fraksi;
dan
b. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota
DPRD.
Keputusan persetujuan atau penolakan terhadap usul permintaan
keterangan kepada Bupati ditetapkan pada Rapat Paripurna.
(5)
Usul permintaan keterangan DPRD sebelum memperoleh keputusan
DPRD, para pengusul berhak menarik kembali usulannya.
(6)
Usul sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 menjadi Hak Interpelasi
DPRD apabila mendapatkan persetujuan dari Rapat Paripurna yang
dihadiri lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD dan
putusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) dari
jumlah anggota DPRD yang hadir.
- 11 -
Pasal 17
(1)
Bupati dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis terhadap
permintaan keterangan anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16 dalam Rapat Paripurna.
(2)
Apabila Bupati tidak dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati menugaskan pejabat terkait
untuk mewakilinya.
(3)
Setiap anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan atas penjelasan
tertulis Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4)
Terhadap penjelasan tertulis Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
DPRD dapat menyatakan pendapatnya.
(5)
Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan
secara resmi oleh DPRD kepada Bupati.
(6)
Pernyataan pendapat DPRD atas penjelasan tertulis Bupati sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dijadikan sebagai bahan untuk DPRD dalam
pelaksanaan fungsi pengawasan dan untuk Bupati dijadikan bahan dalam
penetapan pelaksanaan kebijakan.
Paragraf 2
Hak Angket
Pasal 18
(1)
Hak Angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b
diusulkan oleh sekurang-kurangnya 7 orang anggota DPRD dapat
mengusulkan penggunaan Hak Angket untuk melakukan penyelidikan
terhadap kebijakan Bupati yang strategis dan berdampak luas pada
kehidupan masyarakat, Daerah dan Negara yang diduga bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan pada pimpinan
DPRD yang ditandatangani oleh para pengusul dan diberikan nomor
pokok oleh Sekertariat DPRD.
(3)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan dokumen yang
memuat sekurang-kurangnya :
a. materi kebijakan dan/ atau pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah
yang akan diadakan penyelidikan; dan
b. alasan penyelidikan.
Pasal 19
(1)
Pembicaraan mengenai usul penggunaan Hak Angket, dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada anggota DPRD lainnya untuk
memberikan pandangan melalui Fraksi dan selanjutnya pengusul
memberikan jawaban atas pandangan anggota DPRD.
(2)
Keputusan atas usul melakukan penyelidikan terhadap Bupati dapat
disetujui atau ditolak, ditetapkan pada Rapat Paripurna.
(3)
Usul melakukan penyelidikan sebelum memperoleh keputusan DPRD,
pengusul berhak menarik kembali usulannya.
- 12 -
(4)
Apabila usul melakukan penyelidikan disetujui sebagai permintaan
penyelidikan, DPRD menyatakan pendapat untuk melakukan penyelidikan
dan menyampaikannya secara resmi oleh Bupati.
(5)
Usul sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 menjadi Hak Angket DPRD
apabila mendapat persetujuan dari rapat Paripurna yang dihadiri
sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan
putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
Pasal 20
(1)
DPRD memutuskan menerima atau menolak usul
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) huruf b.
Hak
Angket
(2)
Dalam hal DPRD menerima usul Hak Angket sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), DPRD membentuk panitia Angket yang terdiri dari semua unsur
Fraksi DPRD secara proporsional dengan keputusan DPRD.
(3)
Dalam hal DPRD menolak usul Hak Angket sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.
Pasal 21
(1)
Panitia Angket DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (2)
dalam melakukan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
ayat (4) dapat memanggil pejabat pemerintah, badan hukum atau warga
masyarakat yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah
yang diselidiki untuk memberikan keterangan serta untuk meminta
menunjukan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang
diselidiki.
(2)
Pejabat Pemerintah Daerah, Badan Hukum atau warga masyarakat yang
dipanggil sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
panggilan DPRD, kecuali ada alasan yang sah menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3)
Pemanggilan sebagaimana pada ayat (2) tidak dihadiri, dapat dilakukan
pemanggilan ulang sebanyak 2 (dua) kali.
(4)
Dalam hal Pejabat Pemerintah Daerah, Badan Hukum, atau Warga
Masyarakat telah dipanggil dengan patut secara berturut turut tidak
memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) DPRD dapat
memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Republik Indonesia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
(1)
Apabila hasil penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1)
diterima oleh DPRD dan ada indikasi tindak Pidana, DPRD menyerahkan
penyelesaiannya kepada Aparat Penegak Hukum sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
(2)
Apabila hasil penyelidikan Bupati atau Wakil Bupati berstatus sebagai
terdakwa, Menteri Dalam Negeri memberhentikan sementara dari
jabatannya bagi Bupati dan/atau Wakil Bupati.
- 13 -
(3)
Apabila Bupati atau Wakil Bupati berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dinyatakan terbukti bersalah
melakukan tindak pidana yang diancam pidana 5 tahun atau lebih,
Menteri Dalam Negeri memberhentikan Bupati dan/atau Wakil Bupati
dari jabatannya.
Pasal 23
Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat Paripurna
paling lama 60 hari sejak terbentuknya Panitia Angket.
Paragraf 3
Hak Menyatakan Pendapat
Pasal 24
(1)
Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat
(1) huruf c diusulkan oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang
anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan Bupati atau kejadian luar biasa yang terjadi di daerah
atau sebagai tindaklanjut pelaksanaan Hak Interpelasi dan Hak Angket.
(2)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai penjelasannya
disampaikan kepada pimpinan DPRD, yang ditandatangani oleh para
pengusul serta diberikan nomor pokok oleh Sekertariat DPRD.
(3)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang
memuat sekurang-kurangnya:
a. materi kebijakan Bupati atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi
di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya; atau
b. materi hasil pelaksanaan Hak Interpelasi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 17 atau hasil pelaksanaan tugas Panitia Angket
sebagaimana dimaksud dalam pasal 23.
Pasal 25
(1)
Usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 24
oleh pimpinan DPRD disampaikan pada rapat paripurna setelah
mendapat pertimbangan dari badan musyawarah.
(2)
Dalam rapat paripurna sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) para
pengusul diberikan kesempatan memberikan penjelasan atas usul hak
menyatakan pendapat tersebut.
(3)
Pembahasan pada rapat paripurna mengenai usul hak menyatakan
pendapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada:
a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi;
b. Bupati untuk memberikan pendapat; dan
c. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota dan
pendapat Bupati.
(4)
Usul menyatakan pendapat sebelum memperoleh keputusan DPRD,
pengusul berhak menarik kembali usulannya.
(5)
Rapat Paripurna memutuskan menerima atau menolak
menyatakan pendapat tersebut menjadi pendapat DPRD.
usul
hak
- 14 -
(6)
Apabila DPRD menerima usulan hak menyatakan pendapat, keputusan
DPRD memuat:
a. pernyataan pendapat;
b. rekomendasi/ saran penyelesaiannya; dan
c. peringatan.
(7)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (6) menjadi hak menyatakan
pendapat DPRD apabila mendapatkan persetujuan dari rapat paripurna
yang dihadiri sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota
DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
Bagian Ketiga
Hak Anggota DPRD
Pasal 26
Anggota DPRD mempunyai hak :
a. mengajukan rancangan Perda;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan pendapat;
d. memilih dan dipilih;
e. membela diri;
f. imunitas;
g. mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;
h. protokoler; dan
i. keuangan dan administratif.
Bagian Keempat
Pelaksanaan Hak Anggota DPRD
Paragraf 1
Hak Mengajukan Rancangan Perda
Pasal 27
(1)
Setiap anggota DPRD mempunyai hak mengajukan rancangan Perda.
(2)
Usul Prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan pada
pimpinan DPRD dalam bentuk rancangan Perda disertai penjelasan secara
tertulis dan diberikan nomor pokok oleh Sekertariat DPRD.
(3)
Usul Prakasa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) oleh pimpinan
DPRD disampaikan kepada Badan Pembentukan Perda untuk dilakukan
pengkajian.
(4)
Berdasarkan hasil pengkajian Badan Pembentukan Perda, pimpinan
DPRD menyampaikan kepada Rapat Paripurna.
(5)
Dalam Rapat Paripurna para pengusul diberikan kesempatan memberikan
penjelasan atas usul prakasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(6)
Pembicaraan mengenai sesuatu
memberikan kesempatan kepada:
usul
prakarsa
dilakukan
dengan
a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan; dan
b. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota
DPRD lainnya.
- 15 -
(7)
Usul Prakarsa sebelum diputuskan menjadi prakarsa DPRD, para
pengusul berhak mengadakan perubahan dan/ atau mencabutnya
kembali.
(8)
Pembicaraan memutuskan
menjadi prakarsa DPRD.
(9)
Tata cara pembahasan rancangan Perda atas prakarsa DPRD mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam pembahasan rancangan Perda atas
prakarsa Bupati.
menerima
atau
menolak
usul
prakarsa
Paragraf 2
Hak Mengajukan Pertanyaan
Pasal 28
(1)
Setiap anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan kepada pemerintah
daerah berkaitan dengan fungsi tugas, dan wewenang DPRD baik secara
lisan maupun secara tertulis.
(2)
Jawaban terhadap pertanyaan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan secara lisan atau secara tertulis dalam tenggang waktu yang
disepakati bersama.
Paragraf 3
Hak Mengajukan Usul dan Pendapat
Pasal 29
(1)
Setiap anggota DPRD dalam rapat-rapat DPRD berhak mengajukan usul
dan pendapat kepada pemerintah daerah maupun kepada pimpinan
DPRD.
(2)
Usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dan
dengan memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun, dan
kepatutan sesuai tata tertib dan kode etik DPRD.
Paragraf 4
Hak Memilih dan Dipilih
Pasal 30
Setiap anggota DPRD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi anggota atau
pimpinan dari alat kelengkapan DPRD sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Paragraf 5
Hak Membela Diri
Pasal 31
(1)
Setiap anggota DPRD berhak membela diri terhadap dugaan pelanggaran
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, tata tertib dan kode
etik DPRD.
- 16 -
(2)
Hak membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sebelum pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan.
Paragraf 6
Hak Imunitas
Pasal 32
(1)
Anggota DPRD tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena
pernyataan, pertanyaan dan/ atau pendapat yang dikemukakan secara
lisan dan/ atau tertulis dalam rapat DPRD maupun di luar rapat DPRD
yang berkaitan dengan fungsi, tugas, dan wewenang DPRD.
(2)
Anggota DPRD tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataan,
pertanyaan, dan/ atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat DPRD
maupun diluar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi, tugas, dan
wewenang DPRD.
(3)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal
anggota DPRD yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah
disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang
dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 7
Hak Mengikuti Orientasi dan Pendalaman Tugas
Pasal 33
(1)
Anggota DPRD mempunyai hak untuk mengikuti orientasi pelaksanaan
tugas sebagai anggota DPRD pada permulaan masa jabatannya dan
mengikuti pendalaman tugas pada masa jabatannya.
(2)
Anggota DPRD melaporkan hasil pelaksanaan orientasi dan pendalaman
tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) kepada pimpinan DPRD
dan kepada pimpinan fraksinya.
Paragraf 8
Hak Protokoler, Keuangan dan Administratif
Pasal 34
(1)
Anggota DPRD mempunyai hak protokoler, keuangan dan administratif.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai hak protokoler, keuangan dan
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan
daerah berdasarkan peraturan pemerintah yang mengatur tentang
keuangan dan protokoler keuangan DPRD.
(3)
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya pimpinan dan anggota
DPRD berhak memperoleh tunjangan yang besarnya disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah dan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(4)
Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilaksanakan oleh sekretriat DPRD sesuai dengan peraturan
pemerintah yang berlaku.
- 17 -
BAB VI
Kewajiban Anggota
Pasal 35
Anggota DPRD mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan mentaati peraturan perundang-undangan;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan Nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. mendahulukan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi,
kelompok, atau golongan;
e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
f. mentaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah;
g. mentaati tata tertib DPRD dan kode etik DPRD;
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja
secara berkala, reses, dan musrenbang;
j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;
dan
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
konstituen di daerah pemilihannya.
BAB VII
FRAKSI
Pasal 36
(1)
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang DPRD
serta hak dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk fraksi sebagai wadah
berhimpun anggota DPRD.
(2)
Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan alat
kelengkapan
DPRD,
melainkan
pengelompokan
anggota
DPRD
berdasarkan partai politik yang memperoleh kursi sesuai dengan jumlah
yang ditetapkan dalam aturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Setiap anggota DPRD wajib harus menjadi anggota salah satu fraksi.
(4)
Setiap fraksi beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah komisi di
DPRD.
(5)
Setiap fraksi yang ada wajib menerima anggota yang tidak dapat
membentuk fraksi.
Paragraf 1
Pembentukan
Pasal 37
(1)
Pembentukan fraksi dilakukan oleh partai politik yang memperoleh kursi
di DPRD paling sedikit 4 (empat) kursi.
- 18 -
(2)
Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau lebih dapat membentuk 1
(satu) fraksi.
(3)
Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggotanya
dapat bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi
gabungan.
(4)
Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling
banyak 2 (dua) fraksi.
(5)
Pembentukan fraksi, pimpinan fraksi dan keanggotaan fraksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) disampaikan
kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya diumumkan kepada seluruh
anggota oleh pimpinan DPRD dalam rapat paripurna untuk ditetapkan.
(6)
Jumlah fraksi DPRD sesuai dengan keputusan DPRD.
(7)
Pimpinan fraksi melaporkan kepada pimpinan DPRD mengenai susunan
pimpinan dan keanggotaan fraksi serta perubahannya dalam rapat
paripurna.
Pasal 38
(1)
Pimpinan fraksi paling sedikit terdiri dari ketua, wakil ketua dan
Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota fraksi.
(2)
Fraksi mempunyai sekretariat fraksi, yang berasal dari lingkungan
sekretariat DPRD.
(3)
Sekretariat fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas
membantu kelancaran pelaksanaan tugas fraksi.
(4)
Untuk pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disediakan sarana dan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan dengan
memperhatikan kemampuan APBD.
(5)
Setiap fraksi dapat dibantu oleh 1 (satu) orang tenaga ahli.
(6)
Tenaga ahli fraksi diangkat dan diberhentikan dengan keputusan
sekretaris DPRD berdasarkan usul fraksi dan dilaporkan kepada rapat
Paripurna.
(7)
Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus memiliki
pengetahuan di bidang pemerintahan daerah dan menguasai tugas dan
fungsi DPRD, dengan tingkat pendidikan dan pengalaman serendahrendahnya :
a. S1 dengan pengalaman 5 tahun;
b. S2 dengan pengalaman 3 tahun; dan
c. S3 dengan pengalaman 1 tahun.
(8)
Masa penugasan dan pemberian honorarium tenaga ahli sebagaimana
dimaksud ayat (5), (6) dan (7) dilakukan secara tidak tetap (on-call) dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah.
- 19 -
Paragraf 2
Tugas Fraksi
Pasal 39
Fraksi bertugas :
a. menentukan dan mengatur segala sesuatu yang menyangkut urusan
Fraksi masing-masing;
b. meningkatkan kualitas, kemampuan, disiplin, daya guna dan hasil guna
para anggotanya dalam melaksanakan tugas yang tercermin dalam
setiap kegiatan DPRD;
c. menyampaikan pandangan umum pada setiap pembahasan rancangan
Perda;
d. menerima dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
e. melaksanakan tugas lain yang diatur pada peraturan perundangundangan;
Pasal 40
Fraksi-fraksi di DPRD terdiri dari :
1. Fraksi Partai Amanat Nasional
(F-PAN)
2. Fraksi Partai Golongan Karya
(F-PG)
3. Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat
(F-P-Hanura)
4. Fraksi Partai Demokrat
(F-PD)
5. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(F-PDIP)
6. Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya
(F-Gerindra)
7. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan
(F-PPP)
8. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa
(F-PKB)
Pasal 41
Fraksi-fraksi baik diminta atau tidak, dapat memberikan pertimbangan kepada
pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu berkenaan dengan
bidang tugas DPRD.
BAB VIII
ALAT KELENGKAPAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 42
(1)
Alat kelengkapan DPRD terdiri dari:
a. Pimpinan;
b. Badan Musyawarah;
c. Komisi;
- 20 -
d. Badan Pembentukan Perda;
e. Badan Anggaran;
f. Badan Kehormatan; dan
g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat
paripurna.
(2)
Kepemimpinan alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bersifat kolektif dan kolegial.
(3)
Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh Sekertariat
DPRD dan dapat dibantu oleh tim pakar atau tim ahli.
Bagian Kedua
Pimpinan
Pasal 43
(1)
Sebelum pimpinan DPRD terbentuk, DPRD dipimpin oleh Pimpinan
Sementara.
(2)
Pimpinan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang berasal dari dua partai
politik yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama dan urutan
kedua.
(3)
Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua sementara DPRD ditentukan
secara musyawarah oleh wakil partai politik bersangkutan yang ada di
DPRD.
(3)
Pimpinan Sementara DPRD mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a. memimpin rapat-rapat DPRD;
b. memfasilitasi pembentukan fraksi-fraksi;
c. memfasilitasi penyusunan rancangan Tata Tertib DPRD;
d. memproses penetapan pimpinan DPRD definitif.
Pasal 44
(1)
Pimpinan DPRD terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 3 (Tiga) orang wakil
ketua.
(2)
Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik
yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama, kedua, ketiga dan
keempat.
(3)
Ketua DPRD adalah anggota DPRD yang berasal dari Partai Politik yang
memperoleh kursi terbanyak pertama di DPRD.
(4)
Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
kursi terbanyak pertama, maka ketua DPRD adalah anggota DPRD yang
berasal dari partai politik yang memperoleh suara terbanyak.
(5)
Wakil Ketua DPRD adalah anggota DPRD yang berasal dari partai politik
yang memperoleh kursi terbanyak kedua, ketiga dan keempat.
(6)
Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh
kursi terbanyak kedua, ketiga dan keempat maka wakil ketua DPRD
- 21 -
adalah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh
suara terbanyak kedua, ketiga dan keempat.
Pasal 45
(1)
Pimpinan partai politik yang berhak mengisi kursi pimpinan DPRD
sebagaimana dimaksud dalam pasal 44, mengajukan nama seorang
anggota kepada Pimpinan sementara untuk diumumkan dan ditetapkan
melalui rapat paripurna sebagai pimpinan defenitif.
(2)
Hasil ketetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan
sementara menyampaikan usulan pimpinan defenitif kepada Gubernur
melalui Bupati untuk diresmikan dengan keputusan Gubernur.
(3)
Pimpinan DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/
janji dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD, yang teksnya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Negeri;
Pasal 46
(1)
Pimpinan DPRD mempunyai tugas:
a. memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil
keputusan;
b. menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja
antara ketua dan wakil ketua;
c. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda
dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD;
d. menjadi juru bicara DPRD;
e. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD;
f. mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/ instansi lainnya;
g. mengadakan konsultasi dengan Bupati dan pimpinan
instansi vertikal lainnya sesuai dengan keputusan DPRD;
lembaga/
h. mewakili DPRD di pengadilan;
i. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi
atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
j. menyusun rencana anggaran DPRD bersama sekretariat DPRD yang
pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna; dan
k. menyampaikan laporan kinerja pimpinan DPRD dalam rapat paripurna
yang khusus diadakan untuk itu.
l. mendistribusikan aspirasi dan pengaduan masyarakat yang masuk ke
DPRD kepada alat kelengkapan paling lama 5 (lima) hari sejak diterima.
(2)
Pelaksanaan tugas pimpinan DPRD dilakukan secara kolektif dan kolegial.
(3)
Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhalangan sementara kurang
dari 30 (tiga puluh) hari, pimpinan DPRD mengadakan musyawarah
untuk menentukan salah satu pimpinan DPRD untuk melaksanakan
tugas pimpinan DPRD yang berhalangan sementara sampai dengan
pimpinan DPRD yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas kembali.
- 22 -
(4)
Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhalangan sementara lebih
dari 30 (tiga puluh) hari, partai politik asal pimpinan DPRD yang
berhalangan sementara mengusulkan kepada pimpinan DPRD salah
seorang anggota DPRD yang berasal dari partai politik tersebut untuk
melaksanakan tugas pimpinan DPRD yang berhalangan sementara.
Pasal 47
(1)
Masa jabatan pimpinan DPRD terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/ janji pimpinan dan berakhir bersamaan dengan berakhirnya
masa jabatan keanggotaan DPRD.
(2)
Pimpinan DPRD berhenti dari jabatannya sebelum berakhir masa
jabatannya karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri sebagai pimpinan DPRD;
c. diberhentikan sebagai anggota DPRD
peraturan perundang-undangan; atau
sesuai
dengan
ketentuan
d. diberhentikan sebagai pimpinan DPRD.
(3)
Pimpinan DPRD diberhentikan dari jabatannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d apabila yang bersangkutan:
a. melanggar sumpah/ janji jabatan dan kode etik DPRD berdasarkan
keputusan Badan Kehormatan; atau
b. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4)
Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhenti dari jabatannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), anggota pimpinan lainnya
menetapkan salah seorang di antara pimpinan untuk melaksanakan tugas
pimpinan yang berhenti sampai dengan ditetapkannya pimpinan
pengganti yang definitif.
(5)
Dalam hal ketua dan para wakil ketua berhenti secara bersamaan, tugas
pimpinan DPRD dilaksanakan oleh pimpinan sementara yang dibentuk
sesuai ketentuan dalam Pasal 43 ayat (2).
Pasal 48
(1)
Usul pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
47 dilaporkan dalam rapat paripurna oleh pimpinan DPRD lainnya.
(2)
Pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam rapat paripurna.
(3)
Pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan keputusan DPRD.
Pasal 49
(1)
Keputusan DPRD tentang pemberhentian pimpinan DPRD, disampaikan
oleh pimpinan DPRD kepada Gubernur melalui Bupati untuk peresmian
pemberhentiannya.
(2)
Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
berita acara rapat paripurna.
- 23 -
Pasal 50
(1)
Pengganti pimpinan DPRD yang berhenti sebagaimana dimaksud dalam
pasal 47 berasal dari partai politik yang sama dengan pimpinan DPRD
yang berhenti.
(2)
Calon pengganti pimpinan DPRD yang berhenti diusulkan oleh pimpinan
partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk diumumkan
dalam rapat paripurna dan ditetapkan dengan keputusan DPRD.
(3)
Pimpinan DPRD mengusulkan peresmian pengangkatan calon pengganti
pimpinan DPRD kepada Gubernur melalui Bupati.
Bagian Ketiga
Badan Musyawarah
Pasal 51
(1)
Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat
tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan
DPRD.
(2)
Badan Musyawarah terdiri atas unsur-unsur fraksi berdasarkan
perimbangan jumlah anggota dan paling banyak ½ (setengah) dari jumlah
anggota DPRD.
(3)
Susunan personalia pimpinan dan
ditetapkan dalam rapat paripurna.
(4)
Ketua dan wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah pimpinan Badan
Musyawarah merangkap anggota.
(5)
Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris Badan Musyawarah
dan bukan sebagai anggota.
anggota
Badan
Musyawarah
Pasal 52
(1)
Badan Musyawarah mempunyai tugas:
a. menetapkan agenda DPRD untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa
persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu
penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian
rancangan Perda, dengan tidak mengurangi kewenangan rapat
paripurna untuk mengubahnya;
b. memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan
garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang
DPRD;
c. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan
DPRD yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai
pelaksanaan tugas masing-masing;
d. menetapkan jadwal dan agenda paripurna DPRD, Paripurna Istimewa
DPRD, Rapat Badan Anggaran, Rapat Panitia Khusus dan Masa Reses;
e. memberi saran/ pendapat untuk memperlancar kegiatan;
f. merekomendasikan pembentukan panitia khusus; dan
- 24 -
g. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada
Badan Musyawarah.
(2)
Setiap anggota Badan Musyawarah wajib:
a. mengadakan konsultasi dengan fraksi sebelum mengikuti rapat Badan
Musyawarah; dan
b. menyampaikan pokok-pokok hasil rapat Badan Musyawarah kepada
fraksinya.
Bagian Keempat
Komisi
Pasal 53
(1)
Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan
dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.
(2)
Setiap anggota DPRD kecuali pimpinan DPRD, wajib menjadi anggota
salah satu komisi.
(3)
Komisi terdiri dari :
Komisi A
:
Bidang Hukum dan Pemerintahan.
Komisi B
:
Bidang Perekonomian.
Komisi C
:
Bidang Keuangan.
Komisi D
:
Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat.
(4)
Jumlah anggota setiap komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diupayakan sama.
(5)
Ketua, wakil ketua, dan sekretaris komisi dipilih dari dan oleh anggota
komisi dan dilaporkan dalam rapat paripurna.
(6)
Penempatan anggota DPRD dalam komisi dan perpindahannya ke komisi
lain didasarkan atas usul fraksi dan dapat dilakukan setiap awal tahun
anggaran.
(7)
Keanggotaan dalam komisi diputuskan dalam rapat paripurna atas usul
fraksi pada awal tahun anggaran.
(8)
Anggota DPRD pengganti antarwaktu menduduki tempat anggota komisi
yang digantikannya.
Pasal 54
Komisi mempunyai tugas:
a. mengupayakan terlaksananya kewajiban
ketentuan peraturan perundang-undangan;
daerah
sesuai
dengan
b. melakukan pembahasan terhadap rancangan Perda dan rancangan
keputusan DPRD;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD sesuai
dengan ruang lingkup tugas komisi;
d. membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian
masalah yang disampaikan oleh Bupati dan/atau masyarakat kepada
DPRD;
- 25 -
e. menerima, menampung, dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat;
f. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;
g. melakukan kunjungan kerja
persetujuan pimpinan DPRD;
komisi
yang
bersangkutan
atas
h. mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat;
i. mengajukan usul kepada pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang
lingkup bidang tugas masing-masing komisi;
j. menindaklanjuti pendelegasian tugas yang diberikan pimpinan DPRD
dengan melakukan pembahasan/ telaah/ kajian paling lama 7 (tujuh)
hari; dan
k. memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil
pelaksanaan tugas komisi.
Bagian Kelima
Badan Pembentukan Perda
Pasal 55
Badan Pembentukan Perda merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat
tetap dibentuk dalam rapat paripurna.
Pasal 56
(1)
Susunan dan keanggotaan Badan Pembentukan Perda dibentuk pada
permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang.
(2)
Jumlah anggota Badan Pembentukan Perda ditetapkan dalam rapat
paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota komisi.
(3)
Jumlah anggota Badan Pembentukan Perda setara dengan jumlah anggota
satu komisi terbanyak di DPRD.
(4)
Anggota Badan Pembentukan Perda diusulkan masing-masing fraksi
secara proporsional.
Pasal 57
(1)
Pimpinan Badan Pembentukan Perda terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan
1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan
Pembentukan Perda berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2)
Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah
Pembentukan Perda dan bukan sebagai anggota.
(3)
Masa jabatan pimpinan Badan Pembentukan Perda selama 1 (satu) tahun.
(4)
Keanggotaan Badan Pembentukan Perda dapat diganti pada setiap tahun
anggaran.
sekretaris
Badan
- 26 -
Pasal 58
Badan Pembentukan Perda bertugas:
a. menyusun rancangan program pembentukan Perda yang memuat daftar
urutan dan prioritas rancangan Perda beserta alasannya untuk setiap
tahun anggaran di lingkungan DPRD;
b. koordinasi untuk penyusunan program pembentukan Perda antara
DPRD dan pemerintah daerah;
c. menyiapkan rancangan Perda
prioritas yang telah ditetapkan;
usul
DPRD
berdasarkan
program
d. melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
rancangan Perda yang diajukan anggota, komisi dan/atau gabungan
komisi sebelum rancangan Perda tersebut disampaikan kepada
pimpinan DPRD;
e. memberikan pertimbangan terhadap rancangan Perda yang diajukan
oleh anggota, komisi dan/atau gabungan komisi, di luar prioritas
rancangan Perda tahun berjalan atau di luar rancangan Perda yang
terdaftar dalam program pembentukan Perda;
f. mengikuti
perkembangan
dan
melakukan
evaluasi
terhadap
pembahasan materi muatan rancangan Perda melalui koordinasi
dengan komisi dan/atau panitia khusus;
g. memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan Perda
yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah; dan
h. membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD baik
yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan
sebagai bahan oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya.
Bagian Keenam
Badan Anggaran
(1)
Pasal 59
Badan Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap
dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.
(2)
Anggota Badan Anggaran diusulkan oleh masing-masing fraksi dengan
mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap komisi dan paling
banyak ½ (setengah) dari jumlah anggota DPRD.
(3)
Ketua dan wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah pimpinan Badan
Anggaran merangkap anggota.
(4)
Susunan keanggotaan, ketua, dan
ditetapkan dalam rapat paripurna.
(5)
Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris Badan Anggaran
dan bukan sebagai anggota.
(6)
Penempatan anggota DPRD dalam Badan Anggaran dan perpindahannya
ke alat kelengkapan DPRD lainnya didasarkan atas usul fraksi dan dapat
dilakukan setiap awal tahun anggaran.
wakil
ketua
Badan
Anggaran
- 27 -
Pasal 60
Badan Anggaran mempunyai tugas:
a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD
kepada Bupati dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan
dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya
APBD;
b. melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada
komisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan
rancangan kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran
sementara;
c. memberikan saran dan pendapat kepada Bupati dalam mempersiapkan
rancangan Perda tentang perubahan APBD dan rancangan Perda
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
d. melakukan penyempurnaan rancangan Perda tentang APBD dan
rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
berdasarkan hasil evaluasi Gubernur bersama tim anggaran pemerintah
daerah;
e. melakukan pembahasan bersama tim anggaran pemerintah daerah
terhadap rancangan kebijakan umum APBD, rancangan prioritas dan
plafon anggaran sementara serta rancangan Perda tentang APBD/
PAPBD yang disampaikan oleh Bupati; dan
f. memberikan saran kepada
anggaran belanja DPRD.
pimpinan
DPRD
dalam
penyusunan
Bagian Ketujuh
Badan Kehormatan
Pasal 61
(1)
Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan
DPRD yang bersifat tetap.
(2)
Pembentukan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan keputusan DPRD.
(3)
Anggota Badan Kehormatan DPRD berjumlah 5 (lima) orang.
(4)
Pimpinan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari
dan oleh anggota Badan Kehormatan DPRD.
(5)
Anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih
dan ditetapkan dalam rapat paripurna berdasarkan usul dari masingmasing fraksi.
(6)
Untuk memilih anggota Badan Kehormatan, masing-masing fraksi berhak
mengusulkan 1 (satu) orang calon anggota Badan Kehormatan.
(7)
Anggota DPRD pengganti antarwaktu menduduki tempat anggota Badan
Kehormatan yang digantikannya.
(8)
Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh
sekretariat yang secara fungsional dilaksanakan oleh sekretariat DPRD.
Pasal 62
- 28 -
(1)
Badan Kehormatan mempunyai tugas:
a. memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap
moral, tata tertib dan kode etik DPRD dalam rangka menjaga martabat,
kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;
b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap
tata tertib dan kode etik DPRD;
c. melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan
pimpinan DPRD, anggota DPRD, dan/atau masyarakat; dan
d. melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan,
verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf ‘c’
kepada rapat paripurna.
(2)
Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Badan Kehormatan dapat meminta bantuan dari
ahli independen.
Pasal 63
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, Badan
Kehormatan berwenang:
a. memanggil anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran tata
tertib dan kode etik DPRD untuk memberikan klarifikasi atau
pembelaan atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan;
b. meminta keterangan pengadu, saksi, dan/ atau pihak-pihak lain yang
terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain; dan
c. menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar
tata tertib dan kode etik DPRD.
Pasal 64
(1)
Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang
terbukti melanggar tata tertib dan kode etik DPRD berdasarkan hasil
penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi oleh Badan Kehormatan.
(2)
Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau
d. pemberhentian sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3)
Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa
teguran lisan, teguran tertulis, atau pemberhentian sebagai pimpinan alat
kelengkapan DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada anggota
DPRD yang bersangkutan, pimpinan fraksi, dan pimpinan partai politik
yang bersangkutan.
(4)
Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa
pemberhentian sebagai anggota DPRD diproses sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 29 -
Pasal 65
(1)
Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) huruf c
disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD disertai identitas
pengadu yang jelas dengan tembusan kepada Badan Kehormatan.
(2)
Pimpinan DPRD wajib menyampaikan pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada Badan Kehormatan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak tanggal pengaduan diterima.
(3)
Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pimpinan DPRD tidak menyampaikan pengaduan kepada Badan
Kehormatan, Badan Kehormatan menindaklanjuti pengaduan tersebut.
(4)
Dalam hal pengaduan tidak disertai dengan identitas pengadu yang jelas,
pimpinan DPRD tidak meneruskan pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada Badan Kehormatan.
Pasal 66
(1)
Setelah menerima pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65,
Badan Kehormatan melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi.
(2)
Penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan cara meminta keterangan dan penjelasan kepada
pengadu, saksi, teradu, dan/ atau pihak-pihak lain yang terkait, dan/
atau memverifikasi dokumen atau bukti lain yang terkait.
(3)
Hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi Badan Kehormatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam berita acara
penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi.
(4)
Pimpinan DPRD dan/atau Badan Kehormatan menjamin kerahasiaan
hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
Pasal 67
(1)
Dalam hal hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3) menyatakan bahwa teradu terbukti
bersalah, Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi sesuai dengan tingkat
kesalahannya.
(2)
Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Badan Kehormatan dan dilaporkan kepada rapat paripurna.
(3)
Dalam hal keputusan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjatuhkan sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota
DPRD, pimpinan DPRD menyampaikan keputusan tersebut kepada
pimpinan partai politik yang bersangkutan.
(4)
Pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan Badan
Kehormatan diterima, menyampaikan keputusan dan usul pemberhentian
anggotanya kepada pimpinan DPRD.
(5)
Dalam hal pimpinan partai politik tidak menyampaikan keputusan dan
usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pimpinan
DPRD menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD tersebut
berdasarkan keputusan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) kepada Gubernur melalui Bupati.
- 30 -
(6)
Gubernur meresmikan pemberhentian anggota DPRD berdasarkan usul
pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
Bagian Kedelapan
Alat Kelengkapan Lain
Pasal 68
(1)
Dalam hal diperlukan, DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain
berupa panitia khusus.
(2)
Panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat
kelengkapan DPRD yang bersifat tidak tetap.
(3)
Panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dalam
rapat paripurna atas usul anggota setelah mendengar pertimbangan
Badan Musyawarah.
(4)
Pembentukan panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan keputusan DPRD.
(5)
Jumlah anggota panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan mempertimbangkan jumlah anggota setiap komisi yang
terkait dan disesuaikan dengan program/ kegiatan serta kemampuan
anggaran DPRD.
(6)
Anggota panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (5), terdiri atas
anggota komisi terkait yang diusulkan oleh masing-masing fraksi.
(7)
Ketua, wakil ketua dan sekertaris panitia khusus dipilih dari dan oleh
anggota panitia khusus.
(8)
Panitia khusus dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretariat
DPRD.
BAB IX
PERSIDANGAN, RAPAT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Bagian Kesatu
Persidangan
Pasal 69
(1)
Tahun sidang DPRD dimulai pada saat pengucapan sumpah/ janji
anggota DPRD;
(2)
Tahun sidang DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam 3
(tiga) masa persidangan, yaitu:
a. masa persidangan pertama dilaksanakan dari tanggal 27 Oktober s/d
akhir Februari;
b. masa persidangan kedua dilaksanakan dari tanggal 01 Maret s/d akhir
Juni;
c. masa persidangan ketiga dilaksanakan dari tanggal 01 Juli s/d 26
Oktober.
(3)
Masa persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masa
sidang dan masa reses, kecuali pada persidangan terakhir dari satu
periode keanggotaan DPRD dilakukan tanpa masa reses.
- 31 -
(4)
Masa reses sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan setiap
akhir masa persidangan dan paling lama 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) kali reses.
(5)
Masa reses dipergunakan oleh anggota DPRD secara perseorangan atau
kelompok untuk mengunjungi daerah pemilihannya guna menyerap
aspirasi masyarakat.
(6)
Anggota DPRD secara perseorangan atau kelompok wajib membuat
laporan tertulis atas hasil pelaksanaan reses, yang disampaikan kepada
pimpinan DPRD dalam rapat paripurna.
(7)
Jadwal dan kegiatan acara reses, ditetapkan oleh pimpinan DPRD setelah
mendengar pertimbangan Badan Musyawarah.
Bagian Kedua
Rapat
Pasal 70
Masa rapat adalah kegiatan DPRD yang dilaksanakan digedung DPRD kecuali
terjadi hal-hal yang khusus atau karena kebutuhan dan alasan tertentu, Rapat
DPRD dapat dilakukan diluar gedung DPRD atau ditempat lain, setelah
mendapat persetujuan dari pimpinan DPRD dan pimpinan Fraksi.
Pasal 71
(1)
Jenis Rapat DPRD terdiri atas:
a. rapat paripurna;
b. rapat paripurna istimewa;
c. rapat pimpinan DPRD;
d. rapat fraksi;
e. rapat konsultasi;
f. rapat Badan Musyawarah;
g. rapat Komisi;
h. rapat gabungan komisi;
i. rapat Badan Anggaran;
j. rapat Badan Pembentukan Perda;
k. rapat Badan Kehormatan;
l. rapat Panitia Khusus;
m. rapat kerja;
n. rapat dengar pendapat; dan
o. rapat dengar pendapat umum.
(2)
Rapat paripurna merupakan forum rapat tertinggi anggota DPRD dalam
pengambilan keputusan yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD.
(3)
Rapat paripurna istimewa merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin
oleh ketua atau wakil ketua untuk melaksanakan acara tertentu dan tidak
mengambil keputusan.
- 32 -
(4)
Rapat pimpinan DPRD merupakan rapat para anggota pimpinan DPRD
yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD.
(5)
Rapat fraksi adalah rapat anggota fraksi yang dipimpin oleh pimpinan
fraksi.
(6)
Rapat konsultasi adalah rapat antara pimpinan DPRD dengan pimpinan
fraksi dan pimpinan alat kelengkapan DPRD yang dipimpin oleh pimpinan
DPRD.
(7)
Rapat Badan Musyawarah merupakan rapat anggota Badan Musyawarah
yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua Badan Musyawarah.
(8)
Rapat komisi merupakan rapat anggota komisi yang dipimpin oleh ketua
atau wakil ketua komisi.
(9)
Rapat gabungan komisi merupakan rapat antarkomisi yang dipimpin oleh
ketua atau wakil ketua DPRD.
(10) Rapat Badan Anggaran merupakan rapat anggota Badan Anggaran yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua Badan Anggaran.
(11) Rapat Badan Pembentukan Perda merupakan rapat anggota Badan
Pembentukan Perda yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua Badan
Pembentukan Perda.
(12) Rapat Badan Kehormatan merupakan rapat anggota Badan Kehormatan
yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua Badan Kehormatan.
(13) Rapat panitia khusus merupakan rapat anggota panitia khusus yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua panitia khusus.
(14) Rapat kerja merupakan rapat antara DPRD dan Bupati atau pejabat yang
ditunjuk atau antara Badan Anggaran, komisi, gabungan komisi, atau
panitia khusus dan Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(15) Rapat dengar pendapat merupakan rapat antara DPRD dan pemerintah
daerah.
(16) Rapat dengar pendapat umum merupakan rapat antara DPRD dan
masyarakat baik lembaga/ organisasi kemasyarakatan maupun
perseorangan atau antara komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus
dan masyarakat baik lembaga/ organisasi kemasyarakatan maupun
perseorangan.
Pasal 72
(1)
Rapat paripurna diadakan secara berkala paling sedikit 6 (enam) kali
dalam 1 (satu) tahun masa sidang.
(2)
Rapat paripurna selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan atas usul:
a. Bupati;
b. pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau
c. anggota dengan jumlah paling sedikit 1/5 (satu perlima) dari jumlah
anggota DPRD yang mencerminkan lebih dari 1 (satu) fraksi.
(3)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada pimpinan
DPRD untuk mendapat penjadwalan dari badan musyawarah.
- 33 -
(4)
Rapat paripurna diselenggarakan atas undangan ketua atau wakil ketua
DPRD berdasarkan jadwal rapat yang telah ditetapkan oleh Badan
Musyawarah.
Pasal 73
(1)
Hasil rapat paripurna
keputusan DPRD.
dituangkan
dalam
bentuk
peraturan
atau
(2)
Hasil rapat pimpinan DPRD ditetapkan dalam keputusan pimpinan DPRD.
(3)
Peraturan atau keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 74
Semua rapat di DPRD pada dasarnya bersifat terbuka, kecuali rapat tertentu
yang dinyatakan tertutup.
Pasal 75
(1)
Rapat DPRD yang bersifat terbuka meliputi rapat paripurna, rapat
paripurna istimewa, dan rapat dengar pendapat umum.
(2)
Rapat DPRD yang bersifat tertutup meliputi rapat pimpinan, rapat
konsultasi, rapat Badan Musyawarah, rapat Badan Anggaran, dan rapat
Badan Kehormatan.
(3)
Rapat DPRD yang bersifat terbuka dan dapat dinyatakan tertutup meliputi
rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat panitia khusus, rapat Badan
Pembentukan Perda, rapat kerja, dan rapat dengar pendapat.
Pasal 76
Rapat DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) dinyatakan
tertutup oleh pimpinan rapat berdasarkan kesepakatan peserta rapat sesuai
dengan substansi yang akan dibahas.
Pasal 77
(1)
Pembicaraan dalam rapat tertutup tidak boleh diumumkan.
(2)
Materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan,
dilarang diumumkan oleh peserta rapat.
(3)
Setiap orang yang melihat, mendengar, atau mengetahui pembicaraan
atau materi rapat tertutup yang harus dirahasiakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), wajib merahasiakannya.
(4)
Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 34 -
Pasal 78
(1)
Pimpinan rapat setelah membuka rapat memberitahukan surat masuk
dan surat keluar untuk diberitahukan kepada peserta atau untuk dibahas
dalam
rapat,
kecuali
surat
yang
berkaitan
dengan
urusan
kerumahtanggaan DPRD.
(2)
Pada setiap rapat DPRD dibuat risalah rapat yang memuat proses dan
materi pembicaraan rapat.
(3)
Dalam hal rapat DPRD dinyatakan tertutup, risalah rapat wajib
disampaikan oleh pimpinan rapat kepada pimpinan DPRD, kecuali rapat
tertutup yang dipimpin langsung oleh pimpinan DPRD.
Pasal 79
Hari dan waktu rapat DPRD adalah :
a. hari Senin s/d Kamis
: Jam 09.00 – 12.00 WIB
: Jam 14.00 – 16.00 WIB
b. hari Jum’at
: Jam 08.00 – 11.00 WIB
: Jam 14.00 – 16.00 WIB
c. kecuali terjadi hal-hal yang khusus atau karena kebutuhan dan alasan
tertentu, rapat dapat dilaksanakan diluar waktu rapat sebagaimana
dalam pasal 79 huruf a dan huruf b, dan rapat dapat dilaksanakan
pada malam hari, ataupun pada hari libur.
Pasal 80
(1)
Setiap anggota DPRD wajib menghadiri rapat DPRD, baik rapat paripurna
maupun rapat alat kelengkapan sesuai dengan tugas dan kewajibannya.
(2)
Anggota DPRD yang menghadiri rapat DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menandatangani daftar hadir.
(3)
Para undangan yang menghadiri rapat DPRD, disediakan daftar hadir
tersendiri.
(4)
Anggota DPRD yang hadir apabila akan meninggalkan ruangan rapat,
wajib memberitahukan kepada pimpinan rapat.
Pasal 81
(1)
Rapat DPRD dilaksanakan di gedung DPRD.
(2)
Dalam hal rapat tidak dapat dilaksanakan di gedung DPRD karena
kebutuhan atau alasan tertentu rapat DPRD dapat dilaksanakan di
tempat lain yang ditentukan oleh pimpinan DPRD.
Pasal 82
(1)
Apabila pada waktu yang ditentukan untuk pembukaan rapat jumlah
anggota DPRD belum mencapai kuorum, pimpinan rapat membuka dan
sekaligus menunda rapat paling lama 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu)
jam.
- 35 -
(2)
Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), kuorum belum juga tercapai, pimpinan rapat menunda rapat
paling lama 3 (tiga) hari atau sampai waktu yang ditetapkan Badan
Musyawarah.
(3)
Setiap terjadi penundaan rapat, dibuat berita acara penundaan rapat yang
ditanda tangani oleh pimpinan rapat.
(4)
Pembukaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandai dengan 3
(tiga) kali ketukan palu.
(5)
Setelah rapat dibuka pimpinan rapat memberitahukan surat – surat
masuk yang dipandang perlu untuk diberitahukan atau dibahas dengan
peserta rapat, kecuali surat-surat urusan rumah tangga DPRD.
Pasal 83
(1)
Pimpinan rapat menutup rapat setelah semua acara yang ditetapkan
selesai dibicarakan.
(2)
Apabila acara yang ditetapkan untuk suatu rapat belum terselesaikan,
sedangkan waktu rapat telah berakhir, pimpinan rapat menunda
penyelesaian acara untuk dibicarakan dalam rapat berikutnya atau
menyelesaikan acara tersebut atas persetujuan rapat.
(3)
Pimpinan rapat mengemukakan pokok-pokok keputusan dan/ atau
kesimpulan yang dihasilkan oleh rapat sebelum menutup rapat.
(4)
Penutupan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandai dengan 3
(tiga) kali ketukan palu.
Pasal 84
Apabila ketua DPRD berhalangan untuk memimpin rapat, rapat dipimpin oleh
salah seorang wakil ketua DPRD dan apabila ketua dan wakil ketua DPRD
berhalangan, pimpinan rapat dipilih dari dan oleh peserta rapat yang hadir.
Pasal 85
(1)
Fraksi, alat kelengkapan DPRD dan atau Pemerintah Daerah mengajukan
usul perubahan kepada pimpinan DPRD mengenai acara yang telah
ditetapkan oleh Badan Musyawarah, baik mengenai perubahan waktu
maupun mengenai masalah yang akan dibahas.
(2)
Usul perubahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
tertulis dengan menyebutkan waktu dan masalah yang diusulkan
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum acara rapat yang bersangkutan
dilaksanakan.
(3)
Pimpinan DPRD mengajukan usul perubahan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kepada Badan Musyawarah untuk segera dibicarakan.
(4)
Badan Musyawarah membicarakan dan mengambil keputusan tentang
usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3).
- 36 -
(5)
Apabila Badan Musyawarah tidak dapat mengadakan rapat, pimpinan
DPRD menetapkan dan mengambil keputusan perubahan tentang acara
rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 86
(1)
Dalam keadaan memaksa, pimpinan DPRD, pimpinan fraksi atau
Pemerintah Daerah dapat mengajukan usul perubahan tentang acara
Rapat Paripurna yang sedang berlangsung.
(2)
Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera mengambil
keputusan tentang usul perubahan acara tersebut.
Pasal 87
(1)
Pimpinan rapat menjaga agar rapat berjalan sesuai dengan ketentuan
dalam tata tertib DPRD.
(2)
Pimpinan rapat hanya berbicara selaku pimpinan rapat untuk
menjelaskan masalah yang menjadi pembicaraan, menunjukan duduk
persoalan yang sebenarnya, mengembalikan pembicaraan kepada pokok
persoalan, dan menyimpulkan pembicaraan anggota rapat.
(3)
Apabila pimpinan rapat hendak berbicara selaku anggota rapat, untuk
sementara pimpinan rapat diserahkan kepada pimpinan yang lain.
Pasal 88
(1)
Sebelum berbicara, anggota rapat yang akan berbicara mendaftarkan
namanya lebih dahulu, dan pendaftaran tersebut juga dapat dilakukan
oleh fraksinya.
(2)
Anggota rapat yang belum mendaftarkan namanya, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tidak boleh berbicara, kecuali apabila menurut
pimpinan rapat ada alasan yang dapat diterima.
Pasal 89
(1)
Giliran berbicara diatur oleh pimpinan rapat menurut urutan pendaftaran
nama.
(2)
Anggota rapat berbicara ditempat
dipersilahkan oleh pimpinan rapat.
(3)
Seorang anggota rapat yang berhalangan pada waktu mendapat giliran
berbicara dapat digantikan oleh anggota rapat dari fraksinya dengan
sepengetahuan pimpinan rapat.
(4)
Pembicara dalam rapat tidak boleh diganggu selama berbicara.
yang
telah
disediakan
setelah
Pasal 90
(1)
Pimpinan rapat dapat menentukan lamanya anggota rapat berbicara.
- 37 -
(2)
Pimpinan rapat memperingatkan dan memintanya supaya pembicara
mengakhiri pembicaraan apabila seorang pembicara melampaui batas
waktu yang telah ditentukan.
Pasal 91
(1)
Setiap waktu dapat diberikan
melakukan interupsi untuk:
kesempatan
kepada
anggota
rapat
a. meminta penjelasan tentang duduk persoalan sebenarnya mengenai
masalah yang sedang dibicarakan;
b. menjelaskan soal yang di dalam pembicaraan menyangkut diri dan/
atau tugasnya;
c. mengajukan usul prosedur mengenai soal yang sedang dibicarakan;
atau
d. mengajukan usul agar rapat ditunda untuk sementara.
(2)
Pimpinan rapat dapat membatasi lamanya pembicara melakukan
interupsi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), memperingatkan
dan menghentikan pembicara apabila interupsi tidak ada hubungannya
dengan materi yang sedang dibicarakan.
(3)
Terhadap pembicara, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan b tidak dapat diadakan pembahasan.
(4)
Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan d untuk dapat
dibahas harus mendapat persetujuan anggota rapat.
Pasal 92
(1)
Seorang pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan,
kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86.
(2)
Apabila seorang pembicara menurut pendapat pimpinan rapat
menyimpang
dari
pokok
pembicaraan,
pimpinan
rapat
memperingatkannya dan meminta supaya pembicara kembali kepada
pokok pembicaraan.
Pasal 93
(1)
Pimpinan rapat memperingatkan pembicara yang menggunakan kata-kata
yang tidak layak, melakukan perbuatan mengganggu ketertiban rapat,
atau menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan hukum.
(2)
Pimpinan rapat meminta agar yang bersangkutan menghentikan
perbuatan pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/ atau
memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik kembali katakatanya dan menghentikan perbuatannya.
(3)
Apabila pembicara memenuhi permintaan pimpinan rapat, kata-kata
pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap tidak pernah
diucapkan dan tidak dimuat dalam risalah atau catatan rapat.
- 38 -
Pasal 94
(1)
Apabila seorang pembicara tidak memenuhi peringatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93, pimpinan rapat melarang pembicara tersebut
meneruskan pembicaraan dan perbuatannya.
(2)
Apabila larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih juga tidak
diindahkan oleh yang bersangkutan, pimpinan rapat meminta kepada
yang bersangkutan untuk meninggalkan rapat.
(3)
Apabila
pembicara
tersebut
tidak
mengindahkan
permintaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pembicara tersebut dikeluarkan
dengan paksa dari rapat atas perintah pimpinan rapat.
Pasal 95
(1)
Pimpinan rapat dapat menutup atau menunda rapat apabila pimpinan
Rapat berpendapat bahwa rapat tidak mungkin dilakukan karena terjadi
peristiwa sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 dan pasal 94.
(2)
Lama penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lebih
dari 24 jam.
Pasal 96
(1)
Untuk setiap rapat paripurna dibuat risalah yang ditandatangani oleh
pimpinan rapat.
(2)
Risalah adalah catatan rapat paripurna yang dibuat secara lengkap dan
berisi seluruh jalannya pembicaraan yang dilakukan dalam rapat serta
dilengkapi dengan catatan tentang:
a. jenis dan sifat rapat;
b. dasar pelaksanaan rapat;
c. hari dan tanggal rapat;
d. tempat rapat;
e. agenda rapat;
f. waktu pembukaan dan penutupan rapat;
g. ketua dan sekretaris rapat; dan
h. jumlah, dan nama anggota yang menandatangani daftar hadir dan
undangan yang hadir.
(3)
Sekretaris rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g adalah
sekretaris DPRD atau pejabat di lingkungan sekretariat DPRD yang
ditunjuk untuk itu oleh sekretaris DPRD .
Pasal 97
Sekretaris rapat menyusun risalah untuk dibagikan kepada anggota dan pihak
yang bersangkutan setelah rapat selesai.
- 39 -
Pasal 98
(1)
Dalam setiap rapat DPRD kecuali rapat paripurna, dibuat catatan rapat
dan laporan singkat yang ditandatangani oleh pimpinan rapat yang
bersangkutan.
(2)
Catatan rapat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) memuat pokok
pembicaraan, kesimpulan dan/atau keputusan yang dihasilkan dalam
rapat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta dilengkapi dengan
catatan tentang hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (2).
(3)
Laporan singkat, sebagaimana dimaksud
kesimpulan dan/ atau keputusan rapat.
pada
ayat
(1)
memuat
Pasal 99
(1)
Sekretaris rapat atau yang dihunjuk sebagai notulis rapat secepatnya
menyusun laporan singkat dan catatan rapat sementara untuk segera
dibagikan kepada anggota dan pihak yang bersangkutan setelah rapat,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1).
(2)
Setiap anggota dan pihak yang bersangkutan diberi kesempatan untuk
mengadakan koreksi terhadap catatan rapat sementara dalam waktu dua
hari sejak diterimanya catatan rapat sementara tersebut dan
menyampaikannya kepada sekretaris rapat yang bersangkutan.
Pasal 100
(1)
Dalam risalah, catatan rapat dan laporan singkat mengenai rapat yang
bersifat tertutup harus dicantumkan dengan jelas kata “rahasia”.
(2)
Rapat yang bersifat tertutup dapat memutuskan bahwa suatu hal yang
dibicarakan dan/ atau diputuskan dalam rapat itu tidak dimasukan
dalam risalah, catatan rapat dan/ atau laporan singkat.
Pasal 101
(1)
Fraksi, alat kelengkapan DPRD atau Pemerintah Daerah dapat
mengajukan usul perubahan kepada pimpinan DPRD mengenai acara
yang telah ditetapkan oleh Badan Musyawarah, mengenai perubahan
waktu maupun mengenai masalah yang akan dibahas.
(2)
Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
melalui pimpinan DPRD, berupa perubahan waktu dan/ atau pokok
pembicaraan maupun yang menghendaki supaya pokok pembicaraan
baru dimasukan dalam acara rapat paripurna.
(3)
Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diajukan
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum acara rapat Paripurna
yang bersangkutan mulai berlangsung.
(4)
Badan Musyawarah memutuskan usul sebagaimana dimaksud ayat (1)
dan (2).
(5)
Apabila Badan Musyawarah tidak dapat mengadakan rapat, pimpinan
DPRD dapat menetapkan jadwal rapat dengan memperhatikan pendapat
pimpinan fraksi.
- 40 -
Pasal 102
(1)
Undangan rapat adalah :
a. mereka yang bukan anggota DPRD, yang hadir dalam rapat DPRD atas
undangan pimpinan DPRD; dan
b. anggota DPRD yang hadir dalam rapat alat kelengkapan DPRD atas
undangan pimpinan DPRD dan bukan anggota alat kelengkapan yang
bersangkutan.
(2)
Peninjau dan wartawan adalah mereka yang hadir dalam rapat DPRD
tanpa undangan pimpinan DPRD dengan mendapatkan persetujuan dari
pimpinan DPRD atau pimpinan alat kelengkapan yang bersangkutan.
(3)
Undangan dapat berbicara dalam rapat, atas persetujuan pimpinan rapat,
tetapi tidak mempunyai hak suara.
(4)
Peninjau dan wartawan tidak mempunyai hak suara dan tidak boleh
menyatakan sesuatu, baik dengan perkataan maupun dengan cara lain.
(5)
Untuk undangan, peninjau, dan wartawan disediakan tempat tersendiri.
(6)
Undangan, peninjau dan wartawan wajib mentaati tata tertib rapat dan/
atau ketentuan lain yang diatur oleh DPRD.
Pasal 103
(1)
Pimpinan rapat menjaga agar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 102 tetap dipatuhi.
(2)
Pimpinan rapat dapat meminta agar undangan, peninjau dan/ atau
wartawan yang mengganggu ketertiban rapat meninggalkan ruang rapat
dan apabila permintaan itu tidak diindahkan, yang bersangkutan
dikeluarkan dengan paksa dari ruang rapat atas perintah pimpinan rapat.
(3)
Pimpinan rapat dapat menutup atau menunda rapat tersebut apabila
terjadi peristiwa, sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4)
Lama penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh
lebih dari 24 jam.
Pasal 104
(1)
Dalam menghadiri
mengenakan:
rapat
paripurna
pimpinan
dan
anggota
DPRD
a. pakaian sipil harian dalam hal rapat direncanakan tidak akan
mengambil keputusan DPRD;
b. pakaian sipil resmi dalam hal rapat direncanakan akan mengambil
keputusan DPRD.
(2)
Dalam menghadiri rapat paripurna istimewa, pimpinan dan anggota
DPRD mengenakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria
dan berpakaian nasional bagi wanita.
Pasal 105
(1)
Dalam hal melakukan kunjungan kerja atau peninjauan lapangan,
pimpinan dan anggota DPRD memakai pakaian sipil harian atau pakaian
dinas harian lengan panjang.
- 41 -
(2)
Dalam hal acara tertentu pimpinan dan anggota DPRD dapat memakai
pakaian daerah.
Bagian Ketiga
Pengambilan Keputusan
Pasal 106
(1)
Pengambilan keputusan dalam rapat DPRD pada dasarnya dilakukan
dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(2)
Apabila cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Pasal 107
(1)
Setiap rapat DPRD dapat mengambil keputusan apabila memenuhi
kuorum.
(2)
Rapat paripurna memenuhi kuorum apabila:
a. dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
anggota DPRD untuk mengambil persetujuan atas pelaksanaan hak
angket dan hak menyatakan pendapat serta untuk mengambil
keputusan mengenai usul pemberhentian Bupati dan/atau wakil
Bupati;
b. dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
anggota DPRD untuk memberhentikan pimpinan DPRD sebagaimana
diatur dalam pasal 48 ayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf a serta untuk
menetapkan Perda dan APBD; atau
c. dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota DPRD untuk
rapat paripurna selain rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dan huruf b.
(3)
Keputusan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dinyatakan sah apabila:
a. disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
anggota DPRD yang hadir, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a;
b. disetujui oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota DPRD yang
hadir, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b; atau
c. disetujui dengan suara terbanyak,
dimaksud pada ayat (2) huruf c.
untuk
rapat
sebagaimana
(4)
Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi,
rapat ditunda paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masingmasing tidak lebih dari 1 (satu) jam.
(5)
Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) kuorum belum juga terpenuhi, pimpinan rapat dapat menunda
rapat paling lama 3 (tiga) hari atau sampai waktu yang ditetapkan oleh
Badan Musyawarah.
(6)
Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), kuorum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum juga terpenuhi, terhadap
- 42 -
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dan huruf b,
rapat tidak dapat mengambil keputusan.
(7)
Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), kuorum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum juga terpenuhi, terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, cara
penyelesaiannya diserahkan kepada pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi
untuk menetapkan APBD, rapat tidak dapat mengambil keputusan maka
penyelesaiannya diserahkan kepada Gubernur.
(8)
Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), kuorum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum juga terpenuhi, terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, cara
penyelesaiannya diserahkan kepada pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi.
(9)
Setiap penundaan rapat, dibuat berita acara penundaan rapat yang
ditandatangani oleh pimpinan rapat.
Pasal 108
(1)
Rapat alat kelengkapan DPRD memenuhi kuorum apabila dihadiri secara
fisik oleh paling sedikit 50 % (lima puluh persen) ditambah 1 (satu)
anggota alat kelengkapan DPRD yang bersangkutan dan lebih dari 1
(satu) fraksi.
(2)
Dalam hal rapat alat kelengkapan DPRD mengambil keputusan,
keputusan dinyatakan sah apabila disetujui oleh suara terbanyak dari
anggota alat kelengkapan yang hadir.
Pasal 109
Setiap keputusan rapat DPRD, baik berdasarkan musyawarah untuk mufakat
maupun berdasarkan suara terbanyak, merupakan kesepakatan untuk
ditindaklanjuti oleh semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.
BAB X
TATA CARA PEMBENTUKAN PERDA
Pasal 110
(1)
Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD atau Bupati.
(2)
Rancangan Perda yang berasal dari DPRD atau Bupati disertai penjelasan
atau keterangan dan/atau naskah akademik.
(3)
Rancangan Perda sebagaimana dimaksud
berdasarkan program pembentukan Perda.
(4)
Dalam keadaan tertentu, DPRD atau Bupati dapat
rancangan Perda di luar program pembentukan Perda.
pada
ayat
(1)
diajukan
mengajukan
Pasal 111
(1)
Rancangan Perda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh anggota
DPRD, komisi, gabungan komisi, dan Badan Pembentukan Perda.
- 43 -
(2)
Rancangan Perda yang diajukan oleh anggota DPRD, komisi, gabungan
komisi, atau Badan Pembentukan Perda disampaikan secara tertulis
kepada pimpinan DPRD disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/
atau naskah akademik, daftar nama dan tanda tangan pengusul, dan
diberikan nomor pokok oleh sekretariat DPRD.
(3)
Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh pimpinan
DPRD disampaikan kepada Badan Pembentukan Perda untuk dilakukan
pengkajian.
(4)
Pimpinan DPRD menyampaikan hasil pengkajian Badan Pembentukan
Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada rapat paripurna.
(5)
Rancangan Perda yang telah dikaji oleh Badan Pembentukan Perda
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada semua anggota DPRD
selambat-lambatnya
7
(tujuh)
hari
sebelum
rapat
paripurna
dilaksanakan.
(6)
Dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (5):
a. pengusul rancangan Perda memberikan penjelasan;
b. fraksi dan anggota DPRD lainnya memberikan pandangan;
c. pengusul Ranperda memberikan jawaban atas pandangan fraksi dan
anggota DPRD lainnya.
(7)
Rapat paripurna memutuskan usul rancangan Perda sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), berupa:
a. persetujuan;
b. persetujuan dengan pengubahan; atau
c. penolakan.
(8)
Dalam hal rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a,
maka rancangan Perda dimasukan ke dalam Prolegda.
(9)
Dalam hal rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b,
rancangan Perda dikembalikan kepada pengusul untuk disempurnakan.
(10) Dalam hal rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf c,
maka rancangan Perda tidak dapat diajukan kembali.
Pasal 112
(1)
Rancangan Perda yang berasal dari Bupati diajukan dengan surat Bupati
kepada pimpinan DPRD.
(2)
Rancangan Perda yang berasal dari Bupati disiapkan dan diajukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
Apabila dalam satu masa sidang Bupati dan DPRD menyampaikan rancangan
Perda mengenai materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan
Perda yang disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan Perda yang
disampaikan oleh Bupati digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.
- 44 -
Pasal 114
(1)
Rancangan Perda yang berasal dari DPRD atau Bupati dibahas oleh DPRD
dan Bupati untuk mendapatkan persetujuan bersama.
(2)
Pembahasan rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat
I dan pembicaraan tingkat II.
(3)
Pembicaraan tingkat I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. dalam hal rancangan Perda berasal dari Bupati dilakukan dengan
kegiatan sebagai berikut:
1. penjelasan Bupati dalam rapat paripurna mengenai rancangan
Perda;
2. pemandangan umum fraksi-fraksi terhadap rancangan Perda;
3. tanggapan dan/atau jawaban
umum fraksi-fraksi.
Bupati terhadap pemandangan
b. dalam hal rancangan Perda berasal dari DPRD (Perda Inisiatif)
dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
1. penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan
Badan Pembentukan Peratuan Daerah, atau pimpinan Panitia
Khusus dalam rapat paripurna mengenai rancangan Perda;
2. pendapat Bupati terhadap rancangan Perda inisiatif;
3. tanggapan dan/atau jawaban fraksi terhadap pendapat Bupati.
c. Pembahasan dalam rapat komisi/ gabungan komisi/ panitia khusus/
badan anggaran yang dilakukan bersama dengan Bupati atau pejabat
yang ditunjuk untuk mewakilinya.
(4)
Pembicaraan tingkat II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului dengan:
1. penyampaian laporan pimpinan komisi/ pimpinan gabungan
komisi/ pimpinan panitia khusus/ badan anggaran yang berisi
proses pembahasan dan hasil pembicaraan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c;
2. permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan
rapat paripurna.
b. sambutan Bupati.
(5)
Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
angka 3 tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat,
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(6)
Dalam hal rancangan Perda tidak mendapat persetujuan bersama antara
DPRD dan Bupati, rancangan Perda tersebut tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan DPRD masa itu.
(7)
Dalam hal rancangan Perda tidak mendapat persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) terkait dengan rancangan Perda tentang APBD
dan/ atau rancangan Perda tentang perubahan APBD, proses
penyelesaiannya diserahkan kepada Gubernur.
- 45 -
Pasal 115
(1)
Rancangan Perda dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh
DPRD dan Bupati.
(2)
Penarikan kembali rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh DPRD, dilakukan dengan keputusan pimpinan DPRD dengan disertai
alasan penarikan.
(3)
Penarikan kembali rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh Bupati, disampaikan dengan surat Bupati disertai alasan penarikan.
(4)
Rancangan Perda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Bupati.
(5)
Penarikan kembali rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
hanya dapat dilakukan dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh Bupati.
(6)
Rancangan Perda yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada
masa sidang yang sama.
Pasal 116
(1)
Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan
menjadi Perda.
(2)
Penyampaian rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak
tanggal persetujuan bersama.
(3)
Bupati wajib menyampaikan rancangan Perda sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada Gubernur paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak
menerima rancangan Perda dari pimpinan DPRD untuk mendapatkan
nomor register Perda.
(4)
Gubernur memberikan nomor register rancangan Perda paling lama 7
(hari) sejak rancangan Perda diterima.
Pasal 117
(1)
Rancangan Perda yang telah mendapat nomor register sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 116 ayat (4) ditetapkan oleh Bupati dengan
membubuhkan tanda tangan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
rancangan Perda disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati.
(2)
Dalam hal Bupati tidak menandatangani rancangan Perda yang telah
mendapat nomor register sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
rancangan Perda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan
dalam lembaran daerah.
(3)
Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan sah
dengan kalimat pengesahannya berbunyi, “Peraturan Daerah ini
dinyatakan sah”.
(4)
Pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
dibubuhkan pada halaman terakhir Perda sebelum pengundangan
naskah Perda ke dalam lembaran daerah.
(5)
Perda diundangkan dalam lembaran daerah.
- 46 -
(6)
Pengundangan Perda dalam lembaran daerah dilakukan oleh Sekretaris
Daerah.
(7)
Perda mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal
diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Perda yang bersangkutan.
(8)
Rancangan Perda yang mengatur tentang RPJPD, RPJMD, APBD,
perubahan APBD, pajak daerah, retribusi daerah, dan tata ruang daerah
harus mendapat evaluasi Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
sebelum ditetapkan Bupati.
(9)
Hasil evaluasi rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (8) jika
disetujui diikuti dengan pemberian nomor register.
(10) Perda setelah diundangkan dalam lembaran daerah harus disampaikan
kepada Pemerintah dan/atau Gubernur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XI
PEMBERHENTIAN ANTARWAKTU, PENGGANTIAN
ANTARWAKTU DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA
Bagian Kesatu
Pemberhentian Antarwaktu
Pasal 118
(1)
Anggota DPRD berhenti antar waktu karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.
(2)
Anggota DPRD diberhentikan antar waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, apabila :
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap sebagai anggota DPRD selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut tanpa keterangan apapun;
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPRD;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
d. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan
DPRD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali
berturut-turut tanpa alasan yang sah;
e. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPRD sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
mengenai
pemilihan umum;
g. melanggar ketentuan larangan sebagai anggota DPRD sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan;
h. diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan; atau
i. menjadi anggota partai politik lain.
- 47 -
Pasal 119
(1)
Pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118
ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf c, huruf e, huruf h, dan
huruf i diusulkan oleh pimpinan partai politik kepada pimpinan DPRD
dengan tembusan kepada Gubernur.
(2)
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPRD menyampaikan
usul pemberhentian anggota DPRD kepada Gubernur melalui Bupati
untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
(3)
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Gubernur menyampaikan usul
tersebut kepada Menteri Dalam Negeri.
(4)
Gubernur meresmikan pemberhentian anggota DPRD paling lama 14
(empat belas) hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota DPRD
dari Bupati diterima.
(5)
Peresmian pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud ayat (4)
berlaku sejak ditetapkan, kecuali peresmian pemberhentian anggota
DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 118 ayat (2) huruf c berlaku
sejak tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 120
(1)
Pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118
ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, dan huruf g, dilakukan setelah
adanya hasil penyelidikan dan verifikasi yang dituangkan dalam
keputusan Badan Kehormatan DPRD atas pengaduan dari pimpinan
DPRD, masyarakat, dan/atau pemilih.
(2)
Keputusan Badan Kehormatan DPRD mengenai pemberhentian anggota
DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Badan
Kehormatan DPRD kepada rapat paripurna.
(3)
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak keputusan Badan Kehormatan DPRD
yang telah dilaporkan dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), pimpinan DPRD menyampaikan keputusan Badan
Kehormatan DPRD kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan.
(4)
Pimpinan partai politik yang bersangkutan menyampaikan keputusan
tentang pemberhentian anggotanya kepada pimpinan DPRD, paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya keputusan Badan
Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dari pimpinan
DPRD.
(5)
Dalam hal pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak memberikan keputusan dan usul pemberhentian anggotanya
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pimpinan DPRD meneruskan
keputusan Badan Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) kepada Gubernur melalui Bupati, paling lama 7 (tujuh) hari setelah
berakhirnya batas waktu penyampaian keputusan tentang pemberhentian
anggota DPRD dari pimpinan partai politik, untuk memperoleh peresmian
pemberhentian.
(6)
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya keputusan pemberhentian
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Bupati menyampaikan keputusan
tersebut kepada Gubernur.
- 48 -
(7)
Gubernur meresmikan pemberhentian anggota DPRD sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) paling lama 14 (empat belas) hari sejak
diterimanya keputusan Badan Kehormatan DPRD atau keputusan
pimpinan partai politik tentang pemberhentian anggotanya.
Pasal 121
(1)
Dalam hal pelaksanaan penyelidikan dan verifikasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 120 ayat (1), Badan Kehormatan DPRD dapat
meminta bantuan dari ahli independen.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelidikan, verifikasi dan
pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan DPRD diatur dengan
peraturan DPRD tentang tata beracara Badan Kehormatan.
Bagian Kedua
Penggantian Antarwaktu
Pasal 122
(1)
Anggota DPRD yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 118 ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPRD yang memperoleh
suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan
suara dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(2)
Dalam hal calon anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan
berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengundurkan diri,
meninggal dunia, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota
DPRD, anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan
oleh calon anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan
berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang
sama.
(3)
Masa jabatan anggota DPRD pengganti antarwaktu melanjutkan sisa
masa jabatan anggota DPRD yang digantikannya.
Pasal 123
(1)
Pimpinan DPRD menyampaikan nama anggota DPRD yang diberhentikan
antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu dengan
melampirkan fotokopi daftar calon tetap dan daftar peringkat perolehan
suara partai politik yang bersangkutan yang telah dilegalisir, kepada
KPUD dengan tembusan kepada pimpinan partai politik yang
bersangkutan.
(2)
KPUD menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 122 ayat (1) dan ayat (2)
kepada pimpinan DPRD paling lambat 5 (lima) hari sejak diterimanya
surat pimpinan DPRD.
(3)
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak menerima nama calon pengganti
antarwaktu dari KPUD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan
DPRD menyampaikan nama anggota DPRD yang diberhentikan dan nama
calon pengganti antarwaktu kepada Gubernur melalui Bupati.
(4)
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak menerima nama anggota DPRD yang
diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu sebagaimana
- 49 -
dimaksud pada ayat (3), Bupati menyampaikan nama anggota DPRD yang
diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Gubernur.
(5)
Dalam hal KPUD tidak menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu
dan/atau menyampaikan nama pengganti antarwaktu, pimpinan DPRD
berdasarkan hasil konfirmasi dengan pimpinan partai politik yang
bersangkutan menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu dari
partai politik yang bersangkutan kepada Gubernur melalui Bupati.
(6)
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak menerima nama anggota DPRD yang
diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), Bupati menyampaikan nama anggota DPRD yang
diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Gubernur.
(7)
Paling lambat 14 (empat belas) hari sejak menerima usulan penggantian
antarwaktu dari Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6),
Gubernur meresmikan pemberhentian dan pengangkatannya dengan
keputusan Gubernur.
(8)
Dalam hal Bupati tidak mengusulkan menyampaikan nama anggota
DPRD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada
Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6), Gubernur
meresmikan penggantian antarwaktu anggota DPRD berdasarkan
pemberitahuan dari pimpinan DPRD.
Pasal 124
(1)
Penggantian antarwaktu anggota DPRD tidak dilaksanakan apabila sisa
masa jabatan anggota DPRD kurang dari 6 (enam) bulan.
(2)
Dalam hal pemberhentian antarwaktu anggota DPRD dilaksanakan dalam
waktu sisa masa jabatan anggota DPRD kurang dari 6 (enam) bulan,
pemberhentian anggota DPRD tersebut tetap diproses, dengan tidak
dilakukan penggantian.
(3)
Keanggotaan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kosong sampai
berakhirnya masa jabatan anggota DPRD.
Bagian Ketiga
Persyaratan dan Verifikasi Persyaratan
Pasal 125
(1)
Calon anggota DPRD pengganti antarwaktu harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu)
tahun atau lebih;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;
e. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat;
- 50 -
f. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945;
g. tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
h. sehat jasmani dan rohani;
i. terdaftar sebagai pemilih;
j. bersedia bekerja penuh waktu;
k. mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri,
pengurus pada badan usaha milik negara atau BUMD serta badan lain
yang anggarannya bersumber dari APBD/APBN yang dinyatakan
dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali;
l. bersedia untuk tidak berpraktek sebagai akuntan publik,
advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan
tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang
berhubungan dengan APBD/APBN serta pekerjaan lain yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak
sebagai anggota DPRD sesuai peraturan perundang-undangan;
m. bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara
lainnya, pengurus pada badan usaha milik negara, dan badan usaha
milik daerah, serta badan lain yang anggarannya bersumber dari
APBD/APBN;
n. menjadi anggota partai politik peserta pemilu;
o. dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan; dan
p. dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.
(2)
Kelengkapan administrasi bakal calon anggota DPRD pengganti
antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan:
a. kartu tanda penduduk warga negara Indonesia;
b. bukti kelulusan berupa fotokopi ijazah, STTB, syah dan, sertifikat,
atau surat keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan
atau program pendidikan menengah;
c. surat keterangan tidak tersangkut perkara pidana dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia setempat;
d. surat keterangan berbadan sehat jasmani dan rohani;
e. surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih;
f. surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja penuh waktu yang
ditandatangani di atas kertas bermaterai cukup;
g. surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktek sebagai akuntan
publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah
(PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang
berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang
dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang,
dan hak sebagai anggota DPRD provinsi atau DPRD yang
ditandatangani di atas kertas bermaterai cukup;
h. kartu tanda anggota partai politik peserta pemilu;
- 51 -
i. surat pernyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan oleh 1 (satu)
partai politik untuk 1 (satu) lembaga perwakilan yang ditandatangani
di atas kertas bermaterai cukup; dan
j. surat pernyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan pada 1 (satu)
daerah pemilihan yang ditandatangani di atas kertas bermaterai
cukup.
(3)
Selain kelengkapan berkas administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Bupati dalam mengajukan usulan penggantian antarwaktu
anggota DPRD juga harus melampirkan:
a. usul pemberhentian anggota DPRD karena alasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2)
huruf e dan huruf i dari pimpinan partai politik disertai dengan
dokumen pendukung sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
partai politik;
b. usul pemberhentian anggota DPRD karena alasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf c dari pimpinan partai
politik disertai dengan salinan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. usul pemberhentian anggota DPRD karena alasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf h dari pimpinan partai
politik disertai dengan salinan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dalam hal anggota partai politik
yang bersangkutan mengajukan keberatan melalui pengadilan; atau
d. keputusan dan usul pemberhentian sebagai anggota DPRD karena
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf a, huruf
b, huruf d, huruf f, dan huruf g dari pimpinan partai politik
berdasarkan keputusan Badan Kehormatan DPRD setelah dilakukan
penyelidikan dan verifikasi; dan
e. fotokopi daftar calon tetap anggota DPRD pada pemilihan umum yang
dilegalisir oleh KPUD; dan
f. fotokopi daftar peringkat perolehan suara partai politik yang
mengusulkan penggantian antarwaktu anggota DPRD yang dilegalisir
oleh KPUD.
(4)
Verifikasi kelengkapan berkas penggantian antarwaktu anggota DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dilakukan secara
fungsional oleh unit kerja di masing-masing lembaga/instansi sesuai
kewenangannya.
Bagian Keempat
Pemberhentian Sementara
Pasal 126
(1)
Anggota DPRD diberhentikan sementara karena:
a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; atau
b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus.
(2)
Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
diusulkan oleh pimpinan DPRD kepada Gubernur melalui Bupati.
(1)
- 52 -
(3)
Apabila setelah 7 (tujuh) hari sejak anggota DPRD ditetapkan sebagai
terdakwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pimpinan DPRD tidak
mengusulkan pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), sekretaris DPRD dapat melaporkan status terdakwa anggota
DPRD yang bersangkutan kepada Bupati.
(4)
Bupati berdasarkan laporan sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) mengajukan usul pemberhentian sementara anggota DPRD
yang bersangkutan kepada Gubernur.
(5)
Gubernur memberhentikan sementara sebagai anggota DPRD atas usul
Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4).
(6)
Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku
terhitung mulai tanggal anggota DPRD yang bersangkutan ditetapkan
sebagai terdakwa.
(7)
Anggota DPRD yang diberhentikan sementara tetap mendapatkan hak
keuangan berupa uang representasi, uang paket, tunjangan keluarga, dan
tunjangan beras serta tunjangan pemeliharaan kesehatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Pasal 127
(1)
Dalam hal anggota DPRD yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 126 berkedudukan sebagai pimpinan DPRD,
pemberhentian sementara sebagai anggota DPRD diikuti dengan
pemberhentian sementara sebagai pimpinan DPRD.
(2)
Dalam hal pimpinan DPRD diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), partai politik asal pimpinan DPRD yang
diberhentikan sementara mengusulkan kepada pimpinan DPRD salah
seorang anggota DPRD yang berasal dari partai politik tersebut untuk
melaksanakan tugas pimpinan DPRD yang diberhentikan sementara.
Pasal 128
(1)
Dalam hal anggota DPRD dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1) huruf a
atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, anggota DPRD yang bersangkutan diberhentikan
tidak dengan hormat sebagai anggota DPRD.
(2)
Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku mulai
tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
(3)
Dalam hal anggota DPRD dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1) huruf a atau
huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, maka anggota DPRD yang bersangkutan
diaktifkan kembali apabila masa jabatannya belum berakhir.
- 53 -
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 129
(1)
Pemanggilan dan permintaan keterangan untuk penyidikan terhadap
anggota DPRD yang diduga melakukan tindak pidana harus mendapat
persetujuan tertulis dari Gubernur.
(2)
Dalam hal persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
diberikan oleh Gubernur dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak diterimanya permohonan, proses pemanggilan dan
permintaan keterangan untuk penyidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan.
(3)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila
anggota DPRD:
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana;
b. disangka melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana mati atau pidana seumur hidup atau tindak pidana kejahatan
terhadap kemanusiaan dan keamanan negara berdasarkan bukti
permulaan yang cukup;
c. disangka melakukan tindak pidana khusus.
BAB XIII
PELAKSANAAN KONSULTASI
Pasal 130
(1)
Konsultasi antara DPRD dengan Pemerintah Daerah dilaksanakan dalam
bentuk pertemuan antara pimpinan DPRD dengan Bupati.
(2)
Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam
rangka:
a. pembicaraan awal mengenai materi muatan rancangan Perda
dan/atau rancangan kebijakan umum anggaran serta prioritas dan
plafon anggaran sementara dalam rangka penyusunan rancangan
anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. pembicaraan mengenai penanganan suatu masalah yang memerlukan
keputusan/kesepakatan bersama DPRD dan pemerintah daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan;
c. permintaan penjelasan mengenai kebijakan atau program kerja
tertentu yang ditetapkan atau dilaksanakan oleh Bupati.
(3)
Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPRD
didampingi oleh pimpinan alat kelengkapan DPRD yang terkait dengan
materi konsultasi dan Bupati didampingi oleh pimpinan perangkat daerah
yang terkait.
(4)
Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
berkala atau sesuai dengan kebutuhan.
(5)
Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan, baik
atas prakarsa pimpinan DPRD maupun Bupati.
(6)
Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaporkan
dalam rapat paripurna.
- 54 -
Pasal 131
(1)
Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130
dilaksanakan dengan pimpinan instansi vertikal di daerah.
juga
dapat
(2)
Pimpinan DPRD dapat membuat kesepakatan dengan pimpinan instansi
vertikal di daerah mengenai mekanisme konsultasi antara DPRD dengan
instansi vertikal tersebut.
BAB XIV
PENERIMAAN PENGADUAN DAN PENYALURAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 132
Setiap orang, kelompok atau organisasi dapat mengajukan pengaduan kepada
Badan Kehormatan DPRD dalam hal memiliki bukti yang cukup bahwa
terdapat anggota DPRD yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau
lebih sebagaimana dimaksud dalam pasal 124 dan/atau melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 151.
Pasal 133
(1)
Pimpinan DPRD, alat kelengkapan DPRD, anggota DPRD atau fraksi di
DPRD menerima, menampung, menyerap, dan menindaklanjuti
pengaduan dan/atau aspirasi masyarakat yang disampaikan secara
langsung atau tertulis tentang suatu permasalahan, sesuai dengan tugas,
fungsi dan wewenang DPRD.
(2)
Pengaduan dan/atau aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan proses administratif oleh sekretariat DPRD dan diteruskan
kepada pimpinan DPRD, alat kelengkapan DPRD yang terkait, anggota
DPRD, atau fraksi di DPRD.
(3)
Pimpinan DPRD, alat kelengkapan DPRD yang terkait, atau fraksi di
DPRD dapat menindaklanjuti pengaduan dan/atau aspirasi sesuai
kewenangannya.
(4)
Anggota DPRD dapat menindaklanjuti pengaduan dan/atau aspirasi
kepada pimpinan DPRD, alat kelengkapan DPRD yang terkait, atau
fraksinya.
(5)
Dalam hal diperlukan, pengaduan dan/atau aspirasi masyarakat dapat
ditindaklanjuti dengan:
a. rapat dengar pendapat umum;
b. rapat dengar pendapat;
c. kunjungan kerja;
d. rapat kerja alat kelengkapan DPRD dengan mitra kerjanya.
(6)
Tata cara penerimaan dan tindak lanjut pengaduan dan/atau aspirasi
masyarakat diatur oleh sekretaris DPRD dengan persetujuan pimpinan
DPRD.
- 55 -
BAB XV
PELAKSANAAN TUGAS KELOMPOK PAKAR ATAU TIM AHLI
Pasal 134
(1)
Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang DPRD, dibentuk
kelompok pakar atau tim ahli.
(2)
Kelompok pakar atau tim ahli paling banyak sesuai dengan jumlah alat
kelengkapan DPRD.
(3)
Kelompok pakar atau tim ahli paling sedikit memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan serendah-rendahnya strata satu (S1) dengan
pengalaman kerja paling singkat 5 (lima) tahun, strata dua (S2) dengan
pengalaman kerja paling singkat 3 (tiga) tahun, atau strata tiga (S3)
dengan pengalaman kerja paling singkat 1 (satu) tahun;
b. menguasai bidang yang diperlukan;
c. menguasai tugas dan fungsi DPRD.
(4)
Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk sesuai kebutuhan atas usul anggota DPRD.
(5)
Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat dan diberhentikan dengan keputusan sekretaris DPRD.
(6)
Kelompok pakar atau tim ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bekerja sesuai dengan pengelompokan tugas dan wewenang DPRD yang
tercermin dalam alat kelengkapan DPRD.
BAB XVI
SISTEM PENDUKUNG
Sekretariat DPRD
Pasal 135
(1)
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD
dibentuk Sekretariat DPRD yang susunan organisasi dan tata kerjanya
ditetapkan dengan Perda sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2)
Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
seorang Sekretaris DPRD yang diangkat dan diberhentikan dengan
keputusan Bupati atas persetujuan pimpinan DPRD.
(3)
Sekretaris DPRD dan pegawai Sekretariat DPRD berasal dari Aparatur
Sipil Negara.
(4)
Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan administrasi
keuangan DPRD, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan
mengkoordinir dan menyediakan tenaga ahli dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah.
(5)
Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(6)
Biaya untuk tenaga ahli dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
Sekretariat DPRD dibebankan kepada APBD.
- 56 -
BAB XVII
KODE ETIK
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 136
Kode Etik DPRD yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma
atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etika atau filosofis
dengan peraturan perilaku maupun sikap, ucapan, tata kerja, tata hubungan
antara sesama anggota DPRD, anggota DPRD dengan lembaga Pemerintahan
Daerah, antara anggota DPRD dengan pihak lain mengenai hal-hal yang
diwajibkan, dilarang atau tidak patut dilakukan oleh anggota DPRD.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 137
Kode etik bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra dan
kredibilitas anggota DPRD serta membantu anggota DPRD dalam
melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban serta tanggung jawabnya
kepada pemilh, masyarakat dan Negara.
Bagian Ketiga
Sikap dan Perilaku
Pasal 138
Pimpinan dan anggota DPRD adalah Warga Negara Indonesia yang mempunyai
sikap:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. berjiwa Pancasila;
c. taat kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundangundangan;
d. mempertahankan keutuhan Negara serta menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa;
e. memiliki integritas tinggi dan jujur;
f. senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan;
g. menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia;
h. memperjuangkan aspirasi masyarakat tanpa memandang perbedaan
suku, agama, ras, asal usul, golongan dan jenis kelamin;
i. mengutamakan pelaksanaan tugas dan kewajiban anggota DPRD
daripada kegiatan lain di luar tugas dan kewajiban DPRD;
j. mematuhi peraturan tata tertib dan kode etik DPRD; dan
k. menaati ketentuan mengenai kewajiban dan larangan bagi anggota
DPRD sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
- 57 -
Bagian Keempat
Tata Kerja
Pasal 139
Pimpinan dan anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
kewajiban diharuskan :
a. menunjukkan profesionalisme sebagai anggota DPRD;
b. melaksanakan tugas dan
kesejahteraan masyarakat;
kewajiban
demi
kepentingan
dan
c. berupaya meningkatkan kualitas dan kinerja;
d. mengikuti seluruh agenda kerja DPRD, kecuali berhalangan atas izin
dari pimpinan fraksi;
e. menghadiri rapat DPRD secara fisik;
f. bersikap sopan dan santun serta senantiasa menjaga ketertiban pada
setiap rapat DPRD;
g. menjaga rahasia termasuk hasil rapat yang disepakati
dirahasiakan sampai dengan dinyatakan terbuka untuk umum;
untuk
h. memperoleh izin tertulis dari pejabat yang berwenang untuk perjalanan
ke luar negeri, baik atas beban APBD maupun pihak lain;
i. melaksanakan perjalanan dinas atas izin tertulis dan/atau penugasan
dari pimpinan DPRD, serta berdasarkan ketersediaan anggaran sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
j. tidak menyampaikan hasil dari
dihadirinya kepada pihak lain; dan
suatu
rapat
DPRD
yang
tidak
k. tidak membawa anggota keluarga dalam perjalanan dinas, kecuali atas
alasan tertentu dan seizin pimpinan DPRD.
Bagian Kelima
Tata hubungan
Pasal 140
(1)
Hubungan antara Pimpinan dan anggota DPRD dengan penyelenggara
pemerintahan daerah dan pihak lain harus bersikap adil, terbuka,
akomodatif, responsif, dan profesional dalam hubungan kemitraan, serta
menghormati lembaga DPRD dan lembaga penyelenggara pemerintahan
lainnya.
(2)
Hubungan antara pimpinan dan anggota DPRD dalam melaksanakan
kegiatannya :
a. memelihara dan memupuk kerja sama yang baik sesama anggota
DPRD;
b. saling mempercayai, menghormati,
sesama anggota DPRD;
menghargai
c. menjaga hubungan harmonis sesama
menghindarkan persaingan yang tidak sehat.
(3)
dan
anggota
membantu
DPRD
Hubungan antara pimpinan dan anggota DPRD dengan eksekutif :
dan
- 58 -
a. bersikap kritis, adil, jujur, profesional, impersonal (tidak mengenai
orang tertentu saja) dan proporsional;
b. dilarang menyalahgunakan jabatannya secara langsung atau tidak
langsung untuk meminta atau menerima sesuatu dalam bentuk
apapun untuk kepentingan pribadi atau golongan dengan motif
korupsi, kolusi dan nepotisme.
(4)
Hubungan antar pimpinan dan anggota DPRD dengan masyarakat dan
konstituennya dilakukan untuk :
a. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam menjalankan pemerintah
daerah;
b. menjalin kemitraan agar dapat berkomunikasi secara sehat, terbuka
dan produktif;
c. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.
Bagian Keenam
Penyampaian Pendapat, Tanggapan, Jawaban dan Sanggahan
Pasal 141
Pimpinan dan anggota DPRD dalam penyampaian pendapat, tanggapan,
jawaban, dan sanggahan wajib memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan
santun, dan kepatutan sebagai wakil rakyat.
Bagian Ketujuh
Kewajiban
Pasal 142
Pimpinan dan anggota DPRD wajib :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan;
c. melaksanakan
kehidupan
pemerintah daerah;
Demokrasi
dalam
penyelenggaraan
d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan;
f. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
g. menaati
daerah;
prinsip
demokrasi
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan
h. menaati tata tertib dan kode etik;
i. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
j. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan
kerja secara berkala;
- 59 -
k. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;
dan
l. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
konstituen di daerah pemilihannya.
Pasal 143
(1)
Pimpinan dan anggota DPRD wajib menghadiri secara fisik setiap rapat
yang menjadi tanggung jawabnya dan tepat waktu.
(2)
Pimpinan dan anggota DPRD yang secara fisik tidak dapat menghadiri
rapat, wajib mengajukan izin secara lisan atau tertulis kepada Pimpinan
rapat.
(3)
Ketidak hadiran pimpinan dan anggota DPRD secara fisik tanpa izin
sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam rapat sejenis merupakan
pelanggaran Kode Etik.
(4)
Ketidak hadiran pimpinan dan anggota DPRD yang disengaja karena
sikap politik terhadap agenda tertentu dihormati sebagai hak yang tidak
dapat disebut pelanggaran Kode Etik.
(5)
Kehadiran pimpinan dan anggota DPRD merupakan bagian tak
terpisahkan dengan hak politik masing-masing anggota dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
(6)
Ketidak hadiran pimpinan dan anggota DPRD secara disengaja atau tidak
disengaja menggugurkan hak politik yang bersangkutan.
Bagian Kedelapan
Rehabilitasi
Pasal 144
(1)
Rehabilitasi (pemulihan nama baik) wajib diberikan kepada pimpinan dan
anggota DPRD yang tidak terbukti melakukan pelanggaran terhadap tata
tertib, kode etik dan sumpah jabatan.
(2)
Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam
rapat paripurna.
Bagian Kesembilan
Kepantasan
Pasal 145
Pimpinan dan anggota DPRD
kepantasan sebagai berikut :
harus
memperhatikan
prinsip-prinsip
a. tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari norma agama yang
dianut, adat istiadat dan etika masyarakat;
b. menggunakan fasilitas DPRD sesuai dengan prosedur yang benar;
c. menghadiri rapat selambat-selambatnya 10 (sepuluh) menit sebelum
waktu yang ditentukan, dan tidak meninggalkan rapat sebelum selesai
tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan;
d. selama mengikuti rapat paripurna, anggota DPRD tidak diperkenankan:
- 60 -
1.
merokok di dalam ruang rapat;
2.
menggunakan alat komunikasi dan
mengganggu jalannya ketertiban rapat;
3.
membaca surat kabar atau bahan bacaan lain kecuali hal-hal yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas;
4.
berbicara dengan sesama anggota DPRD atau dengan undangan
yang dapat mengganggu jalannya ketertiban rapat;
5.
memakai pakaian non PDL (Pakaian Dinas Lengkap) resmi
sebagaimana yang telah ditentukan di dalam tata tertib DPRD.
sejenisnya
yang
dapat
e. selama berada di lingkungan kantor DPRD, anggota DPRD, pegawai
sekretariat DPRD, tamu dan undangan tidak diperkenankan merokok di
dalam:
1.
ruang rapat paripurna;
2.
ruang rapat umum;
3.
ruang tunggu FKPD.
f. menjalin hubungan dengan Sekretariat DPRD Kabupaten Serdang
Bedagai atas dasar sikap saling menghargai dan menghormati;
g. menggunakan tutur kata yang jelas, mudah dipahami, tidak
menyinggung perasaan pihak lain dan tidak meninggalkan sopan
santun baik dalam rapat maupun di luar rapat.
Bagian Kesepuluh
Penyampaian Pernyataan dan Pendapat
Pasal 146
(1)
Dalam menjalankan tugasnya pimpinan dan anggota DPRD harus
menyampaikan pernyataan dan pendapat secara tertulis maupun tidak
tertulis.
(2)
Pernyataan dan pendapat yang disampaikan baik di dalam maupun di
luar rapat adalah pernyataan dan pendapat dalam kapasitas sebagai
pimpinan DPRD, anggota DPRD, pimpinan atau anggota alat kelengkapan
DPRD dan pimpinan atau anggota fraksi.
(3)
Pernyataan atau pendapat di luar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dianggap sebagai pernyataan pribadi.
(4)
Pimpinan dan anggota DPRD yang tidak menghadiri rapat dilarang
menyampaikan hasil rapat dengan mengatasnamakan anggota DPRD.
(5)
Sikap pernyataan dan pendapat harus dapat dipertanggungjawabkan oleh
yang bersangkutan atas dasar data dan fakta yang benar.
Bagian Kesebelas
Konflik Kepentingan dan Perangkapan Jabatan
Pasal 147
(1)
Sebelum mengemukakan pendapatnya dalam pembahasan sesuatu
permasalahan, pimpinan dan anggota DPRD harus menyatakan di
hadapan seluruh peserta rapat apabila ada suatu kepentingan antara
- 61 -
permasalahan yang sedang dibahas dengan kepentingan pribadinya di
luar kedudukannya sebagai anggota DPRD.
(2)
Anggota DPRD mempunyai hak suara pada setiap pengambilan
keputusan kecuali apabila rapat memutuskan lain karena yang
bersangkutan mempunyai konflik kepentingan dalam permasalahan yang
sedang dibahas.
(3)
Pimpinan dan anggota DPRD dilarang menggunakan jabatannya untuk
mempengaruhi proses peradilan untuk kepentingan pribadi atau pihak
lain.
(4)
Pimpinan dan anggota DPRD dilarang menggunakan jabatannya untuk
mencari kemudahan dan keuntungan pribadi, keluarga, sanak famili dan
kroninya yang mempunyai usaha atau melakukan penanaman modal
dalam rangka meraih proyek-proyek atau bidang usaha yang dibiayai
APBD atau APBN.
(5)
Pimpinan dan anggota DPRD dilarang melakukan rangkap jabatan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan.
(6)
Pimpinan dan anggota DPRD yang ikut serta dalam setiap kepengurusan
organisasi di luar lembaga DPRD harus mengutamakan tugas dan
fungsinya sebagai anggota DPRD.
(7)
Setiap keikutsertaan dalam suatu organisasi, anggota DPRD wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pimpinan DPRD.
Bagian Kedua belas
Rahasia
Pasal 148
(1)
Pimpinan dan anggota DPRD tidak diperkenankan menyalahgunakan
dokumen atau informasi yang bersifat rahasia untuk keuntungan pribadi
atau kelompoknya.
(2)
Pimpinan dan anggota DPRD wajib menjaga rahasia yang dipercayakan
kepadanya sampai batas waktu yang ditentukan atau sampai masalah
tersebut sudah dinyatakan terbuka untuk umum.
Bagian Ketiga belas
Perjalanan Dinas
Pasal 149
(1)
Pimpinan dan anggota DPRD melakukan perjalanan dinas baik di dalam
maupun di luar daerah dengan biaya APBD harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)
Pimpinan dan anggota DPRD tidak diperkenankan menggunakan fasilitas
perjalanan dinas untuk kepentingan di luar tugas DPRD.
(3)
Pimpinan dan anggota DPRD tidak boleh membawa keluarga, sanak
famili, kerabat, dalam suatu perjalanan dinas kecuali dimungkinkan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)
Dalam hal perjalanan dinas atas biaya pengundang harus mendapatkan
izin tertulis dari pimpinan DPRD.
- 62 -
(5)
Pimpinan dan anggota DPRD yang melakukan perjalanan dinas ke luar
negeri dengan anggaran APBD wajib memperoleh izin tertulis dari
Gubernur.
Bagian Keempat belas
Pengawasan, Penegakan
Pasal 150
Pengawasan dan penegakan terhadap kode etik dilaksanakan oleh Badan
Kehormatan DPRD sesuai dengan ketentuan dalam tata kerja Badan
Kehormatan DPRD.
Bagian Kelima belas
Larangan
Pasal 151
(1)
Pimpinan dan anggota DPRD dilarang merangkap jabatan sebagai :
a. Pejabat Negara atau pejabat daerah lainnya;
b. Hakim disemua lingkungan peradilan;
c. pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pegawai pada badan usaha
milik negara, BUMD atau Badan lain yang anggarannya bersumber
dari APBN/APBD.
(2)
Dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga
pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat/ pengacara,
notaris dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas,
wewenang dan hak sebagai anggota DPRD.
(3)
Dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme serta menerima
gratifikasi.
Bagian Keenam belas
Sanksi
Pasal 152
(1)
Pimpinan dan anggota DPRD yang tidak melaksanakan kewajibannya
dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan.
(2)
Pimpinan dan anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (1) dan/atau
ayat (2) dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD.
(3)
Pimpinan dan anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD.
Pasal 153
Jenis-jenis sanksi yang dikenakan kepada Pimpinan dan anggota DPRD yang
terbukti melakukan pelanggaran dapat berupa :
- 63 -
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian dari jabatan pimpinan DPRD atau pimpinan alat
kelengkapan DPRD.
Pasal 154
(1)
Sanksi berupa teguran lisan diberikan kepada pimpinan dan anggota
DPRD yang melanggar kode etik.
(2)
Sanksi berupa teguran tertulis diberikan kepada pimpinan dan anggota
DPRD yang melanggar kode etik dan sudah diberikan teguran secara lisan
sebanyak 1 (satu) kali.
(3)
Pimpinan atau anggota DPRD yang diberi sanksi teguran tertulis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 153 huruf b sebanyak 3 (tiga) kali
dan yang bersangkutan tetap melakukan pelanggaran yang sama, maka
teguran tertulis berikutnya dibacakan di dalam rapat paripurna.
Pasal 155
(1)
Sanksi pemberhentian dari jabatan pimpinan DPRD atau pimpinan alat
kelengkapan DPRD diberikan terhadap jenis pelanggaran yang :
a. mengganggu citra dan kehormatan DPRD atau alat kelengkapan
DPRD;
b. mengganggu kinerja DPRD dan alat kelengkapan DPRD;
c. melanggar moral sosial yang secara luas diketahui masyarakat dan
dapat merusak citra DPRD.
(2)
Sanksi pemberhentian sebagai pimpinan dan anggota DPRD diberikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 156
(1)
Pembinaan dapat dilakukan terhadap pimpinan dan anggota DPRD yang
melanggar kode etik ini.
(2)
Rehabilitasi wajib diberikan kepada pimpinan dan anggota DPRD yang
tidak terbukti melakukan pelanggaran terhadap tata tertib, kode etik dan
sumpah jabatan DPRD.
(3)
Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan dalam
Rapat Paripurna.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 157
Peraturan DPRD Nomor 13 Tahun 2010 tentang tata tertib DPRD dinyatakan
tetap berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan DPRD tentang tata
tertib dan kode etik DPRD ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.
- 64 -
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 158
(1)
Dengan berlakunya Peraturan DPRD ini, maka Peraturan DPRD Nomor 13
Tahun 2010 tentang Tata Tertib DPRD dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.
(2)
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan DPRD ini akan ditetapkan
dan diatur lebih lanjut dengan keputusan pimpinan DPRD setelah
berkonsultasi dengan pimpinan fraksi-fraksi dan mendapat pertimbangan
dan persetujuan dari Badan Musyawarah.
(3)
Peraturan DPRD ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
(4)
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan DPRD ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai.
Ditetapkan di Sei Rampah
pada tanggal 26 Januari 2015
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI,
dto
SYAHLAN SIREGAR
Diundangkan di Sei Rampah
pada tanggal 26 Januari 2015
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI,
dto
HARIS FADILLAH
BERITA DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 NOMOR 3
Salinan sesuai dengan aslinya
Download