BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan senantiasa berusaha sebaik mungkin untuk memaksimalkan nilai saham atau investasi perusahaan yang dapat tercermin dari harga saham di bursa tempat mereka mencatat dan memperjualbelikan sahamnya (listing). Beberapa daftar bursa saham yang paling terkenal di dunia antara lain New York Stock Exchange (Amerika), NASDAQ (Amerika), London Stock Exchange (Inggris), dan Tokyo Stock Exchange (Jepang). New York Stock Exchange (NYSE) berlokasi di 11 Wall Street, Lower Manhattan, New York City, Amerika Serikat. NYSE memiliki transaksi saham terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar berjumlah US$16.613 triliun dari 2800 perusahaan yang listing di dalamnya. 1 Bursa saham ini juga terkenal prestisius dan memiliki persyaratan serta regulasi yang sangat ketat dibandingkan dengan bursa saham lainnya. Persyaratan tersebut terdiri dari dua standar utama di bidang distribusi saham (stock distribution) dan hasil kinerja finansial (financial results). Persyaratan listing yang dibuat oleh NYSE sengaja didesain untuk menarik investasi perusahaan-perusahaan besar dengan kapitalisasi pasar dan hasil bisnis yang memiliki perkembangan signifikan sehingga tidak semua perusahaan dapat terdaftar di bursa ini. Sejauh ini hanya ada dua perusahaan Indonesia yang berhasil terdaftar di New York Stock Exchange, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk. Indosat menjadi perusahaan Indonesia pertama yang memutuskan untuk listing di NYSE pada tahun 1994 dan disusul oleh Telkom satu tahun kemudian. Namun, PT Telekomunikasi Indonesia kini menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masih bertahan listing di NYSE setelah PT Indosat memutuskan untuk delisting di tahun 2013 lalu. Keputusan Indosat untuk delisting 1 Lihat website NYSE: https://www.nyse.com/why-nyse#nyse-why-leader. 1 dari NYSE salah satunya didasari oleh besarnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk tetap mengikuti regulasi bursa dan Lembaga Sekuritas Amerika (U.S. SEC) serta kerugian yang dialami perusahaan. Hal tersebut secara langsung disampaikan oleh U.S. SEC melalui keterangan pemberhentian proyek atau “Project Disposal Profinal” yang diunggah di website resmi mereka (http://www.sec.gov/). Berikut ini adalah tabel perbandingan status dua perusahaan Indonesia di NYSE (September 2014) Tabel 1.1 Status Perusahaan Indonesia di NYSE No. 1) 2) Perusahaan Industri Kode Indosat Tbk Communications Telekomunikasi Fixed Line Indonesia Tbk Telecom Listing Delisting IIT 18/10/ 1994 16/05/2013 TLK 14/11/1995 on going Sumber: Data diolah dari website NYSE (http://secfilings.nyse.com/) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang bergerak dalam bidang informasi dan telekomunikasi melakukan penawaran saham perdana publik tanggal 14 November 1995 yang sekaligus menandai listing-nya perusahaan BUMN tersebut di bursa saham prestisius milik Amerika, yakni NYSE. 2 Alasan Telkom listing di New York Stock Exchange adalah untuk mempermudah akses perusahaan terhadap sumber-sumber pendanaan eksternal dan mempermudah investor dan calon investor untuk melakukan transaksi saham di tingkat internasional. Sebagai konsekuensinya, Telkom harus mematuhi regulasi yang diterapkan oleh NYSE dan lembaga sekuritas Amerika (U.S. Securities and Exchange Commission) serta semakin dihadapkan pada kelompok pemegang saham (shareholders) yang sangat beragam jenis, kepentingan, harapan, dan latar 2 Ester Meryana. “18 Tahun Saham Telkom Tercatat di NYSE, Kapitalisasi Pasar Capai US$ 20,77 miliar”. Majalah SWA (Online), 1 November 2013. Diakses tanggal 20 April 2014, terarsip di: http://swa.co.id/portfolio/18-tahun-saham-telkom-tercatat-di-nyse-kapitalisasi-pasar-capai-us2077-miliar. 2 belakang budayanya. Telkom dituntut untuk melaksanakan keterbukaan informasi dengan selalu bersikap transparan dan bertanggung jawab dalam menyampaikan informasi perusahaan karena informasi tersebut dapat memengaruhi nilai serta reputasi mereka di mata publik khususnya shareholders. Komposisi kepemilikan saham Telkom (per November 2013) terdiri dari Pemerintah Republik Indonesia (53.1%) dan Publik (46.9%).3 Dari 46.9% saham publik, 80% saham dimiliki oleh shareholders asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan NYSE dengan persentase sebesar 38.8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas shareholders publik Telkom adalah pihak asing. Keberadaan shareholders sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan karena investasi mereka menjadi sumber pendanaan terbesar perusahaan. Tanpa adanya investasi yang dilakukan, perusahaan tidak akan memiliki kekuatan finansial untuk menjalankan bisnisnya. Shareholders merupakan kelompok dengan kebutuhan dan posisi yang spesial sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda dari kelompok berkepentingan perusahaan lainnya. Telkom pun memerlukan unit khusus dalam manajemen perusahaan yang mampu mengelola hubungan baik dengan shareholders dan didukung oleh pemahaman perihal bisnis dan keuangan, hukum (legal) dan program komunikasi yang berdampak positif bagi tujuan perusahaan. Unit Investor Relations (IR) secara khusus ditunjuk oleh perusahaan untuk melakukan komunikasi keuangan sebagai upaya memaksimalkan nilai investasi saham perusahaan. Kelompok berkepentingan yang ditangani oleh Unit IR meliputi komunitas investasi dan keuangan seperti calon investor, pemegang saham institusional dan retail, fund advisors, analis, perusahaan manajemen aset dan investor perbankan.4 Ketika perusahaan membangun hubungan dengan shareholders dari berbagai negara, mereka sangat mungkin berhadapan dengan perbedaan budaya, waktu, nilai, aspek politik, ekonomi, dan media yang berlaku 3 Data diperoleh dari Modul Investor Summit & Capital Market Expo 2013 milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 4 Data mengenai daftar shareholders asing Telkom akan dibahas lebih lanjut pada bab Hasil Penelitian dan Analisis. 3 secara internasional. IR pun dituntut untuk mampu memelihara mekanisme umpan balik yang sistematis kepada manajemen agar mampu merespon dinamika shareholders asing secara tepat dan efektif. Manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR Telkom dalam mengelola shareholders asing di NYSE kemungkinan besar cukup kompleks baik dari segi komunikasi maupun informasinya. Pertama, cakupan informasi yang harus dikomunikasikan pada setiap program cukup luas karena shareholders asing cenderung memiliki agenda kepentingan yang berbeda-beda. Kedua, komunikasi yang dilakukan mungkin membutuhkan penyesuaian ketika menghadapi faktor perbedaan dan keunikan latar belakang budaya masing-masing shareholder dan bukan tidak mungkin pula jika budaya dapat menjadi faktor penghambat komunikasi IR. Ketiga, laporan IR yang umumnya disusun dalam format laporan tahunan (Annual Report), laporan triwulan, dan laporan keuangan juga harus disusun ke dalam beberapa format tambahan sesuai regulasi yang diberlakukan oleh U.S. SEC di New York Stock Exchange. Dengan demikian, biaya yang dibutuhkan semakin bertambah sedangkan waktu untuk memenuhi semua regulasi bursa semakin sedikit. Keempat, pemilihan media komunikasi yang sesuai untuk shareholders menjadi tantangan bagi perusahaan dalam menjamin efektivitas penyampaian pesan agar tetap sesuai dengan regulasi dan prinsip keterbukaan informasi. Peneliti merasa tertarik untuk mengetahui keseluruhan proses manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR Telkom dalam mengelola shareholders asing di NYSE karena komunikasi menjadi dasar dalam mengelola sebuah hubungan. Peneliti juga melihat bahwa manajemen komunikasi memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan perusahaan dalam mengelola shareholders mereka. Selain itu, faktor utama yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Investor Relations adalah masih minimnya studi, teori, dan pemahaman IR sebagai spesialisasi fungsi Public Relations di perusahaan. 4 B. Rumusan Masalah Telkom yang masih bertahan listing di NYSE sejak tahun 1995 kemungkinan besar telah melakukan manajemen komunikasi yang cukup baik melalui Unit IR-nya. Hal tersebut tentu tidak mudah mengingat Telkom harus mengikuti seluruh regulasi yang dibuat oleh bursa dan U.S. SEC. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti jelaskan di atas, penelitian ini didasari oleh permasalahan: Bagaimana manajemen komunikasi yang dilakukan Unit Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam memenuhi kebutuhan informasi shareholders asing di NYSE? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam mengelola shareholders asing. 2) Untuk mengetahui kebutuhan informasi shareholders asing Telkom D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan mampu menjadi referensi tambahan untuk penelitian lain yang sejenis terlebih jika sama-sama ingin mengkaji manajemen komunikasi perusahaan. Selain itu, penelitian juga diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya pada bidang kajian Public Relations dan Investor Relations. Hal tersebut karena kajian Investor Relations sebagai bagian dari fungsi Public Relations masih belum terlalu popular di Indonesia. 2. Manfaat Praktis 1) Penelitian diharapkan mampu menggambarkan dengan jelas manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR dalam mengelola shareholders 5 asing sehingga dapat menjadi pertimbangan dan acuan evaluasi singkat untuk program dan manajemen perusahaan selanjutnya. 2) Penelitian diharapkan mampu menjadi insight bagi pembaca dan perusahaan-perusahaan lain dalam melakukan manajemen komunikasi untuk mengelola shareholders asing mereka. E. Kerangka Pemikiran 1. Manajemen Kelompok Berkepentingan dan Shareholders Asing Keberadaan kelompok berkepentingan (stakeholders) sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan. Mereka selalu menjadi perhatian utama perusahaan dalam bersikap transparan dan bertanggung jawab atas segala informasi (baik informasi keuangan atau non keuangan) yang disampaikan karena informasi tersebut dapat memengaruhi nilai serta reputasi perusahaan. R. Edward Freeman (dalam Putra, 2008:5.13) menyatakan stakeholders sebagai “any individual or group who can affect or is affected by the actions, decisions, policies, practices, or goals of the organization” yang artinya kelompok atau individu yang dapat memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan organisasi. Stakeholders dapat pula diartikan sebagai pihak-pihak yang memiliki singgungan kepentingan dengan organisasi. Sebagai sebuah organisasi, perusahaan dengan beragam stakeholders diharapkan mampu melakukan komunikasi dua arah dan manajemen strategis melalui stakeholder approach, yakni pendekatan khusus yang mengacu pada disiplin manajemen dalam memahami kebutuhan dan kepentingan stakeholder (Putra, 2008:5.12). Pendekatan tersebut mampu menganalisis kemampuan perusahaan dalam mengelola kepentingan (interests), kebutuhan (needs) dan sudut pandang (viewpoints) para kelompok berkepentingan untuk mencapai tujuannya. Stakeholder yang akan dibahas dalam penelitian ini fokus kepada shareholders asing Telkom di NYSE. Shareholders (pemegang saham) merupakan bagian dari kelompok berkepentingan (stakeholders) yang melakukan investasi dan memiliki kepentingan terhadap bisnis asing. Sedangkan pengertian 6 shareholders asing di penelitian ini merujuk pada individu atau kelompok yang tersebar di berbagai negara berbeda, berinvestasi di Telkom melalui NYSE, dan dapat terhubung dengan perusahaan melalui NYSE atau melalui hubungan langsung dan tidak langsung seperti e-mail, website resmi perusahaan, conference call, tatap muka, dan sebagainya. Di antara perusahaan dan shareholders asing sangat mungkin terdapat perbedaan dalam berbagai aspek yang harus diperhitungkan dengan matang dan ditanggapi dengan baik oleh perusahaan. Setiap shareholder hadir sebagai individu unik yang merepresentasikan budayanya masing-masing. Namun, perlu diingat bahwa bukan berarti budaya yang mereka miliki sesuai dengan stereotip budaya yang telah beredar di masyarakat. Salah satu teori yang sesuai untuk penelitian ini adalah teori kelompok berkepentingan (stakeholder theory). Teori ini sangat erat kaitannya dengan caracara yang dilakukan perusahaan untuk mengelola kelompok berkepentingan mereka termasuk shareholders. Teori kelompok berkepentingan dapat membantu peneliti untuk memahami hubungan perusahaan dengan shareholders dan bagaimana perusahaan berkomunikasi dengan mereka sehingga teori ini seringkali disamakan dengan konsep manajemen kelompok berkepentingan. Konsep manajemen kelompok berkepentingan mampu menggambarkan suatu proses dan kontrol yang harus direncanakan dengan menggunakan prinsip mendasar serta melalui pendekatan kepada shareholders. Teori ini kemudian berkembang melalui pendekatan “new-corporate relation” yang menekankan kolaborasi antara perusahaan dan pemegang saham untuk berhubungan dengan lingkungan bisnisnya. Perusahaan menjadikan kepentingan shareholders sebagai prioritas utama mereka. Clarkson (1995) menjelaskan bahwa teori ini dapat digunakan untuk mengenali, menganalisa, dan meneliti karakteristik individu atau kelompok yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku organisasi. Menurut perspektif teori ini, hubungan perusahaan dengan shareholders bukan lagi sebatas hubungan transaksional melainkan hubungan fungsional yang harus dibangun berdasarkan 7 konsep kebermanfaatan dengan memaksimalkan minat shareholders terhadap perusahaan melalui cara-cara yang sesuai dengan hukum atau nilai-nilai sosial. Mitchell et al. (1997) dalam “Stakeholder Theory: Issues to Resolve” mendefinisikan tiga faktor yang menjadi landasan perusahaan dalam mengelola kelompok berkepentingan seperti shareholders dan menentukan rencana serta pelayanan yang sesuai untuk mereka (Mainardes et al., 2011:236). Ketiga faktor yang berkaitan dengan manajemen kelompok berkepentingan adalah: 1) Power – Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat seseorang atau suatu pihak melakukan suatu tindakan. 2) Legitimacy – Legitimasi dapat dianggap sebagai persepsi umum atas halhal yang diinginkan oleh entitas berdasarkan tindakan yang lakukan. 3) Urgency – Penentuan waktu untuk merespon permintaan yang mendesak dari kelompok berkepentingan. 2. Hubungan Masyarakat Internasional (International Public Relations) Public Relations (PR) menjembatani hubungan perusahaan dengan publiknya. Kegiatan PR merupakan upaya terencana dan berkesinambungan yang berbasis pada kegiatan komunikasi dan pengelolaan program-program perusahaan serta merujuk pada manajemen komunikasi melalui hubungan yang saling menguntungkan. Tujuannya adalah untuk menciptakan serta memelihara niat baik dan sikap saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. PR yang juga dikenal dengan istilah hubungan masyarakat (humas) dapat diartikan sebagai fungsi dalam manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan baik dan bermanfaat antara organisasi dan kelompok berkepentingan (Cutlip, Center dan Broom, 2006:5). Sedangkan Grunig dan Hunt lebih menekankan pengertian humas sebagai manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya (Putra, 2008:1.3). Tokoh lain yang ikut menyumbangkan pemikirannya tentang Public Relations adalah Rex F. Harlow seperti yang terarsip dalam American 8 International Journal of Research in Humanities, Arts and Social Sciences tahun 2013: Distinctive management function which helps establish and maintain mutual lines of communication, understanding, acceptance and cooperation between an organization and its publics; involves the management of problems or issues; helps management to keep informed on and responsive to public opinion; defines and emphasizes the responsibility of management to serve the public interest; helps management keep abreast of and effectively utilize change, serving as an early warning system to help anticipate trends; and uses research and sound and ethical communication as its principal tools. Kegiatan PR dengan cepat mengglobal. Komunikasi dilakukan dalam konteks yang semakin luas meliputi wilayah internasional dengan menempatkan praktisi PR atau Public Relations Officer (PRO) di garis depan pengelolaan hubungan perusahaan dengan masyarakat dari berbagai negara. Kegiatan tersebut kemudian dikenal dengan istilah International Public Relations (IPR). Wakefield (2008) mendefinisikan hubungan masyarakat internasional sebagai program multinasional yang memiliki hubungan koordinasi antara kantor pusat dan berbagai negara di mana perwakilan kantor dan atau publik berada. Sedangkan menurut Wilcox, et al. (2007), IPR adalah aktivitas komunikasi organisasi (multinasional) yang terencana untuk mencapai tujuan bisnis dengan menciptakan lingkungan yang positif melalui hubungan saling menguntungkan di negara target yang memfasilitasi organisasi (Wakefield, 2008:141). Kegiatan PR yang dilakukan dalam konteks domestik memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan kegiatan PR internasional. Berikut ini adalah tabel perbandingan yang menunjukkan perbedaan kondisi dan karakteristik dalam pelaksanaan kegiatan PR domestik (nasional) dan PR internasional: Tabel 1.2 Perbedaan Kondisi dan Karakteristik Kegiatan Public Relations Domestik Internasional Ruang lingkup kegiatan terbatas 9 Ruang lingkup kegiatan pada satu negara melampaui batas-batas negara Publik adalah bangsa sendiri Kegiatannya tertuju pada bangsa Publik adalah bangsa-bangsa lain sendiri (masyarakat dalam negeri). Kegiatannya tertuju pada banga lain (masyarakat di luar negeri) Menggunakan bahasa nasional Budaya (relatif) sama Kemampuan publik menyerap Perbedaan budaya informasi cenderung sama Kemampuan publik dalam Menggunakan bahasa asing dan Internasional Tingkat penguasaan teknologi dan menyerap informasi berbeda- penggunaan sarana informasi beda (komunikasi) relatif sama Tingkat penguasaan teknologi (Contoh: TV, radio, komputer, dan penggunaan sarana internet, surat kabar, jurnal, dan informasi (komunikasi) sebagainya). berbeda-beda. Sumber: Rudy, 2005. International Public Relations terdiri atas komponen komunikasi internasional yang juga mencakup dimensi budaya sebagai landasan komunikasi dan kegiatan PR sebagai konteksnya (Parkinson & Ekachai, 2006:70). IPR dianggap sebagai respon terhadap kebutuhan kelompok berkepentingan asing sehingga hubungan yang terjalin di dalamnya dipengaruhi oleh beberapa kondisi kontekstual, seperti aktivitas tertentu, budaya dan bahasa, politik, ekonomi, sistem media, dan tingkat perkembangan di masing-masing negara. Salah satu contoh PR Internasional adalah hubungan antara perusahaan dan shareholders asing yang tersebar di berbagai negara. Komunikasi yang terjadi tidak lagi memikirkan batasbatas wilayah atau negara karena perusahaan melakukan komunikasi internasional dalam konteks global. Perusahaan sebaiknya benar-benar jeli dalam menentukan cara yang tepat untuk mengelola shareholders agar setiap tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. PRO perusahaan perlu mengidentifikasi, memahami, dan mengakomodir pandangan, pendapat, minat, dan perilaku publik asing untuk 10 berkomunikasi secara efektif dan tepat sasaran. Mayoritas kegiatan IPR dilakukan perusahaan dengan memanfaatkan internet karena internet memungkinkan proses komunikasi berlangsung secara cepat dan dengan koverasi yang luas. Selain itu, internet dianggap sebagai salah satu media yang memiliki efek kuat (powerful effect) untuk mempengaruhi publik. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga hal utama yang mendasari praktik PR dan IPR, yaitu: publik sebagai sasarannya, komunikasi, dan manajemen. Hal yang membedakan praktik keduanya adalah ruang lingkup dan konteks IPR yang jauh lebih luas dari konteks PR domestik. Public Relations merupakan hubungan timbal balik yang dilakukan oleh perusahaan kepada publik dengan berperan sebagai fungsi manajemen yang teratur, terstruktur, dan terencana pada level strategis dan teknis yang melibatkan komunikasi dua arah (two-ways communication) untuk memperoleh umpan balik (feedback). Hal tersebut sekaligus menunjukkan bahwa manajemen yang baik dapat memengaruhi keberhasilan hubungan publik suatu organisasi. 3. Hubungan Masyarakat Antarbudaya (Intercultural Public Relations) Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) menjadi hal yang esensial dalam kegiatan PR internasional. Komunikasi antarbudaya secara sederhana dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi antara dua pihak yang masing-masing memiliki latar budaya berbeda. Komunikasi ini secara jelas menekankan dimensi budaya sebagai dasar dalam proses berkomunikasi karena banyak orang dari budaya yang berbeda terlibat di dalamnya. Budaya menentukan bagaimana komunikator dan komunikan berkomunikasi, jenis pesan yang disampaikan, alat komunikasi yang digunakan, proses penafsiran makna, dan umpan balik (feedback) yang diberikan setelah menerima pesan. Acuan efektivitas komunikasi antarbudaya adalah seberapa baik komunikator dapat mengenali batasan-batasan budaya sendiri dan beradaptasi dengan aspek-aspek dari budaya komunikan yang mungkin sama sekali berbeda dengan kecenderungan yang ada 11 untuk kemudian dilakukan sinkronisasi melalui cara berpikir dan bertindak yang lebih global. Intercultural Public Relations berada dalam lingkungan yang kompleks dengan latar belakang budaya target sasaran yang beragam. Beberapa contoh kompleksitas variasi budaya yang harus dihadapi oleh PR profesional atau yang lebih dikenal dengan istilah Public Relations Officer (PRO) ketika melakukan komunikasi antarbudaya adalah: 1) Budaya publik internal organisasi mengingat PRO senantiasa mencoba mengintegrasikan perbedaan budaya yang ada dalam kegiatannya untuk menjadi satu tim yang solid, 2) Budaya publik eksternal seperti shareholders yang terdiri dari berbagai macam perspektif sehingga pesan yang ingin disampaikan harus benar-benar disesuaikan, dan 3) Budaya media yang heterogen. Oleh karena itu, PRO harus dapat beradaptasi, mengembangkan, dan menyampaikan pesan yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan target sasaran. Komunikasi antarbudaya yang dilakukan dalam konteks hubungan masyarakat internasional khususnya antara perusahaan dan shareholders asing dapat berlandaskan lima aspek penting yang saling memengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka (shareholders) berada atau latar di mana komunikasi berlangsung. Kelima aspek tersebut antara lain: 1) Perlunya dilakukan riset untuk mengetahui dan memahami bagaimana budaya setiap shareholder asing yang menjadi target komunikasi dan kegiatan IPR. 2) Konsistensi tujuan komunikasi harus selalu dijaga. 3) Strategi dan tipe program yang ingin dijalankan sebaiknya disusun dengan mempertimbangkan faktor budaya. 4) Taktik dijalankan melalui media-media yang mudah untuk diakses dan sesuai dengan budaya shareholders asing. 5) Evaluasi dilakukan sesuai dengan budaya di mana kegiatan komunikasi berlangsung. 12 Pada akhirnya, komunikasi antarbudaya dalam konteks internasional dapat dengan mudah dievaluasi jika perusahaan telah terlebih dahulu memahami norma, aturan, dan nilai-nilai yang berlaku bagi dirinya. Perusahaan tentu juga harus memahami norma, aturan, dan nilai-nilai dari budaya yang berbeda yang dianut oleh shareholders asing. Para PRO sudah selayaknya memiliki perspektif global dan multikultural untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi publik dan dunia yang semakin dinamis. Perspektif tersebut juga harus didukung oleh kemampuankemampuan khusus seperti kepekaan terhadap kondisi tertentu (mindfulness), kesabaran (patience), dan toleransi (tolerance) yang dapat membantu para PR profesional mengurangi ambiguitas pesan yang disampaikan agar tepat sasaran. 4. Investor Relations di Perusahaan BUMN Terbuka Setiap perusahaan terbuka dituntut untuk mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan seluruh publik perusahaan baik internal maupun eksternal, di dalam dan di luar negeri, demi mencapai tujuan dan memperoleh keuntungan bersama. Menurut Seitel (1998:15), terdapat beberapa pihak yang menjadi publik inti (key publics) bagi perusahaan global di antaranya karyawan, direktur, pers, masyarakat internasional, shareholder, dan komunitas investasi. Kegiatan komunikasi dengan publik perusahaan biasanya dilakukan melalui sebuah fungsi atau unit bernama Public Relations. Sedangkan untuk publik yang lebih spesifik seperti shareholders dan komunitas keuangan, komunikasi dilakukan melalui spesialisasi fungsi PR yang dikenal dengan hubungan investor (Investor Relations). Spesialisasi fungsi PR yang bertugas menyediakan informasi kepada investor, para pemegang saham (shareholders), atau mereka yang memiliki minat khusus terhadap perusahaan dan membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan komunitas investasi dalam rangka memaksimalkan nilai pasar adalah Investor Relations (Cutlip, Center dan Broom, 2006:20). Investor Relations merupakan bagian dalam manajemen perusahaan terbuka yang bertugas mengumpulkan materi untuk komunitas 13 investasi dan keuangan dan menyampaikannya dalam berbagai format umum laporan IR seperti laporan tahunan, laporan triwulan (quarterly report), laporan keuangan, news release, dan bentuk-bentuk publikasi lainnya. Corbin (2004) mengelompokkan alat komunikasi yang biasa digunakan oleh IR ke dalam tiga jenis, yaitu: materi cetak (print material), elektronik (websites, emails, webcasts) dan pertemuan tatap muka (face-to-face meetings). Investor yang dapat pula disebut sebagai pemegang saham (shareholder) merupakan pihak yang berinvestasi pada perusahaan. Hal terpenting bagi mereka adalah bagaimana memperoleh keuntungan dari investasi yang telah dilakukan dan mengembalikan modal awal investasi. Prof. Jogiyanto (2003:7) menjelaskan bahwa investor biasanya melakukan investasi dalam bentuk aset finansial yang dapat dilakukan dengan dua acara: 1) Investasi Langsung ( Direct Investing) Investasi langsung merujuk pada kepemilikan investor secara langsung atas surat-surat berharga perusahaan atau institusi yang telah go public untuk memperoleh keuntungan berupa dividen (pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham) atau capital gain (selisih antara harga beli dan harga jual, di mana harga jual lebih tinggi dari harga beli). 2) Investasi Tidak Langsung (Indirect Investing) Investasi tidak langsung terjadi apabila kepemilikan aset dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang bertindak sebagai broker (perantara) seperti perusahaan manajemen aset. Surat-surat berharga yang dimiliki juga dapat diperdagangkan kembali oleh perantara tersebut. Perantara ini nantinya juga akan memperoleh dividen serta capital gain seperti di investasi langsung. Investor Relations di perusahaan terbuka senantiasa memberikan pemahaman tentang prospek investasi yang dilakukan di perusahaan mengingat keputusan investor untuk membeli, menjual atau mempertahankan kepemilikan 14 sahamnya sangat tergantung pada terpenuhi atau tidaknya harapan mereka terhadap kinerja perusahaan. Saat ini mulai banyak investor yang juga mencari tahu tentang informasi non-keuangan perusahaan seperti kualitas dan pelaksanaan strategi perusahaan, kredibilitas manajemen, inovasi, dan kemampuan perusahaan untuk menarik orang-orang berbakat, dan informasi-informasi lain yang dapat memengaruhi harga saham perusahaan (Inoue, 2009:65). Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh praktisi IR saat ini adalah bagaimana mereka melakukan komunikasi yang efektif untuk mengatasi berbagai isu atau masalah yang dapat berdampak pada hubungan perusahaan dengan shareholders (Inoue, 2009:66). IR pun diharapkan mampu membawa perusahaan pada penilaian positif dari komunitas keuangan yang berdampak pada peningkatan kualitas nilai modal serta tujuan perusahaan. Investor Relations diminta melaksanakan fungsi manajemen strategis sebagai respon terhadap meningkatnya daya saing, globalisasi, dan kompleksitas pertumbuhan operasional perusahaan. Komunikasi dilakukan melalui program yang komunikatif, terbuka, dan transparan yang secara khusus disusun untuk shareholders demi memperoleh keuntungan bagi kedua belah pihak. Adapun kegiatan-kegiatan khusus yang biasanya dilakukan oleh IR adalah menjawab serta menanggapi berbagai permintaan informasi dari shareholders, analis dan pialang saham, serta melakukan survei, roadshow, presentasi, dan konferensi mengenai update bisnis dan kondisi perusahaan (Inoue, 2009: 67). Berikut ini adalah empat tahapan strategis kegiatan atau program Investor Relations (NASDAQ, 2001:32): 1) Market Research (riset pasar) untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian dalam pasar modal yang meliputi kegiatan market intelligence, audience analysis dan benchmark surveys untuk mengukur kemajuan perusahaan. 2) Pesan dan Pengembangan Informasi yang bertujuan untuk menciptakan nilai wajar perusahaan (fair value) melalui pengkomunikasian kekuatan investasi dan informasi penting lainnya kepada pasar. Ada tiga ketegori informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder IR: a) Informasi keuangan 15 dan informasi detail tentang operasi bisnis, b) visi, misi, strategi, arah, dan program perusahaan, dan c) konteks industri untuk perusahaan. 3) Pemilihan alat komunikasi (communication tool) yang ditentukan berdasarkan pertimbangan efektivitas penyampaian pesan kepada target sasaran. Terdapat beberapa media yang dapat digunakan sebagai media komunikasi, yaitu: cetak, layanan informasi elektronik, video, pertemuan langsung (tatap muka), dan telepon. 4) Administrasi perkantoran yang ditujukan untuk mengelola proses Investor Relations pada tingkat efisiensi tertinggi. Kegiatan atau program yang dilakukan oleh Unit Investor Relations dapat ditinjau melalui teori Public Relations yang menyediakan pemahaman tentang hubungan antara tindakan dengan peristiwa. Seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, Investor Relations merupakan spesialisasi fungsi PR yang landasan konsep dan kegiatannya masih berpegang teguh pada prinsip-prinsip Public Relations. Sehingga kita dapat mengadopsi teori PR untuk memperoleh gambaran umum tentang Investor Relations. Teori yang sesuai untuk penelitian ini adalah Teori Situasional (Situational Theory) milik James E. Grunig yang berkaitan dengan publik. Grunig menerapkan teori ini ke dalam dunia PR sebagai upaya memperluas dan mengoperasionalkan teori pada tingkat organisasi. Teori situasional membantu kita memahami perilaku komunikasi publik dengan mengukur bagaimana perusahaan memersepsikan situasi yang berpengaruh terhadap mereka. Teori ini berguna bagi Investor Relations karena membantu Unit IR untuk fokus pada jenis informasi yang diinginkan shareholders asing. Teori situasional memungkinkan Unit IR untuk secara efektif mengelola komunikasi dengan publik yang relevan melalui identifikasi spesifik. Pada akhirnya, teori situasional juga membantu Unit IR menentukan kapan mereka harus menyampaikan pesan kepada shareholders dan alat komunikasi (media) seperti apa yang sesuai. Sehingga kita dapat memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai bagaimana perusahaan mengelola hubungannya dengan shareholders asing tersebut. 16 5. Manajemen Komunikasi Unit Investor Relations Peneliti memaknai manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR sebagai proses pengelolaan komunikasi dan informasi perusahaan untuk shareholders asing. Hal tersebut didasari pertimbangan kedua aspek di atas (pengelolaan komunikasi dan informasi) merupakan bagian dari aktivitas harian Unit IR Telkom dalam upaya menjalin dan mengelola komunikasi yang baik dengan shareholders mereka. Aktivitas tersebut juga menggambarkan kegiatan komunikasi perusahaan yang diwujudkan melalui berbagai upaya manajemen yang baik demi kelangsungan hidup dan terwujudnya tujuan perusahaan. “Bagaimana cara perusahaan berkomunikasi?” menjadi pertanyaan yang kemudian muncul terkait dengan usaha perusahaan untuk berhubungan baik dengan shareholders. McFarland mengartikan manajemen sebagai kegiatan menangani atau mengelola yang terdiri dari proses-proses pengorganisasian (Putra, 2008:1.9-1.10). Manajemen dan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat sebagaimana diungkapkan oleh Lawrence D. Brennan: “management is communication” yang berarti komunikasi memiliki peranan penting yang tidak dapat diabaikan dalam manajemen (Rudy, 2005:29). Tokoh ahli di bidang manajemen, George R. Terry, menyumbangkan pengetahuannya untuk perkembangan ilmu manajemen melalui karya “Principles of Management” dan menggolongkan fungsi manajemen ke dalam beberapa tahapan yang lazim disingkat POAC: Bagan 1.1 Fungsi Manajemen George R. Terry Planning Organizing Actuating Controlling Sumber: Rudy, 2005 Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu. Michael Kaye (1994:8) mendefinisikan manajemen 17 komunikasi sebagai upaya manusia atau individu untuk mengelola proses komunikasi melalui penyusunan kerangka makna dan dengan mengoptimalkan sumber daya komunikasi serta teknologi yang ada. Manajemen komunikasi merujuk pada bagaimana Unit Investor Relations berkomunikasi, berkoordinasi, dan saling menjelaskan makna tentang dunia interpersonal mereka kepada shareholders berdasarkan kompetensi komunikasi yang dimiliki. Secara operasional terdapat empat langkah manajemen komunikasi yang mengacu pada pendekatan Planning and Management Method yang dirumuskan oleh Cutlip, Center, dan Broom (2006). Bagan 1.2 Modifikasi Bagan Planning and Management Method Defining Public Problems (Research) Planning and Programming Taking Actions and Communicating Program Evaluating Analysis & Problem Statement Strategy Implementation Assessment Method General Context Defining Target Public Reasoning of Program Implementation Budgeting & Time Table Communication Frequency Formality of Communication Content Chanel Sumber: Cutlip, Center, dan Broom (2006) Broom dan Dozie kemudian melihat manajemen komunikasi sebagai salah satu langkah perencanaan strategis humas di mana program komunikasi terdiri dari dua faktor utama, yakni: 1) Strategi Pesan (Informasi) dan 2) Strategi Media (Putra, 2008:2.24). Manajemen komunikasi berupaya menjembatani pengaplikasian teori dan praktik komunikasi untuk meningkatkan kualitas serta 18 efektivitas pertukaran pesan dalam berbagai konteks komunikasi (Kaye, 1994). Dengan demikian, Unit Investor Relations harus memikirkan cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan informasi shareholders yang dapat memberi mereka keyakinan atas nilai jual perusahaan dan memilih media komunikasi yang paling efektif agar pesan yang disampaikan bisa tepat sasaran. F. Kerangka Konsep Perusahaan sekelas PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk yang telah berada pada level global dengan listing di bursa asing seperti NYSE membawa perusahaan pada konsekuensi shareholders yang sangat beragam. Pihak asing yang menjadi shareholders Telkom jumlahnya cukup besar dan menguasai 80% kepemilikan saham publik Telkom. Shareholders tersebar di berbagai negara di benua Amerika, Eropa, Asia, dan Australia dengan beragam jenis, harapan dan latar belakang budaya. Perusahaan pun dituntut untuk memberikan perhatian dalam menentukan pelayanan yang sesuai dan benar-benar diperlukan oleh shareholders asing. Penelitian ini fokus pada manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit Investor Relations dalam mengelola shareholders asing Telkom di NYSE, yakni mereka yang membeli saham publik Telkom melalui bursa saham Amerika tersebut. Hal yang menjadi pertimbangan peneliti adalah manajemen komunikasi menjadi hal penting dalam upaya membangun dan mengelola hubungan baik dengan shareholders asing. Perusahaan terlebih dahulu harus mampu mengidentifikasi siapa saja shareholders asing yang mereka hadapi serta seperti apa kebutuhan dan pandangan mereka terhaap perusahaan. Peneliti akan melihat dan mencari tahu bentuk dan jenis informasi apa saja yang dibutuhkan oleh shareholders asing dari perusahaan. Informasi menjadi substansi utama dalam manajemen komunikasi karena kemampuan Unit IR Telkom dalam memenuhi kebutuhan informasi sangat memengaruhi tingkat kepuasan dan penilaian shareholders terhadap performa perusahaan serta membangkitkan minat mereka untuk memulai atau meneruskan investasi di perusahaan. Selain itu, pemenuhan 19 kebutuhan informasi dapat pula meningkatkan kepercayaan shareholders asing terhadap perusahaan. Unit IR Telkom harus benar-benar fokus pada tipe shareholders yang dihadapi agar jenis informasi yang disampaikan perusahaan sesuai dengan keinginan shareholders. Peneliti akan memadukan dua konsep utama penelitian, yaitu: 1) Konsep Empat Tahapan Strategis Investor Relations dari NASDAQ (2001:32) dan 2) Konsep Pendekatan Manajemen Komunikasi milik Cutlip, Center, dan Broom (2006) untuk melihat setiap indikator dalam manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR Telkom. Kedua konsep ini dilihat dalam konteks internasional yang juga melibatkan faktor budaya sebagai basis komunikasinya. Pertama, konsep empat tahapan strategis Investor Relations cocok digunakan oleh Unit IR yang berada di perusahaan seperti Telkom dengan bentuk investasi para investor berupa saham (bukan investasi langsung) untuk menyusun kegiatan atau program komunikasi. Keempat tahapan strategis IR terdiri dari riset pasar (market research) untuk mengidentifikasi siapa shareholders asing yang akan menjadi sasaran program IR dan harus dikelola oleh Unit Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan informasi apa yang mereka butuhkan, pesan dan pengembangan informasi yang memegang peranan dalam menghasilkan informasi yang berkualitas, alat komunikasi (communication tool) untuk menentukan media penyampaian pesan yang paling efektif, dan administrasi perkantoran yang memungkinan Unit IR untuk mengelola shareholders asing dalam tingkat efektivitas tertinggi. Kedua, Konsep milik Cutlip, Center dan Broom (2006) menjelaskan empat langkah manajemen komuniksi yang diadopsi dari model PR dan dapat dipadukan dengan konteks dan fungsi Investor Relations untuk melihat proses manajemen komunikasi Unit IR. Pertama, defining public problems dengan mendefinisikan masalah, isu, atau peluang perusahaan di mata publik. Kedua, planning and programming yang merupakan proses pembuatan rencana kegiatan atau program beserta apa yang akan dilakukan, bagaimana mekanismenya, siapa pelaksananya, dan kapan kegitan harus dilakukan. Ketiga, implementasi (implementation) dari 20 kegiatan (action) dan komunikasi (communication) yang telah disusun dan direncanakan. Keempat, evaluating yang dilakukan oleh pihak yang memang diutus oleh Unit IR dengan menilai jalannya semua tahapan dan melakukan evaluasi pada program yang memungkinkan dilakukannya perbaikan agar program selanjutnya bisa lebih baik dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Sedangkan teori yang peneliti gunakan untuk membantu penelitian ini adalah teori pemangku kepentingan (stakeholders theory) dan teori situasional milik James E. Grunig. Teori stakeholders dipilih karena sejalan dengan konsep manajemen komunikasi yang mengimplikasikan adanya komitmen antara perusahaan dan shareholders untuk saling berhubungan. Teori ini dapat menjelaskan bagaimana Telkom berkomunikasi dengan shareholders asing di NYSE. Sedangkan Teori Situasional milik Grunig berfungsi untuk menjelaskan hubungan perusahaan dengan shareholders asing. Melalui teori ini pula peneliti dapat mengetahui jenis informasi seperti apa yang dibutuhkan oleh shareholders asing. Peneliti telah merangkum penjelasan di atas ke dalam sebuah bagan yang dapat menggambarkan secara rinci konsep penelitian yang menjadi acuan peneliti dalam mencari tahu bagaimana manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR Telkom dalam mengelola shareholders asing di NYSE. Berikut adalah bagan kerangka konsep manajemen komunikasi Unit Investor Relations Telkom: 21 Bagan 1.3 Bagan Konsep Manajemen Komunikasi Unit IR Telkom MANAJEMEN KOMUNIKASI DALAM KONTEKS INTERNASIONAL DAN ANTARBUDAYA Manajemen Komunikasi Cutlip, Center dan Broom (2006) Empat Tahap Strategis Investor Relations (NASDAQ, 2001) Defining Public Problems Riset Pasar (Analisis Target) Isu Masalah Peluang perusahaan Shareholders asing Unit IR Telkom Latar belakang budaya Planning & Programming Pesan & Pengembangan Informasi Menghasilkan informasi berkualitas yang dibutuhkan shareholders asing Informasi sesuai atau dapat diterima oleh budaya mereka Alat Komunikasi Pembuatan rencana program Apa yang harus dilakukan? Bagaimana mekanismenya? Siapa dan kapan pelaksananya? Implementation Cetak dan Elektronik Interpersonal (Tatap muka) Alat komunikasi lain dengan lingkup internasional Komunikasi (internasional & antarbudaya) Informasi Evaluating Program Administrasi Perkantoran Menilai jalannya tahapan-tahapan manajemen komunikasi Praktisi Investor Relations di Unit IR Telkom 22 G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian akan dilakukan berdasarkan paradigma interpretif yang sifatnya deskriptif–kualitatif. Menurut Cresswell (2003:1), penelitian kualitatif merupakan proses untuk memahami masalah melalui penggambaran holistik atas masalah tersebut yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan dengan terperinci sesuai sudut pandang informan, dan disusun dalam latar ilmiah. Istilah deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada (dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya). Penelitian kualitatif sengaja dipilih karena data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat diamati namun tidak dapat dihitung kuantitasnya. Selain itu, peneliti belum memiliki informasi mendalam mengenai obyek penelitian, yakni Unit Investor Relations Telkom dalam melakukan manajemen komunikasi terhadap shareholders asing. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (case study) dengan memusatkan perhatian pada manajemen komunikasi Unit IR. Studi kasus merupakan strategi penelitian komprehensif yang mencoba menyelidiki fenomena kontemporer dimana perilaku yang relevan tidak dapat dimanipulasi dan belum ada batasan yang jelas antara fenomena dengan konteksnya (Yin, 2009:5). Apa yang akan digambarkan oleh peneliti adalah murni sesuai dengan keadaan obyek penelitian ketika penelitian dilaksanakan dan faktafakta yang ditemukan di lapangan. Studi kasus dirasa cocok untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan menyediakan pemahaman menyeluruh mengenai bagaimana suatu proses berkembang dalam sebuah kasus. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Robert K. Yin (2009:17) bahwa pada dasarnya esensi dari studi kasus adalah untuk menerangkan sebuah organisasi, proses, atau program dan kesatuan elemennya: mengapa mereka 23 dibawa, bagaimana mereka diimplementasikan, dan dengan apa hasilnya. Sehingga peneliti berharap nantinya dapat diperoleh gambaran utuh dan mendalam atas penelitian yang dilakukan. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi: Unit Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Grha Citra Caraka 5th Fl - Jl. Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta 12710). Waktu: 1) Pra-Penelitian : April – Mei 2014 2) Penelitian : Juni – September 2014 3. Fokus Penelitian Penelitian akan difokuskan pada manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR Telkom meliputi kegiatan komunikasi dan target sasaran, informasi yang disampaikan, dan alat-alat komunikasi (communication tools) yang digunakan dalam mengelola shareholders asing di NYSE. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menjadi langkah paling penting dalam penelitian karena pada dasarnya tujuan utama dari penelitian adalah untuk memperoleh data. Penelitian ini menempatkan peneliti sebagai pengamat yang akan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi, mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah, dan menentukan apa yang perlu dilakukan untuk memperoleh data yang akurat. Observasi dilakukan untuk lebih mendekatkan diri peneliti dengan objek penelitian yang sedang dikaji. Penentuan sumber data akan mengacu pada Six Sources of Evidence milik Yin (2009:101-102). Namun, peneliti hanya akan menggunakan empat sumber data yang dirasa paling relevan untuk penelitian, yaitu: observasi, wawancara, catatan arsip dan melalui dokumentasi. 24 1) Wawancara Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan mekanisme tanya-jawab sambil bertatap muka antara si pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Interview guide diharapkan mampu membantu proses wawancara menjadi lebih jelas, fokus, dan tetap sesuai dengan tema yang diteliti. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face) antara si pencari informasi (informan hunter) dengan informan (Sutopo, 2006:74). Wawancara akan dilakukan secara langsung kepada Unit Investor Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang terlibat dalam manajemen komunikasi shareholder asing dan terdiri dari pihakpihak sebagai berikut: No. 1) 2) 3) 4) 5) Nama Jabatan Prakoso Imam AVP Shareholder Relations & POH VP Investor Santoso Relations Tony Suwarjo AVP Management Advisory & POH VP IR Dewi POH AVP Reporting & Compliance Simatupang Erni POH AVP Reporting & Compliance Novy Senior Officer Shareholder Relations Kartikayanti Keterangan: POH : Pejabat Operasional Harian VP : Vice President AVP : Assistant Vice President 25 2) Dokumen Arsip Arsip dibuat oleh perusahaan dengan tujuan tertentu dan untuk menjangkau target yang lebih spesifik. Arsip dapat digunakan untuk mendukung penelitian studi kasus bersamaan dengan sumber informasi lainnya jika memang relevan (Yin, 2009:106). Hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat kegunaan dokumen ini akan sangat bervariasi dan belum tentu dapat digunakan untuk semua studi kasus. Arsip pada umumnya tidak bisa dengan mudah diakses oleh pihak eksternal perusahaan karena menyangkut informasi-informasi penting perusahaan. Dokumen arsip yang akan peneliti gunakan antara lain: No. 1) Dokumen Arsip Daftar shareholders asing Telkom di AS (listing melalui NYSE) 2) Distict Job Manual (DJM) untuk Unit IR Telkom 3) Data-data internal lain yang dibutuhkan 3) Dokumentasi Menurut Sugiyono (2008:83), studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi memiliki koverasi yang luas yang dapat mencakup banyak kejadian dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu, dokumentasi relatif bersifat stabil dan dapat ditinjau berulang kali. Studi dokumen akan dilakukan peneliti pada dokumen-dokumen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang berkaitan dengan manajemen komunikasi yang dilakukan Unit Investor Relations perusahaan, seperti: No. 1) Dokumentasi Buku Transformasi Tata Kelola Pelaporan Keuangan Telkom Pasca Sarbanes-Oxley Act (2010) 2) Laporan Tahunan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (ENG & INA) tahun 2009, 2011, dan 2013 26 3) Form 20-K dan 6-K 4) Investor Release dan surat-surat resmi 5) Website resmi perusahaan (http://www.telkom.co.id/), website NYSE (https://www.nyse.com/) 4) Teknik Analisis Data Peneliti akan menyajikan data temuan di lapangan yang dianalisis dengan menggunakan teknik penjodohan pola ‘Pattern Matching’ milik Robert K. Yin (2009:137) di mana data dianalisis dengan membandingkan konsep dan praktik yang terjadi di lapangan. Analisis data terdiri dari beberapa tahapan diantaranya pengujian, pengkategorian, dan pengkombinasian kembali bukti-bukti yang dapat membantu peneliti untuk selalu merujuk pada tujuan awal penelitian. Peneliti awalnya mengumpulkan berbagai data penelitian yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi terkait manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit Investor Relations terdahap shareholders asing. Peneliti kemudian mengkategorisasikan data berdasarkan kerangka teori dan konsep penelitian untuk kemudian dicari bagaimana kesesuaian polanya dengan konsep penelitian yang telah dibuat. Selanjutnya, data-data tersebut akan dianalisis dengan melihat kesesuaian antara teori yang digunakan dengan bukti-bukti empiris di lapangan dan disajikan secara sistematis ke dalam bentuk uraian hasil penelitian dan analisis. Pada akhirnya, data-data yang telah peneliti sajikan secara sistematis tersebut akan dijadikan acuan dalam upaya penarikan kesimpulan penelitian. Kesimpulan akan membahas tentang manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR mulai dari tahapan-tahapan sampai pada upaya pemenuhan kebutuhan informasi shareholders asing di NYSE. Peneliti juga akan mencoba memberikan saran atas kekurangan yang ditemukan dalam penelitian. 27