REDESAIN KAWASAN TAMAN BUDAYA SULAWESI TENGGARA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR DI KENDARI LAPORAN PERANCANGAN Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kendari Oleh: AYU REGINA E1 B1 11 067 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016 ABSTRAK Taman Budaya dapat diartikan sebagai wadah untuk seniman daerah dan masyarakat untuk berekspresi dan berkreasi sesuai dengan nilai-nilai seni dan budaya lokal yang ada. Taman Budaya Sulawesi Tenggara yang ada di Kota Kendari belum mewadahi seniman daerah dan masyarakat untuk berkespresi dan berkreasi sesuai dengan nilai-nilai seni dan budaya lokal yang ada di Sulawesi Tenggara. Keseluruhan fasilitas/ bangunan yang ada pada Taman Budaya Sulawesi Tenggara tersebut sudah dalam kondisi rusak dan tidak layak untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Data dari Taman Budaya yang sebelumnya telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu penelitian berupaya menggambarkan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan aspek redesain Kawasan Taman Budaya. Pada redesain kawasan Taman Budaya ini mengadopsi bentuk rumah adat Tolaki sebagai bentuk gedung-gedung yang ada dengan penggunaan material modern dan mengalami perubahan sesuai dengan aktivitas yang diwadahi untuk memperkuat konsep bangunan yang direncanakan yakni arsitektur Neo-Vernakular untuk melestarikan arsitektur tradisional Sulawesi Tenggara. Fungsi yang diwadahi pada kawasan taman budaya bukan hanya sebagai wadah berekspresi dan berkreasi, namun juga sebagai tempat promosi dan pemasaran wisata budaya. Oleh sebab itu untuk memenuhi fungsi maka taman budaya ini memiliki fasilitas gedung pertunjukan, gedung pengelola, gedung pameran, wisma, perpustakaan, musholah, sanggarsanggar, amphitheatre, cafetaria, dan tempat penjualan souvenir. Kata Kunci : Redesain, Taman Budaya, Neo-Vernakular ABSTRACT Culture Parks can be defined as a place for local artists and communities to express themselves and be creative in accordance with the values of art and local culture. Southeast Sulawesi Cultural Park in the city of Kendari not accommodate local artists and creative people to berkespresi and in accordance with the values of art and local culture in the Southeast. Overall the facilities / buildings in Southeast Sulawesi Cultural Park has been damaged and unfit to be used accordingly. Data from the Cultural Park which had previously been analyzed by using descriptive analysis, the study seeks to describe, record, analyze and interpret aspects of the redesign Region Cultural Park. In redesigning the Cultural Park neighborhood adopts the traditional house Tolaki form of existing buildings with the use of modern materials and changes in accordance with the activities contained to reinforce the concept of the building is planned NeoVernacular architecture to preserve the traditional architecture of Southeast Sulawesi. Functions provide in a culture park area not only as a place for expression an creativity, but also as a point of promotion and marketing of cultural tourism. Therefore, to fulfill the function of this cultural park has facilities theater, oficial building, exhibition hall, a guesthouse, a library, a small mosque, studios, an amphitheater, cafeteria, and souvenirs retail. Keywords: Redesign, Cultural Park, Neo-Vernacular Shalom, Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNya penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan tepat waktu. Tugas akhir ini di susun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarja Teknik pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari, dengan judul: “REDESAIN KAWASAN TAMAN BUDAYA SULAWESI TENGGARA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEOVERNAKULAR DI KOTA KENDARI” Banyak kendala dan masalah yang di hadapi penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini, namun berkat berbagai pihak Tugas Akhir ini dapat selesai dengan segala kekurangan penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah memberikan kontribusi baik moril maupun materil kepada: 1. Bapak Prof. Ir .H. Usman Rianse M.Sc., selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Bapak Mustarum Musaruddin,ST.,MIT.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari. 3. Ibu Santi,St.,MT., selaku ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kendari. 4. Ibu Kurniati Ornam,ST.,MT., selaku dosen pembimbing Tugas Akhir, terima kasih atas segala bantuan, waktu dan bimbingannya yang telah di berikan. 5. Ibu Santi,ST.,MT, Ibu Dwi Rinnarsurin,ST.,M.Sc, Ibu Siti Belinda Amri,ST.,MT selaku dosen penguji, terima kasih atas masukan yang telah di berikan. 6. Terima kasih yang tiada terkira kepada kedua orang tua tercinta atas seluruh cinta kasih sayang, do’a serta rasa kebanggaan kepada anaknya, semoga selalu dalam damai sejahtera, saudaraku yang tercinta dan tersayang terima kasih atas do’a, semangat dan dukungannya. i 7. Terima kasih kepada pihak UPTD Taman Budaya atas segala data informasi yang telah di berikan. 8. Terimakasih untuk Dian Irma, Feiby Nurfitriyanti, Adriana, Munawir Muin, Syafrian, Rafly, Arisman, Iwan Kune, Roman, Sarfin, dan teman-teman studio tugas akhir tahun 2015-2016 atas kebersamaan dan bantuannya. Semoga laporan skripsi Tugas Akhir ini dapat berguna dan membawa pengetahuan, serta dapat memberikan informasi yang memadai pada kalangan ilmu pengetahuan bidang Teknik Arsitektur, serta para pembaca lainnya. Mohon maaf yang sebesar - besarnya, apabila ada kekurangan dalam penyusunan laporan skripsi Tugas Akhir ini. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Shalom, Kendari, April 2016 Penulis ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK KATA PEGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR TABEL vii BAB I. RINGKASAN PROYEK A. Data Proyek 1 B. Pengertian Judul Proyek 1 C. Latar Belakang 2 D. Rumusan Masalah 5 E. Tujuan Pembahasan 5 F Sasaran Pembahasan 5 G. Batasan dan Lingkup Proyek 6 BAB II. PERANCANGAN TAPAK A. Lokasi Proyek 7 B. Konsep Pengolahan Tapak 18 C. Konsep Tata Ruang Luar 21 BAB III PERANCANGAN BANGUNAN A. Bentuk dan Penampilan Bangunan 25 B. Besaran Ruang 30 C. Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan 33 D. Tata Ruang Dalam 36 BAB VI PENUTUP 40 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii DAFTAR GAMBAR Bagan Struktur Organisasi Pengelola Taman Budaya Sulawesi Tenggara Denah Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara Denah Gedung Dokumentasi/Gudang Taman Budaya Sulawesi Tenggara Kondisi Gedung Dokumentasi/Gudang Taman Budaya Sulawesi Tenggara Denah Gedung Perpustakaan/ Kantor Taman Budaya Sulawesi Tenggara 8 Gambar II.6 Kondisi Gedung Perpustakaan/ Kantor Taman Budaya Sulawesi Tenggara 10 Gambar II.7 Denah Gedung Administrasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara Kondisi Gedung Administrasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara Denah Gedung Seni Rupa dan Teater Taman Budaya Sulawesi Tenggara 10 Kondisi Gedung Seni Rupa dan Teater Taman Budaya Sulawesi Tenggara Denah Gedung Musik Taman Budaya Sulawesi Tenggara 11 Kondisi Gedung Musik Taman Budaya Sulawesi Tenggara Denah Aula Taman Budaya Sulawesi Tenggara 12 Gambar II.14 Kondisi Aula Taman Budaya Sulawesi Tenggara 12 Gambar II.15 Denah Pendopo Taman Budaya Sulawesi Tenggara 13 Gambar II.16 Kondisi Pendopo Taman Budaya Sulawesi Tenggara 13 Gambar II.17 Denah Wisma 1 Taman Budaya Sulawesi Tenggara 13 Gambar II.18 Kondisi Wisma 1 Taman Budaya Sulawesi Tenggara 13 Gambar II.19 Denah Wisma 2 Taman Budaya Sulawesi Tenggara 14 Gambar II.1 Gambar II.2 Gambar II.3 Gambar II.4 Gambar II.5 Gambar II.8 Gambar II.9 Gambar II.10 Gambar II.11 Gambar II.12 Gambar II.13 8 9 9 10 11 11 11 12 iv Gambar II.20 Kondisi Wisma 2 Taman Budaya Sulawesi Tenggara 14 Gambar II.21 Denah Gedung Seni Tari Taman Budaya Sulawesi Tenggara 14 Gambar II.22 Kondisi Gedung Seni Tari Taman Budaya Sulawesi Tenggara 14 Gambar II.23 Denah Rumah Jabatan Kepala Taman Budaya Sulawesi Tenggara 15 Gambar II.24 Kondisi Rumah Jabatan Kepala Taman Budaya Sulawesi Tenggara 15 Gambar II.25 Denah Koperasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara 15 Gambar II.26 15 Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Kondisi Koperasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara II.27 Arah Orientasi Bangunan II.28 Pencapaian Ke Tapak II.29 Jalur Masuk dan Jalur Keluar II.30 Jalur Keluar Kendaraan Pengunjung II.31 Noise / Kebisingan II.32 Zoning II.33 Pohon Palm II.34 Pohon Cemara II.35 Pohon Flamboyant II.36 Asoka II.37 Rumput Gajah Mini II.38 Jalur Pedestrian II.39 Aspal II.40 Bangku Taman II.41 Pagar II.42 Selasar II.43 Kolam Pada Plaza/Open Space III.1 Bentuk dan Tampilan Gedung Pertunjukan III.2 Bentuk Gedung Pameran III.3 Tampilan Gedung Pameran III.4 Bentuk dan Tampilan Gedung Pengelola III.5 Amphitheatre III.6 Wisma III.7 Sanggar-sanggar III.8 Pondasi Garis III.9 Pondasi Poer Plat III.10 Balok dan Kolom 18 19 19 19 20 20 21 21 21 22 22 22 22 23 23 23 24 25 Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar 26 27 28 28 29 29 34 34 35 v Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar III.11 III.12 III.13 III.14 III.15 III.16 Gambar III.17 Gambar III.18 Gambar III.19 Gambar III.18 Kuda-kuda Baja Ruang Pameran Gedung Pertunjukan Ruang Tamu Perpustakaan Pencahayaan Alami Pada Ruang Pegawai Pencahayaan Buatan dengan Spot Light Pencahayaan Buatan dengan Down Light Simbol Naga Pada Gedung Pertunjukan Simbol Bunga Pakis Pada Balkon 35 36 36 36 36 37 38 38 39 39 vi DAFTAR TABEL Tabel II.1 16 Tabel III.1 Matriks Kondisi Bangunan Taman Budaya Sulawesi Tenggara Sulawesi Besaran Ruang Tabel III.2 Luas Lantai Dasar 32 Tabel III.3 Luas Parkiran 33 30 vii BAB I RINGKASAN PROYEK A. Data Proyek Nama Proyek : Redesain Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kota Kendari. Lokasi Proyek : Jl. Sao-sao, Kecamatan Kadia, Kota Kendari. B. Pengertian Judul Proyek Pengertian “Redesain Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kota Kendari”, di defenisikan sebagai berikut: 1. Redesain Redesain adalah merancang ulang: produk dari produk sebelumnya (sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008) 2. Kawasan Kawasan adalah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri.(sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008) 3. Taman Budaya Sulawesi Tenggara Taman Budaya Sulawesi Tenggara adalah tempat (terbuka) untuk kegiatan kebudayaan Sulawesi Tenggara. 4. Pendekatan Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati. Dikatakan pula bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang paling berkaitan. 5. Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap hingga ke level mikro yaitu 1 desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancaangan tersebut. 6. Neo-Vernakular Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tataruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaruan menujusuatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Jadi berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Redesain Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kota Kendari adalah rancangan ulang atau rancangan kembali wadah atau area khusus bagi masyarakat untuk berekspresi dan berkreasi sesuai dengan nilai-nilai budaya dan seni lokal dengan pendekatan arsitektur neovernakular di Kota Kendari. C. Latar Belakang. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan yang disebut dengan kebudayaan, yang merupakan hasil karya dan pengetahuan yang dimiliki manusia. Budaya yang terdapat di daerah-daerah di Indonesia merupakan modal dasar bagi tumbuhnya kebudayaan nasional yang berkepribadian dan berkesadaran bangsa. Kesenian merupakan salah satu unsur yang memberikan sifat khusus yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya dan yang membedakan suatu daerah dengan daerah lainnya di Indonesia. Kesenian merupakan perwujudan kebudayaan yang meninggikan etik dan estetik dari masyarakat. Nilai-nilai ini perlu dipertahankan dan dikembangkan agar tercapai keseimbangan antara nilai material sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan nilai-nilai spiritual. Pengaruh globalisasi dunia semakin besar, arus informasi semakin mudah dan bebas didapat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dengan 2 cepat dan semakin canggih. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada perkembangan kebudayaan di Indonesia, sehingga kebudayaan yang terjadi tidak luput dari pengaruh kebudayaan asing, baik yang melalui proses akulturasi maupun yang berlangsung secara cepat tanpa mencerna terlebih dahulu arti, fungsi, dan hakekatnya. Tanpa disadari pula kebudayaan daerah/tradisional yang merupakan akar kebudayaan bangsa yang telah lama dipegang dihayati akan lepas satu persatu akibat pengaruh kebudayaan asing. Pada saat ini kelestarian akan kebudayaan daerah/tradisional belum mendapatkan perhatian serius baik dari masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya. Kurang adanya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian budaya daerah/tradisional dan kurangnya minat dan kebanggan masyarakat dan budaya daerahnya, padahal masyarakat adalah pendukung utama kelangsungan hidup budaya daerah khususnya di Kota Kendari. Salah satu penyebab dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian budaya daerah/tradisional adalah fasilitas yang ada kurang memberikan kenyamanan pada seniman ataupun pengunjung. Taman Budaya Sulawesi Tenggara yang ada di Kota Kendari belum mewadahi seniman daerah dan masyarakat untuk berkespresi dan berkreasi sesuai dengan nilai-nilai seni dan budaya lokal yang ada di Sulawesi Tenggara. Keseluruhan fasilitas/ bangunan yang ada pada Taman Budaya Sulawesi Tenggara tersebut sudah dalam kondisi rusak dan tidak layak untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Kondisi ini merupakan faktor penyebab turunnya jumlah pengunjung dan aktivitas berkesenian dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari. Pada tahun 2013 jumlah pengunjung Taman Budaya Sulawesi Tenggara sebanyak 1344 orang, sementara pada tahun 2014 mengalami penurunan dengan jumlah pengunjung sebanyak 750 orang (Sumber: Wawancara dengan pihak pengelolah Taman Budaya Sulawesi Tenggara,16 Maret 2015). Otonomi daerah yang mulai diterapkan pada tahun 2001 memberikan dampak cukup signifikan dalam perkembangan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Indonesia. Penerapan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah membuat Taman Budaya Sulawesi Tenggara berganti pengelolaan, dari 3 semula Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat menjadi UPT Daerah. Kondisi tersebut membuat eksistensi Taman Budaya Sulawesi Tenggara sangat tergantung dari political will Pemerintah Daerah masing-masing. Sumber pendanaan dari pemerintah belum cukup untuk membiayai perawatan atau peremajaan bangunan Taman Budaya Sulawesi Tenggara selama ini, ini merupakan salah satu penyebab fasilitas gedung dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara sekarang ini dalam kondisi kritis. Kondisi struktur gedung gedung yang ada dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara sudah dalam keadaan yang rusak hal ini dikarenakan umur bangunan yang sudah lebih dari 20 tahun namun belum pernah ada peremajaan ataupun perawatan. Pondasi yang sudah tidak kokoh, kolom yang tidak layak, atap yang rusak dan kondisi interior yang sudah tidak layak lagi mengharuskan adanya demolition agar kerusakan gedung tersebut tidak membahayakan para pengguna gedung. Penurunan kualitas aktivitas dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara tidak lain karena Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari sudah tidak lagi memenuhi fungsinya sebagai pusat pengembangan budaya dan ruang kreatif bagi seniman daerah, hal ini dibuktikan dari banyaknya kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak pengelolah Taman Budaya Sulawesi Tenggara namun tempat penyelenggaraannya bukan di dalam kawasan tersebut. Kondisi fisik Taman Budaya Sulawesi Tenggara yang kritis menyebabkan turunnya kualitas aktivitas dalam Taman Budaya Sulawesi Tenggara. Dari fenomena tersebut maka sangat penting untuk adanya Redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari guna menghidupkan kembali kawasan tersebut dan mengembalikan fungsi-fungsinya sehingga dapat mewadahi kegiatan seni budaya, menampung kebutuhan seniman, sekaligus menghidupkan kesenian di Sulawesi Tenggara dengan mengikut sertakan masyarakat sekitar. Pada Redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara ini, bangunannya menggunakan konsep arsitektur neo-vernakular bertujuan untuk melestarikan arsitektur tradisional Sulawesi Tenggara dan memberikan daya tarik terhadap pengunjung atau masyarakat, dimana penggunaan konsep neo-vernakular pada bangunan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Indonesia dengan tujuan 4 melestarikan arsitektur tradisional Sulawesi Tenggara dan memberikan daya tarik terhadap pengunjung atau masyarakat. Maka dari itu, penggunaan konsep tersebut sangat baik untuk diterapkan pada bangunan Taman Budaya Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara sehingga dapat menghidupkan kembali animo masyarakat untuk mengunjungi dan beraktivitas di dalamnya dikarenakan memiliki gubahan bentuk bangunan yang menarik tanpa menghilangkan unsur daerah Sulawesi Tenggara. D. Rumusan Masalah. Adapun yang menjadi rumusan masalah pada Redesain Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari ini sebagai berikut : 1. Bagaimana merancang kembali (me-redesain) kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara yang dapat mewadahi seluruh aktifitas kegiatan yang berlangsung di dalamnya? 2. Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip arsitektur neo-vernakular pada redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara? E. Tujuan Pembahasan Berikut tujuan dari perencanaan dan perancangan Taman Budaya Sulawesi Tenggara ini adalah : 1. Untuk menghasilkan kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara yang dapat mewadahi seluruh aktifitas yang berlangsung di dalamnya. 2. Agar dapat menerapkan prinsip-prinsip arsitektur neo-vernakular pada Redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara F. Sasaran Pembahasan Menyusun landasan program perencanaan dan perancangan Taman Budaya Sulawesi Tenggara sebagai landasan konseptual bagi Redesain Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kota Kendari. 5 G. Batasan dan Lingkup Pembahasan 1. Batasan Pembahasan Pembahasan ini ditekankan pada Redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara untuk mengembalikan tujuan dan fungsi Taman Budaya Sulawesi Tenggara sebagai pusat pengembangan budaya daerah dan menjadi ruang kreatif bagi seniman daerah. 2. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan yang dilakukan dibatasi dan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur yang menyangkut konsep dasar Redesain kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara dengan Pendekataan Arsitektur Neo Vernakular di Kota Kendari. 6 BAB II PERANCANGAN PROYEK A. Lokasi Proyek. 1. Gambaran Umum Site. a. Peruntukan : Sarana pariwisata, jasa dan edukasi/pengetahuan 2. b. Luas Tapak : 2,7 Ha c. Koefisien Dasar Bangunan : 30% d. GSB : 40 m Lokasidan Site Terpilih. Lokasi Redesain Kawasan Taman Budaya ini terletak pada Jl.Saosao (lokasi Taman Budaya saat ini), Kecamatan Kadia, dengan arahan fungsi sebagai sarana pariwisata, jasa dan edukasi/pengetahuan, dengan batasan site, sebagai berikut: a. Utara : UPTD Museum b. Timur : MAN 1 Kendari c. Selatan : GOR & Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara 7 d. Barat : Pusat Kerajinan Tenun & Yayasan Global Islamic School 3. Kondisi Eksisting Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari Taman Budaya Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara terletak di Kota Kendari yang juga menjadi ibukota Provinsi tepatnya di Jalan SaoSao No.193. Luas Taman Budaya Sulawesi Tenggara yaitu 27.078 m2. Jumlah pegawai sipil Taman Budaya Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara thun 2014 sebanyak 23 orang. Gambar II.1 Bagan Struktur Organisasi Pengelola Taman Budaya Sulawesi Tenggara C A H I B D \ BG J E F K L M Gambar II.2 Denah Kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara 8 Keterangan: A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. Pintu masuk utama Gedung administrasi Gedung perpustakaan/Kantor Gedung dokumentasi/ Gudang Gezebo Aula Gedung seni rupa dan teater Koperasi Gedung musik Gedung tari Rujab KA,TB Wisma 1 Wisma 2 1) Gedung Dokumentasi/ Gudang Gambar II.3. Denah Gedung Dokumentasi/Gudang Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.4 .Kondisi Gedung Dokumentasi/Gudang Taman Budaya Sulawesi Tenggara 9 2) Gedung Perpustakaan/ Kantor Gambar II.5 .Denah Gedung Perpustakaan/ Kantor Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.6.Kondisi Gedung Perpustakaan/ Kantor Taman Budaya Sulawesi Tenggara 3) Gedung Administrasi Gambar II.7 .Denah Gedung Administrasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara 10 Gambar II.8 . Kondisi Gedung Administrasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara 4) Gedung Seni Rupa dan Teater Gambar II.9 .Denah Gedung Seni Rupa dan Teater Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.10 .Kondisi Gedung Seni Rupa dan Teater Taman Budaya Sulawesi Tenggara 5) Gedung Musik Gambar II.11 .Denah Gedung Musik Taman Budaya Sulawesi Tenggara 11 Gambar II.12 .Kondisi Gedung Musik Taman Budaya Sulawesi Tenggara 6) Aula Gambar II.13.Denah Aula Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.14 .Kondisi Aula Taman Budaya Sulawesi Tenggara 12 7) Pendopo Gambar II.15.Denah Pendopo Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.16.Kondisi Pendopo Taman Budaya Sulawesi Tenggara 8) Gedung Wisma 1 Gambar II.18 .Kondisi Wisma 1 Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.17 .Denah Wisma 1 Taman Budaya Sulawesi Tenggara 13 9) Gedung Wisma 2 Gambar II.20 .Kondisi Wisma 2 Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.19 .Denah Wisma 2 Taman Budaya Sulawesi Tenggara 10) Gedung Seni Tari Gambar II.21 .Denah Gedung Seni Tari Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.22 .Kondisi Gedung Seni Tari Taman Budaya Sulawesi Tenggara 14 11) Gedung Rumah Jabatan Kepala Taman Budaya Lantai 2 Lantai 1 Gambar II.23 .Denah Rumah Jabatan Kepala Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.24 .Kondisi Rumah Jabatan Kepala Taman Budaya Sulawesi Tenggara 12) Koperasi Gambar II.25.Denah Koperasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara Gambar II.26 .Kondisi Koperasi Taman Budaya Sulawesi Tenggara 15 Tabel II.1. Matriks Kondisi Bangunan Taman Budaya Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara GEDUNG/ LUAS NO. RUANG FUNGSI (M2) PERMASALAHAN 1 1 2 GEDUNG KANTOR I 3 Perpustakaan 4 419 5 Pondasi:pondasi yang tidak kokoh FOTO 6 Kolom/ Tiang: tidak layak Balok: Atap: tidak layak 2 GEDUNG KANTOR II Administrasi 254 Pondasi: Pondasi yang tidak kokoh Kolom/ Tiang: tidak layak Dinding:tidak layak Atap Tidak layak 3 GEDUNG PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI Pameran 297 Pondasi: Pondasi tidak kokoh Kolom/ Tiang: tidak layak Dinding: tidak layak Atap: Tidak layak 4 GEDUNG PENDOPO Sanggar 297 Pondasi: Kolom/ Tiang: Layak Balok: Atap : Layak 5 GEDUNG AULA Pusat olah seni 805 Pondasi: Kolom/ Tiang:Tidak Layak Balok: Atap: Tidak Layak 6 GEDUNG MESS I Wisma I 184 Pondasi: pondasi yang tidak kokoh Kolom/ Tiang: tidak layak Dinding: dinding mulai lapuk/tidak layak Atap: Bagian atap sudah mulai lapuk/tidak layak 16 1 7 2 GEDUNG MESS II 3 Rujab Kepala Taman Budaya Sulawesi Tenggara 4 328 5 6 Pondasi: Kolom/ Tiang: Interior: Tidak layak Atap: plafon tidak layak 8 GEDUNG MESS III Wisma II 301 Pondasi: Pondasi yang tidak kokoh/ tidak layak Kolom/ Tiang: interior:tidak layak 9 10 GEDUNG SENI TARI I GEDUNG SENI TARI II SENI TARI Seni Rupa dan Teater 238 222 Atap: Plafon atas rusak/tidak layak Pondasi: pondasi yang tidak kokoh/tidak layak Kolom/ Tiang: tidak tahan lama/tidak layak Balok: Atap: atap yang mulai rusak/tidak layak Pondasi: Kolom/ Tiang: 11 GEDUNG KANTOR Koperasi 363 Dinding: sudah tidak tahan lama/tidak layak Atap; plafon atas tidak layak Pondasi: pondasi tidak kokoh atau tidak layak Kolom/ Tiang: tidak bisa menyangga untuk waktu lama/tidak layak Balok: 12 GEDUNG SENI MUSIK Seni Musik 229 Atap: Atap yang sudak tidak layak Pondasi: tidak mampu menopang dengan waktu lama Kolom/ Tiang: Balok: Atap tidak layak Sumber : Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Model Redesain Taman Budaya Sulawesi Tenggara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012 17 B. KonsepPengolahanTapak. 1. Arah Orientasi Bangunan Arah orientasi bangunan pada kawasan Taman Budaya ini mengarah ke arah barat laut yaitu mengarah ke Jl. Sao-sao arah tersebut di pilih dikarenakan memiliki view yang baik dan fasad bangunan akan terlihat lebih jelas. Arah pandang kebangunan Gambar II.27 Arah Orientasi Bangunan. 2. Pencapaian KeTapak Pencapain menuju tapak dapat diakses melalui Jl. Sao-sao. Jalur masuk kendaraan ditempatkan pada Jl.Sao-sao, sedangkan jalur keluar kendaraan dibagi menjadi dua yaitu jalur keluar kendaraan pengunjung dan jalur keluar kendaraan khusus pengelola. Jalur keluar khusus pengelola diletakkan pada Jl.Sao-sao bersampingan dengan jalur masuk kendaraan, sedangkan jalur keluar kendaraan pengunjung diletakkan pada Jl.Pasaeno. 18 Jalur keluar kendaraan pengunjung Jalur masuk Jalur keluar kendaraan khusus pengelola Gambar II.28 Pencapaian Ke Tapak Jalur keluar kendaraan khusus pengelola Jalur masuk Gambar II.29 Jalur Masuk dan Jalur Keluar Gambar II.30 Jalur Keluar Kendaraan Pengunjung 3. Noise / Kebisingan Penanaman pohon di sekitar tapak, serta penempatan beberapa area parkir dan open space/plaza pada bagian depan kawasan guna mengurangi kebisingan-kebisingan dari arah Jl.Sao-sao dan 19 menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan suasana tenang jauh dari sumber kebisingan Kebisingan Gambar II.31 Noise / Kebisingan. 4. Penzoningan Penzoningan pada tapak didasarkan pada pengelompokan kegiatan yang mempunyai sifat hubungan dan fungsi yang kurang lebih sama dan merupakan urutan-urutan kegiatan yang terjadi Gambar II.32 Zoning 20 Ket: Zona Publik Zona Semi Publik Zona Privat Zona Servis C. Konsep Tata Ruang Luar. 1. Soft Material. a. Pohon Palm digunakan sebagai pengarah sirkulasi kendaran dalam site Gambar II.33 Pohon Palm b. Pohoncemara digunakan sebagai pengarah sirkulasi pejalan kaki dalam site Gambar II.34 Pohon Cemara c. Pohon flamboyant, berfungsi sebagai tanaman peneduh dan penyaring debu, tanaman ini akan ditempatkan pada taman ataupun open space Gambar II.35 Pohon Flamboyant 21 d. Bunga Asoka sebagai tanaman pembatas Tanaman pembatas Gambar II.36 Asoka e. Rumput Gajah mini digunakan sebagai Groundcover / penutup tanah. Gambar II.37 Rumput Gajah Mini 2. Hard Material. a. Paving Blok, digunakan sebagai jalur pedestrian. Paving Block Gambar II.38 Jalur Pedestrian b. Aspal, digunakan sebagai jalur sirkulasi kendaraan dalam tapak Aspal Gambar II.39 Aspal. 22 c. Bangku Taman Gambar II.40 Bangku Taman d. Pagar Gambar II.41 Pagar e. Selasar Selasar sebagai penghubung antara gedung pameran, gedung pertunjukan dan gedung pengelola Gambar II.42 selasar 23 f. Kolam Kolampada plaza/open space sebagai penyejuk dan penambah nilai keindahaan, pada kolam diletakkan sclupture yang mencerminkan aktifitas kesenian dalam kawasan Taman Budaya. Gambar II.43 Kolam Pada Plaza/Open Space 24 BAB III PERANCANGAN BANGUNAN A. Bentuk dan Penampilan Bangunan. Konsep dasar pada Kawasan Taman Budaya ini mengambil pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular.Pada redesain ini mengambil bentuk dari rumah adat tolaki di karenakan lokasinya berada di Kota Kendari.Pada pengembangannya, bangunan yang mengambil bentuk arsitektur Tolaki didesain dengan menggunakan material-material modern dan mengalami perubahan bentuk sesuai dengan aktivitas yang diwadahi dalam bangunanbangunan yang ada dalam kawasan Taman Budaya Sulawesi Tenggara di Kota Kendari. Ornamen-ornamen pendukung estetika pada bangunan menggunakan motif motif dari daerah yang berada di Sulawesi Tenggara. Bentuk dan tampilan bangunan di Kawasan Taman Budaya 1. Gedung Pertunjukan Pada gedung pertunjukan atap depan gedung didesain bertingkattingkat dengan menggunakan material Aluminuium Composite Panel dengan penggunaan motif tenun tolaki. Penggunaan ukiran nenas pada bagian atas gedung pertunjukan, dan ukiran moronene sebagai profil pada bagian jendela. Ornamen nenas pada bagian atas gedung pertunjukan Penggunaan motif tenun tolaki pada atap bagian depan gedung pertunjukan dengan penggunaan material.ACP GambarIII.1. Bentuk dan Tampilan Gedung Pertunjukan 25 2. Gedung Pameran Pada gedung pameran mengikuti bentuk dasar dari rumah adat tolaki yaitu berbentuk persegi dan memiliki 40 tiang yang merupakan simbol kelengkapan pernikahan adat yakni 40 sirih dan 40 pinang dengan 9 tiang utama (siwolembatohu) Diibaratkan sebagai siwolembatohu yaitu 9 tiang yang merupakan inti rumah GambarIII.2. Bentuk Gedung Pameran 26 GambarIII.3. Tampilan Gedung Pameran Penggunaan ukiran moronene pada tampilan bangunan, penggunaan motif tenun tolaki pada kolom dan bukaan yang bentuknya diadopsi dari bentuk sisik naga 27 3. Gedung Pengelola Penggunaan Jalusi Motif tenun tolaki pada kolom gedung Bukaan yang bentuknya diadopsi dari sisik naga GambarIII.4. Bentuk dan Tampilan Gedung Pengelola 4. Amphitheater Menggunakan balok kayu GambarIII.5.Amphitheatre 28 5. Wisma Jalusi Bukaan yang bentuknya diadopsi dari bentuk sisik naga GambarIII.6. Wisma Pada wisma menerapkan bentuk atap rumah adat tolaki , menggunakan jalusi dan membuat bukaan yang mengadopsi bentuk sisik naga. 6. Sanggar GambarIII.7. Sanggar-sanggar 29 B. BesaranRuang Tabel III. 1BesaranRuang No Ruang Acuan(m2) 1 2 3 1 Kegiatan Pertunjukan Gedung Pertunjukan Lantai Dasar - Ruang Panggung 195 - Ruang Penonton 1365 - Back Stage 260 - Lavatory 31,2 Lantai 1 - Ruang Penonton - Gudang Alat - Ruang Kontrol - Lavatory Total 1851,2 Amphitheatre - Panggung 72 - Ruang Penonton 122 Total 194 2 Kegiatan Pameran Gedung Pameran Lantai Dasar - Ruang Pamer 780 - Gudang Koleksi 195 - Lavatory 31,2 Lantai Lantai 1 - Ruang Pamer - Gudang Koleksi - Lavatory Total 1006,2 3 Kegiatan Pengelolaan dan Dokumentasi Gedung Pengelola Lantai Dasar - Ruang Kepala Taman Budaya 26 - Ruang Bendahara 26 - Ruang Kasubag Tata Usaha 26 - R.Kepala Seksi Seni Pertujukan 26 - R. Kepala Seksi Seni Rupa - Ruang Tamu - Ruang Rapat - Ruang Pegawai/Staff - Koridor - Perpustakaan - Lavatory Lantai 1 - Balai Seni - Ruang Dokumentasi - Lavatory Total Laporan(m2) 4 144 1026 156 24 522 156 18 24 2070 72 129 201 792 120 24 306 120 24 1386 24 18 18 26 10,92 44,85 85,8 275 48 18 18 12 36 54 144 270 24 256 270 210 1060,57 354 24 1284 30 1 4 2 pelatihan seni sanggar seni musik - Ruang Latihan 1 - Ruang Latihan 2 - Hall - Ruang Alat - Lavatory - teras total Sanggar Seni Karawitan - Ruang Pertunjukan Seni Karawitan - Ruang Alat - Ruang Tutorial - Ruang Tutorial - Lavatory - teras total Sanggar Seni Tari - Ruang Latihan - Ruang Alat - Ruang Baju - ruang perlengkapan - Lavatory - teras total Sanggar Seni Lukis - Ruang Pamer - Ruang Tutorial - Ruang Penyimpanan Karya - Ruang Peralatan - Lavatory teras total Sanggar Seni Patung & Kriya - Ruang Pamer - Ruang Pentimpanan Karya - Ruang Tutorial - Ruang Peralatan - Lavatory - teras total 3 4 22,75 22,75 65 22,75 11,7 22,75 22,75 65 22,75 12,25 10,4 155,35 10,5 156 75,4 75,5 11,7 22,75 22,75 11,7 10,4 154,7 12,25 22,75 22,75 12,25 10,5 156 93,6 11,7 11,7 11,7 11,7 10,4 150,8 96,5 12,25 12,25 12,25 12,25 10,5 156 75,4 22,75 22,75 11,7 11,7 10,4 154,7 75,5 12,25 22,75 22,75 12,25 10,5 156 75,4 22,75 22,75 11,7 11,7 10,4 154,7 75,5 12,25 22,75 22,75 12,25 10,5 156 31 2 Sanggar Seni Teater & Sastra - Ruang Latihan - Ruang Alat - Ruang Perlengkapan - ruang kostum - Lavatory - teras total Sanggar Seni Pendalangan - Ruang Latihan - Ruang Perlengkapan - Ruang Alat - ruang kostum - Lavatory -teras total Wisma Lantai Dasar - Kamar Tidur - Ruang Wudhu Lantai 1 - Kamar Tidur - Musholah 1 5 Total 6 Ruang Generator 7 Souvenirshop 8 Cafetaria TOTAL KESELURUHAN 3 4 93,6 11,7 11,7 11,7 11,7 10,4 150,8 96,5 12,25 12,25 12,25 12,25 10,5 156 93,6 11,7 11,7 11,7 11,7 10,4 150,8 600 150 750 16 18 90 6057,82 96,5 12,25 12,25 12,25 12,25 10,5 156 235 103,5 253 103,5 695 16 81 90 6915 Selisih (Deviasi) besaran ruang : Sesudah Perancangan – Sebelum Perancangan = × 100 % Sebelum Perancangan 6915-6057,82 = × 100 % 6057,82 = 14,14% Tabel III. 2 Luas Lantai Dasar No Gedung Luas Lantai Dasar(m2) 1 2 3 1 Gedung Pertunjukan 1350 2 Gedung Pameran 936 3 Gedung Pengelola 636 4 Wisma 338,5 32 1 5 6 2 Amphitheatre Cafetaria 7 8 9 10 11 Total 3 201 90 Souvenir Shop Sanggar (8 buah) Pos Jaga (2Buah) WC Umum (2buah) Gudang Genset 81 1248 8 42,96 16 4950,46 Tabel III.3 Luas Parkir No 1 2 Parkir Parkir Pengelola Parkir Pengunjung Luas (m2) 935,8 2372,7 Luas OS = Luas Site – Luasan Lantai Dasar = 27.078 – 4950,46 = 22127,54 KBC = 4950,46 X 100% 27.078 = 18,28% KOS = 22127,54 X 100% 27.078 = 81,72 % KBC : KOS = 18 : 82 Deviasi perancangan terjadi diakibatkan dari pengaturan ruang-ruang dalam bangunan yang mengikuti bentuk utama bangunan, sehingga menyebabkan penambahan besaran ruang, serta mengikuti modul struktur yang di gunakan pada bangunan sehingga mengakibatkan sedikit perubahan pada besaran ruang dari sebelumnya. C. Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan. 1. Sub Struktur. Sistem Sub struktur di sesuaikan berdasarkan modul struktur yang digunakan, besaran ruang serta bentuk bangunan itu sendiri. Pondasi garis digunakan pada bagian-bagian yang bebannya tidak terlalu berat. 33 Gambar III.8 Pondasi Garis Pondasi Poer Plat digunakan sebagai sub struktur utama untuk menopang dan meneruskan beban. Gambar III.9 Pondasi Poer Plat 2. Super Struktur Terdiri dari balok dan kolom, beban-beban dari lantai diteruskan kolom ke pondasi. Untuk super struktur bangunan menggunakan kolom 60x60. 34 Balok Balok Anak Gambar III.10 Balok dan Kolom 3. Upper struktur Upper struktur bangunan menggunakan kuda-kuda baja. Kuda-kuda baja digunakan karena bentangan tumpuan bias 15 m. Bahan yang dipakai yaitu IWF, C (canal), I (siku). Gambar III.11 Kuda-kuda Baja 35 D. Tata RuangDalam 1. Pengguanaan Material-Material Pada Ruang Dalam Bangunan a. Lantai 1) Lantai kayu digunakan karena memberi kesan lebih natural. Digunakan pada ruang pamer, panggung pada ruang pertunjukan, ruang latihan tari. Gambar III.12. Ruang Pameran 2) Karpet digunakan karena dapat meredam suara, digunakan pada studio musik dan pada ruang pertunjukan Gambar III.13.Gedung Pertunjukan 3) Tegel keramik yang di gunakan karena pekerjaan dan perawatannya mudah, digunakan hampir diseluruh ruangan yang ada pada gedung-gedung di kawasan Taman Budaya Gambar III.14 Ruang Tamu Gambar III.15 Perpustakaan 36 b. Dinding 1) Batu bata digunakan diseluruh gedung yang ada di kawasan Taman Budaya 2) Tegel Kramik digunakan pada ruangan yang kelembabannya tinggi seperti lavatory 3) Kaya digunakan untuk menutupi bukaan 4) Partisi digunakan hanya sebagai pembatas yang sifatnya temporer atau tidak permanen. c. Plafond 1) Plafond kayu digunakan untuk memberi kesan tradisional natural 2) Plafond Multipleks digunaakn karena pekerjaannya mudah dan memiliki bobot yang ringan 2. Pengkondisian Ruang a. Pencahayaan 1) Pencahayaan Alami Pada ruang-ruang di gedung pengelola, pencahaan alami dimanfaatkan semaksimal mungkin melalui bukan-bukaan pada gedung. Jendela dan jalusi dimaksimalkan agar cahaya dapat masuk ke dalam ruangan Gambar III.16 Pencahayaan Alami Pada Ruang Pegawai 37 2) Pencahayaan Buatan Pencahaan buatan digunakan untuk mendukung kegiatan yang adadi dalam ruangan dan juga memberi kesan tersendiri pada ruang-ruang yang ada. a) Spot Light/ Accent Light Digunakan untuk menyinari benda-benda karya seni pada ruang pamer. Gambar III.17 Pencahayaan Buatan dengan Spot Light b) Down Light Digunakan pada tiap ruangan dan mempertimbangkan standar-standar pencahayaan dan tata lampu. Gambar III.18 Pencahayaan Buatan dengan Down Light c) Indirect Light Digunakan pada tiap ruangan dengan lampu tersembunyi yang memanfaatkan bias cahayanya saja, keunggulan indirect light ini adalah dapat menghasilkan cahaya yang merata tanpa membuat mata. 38 3. Ornamen-ornamen a. simbol naga diterapkan pada panggung di gedung pertunjukan Gambar III.19. Simbol Naga Pada Gedung Pertunjukan b. Bunga pakis digunakan sebagai profil pagar balkon Gambar III.20. Simbol bunga pakis pada pagar balkon 39 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan. Taman Budaya merupakan wadah bagi seniman daerah dan masyarakat untuk berkespresi dan berkreasi sesuai dengan nilai-nilai seni dan budaya lokal yang ada di Sulawesi Tenggara dan juga sebagai wadah promosi dan pemasaran wisata budaya. Untuk mewadahi seluruh aktivitas adapun fasilitas yang ada meliputi gedung pertunjukan, gedung pameran, gedung pengelola, perpustakaan, wisma, musholah, sanggar-sanggar, amphitheatre, cafetarian, dan juga souvenir shop. Pada redesain ini menggunakan pendekatan neo-vernakular dari arsitektur tolaki. Hal ini di karenakan lokasi pembangunannya berada di Kota Kendari. Pada penerapannya pula mengambil ukiran dan simbol dari beberapa daeran di Sulawesi Tenggara yaitu ukiran moronene, motif tenun tolaki, dan simbol nenas dan naga dari Buton. 40 DAFTAR PUSTAKA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Taman Budaya Propinsi Sulawesi Tenggara, 2014. Struktur Organisasi Pengelolah Taman Budaya. Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kota Kendari, 2013, Peta Rencana Pola Ruang 2010-2030. Hakim Rustam dkk, 2006. Komunikasi Grafis Arsitektur & Lansekap. Bumi Aksara, Jakarta. Jancks Charles, 1977. The Language Of Post-Modern Architecrure Revised Enlarged Edition, Balding & Mansell Ltd, Wisbech, England. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman. Pedoman Standarisasi Taman Budaya Tahun 1981/1982. Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Model Revitalisasi Taman Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012 Neufert, Ernest, 1996. Data Arsitek, Jilid 1 & 2, Penerbit Erlangga, Jakarta Zikri Ahlul. 2012. http://ahluldesigners.blogspot.com./2012/08/arsitektur-neovernakular-a.htm. (diakses 22 Oktober 2014)