KERANGKA BERFIKIR Anemia adalah suatu keadaan

advertisement
KERANGKA BERFIKIR
Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah
eritrosit dibawah nilai normal(5). Hb merupakan zat yang berfungsi mengangkut oksigen ke
seluruh jaringan tubuh termasuk ke tubuh janin yang dikandung oleh ibu, sehingga jika terjadi
anemia pada ibu hamil, maka proses pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh tersebut akan
mengalami gangguan(1). Gejala umum anemia seperti: lesu, letih, pucat, cepat lelah, berkunangkunang dan gampang mengantuk merupakan gejala klinis yang mudah diketahui (16). Menurut
WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89%, dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai
dasarnya, sehingga angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup
tinggi(20). Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan
sering diidentikkan dengan anemia gizi besi(19). Studi di Singapura mengkonfirmasi bahwa
anemia defisiensi besi adalah merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil, dan menjadi
masalah kesehatan di negara berkembang dan di negara maju. Di Indonesia, sebagian besar
penyebab anemia juga karena kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin(21).
Kejadian kasus Anemia masih tinggi karena pada umumnya kesadaran ibu hamil masih rendah
dalam memperhatikan pentingnya pencegahan anemia dan bahaya kekurangan asupan zat
besi(10). Kekurangan zat besi di dalam tubuh disebabkan oleh kekurangan konsumsi zat besi
yang berasal dari makanan atau rendahnya absorpsi zat besi yang ada dalam makanan.Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Indonesia mengkonsumsi pangan pokok, pangan
hewani, sayur dan buah dalam jumlah yang tidak memadai, padahal kesemua jenis pangan
tersebut adalah sumber zat besi (21). Faktor utama yang berperanan terhadap kekurangan besi
adalah asupan makanan yang mengandung zat besi rendah dari ibu hamil, hal ini disebabkan ibu
hamil mengkonsumsi asupan energi dan zat besi yang rendah dalam makanan sehari-hari(18)
serta faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi untuk kehamilannya(6) . Rendahnya asupan
besi pada bumil dilandasi oleh beberapa alasan; perbedaan bioavailabity makanan yang
mengandung besi yang umumnya tinggi pada negara maju dibandingkan negara berkembang,
yang umumnya mengkonsumsi biji-bijian yang mempunyai bioavailability(15,18). Ketersediaan
zat besi dari makanan yang tidak terserap oleh tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami
anemia gizi besi, saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan
saat tidak hamil dan untuk kebutuhan zat besi pada masa hamil seiring dengan bertambahnya
umur kehamilan, dengan demikian risiko anemia zat besi pada ibu hamil semakin besar(2)..
Prevalensi anemia defisiensi besi di dunia berkisar antara 20-50%, prevalensi anemia di
Indonesia bervariasi setiap daerah yaitu antara 38,0% - 71,5% persen dan rata-rata sekitar
63,5%(10). Prevalensi anemia diketahui dapat dipengaruhi oleh banyak perbedaan regional dalam
dunia sekarang ini. Banyak orang dari negara-negara berkembang telah hidup pada sereal yang
monoton atau kacang-kacangan berbasis diet dan memiliki sedikit akses ke protein hewani atau
berbagai macam buah-buahan dan sayuran. Bahkan ketika makanan tersebut tersedia, beberapa
kepercayaan budaya yang menghambat wanita hamil untuk tidak mengambil makanan seperti
yang lagi-lagi menjadikan mereka pada risiko mikronutrien deficiencies(23).
.
Ibu hamil yang menderita anemia mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada
trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal(12). Akibatnya mereka
mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, pendarahan, pasca
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan bahkan dapat
menyebakan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat(3,11,17,22)
.
Penelitian yang pernah dilakkan di Indramayu menunjukkan pengaruh antara anemia pada ibu
hamil trisemester III terhadap kejadian berat lahir rendah, dimana risiko untuk melahirkan bayi
BLR adalah sebesar 1,74 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia(9). Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global
55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester
pertama dan kedua kehamilan(19).
Anemia berpengaruh terhadap morbiditas ibu hamil, dan secara tidak langsung dapat
menyebabkan kematian ibu dengan meningkatnya angka kematian kasus yang disebabkan oleh
pendarahan setelah persalinan (Post-partum hemorrhage)(4). Menurut WHO 40% kematian ibu
dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya
saling berinteraksi(5). Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab
wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah (19). Selain itu, masih banyaknya
ibu hamil yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor-faktor risiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Risiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa
akibat fatal yaitu kematian (13). Ibu anemia berat dengan Hb < 8g/L memiliki faktor risiko
kematian lebih besar dibandingkan anemia sedang (14).
Pencegahan dan perawatan ibu hamil dengan anemia dapat dilakukan dengan perbaikan pola
makan dan kebiasaan makan yang sehat serta mengkonsumsi bahan kaya protein, zat besi dan
asam folat pada saat kehamilan(2). Walaupun wanita hamil berhenti menstruasi, tambahan besi
tetap diperlukan untuk fetus, plasenta dan peningkatan volume darah ibu. Jumlah ini mendekati
1000 mg besi, lebihbesar ketika memasuki awal kehamilan. Kebutuhan per hari selama
kehamilan meningkat dari 0,8 per hari dalam trisemester pertama naik menjadi 6.3 mg per hari
dalam trisemester ketiga(14). Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah
melalui institusi Posyandu dan Puskesmas. Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan tablet
Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu
tablet selama 90 hari. Diperkirakan jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi
selama kehamilan yaitu 1000 mg di samping yang berasal dari makanan(16).
Tak kalah
pentingnya adalah upaya mengidentifikasi adanya defisiensizat gizi mikro lain (yang ikut
bertanggung jawab pada kejadian anemia) yang mungkin terjadi(7) dan pentingnya dukungan
keluarga dan masyarakat perlu terus ditingkatkan untuk memotivasi ibu hamil agar lebih
meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi agar tidak mengalami anemia(8).Di
Thailand, ada kebijakan nasional untuk mencegah dan mengobati anemia selama kehamilan
seperti besi suplemen dan program skrining talasemia(22). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimana Pengaruh
Pola Konsumsi Ibu Hamil Hubungannya Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.
Referensi :
1.
Risiko Asap Rokok dan Obat-obatan Terhadap Kelahiran Prematur Di
Rumah Sakit St. Fatimah Makassar. Jurnal Medika Nusantara. Jurusan Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Amiruddin, Ridwan. 2006.
2.
Anonim. 2008.Anemia. http://bumikupijak.com. Akses 28 Oktober 2009.
3.
Azam, Mahalul. Hubungan Kenaikan Berat Badan LILA dan Kadar Hemoglobin Dengan Berat
Bayi Lahir Bumil Boyolali Tahun 2005. Kemas Vol2/No.1/ Juli-Desember 2006.
4.
Chahaya, Indra. 2003. Pengaruh Malaria Selama Kehamilan. Bagian Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5.
Ermawati, dkk. 2007. Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Ibu Hamil Di Indonesia. Artikel ilmiah
New Paradigm For Public Health.
6.
Herlina, Nina, dkk. 2005. Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bogor. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan.
7.
Hertanto. 2006. Tak Cukup Dengan Suplementasi Besi Folat. Suara Merdeka.
8.
Indriasari,dkk. Efektivitas Program Supplementasi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Pengunjung
ANC klinik di Nam Phong Khon Kaen, Thailand. MKMI No.03, Volume 01, Maret-Mei 2005.
9.
Hidayanty, Healthy. Status Gizi Ibu Hamil dan Kejadian BBLR. MKMI No.1 Volume 02
Januari-Maret 2006.
10. Kusmiati, Sri, dkk. Studi Validitas dan Reliabilitas Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Dengan Metoda Sahli dan Metoda Talqvist Untuk Deteksi Anemia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Wilayah Bojonagara Kota Bandung. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
11.
Lubis, Zulhaida. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
Dilahirkan.
12. Mardiwiono. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dengan Status
Anemia Dalam Kehamilan Di Puskesmas Kalibawang. Artikel kesehatan.
13. Mass, Linda. 2004. Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Unversitas Sumatera Utara.
14. Prihananto.2004. Fortifikasi Pangan Sebagai Upaya Penanggulangan Anemi Gizi Besi. Sekolah
Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.
15. Seri, Luh, dkk. 2004. Perbandingan Efek Suplemen Besi Pra-Hamil dan Selama Kehamilan
Dalam Upaya Menurunkan Anemia Defisiensi Besi Pada Wanita Hamil Dengan Anemia Ringan
Di Bali. Doctorate Program in Medicine, School for Postgraduate Study. Unversitas Udayana.
16. Suartika, Wayan. 1999. Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bualemo, Sulawesi
Tengah. Cermin Dunia Kedokteran No.124.
17. Surasih, Halym. 2005. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keadaan Kurang Energi
Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang.
18. Taslim, dkk. 2005. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dan Tablet Besi Terhadap Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil Yang Menderita Kurang Energi Kronik Di Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan. Jurnal Medika Nusantara Vol.26. No.1.
19. Wahyuddin. 2004. Studi Kasus Kontrol Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil Di
Puskesmas Bantimurung. Medical Faculty of Hasanuddin University.
20. Hamid, Huzaifah. 2009. Pengaruh Ibu Hamil Penderita Anemia Terhadap Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Daerah Rawan Pangan Di Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Biologi
online.
21.
Patimah. 2005. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya Dengan kejadian Anemia
Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil, J. Sains & Teknologi, Desember 2007, Vol. 7 No. 3.
22. Sukrat, Bunyarit. The Prevalence and Causes of Anemia During Pregnancy in Maharaj Nakorn
Chiang Mai Hospital. Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine, Chiang
Mai University, Chiang Mai. J Med Assoc Thai Vol. 89 Suppl. 4 2006.
23.
Kisioglu, Nesimi,dkk. Anaemia prevalence and its affecting factors in pregnant women of Isparta Province. Biomed Res (India) 2004; 16 (1): 11-14.
Abstrak
Kurang energi kronis dan anemia merupakan masalah gizi yang sering dialami oleh ibu hamil yang dapat
berefek buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun bagi janin yang dikandungnya. Kurang energi kronis pada
ibu hamil bisa terjadi karena konsumsi energi maupun protein mengalami kekurangan dalam jangka
waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi kurang energi kronis
dengan anemia gizi pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung Periode Juni Tahun
2011. Metode yang digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel
penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas Garuda Kota Bandung sebanyak 68 orang. Pengambilan data
dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data primer yaitu mengobservasi langsung status gizi ibu
hamil dengan pengukuran antropometri (Lingkar Lengan Atas/ LLA), dan pemeriksaan kadar
haemoglobin. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan antar variabel
bebas dan variabel terikat. Faktor risiko dicari dengan mencari nilai risiko relatif.
Kata Kunci: Status Gizi, Anemia, Ibu Hamil.
1. Pendahuluan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan
kesehatan di suatu negara. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan
negara lain di ASEAN. Pada hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 248/100.000 Kelahiran Hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) yaitu 32/1000 Kelahiran Hidup. Berbagai faktor yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi
kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui. Akan tetapi, jumlah kematian ibu dan bayi masih
tetap tinggi. Di Indonesia penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia,
sedangkan penyebab tak langsung kematian ibu diantaranya anemia, dan Kurang Energi Kronik (KEK).
KEK adalah keadaan dimana seorang wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Kurangnya protein disini disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari atau dikarenakan suatu penyakit tertentu. Kebutuhan gizi
seorang wanita meningkat selama masa kehamilan. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat
bila tingkat kesehatan dan gizinya selama hamil berada pada kondisi yang baik. Status gizi ibu sebelum
dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu
normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat,
cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat
tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Sebagaimana telah diketahui bahwa
rendahnya kadar hemoglobin dalam darah mengakibatkan suatu keadaan yang disebut anemia.
Menurut Berger (1998) diacu dalam Darlina, selain asupan zat besi yang kurang dari makanan, anemia
dapat terjadi karena pada masa kehamilan terjadi perubahan yang berhubungan dengan darah sehingga
mengakibatkan turunnya kadar Hb di dalam darah. Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70%
atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada 21% ibu hamil.
Angka kejadian anemia kehamilan di Kota Bandung pada tahun 2010 adalah 9.39%. Tercatat bahwa dari
11.441 ibu hamil terdapat 1.074 yang mengalami anemia kehamilan. Anemia pada ibu hamil diketahui
berdampak buruk, baik bagi kesehatan ibu maupun bayinya.
2.2 Tinjauan Pustaka
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui
proses dingesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh: gondok endemik
merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. Kekurangan
Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan
protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan
menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu
periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan
mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama
untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau juga disebabkan menderita
muntaber atau penyakit kronis lainnya. Penilaian status gizi menurut Supariasa terbagi dalam dua
metode yaitu metode penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran status gizi dapat diukur dengan cara yang sederhana yaitu dengan antropometri.
Antropometri secara umum artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak dibawah kulit. Pengukuran lingkar lengan atas adalah
suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Tujuan
pengukuran LLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum
dan peran petugas lintas sektoral. Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5
cm. Apabila ukuran LLA kurang dari 23,5 cm atau bagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan dengan berat bayi lahir rendah. Kebutuhan
energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih
280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari
selama hamil. Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang
kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin
lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar
hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih.
Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia pada kehamilan sebagai
kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl
pada trimester kedua.
Penurunan sedang kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan pada wanita sehat yang tidak
mengalami defisiensi besi atau folat disebabkan oleh penambah volume plasma yang relatif lebih besar
daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah. Ketidakseimbangan antara
kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak
pada trimester kedua. Istilah anemia fisiologis yang telah lama digunakan untuk menerangkan proses ini
kurang tepat dan seyogyanya ditinggalkan. Pada kehamilan tahap selanjutnya, ekspansi plasma pada
dasarnya berhenti sementara massa hemoglobin terus meningkat. Menurut Depkes, pengukuran lingkar
lengan atas (LLA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia
Subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam
jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi
Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LLA<23.5 cm (SKRT
2001). Deteksi KEK dengan ukuran LLA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein
dalam intake makanan sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain,
diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita
anemia. Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar
terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka
mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan,
pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan
yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi yaitu penelitian yang mencoba melihat gambaran
hubungan antara beberapa variabel (Kountur, 2004). Pada penelitian ini akan dicari tentang
“Hubungan Status Gizi dengan Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung
Periode Juni Tahun 2011”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III yang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Garuda Kota Bandung Periode Juni Tahun 2011. Berdasarkan
studi pendahuluan peneliti mendapatkan jumlah ibu hamil trimester III yang melakukan kunjungan ANC
selama bulan Mei yaitu sebanyak 82 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil
trimester III yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Garuda Kota Bandung Periode Juni Tahun
2011.
4.4 Hasil Penelitian
Hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas Garuda Kota Bandung
Periode Juni Tahun 2011 terhadap 68 orang ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar
ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung memiliki status gizi yang baik dengan tidak
risiko KEK yaitu sebanyak 57 orang (83,82%) dan status gizi tidak baik yaitu yang risiko KEK sebanyak 11
orang (16,18%). Angka kejadian status gizi risiko KEK ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas yang menunjukkan proporsi yang mengkonsumsi energi
dibawah kebutuhan minimal (< 70% AKG) pada ibu hamil sebanyak 44,2%. Hal ini masih menunjukkan
keprihatinan karena angka kejadian status gizi risiko KEK pada ibu hamil masih tinggi. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil diantara faktor eksternal yang meliputi pekerjaan,
pendapatan dan pendidikan. Tanpa pekerjaan, pendidikan yang rendah sudah barang tentu pendapatan
pun tidak ada yang mengakibatkan ibu hamil kurang memperhatikan gizinya karena kurang
mendukungnya ekonomi dan ditunjang dengan pendidikan yang rendah sehingga ibu sendiri tidak tahu
dampak dari kurangnya gizi sewaktu hamil. Faktor internal yang mempengaruhi status gizi ibu hamil
yaitu usia, kondisi fisik dan infeksi. Ibu hamil dengan usia terlampau tua atau muda ditunjang dengan
kondisi fisik yang kurang baik mengakibatkan kurangnya asupan makanan atau kurang nafsu makan
sehingga ibu mengalami anemia. Ibu hamil yang merupakan salah satu indikator yang rentan terkena
anemia, apalagi ibu hamil tersebut memiliki status gizi yang tidak baik. Untuk itu, ibu hamil harus
memperoleh makanan bergizi cukup. Karena dengan asupan gizi yang baik ibu hamil tidak akan
mengalami anemia yang dapat mengakibatkan perdarahan, partus lama, syok, infeksi dan dampak lainya
akibat dari anemia pada ibu hamil dan bersalin. Berdasarkan hasil penelitian anemia pada ibu hamil
trimester III sebagian besar ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung yang tidak
mengalami anemia yaitu sebanyak 51 orang (75,00%) dan yang mengalami anemia sebanyak 17 orang
(25,00%).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Anemia pada ibu hamil
disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor langsung, tidak langsung dan mendasar. Secara langsung
anemia disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat absorbsi zat besi, kurangnya
mengkonsumsi promotor absorbsi zat besi non heme serta adanya infeksi parasit. Adapun kurang
diperhatikannya keadaan ibu pada waktu hamil merupakan faktor tidak langsung. Namun secara
mendasar anemia pada ibu hamil disebabkan oleh randahnya pendidikan dan pengetahuan serta faktor
ekonomi yang masih rendah. Pada penelitian hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil
trimester iii, berdasarkan pengujian dengan menggunakan nilai X2hitung atau probability, didapatkan
hasil bahwa nilai p value (0.000) < 0.05 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara status gizi
dengan anemia pada ibu hamil trimester III. Oleh karena itu, ibu hamil harus mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan seimbang agar zat gizi yang dibutukan untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi
sel darah merah, dan untuk kebutuhan basal tubuh selama kehamilan dapat terpenuhi.
5.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : status
gizi ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda Kota Bandung periode Juni Tahun 2011 yang mengalami
KEK sebanyak 3 orang (4,41%) dan tidak KEK sebanyak 57 orang (83,82%), ibu hamil trimester III yang
anemia di Puskesmas Garuda Kota Bandung periode Juni Tahun 2011 sebanyak 17 orang (25,00%),
terdapat hubungan antara status gizi dengan anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Garuda
Kota Bandung periode Juni Tahun 2011.
6.6 Saran
Berdasarkan kesimpulan maka peneliti memberikan saran yang dapat diberikan antara lain: Disarankan
kepada ibu hamil yang mengalami anemia dan KEK hendaknya bisa memperbaiki gizinya selama waktu
sebelum ibu bersalin, minimal untuk menghindari perdarahan maupun syok, Pemantauan dan upaya
perbaikan gizi pada ibu hamil oleh petugas kesehatan melalui pengukuran LLA dan pengisian KMS ibu
hamil secara teratur serta penyuluhan tentang gizi saat pemeriksaan kehamilan, Dilakukannya upaya
sosialisasi pada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor penyebab anemia, serta mendukung program
7T yang salah satunya adalah konsumsi 90 Tablet Fe selama hamil sebagai pencegahan anemia pada ibu
hamil serta perlunya peningkatan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang bahaya anemia pada ibu
hamil, Untuk pembaca yang merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai status
gizi KEK dan anemia pada ibu hamil, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan meneliti
tentang bagaimana pengaruh KEK dan anemia pada ibu juga terhadap bayi yang dilahirkan atau faktorfaktor lain yang non sosial yang juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan ibu.
Daftar Pustaka
Saifuddin, B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: UNPKKR-POGI
Yayasan Bina Pustaka, 2008
Supariasa, ID. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC, 2002.
Wahyuni, S. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi Dengan Status Gizi Ibu Hamil Di
Puskesmas Nusukan Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. KTI, 2008.
Darlina. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi pada Ibu Hamil [skipsi]. Bogor :
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
2003.
Sediaoetama A. D. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat, 2002
Sulistyoningsih, haryani. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Dinkes Kota Bandung. Data Ibu Hamil Di Puskesmas Se-Kota Bandung, 2010.
Rasmaliah. Anemia Kurang Besi dalam Hubungannya dengan Infeksi Cacing pada Ibu Hamil [skripsi].
Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara, 2004.
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Pustaka Utama, 2005.
B, Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC, 2004.
Nasution, A.H., dkk. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta. 2008
Mc Carthy J and Maine D. A Framework for Analyzing the Determinants of Maternal Mortality. Studies in
Family Planning Vol 23 Number 1 January/February 1992, pp. 23-33.
Soebroto, Ikhsan. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia.Yokyakarta: Bangkit, 2009.
Adriaansz G. Asuhan Antenatal. Dalam: Prawiharjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bagian Obstetri
dan Ginekologi FKUI, 2008; 278-87.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Budiarto Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC, 2003.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung: CV Alfabeta, 2010.
Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC, 2007
Prawirohardjo,Sarwono.. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono, 2007
Depkes RI. Pedoman Penaggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1996.
Purwadianto, Agus. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2010
Proverawati, Atikah. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jakarta: Numed, 2010.
Wiryo, Hanarto. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: CV. Sagung Seto, 2007
Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri Evidence Based Medicine 1 Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika, 2009
Download