Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Program Remedial Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Akuntansi Kelas X Akuntansi SMKN 3 Padang Dengan Standar Pelaksanaan Remedial Dari Departemen Pendidikan Nasional 2008 DILA MONISA 02406/08 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Conformance Analysis Between The Implementation of Remedial Teaching Process of Accounting Vocational Competence in 10th Grade Accounting Class with The Guidelines and Principles of Remedial Suggested by Departemen Pendidikan Nasional 2008 Dila Monisa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan program remedial disekolah telah dilaksanakan sesuai dengan panduan pelaksanaan dan prinsip pelaksanaan remedial yang disarankan oleh DepartemenPendidikan Nasional tahun 2008. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X akuntansi SMK N 3 Padang. Penelitian dikhususkan pada pelaksanaan remedial dimata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa, guru mata pelajaran, ketua jurusan, wakil kepala sekolah dan Kepala SMK N 3 padang dapat digambarkan bahwa pelaksanan remedial di kelas ini belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan dan juga belum memenuhi prinsip pelaksanaan remedial yang diberikan depdiknas. Kendala utama yang ditemui guru untuk melaksanakan remedial sesuai dengan apa yang disarankan Depdiknas adalah kurangnya waktu yang tersedia bagi guru. Selain beban mengajar guru yang mencapai 24 jam dalam seminggu, sekolah ini juga memberlakukan pembelajaran dua shift mulai dari pukul 07.10 WIB sampai dengan 15.45 WIB. Melihat masalah yang ditemukan selama penelitian dapat disarankan kepada sekolah untuk pihak sekolah perlu merevisi kembali pengelolaan waktu belajar siswa dan waktu mengajar guru. Guru juga harus memperbaiki cara pelaksanaan remedial dengan baik dan mengacu kepada apa yang disarankan oleh Depertemen Pendidikan Nasional. Kata kunci: Pembelajaran Remedial Abstract This study aims to look the implementation of remedial teaching process in schools whether have been implemented in accordance to the guidelines and principles of the implementation of remedial suggested by the Departemen Pendidikan Nasional 2008 or not. The sample in this study was the 10th grade accounting student of SMK N 3 Padang. The research is devoted to the implementation of remedial in 10th grade accounting class. Based on observartion and interviews with students, teachers, chair person of accounting department, vice principal of curriculum, and headmaster of SMKN 3 Padang, can be drawn that remedial process in this class is not fully implemented in accordance to what is recomended. The main problem for teachers to implemented remedial teaching is the time whic is provided for teacher is not enough for teaching learning process. This school begin at 07.10 WIB untill 14.45 WIB and teachers have 24 hours in a week for teaching. Based on the problem which found during the study, can be recommended that the school needs to revise time management for students and teachers. Teachers also need to improve the implementation of remedial teaching and should be referred to what is suggested by Departemen Pendidikan Nasional 2008. Keyword: Remedial Teaching Process PENDAHULUAN Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, diterapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Sistem yang dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem acuan kriteria. Dalam sistem ini peserta didik diharuskan mencapai batas ketuntasan tertentu yang disebut dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM). Peserta didik yang mampu mencapai batas KKM yang ditetapkan akan dinyatakan tuntas dan sebaliknya peserta didik yang belum mampu mencapai batas KKM dinyatakan belum tuntas. Tidak semua peserta didik mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Terkadang ditemui beberapa diantara mereka tidak mampu menerima pembelajaran dengan baik sehingga tidak mampu mencapai nilai sebagaimana yang telah. Keadaan seperti ini juga penulis temui di SMK N 3 Padang. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di kelas X akuntansi di SMK ini, penulis menemukan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum mampu mencapai batas KKM yang telah ditentukan oleh guru mata pelajaran. Dalam Setiap KK yang diujikan selalu saja ada peserta didik yang tidak tuntas. Bahkan Untuk KKM mata pelajaran secara keseluruhan hampir setengah dari peserta didik tidak mampu mencapinya. Dalam sistem pembelajaran tuntas setiap peserta didik diharuskan untuk menuntaskan setiap mata pelajaran yang ia terima disekolah. Guru diharuskan untuk dapat membantu siswa yang belum tuntas sampai mereka mendapatkan nilai yang lebih memadai yang mencapai batas KKM yang telah ditentukan. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat membantu siswa yang belum tuntas ini, salah satu diantaranya adalah memberikan pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial, seperti yang dijelaskan oleh Abu Ahmadi dan Supriyono (2008:153), adalah “suatu bentuk pengajaran yang menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat hasil belajar yang dicapai lebih baik dari pengajaran sebelumnya.” SMK N 3 Padang juga memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didiknya yang belum mampu mencapai hasil belajar memuaskan, dan remedial ini diberikan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Seperti yang dijelaskan oleh Abu Ahmadi dan Supriyono (2008 : 153), pembelajaran remedial baru bisa diadakan setelah guru mengetahui kesulitan belajar peserta didik. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran remedial ini sebaiknya juga berbeda dengan metode pembelajaran sebelumnya. Dijelaskan juga oleh Abu Ahmadi dan Supriyono bahwa pembelajaran remedial ini dilakukan dengan memperhatikan perbedaan dan kesulitan belajar masing-masing siswa. Hal ini ditujukan agar siswa lebih memahami pelajaran melalui cara yang mereka butuhkan masing-masing. Pembelajaran remedial ini dilakukan secara terus menerus sampai siswa yang diberikan remedial memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Depdiknas memberikan Panduan pelaksanaan dan Prinsip yang harus dipenuhi dalam pembelajaran remedial. Panduan dan prinsip ini diberikan dengan harapan pembelajaran remedial dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan dapat benar-benar membantu kesulitan belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana pelaksanaan remedial mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi di kelas X akuntansi SMK N 3 Padang telah sesuai dengan panduan pelaksanaan dan prinsip remedial yang diberikan oleh depdiknas. Penelitian ini akan didasarkan kepada pengamatan terhadap pelaksanaan remedial di tiga kompetensi kejuruan dalam mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi yaitu mengenai mengelola dokumen transaksi, memproses entry jurnal dan memproses buku besar. KAJIAN TEORI Belajar Dan Pembelajaran Menurut UU No. 20 tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan adalah suatu usaha membentuk manusia seutuhnya dan dewasa, maksudnya membangun segala aspek dimensi yang dimiliki oleh seseorang hingga tahap optimal dari kemampuan. Proses belajar yang baik tentunya akan membawa hasil yang memuaskan dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan, Muhibinsyah dalam Sagala (2003: 4). Belajar merupakan aspek paling penting dalam setiap usaha penyelenggaraan pendidikan. Tanpa adanya proses belajar mengajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Belajar senantiasa diakatakan sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar menurut Gagne dalam Sagala (2003:14) adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi tadi. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar menurut Arthur T. Jersild yang dikutip oleh Sagala (2003: 12), “belajar adalah modification of behavior through experience and training yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan”. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada diri individu tersebut, perubahan tidak hanya dengan bertambahnya ilmu tetapi juga terbentuknya kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli mengenai pengertian belajar Suryabrata (2004:232) mengemukakan beberapa hal pokok dalam kegiatan belajar dan mengajar yaitu: a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial) b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja) Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga diharapkan adanya perubahan tingkah laku dari siswa setelah melalui proses belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka harus diciptakan proses belajar yang baik dengan dikukung oleh sarana dan prasarana penunjang yang baik pula sehingga nantinya perubahan yang diharapkan dapat tercapai. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang baik siswa sebagai yang belajar harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Meskipun guru adalah orang yang harus menata lingkungan belajar dan bertugas untuk membentuk peluang agar tercapainya tujuan belajar dengan baik, namun tetap saja siswa adalah faktor penentu utama terwujudnya proses belajar. Peran guru dalam interaksi proses belajar adalah pengendalian yang meliputi: 1) menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak, 2) menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa, 3) menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih, Budiningsih (2005:58). Pembelajaran Remedial Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas No. 22,23,24 tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 tahun 2007 tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Sistem yang dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Remedial dilihat dari arti katanya berarti mengobati atau menyembuhkan menjadi lebih baik, Kunandar (2007:237). Sehingga jika dikaitkan dengan pengajaran maka pengajaran remedial, seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriyono (2008:152), adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat agar hasil yang dicapai lebih baik dari pengajaran yang diberikan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas tahun 2008 mengenai sistem penilaian KTSP dan Panduan penyelenggaraan remedial, Sudrajat (2008), yaitu remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Pengajaran remedial diberikan kepada peserta didik yang belum bisa mencapai KKM dengan terlebih dahulu meneliti bagian-bagian yang mana yang tidak bisa dipahami oleh peserta didik dalam pembelajaran. Setelah permasalahan diidentifikasi barulah dilaksanakan pembelajaran remedial dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang lebih bervariatif sehingga peserta didik lebih dapat mengerti. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajaran remedial/ perbaikan memiliki beberapa fungsi, Ahmadi dan Supriyono (2008:155) 1. Korektif Artinya dalam fungsi ini pengajaran remedial diadakan pembetulan atau perbaikan antara lain: perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, Materi dan alat pelajaran, evaluasi, segi pribadi dan lain-lain. 2. Pemahaman Artinya dari pihak guru, siswa atau pihak lain dapat memahami siswa. 3. Penyesuaian Penyesuaian pengajaran perbaikan terjadi antara siswa dengan tuntutan dalam proses belajarnya. Artinya siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil baik lebih besar. Tuntutan disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan sehingga mendorong untuk lebih belajar. 4. Pengayaan Maksudnya pengajaran perbaikan itu dapat memperkaya proses belajar mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam pengajaran perbaikan sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau dengan singkatnya prestasi belajar lebih kaya. 5. Akselarasi Maksudnya pengajaran perbaikan dapat mempercepat proses belajar baik dari segi waktu maupun materi. 6. Terapeutik Secara langsung ataupun tidak pengajaran perbaikan dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang. Penyembuhan ini dapat menunjang pencapaian prestasi belajar dan pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi (timbal balik). Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dari pembelajaran remedial seperti yang dijelaskan Depdiknas tentang penyelenggaraan pembelajaran remedial tahun 2008, adalah: 1. Adaptif Program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Hal ini di sebabkan oleh karena peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri sehingga pembelajaran remdial harus mampu mengakomodasi semua perbedaan tersebut. 2. Interaktif Pembelajaran remdial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar yang merupakan perbaikan perlu selalu mandapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. 3. Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian Metode pengajaran dan metode penilaian yang digunakan dalam pembelajaran remedial haruslah bervarisi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik individu yang dimiliki oleh peserta didik. 4. Pemberian umpan balik sesegera mungkin Setelah melaksanakan pembelajaran remedial umpan balik berupa informasi mengenai kemajuan belajar peserta didik perlu diberikan sesegera mungkin. Hal ini dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut pada peserta didik. 5. Kesinambungan dan ketersediaan dalam pemberian layanan Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masingmasing. Pelaksanaan pembelajaran remedial seperti yang dijelaskan dalam Depdiknas 2008 tentang sistem penilaian KTSP mengenai panduan penyelenggaraan pembelajaran remedial adalah sebagai berikut: 1. Diagnosis Kesulitan belajar a. Tujuan Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. b. Teknik Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: 1) Tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), 2) Tes diagnostik, 3) Wawancara, 4) Pengamatan dan sebagainya. 2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Setelah kesulitan belajar peserta didik di analisis, selanjutnya yang harus dilakukan adalah memberikan tindakan berupa pembelajaran remedial. Bentukbentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain: a. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pemberian pembelajaran ulang ini diberikan dengan melakukan penyederhanaan materi, cara penyajian yang lebih bervariasi. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagi tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. c. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. d. Pemamfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab. 3. Waktu pelaksanaan Pembelajaran remedial Pembelaran remedial dilakukan setelah peserta didik telah menempuh tes/evaluasi untuk satu KD. Jika setelah tes yang diberikan diketahui beberapa orang peserta didik yang perlu dilakukan remedial barulah remedial tersebut dilakukan. Pelaksanaan remedial bisa dilakukan diluar jam pelajaran reguler. Hasil belajar yang menunjukkan peserta didik telah mencapai tingkat ketuntasan diperoleh melalui tes dan penilaian-penilaian lainnya oleh guru. Begitu pula pada pembelajaran remdial, untuk mengetahui tujuan pembelajaran remedial sudah tercapai atau belum maka dilakukan tes, pemberian tugas ataupun sistem penilaian lainnya sehingga di peroleh hasil yang diinginkan. Hasil Belajar Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa perubahan perilaku dan penambahan ilmu pengetahuan merupakan hasil yang diharapkan dalam proses belajar dan mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki oleh peserta didik/siswa setelah ia menerima pengalaman belajar mengajarnya. Menurut Horward Kingsley dalam Sudjana (2009:22) ada tiga macam hasil belajar yaitu a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Masing-masing hasil belajar tersebut dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan menurut Gagne masih dalam Sudjana (2009:22) ada lima kategori hasil belajar yaitu a) informasi verbal, b) keterampilan intellektual, c) strategi kognitif, d) sikap, dan e) keterampilan motoris. Hasil belajar yang digunakan dalam sistem pendidikan nasional adalah menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom. Bloom dalam Sudjana (2009:22) mengemukakan hasil belajar yang dibagi menjadi tiga ranah yaitu: 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu: a. Pengetahuan, yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. b. Pemahaman, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari yang terbagi atas tiga kategori yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi. c. Aplikasi, mencakup kemampuan untuk menerapkan abstraksi (kaidah) berupa ide, teori, atau petunjuk teknis pada situasi kongkrit. d. Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. e. Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru dari unsur-unsur atau bagian-bagian. f. Evaluasi, meliputi kemampuan untuk memberi keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan sudut pandang tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, material dan sebagainya. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu: a. Penerimaan, yakni semacam kepekaan dalam menerima ransangan dari luar yang datang kepada dalam masalah, situasi, gejala , dan lain-lain. b. Jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap simulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. c. Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. d. Organisasi, yakni pengembangan dari dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e. Internalisasi, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribdian dan tingkah lakunya. 3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga ranah atau aspek hasil belajar seperti yang diungkapkan Bloom diatas akan diperoleh melalui proses penilaian. Proses penilaian yang dilakukan akan berbeda beda untuk setiap ranah, ada yang dilakukan melalui tes, pengamatan ataupun penskoran. Menurut Sudjana (2009:4) penilaian ini berfungsi sebagai a) alat untuk mengatahui tercapainya tidaknya tujuan instruksional, b) umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, c) dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Slameto (2010) bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: a. Faktor internal 1. Faktor biologis (jasmaniah), keadaan jasmani yan perlu diperhatikan meliputi keadaan otak, panca indra, anggota tubuh. Kondisi fisik yang baik akan sangat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh. 2. Faktor psikologis, meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang stabil dan mantap. Faktor psikologis meliputi hal-hal sebagai berikut: intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang, kemauan dan bakat. b. Faktor eksternal 1. Faktor lingkungan keluarga, merupakan lingkungan pertama dan yang paling utama dalam keberhasilan belajar seseorang. Suasana rumah yang tenang dan dukungan orang tua akan mempengaruhi hasil belajar. 2. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa serta hubungan siswa dengan siswa. 3. Faktor lingkungan masyarakat, seperti lembaga pendidikan nonformal dan kondisi lingkungan sekitar masyarakat. METODELOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini dapat penulis golongkan pada penelitian deskriptif kuantitatif Tempat dan Waktu penelitian Penelitian mengenai evaluasi program pada mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi ini dilaksanakan di SMKN 3 Padang pada bulan Juli 2012. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah penulis. Namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang akan melengkapi data dan sebagai perbandingan dengan data yang akan diperoleh melalui observasi dan wawancara. Sampel Sumber Data Sampel sumber data dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas X akuntansi SMK N 3 Padang yang terdiri dari 108 orang siswa dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2 : Jumlah Siswa kelas X akuntansi SMK N 3 Padang No KELAS JUMLAH SISWA 1 X AK 1 36 orang 2 X AK 2 36 orang 3 X AK 3 36 orang Total 108 Orang Sumber : Tata Usaha SMK N 3 Padang Pengambilan sampel dipilih secara purposive sampling. Menurut Sugiono (2009:300) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini pertimbangan tertentu yang dipakai dalam memilih sampel adalah orang yang paling tahu yang merasakan sendiri pelaksanaan remedial di sekolah yaitu guru dan siswa yang terlibat dalam pembelajaran remedial sehingga nantinya akan memudahkan peneliti untuk menjelajahi objek yan akan diteliti. Selain siswa, sampel sumber data juga diambil dari guru mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi, ketua jurusan, waka kurikulum, dan juga kepala SMK N 3 Padang. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kedalam data primer dan sekunder. Data primer merupakan data tentang pelaksanaan program remedial di SMKN 3 Padang. Data sekunder yaitu data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap suatu keadaan. Observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati langsung pelaksanaan remedial di kelas X Akuntansi SMK N 3 Padang. 2. Wawancara Wawancara ini dilakukan dengan seperangkat pertanyaan yng dirangkai dan disusun secara sistematis untuk memperoleh informasi secara lengkap. Instrumen yang digunakan adalah mebuat pedoman wawancara berupa serangkaian pertanyaan yang akan diajukan kepada informan penelitian yaitu guru, siswa, ketua jurusan, waka kurikulum dan juga kepala sekolah . Dengan cara ini akan diperoleh informasi secara lengkap dan mendalam tentang realita yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan program remedial di kelas X Akuntansi SMK N 3 Padang. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumen. Data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi merupakan data primer yang diperoleh dari guru mata pelajaran yang data siswa yang memerlukan pembelajaran remedial. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain, Sugiyono (2009:335). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model Miles dan Huberman, dalam Sugiyono (2009:246) dengan melakukan tiga tahapan yaitu: 1. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pengumpulan data penelitian dengan merangkum, memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting dengan membaca, mempelajari, serta menganalisis data yang diperoleh terhadap masalah yang diteliti. 2. Display Data Penyajian data merupakan pengelompokkan data yang telah diperoleh ke dalam sejumlah matrik atau kategori setiap data yang diamati, sehingga terlihat pengelompokkan data secara jelas, dan peneliti menentukan apakah datanya sudah cukup atau memerlukan tambahan data. 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan tahapan lanjutan dari display data. Tahap ini melakukan penarikan kesimpulan setelah data diperoleh dengan lengkap, sehingga peneliti mampu menarik kesimpulan dari masalah yang diteliti. Rencana Pengujian Keabsahan Data Pengujian keabsahan data untuk penelitian ini berdasarkan pendapat Sugiono (2009:367) dapat dilakukan dengan cara: 1. Uji kredibilitas Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan: a. Perpanjangan pengamatan Dalam perpanjangan pengamatan, peneliti akan kembali kelapangan , melakukan wawancara lagi dengan sumber data yan pernah ditemui maupun yang baru. Perpanjangan pengamatan difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh tersebut setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Waktu perpanjangan pengamatan kelapangan dapat dihentikan ketika setelah dicek kembali kelapangan data sudah benar dan berarti sudah kredibel. b. Triangulasi Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan siswa, guru mata pelajaran, ketua jurusan, waka kurikulum dan Kepala sekolah, Terlihat bahwa dalam mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi kelas X akuntansi SMK N 3 Padang, beberapa panduan pelaksanaan prinsipprinsip pembelajaran remedial ada yang telah terlaksana dan ada beberapa masih belum terlaksana. 1. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Analisis kesulitan belajar siswa yang dilakukan guru adalah dengan cara terlebih dahulu melakukan tes dignostik kepada siswa. Tes diagnostik ini dilakukan melalui ulangan harian yang diberikan setelah satu Standar kompetensi diberikan. Dari hasil belajar yang diperoleh guru akan melihat dimana letak kesulitan belajar siswa. Guru akan melihat dimana siswa paling banyak salah dan menanyakan kepada siswa apa yang membuat mereka kesulitan dalam hal tersebut. Selanjutnya guru akan memberikan pembelajaran ulang tentang materi tersebut. Hal ini belum sepenuhnya sesuai dengan panduan pelaksanaan remedial yang diberikan oleh depdiknas. Di dalam panduan pelaksanaan remedial yang diberikan Depdiknas dijelaskan bahwa analisis kesulitan belajar siswa dapat dilaksanakan dengan teknikteknik sebagai berikut: 1) tes prasyarat, 2) tes diagnostik, 3) wawancara, dan 4) pengamatan. Melalui teknik-teknik ini akan diketahui apa penyebab kesulitan belajar siswa. Karena mungkin saja kesulitan belajar siswa tersebut tida hanya berasal dari proses belajar siswa di kelas. Siswa berasal dari lingkungan dan latar belakang keluarga yang berbeda, dan mereka membawa masalah yang berbeda-beda ketika datang dan belajar disekolah. Guru harus jeli melihat setiap perubahan tingkah laku siswa. Jika analisis kesulitan belajar siswa hanya dilakukan melalui tes dan wawancara tentang materi tentu saja hal-hal seperti ini sulit untuk ditemukan. 2. Waktu Pelaksanaan Remedial Pelaksanaan remedial di kelas X akuntansi pada mata pelajaran Kompetensi kejuruan akuntansi yaitu pada KK 119.01, KK 119.04, KK 119. 05 dilaksanakan diwaktu yang disepakati oleh guru dan murid. Ketika dilakukan wawancara dengan guru mata pelajaran guru mengaku telah melakukan remedial di luar jam pelajaran. Biasanya dilakukan pada hari Jumat dan Sabtu setelah pembelajaran reguler selesai. Namun setelah ditanya lebih lanjut kepada guru dan murid, ternyata yang dimaksud dengan diluar jam pelajaran adalah pemberian ujiannya. Sedangkan untuk pengulangan materi dilakukan di dalam kelas di waktu pembelajaran reguler. Pemberian materi ini diikuti oleh siswa yang remedial di masing-masing kelas, namun siswa yang tidak remedial masih berada didalam kelas untuk mengerjakan tugas tambahan yang diberikan oleh guru. Proses seperti ini tentu saja tidak sesuai dengan panduan pelaksanaan yang diberikan oleh Depdiknas. Dalam panduan pelaksanaan remedial yang diberikan dijelaskan bahwa pembelajaran remedial dilaksanakan diluar jam pelajaran reguler. Ahmadi dan Supriyono (2008:153) juga menjelaskan bahwa pembelajaran remedial diadakan setelah kesulitan belajar diketahui dan diadakan pelayanan khusus. Dimana tidak semua siswa berpartisipasi tapi hanya siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dilakukan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut dapat lebih konsentrasi dalam menerima pelajaran. Guru mata pelajaran juga mengakui hal ini. Mereka beralasan bahwa waktu yang tersedia untuk melakukan remedial diluar jam pelajaran reguler tidak mencukupi bagi guru. Pasalnya selain jam belajar siswa dimulai dari pagi sampai sore hari, guru juga mempunyai kewajiban mengajar 24 jam dalam seminggu. Kenyataan tersebut semakin mempersulit guru untuk melaksanakan pembelajaran remedial diluar jam pelajaran. Hal ini juga diakui oleh kepala sekolah. 3. Bentuk Kegiatan dan Materi Pembelajaran remedial Seperti yang dijelaskan oleh guru dan siswa, bentuk pembelajaran remedial yang dilaksanakan pada mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi kelas X akuntansi SMK N 3 Padang baru berupa pemberian pembelajaran ulang. Metode pembelajaran yang digunakan juga tidak terlalu jauh berbeda. Guru belum memberikan bimbingan secara khusus kepada siswa, selain itu pemamfaatan tutor sebaya juga belum dilakukan oleh guru. Guru hanya menyarankan siswa untuk bertanya kepada teman mereka jika masih ada yang belum dimengerti sedangkan dalam tutor sebaya hendaknya guru benar-benar menunjuk siswa yang lebih pintar untuk menjadi tutor bagi temannya yang lain. Untuk materi pelajaran remedial, guru telah memberikannya sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Depdiknas. Yaitu pemberian matari yang lebih sederhana dibandingkan dengan pemberian materi sebelumnya. Materi yang diberikan oleh guru difokuskan kepada materi yang tidak dimengerti oleh siswa saja. Materi yang telah dimengerti siswa tidak diulang lagi. 4. Penerapan Prinsip Pembelajaran Remedial Ada lima prinsip yang harus dipenuhi dalam pembelajaran remedial. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas X akuntansi SMK N 3 Padang dapat digambarkan beberapa prinsip pembelajaran remedial yang telah dilaksanakan oleh guru dan telah sesuai dengan prinsip yang diberikan oleh Depdiknas. a. Adaptif Program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan dan gaya belajar masing-masing siswa. Guru telah memberikan pembelajaran remedial sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa dengan cara menanyakan tingkat kesulitan belajar masing-masing siswa. Guru juga telah melihat cara belajar yang sesuai dengan masing-masing siswa sehingga mereka lebih mengerti dengan pelajaran. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, siswa merasa pembelajaran yang adaptif belum sepenuhnya tercapai. Menurut mereka terkadang guru hanya memperhatikan beberapa orang siswa saja sedangkan yang lain merasa kurang terperhatikan. Siswa juga merasa terganggu dengan keberadaan teman mereka yang tidak remedial didalam kelas, hal ini membuat mereka lebih merasa bahwa kebutuhan belajar mereka kurang terpenuhi. b. Interaktif Dalam prinsip pembelajaran remedial yang dikemukakan oleh Depdiknas juga dijelaskan bahwa pembelajaran remedial harus interaktif. Maksudnya adalah pembelajaran remdial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, guru telah melaksanakan prinsip interaktif ini dalam pembelajaran remedial. Guru telah berusaha mendekatkan diri dengan siswa dengan cara langsung menemui siswa ketempat duduk mereka. Sehingga mereka lebih leluasa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. Beberapa siswa yang diwawancara juga mengakui hal ini, hanya sebagain kecil dari mereka yang menyatakan bahwa pembelajaran yang berlangsung kurang interaktif. c. Fleksibelitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian Dari hasil wawancara yang diperoleh dari guru dapat digambarkan bahwa guru juga telah menerapkan prinsip ini. Guru lebih mebantu siswa dengan cara yang berbeda untuk satu siswa dengan siswa yang lainnya. Guru tidak menetapkan satu metode yang harus digunakan dalam pembelajaran tetapi lebih menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan hal yang demikian. Hanya saja metode pelajaran yang diberikan guru ini diakui oleh siswa tidak jauh berbeda dengan metode sebelumnya. Guru tetap menerangkan pelajaran dengan metode ceramah tapi detambah dengan cara penyampaian yang bervariasi. Guru juga tidak menggunakan media dalam pembelajaran ini. Sedangkan Depdiknas dan beberapa pendapat lainnya menyatakan bahwa metode dan media dalam pembelajaran remedial harus bervariasi dan berbeda dengan pembelajaran sebelumnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Metode penilaian yang dilakukan guru terhadap hasil belajar remedial juga fleksibel. Menurut pengakuan guru, hasil pembelajaran remedial siswa dinilai dengan cara mengakumulasikannya dengan hasil belajar sebelumnya. Biasanya nilai yang diperoleh siswa adalah nilai yang berada sedikit diatas batas nilai KKM. d. Pemberian Umpan Balik Sesegera mungkin Setelah melaksanakan pembelajaran remedial, umpan balik berupa informasi mengenai kemajuan belajar siswa perlu diberikan sesegera mungkin. Hal ini dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut dari peserta didik. Dari hasil wawancara dengan guru dan murid bisa disimpulkan bahwa prinsip ini telah diterapkan dengan baik di kelas oleh guru mata pelajaran. Siswa mengaku bahwa mereka bisa menerima hasil belajar remedial beberapa waktu setelah ujian remedial dilaksanakan. Dengan demikian mereka bisa mengetahui apakah mereka sudah menuntaskan materi tersebut ataukah masih harus mengikuti pelajaran remedial selanjutnya. Menurut pengakuan siswa dan murid, siswa yang belum tuntas akan mengikuti pelajaran remedial tambahan sampai mereka berhasil menuntaskan pelajaran tersebut. e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemerian Layanan Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa dapat disimpulkan bahwa dalam program remedial mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi kelas X akuntansi SMK N 3 Padang prinsip ini telah dilaksanakan. Guru menjelaskan bahwa untuk melanjutkan ke materi selanjutnya siswa terlebih dahulu harus menuntaskan materi sebelumnya karena materi tersebut akan selalu berhubungan. Namun terkadang hal ini belum sepenuhnya bisa dilakukan. Terkadang pemberian pelajaran remedial telah dilakukan tapi evaluasi dan penilaianya masih belum didapat sedangkan siswa harus mengikuti pelajaran selanjutnya. Hal ini juga diakui oleh siswa. Program remedil ini juga selalu tersedia kapanpun siswa membutuhkannya. Setiap siswa perlu remedial maka guru akan bersedia meberikannya. Tindak lanjut yang diberikan guru terhadap siswa yang remedial juga telah dilaksanakan sesuai dengan panduan pelaksanaan remedial. Siswa langsung diberitahu hasil pembelajaran remedial mereka setelah evaluasi terhadap pembelajaran remedial dilakukan. Selanjutnya bagi siswa yang masih belum menuntaskan pelajaran akan diberikan remedial lagi. Bagi siswa yang masih juga bermasalah, maka penanganannya akan melibatkan pihak bimbingan konseling dan ketua jurusan. Gambaran ini diperoleh dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran dan ketua jurusan akuntansi. Dari hasil wawancara dengan siswa, guru, ketua jurusan, waka kurikulum dan kepala sekolah juga ditemukan bahwa tidak ada instruksi khusus dari sekolah untuk pelaksanaan remedial ini. Sekolah menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan remedial kepada guru mata pelajaran karena gurulah yang paling tahu kebutuhan siswa. Kepala sekolah mengaku hanya melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran, ketua jurusan dan waka kurikulun untuk pelaksanaanya. Sekolah juga tidak bisa memaksa guru untuk menjalankan program remedial sesuai dengan apa yang disarankan depdiknas sepenuhnya. Namun menurut pengakuan guru dan kepala sekolah, membantu kesulitan belajar siswa dan membuat mereka memperoleh hasil belajar yang lebih memadai tetap menjadi sasaran utama. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan program remedial mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi di kelas X Akuntansi di SMK N 3 Padang dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan remedial yang dilakukan guru mata pelajaran akuntansi kelas X Akuntansi SMK N 3 Padang belum sesuai dengan panduan dan prinsip pembelajaran remedial yang di berikan oleh Depdiknas 2008. Hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa temuan berikut: a. Secara umum guru masih beranggapan pembelajaran remedial sebagai ujian ulang. Hal ini bisa dilihat dari cara guru melaksanakan pembelajaran remedial. Penjelasan materi hanya dilakukan sepintas. Pelakasanaan remedial juga tidak dilakukan di luar jam pelajaran reguler. b. Analisis kesulitan belajar yang dilakukan guru baru sebatas analisis pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Guru belum melihat atau menganalisis kenapa sebenarnya siswa mengalami kesulitan belajar. c. Penjelasan kembali materi kepada siswa yang belum tuntas hasil belajarnya masih dilakukan dalam jam pelajaran reguler. Di waktu pelaksanaannya pun para siswa yang tidak remedial masih berada didalam kelas yang sama dan mengerjakan tugas tambahan yang diberikan oleh guru. Keadaan ini menyebabkan para siswa tidak bisa fokus mendengarkan penjelasan guru karena masih ada orang lain dengan kegiatan yang berbeda didalam kelas. d. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran remedial tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran reguler. e. Pelaksanaan remedial yang dilakukan oleh guru masih bersifat umum. Guru belum memperhatikan perbedaan individual siswa. Selain itu kondisi dan ketersediaan waktu pelaksanaan remedial belum mendukung bagi guru untuk melaksanakannya. f. Interaksi yang terjalin antara guru dan siswa dalam pembelajaran remedial belum membuat siswa untuk secara leluasa bertanya kepada guru. Beberapa siswa masih merasa takut dan canggung untuk mengungkapakan kesulitan belajarnya. g. Terkadang siswa telah mengkuti pelajaran untuk materi selanjutnya, padahal hasil dari pembelajaran remedial/ ujian untuk remedial belum dilakukan. Sehingga belum diketahui apakah siswa tersebut telah memahami materi sebalumnya. 2. Pembelajaran remedial yang dilaksanakan guru mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi belum bisa membantu kesulitan belajar siswa, meskipun dari hasil belajar siswa terlihat bisa mencapai KKM. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: a. Pembelajaran remedial bukanlah pemberian ujian ulang. Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang memiliki kesulitan belajar. Oleh karena itu pembelajaran remedial harus dilakukan dengan cara menjelaskan kembali materi yang belum mereka mengerti dengan metode dan media pembelajaran yang lebih bervariasi sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing siswa. b. Melihat banyaknya masalah mengenai waktu yang tersedia bagi guru dan siswa untuk melaksanakan pembelajaran remedial yang sesuai dengan yang disarankan oleh Depdiknas, maka pihak sekolah perlu merevisi kembali pengelolaan waktu belajar siswa dan waktu mengajar guru. c. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran remedial dengan baik. Guru hendaknya mempersiapkan pembelajaran tersebut layaknya pembelajaran reguler. Persiapan ini bisa dilakukan dengan juga mempersiapkan perangkan pembelajaran seperti RPP, Silabus, dll. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian, Hasil, Proses Belajar & Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sudrajat, Ahmad. 2008. Pembelajaran Remedial. Ahmad Sudrajat Wordpress.com Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta ------------. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suryabrata, Suryadi. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Budinigsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah