9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Praanggapan sebagai salah satu bagian dari unsur eksternal wacana sangat menarik untuk diteliti. Dalam penelitian terdahulu mengenai praanggapan tidak terdapat penelitian yang khusus membahasa tentang kajian mengenai praanggapan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang selanjutnya. Agar peneliti dapat membedakan penelitian dengan judul “Analisis Praanggapan Wacana Iklan Busana Wanita pada Tabloid Wanita Indonesia Edisi April-Juni 2013” dengan penelitian sebelumnya, peneliti meninjau empat hasil penelitian Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, : Penelitian yang berjudul “Analisis Eksternal Wacana pada Iklan Obat-Obat Warung di Televisi” oleh Agung Pambudi Satriawan (2008) Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut membahas tentang analisis eksternal wacana pada iklan obat-obat warung di televisi. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh deskripsi tentang unsur eksternal wacana pada iklan obat-obat warung di televisi berdasarkan implikatur, pressuposisi, referensi, inferensi dan konteks wacana. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu tuturan pada iklan obat-obat warung yang muncul di televisi yang mengandung unsur eksternal wacana. Sumber data dalam penelitian tersebut diperoleh dari delapan stasiun televisi di Indonesia, baik stasiun pemerintah (TVRI) maupun stasiun milik swasta (RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV, Trans 7, Trans TV dan Lativi). 9 ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 10 Dalam tahap penyediaan data, penelitian tersebut digunakan metode simak. Dalam praktiknya penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan penelitian. Kegiatan menyadap sebagai teknik dasarnya dan disebut teknik sadap. Adapun teknik selanjutnya yaitu teknik Simak Bebas Libat Cakap, teknik rekam dan teknik catat. Dalam tahap analisis data, penelitian tersebut digunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam tahap penyajian hasil analisis data digunakan penyajian data dalam wujud laporan tertulis. Penelitian yang berjudul “Analisis Eksternal Wacana pada Iklan Kosmetik di Televisi‟ oleh Elis Kristiyanti (2010) Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto membahas tentang analisis eksternal wacana pada iklan kosmetik di televisi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang unsur eksternal wacana pada iklan kosmetik di televisi berdasarkan implikatur, pressuposisi, referensi, inferensi dan konteks wacana. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu tuturan pada iklan kosmetik yang muncul di televisi yang mengandung unsur eksternal wacana. Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut diperoleh dari enam stasiun televisi Indonesia milik swasta yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, Trans 7, Global dan Trans TV. Tahap penyediaan data penelitian tersebut menggunakan metode simak. Dalam praktiknya penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan penelitian. Kegiatan menyadap biasa disebut teknik sadap. Adapun teknik selanjutnya yaitu teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Dalam tahap analisis data menggunakan metode padan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik padan referensial dan teknik padan pragmatik. Dalam tahap penyajian hasil analisis data menggunakan penyajian data dalam wujud laporan tertulis. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 11 Penelitian yang berjudul “Kajian Praanggapan Iklan Makanan pada Enam Stasiun Televisi” oleh Setia Cristiana (2012) Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto membahas kajian praanggapan iklan makanan pada enam stasiun televisi. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk dan macam-macam praanggapan yang terdapat dalam iklan makanan pada enam stasiun televisi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu tuturan-tuturan iklan makanan pada enam stasiun televisi: RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV, ANTV dan Trans7. Tahap penyediaan data, penelitian tersebut menggunakan metode simak. Peneliti kemudian menyadap dengan menggunakan alat secara terang-terangan. Dalam teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan berupa teknik Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Untuk tahap analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik dasar yang digunakan yaitu teknik Pilah Unsur Penentu yaitu memilah data yang akan dianalisis atau yang menjadi penentu dalam penelitian. Teknik lanjutan dari teknik Pilah Unsur Penentu menggunakn teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data dengan teori yang digunakan. Sedangkan tahap penyimpulan hasil ialah melakukan penyimpulan dari keseluruhan hasil analisis yang telah dikerjakan. Penelitian yang berjudul “Kajian Praanggapan pada Tokoh Utama dalam Film “Habibi dan Ainun” Karya Faozan Rizal oleh Ervina Khoerowati (2013) Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto membahas kajian praanggapan pada tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun”. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk dan macam-macam praanggapan yang terdapat dalam ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 12 film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Data dalam penelitian berupa tuturantuturan tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal yang mengandung praanggapan. Sumber data yang digunakan adalah bersumber dari film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Dalam penyediaan data, peneliti tersebut menggunakan metode simak. Pada penelitian tersebut teknik yang digunakan adalah teknik simak dan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Dalam analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik dasarnya yaitu teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Langkah selanjutnya adalah menggunakan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data dengan teori yang digunakan. Sedangkan tahap penyimpulan hasil analisis yaitu melakukan suatu tindakan menyimpulkan dari keseluruhan hasil analisis yang terdapat dalam tuturan-tuturan tokoh utama pada film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal yang telah diselesaikan. Berdasarkan keempat hasil penelitian di atas, maka penelitian yang dilakukan oleh Agung Pambudi Satriawan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti memiliki perbedaan. Penelitian yang dilakukan oleh Agung Pambudi Satriawan menggunakan data berupa tuturan pada iklan obat-obat warung yang muncul di Televisi yang mengandung unsur eksternal wacana. Sumber data dalam penelitian tersebut diperoleh dari 8 stasiun televisi Indonesia milik pemerintah dan milik swasta. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti menggunakan data berupa tuturan pada iklan kosmetik yang muncul di televisi yang mengandung unsur eksternal wacana. Sumber data dalam penelitian tersebut diperoleh dari 6 Stasiun televisi Indonesia milik swasta. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Agung Pambudi Satriawan dan Elis Kristiyanti juga terletak pada tahap analisis data ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 13 yang digunakan. Pada tahap analisis data penelitian yang dilakukan oleh Agung Pambudi Satriawan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti menggunakan metode padan dengan teknik analisis teknik padan referensial dan teknik padan pragmatik. Penelitian yang dilakukan oleh Setia Cristiana dan Ervina Khoerowati memiliki perbedaan. Perbedaannya yaitu terletak pada data dan sumber data yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Setia Cristiana, data dan sumber data berupa tuturan-tuturan iklan makanan pada enam stasiun televisi (RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV, ANTV dan Trans7). Penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoerowati data dan sumber data berupa tuturan-tuturan tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Setia Cristiana dan penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoerowati tersebut, maka penelitian tersebut dengan penelitian kali ini memiliki perbedaan. Dalam penelitian kali ini data dan sumber data diperoleh dari wacana busana wanita pada tabloid Wanita Indonesia. Pada tahap penyediaan data, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Setia Cristiana dengan penelitian kali ini terletak pada teknik sadapnya. Penelitian Setia Cristiana menggunakan teknik SBLC dan dilanjutkan dengan teknik rekam. Pada penelitian kali ini hanya dilanjutkan dengan menyimak data, yaitu berupa tulisan yang terdapat pada tabloid Wanita Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoerowati, data dan sumber data berupa tuturan-tuturan tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Tahap penyediaan data, Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoerowati dengan penelitian kali ini terletak pada tekniknya. Penelitian tersebut menggunakan teknik rekam yaitu merekam data yang akan diteliti dari film “Habibi dan Ainun”, tetapi pada penelitian kali ini hanya dilanjutkan dengan menyimak data, yaitu berupa tulisan yang ada pada tabloid Wanita Indonesisia ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 14 B. Wacana 1. Pengertian Wacana Widdowson (dalam Ekoyanantiasih, 2002: 1) mengatakan bahwa wacana merupakan telaah atas teks yang mempunyai kohesi (perpautan semantis) yang pemarkahnya terlihat pada permukaan (lahir) dan koherensi (keutuhan) yang menjadi dasar telaah wacana secara batin. Oleh karena itu, pembicaraan tentang wacana tidak akan terlepas dari pembicaraan tentang kohesi dan koherensi. Hoed (dalam Ekoyanantiasih, 2002: 2) mengemukakan bahwa pada tataran teks, kohesi merupakan kaitan semantis antara satuan ujaran dan ujaran yang lainnya pada teks tersebut, sedangkan pada tataran wacana, kohesi merupakan keterkaitan semantis antara satu proposisi dan proposisi lainnya dalam wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana, 2011: 259). Tarigan (Mulyana, 2005: 6) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap , lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Jadi, suatu kalimat atau rangkaian kalimat, misalnya dapat disebut sebagai wacana atau bukan wacana tergantung pada keutuhan unsur-unsur makna dan konteks yang melingkupinya. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan suatu penyelidikan, kajian, pemeriksaan atau penelitian yang mempunyai (kohesi) hubungan yang erat atau perpaduan yang kokoh dan (koherensi) yang berhubungan ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 15 atau bersangkut paut dalam teks. Penelitian dalam teks yaitu berupa wacana tertulis. Dalam wacana antara kohesi dan koherensi tidak boleh terlepas di karena kan adanya hubungan yang erat dan bersangkut paut. Pada teks, antara suatu ujaran dengan ujaran yang lainya harus bersangkut-paut dengan makna. Adapun pada wacana, suatu isi dari wacana itu sendiri harus memiliki makna suatu ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal atau harus dibuktikan benar tidaknya suatu ungkapan dalam wacana. Wacana juga merupakan urutan tingkatan pertama dalam tingkatan tata bahasa. Wacana dapat dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf hingga karangan utuh. Suatu wacana juga dapat disampaikan secara lisan melalui ujaran dan dapat juga disampaikan secara tertulis melalui media cetak. 2. Unsur-Unsur Wacana Mulyana (2005: 7) mengemukakan bahwa wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan. Adapun unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Unsur dalam (internal) sebuah wacana dapat diartikan sebagai sesuatu yang melekat atau yang harus ada dalam sebuah wacana. Adapun unsur luar (eksternal) merupakan unsur yang mendukung dari wacana tersebut. Kedua unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh dan lengkap. a. Unsur-Unsur Internal Wacana Unsur internal suatu wacana adalah unsur dalam suatu wacana. Istilah lainnya yaitu unsur yang harus ada dalam sebuah wacana. Unsur internal wacana ini terdiri ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 16 atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata adalah kata yang berposisi sebagai kalimat, atau yang juga dikenal dengan sebutan “kalimat satu kata”. Untuk menjadi satuan wacana yang besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian, dan bergabung membentuk wacana. Untuk membentuk sebuah wacana ini, maka diperlukan unsur-unsur yang ada dalam sebuah wacana tersebut, yaitu meliputi kata dan kalimat, teks dan konteks. 1) Kata dan Kalimat Menurut (Depdiknas, 2008: 692) kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Istilah lainnya adalah satuan unsur bahasa yang terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, satuan unsur bahasa yang berupa morfem bebas. Kata, dilihat dalam sebuah struktur yang lebih besar merupakan bagian dari kalimat. Sebagaimana dipahami selama ini, kalimat selalu diandaikan sebagai susunan yang terdiri dari beberapa kata yang bergabung menjadi satu pengertian dengan intonasi sempurna (final). Pada kenyataannya, suatu kalimat mungkin saja hanya terdiri atas satu kata. Namun, perlu diketahui bahwa “kalimat satu kata” adalah bentuk ungkapan atau tuturan terpendek yang juga harus memiliki esensi sebagai kalimat. Dalam konteks analisis wacana, kata atau kalimat yang berposisi sebagai wacana disyaratkan memiliki kelengkapan makna, informasi dan konteks tuturan yang jelas dan mendukung. Sementara itu, menurut Gie dan Widyamartaya (Mulyana, 2005: 8) berdasarkan aspek semantisnya, kalimat memiliki makna sebagai serangkaian kata yang menyatakan pikiran, dan gagasan yang lengkap dan logis. Adapun menurut Fokker (dalam Mulyana, 2005: 8) menyatakan bahwa kalimat adalah ucapan bahasa yang memiliki arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh intonasi (sempurna). ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 17 2) Teks dan Konteks Menurut Oetomo (Mulyana, 2005: 9) mengemukakan bahwa istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis. Dalam tradisi tulis, teks bersifat “monolog noninteraksi”. Teks dapat disamakan dengan naskah yaitu semacam bahasa tulisan yang berisi materi tertentu, seperti naskah materi kuliah, pidato, atau lainnya. Sebenarnya teks adalah esesnsi wujud bahasa. Dengan kata lain, teks direalisasi (diucapkan) dalam bentuk wacana. Adapun konteks merupakan situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa teks adalah suatu wujud dari bahasa yang direalisasikan dalam bentuk naskah atau tulisan lainnya. Istilah lainnya adalah bahasa tulis yang bersifat monolog dan noninteraksi. Monolog artinya pembicara tunggal yang tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut berbicara. Istilah lainnya yaitu melakukan kegiatan berbicara seorang diri. Noninteraksi maksudnya tanpa adanya aksi timbal balik. Adapun konteks adalah situasi atau latar yang dapat dilihat dari teks. Jadi antara teks dan konteks saling berkaitan. b. Unsur-Unsur Eksternal Wacana Unsur eksternal (unsur luar) wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak secara eksplisit. Unsur eksternal berkenaan dengan halhal di luar wacana itu sendiri. Unsur ini merupakan unsur yang akan dianalisis berdasarkan kajian tertentu dalam sebuah wacana. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsurunsur eksternal ini adalah praanggapan dan konteks. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 18 1) Praanggapan (Pressuposition) a) Pengertian Praanggapan Menurut Nababan (dalam Mulyana, 2005: 14) istilah presuposisi adalah turunan dari bahasa Inggris presupposition, yang berarti „perkiraan, persangkaan‟. Konsep ini muncul bermula dari perdebatan panjang tentang „hakikat rujukan‟ (apaapa, sesuatu, benda, keadaan, dan sebagainya) yang dirujuk oleh kata, frasa, kalimat, atau ungkapan lainnya. Sejalan dengan hal tersebut Frege (Nababan dalam Mulyana, 2005: 14) mengemukakan bahwa semua pernyataan memiliki praanggapan yaitu rujukan atau referensi dasar. Rujukan dimaksud sebagai “praanggapan‟ yaitu anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar atau pembaca. Praanggapan membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa (kalimat) untuk mengungkapkan makna atau pesan yang ingin dimaksudkan. Sebuah kalimat dapat mempresuposisikan dan mengimpikasikan kalimat yang lain. Sebuah kalimat dikatakan mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Contoh praanggapan dalam kalimat : (1) “Buku Siti Nurbaya sangat memikat”. (2) “Istri pejabat itu cantik sekali”. Kalimat (1) mempresuposisikan bahwa ada buku yang berjudul Siti Nurbaya. Bila memang ada buku yang berjudul seperti itu, kalimat (1) dapat dinilai benar dan salahnya. Akan tetapi, bila tidak ada buku yang berjudul Siti Nurbaya kalimat (1) tidak dapat dinilai benar dan salahnya. Sementara itu, kalimat (2) mempreposisikan ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 19 pejabat itu mempunyai istri. Bila memang pejabat yang dimaksudkan mempunyai istri, kalimat (2) dapat dinilai benar dan salahnya. Akan tetapi, bila hal sebaliknya menjadi kenyataan, kalimat (2) tidak dapat ditentukan kebenarannya. Dalam konteks dialogis, Stalnager (Soeseno dalam Mulyana, 2005: 15) menyatakan bahwa praanggapan adalah „pengetahuan bersama‟ (common ground) antara pembicara dan pendengar. Sumber praanggapan adalah pembicara. Artinya, perkiraan pengetahuan tentang sesuatu dimulai oleh pembicara ketika pembicara tersebut memulai mengutarakan suatu tuturan. Hal itu bisa terjadi karena pembicara memperkirakan orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal yang akan diucapkannya. Contoh : (3) Joko : “Ayam bangkokku sudah laku lagi”. (4) Amin : “Harganya seperti kemarin?”. Pembicara ketiga dalam dialog tersebut tidak perlu mengutarakan terlebih dahulu suatu pemberitahuan bahwa ia mempunyai ayam Bangkok. Hal itu disebabkan, pembicara sudah berpraanggapan (memperkirakan) bahwa orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal yang dimaksudkannya. Bahkan, jawaban Amin mengisyaratkan bahwa besar kemungkinan Amin sudah mengetahui ayam Bangkok yang dijual temannya pada waktu sebelumnya. Oleh karenanya, Amin tidak perlu bertanya lagi: “Apa kamu punya ayam Bangkok?” Dari contoh tersebut dapat diambil kesimpulannya bahwa makin akrab (minimal adanya keterkaitan) hubungan antara pembicara dengan pasangan bicaranya, maka akan makin banyak kedua pihak berbagi pengalaman, pengetahuan dan makin banyak pula praanggapan di antara mereka yang tidak perlu diutarakan secara verbal. Oleh karena itu, penggunaan praanggapan hanya ditujukan kepada pendengar yang menurut pembicara memiliki pengetahuan seperti yang dimiliki pembicara. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 20 Dari beberapa uraian mengenai praanggapan, maka dapat disimpulkan bahwa praanggapan merupakan anggapan dasar, dugaan, perkiraan, persangkaan yang menunjuk pada suatu ujaran atau ungkapan lisan atau tertulis yang tujuannya agar pendengar atau pembaca mengerti apa yang dimaksudkan. Dalam semua pernyataan memiliki rujukan atau referensi dasar. Rujukan dalam praanggapan maksudnya mempunyai keterangan lanjutan mengenai suatu hal. Rujukan yang dimaksud dalam praanggapan itu mengenai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi dalam pembicaraan atau dialog (konteks) agar pendengar atau pembaca mengerti dari apa yang dibicarakan. b) Bentuk Praanggapan Menurut (Chaniago, 1997: 2.15) menyatakan praanggapan dibagi menjadi dua jenis yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Praanggapan semantik adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosakatanya. Praanggapan semantik merupakan praanggapan yang dapat dilihat dari benar tidaknya suatu kalimat atau ujaran mengenai makna dan arti dalam suatu bahasa. Istilah lainnya praanggapan semantik adalah pendapat atau keyakinan mengenai makna atau arti dalam suatu kalimat atau ujaran. Adapun praanggapan pragmatik adalah praanggapan yang ditarik berdasarkan atas konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan. Konteks dalam praanggapan pragmatik dapat dilihat dari latar atau situasi dalam pembicaraan atau dialog. Latar atau situasi dalam praanggapan pragmatik juga bisa dilihat dari tertulis. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 21 1) Praanggapan Semantik Praanggapan semantik (Chaniago, 1997: 2.15) adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosakatanya. Contoh praanggapan semantik dalam kalimat yaitu “Ade tidak jadi pergi, Sepeda motornya mogok”. Dari kata-kata yang ada dalam pernyataan tersebut maka dapat kita tarik praanggapan bahwa Ade seharusnya pergi dan Ade mempunyai sepeda motor. Contoh lain juga terdapat pada kalimat “Dodo telah berhenti merokok”. Dari kata-kata tersebut terkandung praanggapan bahwa Dodo selama ini biasa merokok dan Dodo tidak merokok lagi. Kesimpulan pengertian praanggapan semantik menurut peneliti merupakan suatu maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara kepada lawan bicara dengan tujuan agar lawan bicara mengerti apa yang disampaikan oleh pembicara mengenai maksud dan makna kalimat dalam sebuah ujaran atau tertulis. Praanggapan semantik merupakan praanggapan yang dapat dilihat dari benar tidaknya suatu kalimat atau ujaran mengenai makna atau arti dalam suatu bahasa. Istilah lainnya praanggapan semantik adalah pendapat atau keyakinan mengenai makna atau arti dalam suatu kalimat atau ujaran. Praanggapan semantik merupakan praanggapan yang berhubungan dengan makna kata dan kalimat. Jadi, Praanggapan semantik adalalah praanggapan yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. 2) Praanggapan Pragmatik Menurut (Chaniago, 1997: 2.15) praanggapan pragmatik adalah praanggapan yang dapat ditarik berdasarkan atas konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 22 diucapkan. Konteks tersebut dapat berupa situasi, pembicara, lokasi dan lain-lain. Mengenai situasi, pembicara dan lokasi tidak bisa dipisahkan dari praanggapan pragmatik. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Konteks tidak bisa terlepas dari praanggapan pragmatik dikarenakan unsur ini merupakan sesuatu yang akan diuraikan atau dijabarkan dalam sebuah analisis yaitu analisis praanggapan pragmatik. Contoh praanggapan pragmatik yaitu pada percakapan sebagai berikut : Pada suatu waktu datang seorang tamu laki-laki ke rumah Tono. Tono adalah seorang direktur suatu perusahaan. Tono pun mempersilakan tamu itu untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Tamu itu ternyata teman Tono ketika sekolah di SMA. Dia bernama Santo yang saat ini belum bekerja. Sambil duduk Santo mengatakan : (5) Santo (6) Tono (7) Santo : “Aku merasa lelah sekali karena berjalan kaki terlalu jauh.tidak ada kendaraan.” : “(segera ke belakang mengambil air minum dan mempersilakan Santo meneguknya) “Silakan diminum Santo!” : “Terima kasih kau tahu benar aku merasa haus.” Dari percakapan (5) dapat diketahui bahwa ketika Santo bercerita tentang proses sampainya ke rumah Tono, Tono beranggapan bahwa ada sesuatu yang diminta oleh Santo dan Santo ingin minum. Selain itu, berdasarkan percakapan (5) dapat diketahui praanggapan semantik kalimat tamu “Santo merasa capai dan tidak ada kendaraan di jalan.” Sedangkan pengertian praanggapan pragmatik menurut peneliti adalah merupakan suatu maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara kepada lawan bicara dengan maksud agar lawan bicara mengerti apa yang disampaikan oleh pembicara mengenai suatu hal berdasarkan atas konteks yang ada pada suatu kalimat atau ujaran. Konteks adalah sesuatu yang melatarbelakangi suatu pembicaraan dalam ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 23 praanggapan pragmatik. Oleh karena itu antara konteks dan praanggapan pragmatik harus saling melekat dan berhubungan dikarenakan unsur ini merupakan sesuatu yang akan diuraikan atau dijabarkan dalam sebuah analisis yaitu analisis praanggapan pragmatik. c) Macam-Macam Praanggapan Soemarno (dalam Chaniago, 1997: 4.21) memberikan contoh beberapa macam praanggapan. Beberapa praanggapan tersebut antara lain : Pertama (1) praanggapan yang menjelaskan gambaran yang ditentukan. Kedua (2) kata verbal yang mengandung kenyataan (faktive). Ketiga (3) kata verbal implikatur. Keempat (4) kata verbal yang mengganti keadaan. Kelima (5) pengulangan. Keenam (6) kata waktu. Ketujuh (7) kalimat yang ada topik atau fokusnya. Kedelapan (8) kata bandingan. Kesembilan (9) apposisi renggang. Kesepuluh (10) konditional yang berlawanan dan yang terakhir kesebelas (11) praanggapan pertanyaan. 1) Praanggapan yang Menyatakan Gambaran yang ditentukan Praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan merupakan suatu praanggapan yang melukiskan, menceritakan, menguraikan, memberi keterangan atau penjelasan yang telah ditentukan dalam suatu kalimat atau ujaran. Istilah lain dari praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan adalah praanggapan yang menerangkan, menunjukkan dan memperlihatkan adanya suatu gambaran yang telah ditentukan dalam suatu kalimat atau ujaran. Dalam praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan, suatu peristiwa, kondisi, keadaan atau tindakan itu dilukiskan atau dinyatakan melalui suatu gambaran tertentu. Contoh praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan terdapat dalam kalimat di bawah ini. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 24 (8) “Tono (tidak) melihat orang yang berkepala dua”. Pada kalimat (8) yang bergaris bawah tersebut mengandung praanggapan yang menyatakan gambaranyang ditentukan yaitu “Ada orang berkepala dua.” (9) “Anak di belakang rumah itu anak manja. Pada kalimat (9) tersebut mengandung praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan yaitu “Ada anak di belakang rumah.” Contoh tersebut adalah contoh bentuk praanggapan yang didasarkan pada gambaran yang sudah ditentukan. Frase yang bergaris bawah tersebut memberikan gambaran dari makna kalimat tersebut. Dengan demikian praanggapannya dapat digambarkan dari frase tersebut. 2) Kata Verbal yang Mengandung Kenyataan (Faktive) Kata verbal yang mengandung kenyataan (faktive) merupakan kata verba (kata kerja) yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada. Jadi dalam praanggapan ini kata verbanya mengandung suatu kenyataan yang benar-benar terjadi. Dalam praanggapan ini suatu perbuatan itu telah dilakukan sesuai dengan keadaan yang benar-benar nyata. Pembuktian dari praanggapan kata verbal yang mengandung kenyataan ini berdasarkan fakta yang benar-benar nyata atau terjadi. Sesuatu yang nyata dalam praanggapan ini berarti harus ada buktinya. Contoh bentuk praanggapan yang didasarkan pada kata verbal yang mengandung kenyataan (factive) yaitu terdapat pada kalimat berikut ini. (10) “(Tidak) aneh kalau orang Amerika itu suka durian”. Frasa“tidak aneh” dalam kalimat (10) tersebut mengandung kenyataan bahwa “Orang Amerika itu suka durian.” (11) “Marta (tidak) menyesal membuang benda itu.” Frasa“tidak menyesal” dalam kalimat (11) tersebut mengandung kenyataan bahwa “Marta membuang benda itu.” Contoh pada kalimat (10) dan (11) adalah bentuk praanggapan yang didasarkan pada kata verbal yang mengandung kenyataan (faktive). Perhatikan kata yang digaris bawah, kata kerja tersebut menyatakan suatu kondisi atau keadaan. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 25 3) Kata Verba Implikatur Kata verba merupakan kata kerja. Adapun implikatur merupakan ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Dengan kata lain implikatur merupakan maksud, keinginan atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi. Dalam implikatur seseorang diharapkan menuruti kehendak penutur. Jadi kata verba implikatur merupakan kata verba atau kata kerja yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Dalam kata verbal implikatur mengandalkan penalaran karena ujaran, tuturan atau kalimat itu secara tersembunyi. Kata verba implikatur juga merupakan kata verba atau kata kerja yang terdapat pada suatu kalimat atau ujaran yang telah mengalami proses atau perbuatan yang telah dilakukan (telah terjadi). Dalam kata verbal implikatur menggunakan predikat berupa kata kerja. Dalam praanggapan kata verbal implikatur ini bersifat perintah atau saran agar melakukan sesuatu hal. Kata perintah yang terdapat dalam kata verbal ini tidak dinyatakan secara langsung. Oleh karena itu dinamakan kata verba implikatur. Contoh praanggapan yang merupakan kata verba implikatur yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini. (12) “Saya tidak lupa beli buku”. Frasa“tidak lupa” merupakan frasa kerja implikatur dari kalimat (12) tersebut, maka praanggapannya adalah “saya harus membeli buku.” (13) “Saya berhasil menipu anak itu.” Kata “berhasil” merupakan kata kerja implikatur dari kalimat (13) tersebut, maka praanggapannya yaitu “saya menipu anak itu.” Contoh pada kalimat (12) dan kalimat (13) adalah bentuk praanggapan yang didasarkan pada kata verbal implikatur. Kata “(tidak) lupa” dan kata “berhasil” adalah kata kerja implikatur. 4) Kata Verbal yang Mengganti Keadaan Kata verbal yang mengganti keadaan merupakan kata kerja yang telah mengalami proses, cara atau perbuatan yang mengganti suatu keadaan. Dalam ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 26 praanggapan kata verbal ini predikatnya berproses dan berubah sesuai dengan keadaan. Dalam kata verbal ini suatu keadaan dapat berubah keadaannya menjadi lebih baik. Jadi dalam kata verbal yang mengganti keadaan ini, suatu kalimat atau ujaran itu bersifat merubah atau memperbarui. Oleh karena itu dinamakan kata verbal yang mengganti keadaan. Contoh praanggapan yang merupakan kata verbal yang mengganti keadaan yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini. (14) “Dia sudah/belum berhenti membaca surat itu”. Frasa dia sudah/belum berhenti menunjukkan frasa verbal yang mengganti keadaan, atau menggambarkan keadaan yang dibentuk dari kata verbal. Maka praanggapannya “dia membaca surat itu”. (15) “Dia sudah/belum selesai membaca surat itu”. Praanggapannya yaitu “Dia membaca surat itu”. Pada kalimat (14) dan kalimat (15) menggambarkan keadaan yang dibentuk dari kata verbal. 5) Kata Verba yang Menyatakan Pengulangan Kata verba merupakan kata kerja. Pengulangan berarti proses, cara atau perbuatan „mengulang‟. Jadi kata verba yang menyatakan pengulangan merupakan kata verba atau kata kerja yang telah mengalami proses pengulangan suatu keadaan, kejadian atau peristiwa atau aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam kata verba yang menyatakan pengulangan ini suatu keadaan atau peristiwa itu akan dilakukan lagi, baik itu sekali atau berulang kali. Dalam kata kerja ini bersifat mengulang atau berhenti melakukan suatu hal. Contoh praanggapan yang menyatakan kata verba pengulangan yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini. (16) “Dia kembali berkuasa.” Kata “kembali” pada kalimat (16) tersebut menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan atau keadaan yang pernah terjadi. Praanggapannya adalah “Dia pernah berkuasa.” (17) “Dia (tidak) akan mencuri lagi.” Frasa“(tidak) akan “pada kalimat (17) tersebut menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan atau keadaan yang pernah terjadi. Praanggapannya adalah “Dia pernah mencuri.” ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 27 6) Kata Waktu Waktu merupakan seluruh rangkaian (saat, ketika), proses perbuatan atau keadaan yang sedang berlangsung. Waktu merupakan saat yang tertentu untuk melakukan sesuatu. Istilah lainnya dari waktu adalah kesempatan, tempo, peluang atau keadaan (hari). Jadi kata waktu merupakan kata yang digunakan dalam suatu kalimat atau ujaran yang memiliki suatu rangkaian peristiwa dengan menggunakan kata penunjuk waktu (ketika, saat) dalam suatu waktu tertentu. Dengan waktu akan menentukan suatu peristiwa yang sedang terjadi atau sedang berlangsung. Jadi praanggapan kata waktu merupakan suatu praanggapan yang menggunakan kata penunjuk waktu (ketika, saat) dalam kalimat atau suatu ujaran. Contoh praanggapan yang menyatakan kata waktu yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini. (18) “Aku (tidak) mencuci piring, ketika Ali tidur”. Praanggapan dalam kalimat (18) adalah Ali Tidur. (19) “Sejak saya pindah ke Amerika, Amat (tidak) membenci Ibunya.” Praanggapan dalam kalimat (19) adalah “Saya pindah ke Amerika.” Contoh pada kalimat (18) dan kalimat (19) menunjukan bentuk praanggapan yang menggambarkan keadaan waktu yang ditunjukkan pada kata “ketika” dan “sejak.” 7) Kalimat yang Ada Topik atau Fokusnya Topik merupakan pokok pembicaraan atau sesuatu yang menarik khalayak (umum). Istilah lain dari topik adalah bahan pembicaraan. Adapun fokus berarti unsur yang menonjolkan suatu bagian kalimat sebagai perhatian pendengar atau pembaca sehingga tertarik pada bagian itu (yang sedang dibicarakan). Jadi praanggapan yang dibangun berdasarkan kalimat yang ada topik atau fokusnya merupakan praanggapan yang berisi pokok pembicaraan atau tema yang sedang dibicarakan. Jadi dalam praanggapan ini, suatu kalimat atau ujaran itu mempunyai inti sari dari apa yang sedang dibicarakan. Dalam praanggapan ini suatu kalimat atau ujaran ini harus dapat ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 28 menarik perhatian atau pembicaraan. Contoh praanggapan yang dibangun berdasarkan kalimat yang mempunyai topik atau fokusnya yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini. (20) “(Bukan) Ali yang mencuri uang itu.” Praanggapan dalam kalimat (20) adalah “Ada orang yang mencuri uang.” (21) “Yang menyanyi itu bukan Ali.” Praanggapan dalam kalimat (21) adalah “Ada orang yang menyanyi.” (22) “Yang dicuri anak itu (bukan) uang.” Praanggapan dalam kalimat (22) adalah “Anak itu mencuri sesuatu.” Kata dan frasa yang bergaris bawah pada kalimat (20), (21) dan (22) merupakan kalimat yang ada topik atau fokusnya dari kalimat tersebut. Dari kalimatkalimat tersebut akan menghasilkan praanggapan seperti tersebut di atas. 8) Kata Bandingan Perbandingan berarti perbedaan selisih. Membandingkan berarti menilai antara dua pilihan atau lebih agar terlihat bedanya atau mengetahui selisihnya. Jadi kata bandingan merupakan kata yang digunakan dalam suatu kalimat atau ujaran yang bersifat membandingkan antara dua hal atau lebih yang sifatnya lebih baik. Kata bandingan biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu hal yang sifatnya lebih dari. Kata yang digunakan untuk membandingkan biasanya menggunakan kata “lebih”. Contoh praanggapan yang menyatakan kata bandingan yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini. (23) “Anak saya (tidak) bisa melompat lebih jauh dari Ali.” Praanggapan dalam kalimat (23) adalah “Ali bisa melompat.” (24) “Anak saya (tidak) bisa melompat sejauh Ali.” Praanggapan dalam kalimat (24) adalah “Ali bisa melompat.” Kata “sejauh” dan frasa “lebih jauh” pada kalimat (23) dan (24) adalah bentuk kata perbandingan. Dari kalimat yang mengandung makna perbandingan itu akan menghasilkan praanggapan seperti pada contoh tersebut. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 29 9) Apposisi Renggang Apposisi renggang merupakan kata atau frasa yang dipakai dalam apposisi yang dibatasi oleh jeda sebentar dalam ujaran atau oleh koma dalam tulisan. Istilah lain dari apposisi adalah ungkapan yang berfungsi menambah keterangan atau penjelasan pada ungkapan lain. Istilah lainnya lagi dari apposisi yaitu menggantikan atau menerangkan ungkapan lain. Dalam apposisi renggang ini, makna suatu kalimat atau ujaran bersifat ambigu. Dalam apposisi renggang diperlukan penalaran agar dalam sebuah kalimat itu bisa dimengerti dengan mudah karna sifatnya yang agak membingungkan. Contoh praanggapan yang menggambarkan apposisi renggang yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini. (25) “Paijem, yang saya perkenalkan kepadamu kemarin, (tidak) akan pulang pagi ini”. Praanggapan dalam kalimat (25) adalah “saya memperkenalkan Paijem kepadamu kemarin.” (26) “Pencuri itu, yang sedang ditangkap itu, masih muda”. Praanggapan dalam kalimat (26) adalah “orang itu ditangkap.” Klausa “yang saya perkenalkan kepadamu kemarin” dan “yang sedang ditangkap itu‟ dalam kalimat (25) dan kalimat (26) merupakan perluasan subjek yang dalam hal ini merupakan apposisi renggangnya. 10) Konditional yang Berlawanan Konditional yang berlawanan merupakan bentuk praanggapan yang maknanya berlawanan atau bertentangan dengan makna yang lain. Istilah lainnya dari konditional yang berlawanan adalah bentuk verba yang menunjukkan “pengandaian‟. Dalam praanggapan ini suatu kalimat atau ujaran akan bersifat bertentangan, bertolak belakang dan berbalik arah atau arti. Dalam konditional yang berlawanan ini menggunakan kata atau kalimat yang menunjukkan suatu keadaan yang berlawanan. Kata yang terdapat dalam praanggapan konditional yang berlawanan mengandung unsur “pengandaian”. Misalnya kata jika, namun, kalau atau andaikata, seumpama ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 30 dan seandainya. Contoh bentuk praanggapan yang dibangun berdasarkan kondisi yang berlawanan yaitu terdapat pada kalimat di bawah ini. (27) “Kalau/Andaikata anak itu bangun sebelum jam lima dia (tidak) akan terlambat.” Praanggapan dalam kalimat (27) adalah „Anak itu tidak bangun sebelum jam lima.” (28) “Kalau/Andaikata anak itu tidak bangun sebelum jam lima dia (tidak) akan melihat pencurian itu.” Praanggapan dalam kalimat (28) adalah “Anak itu bangun sebelum jam lima.” Kata “kalau” atau kata “andaikata” pada contoh kalimat (27) dan kalimat (28) adalah kata yang menunjukan keadaan yang berlawanan. Kata-kata tersebut akan membentuk praanggapan seperti tersebut di atas. 11) Praanggapan Pertanyaan Praanggapan pertanyaan merupakan praanggapan yang berisi tentang suatu pertanyaan. Dalam praanggapan pertanyaan ini harus dicari keterangan atau jawaban dalam suatu kalimat atau ujaran. Dalam praanggapan ini suatu kalimat atau ujaran harus dicari keterangan atau penjelasan dikarenakan praanggapan pertanyaan adalah praanggapan yang memerlukan suatu jawaban. Oleh karena itu dalam praanggapan ini harus diberikan penjelasan atau keterangan. Kata yang digunakan dalam praanggapan pertanyaan ini menggunakan kata tanya dan berakhir dengan tanda tanya (?). Contoh bentuk praanggapan yang dibangun berdasarkan bentuk pertanyaan yaitu terdapat pada kalimat di bawah ini. (29) “Kamu membeli apa di toko itu” Kalimat (29) merupakan kalimat pertanyaan. Dari kalimat pertanyaan (29) akan muncul praanggapannya yaitu “Kamu membeli sesuatu di toko itu.” (30) “Mengapa dia membencimu.” Kalimat (30) merupakan kalimat pertanyaan. Dari kalimat pertanyaan (30) akan muncul praanggapannya yaitu “Dia membencimu.” 2) Konteks Wacana Wacana menurut (Mulyana, 2005: 21) adalah wujud atau bentuk bahasa yang bersifat komunikatif, interpretatif dan kontekstual. Artinya, pemakaian bahasa ini ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 31 selalu mengandaikan terjadi secara dialogis, perlu adanya kemampuan menginterpretasikan, dan memahami konteks terjadinya wacana. Pemahaman terhadap konteks wacana, diperlukan dalam proses menganalisis wacana secara utuh. Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan yang berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Menurut Moeliono (dalam Mulyana, 2005: 23) konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode dan saluran. C. Iklan 1. Pengertian Iklan Menurut Depdiknas (2007: 421) iklan merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Pengertian lainnya yakni bahwa iklan merupakan pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media masa seperti surat kabar dan majalah atau di tempat umum. Iklan menurut Depdiknas (2008: 572) merupakan advertensi, reklame dan pemberitahuan. Basu Swastha (1999: 245) mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu alat persuasi (alat untuk membujuk). Jadi, seseorang atau lembaga dapat mengadakan periklanan untuk membujuk masyarakat agar mau membeli atau mencoba produk yang diiklanklan. Iklan menurut Istitut Praktisi Periklanan Inggris (dalam Jefkins, 2007: 5) mendefinisikan istilah iklan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 32 calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. Menurut (Jefkins, 2007: 15) iklan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Menurut (Jefkins, 2007: 15) mendefinisikan istilah iklan merupakan cara menjual melalui penyebaran informasi. Dari beberapa uraian mengenai iklan, maka peneliti menyimpulkan bahwa iklan merupakan suatu informasi yang sengaja dibuat dengan tujuan untuk menginformasikan atau memberitahukan kepada khalayak (masyarakat) tentang barang atau jasa yang ditawarkan oleh pengiklan. Tujuan utama dengan adanya iklan yaitu agar khalayak (masyarakat) tertarik dengan iklan yang ditawarkan oleh pihak pengiklan. Definisi lain iklan merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi yang berisi pesan agar pembeli atau khalayak (masyarakat) dengan biaya yang paling murah dan agar khalayak (masyarakat) tertarik dengan iklan tersebut. Iklan adalah reklame yang artinya iklan tersebut diberitahukan kepada umum tentang barang dagangan dengan kata-kata yang menarik berupa gambar agar lebih menarik khalayak (masyarakat). Iklan yang dibuat dengan menggunakan papan reklame biasanya lebih menarik dan khalayak (masyarakat) lebih tertarik dan tergiur karena daya persuasifnya tinggi dibandingkan dengan iklan yang lain yang hanya menawarkan barang atau jasa tanpa media. 2. Jenis-Jenis Iklan Secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori pokok, yakni (a) iklan konsumen (consumer advertising). Iklan konsumen merupakan iklan yang umum dibeli masyarakat antara lain barang-barang konsumen, (b) iklan bisnis ke ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 33 bisnis atau iklan antarbisnis (business-to-business advertising. Iklan ini merupakan iklan barang antara yang harus diolah atau menjadi unsur produksi, (c) iklan perdagangan (trade advertising). Iklan ini merupakan iklan barang yang sifatnya untuk dijual kembali, (d) iklan eceran (retail advertising). Contoh dari iklan eceran yakni iklan yang dilancarkan oleh swalayan, (e) iklan keuangan (financial advertising), meliputi : iklan-iklan umum di bank, jasa tabungan, asuransi dan investasi, (f) iklan langsung (direct response marketing), misalnya : iklan televisi atau teleks dan (g) iklan lowongan kerja (recruitment advertising). Iklan ini bertujuan merekrut calon pegawai. Dari beberapa jenis iklan tersebut, penelitian ini termasuk jenis iklan perdagangan. a. Iklan Perdagangan 1). Iklan Busana Iklan perdagangan merupakan iklan yang membeli barang-barang yang tujuannya untuk dijual kembali agar dapat memperoleh suatu keuntungan. Contoh ke dalam iklan perdagangan kali ini adalah iklan busana wanita. Busana terutama busana wanita adalah bagian dari kebutuhan pokok hidup manusia. Dari waktu ke waktu tingkat kebutuhan dan kepentingan semakin beragam yang otomatis membutuhkan tampilan jenis busana, model busana, kelengkapan busana yang selalu berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Iklan busana terutama busana wanita tergolong ke dalam iklan perdagangan karena busana merupakan barang hasil produksi dari suatu konveksi yang tujuannya tidak lain ialah untuk dijual kembali. Oleh karena itu, iklan busana wanita tergolong ke dalam iklan perdagangan. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 34 2). Iklan Tabloid Secara umum pembagian iklan berdasarkan media yang digunakan terbagi dua yaitu iklan above the line dan iklan below the line. Iklan media above the line adalah media yang bersifat massa. Massa yang dimaksud adalah bahwa khalayak sasaran berjumlah besar dan menerpa pesan iklan secara serempak. Media yang termasuk kategori above the line yaitu: surat kabar, majalah, tabloid, televisi, film, radio, dan internet. Iklan below the line adalah iklan yang menggunakan media khusus. Yang termasuk media-media below the line adalah: leaflet, poster, spanduk, baliho, bus panel, bus stop, point of purchase (POP), sticker, shop sign, flayers, display, dan lainlain. Selain berdasarkan kategori umum, iklan juga dibagi dalam kategori khusus berdasarkan jenis media yang dipakai. Iklan ini disebut juga iklan cetak. Iklan Cetak yaitu iklan yang dibuat dan dipasang dengan menggunakan teknik cetak, baik cetak dengan teknologi sederhana maupun teknologi tinggi. Beberapa bentuk iklan cetak yaitu: iklan cetak surat kabar, ikaln cetak baliho, iklan cetak poster, iklan spanduk, dan lain-lain. Wacana busana wanita tergolong juga ke dalam iklan perdagangan. Selain iklan perdagangan, ada juga istilah pers perdagangan. Istilah pers perdagangan kadang-kadang dipakai sekenanya sehingga seringkali menyamaratakan segala jenis terbitan non konsumen. Artinya bahwa pers perdagangan itu mengacu kepada jenis terbitan yang meliputi surat kabar, majalah dan tabloid. Yang tergolong ke dalam pers perdagangan misalanya iklan yang terdapat dalam tabloid khususnya dalam hal ini adalah tabloid Wanita Indonesia yang berisi tentang wacana iklan busana wanita. a) Pengertian Tabloid Menurut Depdiknas (2008: 1581) tabloid merupakan surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 35 padat dan bergambar, mudah dibaca umum. Salah satu pakar komunikasi (Effendi, 2007: 145) menyebutkan pers dalam pengertian sempit adalah media massa cetak. Seperti, surat kabar, majalah mingguan, tabloid dan buletin kantor berita. Berarti tabloid merupakan salah satu alat komunikasi massa dalam media cetak. Menurut Effendy (dalam Bild Zeitung, 2010) menyatakan ciri-ciri surat kabar yang diantaranya secara tidak langsung menyebutkan ciri dari tabloid. Penerbitan yang sifatnya khusus selain surat kabar misalnya tabloid politik dan agama. Adapun tabloid menurut Juanaedhie (Ensiklopedi Pers Indonesia) merupakan surat kabar yang terbit dengan ukuran setengah dari ukuran surat kabar biasa. Tabloid di Indonesia lebih di artikan pada pengertian ukuran dan format, bukan dalam pengertian pers barat. Sejak tahun 1940-an, banyak surat kabar di Indonesia terbit dalam ukuran tabloid. http://deniborin.blogdetik.com/2010/05/30/telaah-tabloid/ Menurut peneliti dapat diambil kesimpulannya bahwa pengertian tabloid merupakan suatu alat komunikasi masa yang memuat berita (secara singkat, padat) dan bergambar mempunyai ukuran dan format lebih kecil dari surat kabar biasa. Tabloid banyak menyajikan informasi atau berita dengan tampilan gambar. Bahasa yang digunakan juga singkat, padat, jelas dan menarik. Oleh karena itu, masyarakat tertarik untuk membaca. Tabloid merupakan salah satu media masa cetak. Ciri-ciri dari tabloid adalah penerbitannya bersifat khusus, 1x dalam seminggu. Dalam tabloid biasanya terdapat bermacam-macam informasi atau berita yang disajikan. Informasi yang menarik dalam tabloid ini salah satunya mengenai iklan. b) Jenis Tabloid 1). Tabloid Wanita Indonesia Tabloid Wanita Indonesia merupakan tabloid yang banyak mendominasi sisi masalah wanita. Salah satunya yakni mengenai busana. Busana pada hakikatnya tidak ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 36 akan terlepas dari kehidupan manusia. Busana menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Sehubungan dengan busana ini, pada tabloid Wanita Indonesia banyak mengupas tentang mode dan gaya wanita di Indonesia salah satunya mengenai busana. Di dalam tabloid Wanita Indonesia ini banyak ditemukan iklan busana wanita. Tabloid Wanita Indonesia terbit 1x dalam seminggu. 3. Tujuan Iklan Tujuan iklan yang terutama adalah menjual atau meningkatkan penjualan barang, jasa atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya penjualan dengan segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi pada waktu mendatang. Dari segi lain, tujuan periklanan yang riil adalah mengadakan komunikasi secara efektif. Yang menjadi sasaran dalam periklanan adalah masyarakat. Masyarakat sebagai penerima berita atau iklan sering dapat terpengaruh dan ingin merubah sikap atau tingkah laku mereka. Tujuan iklan yang lain adalah untuk mempengaruhi masyarakat agar tertarik dengan sesuatu yang diiklankan. D. Edisi Mingguan Edisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 283) merupakan bentuk buku yang diterbitkan (buku, saku) atau keluaran (buku, surat kabar, majalah, kamus dan sebagainya yang diterbitkan) dari macam yang sama dan dalam waktu yang sama pula (pertama Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta). Pengertian edisi yang lain merupakan sas versi karya sastra yang diterbitkan pada waktu dan tempat tertentu. Mingguan berarti tiap minggu atau sekali seminggu. Jadi dapat disimpulkan bahwa edisi mingguan berarti buku, surat kabar atau majalah yang penerbitannya sekali dalam seminggu atau tiap minggu. Oleh karena itu dalam edisi mingguan menyajikan informasi terbaru dan terkini. ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014 37 Bagan 1. Kerangka Pikir Analisis Praanggapan Wacana Iklan Wacana Pengertian Wacana Iklan Unsur-Unsur Wacana Unsur-Unsur Internal Wacana Kata dan Kalimat Teks dan Konteks Pengertian Praanggapan Pengertian Iklan Praanggapan Konteks Wacana Iklan Busana Bentuk Praanggapan Praanggapan Pragmatik Tujuan Iklan Iklan Perdagangan Unsur-Unsur Eksternal Wacana Iklan Tabloid Macam Praanggapan Edisi Mingguan Praanggapan Semantik Jenis Iklan Jenis Tabloid Tabloid Wanita Indonesia 37 1. Praanggapan yang Menyatakan gambaran yang ditentukan. 2. Kata Verbal yang Mengandung kenyataan (Faktive). 3. Kata Verbal Implikatur. 4. Kata verbal yang mengganti keadaan. 5. Kata verba yang menyatakan pengulangan. 6. Kata Waktu. 7. Kalimat yang ada Topik atau Fokusnya. 8. Konditional yang berlawanan. 9. Praangapan Pertanyaan. Pengertian Tabloid Analisis Praangapan Wacana Iklan Tabloid ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014