pengaruh gambar di tabloid sebagai media

advertisement
PENGARUH GAMBAR DI TABLOID SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK REMAJA MASA KINI
Aprillia
*
Abstrak
Media komunikasi masa kini semakin berkembang seiring dengan perkembangan
ilmu dan teknologi yang dibutuhkan manusia. Mempelajari ilmu pengetahuan dapat
dilakukan melalui berbagai media, salah satunya adalah melalui cetak dalam bentuk
tabloid. Anak remaja seusia anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) rentan
terhadap pengaruh dari segala jenis media yang diketahui atau diterimanya. Tabloid
sebagai media informasi dalam bentuk tulisan dan gambar yang bersifat umum,
tersebar seakan-akan tanpa ada seleksi jenis, bentuk, dan isi beritanya, dan hal ini
terlihat serta dapat ditemui di tempat-tempat di lingkungan masyarakat luas. Oleh
sebab itu, semestinya perlu mendapat perhatian dan pemikiran, berkaitan dengan
tujuan dalam proses pendidikan bagi kaum remaja untuk mengantisipasi perilaku,
sikap, (terlebih aspek moral) bila ada gambar atau foto yang terpampang seronok.
Sebagai salah satu media komunikasi, tabloid sering pula memuat unsur visual berisi
informasi yang memiliki sisi positif dan negatif bagi masyarakat luas. Aspek positifnya
adalah penyampaian suatu berita yang sering disertai dengan gambar atau foto itu
bertujuan untuk memperjelas berita tertentu. Namun aspek negatifnya, justru gambar
atau foto tersebut kadang mengandung unsur yang dinilai tidak etis dan kemungkinan
besar karena ada unsur rekayasa teknis untuk tujuan tertentu. Pemanfaatan ilmu dan
teknologi tentang media komunikasi dengan citra digital dapat memberi pengalaman
dan peningkatan kemampuan bagi anak dan memberi keleluasaan untuk
bereksplorasi. Hal ini dapat diperoleh melalui pendidikan yang tepat, sehingga dalam
penyampaian pengetahuan tentang media komunikasi diberikan secara benar.
Penting bagi remaja seusia anak SMP perlu memiliki pengetahuan seluas mungkin
sesuai dengan karakter mereka. Melalui pendidikan pengetahuan tentang berbagai
bentuk dan jenis media komunikasi yang beredar selama ini, anak akan dapat
mengetahui teknik atau pun proses pembuatan gambar/foto yang terpampang seperti
yang terdapat di tabloid.
Kata kunci: tabloid, anak remaja, komunikasi visual, rekayasa, citra digital.
Pendahuluan
Berbagai ilmu disajikan dan dikembangkan oleh manusia dan ilmu pulalah yang
memberikan manusia dapat memiliki bermacam pengetahuan dan kemampuan. Manusia
mengenal lingkungan, menyadari akan arti kehidupan, memberi pemahaman akan sikap dan
perilaku terhadap batasan-batasan wewenang dan haknya, dan sejumlah makna ilmu bagi
kebutuhan manusia. Kebutuhan yang bukan saja hanya terbatas pada materi, fisik, psikis, tetapi
juga kebutuhan akan pemenuhan pada unsur logika, bahasa, dan seni. Manusia memilki
*
Penulis adalah seorang dosen Seni Rupa FBS UNNES, sekarang tengah menyelesaikan studi di PPs
UNNES
1
kemampuan karena manusia mempunyai ilmu pengetahuan, dan banyak jenis ilmu yang dapat
dipelajari oleh manusia dan diolah untuk perkembangan ilmu itu sendiri.
Bermacam media dapat dijadikan sebagai penyampai berbagai informasi, yang dapat
dipilih serta diterapkan di dalam aktivitas kehidupan manusia. Begitu luas pilihan manusia,
sehingga kadang apabila tidak memiliki mental dan moral yang kuat, manusia dapat mengalami
penyimpangan sikap dan (bahkan) perilaku. ‘Sejarah mengajarkan bahwa setiap media bisa
dimanfaatkan secara baik atau secara tidak baik,…’ tutur Tabrani (1997:7) yang selanjutnya
dikatakan bahwa “untuk menangkap makna apa yang dibaca tidak cukup dengan ilmu bahasa tapi
perlu dipadukan dengan imajinasi gambar”.
Media bagi pertumbuhan ilmu masa kini berkembang begitu pesat, canggih, dan selalu
mengalami inovasi teknologi. Kemajuan teknologi yang merupakan salah satu faktor penunjang
adanya perubahan itu sangat mempengaruhi kahidupan manusia, terutama bagi dunia pendidikan.
Media komunikasi itu sendiri banyak bentuk dan fungsinya, di antaranya gambar atau foto yang
terdapat dalam tabloid. Gambar atau foto menggambarkan sesuatu yang berkaitan dengan berita
yang disampaikan, atau menunjukkan fakta yang diberitakan secara lugas, apa adanya, namun
kadang juga, gambar atau foto tersebut tidak sesuai dengan tulisan yang disampaikan, bahkan
sering pula tidak berhubungan sama sekali dengan isi berita yang ditulis pada tabloid itu.
Tabloid tersebut seperti yang dipahami bermuatan tulisan dan unsur grafis yang
menginformasikan kepada masyarakat tentang berbagai hal supaya diketahui. Bentuk tabloid
seperti harian, tetapi penataan kolom yang memuat berita atau informasi pada paparan tiap bab
atau rubriknya menurut tatanan bentuk majalah.
Pada masa kini, teknologi komunikasi semakin menonjol dengan berbagai sistem dan
jenisnya dalam bentuk cetak mau pun elektronis. Bila diamati sekilas, paparan grafis atau foto,
mau pun isi tulisan yang ditampilkan di media cetak seakan-akan tidak melalui penyeleksian,
apalagi penilaian terlebih dahulu, sehingga seringkali muncul gambar atau tayangan yang kurang
pantas, cenderung ‘seronok’, yang sepatutnya tidak diperlihatkan pada masyarakat luas, termasuk
para remaja (khususnya pada anak Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP).
Demikian pula tampilan pada tabloid cenderung tidak ada pengawasan atau penyeleksian dalam
peredarannya di tengah-tengah masyarakat luas. Pada kondisi dan situasi yang demikian, letak
kekuatiran bagi dunia pendidikan dalam mengantisipasi akan akibat yang ditimbulkan dari gambar
atau foto seperti yang disebutkan di atas, dapat mempengaruhi psikologi bahkan moral para
remaja SMP sebagai generasi muda bangsa.
Anak SMP dalam kehidupan sosialnya adalah ‘masa mencari identitas dari dalam suatu
kelompok, sedangkan dari aspek emosi mereka dapat dikatakan labil karena belum dapat
2
mengendalikan diri, memiliki sikap menentang, serta kadang terlihat menyimpang dari aturanaturan normatif’, demikian menurut Francesco (1958).
Lingkup Media Komunikasi
Pengertian Media Komunikasi.
Komunikasi menurut Effendy (1985:12) terjadi jika minimal harus mengandung kesamaan
makna antara 2 pribadi yang terlibat dalam suatu aktivitas, dan manusia sebagai makhluk sosial
mempunyai naluri untuk berhubungan dengan orang lain, ingin berteman, dan bermasyarakat.
Kehidupan bermasyarakat ini ditandai dengan berkomunikasi dan merupakan bagian yang hakiki
dari kehidupan manusia yang bermasyarakat. Hal ini ditandandaskan juga oleh Susanto (1982:26)
bahwa, kegiatan komunikasi merupakan bagian dari kehidupan seluruh manusia, yang berarti
bahwa kegiatan komunikasi merupakan suatu proses sosial. Proses ini menggunakan komunikasi
sebagai mekanisme dan perkembangannya berdasarkan perluasan gagasan yang mempunyai
sifat, misalnya ekonomis dan kultural.
Dalam teori komunikasi, filsafat komunikasi praktis dilakukan oleh dan di antara manusia
sehingga muncul proses komunikasi dan pesan yang dikomunikasikan. Kegiatan untuk
penyampaian dan penerimaan pesan itu kadang menimbulkan efek dan kesempatan untuk umpanbalik, sehingga kegiatan komunikasi itu mengandung beberapa jenis (antara lain intrapersonal,
antar personal, komunikasi massa atau pun komunikasi antar budaya) yang esensial dalam
kegiatan komunikasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi termasuk dalam ilmu
sosial seperti yang dituturkan oleh Effendy (1985:8).
Komunikasi secara umum mengandung pengertian memberikan informasi (dalam
berbagai bentuk) kepada orang lain, memiliki tujuan agar informasi tersebut dapat diterima oleh
penerima informasi, sehingga hal itu menjadi milik bersama ( lihat Depdikbud 1984:7), dan
komunikasi ini dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung. Komunikasi yang
langsung adalah hubungan antara komunikator dengan komunikan tanpa perantara berupa media.
Sementara komunikasi tidak langsung adalah komunikasi dengan menggunakan media atau alat
perantara, antara lain tulisan dan gambar atau foto, yang terdapat dalam media cetak seperti
tabloid.
Komunikasi sebagai proses penyebaran informasi melalui berbagai media massa (dalam
hal ini media cetak) yang tersebar di kalangan masyarakat luas bukanlah bentuk komunikasi yang
sebenarnya mudah dipahami, apalagi yang mengandung hal-hal di luar pengetahuan mereka.
Akan tetapi bagi pihak yang menerbitkan media cetak berupa tabloid ini, kurang (bahkan mungkin
3
tidak) mempertimbangkan masyarakat yang mengkonsumsi sajian medianya, karena tujuan
komersial semata. Pada hal sebagai media komunikasi, apa pun bentuknya, bagi masyarakat
umum, perlu memberi kontribusi informasi yang tepat dan benar untuk menambah pengetahuan
masyarakat tersebut.
Seperti diketahui bersama, media komunikasi yang dipahami sebagai alat memberi pesan
atau berita yang secara umum lebih diartikan sebagai pemberitaan informasi dengan penyampaian
dalam berbagai bentuk (cetak mau pun elektronis), bersifat bebas, artinya tersebar di mana saja
dan kepada siapa pun. Oleh sebab itu media komunikasi sangat besar pengaruhnya terhadap
pengetahuan dan pemahaman masyarakat, karena media tersebut secara umum akan berdampak
positif mau pun negatif bagi masyarakat umum yang menerimanya. Lebih lagi di masa sekarang,
teknologi sangat maju, media komunikasi dapat disampaikan dengan memanfaatkan teknologi
tersebut secara leluasa dan diupayakan dapat lebih mampu menarik perhatian pada segala lapisan
masyarakat yang menikmatinya. Kecenderungan pemilihan dan penggunaan media dalam karya
tidak lepas dari penyediaan dan teknologi yang melingkupinya, serta tidak lepas dari wacana
budaya yang sedang berkembang.
Jenis dan Bentuk Media Komunikasi Visual
Jenis media komunikasi visual beragam, baik verbal (tulisan) mau pun nonverbal
(gambar/grafis) yang penyampaiannya dapat langsung atau tidak langsung. Apa pun bentuk dan
jenisnya, tujuannya adalah sama yaitu menyampaikan informasi kepada masyarakat luas agar
diketahui, diperhatikan, dan ditanggapi. Tampilan media komunikasi dalam tabloid pada umumnya
mengetengahkan tulisan maupun gambar, tetapi justru gambar itu sering lebih menarik perhatian,
lebih di‘tonjolkan’ bagi pembaca media tersebut.
Terkait dengan tampilan suatu media komunikasi, maka diperlukan hal-hal atau unsurunsur yang harus diperhatikan, antara lain: tata letak gambar dan tulisan, serta penyajian gambar
yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap persepsi masyarakat yang memperhatikannya.
Bagaimana pun juga di samping informasi berdasarkan fakta yang harus disampaikan kepada
masyarakat, bahasa dan tampilan unsur gambar yang ada di dalamnya perlu diperhatikan, agar
mudah dipahami dan diterima. Aspek keindahan pada tata letak secara keseluruhan perlu
dipertimbangkan pula.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada gambar-gambar di tabloid yang berfungsi
sebagai ilustrasi dalam komunikasi visual (umum disingkat komvis) yaitu: (a) menarik perhatian,
(b) ‘merangsang’ untuk dibaca, (c) menjelaskan suatu fakta atau pernyataan, dan (d) menampilkan
keistimewaan suatu unsur yang lebih menonjol dari pada unsur lain.
4
Beberapa hal yang diuraikan dan terkandung pada media komunikasi dalam tabloid, tidak
lepas dari aspek keindahan guna mendukung agar tampilan gambar atau foto dalam tabloid
tersebut kelihatan lebih menarik namun tetap mengandung kaidah-kaidah etika jurnalistik. Seperti
yang sering ditemui pada tabloid-tabloid tertentu, misalnya gambar seorang gadis yang tidak saja
menampilkan keanggunannya dalam tampilan sikapnya, namun ada bagian-bagian tubuhnya yang
lebih ‘diperlihatkan’ dengan bantuan unsur pencahayaan. Tampilan semacam itu sering terjadi dan
dapat ‘dinikmati’ dengan bebas, walau barangkali ada pihak-pihak yang merasa kurang nyaman
dengan tampilan gambar atau foto seperti itu.
Dari aspek seni, tampilan semacam itu yang ditekankan adalah bukan semata-mata pada
postur tubuh atau keanggunan sikap gadis tersebut, tetapi pada aspek pengambilan posisi atau
sudut pandang objek melalui unsur cahaya. Harapan pemuat informasi dan gambar itu, tentunya
hal tersebut dapat diterima oleh semua pihak atau seluruh lapisan masyarakat, tidak melanggar
etika, karena seni pada tampilan media massa bukan sekadar involutif, yaitu ‘peduli pada
kepentingan dan hidup seni itu sendiri, tetapi berciri transformatif yaitu kepedulian terhadap hakhak dasar orang lain’ (Sutrisno dan Verhaak 1993:148). Bagaimana pun juga, tampilan di media
komunikasi seperti tabloid tidak lepas dari peran alat dan teknik yang dipakai, sesuai dengan
tuntutan perkembangan pengetahuan manusia.
Tabloid merupakan salah satu media komunikasi yang semakin terbuka bebas di antara
ragam bentuk informasi seperti media komunikasi lain, disampaikan sebagai bentuk kreasi
seniman. Kreativitas tersebut dapat ditampilkan melalui media citra digital (digital image) yaitu
informasi dalam bentuk grafis yang tertera di komputer, pada posisi diam atau gerak. Komunikasi
dalam bentuk media desain pada komputer tersebut sebagai sarana pengolah pesan atau
informasi, sangat leluasa untuk merekayasa hasil sasarannya, seperti merekayasa figur manusia
atau bagian-bagian dari figur tersebut. Melalui kamera digital dan kemudian diproses dalam citra
digital segala unsur dapat di’permainkan’. Hal itu yang kemudian dapat menimbulkan masalah. Di
satu sisi teknologi semakin canggih, namun secara sosiologis ada dampak negatif, yaitu dapat
dimanfaatkan untuk sesuatu hal yang kurang benar, seperti pemuatan gambar atau foto ‘seronok’
di tabloid yang beredar di masyarakat.
Penciptaan bentuk, posisi, atau apa pun yang merupakan gambar atau foto dalam tablid
adalah hak fotografer, tetapi bukan menjadi hak sepenuhnya karena merekayasa gambar atau foto
dapat menimbulkan dampak negatif terutama jika bernuansa ‘jorok dan tabu’ bagi masyarakat.
Tidaklah keliru apabila pendesain bentuk tabloid berkreasi dan diberi keleluasaan, tetapi tidak
boleh dilupakan juga bahwa hambatan yang terbesar dalam pembuatan media komunikasi dalam
bentuk visual adalah sasaran pembaca, selain ruang medianya sendiri.
5
Sebenarnya aturan-aturan yang berlaku dan faktor eksternal lain adalah kunci untuk
mengidentifikasi seluk-beluk dan karakteristik berbagai alternatif iklan yang dapat diciptakan
(Sudiana 1986:45). Dengan demikian hambatan dan peluang pada setiap media itu penting untuk
dipahami.
Peranan dan Pengaruh Gambar
pada Media Komunikasi
Temuan dan penciptaan yang dilakukan manusia seakan berlomba dengan waktu.
Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia mempunyai kesempatan menggelar temuannya
melalui media yang diproduksinya. Penerima informasi kadang mendapat kesulitan untuk
menyerap ilmu dan teknologi tersebut tetapi di sisi lain membuka cakrawala pengetahuan baru
bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Dalam dunia teknologi, ilmu komunikasi mengalami perkembangan yang cukup pesat
karena laju teknologi komunikasi menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat
memasyarakat juga (Jacob 1993:19). Di pihak lain laju perkembangan teknologi juga menimbulkan
perubahan persepsi dan bahkan terjadi perubahan perilaku, namun sudah barang tentu tidak
mungkin menahan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bila masyarakat ingin bertumbuh.
Kemajuan teknologi ilmu komunikasi memang tidak dapat dibendung sehingga bukan saja
informasi yang benar dan positif yang diterima masyarakat, tetapi seringkali juga informasi yang
kurang tepat, baik pada fakta, situasi dan kondisi tertentu, hingga informasi yang sifatnya sangat
pribadi dapat ‘terbuka’. Hal ini akibat dari revolusi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sering terjadi dan muncul pada masa, waktu ‘gelombang jaman’ yang tidak terduga. Seperti alam
ini yang tidak saja hanya dapat diamati tetapi juga harus diselidiki, sama dengan ilmu komunikasi
tidak cukup dipahami, tetapi juga diterapkan melalui bermacam media sebagai perkembangan
pengetahuan teknologi dan kehidupan global masyarakat luas.
Media citra digital (yang dimaknai juga sebagai media pengolah gambar), adalah media
yang tepat untuk merekayasa gambar atau foto yang disesuaikan dengan informasi yang
disampaikan, dan media ini menurut Gerungan (1986) memiliki peranan terhadap perubahan
attitudae-attitude khususnya, dan terhadap perkembangan sosial pribadi manusia. Hal itu
sebenarnya ingin diungkapkan bahwa gerak dan tujuan media komunikasi sangat dinamis bagi
perimbangan kemajuan teknologi masa kini, yang semakin membawa pengaruh bagi perilaku dan
pribadi seseorang, karena menurut Rakhmat (1986:14) melakukan komunikasi itu untuk
mempengaruhi orang lain. Oleh karenanya situasi komunikasi terjadi jika ada perbedaan
interpretasi sebab manusia tidak akan mampu memahami orang lain.
6
Bentuk informasi yang diolah melalui citra digital sangat luas jangkauannya untuk segala
tujuan, termasuk tujuan dalam pendidikan masa kini, sehingga bentuk hasil informasi tersebut
dapat memberi makna, bermanfaat, dan menambah pengetahuan. Dalam pendidikan, media citra
digital sangat membantu dan memperlancar kegiatan belajar dan mengajar, sedangkan bagi anak
didik dalam penggunaan media tersebut untuk berkreasi dan dimanfaatkan guna menunjang
proses belajarnya, sekaligus bereksplorasi. Apalagi bagi remaja seusia anak SMP, mereka
biasanya suka bebas berekspresi yang bisa diterima oleh guru dan teman-temannya, masa-masa
yang selalu ingin untuk mencoba, untuk diakui keberadaannya oleh lingkungannya (de Francesco
1958:303). Kadang mereka ingin berkreasi senaturalistis mungkin seperti yang dikerjakan orang
dewasa, namun mereka sering bingung terhadap tindakan atau keputusannya sendiri. Sehubungan
dengan hal tersebut, fungsi media komunikasi itu adalah mendidik, yakni memberikan pengaruh
pendidikan yang baik bagi anak didik, termasuk bagi masyarakat luas.
Ilmu pengetahuan dan teknologi memberi tawaran sebagai pendukung dalam sistem
pendidikan bagi kemajuan anak didik, dan seperti yang dikatakan oleh Mardiatmadja (1986:21)
bahwa proses pendidikan mendorong seseorang secara nyata dalam menjunjung tingi nilai-nilai
dasar manusia, serta mengandung arti bahwa manusia harus memegang norma-norma kehidupan,
dengan demikian melalui media komunikasi visual seperti tabloid dapat pula berpengaruh terhadap
pengetahuan karena adanya perubahan sistem nilai.
Sebenarnya ilustrasi dalam tabloid yang memuat gambar atau foto sebagai media
informasi berfungsi mendidik masyarakat agar dapat berpikir kritis (Hamalik 1986:24). Langsung
atau tidak langsung media komunikasi berfungsi sebagai pendidik masyarakat dan remaja seusia
anak SMP khususnya, sehingga bukan hanya sebagai alat bantu belajar anak saja, melainkan
memberi pengalaman pendidikan yang bermanfaat dan bermakna bagi mereka juga. Karakter lain
dari remaja seusia ini, ialah berpikir idealis dan cenderung kritis, baik pada diri sendiri maupun
terhadap orang lain (de Francesco 1958:303). Ditambahkan oleh Snow (dalam Buchori 1986:263)
yang menjelaskan bahwa sistem pendidikan yang ideal ialah sistem pendidikan yang mampu
mendorong kemampuan optimal di bidang ilmu dan teknologi, dengan menggunakan media
komunikasi visual. Hal ini berarti bahwa dengan menggunakan media yang tersedia dan diterapkan
di lembaga-lembaga pendidikan akan menumbuhkembangkan pengetahuan dan penerapan
teknologi dalam proses belajar anak.
Pemanfaatan ilmu dan teknologi diharapkan memberi kemajuan bagi kehidupan manusia
(peserta didik), di samping memberi informasi yang otentik serta memberikan konsep tentang
komunikasi visual dalam pendidikan. Pengaruh media komunikasi secara positif yang dapat
dirasakan oleh remaja seusia anak SMP adalah dapat memperluas pengenalan dan pemahaman
7
terhadap segala sesuatu di bidang ilmu dan pengetahuan. Pengaruh negatifnya sudah barang
tentu yaitu peluang untuk memanfaatkan media tersebut untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan
tujuan pendidikan atau pengembangan kemampuan intelektualnya. Pengaruh positif dan negatif
pada pemahaman dan pengetahuan remaja dalam media komunikasi, tergantung peran media
komunikasi itu sendiri. Pada faktor ini dapat dikatakan merupakan letak permasalahan pada
umumnya yang sering terdengar dan diperbincangkan oleh masyarakat, bahwa media komunikasi
pada beberapa tabloid ‘agak menyimpang’, dalam arti tampilan gambar-gambar atau foto-foto
tertentu yang terpampang pada tabloid itu terlihat kurang sopan atau tidak etis, dan dapat juga
tidak memperhatikan unsur estetika pada gambar tersebut.
Terkait dengan permasalahan di muka, secara umum tidak bisa dipertanggungjawabkan
oleh siapa pun, karena media komunikasi tersebut tersebar luas di luar rumah dan sekolah,
sehingga tidak dapat dipantau oleh pihak mana pun untuk membatasi keingintahuan remaja
terhadap sebuah tabloid. Orang tua dan guru pun tidak dapat memantau keberadaan dan aktivitas
anak-anak remajanya di luar rumah atau sekolah. Meski pun remaja tersebut tidak melihat atau
membaca sendiri, tetapi karena informasi berkembang dari orang lain yang memiliki informasi, hal
itu dapat saja terjadi, yaitu melalui komunikasi antar pribadi kepada individu yang kurang memiliki
hubungan dengan media, artinya mereka sangat tergantung kepada informasi dari orang lain
(Depari dan Andrew 1982:17). Dengan demikian informasi berkembang melalui media komunikasi
dari individu ke individu.
Kemajuan teknologi dalam memuat informasi dan gambar atau foto di tabloid seharusnya
dapat menunjang usaha pembaharuan, karena peranan dan fungsi teknologi itu sangat membantu
para remaja dan anak usia sekolah memperoleh informasi yang benar dan tepat. Bertolak dari hal
itu, banyak sekolah-sekolah yang sudah maju dalam proses belajar dan mengajar menggunakan
media pembelajaran dengan komputer, khususnya dalam citra digital sebagai bentuk pelaksanaan
pendidikan yang mengikuti perkembangan jaman dan teknologi.
Dalam pendidikan masa kini sudah banyak media komunikasi dimanfaatkan untuk
penyampaian pengajaran dan pembelajaran sebagai terapan dari penggunaan dan hasil teknologi.
Sangat disayangkan di luar ruang pendidikan terdapat penerapan teknologi dalam mass-media
yang tidak sesuai dengan apa yang diketahui atau diterima di dalam ruang pendidikan. Semestinya
melalui media komunikasi apa pun, anak memperoleh pengalaman yang benar dan luas, memiliki
motivasi baru, dan meningkatkan kemampuan belajarnya sekalipun di luar ‘ruang formal’nya.
Pendidikan yang tepat melalui media komunikasi tentu memberikan pengaruh psikologis
bagi anak. Faktor ini merupakan kunci dari keterpengaruhan yang positif atau pun negatif dari
suatu media, yang dilatarbelakangi oleh tujuannya. Dalam dunia pendidikan sudah jelas pengaruh
8
positifnya bagi perkembangan psikologis anak, yaitu memberi pengalaman yang bermanfaat bagi
diri dan kehidupannya kelak sebab karena melalui media komunikasi anak dapat mencari dan
mendapatkan berbagai inovasi dalam ilmu dan pengetahuan. Seluruh aspek dalam pendidikan kini
menunjukkan adanya pembaharuan dan peningkatan, sehingga diharapkan dalam pendidikan
anak mempunyai kompetensi, terampil, mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakatnya
serta mengatasi masalah dalam kehidupannya.
Penggunaan media komunikasi visual dalam pendidikan yang memberi pengetahuan dan
kemanfaatan bagi perkembangan potensi anak semestinya diimbangi dengan penggunaan
komunikasi visual dari para penerbit tabloid, sebab jika terdapat pelanggaran norma-norma etika
dan estetika pada penerbitan tabloid itu seolah-olah tidak ada sanksi hukumnya. Walaupun ada
undang-undang dari pemerintah pada lembaga penerangan yang mengatur tentang hak dan
pertanggungjawaban terhadap penerbitan atau penyiaran, namun kenyataan di lapangan masih
ada tabloid-tabloid yang mengabaikan peraturan yang ada. Mungkin hal ini dilakukan oleh oknumoknum tertentu yang kurang bertanggungjawab karena pada masa kini adalah masa demokrasi,
masa orang beranggapan boleh bebas melakukan sesuatu tanpa tanggung jawab. Berkaitan
dengan hal ini Suryohadiprojo (1987:168) mengakatakan bahwa pers tidak dibatasi penyajian
opininya, bebas, asalkan bertanggung-jawab walaupun tidak mudah memperoleh pers dengan
kualitas itu. Akibatnya sajian isi tabloid sebagai sarana media komunikasi yang tersebar di
masyarakat, disampaikan dengan bebas tetapi kurang dapat dipertanggungjawabkan, padahal
tampilan gambar atau foto yang sepatutnya tidak perlu disajikan kepada masyarakat luas, apalagi
pada remaja seusia anak SMP yang rentan terhadap ‘pengaruh luar’, dengan bebas dapat dilihat
dan diperhatikan. Hal itu dapat menimbulkan dampak yang lebih dalam dan jauh lagi bagi para
remaja, yaitu pengaruhnya pada moral dan (bahkan) spiritualnya. Sehubungan dengan hal ini ada
baiknya pengajaran citra digital diberikan kepada anak didik agar mereka mengetahui dan
mempelajari bentuk serta permasalahan tentang rekayasa gambar atau foto, supaya mereka tidak
mudah terpengaruh oleh media apa pun yang ada dalam tabloid.
Pengetahuan secara benar terhadap manfaat dan sistem penggunaan komputer akan
memberikan pengalaman pada anak dapat bereksperimen dan bereksplorasi sehingga mereka pun
mengetahui dan memahami segala sesuatu tentang bentuk dan rekayasa yang dapat diproses
dengan atau melalui citra digital dalam komputer tersebut. Dengan begitu anak remaja diharapkan
tidak mudah terpengaruh atau terkecoh oleh gambar pada tabloid. Jika ada hal-hal (informasi,
gambar atau foto) yang tidak sesuai dengan norma etika, mereka akan memahami bahwa semua
hanyalah rekayasa belaka. Remaja seusia anak SMP adalah anak yang suka mencari tahu akan
segala sesuatu yang ingin mereka tahu.
9
Penutup
Ilmu sosial berbeda dengan ilmu-ilmu pengetahuan lain yang berhubungan dengan
gejala-gejala kemasyarakatan, yang membatasi pada apa yang saat ini terjadi dan terhadap
persoalan penilaian, pada masalah-masalah dalam masyarakat tersebut. Dapat dipahami bahwa
perbedaan latar belakang sangat berpengaruh terhadap perbedaan akan penilaian dari perbedaan
tadi, sehingga muncul persepsi dan interpretasi yang berbeda pula. Berkaitan dengan hal tersebut
media komunikasi visual seperti tabloid dapat dikatakan sebagai komunikasi massa yang sulit,
karena menghadapi selera berbagai tingkatan sosial dan pendidikan masyarakat, termasuk di
dalamnya adalah remaja usia anak SMP. Sepanjang pengaruh itu positif terhadap masyarakat
bukanlah menjadi persoalan karena berdampak baik bagi perubahan perilaku, apalagi yang
berhubungan dengan pendidikan, maka media mempunyai kemampuan memikul sebagian besar
tugas pendidikan, sebab informasi dan pengetahuan harus relevan dengan situasi riil kehidupan
masyarakat.
Macam dan ragam media masa kini hampir tidak ada yang menghasilkan sesuatu yang
tidak mungkin, karena kemajuan teknologi sudah sedemikian, dan apabila orang tidak mengikuti
perkembangan teknologi pasti akan tertinggal jauh bahkan tidak akan tahu apa-apa. Dengan
menggunakan multimedia orang bebas memilih jenis media yang diinginkan untuk digunakan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuannya adalah memberi informasi yang
jangkauannya luas dan sangat heterogen, maka pilihan medianya pun dicari yang efisien dan
efektif, serta terlebih dapat direkayasa.
Media komvis seperti tabloid yang menampilkan gambar atau foto merupakan bentuk dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat menyebabkan masyarakat (termasuk para
remaja) dalam kehidupan praktis dapat dikomersialisasikan, namun yang lebih memprihatinkan
adalah apabila media tersebut mempengaruhi anak remaja dalam pendidikan moral dan
mentalnya. Tampilan suatu gambar atau foto di tabloid semestinya mengandung nilai etis dan
estetis yang mampu membawa para remaja untuk berapresiasi, namun menjadi berdampak negatif
apabila tampilan tersebut melanggar norma terutama jika dilihat atau diketahui anak remaja, dan
bahkan jangan sampai menimbulkan krisis moral bagi mereka. Seseorang yang sudah kehilangan
moralnya, bagaikan mengorbankan kepribadian sendiri, sehingga kesejahteraan lahir dan batin
tidak akan terwujud, padahal pemahaman yang lebih dalam yaitu bahwa kepribadian adalah inti
kehidupan bangsa.
Bagaimana aspek negatif dari suatu perkembangan ilmu dan teknologi yang dalam hal ini
tabloid, tidak dapat dipandang ‘sebelah mata’, karena anak remaja memerlukan lebih banyak diberi
10
pembelajaran yang dapat menambah pengetahuan dengan bentuk-bentuk yang menyenangkan
dan menarik, artinya yang sesuai dengan karakter mereka yaitu mencari kebebasan untuk
mengaktualisasikan di hadapan orang lain. Melalui pengetahuan tentang citra digital yang dimiliki
para remaja, mereka dapat berkreasi untuk menunjukkan identitas mereka, sehingga media bagi
mereka dapat dijadikan saluran pengetahuan dan kreativitasnya. Dengan demikian ‘komvis’ seperti
tabloid apa pun bentuknya tidak akan mempengaruhi pengetahuan mereka.
Daftar Pustaka
Buchori, M. 1994. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
de Francesco, Italo. L. 1958. Art Education. New York: Harper and Brothers, Publishing.
Depari, E. dan Andrew, M. (Ed.) 1982. Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan.
Yogyakarta: Gama University Press.
Depdikbud. 1984. Keterampilan Berkomunikasi Antar Pribadi. Program Akta Mengajar V-B.
Jakarta: Depdikbud. Dirjen. Perguruan Tinggi.
Effendy, O.U, 1985, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Karya CV.
Gerungan, W.A. 1986. Psikhologi Sosial. Bandung: PT Eresco.
Hamalik, O. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni.
Jacob, T. 1993. Manusia, Ilmu dan Teknologi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Leenhouwers, P. 1988. Manusia dalam Lingkungannya. Terjemahan KJ. Veerger. Jakarta: PT
Gramedia.
Mardiatmadja, B.S. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rakhmat, J. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Alumni.
Sudiana, D. 1986. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remadja Karya CV.
Suryohadiprodjo, S 1987. Menghadapi Tantangan Masa Depan. Jakarta: PT Gramedia.
Susanto, P.A. 1982. Komunikasi Massa 1. Bandung: Penerbit Bina Cipta.
Susanto, P.A.. 1982. Komunikasi Massa 2. Bandung: Penerbit Bina Cipta.
Sutrisna, M. dan Verhaak, C. 1993. Estetika: Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tabrani, P. 1997. Visi dan Misi Audio Visual dalam Era Informasi. Tulisan untuk menyambut 50
tahun Seni Rupa ITB. Bandung: Fakultas Seni Rupa dan Disain ITB.
11
Download