SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | DISKURSUS Ekspresi Tropis dalam Modernitas A.F. Aalbers. Studi Kasus: De Driekleur Andrew Cokro Putra(1), Bambang Setia Budi(2) andrew [email protected] (1) M ahasisw a S arjana A rsitektur, P rogram S tudi A rsitektur, S ekolah A rsitektur P erencanaan, dan P engembangan Kebijak an (S A P P K), Institut Teknologi Bandung (ITB). (2) A sisten P rofesor, Kelompok Keahlian S ejarah Teori dan kritik A rsitektur, P rogram S tudi Teknik A rsitektur, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Arsitektur terus berkembang. Istilah modern telah menjadi acu an dalam setiap perubahan yang terjadi. Istilah ini muncul mewakili dunia secara internasional. Sebagai ilmu yang kontekstual, arsitektur sangat lekat akan sekitarnya. Setelah menjadi Hindia Belanda, Indonesia dahulu, para arsitek Belanda mulai datang dan menjadikan Bandung sebuah kota eksperimental. Dari sini, arsitektur dengan pemahaman barat yang baru dan tanggap iklim tropis mulai bermunculan. Albert F. Aalbers merupakan salah satunya, arsitek yang sangat modern. Dari karya-karyanya sangat terlihat pengaruh ‘International Style’ dan langgam ‘ Nieuwe Bouwen ’ yang dibawanya ke Indonesia. Memulai karirnya pada tahun 1930 di Bandung. Sejak saat it u, satu per satu bangunan ternama di Bandung dihasilkannya. Sebut saja, Hotel Savoy Homann, Gedung Bank DENIS, dan lain sebagainya. Pada tahun 1938, ia meninggalkan karya terakhirnya yaitu Gedung De Driekleur atau Villa Tiga Warna. Pada gedung inilah pemahamannya selama bertahun-tahun di iklim tropis Bandung terakhir kali diterapkan. Karya tulis ini menjelaskan bagaimana pemahaman Aalbers dengan ke -‘modern’-annya dalam menanggapi iklim tropis. Dengan semangat itu ia tak lupa akan iklim tropis, bahkan ia menanggapinya dengan teknologi masa itu dan kreatifitasnya. Kata-kunci : Albert F. Aalbers, Bandung, De Driekleur, modern, tropis. Pendahuluan Berada di dataran tinggi, Bandung menjadi surga bagi warga Eropa di Nusantara. Pada tahun 1923, Hendrik Petrus Berlage bahkan mengatakan Bandung sebagai “prototipe” dari “ Indische Koloniaal Staad” atau kota kolonial d i Hindia (Kunto, 1984:66). Tiada lain tiada bukan, pujian in i adalah berkat pemerintahan kolonial dan para perancang dari Belanda. Para arsitek dari Belanda saat it u memanfaatkan Bandung sebagai arena berinovasi. Karena saat itu kemajuan Bandung juga diiringi kedatangan warga-warga elit Belanda, selain membangun gedung-gedung pemerintahan dan militer, hotel-hotel, beragam rumah dan vila-vila mewah juga didirikan dengan rancangan yang modern. Albert Frederik Aalbers merupakan salah satu dari sekian perancang Belanda yang dikenal saat itu. Ia memulai karirnya di Bandung pada tahun 1930 dengan temannya Rijk Arijan De Waal (Boersma, 2000). Karyanya mengingatkan akan ‘International Style’ yang sangat populer saat itu. Meskipun mencirikan ‘International Style’ yang modern, karya Aalbers tak lepas dari pengaruh lokasinya, di iklim tropis. Benar bahwa respon terhadap iklim merupakan hal wajar dalam perancangan arsitektur modern yang rasionalis, namun respon ini sangatlah beragam tergantung pada perancang. Pendidikan arsitektur modern sampai saat ini masih terus berlanjut. Pendekatan rasionalis akan perancangan merupakan bagian dari pendidikan kita saat ini. Dari sekian karyanya yang modern, berbeda dengan arsitek Belanda lain saat itu, adalah De Driekleur. Villa in i dibangun pada tahun 1938 di Bandung. Dalam ke-‘modern’-an De Driekleur, ia tetap dengan baik mengekspresikan ke Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 125 Ekspresi Tropis dalam Modernitas De Driekleur Kary a A.F. Aalbers ’tropis’-an karyanya. Untuk itulah menarik untuk melihat bagaimana merancang arsitektur yang tak hanya kontekstual akan iklim lingkungannya namun juga jamannya melalu i arsitektur De Driekleur, salah satu karya mendekati akhir dari perjalanan tropis Aalbers. Arsitektur di Iklim Tropis Dalam setiap masa kehidupannya, manusia selalu mencari naungan. Arsitektur pun berkembang. Arsitektur merupakan pemenuhan manusia akan naungan. Naungan tersebut merupakan respon manusia akan alamnya. Iklim suatu tempat akan sangat mempengaruhi arsitekturnya. Bukan hanya itu saja, arsitektur juga menjadi wujud dari kegiatan yang biasa atau diinginkan penghuninya. Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis basah. Area tropis memiliki curah hujan yang tinggi. Untuk iklim tropis basah, kelembaban yang tinggi, perbedaan cuaca yang minimum dan cahaya matahari terjadi sepanjang tahun. Dalam dunia arsitektur Indonesia, sudah sejak dulu tropikalitas menjadi hal utama. Dalam arsitektur tradisional Nusantara kita dapat melihat beragam konsep yang dit anamkan untuk menerima iklim tropis ini. Bukan hanya sekedar bentuk atap, penggunaan material atau lainnya namun arsitektur Nusantara juga membentuk gaya hidup penggunanya, masyarakat tropis yang khas. Secara umum, C.P. Kukreja (1978) dalam bukunya Tropical Architecture merangkum fitur-fitur desain tropis dalam 6 poin berikut; (1)Lokasi dan Orientasi, (2)Rencana Ruang (Denah), (3)Atap , (4)Dinding, (5)Bukaan, dan (6)Ruang Dalam. Lokasi dan Orientasi Bangunan Pada daerah tropis basah, dataran tinggi dengan aliran udara yang cukup deras merupakan lokasi yang baik. Keberadaan vegetasi yang padat juga menjadi kebutuhan. Perhatian lebih harus ditaruh pada drainase air, menghindari terjadinya genangan air. Rencana Ruang (Denah) Dalam perencanaan ruang, diharapkan tersedia kemungkinan aktifitas luar ruangan sepanjang tahun. Ventilasi yang memberi kesempatan udara mengalir melewati ruang -ruang sangat diperlukan untuk mengatasi kelembaban tinggi. Susunan ruang sebaiknya tidak terlalu rapat, lebih baik terlihat ramping. Radiasi matahari yang tinggi pada sisi timur-barat patut dihindari. Penggunaan paving harus dihindari untuk mencegah serangga, solusi lain adalah dengan peneduhan ruang yang baik. Daerah yang panas dan lembab harus memiliki ventilasi dan terpisa dari struktur bangunan. Dibutuhakan kontrol uap lembab, serangga, dan uap air pada ruang penyimpanan. Atap Dampak termal iklim tropis sangat kuat pada bagian atap. Atap berlapis dengan ventilasi sangat di sarankan. Kedap air, insulasi, dan tidak menyerap sinar matahari sangat diperlukan. Untuk melindungi dari hujan dibutuhkan tritisan yang cukup lebar. Dinding Pada musim panas, hindari kont ak langsung dinding dan sinar matahari dengan menggunakan tritisan. Fungsi utama dinding adalah privas i, proteksi akan serangga, dll. bukan proteksi termal. Untuk menghindari kerusakan dibutuhkan aliran udara yang baik terutama saat diguyur hujan. A 126 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Andrew Cokro Putra Material yang digunakan pada atap dan dinding haruslah tak meresap uap lembab dan tak mudah berjamur. Bukaan Ventilasi d ibutuhkan 85 persen setahun. Dinding yang dapat dibuka sangatlah praktis. Fitur-fitur seperti screening, louveres, jalusi, dan jeruji sangatlah berguna untuk melewatkan aliran udara dan melindungi dari sianr matahari. Kaca-kaca harus terlindung dari radiasi dan kesilauan. Ruang Dalam Bagian dalam bangunan harus terbayangi dan memiliki ventilalsi yang baik. Ruang yang fleksibel dengan penggunaan partisi rendah maupun yang dapat dipindah sangat menguntungkan. Pemilihan material untuk lantai juga harus kedap terhadap uap lembab. W arna-warna pastel yang penolak cahaya sangat baik untuk menghindari kesilauan baik ke dalam maupun luar. Kondisi-kondisi ini jauh berbeda dengan di Belanda. Namun, demi membangun sebuah kota di tanah Bandung, para arsitek Belanda tetap merancang. Berkat kondisi-kondisi ini, para arsitek belanda di Indonesia dulu dituntut membangun sesuai iklim, kontekstual, namun modern. Albert F. Aalbers dan De Driekleur (Villa Tiga Warna) Aalbers menempatkan dirinya pada posisi yang berbeda dari arsitek ternama belanda lain di Bandung. Dari dua karya terkenal Aalbers seperti Hotel Savoy Homann dan DENIS Bank (sekarang bank BJB) dapat dilihat kuatnya pengaruh International Style dalam karyanya. Gaya Aalbers ini kemudian disebut “Nieuwe Bouwen ” atau Konstruksi Baru. Inilah yang membuat karya-karya Aalbers sangatlah spesial dan patut dipelajari. Gambar 1, 2, dan 3 Hotel Savoy Homann, DENIS Bank (Sekarang Bank BJB) dan De Driekleur (Sekarang Bank BTPN). Sumber: www.bonas.nl Salah satu karyanya yang menarik di Bandung adalah Villa Tiga Warna atau De Driekleur. De Driekleur terletak di Jl. Sultan Agung no.1, Bandung. Villa ini dibangun pada tah un 1938 sebagai rumah bagi Na Kiem Kiokii dan kemudian beralih fungsi menjadi kantor berita Domei di masa penjajahan Jepang. Domei merupakan bagian penting sejarah Indonesia karena dari kantor berita inilah berita kemerdekaan bangsa Indonesia disebarkan. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 127 Ekspresi Tropis dalam Modernitas De Driekleur Kary a A.F. Aalbers Gambar 4 De Driekleur sekarang Bank BTPN setelah melalui restorasi yang selesai pada tahun 2013 oleh arsitek Budi Lim. Hasil Analisis. 2016 Selain signifikansi bangunan ini dalam sejarah Indonesia, fitur-fitur tropis De Driekleur sangatlah menarik untuk di pelajari. Pada saat perancangannya, Aalbers telah hidup selama 10 tahun dalam iklim tropis dan telah berkesperimen pada karya-karyanya sebelum De Driekleur. Oleh karena itu, ada baiknya untuk melihat lebih baik apa saja konsep—konsep yang diterapkan oleh Aalbers menanggapi isu iklim tropis pada villa tiga warna in i. Karya tulis in i akan mencoba menelaah bagaimana tropikalitas Aalbers dalam bangunan modern De Driekleur. Fitur-fitur desain arsitektur di iklim tropis menurut C.P. Kukreja akan menjadi dasar penelaahan. Analisa Unsur Tropis De Driekleur Pada tahap ini, dilakukan penjelasan dan penilaian fitur-fitur arsitektur De Driekleur yang menanggapi iklim tropis di Bandung. Penjelasan didasari dari studi empiris. Penilaian yang ada bersifat kualitatif. Aspek penilaian didasari oleh fitur-fitur desain Arsitektur Tropis menurut C.P. Kukreja (1984). Lokasi dan Orientasi De Driekleur terletak di daerah Bandung Utara. Letaknya di dataran tinggi yang memberinya udara yang sejuk. Sebagai daerah hunian Jl. Sultan Agung dan Jl. Ir. H. Djuanda yang berada di kedua sisi bangunan memiliki vegetasi yang lebih banyak dibandingkan daerah perkotaan. Letaknya yang diapit oleh dua jalan memberikan drainase yang mengitari bangunan di dua sisi. Gambar 5 Lokasi De Driekleur. Sumber: Hasil Analisis, 2016 A 128 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Andrew Cokro Putra Rencana Ruang (Denah) Aalbers menyediakan taman ditengah bangunan, sebuah ruang hijau yang memungkinkan aktiftas luar ruangan bagi penghuninya (Gambar 6). Selain itu, penggunaan atap datar juga telah menyediakan ruang-ruang luar baru bagi penghuni De Driekleur. Gambar 6 Diagram sirkulasi udara pada bangunan De Driekleur. Sumber:Hasil Analisis, 2016 Gambar 7 Denah lantai dasar De Driekleur. Sumber: Bandung Heritage, 2016. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 129 Ekspresi Tropis dalam Modernitas De Driekleur Kary a A.F. Aalbers Untuk menghindari serangga, Aalbers tidak menggunakan paving pada bagian luar. Penggunaan material aspal menjadi pilihannya dalam menata ruang luar. Ruang -ruang berubin berada dalam ruangan dan ternaungi dengan baik. Gambar 8 (Kiri) dan 9 (Kanan) Tampak samping bangunan dan sketsa potongan dinding tipikal. Sumber: Hasil analisis, 2016 Atap Atap-atap pada beberapa bangunan Aalbers merupakan atap datar yang mencirikan arsitektur modern (Gambar 8). Pada bangunan ini, Aalbers menggunakan atap-atap datar dengan kantilever hingga 1 meter untuk menahan air hujan kedalam ruangan. Penggunaan teknologi kedap air dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Aalbers untuk mewujudkan atap datar yang tanggap akan curah hujan tinggi. Gambar 10 Atap datar sebagai ruang terbuka. Sumber: Hasil analisis, 2016. Dinding Atap dan balkon-balkon yang mengitari bangunan secara menerus menghindari kontak langsung dinding dengan sinar matahari (Gambar 9). Lantai pertama bangunan tidak terdapat partisi kearah taman. Dinding-dinding hanya terletak pada ruang-ruang pribadi. Setiap dinding diberi rongga ventilasi juga dinding yang menerus membiarkan udara dapat mengalir dengan baik. Dinding bangunan dilap isi dengan cat berbahan dasar kapur sehingga dinding masih dapat bernapas dan tak mudah berjamuri. Bukaan Setiap sisi bangunan memiliki ventilasi. Terdapat lubang -lubang angin di bagian atas dinding-dinding yang tak berjendela untuk membiarkan udara masuk. Taman yang besar dan tanpa pemisah ke dalam ruangan menyediakan suplai udara yang sangat besar pada seluruh sisi ruangan. Terdapat banyak pintu-pintu kaca dan jendela pada bangunan De Driekleur. Bahkan, Aalbers dengan kreatif menggunakan partisi kaca vertical untuk tetap memberi bukaan pada si si lengkung bangunan. Lebih lagi, setiap jendela dilindungi oleh balkon-balkon ataupun atap. A 130 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Andrew Cokro Putra Gambar 11 dan 12 Dinding, pintu kaca, lubanglubang angin, kantilever bangunan. Sumber: Hasil analisis 2 016. Ruang Dalam Setiap ruang-ruang di villa tiga warna terbayangi. Pada lantai dasar, ruang-ruang yang public tak memiliki partisi-partisi yang menghalangi, sehingga terlihat kontinu. Fleksibilitas terlihat dari penggunaan pintu-pintu kaca yang dapat dibuka pada bagian belakang bangunan. Penggunaan Cement Tile bukan kayu membuatnya anti terhadap kelembaban. Aalbers menggunakan warna putih pada semua sis i bangunan. Warna putih kapur menyerap segala spektrum warna sehingga tidak menyilaukan. Kesimpulan De Driekleur merupakan hasil karya terakhir Aalbers di Bandung. Bangunan ini menunjukkan sejauh mana pengetahuan Aalbers dalam menanggapi iklim tropis di Bandung. Dari bangunan ini, dapat dilihat bagaimana usaha Aalbers dalam merancang bangunan yang tanggap iklim namun tetap mengikuti konteks jamannya. Teknologi bangunan dipergunakan secara maksimal guna menjaw ab kebutuhan arsitektur di iklim tropis. Dari karya-karya Aalbers tergambarkan bagaiman ia berusaha memberi modernit as pada arsitektur Indonesia, menunjukkan citra yang benar-benar baru namun berguna sama. Usahanya sangat relevan dengan masa kini. Bagaimana kita dapat merancang secara kontekstual baik lokasi, guna, dan jamannya. Daftar Pustaka Adenan, K. et.al. Karakter Visual Arsitektur Karya A.F. Aalbers di Bandung (1930-1946)-Studi Kasus: Kompleks Villa’s dan Woonhuizen. Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia. Akihary, H. (1990). Architectuur en Stedebouw in Indonesie 1870-1970. Zupthen: De Walburg Pres Boersma, Tjeerd D.C,-H. (2000). Ondogmatisch Modernist in een Koloniale Samenleving . Rotterdam: BONAS Kukreja, C.P. (1978). Tropical Architecture . New York: McGraw-Hill Kunto, H. (1984). Wajah Bandoeng Tempo Doeloe . Bandung: PT. Granesia Kusbiantoro, K. (2008). Apakah Tropikalitas dalam Arsitektur Kolonial Kota Bandung Estetis? (Studi kasus: Gereja St. Petrus Katedral Bandung). Seminar Nasional: Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis. Suryomo, A. Adaptasi Arsitektural Gedung De Drie Kleur untuk Bank BTPN Bandung . Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. http://www.bonas.nl (Diakses, Februari 2017) Catatan Kaki i Didasari oleh presentasi yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan arsitek restorasi Budi Lim. Restorasi selesai pada tahun 2013. Tahun 2014, proyek ini memperoleh Honorable Mention dari UNESCO. ii Stichting BONAS : De Stichting Bibliografieën en Oeuvrelijsten Nederlandse Architecten en Stedebouwkundigen : Institusi yang mencatat nama-nama Arsitek dan Perencana Kota Belanda dan karya-karyanya di seluruh dunia. Institusi ini didirikan tahun 1994 dan sudah mengarsipkan literatur mengenai biografi para desainer Belanda Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 131 Ekspresi Tropis dalam Modernitas De Driekleur Kary a A.F. Aalbers dan karyanya yang muncul tahun 1790. Beberapa arsipnya diterbitkan menjadi buku, dan sebagian ar sip yang berupa data digital dapat diakses bebas. (www.bonas.nl) A 132 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017