8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Air Susu Ibu (ASI)
2.1.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose
(gula) dan garam organik yang diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan
oksitosin yang didapat setelah kelahiran bayi pada buah dada atau mamae ibu. ASI
sebagai anugerah, hadiah terbaik yang dapat diberikan ibu kepada bayinya (Byrom
dan Edward, 2009).
ASI merupakan makanan pertama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah
yang dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang senantiasa diberi ASI jarang mengalami
salesma dan infeksi saluran pernafasan bagian atas pada tahun pertama kelahiran, jika
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI (Prasetyono, 2009).
Dalam ASI selain terkandung antibodi, mudah, murah serta praktis dalam
pemberian, kebutuhan psikologis anak juga terpenuhi, karena saat memberikan ASI
ibu dapat memeluk dan mendekap anak sehingga anak merasa hangat dan nyaman
dalam pelukan ibunya (Supartini, 2004).
2.1.2 Komposisi Gizi dalam ASI
1. Komposisi Kandungan ASI
ASI merupakan makanan yang utama bagi bayi yang sangat dibutuhkan. Tidak
ada makanan lain yang mampu menyaingi kandungan gizinya (Prasetyono, 2009).
ASI tidak hanya menyesuaikan diri untuk merespon terhadap infeksi. ASI
mengubah unsur-unsur sesuai kebutuhan bayi. ASI untuk bayi yang berusia 4 minggu
8
9
berbeda dengan ASI untuk bayi yang umurnya lebih tua, komposisi ASI berubah
seiring dengan pertumbuhan bayi (Henderson dan Jones, 2005). Komposisi
kandungan ASI dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Komposisi kandungan ASI
Kandungan
Energi (kg kla
Laktosa (g/100 ml)
Lemak (g/100 ml)
Protein (g/100 ml)
Mineral (g/100 ml)
Imunoglobin :
Ig A (mg/100 ml)
Ig G (mg/100 ml)
Ig M (mg/100 ml)
Lisosim (mg/100 ml)
Laktoferin
Kolostrum
57,0
6,5
2,9
1,195
0,3
335,9
5,9
17,1
14,2-16,4
420-520
Transisi
ASI matur
63,0
6,7
3,6
0,965
0,3
65,0
7,0
3,8
1,324
0,2
-
119,6
2,9
2,9
24,3-27,5
250-270
Sumber : Ambarwati dan Wulandari, 2009.
2.1.3 Perbedaan Komposisi ASI, Susu Sapi dan Susu Formula
Bayi 0-12 bulan memerlukan ASI, susu formula dan makanan padat, tetapi
pada enam bulan pertama yang dibutuhkan oleh bayi ialah ASI tanpa diberikan susu
formula. Karena dalam ASI selain vitamin dan mineral yang sesuai untuk bayi 0-6
bulan juga pemberiannya mudah, murah dan praktis (Supartini 2004). Perbedaan
komposisi ASI, susu sapi dan susu fomula dapat di lihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 Perbedaan komposisi ASI, susu sapi dan susu formula
Komposisi/ 100 ml
Kalori
Protein
Lactalbumin (%)
Kasein (%)
ASI matur
Susu sapi
75
1,2
80
20
69
3,5
1,8
82
Susu formula
67
1,5
60
40
10
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Komposisi/ 100 ml
Air (ml)
Lemak
Karbohidrat
Ash (gr)
Mineral
Na
K
Ca
P
Mg
Fe
Zn
Vitamin
A (IU)
C (mg)
D (mg)
E (IU)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niacin (mg)
ASI matur
Susu sapi
87,1
4,5
7,1
0,21
ASI matur
87,3
3,5
4,9
0,72
Susu sapi
16
53
33
14
4
0,05
0,15
50
144
128
93
13
Trace
0,04
ASI matur
Susu sapi
182
5
2,2
0,08
0,01
0,04
0,2
140
1
42
0,04
0,04
0,03
0,17
Susu formula
90
3,8
6,9
0,34
Susu formula
21
69
46
32
5,3
1,3
0,42
Susu formula
210
5,3
42
0,04
0,04
0,06
0,7
Sumber : Ambarwati dan Wulandari, 2009
2.1.4 Jenis-jenis ASI
Menurut Maritalia (2012) ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
1.
Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, dari hari
pertama sampai hari ketiga atau keempat setelah persalinan. Kolostrum merupakan
cairan yang agak kental, lengket dan berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum
11
mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan
antibodi yang tinggi dari pada ASI matur, yang berfungsi :
a. Sebagai pembersih selaput usus Bayi Baru Lahir (BBL) sehingga saluran
pencernaan siap untuk menerima makanan.
b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama globulin sehingga dapat
memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan enam bulan.
2.
ASI transisi / peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur,
disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Selama dua minggu,
volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar
immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan kadar lemak dan laktosa
meningkat.
3.
ASI matur
Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya,
komposisinya relatif konstan. ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling
baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Susu ini lebih cair dan lebih encer
dari pada susu transisi tetapi dikeluarkan dalam kuantitas yang meningkat.
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Produksi ASI
Menurut Saleha (2009), faktor – faktor yang memengaruhi produksi ASI
ialah:
1. Frekuensi pemberian susu.
12
2. Usia kehamilan saat melahirkan
3. Usia ibu dan paritas
4. Stress dan penyakit akut.
5. Mengonsumsi rokok
6. Mengonsumsi alkohol.
7. Menggunakan pil kontrasepsi.
2.2
ASI eksklusif
ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan kepada bayi tanpa
tambahan apa pun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air
matang, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Saleha, 2009).
ASI eksklusif mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang
bayi, mudah dicerna dan efisien, mencegah berbagai penyakit infeksi pada bayi, dan
dapat sebagai KB (metode amenore laktasi) pada ibu (Muslihatun, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2001 menyatakan
bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik.
Dengan demikian ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat
bulan) sudah tidak berlaku lagi.
2.2.1 Manfaat Pemberian ASI eksklusif
Menyusui bayi mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, dan negara.
Selain ASI eksklusif adalah makanan yang paling sempurna untuk bayi 0-6 bulan,
ASI juga baik diberikan sampai umur 2 tahun. ASI mudah dicerna dan diserap karena
mengandung enzim pencernaan. ASI juga dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi
13
karena mengandung zat immunoglobuluin. ASI bersifat praktis, mudah diberikan
kepada bayi, murah serta bersih (Prasetyono, 2009).
1. Bagi bayi
a. Komposisi sesuai kebutuhan.
ASI adalah sumber gizi yang paling ideal, berkomposisi seimbang, dan sesuai
dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan tunggal yang paling
sempurna untuk bayi baik kualitas atau kuantitas bayi hingga 6 bulan.
b. ASI mengandung antibodi.
ASI mampu memberikan perlindungan bagi bayi karena ASI mengandung zat
immonoglobulin. ASI juga mengandung zat anti infeksi, sehingga bayi dapat
terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur atau parasit. Maka dari itu pemberian ASI sampai 6 bulan pertama sangat
dianjurkan yang dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan padat (Ambarwati dan
Wulandari, 2009).
c. Mengurangi kejadian karies dentis.
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu
formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
14
d. Memberikan rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan
bayi.
Dengan ibu memberikan ASI kepada bayinya maka akan terjadi kontak kulit
ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang
lebih baik kepada bayi.
e. Terhindar dari alergi.
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang sistem ini dan dapat menimbulkan alergi.
f. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.
Faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang
diterima saat pertumbuhan otak, dimana nutrisi yang paling sempurna utnuk bayi
pada saat pertumbuhan otak adalah ASI, dimana Lemak pada ASI adalah lemak tak
jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan
otak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal.
g. Membantu perkembangan rahang
Gerakan menghisap mulut bayi pada payudara ibu dapat membantu merangsang
perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi.
2. Manfaat bagi ibu
ASI eksklusif selain memberikan keuntungan pada bayi, menyusui juga
sangat menguntungkan bagi ibu, adapun manfaatnya yaitu :
15
a. Mengurangi perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim
kebentuk semula.
Menyusui bayi segera setelah lahir akan mengurangi perdarahan pada ibu,
karena dengan langsung menyusui bayi akan terjadi peningkatan kadar oksitosin yang
berguna untuk kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih
cepat berhenti dan involusi rahim juga akan lebih cepat pulih (Rukiyah dkk, 2011).
b. Mencegah anemia defisiensi zat besi.
Dengan berkurangnya perdarahan pasca persalinan maka kejadian prevalensi
anemia defisiensi besi akan berkurang.
c. Menunda kesuburan.
Pemberian ASI secara eksklusif memberikan 98% metode kontrasepsi akan
efisien selama 6 bulan. Hisapan mulut bayi pada puting susu ibu merangsang ujung
syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin masuk ke
indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
d. Aspek penurunan berat badan.
Pada saat hamil berat badan ibu akan bertambah, selain karena ada janin, juga
karena penimbunan lemak pada tubuh, dimana cadangan lemak ini sebenarnya
memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Nah, dengan
ibu menyusui maka akan menghasilkan ASI lebih banyak pula, kemudian cadangan
lemak yang digunakan sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Maka badan ibu akan
lebih cepat kembali ke berat badan semula.
16
e. Aspek psikologis.
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga
bermanfaat untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, serta meningkatkan
rasa kasih sayang terhadap keduanya.
3. Manfaat bagi keluarga
a. Aspek ekonomi.
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. selain itu, penghematan
juga terjadi karena bayi yang diberi susu formula akan jarang sakit, sehingga
mengurangi dana untuk berobat.
b. Aspek psikologi.
Ibu yang memberikan ASI eksklusif akan dapat menjarangkan kehamilan,
sehingga ibu akan lebih fokus terhadap bayi yang dimilikinya sekarang, dan dapat
mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek kemudahan.
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan kapan saja dan dimana saja.
Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol ataupun dotnya yang harus
dibersihkan.
17
4. Manfaat bagi Negara
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009), manfaat ASI eksklusif bagi Negara
ialah:
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status
gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian bayi. Karena beberapa penelitian
epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit
infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut bagian
bawah. Manfaat ASI kecuali karena adanya zat antibodi, juga nutrien yang berasal
dari ASI seperti, asam amino, dipeptid, heksose menyebabkan penyerapan natrium
dan air lebih banyak, sehingga mengurangi frekuensi diare dan volume tinja. Bayi
yang diberi ASI ternyata juga terlindung dari diare yang disebabkan makanan yang
tercemar oleh bakteri.
b. Menghemat devisa negara.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui
diperkirakan dapat menghemat devisa negara sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya
dipakai untuk membeli susu formula.
c. Peningkatan kualitas generasi penerus.
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga
kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
2.2.2 Faktor Yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Banyak faktor yang memengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara
eksklusif kepada bayinya, beberapa penelitian yang telah dilakukan didaerah
18
perkotaan maupun pedesaan di Indonesia dan negara berkembang lainnya,
menunjukkan bahwa faktor sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap pemberian
ASI secara eksklusif, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai
pengaruh terhadap praktek pemberian ASI eksklusif itu sendiri.
Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi kegagalan pemberian ASI
eksklusif, dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan akan mempengaruhi sikap terhadap prilaku
hidup sehat dan dalam menanggulangi masalah yang kurang mengerti tentang
manfaat pemberian ASI eksklusif tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu masih
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek.
3. Status Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu yang
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Seringkali alasan pekerjaan
membuat seorang ibu merasa kesulitan untuk memberikan ASI secara eksklusif.
19
Banyak diantaranya disebabkan karena ketidaktahuan dan kurangnya minat untuk
menyusui. Ibu yang bekerja sebenarnya tidak ada alasan untuk menghentikan
menyusui, khususnya bagi ibu yang bekerja diluar rumah, dapat melakukan langkah –
langkah sebagai berikut:
 Susuilah bayi sebelum berangkat kerja.
 Peras atau pompa ASI yang berlebihan, kemudian simpan dilemari pendingin
untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja.
 Selama ibu bekrja, ASI dapat diperas atau dan disimpan di lemari es di
tempat kerja atau diantar pulang.
 Setelah ibu dirumah, perbanyak menyusui termasuk pada malam hari.
 Sebaiknya ibu banyak beristirahat, banyak minum dan makan makanan
dengan gizi untuk menambah produksi ASI.
4. Faktor fisik ibu
Keadaan payudara ibu mempunyai peran dalam keberhasilan menyusui,
seperti putting tenggelam, mendatar atau putting terlalu besar yang sebenarnya dapat
diatasi. Alasan ibu yang sering muncul untuk tidak menyusi adalah karena ibu sakit,
baik sebentar maupun lama. Sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang
mengaharuskan ibu untuk berhenti menyusui. Lebih jauh berbahaya untuk mulai
memberi bayi berupa makanan buatan dari pada membiarkan bayi menyusui dari
ibunya yang sakit (Sugiarti, 2013).
Umumnya jika ibu menderita penyakit ringan seperti flu (batuk, pilek,
demam) dan diare tetap dapat memberikan ASI, begitu juga pada penyakit
tuberkulosis ibu tetap dapat menyusui tetapi perlu memakai masker, patuh pada
20
pengobatan yang diberikan, serta memeriksakan status tuberkulosis bayi, dan
hepatitis (A,B, dan C) ibu tetap dapat menyusui karena transmisi virus hepatitis
melalui ASI sangat rendah. Kemudian tetap berkonsultasi pada dokter imunisasi apa
yang perlu diberikan pada bayi. Ada beberapa obat yang efek sampingnya dapat
timbul pada bayi dan atau mengurangi produksi ASI sehingga perlu dipikirkan
alternatif lain. Jika ibu sakit jangan lupa memberitahu dokter bahwa ibu sedang
menyusui, agar dapat diberikan obat yang lebih sesuai untuk ibu dan bayi serta tidak
mengganggu proses menyusui (Handy, 2010).
2. Faktor Eksternal
1. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain,
baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan
kegiatan (Sarwono, 2003).
2. Budaya
Dijaman yang moderen ini masih banyak ibu yang masih percaya pada
kebudayaan leluhur mereka, yaitu seperti bahwa dengan memberi ASI saja tidak
cukup utnuk bayi mereka, sehingga ibu memberikan makanan lain selain ASI
eksklusif, seperti memberikan pisang, minuman lain selain ASI (susu formula) atau
makanan. Menurut penelitian Ludin (2009) di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan
Baru berdasarkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif pada 78 responden,
diketahui 48 responden (61,5%) menyatakan salah jika ASI eksklusif hanya
merupakan pemberian ASI kepada bayi tanpa tambahan apapun, seperti pisang, yang
dimaksud agar bayi merasa kenyang, tidak rewel dan tubuhnya tidak lembek atau
21
lemah, madu dengan maksud agar kelak setelah besar anak akan kelihatan manis dan
cantik, dan roti atau nassi dicampur pisang, dengan maksud agar tubuh bayi padat,
disamping itu bayi akan selalu tidur denagn pulas, dan ibu lebih leluasa mengerjakan
tugas rumah tangga. Pada 41 responden (52,6%) menyatakan salah asupan gizi ibu
dalam ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi 0-6 bulan. Pada 43 responden (55,1%)
mmenyatakan salah dalam ASI terdapat zat antibodi yang dapat melindungi bayi dari
penyakit. Terdapat 46 responden (59,0%) menyatakan salah ASI mengandung
seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi samapi umur 6 bulan, kemudian terdapat 46
responden (59,0%) mengatakan salah tentang ASI boleh disimpan dalam termos,
pada suhu dan kemasan yang benar.
5. Dukungan petugas kesehatan
Kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi kesehatan,
menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi atau dorongan tentang
manfaat pemberian ASI. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
900/Men.Kes/SK/VII/2002/ tentang Registrasi dan praktik Bidan yang menyatakan
diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan melahirkan dan
menyusui senantiasa berupaya memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI
eksklusif sejak pemeriksaan kehamilan (Prasetyono, 2009).
Begitu juga dengan ibu yang melahirkan dengan bedah seksio caesaria, jika ibu
dan bayi dalam keadaan baik, sebenarnya ibu dapat segera menyusui bayi di ruang
pemulihan dengan bantuan bidan atau perawat setelah pembedahan selesai. Bedah
seksio caesaria dengan anestesi local tidak menghambat kontak dini ibu dan bayi
setelah lahir.
22
2.2.3 Masalah dalam Pemberian ASI Eksklusif
Masalah dalam pemberian ASI eksklusif yaitu :
a. Kurang atau salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula yang mahal itu sama baiknya
atau mala lebih baik dari ASI sehingga ibu langsung memberi susu formula. Petugas
kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan
kehamilan atau saat memulangkan bayi.
Terkadang ASI belum keluar pada hari pertama, sehingga bayi dianggap perlu
diberikan minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai
persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama
beberapa hari.
Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal
ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena
ukuran tidak mempengaruhi produksi ASI. Produksi ASI tetap mencukupi apabila
manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.
b. Sindrom ASI kurang
Sering sekali ibu dan keluarga merasa bahwa bayinya tidak cukup dengan
diberi ASI saja. Padahal terkadang bayi menangis belum tentu dikarenakan kurang
minum, melainkan bisa karena hal yang lain seperti popok bayi yang basah.
c. Ibu yang bekerja
Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu yang bekerja.
23
1. Susuilah bayi sebelum ibu bekerja.
2. ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja.
3. Pengosongan payudara di tempat kerja setiap 3-4 jam.
4. ASI dapat disimpan di lemari pendingin.
5. Pada saat ibu di rumah sesering mungkin bayi disusui.
6. Minum dan makan makanan yang bergizi.
2.3 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Faktor internal :
Pengetahuan
Sikap
Variabel Dependen
Faktor fisik
Pemberian ASI
eksklusif
Faktor eksternal :
Dukungan keluarga
Budaya
Dukungan tenaga kesehatan
Gambar 2.1 Kerangka konsep Hubungan Faktor Internal dan Faktor Eksternal ibu
dalam Pemberian ASI Eksklusif.
2.4 Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
2. Ada hubungan sikap dengan pemberian ASI eksklusif.
3. Ada hubungan faktor fisik ibu dengan pemberian ASI ekkslusif.
24
4. Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif.
5. Ada hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif.
6. Ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.
Download