redesain kawasan taman budaya sulawesi tenggara

advertisement
REDESAIN KAWASAN TAMAN BUDAYA SULAWESI
TENGGARA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO
VERNAKULAR DI KENDARI
LAPORAN PERANCANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Rangka
Menyelesaikan Studi Pada Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kendari
Oleh:
AYU REGINA
E1 B1 11 067
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016
ABSTRAK
Taman Budaya dapat diartikan sebagai wadah untuk seniman daerah dan
masyarakat untuk berekspresi dan berkreasi sesuai dengan nilai-nilai seni dan
budaya lokal yang ada. Taman Budaya Sulawesi Tenggara yang ada di Kota
Kendari belum mewadahi seniman daerah dan masyarakat untuk berkespresi dan
berkreasi sesuai dengan nilai-nilai seni dan budaya lokal yang ada di Sulawesi
Tenggara. Keseluruhan fasilitas/ bangunan yang ada pada Taman Budaya
Sulawesi Tenggara tersebut sudah dalam kondisi rusak dan tidak layak untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya. Data dari Taman Budaya yang sebelumnya
telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu
penelitian
berupaya
menggambarkan,
mencatat,
menganalisa
dan
menginterpretasikan aspek redesain Kawasan Taman Budaya. Pada redesain
kawasan Taman Budaya ini mengadopsi bentuk rumah adat Tolaki sebagai bentuk
gedung-gedung yang ada dengan penggunaan material modern dan mengalami
perubahan sesuai dengan aktivitas yang diwadahi untuk memperkuat konsep
bangunan yang direncanakan yakni arsitektur Neo-Vernakular untuk melestarikan
arsitektur tradisional Sulawesi Tenggara. Fungsi yang diwadahi pada kawasan
taman budaya bukan hanya sebagai wadah berekspresi dan berkreasi, namun juga
sebagai tempat promosi dan pemasaran wisata budaya. Oleh sebab itu untuk
memenuhi fungsi maka taman budaya ini memiliki fasilitas gedung pertunjukan,
gedung pengelola, gedung pameran, wisma, perpustakaan, musholah, sanggarsanggar, amphitheatre, cafetaria, dan tempat penjualan souvenir.
Kata Kunci : Redesain, Taman Budaya, Neo-Vernakular
ABSTRACT
Culture Parks can be defined as a place for local artists and communities to
express themselves and be creative in accordance with the values of art and local
culture. Southeast Sulawesi Cultural Park in the city of Kendari not accommodate
local artists and creative people to berkespresi and in accordance with the values
of art and local culture in the Southeast. Overall the facilities / buildings in
Southeast Sulawesi Cultural Park has been damaged and unfit to be used
accordingly. Data from the Cultural Park which had previously been analyzed by
using descriptive analysis, the study seeks to describe, record, analyze and
interpret aspects of the redesign Region Cultural Park. In redesigning the
Cultural Park neighborhood adopts the traditional house Tolaki form of existing
buildings with the use of modern materials and changes in accordance with the
activities contained to reinforce the concept of the building is planned NeoVernacular architecture to preserve the traditional architecture of Southeast
Sulawesi. Functions provide in a culture park area not only as a place for
expression an creativity, but also as a point of promotion and marketing of
cultural tourism. Therefore, to fulfill the function of this cultural park has
facilities theater, oficial building, exhibition hall, a guesthouse, a library, a small
mosque, studios, an amphitheater, cafeteria, and souvenirs retail.
Keywords: Redesign, Cultural Park, Neo-Vernacular
Shalom,
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNya penulisan
tugas akhir ini dapat terselesaikan tepat waktu. Tugas akhir ini di susun dengan
maksud untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarja Teknik
pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari, dengan
judul:
“REDESAIN KAWASAN TAMAN BUDAYA SULAWESI
TENGGARA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEOVERNAKULAR DI KOTA KENDARI”
Banyak kendala dan masalah yang di hadapi penulis dalam penulisan
Tugas Akhir ini, namun berkat berbagai pihak Tugas Akhir ini dapat selesai
dengan segala kekurangan penulis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah memberikan kontribusi baik moril maupun materil kepada:
1.
Bapak Prof. Ir .H. Usman Rianse M.Sc., selaku Rektor Universitas Halu
Oleo.
2.
Bapak Mustarum Musaruddin,ST.,MIT.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo Kendari.
3.
Ibu Santi,St.,MT., selaku ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Haluoleo Kendari.
4.
Ibu Kurniati Ornam,ST.,MT., selaku dosen pembimbing Tugas Akhir, terima
kasih atas segala bantuan, waktu dan bimbingannya yang telah di berikan.
5.
Ibu Santi,ST.,MT, Ibu Dwi Rinnarsurin,ST.,M.Sc, Ibu Siti Belinda
Amri,ST.,MT selaku dosen penguji, terima kasih atas masukan yang telah di
berikan.
6.
Terima kasih yang tiada terkira kepada kedua orang tua tercinta atas seluruh
cinta kasih sayang, do’a serta rasa kebanggaan kepada anaknya, semoga
selalu dalam damai sejahtera, saudaraku yang tercinta dan tersayang terima
kasih atas do’a, semangat dan dukungannya.
i
7.
Terima kasih kepada pihak UPTD Taman Budaya atas segala data informasi
yang telah di berikan.
8.
Terimakasih untuk Dian Irma, Feiby Nurfitriyanti, Adriana, Munawir Muin,
Syafrian, Rafly, Arisman, Iwan Kune, Roman, Sarfin, dan teman-teman
studio tugas akhir tahun 2015-2016 atas kebersamaan dan bantuannya.
Semoga laporan skripsi Tugas Akhir ini dapat berguna dan membawa
pengetahuan, serta dapat memberikan informasi yang memadai pada kalangan
ilmu pengetahuan bidang Teknik Arsitektur, serta para pembaca lainnya.
Mohon maaf yang sebesar - besarnya, apabila ada kekurangan dalam
penyusunan laporan skripsi Tugas Akhir ini. Semoga penulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Shalom,
Kendari,
April 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PEGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
vii
BAB I. RINGKASAN PROYEK
A. Data Proyek
1
B.
Pengertian Judul Proyek
1
C.
Latar Belakang
2
D. Rumusan Masalah
5
E.
Tujuan Pembahasan
5
F
Sasaran Pembahasan
5
G. Batasan dan Lingkup Proyek
6
BAB II. PERANCANGAN TAPAK
A. Lokasi Proyek
7
B.
Konsep Pengolahan Tapak
18
C.
Konsep Tata Ruang Luar
21
BAB III PERANCANGAN BANGUNAN
A. Bentuk dan Penampilan Bangunan
25
B.
Besaran Ruang
30
C.
Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan
33
D. Tata Ruang Dalam
36
BAB VI PENUTUP
40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Bagan Struktur Organisasi Pengelola
Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Denah Kawasan Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
Denah Gedung Dokumentasi/Gudang
Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Kondisi Gedung Dokumentasi/Gudang
Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Denah Gedung Perpustakaan/ Kantor
Taman Budaya Sulawesi Tenggara
8
Gambar II.6
Kondisi Gedung Perpustakaan/ Kantor
Taman Budaya Sulawesi Tenggara
10
Gambar II.7
Denah Gedung Administrasi Taman
Budaya Sulawesi Tenggara
Kondisi Gedung Administrasi Taman
Budaya Sulawesi Tenggara
Denah Gedung Seni Rupa dan Teater
Taman Budaya Sulawesi Tenggara
10
Kondisi Gedung Seni Rupa dan Teater
Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Denah Gedung Musik Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
11
Kondisi Gedung Musik Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
Denah Aula Taman Budaya Sulawesi
Tenggara
12
Gambar II.14
Kondisi Aula Taman Budaya Sulawesi
Tenggara
12
Gambar II.15
Denah Pendopo Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
13
Gambar II.16
Kondisi Pendopo Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
13
Gambar II.17
Denah Wisma 1 Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
13
Gambar II.18
Kondisi Wisma 1 Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
13
Gambar II.19
Denah Wisma 2 Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
14
Gambar II.1
Gambar II.2
Gambar II.3
Gambar II.4
Gambar II.5
Gambar II.8
Gambar II.9
Gambar II.10
Gambar II.11
Gambar II.12
Gambar II.13
8
9
9
10
11
11
11
12
iv
Gambar II.20
Kondisi Wisma 2 Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
14
Gambar II.21
Denah Gedung Seni Tari Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
14
Gambar II.22
Kondisi Gedung Seni Tari Taman
Budaya Sulawesi Tenggara
14
Gambar II.23
Denah Rumah Jabatan Kepala Taman
Budaya Sulawesi Tenggara
15
Gambar II.24
Kondisi Rumah Jabatan Kepala Taman
Budaya Sulawesi Tenggara
15
Gambar II.25
Denah Koperasi Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
15
Gambar II.26
15
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Kondisi Koperasi Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
II.27 Arah Orientasi Bangunan
II.28 Pencapaian Ke Tapak
II.29 Jalur Masuk dan Jalur Keluar
II.30 Jalur Keluar Kendaraan Pengunjung
II.31 Noise / Kebisingan
II.32 Zoning
II.33 Pohon Palm
II.34 Pohon Cemara
II.35 Pohon Flamboyant
II.36 Asoka
II.37 Rumput Gajah Mini
II.38 Jalur Pedestrian
II.39 Aspal
II.40 Bangku Taman
II.41 Pagar
II.42 Selasar
II.43 Kolam Pada Plaza/Open Space
III.1 Bentuk dan Tampilan Gedung
Pertunjukan
III.2 Bentuk Gedung Pameran
III.3 Tampilan Gedung Pameran
III.4 Bentuk dan Tampilan Gedung Pengelola
III.5 Amphitheatre
III.6 Wisma
III.7 Sanggar-sanggar
III.8 Pondasi Garis
III.9 Pondasi Poer Plat
III.10 Balok dan Kolom
18
19
19
19
20
20
21
21
21
22
22
22
22
23
23
23
24
25
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
26
27
28
28
29
29
34
34
35
v
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
III.11
III.12
III.13
III.14
III.15
III.16
Gambar III.17
Gambar III.18
Gambar III.19
Gambar III.18
Kuda-kuda Baja
Ruang Pameran
Gedung Pertunjukan
Ruang Tamu
Perpustakaan
Pencahayaan Alami Pada Ruang
Pegawai
Pencahayaan Buatan dengan Spot Light
Pencahayaan Buatan dengan Down
Light
Simbol Naga Pada Gedung Pertunjukan
Simbol Bunga Pakis Pada Balkon
35
36
36
36
36
37
38
38
39
39
vi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1
16
Tabel III.1
Matriks Kondisi Bangunan Taman
Budaya Sulawesi Tenggara Sulawesi
Besaran Ruang
Tabel III.2
Luas Lantai Dasar
32
Tabel III.3
Luas Parkiran
33
30
vii
BAB I
RINGKASAN PROYEK
A. Data Proyek
Nama Proyek
: Redesain Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara dengan
Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kota Kendari.
Lokasi Proyek : Jl. Sao-sao, Kecamatan Kadia, Kota Kendari.
B. Pengertian Judul Proyek
Pengertian “Redesain Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara dengan
Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kota Kendari”, di defenisikan sebagai
berikut:
1.
Redesain
Redesain adalah merancang ulang: produk dari produk sebelumnya
(sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008)
2.
Kawasan
Kawasan adalah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti
tempat tinggal, pertokoan, industri.(sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008)
3.
Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Taman Budaya Sulawesi Tenggara adalah tempat (terbuka) untuk
kegiatan kebudayaan Sulawesi Tenggara.
4.
Pendekatan
Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati. Dikatakan
pula bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu,
yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang paling berkaitan.
5.
Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam
artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan
kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap hingga ke level mikro yaitu
1
desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk
kepada hasil-hasil proses perancaangan tersebut.
6.
Neo-Vernakular
Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang
berarti baru. Jadi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan
dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan elemen
arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik
(konsep, filosopi, tataruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal
yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit
atau banyaknya mengalami pembaruan menujusuatu karya yang lebih modern
atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.
Jadi berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Redesain
Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara dengan Pendekatan Arsitektur
Neo-Vernakular di Kota Kendari adalah rancangan ulang atau rancangan
kembali wadah atau area khusus bagi masyarakat untuk berekspresi dan berkreasi
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan seni lokal dengan pendekatan arsitektur neovernakular di Kota Kendari.
C. Latar Belakang.
Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan yang
disebut dengan kebudayaan, yang merupakan hasil karya dan pengetahuan yang
dimiliki manusia. Budaya yang terdapat di daerah-daerah di Indonesia merupakan
modal dasar bagi tumbuhnya kebudayaan nasional yang berkepribadian dan
berkesadaran bangsa. Kesenian merupakan salah satu unsur yang memberikan
sifat khusus yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya dan yang
membedakan suatu daerah dengan daerah lainnya di Indonesia. Kesenian
merupakan perwujudan kebudayaan yang meninggikan etik dan estetik dari
masyarakat. Nilai-nilai ini perlu dipertahankan dan dikembangkan agar tercapai
keseimbangan antara nilai material sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan
nilai-nilai spiritual.
Pengaruh globalisasi dunia semakin besar, arus informasi semakin mudah dan
bebas didapat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dengan
2
cepat dan semakin canggih. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada
perkembangan kebudayaan di Indonesia, sehingga kebudayaan yang terjadi tidak
luput dari pengaruh kebudayaan asing, baik yang melalui proses akulturasi
maupun yang berlangsung secara cepat tanpa mencerna terlebih dahulu arti,
fungsi, dan hakekatnya. Tanpa disadari pula kebudayaan daerah/tradisional yang
merupakan akar kebudayaan bangsa yang telah lama dipegang dihayati akan lepas
satu persatu akibat pengaruh kebudayaan asing.
Pada saat ini kelestarian akan kebudayaan daerah/tradisional belum
mendapatkan perhatian serius baik dari masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak
terkait lainnya. Kurang adanya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kelestarian budaya daerah/tradisional dan kurangnya minat dan kebanggan
masyarakat dan budaya daerahnya, padahal masyarakat adalah pendukung utama
kelangsungan hidup budaya daerah khususnya di Kota Kendari. Salah satu
penyebab dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian
budaya daerah/tradisional adalah fasilitas yang ada kurang memberikan
kenyamanan pada seniman ataupun pengunjung.
Taman Budaya Sulawesi Tenggara yang ada di Kota Kendari belum
mewadahi seniman daerah dan masyarakat untuk berkespresi dan berkreasi sesuai
dengan nilai-nilai seni dan budaya lokal yang ada di Sulawesi Tenggara.
Keseluruhan fasilitas/ bangunan yang ada pada Taman Budaya Sulawesi Tenggara
tersebut sudah dalam kondisi rusak dan tidak layak untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya. Kondisi ini merupakan faktor penyebab turunnya jumlah
pengunjung dan aktivitas berkesenian dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara di
Kota Kendari. Pada tahun 2013 jumlah pengunjung Taman Budaya Sulawesi
Tenggara sebanyak 1344 orang, sementara pada tahun 2014 mengalami
penurunan dengan jumlah pengunjung sebanyak 750 orang (Sumber: Wawancara
dengan pihak pengelolah Taman Budaya Sulawesi Tenggara,16 Maret 2015).
Otonomi daerah yang mulai diterapkan pada tahun 2001 memberikan dampak
cukup signifikan dalam perkembangan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di
Indonesia. Penerapan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah membuat Taman Budaya Sulawesi Tenggara berganti pengelolaan, dari
3
semula Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat menjadi UPT Daerah. Kondisi
tersebut membuat eksistensi Taman Budaya Sulawesi Tenggara sangat tergantung
dari political will Pemerintah Daerah masing-masing. Sumber pendanaan dari
pemerintah belum cukup untuk membiayai perawatan atau peremajaan bangunan
Taman Budaya Sulawesi Tenggara selama ini, ini merupakan salah satu penyebab
fasilitas gedung dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara sekarang ini dalam
kondisi kritis. Kondisi struktur gedung gedung yang ada dalam Taman Budaya
Sulawesi Tenggara sudah dalam keadaan yang rusak hal ini dikarenakan umur
bangunan yang sudah lebih dari 20 tahun namun belum pernah ada peremajaan
ataupun perawatan. Pondasi yang sudah tidak kokoh, kolom yang tidak layak, atap
yang rusak dan kondisi interior yang sudah tidak layak lagi mengharuskan adanya
demolition agar kerusakan gedung tersebut tidak membahayakan para pengguna
gedung.
Penurunan kualitas aktivitas dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara tidak
lain karena Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari sudah tidak lagi
memenuhi fungsinya sebagai pusat pengembangan budaya dan ruang kreatif bagi
seniman daerah, hal ini dibuktikan dari banyaknya kegiatan yang dilaksanakan
oleh pihak pengelolah Taman Budaya Sulawesi Tenggara namun tempat
penyelenggaraannya bukan di dalam kawasan tersebut. Kondisi fisik Taman
Budaya Sulawesi Tenggara yang kritis menyebabkan turunnya kualitas aktivitas
dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara. Dari fenomena tersebut maka sangat
penting untuk adanya Redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di
Kota Kendari guna menghidupkan kembali kawasan tersebut dan mengembalikan
fungsi-fungsinya sehingga dapat mewadahi kegiatan seni budaya, menampung
kebutuhan seniman, sekaligus menghidupkan kesenian di Sulawesi Tenggara
dengan mengikut sertakan masyarakat sekitar.
Pada Redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara ini, bangunannya
menggunakan konsep arsitektur neo-vernakular bertujuan untuk melestarikan
arsitektur tradisional Sulawesi Tenggara dan memberikan daya tarik terhadap
pengunjung atau masyarakat, dimana penggunaan konsep neo-vernakular pada
bangunan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Indonesia dengan tujuan
4
melestarikan arsitektur tradisional Sulawesi Tenggara dan memberikan daya tarik
terhadap pengunjung atau masyarakat. Maka dari itu, penggunaan konsep tersebut
sangat baik untuk diterapkan pada bangunan Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara sehingga dapat menghidupkan kembali animo masyarakat
untuk mengunjungi dan beraktivitas di dalamnya dikarenakan memiliki gubahan
bentuk bangunan yang menarik tanpa menghilangkan unsur daerah Sulawesi
Tenggara.
D. Rumusan Masalah.
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada Redesain Kawasan Taman
Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari ini sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang kembali (me-redesain) kawasan Taman Budaya
Sulawesi Tenggara yang dapat mewadahi seluruh aktifitas kegiatan yang
berlangsung di dalamnya?
2. Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip arsitektur neo-vernakular pada
redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara?
E. Tujuan Pembahasan
Berikut tujuan dari perencanaan dan perancangan Taman Budaya Sulawesi
Tenggara ini adalah :
1. Untuk menghasilkan kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara yang
dapat mewadahi seluruh aktifitas yang berlangsung di dalamnya.
2. Agar dapat menerapkan prinsip-prinsip arsitektur neo-vernakular pada
Redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara
F. Sasaran Pembahasan
Menyusun landasan program perencanaan dan perancangan Taman Budaya
Sulawesi Tenggara sebagai landasan konseptual bagi Redesain Kawasan Taman
Budaya Sulawesi Tenggara dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di
Kota Kendari.
5
G. Batasan dan Lingkup Pembahasan
1. Batasan Pembahasan
Pembahasan ini ditekankan pada Redesain kawasan Taman Budaya
Sulawesi Tenggara untuk mengembalikan tujuan dan fungsi Taman Budaya
Sulawesi Tenggara sebagai pusat pengembangan budaya daerah dan menjadi
ruang kreatif bagi seniman daerah.
2. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan yang dilakukan dibatasi dan ditinjau dari disiplin
ilmu arsitektur yang menyangkut konsep dasar Redesain kawasan Taman
Budaya Sulawesi Tenggara dengan Pendekataan Arsitektur Neo Vernakular
di Kota Kendari.
6
BAB II
PERANCANGAN PROYEK
A. Lokasi Proyek.
1.
Gambaran Umum Site.
a. Peruntukan
: Sarana
pariwisata,
jasa
dan
edukasi/pengetahuan
2.
b. Luas Tapak
: 2,7 Ha
c. Koefisien Dasar Bangunan
: 30%
d. GSB
: 40 m
Lokasidan Site Terpilih.
Lokasi Redesain Kawasan Taman Budaya ini terletak pada Jl.Saosao (lokasi Taman Budaya saat ini), Kecamatan Kadia, dengan arahan
fungsi sebagai sarana pariwisata, jasa dan edukasi/pengetahuan, dengan
batasan site, sebagai berikut:
a.
Utara
: UPTD Museum
b.
Timur
: MAN 1 Kendari
c.
Selatan : GOR & Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi
Sulawesi Tenggara
7
d. Barat : Pusat Kerajinan Tenun & Yayasan Global Islamic School
3. Kondisi Eksisting Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari
Taman Budaya Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara terletak di
Kota Kendari yang juga menjadi ibukota Provinsi tepatnya di Jalan SaoSao No.193. Luas Taman Budaya Sulawesi Tenggara yaitu 27.078 m2.
Jumlah pegawai sipil Taman Budaya Sulawesi Tenggara Provinsi
Sulawesi Tenggara thun 2014 sebanyak 23 orang.
Gambar II.1 Bagan Struktur Organisasi Pengelola Taman Budaya Sulawesi Tenggara
C
A
H
I
B D
\
BG
J
E
F
K L
M
Gambar II.2 Denah Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara
8
Keterangan:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
Pintu masuk utama
Gedung administrasi
Gedung perpustakaan/Kantor
Gedung dokumentasi/ Gudang
Gezebo
Aula
Gedung seni rupa dan teater
Koperasi
Gedung musik
Gedung tari
Rujab KA,TB
Wisma 1
Wisma 2
1) Gedung Dokumentasi/ Gudang
Gambar II.3. Denah Gedung Dokumentasi/Gudang Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Gambar II.4 .Kondisi Gedung Dokumentasi/Gudang Taman Budaya Sulawesi Tenggara
9
2) Gedung Perpustakaan/ Kantor
Gambar II.5 .Denah Gedung Perpustakaan/ Kantor Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Gambar II.6.Kondisi Gedung Perpustakaan/ Kantor Taman Budaya Sulawesi Tenggara
3) Gedung Administrasi
Gambar II.7 .Denah Gedung Administrasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara
10
Gambar II.8 . Kondisi Gedung Administrasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara
4) Gedung Seni Rupa dan Teater
Gambar II.9 .Denah Gedung Seni Rupa dan Teater Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Gambar II.10 .Kondisi Gedung Seni Rupa dan Teater Taman Budaya Sulawesi Tenggara
5) Gedung Musik
Gambar II.11 .Denah Gedung Musik Taman Budaya Sulawesi Tenggara
11
Gambar II.12 .Kondisi Gedung Musik Taman Budaya Sulawesi Tenggara
6) Aula
Gambar II.13.Denah Aula Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Gambar II.14 .Kondisi Aula Taman Budaya Sulawesi Tenggara
12
7) Pendopo
Gambar II.15.Denah Pendopo Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Gambar II.16.Kondisi Pendopo Taman Budaya Sulawesi Tenggara
8) Gedung Wisma 1
Gambar II.18 .Kondisi Wisma 1 Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
Gambar II.17 .Denah Wisma 1 Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
13
9) Gedung Wisma 2
Gambar II.20 .Kondisi Wisma 2 Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
Gambar II.19 .Denah Wisma 2 Taman Budaya
Sulawesi Tenggara
10) Gedung Seni Tari
Gambar II.21 .Denah Gedung Seni Tari Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Gambar II.22 .Kondisi Gedung Seni Tari Taman Budaya Sulawesi Tenggara
14
11) Gedung Rumah Jabatan Kepala Taman Budaya
Lantai 2
Lantai 1
Gambar II.23 .Denah Rumah Jabatan Kepala Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Gambar II.24 .Kondisi Rumah Jabatan Kepala Taman Budaya Sulawesi Tenggara
12) Koperasi
Gambar II.25.Denah Koperasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara
Gambar II.26 .Kondisi Koperasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara
15
Tabel II.1. Matriks Kondisi Bangunan Taman Budaya Sulawesi Tenggara Sulawesi
Tenggara
GEDUNG/
LUAS
NO.
RUANG
FUNGSI
(M2)
PERMASALAHAN
1
1
2
GEDUNG
KANTOR I
3
Perpustakaan
4
419
5
Pondasi:pondasi yang
tidak kokoh
FOTO
6
Kolom/ Tiang: tidak layak
Balok:
Atap: tidak layak
2
GEDUNG
KANTOR II
Administrasi
254
Pondasi: Pondasi yang
tidak kokoh
Kolom/ Tiang: tidak layak
Dinding:tidak layak
Atap Tidak layak
3
GEDUNG
PUBLIKASI
DAN
DOKUMENTASI
Pameran
297
Pondasi: Pondasi tidak
kokoh
Kolom/ Tiang: tidak layak
Dinding: tidak layak
Atap: Tidak layak
4
GEDUNG
PENDOPO
Sanggar
297
Pondasi:
Kolom/ Tiang: Layak
Balok:
Atap : Layak
5
GEDUNG AULA
Pusat olah seni
805
Pondasi:
Kolom/ Tiang:Tidak
Layak
Balok:
Atap: Tidak Layak
6
GEDUNG MESS
I
Wisma I
184
Pondasi: pondasi yang
tidak kokoh
Kolom/ Tiang: tidak layak
Dinding: dinding mulai
lapuk/tidak layak
Atap: Bagian atap sudah
mulai lapuk/tidak layak
16
1
7
2
GEDUNG MESS
II
3
Rujab Kepala
Taman Budaya
Sulawesi
Tenggara
4
328
5
6
Pondasi:
Kolom/ Tiang:
Interior: Tidak layak
Atap: plafon tidak layak
8
GEDUNG MESS
III
Wisma II
301
Pondasi: Pondasi yang
tidak kokoh/ tidak layak
Kolom/ Tiang:
interior:tidak layak
9
10
GEDUNG SENI
TARI I
GEDUNG SENI
TARI II
SENI TARI
Seni Rupa dan
Teater
238
222
Atap: Plafon atas
rusak/tidak layak
Pondasi: pondasi yang
tidak kokoh/tidak layak
Kolom/ Tiang: tidak tahan
lama/tidak layak
Balok:
Atap: atap yang mulai
rusak/tidak layak
Pondasi:
Kolom/ Tiang:
11
GEDUNG
KANTOR
Koperasi
363
Dinding: sudah tidak tahan
lama/tidak layak
Atap; plafon atas tidak
layak
Pondasi: pondasi tidak
kokoh atau tidak layak
Kolom/ Tiang: tidak bisa
menyangga untuk waktu
lama/tidak layak
Balok:
12
GEDUNG SENI
MUSIK
Seni Musik
229
Atap: Atap yang sudak
tidak layak
Pondasi: tidak mampu
menopang dengan waktu
lama
Kolom/ Tiang:
Balok:
Atap tidak layak
Sumber : Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Model Redesain Taman Budaya Sulawesi
Tenggara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012
17
B. KonsepPengolahanTapak.
1.
Arah Orientasi Bangunan
Arah orientasi bangunan pada kawasan Taman Budaya ini
mengarah ke arah barat laut yaitu mengarah ke Jl. Sao-sao arah tersebut
di pilih dikarenakan memiliki view yang baik dan fasad bangunan akan
terlihat lebih jelas.
Arah pandang
kebangunan
Gambar II.27 Arah Orientasi Bangunan.
2.
Pencapaian KeTapak
Pencapain menuju tapak dapat diakses melalui Jl. Sao-sao. Jalur
masuk kendaraan ditempatkan pada Jl.Sao-sao, sedangkan jalur keluar
kendaraan dibagi menjadi dua yaitu jalur keluar kendaraan pengunjung
dan jalur keluar kendaraan khusus pengelola. Jalur keluar khusus
pengelola diletakkan pada Jl.Sao-sao bersampingan dengan jalur masuk
kendaraan, sedangkan jalur keluar kendaraan pengunjung diletakkan
pada Jl.Pasaeno.
18
Jalur keluar kendaraan
pengunjung
Jalur masuk
Jalur keluar kendaraan
khusus pengelola
Gambar II.28 Pencapaian Ke Tapak
Jalur keluar kendaraan
khusus pengelola
Jalur masuk
Gambar II.29 Jalur Masuk dan Jalur Keluar
Gambar II.30 Jalur Keluar Kendaraan Pengunjung
3.
Noise / Kebisingan
Penanaman pohon di sekitar tapak, serta penempatan beberapa area
parkir dan open space/plaza pada bagian depan kawasan guna
mengurangi
kebisingan-kebisingan
dari
arah
Jl.Sao-sao
dan
19
menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan suasana tenang jauh dari
sumber kebisingan
Kebisingan
Gambar II.31 Noise / Kebisingan.
4.
Penzoningan
Penzoningan pada tapak didasarkan pada pengelompokan kegiatan yang
mempunyai sifat hubungan dan fungsi yang kurang lebih sama dan
merupakan urutan-urutan kegiatan yang terjadi
Gambar II.32 Zoning
20
Ket:
Zona Publik
Zona Semi Publik
Zona Privat
Zona Servis
C. Konsep Tata Ruang Luar.
1.
Soft Material.
a.
Pohon Palm digunakan sebagai pengarah sirkulasi kendaran dalam
site
Gambar II.33 Pohon Palm
b.
Pohoncemara digunakan sebagai pengarah sirkulasi pejalan kaki
dalam site
Gambar II.34 Pohon Cemara
c.
Pohon flamboyant, berfungsi sebagai tanaman peneduh dan
penyaring debu, tanaman ini akan ditempatkan pada taman ataupun
open space
Gambar II.35 Pohon Flamboyant
21
d.
Bunga Asoka sebagai tanaman pembatas
Tanaman pembatas
Gambar II.36 Asoka
e.
Rumput Gajah mini digunakan sebagai Groundcover / penutup
tanah.
Gambar II.37 Rumput Gajah Mini
2.
Hard Material.
a.
Paving Blok, digunakan sebagai jalur pedestrian.
Paving Block
Gambar II.38 Jalur Pedestrian
b.
Aspal, digunakan sebagai jalur sirkulasi kendaraan dalam tapak
Aspal
Gambar II.39 Aspal.
22
c. Bangku Taman
Gambar II.40 Bangku Taman
d. Pagar
Gambar II.41 Pagar
e. Selasar
Selasar sebagai penghubung antara gedung pameran, gedung
pertunjukan dan gedung pengelola
Gambar II.42 selasar
23
f.
Kolam
Kolampada plaza/open space sebagai penyejuk dan penambah nilai
keindahaan, pada kolam diletakkan sclupture yang mencerminkan
aktifitas kesenian dalam kawasan Taman Budaya.
Gambar II.43 Kolam Pada Plaza/Open Space
24
BAB III
PERANCANGAN BANGUNAN
A. Bentuk dan Penampilan Bangunan.
Konsep dasar pada Kawasan Taman Budaya ini mengambil pendekatan
Arsitektur Neo-Vernakular.Pada redesain ini mengambil bentuk dari rumah
adat tolaki di karenakan lokasinya berada di Kota Kendari.Pada
pengembangannya, bangunan yang mengambil bentuk arsitektur Tolaki
didesain dengan menggunakan material-material modern dan mengalami
perubahan bentuk sesuai dengan aktivitas yang diwadahi dalam bangunanbangunan yang ada dalam kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di
Kota Kendari. Ornamen-ornamen pendukung estetika pada bangunan
menggunakan motif motif dari daerah yang berada di Sulawesi Tenggara.
Bentuk dan tampilan bangunan di Kawasan Taman Budaya
1. Gedung Pertunjukan
Pada gedung pertunjukan atap depan gedung didesain bertingkattingkat dengan menggunakan material Aluminuium Composite Panel
dengan penggunaan motif tenun tolaki. Penggunaan ukiran nenas pada
bagian atas gedung pertunjukan, dan ukiran moronene sebagai profil pada
bagian jendela.
Ornamen nenas pada
bagian atas gedung
pertunjukan
Penggunaan motif tenun tolaki pada atap
bagian depan gedung pertunjukan dengan
penggunaan material.ACP
GambarIII.1. Bentuk dan Tampilan Gedung Pertunjukan
25
2. Gedung Pameran
Pada gedung pameran mengikuti bentuk dasar dari rumah adat tolaki
yaitu berbentuk persegi dan memiliki 40 tiang yang merupakan simbol
kelengkapan pernikahan adat yakni 40 sirih dan 40 pinang dengan 9 tiang
utama (siwolembatohu)
Diibaratkan sebagai
siwolembatohu yaitu 9 tiang
yang merupakan inti rumah
GambarIII.2. Bentuk Gedung Pameran
26
GambarIII.3. Tampilan Gedung Pameran
Penggunaan ukiran moronene pada tampilan bangunan, penggunaan
motif tenun tolaki pada kolom dan bukaan yang bentuknya diadopsi dari
bentuk sisik naga
27
3. Gedung Pengelola
Penggunaan Jalusi
Motif tenun tolaki
pada kolom gedung
Bukaan yang bentuknya
diadopsi dari sisik naga
GambarIII.4. Bentuk dan Tampilan Gedung Pengelola
4. Amphitheater
Menggunakan balok kayu
GambarIII.5.Amphitheatre
28
5. Wisma
Jalusi
Bukaan yang bentuknya diadopsi
dari bentuk sisik naga
GambarIII.6. Wisma
Pada wisma menerapkan bentuk atap rumah adat tolaki ,
menggunakan jalusi dan membuat bukaan yang mengadopsi bentuk sisik
naga.
6. Sanggar
GambarIII.7. Sanggar-sanggar
29
B. BesaranRuang
Tabel III. 1BesaranRuang
No
Ruang
Acuan(m2)
1
2
3
1
Kegiatan Pertunjukan
Gedung Pertunjukan
Lantai Dasar
- Ruang Panggung
195
- Ruang Penonton
1365
- Back Stage
260
- Lavatory
31,2
Lantai 1
- Ruang Penonton
- Gudang Alat
- Ruang Kontrol
- Lavatory
Total
1851,2
Amphitheatre
- Panggung
72
- Ruang Penonton
122
Total
194
2
Kegiatan Pameran
Gedung Pameran
Lantai Dasar
- Ruang Pamer
780
- Gudang Koleksi
195
- Lavatory
31,2
Lantai Lantai 1
- Ruang Pamer
- Gudang Koleksi
- Lavatory
Total
1006,2
3
Kegiatan Pengelolaan dan Dokumentasi
Gedung Pengelola
Lantai Dasar
- Ruang Kepala Taman Budaya
26
- Ruang Bendahara
26
- Ruang Kasubag Tata Usaha
26
- R.Kepala Seksi Seni Pertujukan
26
- R. Kepala Seksi Seni Rupa
- Ruang Tamu
- Ruang Rapat
- Ruang Pegawai/Staff
- Koridor
- Perpustakaan
- Lavatory
Lantai 1
- Balai Seni
- Ruang Dokumentasi
- Lavatory
Total
Laporan(m2)
4
144
1026
156
24
522
156
18
24
2070
72
129
201
792
120
24
306
120
24
1386
24
18
18
26
10,92
44,85
85,8
275
48
18
18
12
36
54
144
270
24
256
270
210
1060,57
354
24
1284
30
1
4
2
pelatihan seni
sanggar seni musik
- Ruang Latihan 1
- Ruang Latihan 2
- Hall
- Ruang Alat
- Lavatory
- teras
total
Sanggar Seni Karawitan
- Ruang Pertunjukan Seni
Karawitan
- Ruang Alat
- Ruang Tutorial
- Ruang Tutorial
- Lavatory
- teras
total
Sanggar Seni Tari
- Ruang Latihan
- Ruang Alat
- Ruang Baju
- ruang perlengkapan
- Lavatory
- teras
total
Sanggar Seni Lukis
- Ruang Pamer
- Ruang Tutorial
- Ruang Penyimpanan Karya
- Ruang Peralatan
- Lavatory
teras
total
Sanggar Seni Patung & Kriya
- Ruang Pamer
- Ruang Pentimpanan Karya
- Ruang Tutorial
- Ruang Peralatan
- Lavatory
- teras
total
3
4
22,75
22,75
65
22,75
11,7
22,75
22,75
65
22,75
12,25
10,4
155,35
10,5
156
75,4
75,5
11,7
22,75
22,75
11,7
10,4
154,7
12,25
22,75
22,75
12,25
10,5
156
93,6
11,7
11,7
11,7
11,7
10,4
150,8
96,5
12,25
12,25
12,25
12,25
10,5
156
75,4
22,75
22,75
11,7
11,7
10,4
154,7
75,5
12,25
22,75
22,75
12,25
10,5
156
75,4
22,75
22,75
11,7
11,7
10,4
154,7
75,5
12,25
22,75
22,75
12,25
10,5
156
31
2
Sanggar Seni Teater & Sastra
- Ruang Latihan
- Ruang Alat
- Ruang Perlengkapan
- ruang kostum
- Lavatory
- teras
total
Sanggar Seni Pendalangan
- Ruang Latihan
- Ruang Perlengkapan
- Ruang Alat
- ruang kostum
- Lavatory
-teras
total
Wisma
Lantai Dasar
- Kamar Tidur
- Ruang Wudhu
Lantai 1
- Kamar Tidur
- Musholah
1
5
Total
6
Ruang Generator
7
Souvenirshop
8
Cafetaria
TOTAL KESELURUHAN
3
4
93,6
11,7
11,7
11,7
11,7
10,4
150,8
96,5
12,25
12,25
12,25
12,25
10,5
156
93,6
11,7
11,7
11,7
11,7
10,4
150,8
600
150
750
16
18
90
6057,82
96,5
12,25
12,25
12,25
12,25
10,5
156
235
103,5
253
103,5
695
16
81
90
6915
Selisih (Deviasi) besaran ruang :
Sesudah Perancangan – Sebelum Perancangan
=
× 100 %
Sebelum Perancangan
6915-6057,82
=
× 100 %
6057,82
= 14,14%
Tabel III. 2 Luas Lantai Dasar
No
Gedung
Luas Lantai Dasar(m2)
1
2
3
1
Gedung Pertunjukan
1350
2
Gedung Pameran
936
3
Gedung Pengelola
636
4
Wisma
338,5
32
1
5
6
2
Amphitheatre
Cafetaria
7
8
9
10
11
Total
3
201
90
Souvenir Shop
Sanggar (8 buah)
Pos Jaga (2Buah)
WC Umum (2buah)
Gudang Genset
81
1248
8
42,96
16
4950,46
Tabel III.3 Luas Parkir
No
1
2
Parkir
Parkir Pengelola
Parkir Pengunjung
Luas (m2)
935,8
2372,7
Luas OS = Luas Site – Luasan Lantai Dasar
= 27.078 – 4950,46
= 22127,54
KBC
= 4950,46 X 100%
27.078
= 18,28%
KOS
= 22127,54 X 100%
27.078
= 81,72 %
KBC : KOS = 18 : 82
Deviasi perancangan terjadi diakibatkan dari pengaturan ruang-ruang dalam
bangunan yang mengikuti bentuk utama bangunan, sehingga menyebabkan
penambahan besaran ruang, serta mengikuti modul struktur yang di gunakan
pada bangunan sehingga mengakibatkan sedikit perubahan pada besaran
ruang dari sebelumnya.
C. Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan.
1.
Sub Struktur.
Sistem Sub struktur di sesuaikan berdasarkan modul struktur yang
digunakan, besaran ruang serta bentuk bangunan itu sendiri. Pondasi
garis digunakan pada bagian-bagian yang bebannya tidak terlalu berat.
33
Gambar III.8 Pondasi Garis
Pondasi Poer Plat digunakan sebagai sub struktur utama untuk menopang
dan meneruskan beban.
Gambar III.9 Pondasi Poer Plat
2.
Super Struktur
Terdiri dari balok dan kolom, beban-beban dari lantai diteruskan kolom
ke pondasi. Untuk super struktur bangunan menggunakan kolom 60x60.
34
Balok
Balok Anak
Gambar III.10 Balok dan Kolom
3.
Upper struktur
Upper struktur bangunan menggunakan kuda-kuda baja. Kuda-kuda baja
digunakan karena bentangan tumpuan bias 15 m. Bahan yang dipakai
yaitu IWF, C (canal), I (siku).
Gambar III.11 Kuda-kuda Baja
35
D. Tata RuangDalam
1.
Pengguanaan Material-Material Pada Ruang Dalam Bangunan
a. Lantai
1) Lantai kayu digunakan karena memberi kesan lebih natural.
Digunakan pada ruang pamer, panggung pada ruang pertunjukan,
ruang latihan tari.
Gambar III.12. Ruang Pameran
2) Karpet digunakan karena dapat meredam suara, digunakan pada
studio musik dan pada ruang pertunjukan
Gambar III.13.Gedung Pertunjukan
3) Tegel
keramik
yang
di
gunakan
karena
pekerjaan
dan
perawatannya mudah, digunakan hampir diseluruh ruangan yang
ada pada gedung-gedung di kawasan Taman Budaya
Gambar III.14 Ruang Tamu
Gambar III.15 Perpustakaan
36
b. Dinding
1) Batu bata digunakan diseluruh gedung yang ada di kawasan
Taman Budaya
2) Tegel Kramik digunakan pada ruangan yang kelembabannya
tinggi seperti lavatory
3) Kaya digunakan untuk menutupi bukaan
4) Partisi digunakan hanya sebagai pembatas yang sifatnya temporer
atau tidak permanen.
c. Plafond
1) Plafond kayu digunakan untuk memberi kesan tradisional natural
2) Plafond Multipleks digunaakn karena pekerjaannya mudah dan
memiliki bobot yang ringan
2.
Pengkondisian Ruang
a. Pencahayaan
1) Pencahayaan Alami
Pada ruang-ruang di gedung pengelola, pencahaan alami
dimanfaatkan semaksimal mungkin melalui bukan-bukaan pada
gedung.
Jendela dan jalusi dimaksimalkan agar
cahaya dapat masuk ke dalam ruangan
Gambar III.16 Pencahayaan Alami Pada Ruang Pegawai
37
2) Pencahayaan Buatan
Pencahaan buatan digunakan untuk mendukung kegiatan yang adadi
dalam ruangan dan juga memberi kesan tersendiri pada ruang-ruang
yang ada.
a) Spot Light/ Accent Light
Digunakan untuk menyinari benda-benda karya seni pada
ruang pamer.
Gambar III.17 Pencahayaan Buatan dengan Spot Light
b) Down Light
Digunakan pada tiap ruangan dan mempertimbangkan
standar-standar pencahayaan dan tata lampu.
Gambar III.18 Pencahayaan Buatan dengan Down Light
c) Indirect Light
Digunakan pada tiap ruangan dengan lampu tersembunyi yang
memanfaatkan bias cahayanya saja, keunggulan indirect light
ini adalah dapat menghasilkan cahaya yang merata tanpa
membuat mata.
38
3.
Ornamen-ornamen
a. simbol naga diterapkan pada panggung di gedung pertunjukan
Gambar III.19. Simbol Naga Pada Gedung Pertunjukan
b. Bunga pakis digunakan sebagai profil pagar balkon
Gambar III.20. Simbol bunga pakis pada pagar balkon
39
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Taman Budaya merupakan wadah bagi seniman daerah dan masyarakat
untuk berkespresi dan berkreasi sesuai dengan nilai-nilai seni dan budaya lokal
yang ada di Sulawesi Tenggara dan juga sebagai wadah promosi dan pemasaran
wisata budaya. Untuk mewadahi seluruh aktivitas adapun fasilitas yang ada
meliputi gedung pertunjukan, gedung pameran, gedung pengelola, perpustakaan,
wisma, musholah, sanggar-sanggar, amphitheatre, cafetarian, dan juga souvenir
shop.
Pada redesain ini menggunakan pendekatan neo-vernakular dari arsitektur
tolaki. Hal ini di karenakan lokasi pembangunannya berada di Kota Kendari. Pada
penerapannya pula mengambil ukiran dan simbol dari beberapa daeran di
Sulawesi Tenggara yaitu ukiran moronene, motif tenun tolaki, dan simbol nenas
dan naga dari Buton.
40
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Taman Budaya Propinsi Sulawesi Tenggara,
2014. Struktur Organisasi Pengelolah Taman Budaya.
Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kota Kendari, 2013, Peta Rencana Pola
Ruang 2010-2030.
Hakim Rustam dkk, 2006. Komunikasi Grafis Arsitektur & Lansekap. Bumi
Aksara, Jakarta.
Jancks Charles, 1977. The Language Of Post-Modern Architecrure Revised
Enlarged Edition, Balding & Mansell Ltd, Wisbech, England.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Kesenian dan
Perfilman. Pedoman Standarisasi Taman Budaya Tahun 1981/1982.
Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Model Revitalisasi Taman Budaya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012
Neufert, Ernest, 1996. Data Arsitek, Jilid 1 & 2, Penerbit Erlangga, Jakarta
Zikri Ahlul. 2012. http://ahluldesigners.blogspot.com./2012/08/arsitektur-neovernakular-a.htm. (diakses 22 Oktober 2014)
Download
Study collections