BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap
perusahaan
senantiasa
berusaha
sebaik
mungkin
untuk
memaksimalkan nilai saham atau investasi perusahaan yang dapat tercermin dari
harga saham di bursa tempat mereka mencatat dan memperjualbelikan sahamnya
(listing). Beberapa daftar bursa saham yang paling terkenal di dunia antara lain
New York Stock Exchange (Amerika), NASDAQ (Amerika), London Stock
Exchange (Inggris), dan Tokyo Stock Exchange (Jepang). New York Stock
Exchange (NYSE) berlokasi di 11 Wall Street, Lower Manhattan, New York City,
Amerika Serikat. NYSE memiliki transaksi saham terbesar di dunia dengan
kapitalisasi pasar berjumlah US$16.613 triliun dari 2800 perusahaan yang listing
di dalamnya. 1 Bursa saham ini juga terkenal prestisius dan memiliki persyaratan
serta regulasi yang sangat ketat dibandingkan dengan bursa saham lainnya.
Persyaratan tersebut terdiri dari dua standar utama di bidang distribusi saham
(stock distribution) dan hasil kinerja finansial (financial results). Persyaratan
listing yang dibuat oleh NYSE sengaja didesain untuk menarik investasi
perusahaan-perusahaan besar dengan kapitalisasi pasar dan hasil bisnis yang
memiliki perkembangan signifikan sehingga tidak semua perusahaan dapat
terdaftar di bursa ini.
Sejauh ini hanya ada dua perusahaan Indonesia yang berhasil terdaftar di
New York Stock Exchange, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT
Indosat Tbk. Indosat menjadi perusahaan Indonesia pertama yang memutuskan
untuk listing di NYSE pada tahun 1994 dan disusul oleh Telkom satu tahun
kemudian. Namun, PT Telekomunikasi Indonesia kini menjadi satu-satunya
perusahaan Indonesia yang masih bertahan listing di NYSE setelah PT Indosat
memutuskan untuk delisting di tahun 2013 lalu. Keputusan Indosat untuk delisting
1
Lihat website NYSE: https://www.nyse.com/why-nyse#nyse-why-leader.
1
dari NYSE salah satunya didasari oleh besarnya biaya yang harus mereka
keluarkan untuk tetap mengikuti regulasi bursa dan Lembaga Sekuritas Amerika
(U.S. SEC) serta kerugian yang dialami perusahaan. Hal tersebut secara langsung
disampaikan oleh U.S. SEC melalui keterangan pemberhentian proyek atau
“Project
Disposal Profinal”
yang diunggah di website resmi
mereka
(http://www.sec.gov/). Berikut ini adalah tabel perbandingan status dua
perusahaan Indonesia di NYSE (September 2014)
Tabel 1.1
Status Perusahaan Indonesia di NYSE
No.
1)
2)
Perusahaan
Industri
Kode
Indosat Tbk
Communications
Telekomunikasi
Fixed Line
Indonesia Tbk
Telecom
Listing
Delisting
IIT
18/10/ 1994 16/05/2013
TLK
14/11/1995
on going
Sumber: Data diolah dari website NYSE (http://secfilings.nyse.com/)
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang bergerak dalam bidang
informasi dan telekomunikasi melakukan penawaran saham perdana publik
tanggal 14 November 1995 yang sekaligus menandai listing-nya perusahaan
BUMN tersebut di bursa saham prestisius milik Amerika, yakni NYSE. 2 Alasan
Telkom listing di New York Stock Exchange adalah untuk mempermudah akses
perusahaan terhadap sumber-sumber pendanaan eksternal dan mempermudah
investor dan calon investor untuk melakukan transaksi saham di tingkat
internasional. Sebagai konsekuensinya, Telkom harus mematuhi regulasi yang
diterapkan oleh NYSE dan lembaga sekuritas Amerika (U.S. Securities and
Exchange Commission) serta semakin dihadapkan pada kelompok pemegang
saham (shareholders) yang sangat beragam jenis, kepentingan, harapan, dan latar
2
Ester Meryana. “18 Tahun Saham Telkom Tercatat di NYSE, Kapitalisasi Pasar Capai US$ 20,77
miliar”. Majalah SWA (Online), 1 November 2013. Diakses tanggal 20 April 2014, terarsip di:
http://swa.co.id/portfolio/18-tahun-saham-telkom-tercatat-di-nyse-kapitalisasi-pasar-capai-us2077-miliar.
2
belakang budayanya. Telkom dituntut untuk melaksanakan keterbukaan informasi
dengan selalu bersikap transparan dan bertanggung jawab dalam menyampaikan
informasi perusahaan karena informasi tersebut dapat memengaruhi nilai serta
reputasi mereka di mata publik khususnya shareholders.
Komposisi kepemilikan saham Telkom (per November 2013) terdiri dari
Pemerintah Republik Indonesia (53.1%) dan Publik (46.9%).3 Dari 46.9% saham
publik, 80% saham dimiliki oleh shareholders asing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan NYSE dengan persentase sebesar 38.8%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa mayoritas shareholders publik Telkom adalah pihak asing. Keberadaan
shareholders sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan karena
investasi mereka menjadi sumber pendanaan terbesar perusahaan. Tanpa adanya
investasi yang dilakukan, perusahaan tidak akan memiliki kekuatan finansial
untuk menjalankan bisnisnya. Shareholders merupakan kelompok dengan
kebutuhan dan posisi yang spesial sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda
dari kelompok berkepentingan perusahaan lainnya. Telkom pun memerlukan unit
khusus dalam manajemen perusahaan yang mampu mengelola hubungan baik
dengan shareholders dan didukung oleh pemahaman perihal bisnis dan keuangan,
hukum (legal) dan program komunikasi yang berdampak positif bagi tujuan
perusahaan.
Unit Investor Relations (IR) secara khusus ditunjuk oleh perusahaan untuk
melakukan komunikasi keuangan sebagai upaya memaksimalkan nilai investasi
saham perusahaan. Kelompok berkepentingan yang ditangani oleh Unit IR
meliputi komunitas investasi dan keuangan seperti calon investor, pemegang
saham institusional dan retail, fund advisors, analis, perusahaan manajemen aset
dan investor perbankan.4 Ketika perusahaan membangun hubungan dengan
shareholders dari berbagai negara, mereka sangat mungkin berhadapan dengan
perbedaan budaya, waktu, nilai, aspek politik, ekonomi, dan media yang berlaku
3
Data diperoleh dari Modul Investor Summit & Capital Market Expo 2013 milik PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
4
Data mengenai daftar shareholders asing Telkom akan dibahas lebih lanjut pada bab Hasil
Penelitian dan Analisis.
3
secara internasional. IR pun dituntut untuk mampu memelihara mekanisme umpan
balik yang sistematis kepada manajemen agar mampu merespon dinamika
shareholders asing secara tepat dan efektif.
Manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR Telkom dalam
mengelola shareholders asing di NYSE kemungkinan besar cukup kompleks baik
dari segi komunikasi maupun informasinya. Pertama, cakupan informasi yang
harus dikomunikasikan pada setiap program cukup luas karena shareholders asing
cenderung memiliki agenda kepentingan yang berbeda-beda. Kedua, komunikasi
yang dilakukan mungkin membutuhkan penyesuaian ketika menghadapi faktor
perbedaan dan keunikan latar belakang budaya masing-masing shareholder dan
bukan tidak mungkin pula jika budaya dapat menjadi faktor penghambat
komunikasi IR. Ketiga, laporan IR yang umumnya disusun dalam format laporan
tahunan (Annual Report), laporan triwulan, dan laporan keuangan juga harus
disusun ke dalam beberapa format tambahan sesuai regulasi yang diberlakukan
oleh U.S. SEC di New York Stock Exchange. Dengan demikian, biaya yang
dibutuhkan semakin bertambah sedangkan waktu untuk memenuhi semua regulasi
bursa semakin sedikit. Keempat, pemilihan media komunikasi yang sesuai untuk
shareholders menjadi tantangan bagi perusahaan dalam menjamin efektivitas
penyampaian pesan agar tetap sesuai dengan regulasi dan prinsip keterbukaan
informasi.
Peneliti merasa tertarik untuk mengetahui keseluruhan proses manajemen
komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR Telkom dalam mengelola shareholders
asing di NYSE karena komunikasi menjadi dasar dalam mengelola sebuah
hubungan. Peneliti juga melihat bahwa manajemen komunikasi memiliki kaitan
yang erat dengan kemampuan perusahaan dalam mengelola shareholders mereka.
Selain itu, faktor utama yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Investor Relations adalah masih minimnya studi, teori, dan
pemahaman IR sebagai spesialisasi fungsi Public Relations di perusahaan.
4
B. Rumusan Masalah
Telkom yang masih bertahan listing di NYSE sejak tahun 1995
kemungkinan besar telah melakukan manajemen komunikasi yang cukup baik
melalui Unit IR-nya. Hal tersebut tentu tidak mudah mengingat Telkom harus
mengikuti seluruh regulasi yang dibuat oleh bursa dan U.S. SEC. Berdasarkan
latar belakang yang telah peneliti jelaskan di atas, penelitian ini didasari oleh
permasalahan: Bagaimana manajemen komunikasi yang dilakukan Unit
Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam memenuhi
kebutuhan informasi shareholders asing di NYSE?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit
Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam mengelola
shareholders asing.
2) Untuk mengetahui kebutuhan informasi shareholders asing Telkom
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan mampu menjadi referensi tambahan untuk penelitian
lain yang sejenis terlebih jika sama-sama ingin mengkaji manajemen komunikasi
perusahaan. Selain itu, penelitian juga diharapkan mampu memberikan masukan
dan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya pada
bidang kajian Public Relations dan Investor Relations. Hal tersebut karena kajian
Investor Relations sebagai bagian dari fungsi Public Relations masih belum
terlalu popular di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
1) Penelitian diharapkan mampu menggambarkan dengan jelas manajemen
komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR dalam mengelola shareholders
5
asing sehingga dapat menjadi pertimbangan dan acuan evaluasi singkat
untuk program dan manajemen perusahaan selanjutnya.
2) Penelitian diharapkan mampu menjadi insight bagi pembaca dan
perusahaan-perusahaan lain dalam melakukan manajemen komunikasi
untuk mengelola shareholders asing mereka.
E. Kerangka Pemikiran
1. Manajemen Kelompok Berkepentingan dan Shareholders Asing
Keberadaan kelompok berkepentingan (stakeholders) sangat penting dan
tidak dapat dipisahkan dari perusahaan. Mereka selalu menjadi perhatian utama
perusahaan dalam bersikap transparan dan bertanggung jawab atas segala
informasi (baik informasi keuangan atau non keuangan) yang disampaikan karena
informasi tersebut dapat memengaruhi nilai serta reputasi perusahaan. R. Edward
Freeman (dalam Putra, 2008:5.13) menyatakan stakeholders sebagai “any
individual or group who can affect or is affected by the actions, decisions,
policies, practices, or goals of the organization” yang artinya kelompok atau
individu yang dapat memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian
tujuan organisasi. Stakeholders dapat pula diartikan sebagai pihak-pihak yang
memiliki singgungan kepentingan dengan organisasi. Sebagai sebuah organisasi,
perusahaan dengan beragam stakeholders diharapkan mampu melakukan
komunikasi dua arah dan manajemen strategis melalui stakeholder approach,
yakni pendekatan khusus yang mengacu pada disiplin manajemen dalam
memahami
kebutuhan dan
kepentingan
stakeholder
(Putra,
2008:5.12).
Pendekatan tersebut mampu menganalisis kemampuan perusahaan dalam
mengelola kepentingan (interests), kebutuhan (needs) dan sudut pandang
(viewpoints) para kelompok berkepentingan untuk mencapai tujuannya.
Stakeholder yang akan dibahas dalam penelitian ini fokus kepada
shareholders asing Telkom di NYSE. Shareholders (pemegang saham)
merupakan bagian dari kelompok berkepentingan (stakeholders) yang melakukan
investasi dan memiliki kepentingan terhadap bisnis asing. Sedangkan pengertian
6
shareholders asing di penelitian ini merujuk pada individu atau kelompok yang
tersebar di berbagai negara berbeda, berinvestasi di Telkom melalui NYSE, dan
dapat terhubung dengan perusahaan melalui NYSE atau melalui hubungan
langsung dan tidak langsung seperti e-mail, website resmi perusahaan, conference
call, tatap muka, dan sebagainya. Di antara perusahaan dan shareholders asing
sangat mungkin terdapat perbedaan dalam berbagai aspek yang harus
diperhitungkan dengan matang dan ditanggapi dengan baik oleh perusahaan.
Setiap shareholder hadir sebagai individu unik yang merepresentasikan
budayanya masing-masing. Namun, perlu diingat bahwa bukan berarti budaya
yang mereka miliki sesuai dengan stereotip budaya yang telah beredar di
masyarakat.
Salah satu teori yang sesuai untuk penelitian ini adalah teori kelompok
berkepentingan (stakeholder theory). Teori ini sangat erat kaitannya dengan caracara yang dilakukan perusahaan untuk mengelola kelompok berkepentingan
mereka termasuk shareholders. Teori kelompok berkepentingan dapat membantu
peneliti untuk memahami hubungan perusahaan dengan shareholders dan
bagaimana perusahaan berkomunikasi dengan mereka sehingga teori ini seringkali
disamakan dengan konsep manajemen kelompok berkepentingan. Konsep
manajemen kelompok berkepentingan mampu menggambarkan suatu proses dan
kontrol yang harus direncanakan dengan menggunakan prinsip mendasar serta
melalui pendekatan kepada shareholders. Teori ini kemudian berkembang melalui
pendekatan “new-corporate relation” yang menekankan kolaborasi antara
perusahaan dan pemegang saham untuk berhubungan dengan lingkungan
bisnisnya. Perusahaan menjadikan kepentingan shareholders sebagai prioritas
utama mereka. Clarkson (1995) menjelaskan bahwa teori ini dapat digunakan
untuk mengenali, menganalisa, dan meneliti karakteristik individu atau kelompok
yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku organisasi. Menurut perspektif
teori ini, hubungan perusahaan dengan shareholders bukan lagi sebatas hubungan
transaksional melainkan hubungan fungsional yang harus dibangun berdasarkan
7
konsep kebermanfaatan dengan memaksimalkan minat shareholders terhadap
perusahaan melalui cara-cara yang sesuai dengan hukum atau nilai-nilai sosial.
Mitchell et al. (1997) dalam “Stakeholder Theory: Issues to Resolve”
mendefinisikan tiga faktor yang menjadi landasan perusahaan dalam mengelola
kelompok berkepentingan seperti shareholders dan menentukan rencana serta
pelayanan yang sesuai untuk mereka (Mainardes et al., 2011:236). Ketiga faktor
yang berkaitan dengan manajemen kelompok berkepentingan adalah:
1) Power – Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat
seseorang atau suatu pihak melakukan suatu tindakan.
2) Legitimacy – Legitimasi dapat dianggap sebagai persepsi umum atas halhal yang diinginkan oleh entitas berdasarkan tindakan yang lakukan.
3) Urgency – Penentuan waktu untuk merespon permintaan yang mendesak
dari kelompok berkepentingan.
2. Hubungan
Masyarakat
Internasional
(International
Public
Relations)
Public Relations (PR) menjembatani hubungan perusahaan dengan
publiknya. Kegiatan PR merupakan upaya terencana dan berkesinambungan yang
berbasis pada kegiatan komunikasi dan pengelolaan program-program perusahaan
serta merujuk pada manajemen komunikasi melalui hubungan yang saling
menguntungkan. Tujuannya adalah untuk menciptakan serta memelihara niat baik
dan sikap saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. PR yang juga
dikenal dengan istilah hubungan masyarakat (humas) dapat diartikan sebagai
fungsi dalam manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan baik
dan bermanfaat antara organisasi dan kelompok berkepentingan (Cutlip, Center
dan Broom, 2006:5). Sedangkan Grunig dan Hunt lebih menekankan pengertian
humas sebagai manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya (Putra,
2008:1.3). Tokoh lain yang ikut menyumbangkan pemikirannya tentang Public
Relations adalah Rex F. Harlow seperti yang terarsip dalam American
8
International Journal of Research in Humanities, Arts and Social Sciences tahun
2013:
Distinctive management function which helps establish and
maintain mutual lines of communication, understanding,
acceptance and cooperation between an organization and its
publics; involves the management of problems or issues; helps
management to keep informed on and responsive to public opinion;
defines and emphasizes the responsibility of management to serve
the public interest; helps management keep abreast of and
effectively utilize change, serving as an early warning system to
help anticipate trends; and uses research and sound and ethical
communication as its principal tools.
Kegiatan PR dengan cepat mengglobal. Komunikasi dilakukan dalam
konteks yang semakin luas meliputi wilayah internasional dengan menempatkan
praktisi PR atau Public Relations Officer (PRO) di garis depan pengelolaan
hubungan perusahaan dengan masyarakat dari berbagai negara. Kegiatan tersebut
kemudian dikenal dengan istilah International Public Relations (IPR). Wakefield
(2008) mendefinisikan hubungan masyarakat internasional sebagai program
multinasional yang memiliki hubungan koordinasi antara kantor pusat dan
berbagai negara di mana perwakilan kantor dan atau publik berada. Sedangkan
menurut Wilcox, et al. (2007), IPR adalah aktivitas komunikasi organisasi
(multinasional) yang terencana untuk mencapai tujuan bisnis dengan menciptakan
lingkungan yang positif melalui hubungan saling menguntungkan di negara target
yang memfasilitasi organisasi (Wakefield, 2008:141). Kegiatan PR yang
dilakukan dalam konteks domestik memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup
signifikan bila dibandingkan dengan kegiatan PR internasional. Berikut ini adalah
tabel perbandingan yang menunjukkan perbedaan kondisi dan karakteristik dalam
pelaksanaan kegiatan PR domestik (nasional) dan PR internasional:
Tabel 1.2 Perbedaan Kondisi dan Karakteristik Kegiatan Public Relations
Domestik

Internasional

Ruang lingkup kegiatan terbatas
9
Ruang lingkup kegiatan
pada satu negara
melampaui batas-batas negara

Publik adalah bangsa sendiri


Kegiatannya tertuju pada bangsa
Publik adalah bangsa-bangsa
lain

sendiri (masyarakat dalam
negeri).
Kegiatannya tertuju pada banga
lain (masyarakat di luar negeri)

Menggunakan bahasa nasional

Budaya (relatif) sama

Kemampuan publik menyerap

Perbedaan budaya
informasi cenderung sama

Kemampuan publik dalam


Menggunakan bahasa asing dan
Internasional
Tingkat penguasaan teknologi dan
menyerap informasi berbeda-
penggunaan sarana informasi
beda

(komunikasi) relatif sama
Tingkat penguasaan teknologi
(Contoh: TV, radio, komputer,
dan penggunaan sarana
internet, surat kabar, jurnal, dan
informasi (komunikasi)
sebagainya).
berbeda-beda.
Sumber: Rudy, 2005.
International Public Relations terdiri atas komponen komunikasi
internasional yang juga mencakup dimensi budaya sebagai landasan komunikasi
dan kegiatan PR sebagai konteksnya (Parkinson & Ekachai, 2006:70). IPR
dianggap sebagai respon terhadap kebutuhan kelompok berkepentingan asing
sehingga hubungan yang terjalin di dalamnya dipengaruhi oleh beberapa kondisi
kontekstual, seperti aktivitas tertentu, budaya dan bahasa, politik, ekonomi, sistem
media, dan tingkat perkembangan di masing-masing negara. Salah satu contoh PR
Internasional adalah hubungan antara perusahaan dan shareholders asing yang
tersebar di berbagai negara. Komunikasi yang terjadi tidak lagi memikirkan batasbatas wilayah atau negara karena perusahaan melakukan komunikasi internasional
dalam konteks global. Perusahaan sebaiknya benar-benar jeli dalam menentukan
cara yang tepat untuk mengelola shareholders agar setiap tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. PRO perusahaan perlu mengidentifikasi, memahami,
dan mengakomodir pandangan, pendapat, minat, dan perilaku publik asing untuk
10
berkomunikasi secara efektif dan tepat sasaran. Mayoritas kegiatan IPR dilakukan
perusahaan dengan memanfaatkan internet karena internet memungkinkan proses
komunikasi berlangsung secara cepat dan dengan koverasi yang luas. Selain itu,
internet dianggap sebagai salah satu media yang memiliki efek kuat (powerful
effect) untuk mempengaruhi publik.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga hal utama
yang mendasari praktik PR dan IPR, yaitu: publik sebagai sasarannya,
komunikasi, dan manajemen. Hal yang membedakan praktik keduanya adalah
ruang lingkup dan konteks IPR yang jauh lebih luas dari konteks PR domestik.
Public Relations merupakan hubungan timbal balik yang dilakukan oleh
perusahaan kepada publik dengan berperan sebagai fungsi manajemen yang
teratur, terstruktur, dan terencana pada level strategis dan teknis yang melibatkan
komunikasi dua arah (two-ways communication) untuk memperoleh umpan balik
(feedback). Hal tersebut sekaligus menunjukkan bahwa manajemen yang baik
dapat memengaruhi keberhasilan hubungan publik suatu organisasi.
3. Hubungan
Masyarakat
Antarbudaya
(Intercultural
Public
Relations)
Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) menjadi hal yang
esensial dalam kegiatan PR internasional. Komunikasi antarbudaya secara
sederhana dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi antara dua pihak yang
masing-masing memiliki latar budaya berbeda. Komunikasi ini secara jelas
menekankan dimensi budaya sebagai dasar dalam proses berkomunikasi karena
banyak orang dari budaya yang berbeda terlibat di dalamnya. Budaya menentukan
bagaimana komunikator dan komunikan berkomunikasi, jenis pesan yang
disampaikan, alat komunikasi yang digunakan, proses penafsiran makna, dan
umpan balik (feedback) yang diberikan setelah menerima pesan. Acuan efektivitas
komunikasi antarbudaya adalah seberapa baik komunikator dapat mengenali
batasan-batasan budaya sendiri dan beradaptasi dengan aspek-aspek dari budaya
komunikan yang mungkin sama sekali berbeda dengan kecenderungan yang ada
11
untuk kemudian dilakukan sinkronisasi melalui cara berpikir dan bertindak yang
lebih global.
Intercultural Public Relations berada dalam lingkungan yang kompleks
dengan latar belakang budaya target sasaran yang beragam. Beberapa contoh
kompleksitas variasi budaya yang harus dihadapi oleh PR profesional atau yang
lebih dikenal dengan istilah Public Relations Officer (PRO) ketika melakukan
komunikasi antarbudaya adalah: 1) Budaya publik internal organisasi mengingat
PRO senantiasa mencoba mengintegrasikan perbedaan budaya yang ada dalam
kegiatannya untuk menjadi satu tim yang solid, 2) Budaya publik eksternal seperti
shareholders yang terdiri dari berbagai macam perspektif sehingga pesan yang
ingin disampaikan harus benar-benar disesuaikan, dan 3) Budaya media yang
heterogen. Oleh karena itu, PRO harus dapat beradaptasi, mengembangkan, dan
menyampaikan pesan yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan target
sasaran.
Komunikasi antarbudaya yang dilakukan dalam konteks hubungan
masyarakat internasional khususnya antara perusahaan dan shareholders asing
dapat berlandaskan lima aspek penting yang saling memengaruhi dan dipengaruhi
oleh lingkungan tempat mereka (shareholders) berada atau latar di mana
komunikasi berlangsung. Kelima aspek tersebut antara lain:
1) Perlunya dilakukan riset untuk mengetahui dan memahami bagaimana
budaya setiap shareholder asing yang menjadi target komunikasi dan
kegiatan IPR.
2) Konsistensi tujuan komunikasi harus selalu dijaga.
3) Strategi dan tipe program yang ingin dijalankan sebaiknya disusun dengan
mempertimbangkan faktor budaya.
4) Taktik dijalankan melalui media-media yang mudah untuk diakses dan
sesuai dengan budaya shareholders asing.
5) Evaluasi dilakukan sesuai dengan budaya di mana kegiatan komunikasi
berlangsung.
12
Pada akhirnya, komunikasi antarbudaya dalam konteks internasional dapat
dengan mudah dievaluasi jika perusahaan telah terlebih dahulu memahami norma,
aturan, dan nilai-nilai yang berlaku bagi dirinya. Perusahaan tentu juga harus
memahami norma, aturan, dan nilai-nilai dari budaya yang berbeda yang dianut
oleh shareholders asing. Para PRO sudah selayaknya memiliki perspektif global
dan multikultural untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi publik dan dunia
yang semakin dinamis. Perspektif tersebut juga harus didukung oleh kemampuankemampuan khusus seperti kepekaan terhadap kondisi tertentu (mindfulness),
kesabaran (patience), dan toleransi (tolerance) yang dapat membantu para PR
profesional mengurangi ambiguitas pesan yang disampaikan agar tepat sasaran.
4. Investor Relations di Perusahaan BUMN Terbuka
Setiap perusahaan terbuka dituntut untuk mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan seluruh publik perusahaan baik internal maupun eksternal, di
dalam dan di luar negeri, demi mencapai tujuan dan memperoleh keuntungan
bersama. Menurut Seitel (1998:15), terdapat beberapa pihak yang menjadi publik
inti (key publics) bagi perusahaan global di antaranya karyawan, direktur, pers,
masyarakat internasional, shareholder, dan komunitas investasi. Kegiatan
komunikasi dengan publik perusahaan biasanya dilakukan melalui sebuah fungsi
atau unit bernama Public Relations. Sedangkan untuk publik yang lebih spesifik
seperti shareholders dan komunitas keuangan, komunikasi dilakukan melalui
spesialisasi fungsi PR yang dikenal dengan hubungan investor (Investor
Relations).
Spesialisasi fungsi PR yang bertugas menyediakan informasi kepada
investor, para pemegang saham (shareholders), atau mereka yang memiliki minat
khusus
terhadap
perusahaan
dan
membangun
hubungan
yang
saling
menguntungkan dengan komunitas investasi dalam rangka memaksimalkan nilai
pasar adalah Investor Relations (Cutlip, Center dan Broom, 2006:20). Investor
Relations merupakan bagian dalam manajemen perusahaan terbuka yang bertugas
mengumpulkan
materi
untuk
komunitas
13
investasi
dan
keuangan
dan
menyampaikannya dalam berbagai format umum laporan IR seperti laporan
tahunan, laporan triwulan (quarterly report), laporan keuangan, news release, dan
bentuk-bentuk
publikasi
lainnya.
Corbin
(2004)
mengelompokkan
alat
komunikasi yang biasa digunakan oleh IR ke dalam tiga jenis, yaitu: materi cetak
(print material), elektronik (websites, emails, webcasts) dan pertemuan tatap
muka (face-to-face meetings). Investor yang dapat pula disebut sebagai pemegang
saham (shareholder) merupakan pihak yang berinvestasi pada perusahaan. Hal
terpenting bagi mereka adalah bagaimana memperoleh keuntungan dari investasi
yang telah dilakukan dan mengembalikan modal awal investasi. Prof. Jogiyanto
(2003:7) menjelaskan bahwa investor biasanya melakukan investasi dalam bentuk
aset finansial yang dapat dilakukan dengan dua acara:
1) Investasi Langsung ( Direct Investing)
Investasi langsung merujuk pada kepemilikan investor secara langsung
atas surat-surat berharga perusahaan atau institusi yang telah go public
untuk memperoleh keuntungan berupa dividen (pembagian keuntungan
yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham) atau capital gain
(selisih antara harga beli dan harga jual, di mana harga jual lebih tinggi
dari harga beli).
2) Investasi Tidak Langsung (Indirect Investing)
Investasi tidak langsung terjadi apabila kepemilikan aset dilakukan melalui
lembaga-lembaga keuangan yang bertindak sebagai broker (perantara)
seperti perusahaan manajemen aset. Surat-surat berharga yang dimiliki
juga dapat diperdagangkan kembali oleh perantara tersebut. Perantara ini
nantinya juga akan memperoleh dividen serta capital gain seperti di
investasi langsung.
Investor Relations di perusahaan terbuka senantiasa memberikan
pemahaman tentang prospek investasi yang dilakukan di perusahaan mengingat
keputusan investor untuk membeli, menjual atau mempertahankan kepemilikan
14
sahamnya sangat tergantung pada terpenuhi atau tidaknya harapan mereka
terhadap kinerja perusahaan. Saat ini mulai banyak investor yang juga mencari
tahu tentang informasi non-keuangan perusahaan seperti kualitas dan pelaksanaan
strategi perusahaan, kredibilitas manajemen, inovasi, dan kemampuan perusahaan
untuk menarik orang-orang berbakat, dan informasi-informasi lain yang dapat
memengaruhi harga saham perusahaan (Inoue, 2009:65). Hal terpenting yang
harus diperhatikan oleh praktisi IR saat ini adalah bagaimana mereka melakukan
komunikasi yang efektif untuk mengatasi berbagai isu atau masalah yang dapat
berdampak pada hubungan perusahaan dengan shareholders (Inoue, 2009:66). IR
pun diharapkan mampu membawa perusahaan pada penilaian positif dari
komunitas keuangan yang berdampak pada peningkatan kualitas nilai modal serta
tujuan perusahaan.
Investor Relations diminta melaksanakan fungsi manajemen strategis
sebagai respon terhadap meningkatnya daya saing, globalisasi, dan kompleksitas
pertumbuhan operasional perusahaan. Komunikasi dilakukan melalui program
yang komunikatif, terbuka, dan transparan yang secara khusus disusun untuk
shareholders demi memperoleh keuntungan bagi kedua belah pihak. Adapun
kegiatan-kegiatan khusus yang biasanya dilakukan oleh IR adalah menjawab serta
menanggapi berbagai permintaan informasi dari shareholders, analis dan pialang
saham, serta melakukan survei, roadshow, presentasi, dan konferensi mengenai
update bisnis dan kondisi perusahaan (Inoue, 2009: 67). Berikut ini adalah empat
tahapan strategis kegiatan atau program Investor Relations (NASDAQ, 2001:32):
1) Market Research (riset pasar) untuk mengembangkan pengetahuan dan
keahlian dalam pasar modal yang meliputi kegiatan market intelligence,
audience analysis dan benchmark surveys untuk mengukur kemajuan
perusahaan.
2) Pesan dan Pengembangan Informasi yang bertujuan untuk menciptakan
nilai wajar perusahaan (fair value) melalui pengkomunikasian kekuatan
investasi dan informasi penting lainnya kepada pasar. Ada tiga ketegori
informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder IR: a) Informasi keuangan
15
dan informasi detail tentang operasi bisnis, b) visi, misi, strategi, arah, dan
program perusahaan, dan c) konteks industri untuk perusahaan.
3) Pemilihan alat komunikasi (communication tool) yang ditentukan
berdasarkan pertimbangan efektivitas penyampaian pesan kepada target
sasaran. Terdapat beberapa media yang dapat digunakan sebagai media
komunikasi, yaitu: cetak, layanan informasi elektronik, video, pertemuan
langsung (tatap muka), dan telepon.
4) Administrasi perkantoran yang ditujukan untuk mengelola proses Investor
Relations pada tingkat efisiensi tertinggi.
Kegiatan atau program yang dilakukan oleh Unit Investor Relations dapat
ditinjau melalui teori Public Relations yang menyediakan pemahaman tentang
hubungan antara tindakan dengan peristiwa. Seperti yang telah peneliti jelaskan
sebelumnya, Investor Relations merupakan spesialisasi fungsi PR yang landasan
konsep dan kegiatannya masih berpegang teguh pada prinsip-prinsip Public
Relations. Sehingga kita dapat mengadopsi teori PR untuk memperoleh gambaran
umum tentang Investor Relations. Teori yang sesuai untuk penelitian ini adalah
Teori Situasional (Situational Theory) milik James E. Grunig yang berkaitan
dengan publik. Grunig menerapkan teori ini ke dalam dunia PR sebagai upaya
memperluas dan mengoperasionalkan teori pada tingkat organisasi. Teori
situasional membantu kita memahami perilaku komunikasi publik dengan
mengukur bagaimana perusahaan memersepsikan situasi yang berpengaruh
terhadap mereka. Teori ini berguna bagi Investor Relations karena membantu Unit
IR untuk fokus pada jenis informasi yang diinginkan shareholders asing. Teori
situasional memungkinkan Unit IR untuk secara efektif mengelola komunikasi
dengan publik yang relevan melalui identifikasi spesifik. Pada akhirnya, teori
situasional juga membantu Unit IR menentukan kapan mereka harus
menyampaikan pesan kepada shareholders dan alat komunikasi (media) seperti
apa yang sesuai. Sehingga kita dapat memperoleh gambaran yang lebih baik
mengenai bagaimana perusahaan mengelola hubungannya dengan shareholders
asing tersebut.
16
5. Manajemen Komunikasi Unit Investor Relations
Peneliti memaknai manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR
sebagai proses pengelolaan komunikasi dan informasi perusahaan untuk
shareholders asing. Hal tersebut didasari pertimbangan kedua aspek di atas
(pengelolaan komunikasi dan informasi) merupakan bagian dari aktivitas harian
Unit IR Telkom dalam upaya menjalin dan mengelola komunikasi yang baik
dengan shareholders mereka. Aktivitas tersebut juga menggambarkan kegiatan
komunikasi perusahaan yang diwujudkan melalui berbagai upaya manajemen
yang baik demi kelangsungan hidup dan terwujudnya tujuan perusahaan.
“Bagaimana cara perusahaan berkomunikasi?” menjadi pertanyaan yang
kemudian muncul terkait dengan usaha perusahaan untuk berhubungan baik
dengan shareholders. McFarland mengartikan manajemen sebagai kegiatan
menangani atau mengelola yang terdiri dari proses-proses pengorganisasian
(Putra, 2008:1.9-1.10). Manajemen dan komunikasi memiliki hubungan yang
sangat erat sebagaimana diungkapkan oleh Lawrence D. Brennan: “management
is communication” yang berarti komunikasi memiliki peranan penting yang tidak
dapat diabaikan dalam manajemen (Rudy, 2005:29). Tokoh ahli di bidang
manajemen,
George
R.
Terry,
menyumbangkan
pengetahuannya
untuk
perkembangan ilmu manajemen melalui karya “Principles of Management” dan
menggolongkan fungsi manajemen ke dalam beberapa tahapan yang lazim
disingkat POAC:
Bagan 1.1
Fungsi Manajemen George R. Terry
Planning
Organizing
Actuating
Controlling
Sumber: Rudy, 2005
Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan berbagai sumber daya
komunikasi secara terpadu. Michael Kaye (1994:8) mendefinisikan manajemen
17
komunikasi sebagai upaya manusia atau individu untuk mengelola proses
komunikasi melalui penyusunan kerangka makna dan dengan mengoptimalkan
sumber daya komunikasi serta teknologi yang ada. Manajemen komunikasi
merujuk pada bagaimana Unit Investor Relations berkomunikasi, berkoordinasi,
dan saling menjelaskan makna tentang dunia interpersonal mereka kepada
shareholders berdasarkan kompetensi komunikasi yang dimiliki. Secara
operasional terdapat empat langkah manajemen komunikasi yang mengacu pada
pendekatan Planning and Management Method yang dirumuskan oleh Cutlip,
Center, dan Broom (2006).
Bagan 1.2
Modifikasi Bagan Planning and Management Method
Defining Public
Problems
(Research)
Planning
and
Programming
Taking Actions
and
Communicating
Program
Evaluating
Analysis &
Problem Statement
Strategy
Implementation
Assessment
Method
General Context
 Defining Target Public
 Reasoning of Program
Implementation
 Budgeting & Time Table
Communication




Frequency
Formality of Communication
Content
Chanel
Sumber: Cutlip, Center, dan Broom (2006)
Broom dan Dozie kemudian melihat manajemen komunikasi sebagai salah
satu langkah perencanaan strategis humas di mana program komunikasi terdiri
dari dua faktor utama, yakni: 1) Strategi Pesan (Informasi) dan 2) Strategi Media
(Putra,
2008:2.24).
Manajemen
komunikasi
berupaya
menjembatani
pengaplikasian teori dan praktik komunikasi untuk meningkatkan kualitas serta
18
efektivitas pertukaran pesan dalam berbagai konteks komunikasi (Kaye, 1994).
Dengan demikian, Unit Investor Relations harus memikirkan cara terbaik dalam
memenuhi kebutuhan informasi shareholders yang dapat memberi mereka
keyakinan atas nilai jual perusahaan dan memilih media komunikasi yang paling
efektif agar pesan yang disampaikan bisa tepat sasaran.
F. Kerangka Konsep
Perusahaan sekelas PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk yang
telah berada pada level global dengan listing di bursa asing seperti NYSE
membawa perusahaan pada konsekuensi shareholders yang sangat beragam.
Pihak asing yang menjadi shareholders Telkom jumlahnya cukup besar dan
menguasai 80% kepemilikan saham publik Telkom. Shareholders tersebar di
berbagai negara di benua Amerika, Eropa, Asia, dan Australia dengan beragam
jenis, harapan dan latar belakang budaya. Perusahaan pun dituntut untuk
memberikan perhatian dalam menentukan pelayanan yang sesuai dan benar-benar
diperlukan oleh shareholders asing.
Penelitian ini fokus pada manajemen komunikasi yang dilakukan oleh
Unit Investor Relations dalam mengelola shareholders asing Telkom di NYSE,
yakni mereka yang membeli saham publik Telkom melalui bursa saham Amerika
tersebut. Hal yang menjadi pertimbangan peneliti adalah manajemen komunikasi
menjadi hal penting dalam upaya membangun dan mengelola hubungan baik
dengan
shareholders
asing.
Perusahaan terlebih
dahulu
harus
mampu
mengidentifikasi siapa saja shareholders asing yang mereka hadapi serta seperti
apa kebutuhan dan pandangan mereka terhaap perusahaan. Peneliti akan melihat
dan mencari tahu bentuk dan jenis informasi apa saja yang dibutuhkan oleh
shareholders asing dari perusahaan. Informasi menjadi substansi utama dalam
manajemen komunikasi karena kemampuan Unit IR Telkom dalam memenuhi
kebutuhan informasi sangat memengaruhi tingkat kepuasan dan penilaian
shareholders terhadap performa perusahaan serta membangkitkan minat mereka
untuk memulai atau meneruskan investasi di perusahaan. Selain itu, pemenuhan
19
kebutuhan informasi dapat pula meningkatkan kepercayaan shareholders asing
terhadap perusahaan. Unit IR Telkom harus benar-benar fokus pada tipe
shareholders yang dihadapi agar jenis informasi yang disampaikan perusahaan
sesuai dengan keinginan shareholders.
Peneliti akan memadukan dua konsep utama penelitian, yaitu: 1) Konsep
Empat Tahapan Strategis Investor Relations dari NASDAQ (2001:32) dan 2)
Konsep Pendekatan Manajemen Komunikasi milik Cutlip, Center, dan Broom
(2006) untuk melihat setiap indikator dalam manajemen komunikasi yang
dilakukan oleh Unit IR Telkom. Kedua konsep ini dilihat dalam konteks
internasional yang juga melibatkan faktor budaya sebagai basis komunikasinya.
Pertama, konsep empat tahapan strategis Investor Relations cocok digunakan oleh
Unit IR yang berada di perusahaan seperti Telkom dengan bentuk investasi para
investor berupa saham (bukan investasi langsung) untuk menyusun kegiatan atau
program komunikasi. Keempat tahapan strategis IR terdiri dari riset pasar (market
research) untuk mengidentifikasi siapa shareholders asing yang akan menjadi
sasaran program IR dan harus dikelola oleh Unit Investor Relations PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk dan informasi apa yang mereka butuhkan, pesan
dan pengembangan informasi yang memegang peranan dalam menghasilkan
informasi yang berkualitas, alat komunikasi (communication tool) untuk
menentukan media penyampaian pesan yang paling efektif, dan administrasi
perkantoran yang memungkinan Unit IR untuk mengelola shareholders asing
dalam tingkat efektivitas tertinggi.
Kedua, Konsep milik Cutlip, Center dan Broom (2006) menjelaskan empat
langkah manajemen komuniksi yang diadopsi dari model PR dan dapat dipadukan
dengan konteks dan fungsi Investor Relations untuk melihat proses manajemen
komunikasi Unit IR. Pertama, defining public problems dengan mendefinisikan
masalah, isu, atau peluang perusahaan di mata publik. Kedua, planning and
programming yang merupakan proses pembuatan rencana kegiatan atau program
beserta apa yang akan dilakukan, bagaimana mekanismenya, siapa pelaksananya,
dan kapan kegitan harus dilakukan. Ketiga, implementasi (implementation) dari
20
kegiatan (action) dan komunikasi (communication) yang telah disusun dan
direncanakan. Keempat, evaluating yang dilakukan oleh pihak yang memang
diutus oleh Unit IR dengan menilai jalannya semua tahapan dan melakukan
evaluasi pada program yang memungkinkan dilakukannya perbaikan agar
program selanjutnya bisa lebih baik dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
Sedangkan teori yang peneliti gunakan untuk membantu penelitian ini
adalah teori pemangku kepentingan (stakeholders theory) dan teori situasional
milik James E. Grunig. Teori stakeholders dipilih karena sejalan dengan konsep
manajemen komunikasi yang mengimplikasikan adanya komitmen antara
perusahaan dan shareholders untuk saling berhubungan. Teori ini dapat
menjelaskan bagaimana Telkom berkomunikasi dengan shareholders asing di
NYSE. Sedangkan Teori Situasional milik Grunig berfungsi untuk menjelaskan
hubungan perusahaan dengan shareholders asing. Melalui teori ini pula peneliti
dapat mengetahui jenis informasi seperti apa yang dibutuhkan oleh shareholders
asing.
Peneliti telah merangkum penjelasan di atas ke dalam sebuah bagan yang
dapat menggambarkan secara rinci konsep penelitian yang menjadi acuan peneliti
dalam mencari tahu bagaimana manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit
IR Telkom dalam mengelola shareholders asing di NYSE. Berikut adalah bagan
kerangka konsep manajemen komunikasi Unit Investor Relations Telkom:
21
Bagan 1.3
Bagan Konsep Manajemen Komunikasi Unit IR Telkom
MANAJEMEN KOMUNIKASI
DALAM KONTEKS INTERNASIONAL DAN
ANTARBUDAYA
Manajemen Komunikasi
Cutlip, Center dan Broom (2006)
Empat Tahap Strategis
Investor Relations (NASDAQ, 2001)
Defining Public Problems
Riset Pasar (Analisis Target)
 Isu
 Masalah
 Peluang perusahaan
 Shareholders asing Unit IR
Telkom
 Latar belakang budaya
Planning & Programming
Pesan & Pengembangan
Informasi




 Menghasilkan informasi
berkualitas yang dibutuhkan
shareholders asing
 Informasi sesuai atau dapat
diterima oleh budaya mereka
Alat Komunikasi
Pembuatan rencana program
Apa yang harus dilakukan?
Bagaimana mekanismenya?
Siapa dan kapan
pelaksananya?
Implementation
 Cetak dan Elektronik
 Interpersonal (Tatap muka)
 Alat komunikasi lain dengan
lingkup internasional
 Komunikasi (internasional &
antarbudaya)
 Informasi
Evaluating Program
Administrasi Perkantoran
Menilai jalannya tahapan-tahapan
manajemen komunikasi
Praktisi Investor Relations di
Unit IR Telkom
22
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian akan dilakukan berdasarkan paradigma interpretif yang sifatnya
deskriptif–kualitatif. Menurut Cresswell (2003:1), penelitian kualitatif merupakan
proses untuk memahami masalah melalui penggambaran holistik atas masalah
tersebut yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan dengan terperinci sesuai
sudut pandang informan, dan disusun dalam latar ilmiah. Istilah deskriptif
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada (dapat berupa
bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya). Penelitian kualitatif
sengaja dipilih karena data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
serta perilaku yang dapat diamati namun tidak dapat dihitung kuantitasnya. Selain
itu, peneliti belum memiliki informasi mendalam mengenai obyek penelitian,
yakni Unit Investor Relations Telkom dalam melakukan manajemen komunikasi
terhadap shareholders asing.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi
kasus (case study) dengan memusatkan perhatian pada manajemen komunikasi
Unit IR. Studi kasus merupakan strategi penelitian komprehensif yang mencoba
menyelidiki fenomena kontemporer dimana perilaku yang relevan tidak dapat
dimanipulasi dan belum ada batasan yang jelas antara fenomena dengan
konteksnya (Yin, 2009:5). Apa yang akan digambarkan oleh peneliti adalah murni
sesuai dengan keadaan obyek penelitian ketika penelitian dilaksanakan dan faktafakta yang ditemukan di lapangan. Studi kasus dirasa cocok untuk menjawab
pertanyaan penelitian dengan menyediakan pemahaman menyeluruh mengenai
bagaimana suatu proses berkembang dalam sebuah kasus. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Robert K. Yin (2009:17) bahwa pada dasarnya esensi dari studi
kasus adalah untuk menerangkan sebuah organisasi, proses, atau program dan
kesatuan
elemennya:
mengapa
mereka
23
dibawa,
bagaimana
mereka
diimplementasikan, dan dengan apa hasilnya. Sehingga peneliti berharap nantinya
dapat diperoleh gambaran utuh dan mendalam atas penelitian yang dilakukan.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi:
Unit Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Grha Citra
Caraka 5th Fl - Jl. Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta 12710).
Waktu:
1) Pra-Penelitian
: April – Mei 2014
2) Penelitian
: Juni – September 2014
3. Fokus Penelitian
Penelitian akan difokuskan pada manajemen komunikasi yang dilakukan oleh
Unit IR Telkom meliputi kegiatan komunikasi dan target sasaran, informasi yang
disampaikan, dan alat-alat komunikasi (communication tools) yang digunakan
dalam mengelola shareholders asing di NYSE.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menjadi langkah paling penting dalam
penelitian karena pada dasarnya tujuan utama dari penelitian adalah untuk
memperoleh data. Penelitian ini menempatkan peneliti sebagai pengamat yang
akan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi, mengumpulkan
data, mengidentifikasi masalah, dan menentukan apa yang perlu dilakukan untuk
memperoleh data yang akurat. Observasi dilakukan untuk lebih mendekatkan diri
peneliti dengan objek penelitian yang sedang dikaji. Penentuan sumber data akan
mengacu pada Six Sources of Evidence milik Yin (2009:101-102). Namun,
peneliti hanya akan menggunakan empat sumber data yang dirasa paling relevan
untuk penelitian, yaitu: observasi, wawancara, catatan arsip dan melalui
dokumentasi.
24
1) Wawancara
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan mekanisme tanya-jawab sambil bertatap muka
antara si pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Interview guide
diharapkan mampu membantu proses wawancara menjadi lebih jelas, fokus, dan
tetap sesuai dengan tema yang diteliti. Ciri utama dari wawancara adalah kontak
langsung dengan tatap muka (face to face) antara si pencari informasi (informan
hunter) dengan informan (Sutopo, 2006:74). Wawancara akan dilakukan secara
langsung kepada Unit Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang
terlibat dalam manajemen komunikasi shareholder asing dan terdiri dari pihakpihak sebagai berikut:
No.
1)
2)
3)
4)
5)
Nama
Jabatan
Prakoso Imam AVP Shareholder Relations & POH VP Investor
Santoso
Relations
Tony Suwarjo
AVP Management Advisory & POH VP IR
Dewi
POH AVP Reporting & Compliance
Simatupang
Erni
POH AVP Reporting & Compliance
Novy
Senior Officer Shareholder Relations
Kartikayanti
Keterangan:
POH : Pejabat Operasional Harian
VP
: Vice President
AVP
: Assistant Vice President
25
2) Dokumen Arsip
Arsip dibuat oleh perusahaan dengan tujuan tertentu dan untuk
menjangkau target yang lebih spesifik. Arsip dapat digunakan untuk mendukung
penelitian studi kasus bersamaan dengan sumber informasi lainnya jika memang
relevan (Yin, 2009:106). Hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat kegunaan
dokumen ini akan sangat bervariasi dan belum tentu dapat digunakan untuk semua
studi kasus. Arsip pada umumnya tidak bisa dengan mudah diakses oleh pihak
eksternal perusahaan karena menyangkut informasi-informasi penting perusahaan.
Dokumen arsip yang akan peneliti gunakan antara lain:
No.
1)
Dokumen Arsip
Daftar shareholders asing Telkom di AS (listing melalui
NYSE)
2)
Distict Job Manual (DJM) untuk Unit IR Telkom
3)
Data-data internal lain yang dibutuhkan
3) Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2008:83), studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dokumentasi memiliki koverasi yang luas yang dapat mencakup banyak kejadian
dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu, dokumentasi relatif bersifat stabil
dan dapat ditinjau berulang kali. Studi dokumen akan dilakukan peneliti pada
dokumen-dokumen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang berkaitan dengan
manajemen komunikasi yang dilakukan Unit Investor Relations perusahaan,
seperti:
No.
1)
Dokumentasi
Buku Transformasi Tata Kelola Pelaporan Keuangan Telkom
Pasca Sarbanes-Oxley Act (2010)
2)
Laporan Tahunan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (ENG
& INA) tahun 2009, 2011, dan 2013
26
3)
Form 20-K dan 6-K
4)
Investor Release dan surat-surat resmi
5)
Website
resmi
perusahaan
(http://www.telkom.co.id/),
website NYSE (https://www.nyse.com/)
4) Teknik Analisis Data
Peneliti akan menyajikan data temuan di lapangan yang dianalisis dengan
menggunakan teknik penjodohan pola ‘Pattern Matching’ milik Robert K. Yin
(2009:137) di mana data dianalisis dengan membandingkan konsep dan praktik
yang terjadi di lapangan. Analisis data terdiri dari beberapa tahapan diantaranya
pengujian, pengkategorian, dan pengkombinasian kembali bukti-bukti yang dapat
membantu peneliti untuk selalu merujuk pada tujuan awal penelitian. Peneliti
awalnya mengumpulkan berbagai data penelitian yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi terkait manajemen komunikasi yang
dilakukan oleh Unit Investor Relations terdahap shareholders asing. Peneliti
kemudian mengkategorisasikan data berdasarkan kerangka teori dan konsep
penelitian untuk kemudian dicari bagaimana kesesuaian polanya dengan konsep
penelitian yang telah dibuat. Selanjutnya, data-data tersebut akan dianalisis
dengan melihat kesesuaian antara teori yang digunakan dengan bukti-bukti
empiris di lapangan dan disajikan secara sistematis ke dalam bentuk uraian hasil
penelitian dan analisis. Pada akhirnya, data-data yang telah peneliti sajikan secara
sistematis tersebut akan dijadikan acuan dalam upaya penarikan kesimpulan
penelitian. Kesimpulan akan membahas tentang manajemen komunikasi yang
dilakukan oleh Unit IR mulai dari tahapan-tahapan sampai pada upaya pemenuhan
kebutuhan informasi shareholders asing di NYSE. Peneliti juga akan mencoba
memberikan saran atas kekurangan yang ditemukan dalam penelitian.
27
Download