Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Program Remedial Mata

advertisement
Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Program Remedial Mata Pelajaran
Kompetensi Kejuruan Akuntansi Kelas X Akuntansi SMKN 3 Padang
Dengan Standar Pelaksanaan Remedial Dari Departemen Pendidikan
Nasional 2008
DILA MONISA
02406/08
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
Conformance Analysis Between The Implementation of Remedial Teaching Process of
Accounting Vocational Competence in 10th Grade Accounting Class with The Guidelines and
Principles of Remedial Suggested by Departemen Pendidikan Nasional 2008
Dila Monisa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan program remedial disekolah telah dilaksanakan
sesuai dengan panduan pelaksanaan dan prinsip pelaksanaan remedial yang disarankan oleh
DepartemenPendidikan Nasional tahun 2008. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
akuntansi SMK N 3 Padang. Penelitian dikhususkan pada pelaksanaan remedial dimata pelajaran kompetensi
kejuruan akuntansi.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa, guru mata pelajaran, ketua jurusan, wakil
kepala sekolah dan Kepala SMK N 3 padang dapat digambarkan bahwa pelaksanan remedial di kelas ini belum
sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan dan juga belum memenuhi prinsip pelaksanaan remedial yang
diberikan depdiknas. Kendala utama yang ditemui guru untuk melaksanakan remedial sesuai dengan apa yang
disarankan Depdiknas adalah kurangnya waktu yang tersedia bagi guru. Selain beban mengajar guru yang
mencapai 24 jam dalam seminggu, sekolah ini juga memberlakukan pembelajaran dua shift mulai dari pukul
07.10 WIB sampai dengan 15.45 WIB. Melihat masalah yang ditemukan selama penelitian dapat disarankan
kepada sekolah untuk pihak sekolah perlu merevisi kembali pengelolaan waktu belajar siswa dan waktu
mengajar guru. Guru juga harus memperbaiki cara pelaksanaan remedial dengan baik dan mengacu kepada
apa yang disarankan oleh Depertemen Pendidikan Nasional.
Kata kunci: Pembelajaran Remedial
Abstract
This study aims to look the implementation of remedial teaching process in schools whether have been
implemented in accordance to the guidelines and principles of the implementation of remedial suggested by the
Departemen Pendidikan Nasional 2008 or not. The sample in this study was the 10th grade accounting student
of SMK N 3 Padang. The research is devoted to the implementation of remedial in 10th grade accounting class.
Based on observartion and interviews with students, teachers, chair person of accounting department,
vice principal of curriculum, and headmaster of SMKN 3 Padang, can be drawn that remedial process in this
class is not fully implemented in accordance to what is recomended. The main problem for teachers to
implemented remedial teaching is the time whic is provided for teacher is not enough for teaching learning
process. This school begin at 07.10 WIB untill 14.45 WIB and teachers have 24 hours in a week for teaching.
Based on the problem which found during the study, can be recommended that the school needs to revise time
management for students and teachers. Teachers also need to improve the implementation of remedial teaching
and should be referred to what is suggested by Departemen Pendidikan Nasional 2008.
Keyword: Remedial Teaching Process
PENDAHULUAN
Dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini,
diterapkan sistem pembelajaran berbasis
kompetensi, sistem belajar tuntas, dan
sistem pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan individu peserta didik. Sistem
yang
dimaksud
ditandai
dengan
dirumuskannya secara jelas Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) yang harus dikuasai peserta didik.
Penguasaan SK dan KD setiap peserta
didik diukur menggunakan sistem acuan
kriteria. Dalam sistem ini peserta didik
diharuskan mencapai batas ketuntasan
tertentu yang disebut dengan kriteria
ketuntasan minimum (KKM). Peserta didik
yang mampu mencapai batas KKM yang
ditetapkan akan dinyatakan tuntas dan
sebaliknya peserta didik yang belum
mampu mencapai batas KKM dinyatakan
belum tuntas.
Tidak semua peserta didik mampu
memperoleh hasil belajar yang memuaskan
dalam setiap proses pembelajaran di kelas.
Terkadang ditemui
beberapa diantara
mereka
tidak
mampu
menerima
pembelajaran dengan baik sehingga tidak
mampu mencapai nilai sebagaimana yang
telah.
Keadaan seperti ini juga penulis temui
di SMK N 3 Padang. Berdasarkan
observasi awal yang penulis lakukan di
kelas X akuntansi di SMK ini, penulis
menemukan masih banyak siswa yang
hasil belajarnya belum mampu mencapai
batas KKM yang telah ditentukan oleh
guru mata pelajaran. Dalam Setiap KK
yang diujikan selalu saja ada peserta didik
yang tidak tuntas. Bahkan Untuk KKM
mata pelajaran secara keseluruhan hampir
setengah dari peserta didik tidak mampu
mencapinya.
Dalam sistem pembelajaran tuntas
setiap peserta didik diharuskan untuk
menuntaskan setiap mata pelajaran yang ia
terima disekolah. Guru diharuskan untuk
dapat membantu siswa yang belum tuntas
sampai mereka mendapatkan nilai yang
lebih memadai yang mencapai batas KKM
yang telah ditentukan. Banyak cara yang
dapat dilakukan oleh guru untuk dapat
membantu siswa yang belum tuntas ini,
salah satu diantaranya adalah memberikan
pembelajaran remedial. Pembelajaran
remedial, seperti yang dijelaskan oleh Abu
Ahmadi dan Supriyono (2008:153), adalah
“suatu
bentuk
pengajaran
yang
menyembuhkan
atau
membetulkan,
pengajaran yang membuat hasil belajar
yang dicapai lebih baik dari pengajaran
sebelumnya.”
SMK N 3 Padang juga memberikan
pembelajaran remedial bagi peserta
didiknya yang belum mampu mencapai
hasil belajar memuaskan, dan remedial ini
diberikan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Seperti yang dijelaskan oleh
Abu Ahmadi dan Supriyono (2008 : 153),
pembelajaran remedial baru bisa diadakan
setelah guru mengetahui kesulitan belajar
peserta didik. Metode pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran remedial
ini sebaiknya juga berbeda dengan metode
pembelajaran sebelumnya. Dijelaskan juga
oleh Abu Ahmadi dan Supriyono bahwa
pembelajaran remedial ini dilakukan
dengan memperhatikan perbedaan dan
kesulitan belajar masing-masing siswa. Hal
ini ditujukan agar siswa lebih memahami
pelajaran melalui cara yang mereka
butuhkan masing-masing. Pembelajaran
remedial ini dilakukan secara terus
menerus sampai siswa yang diberikan
remedial memperoleh hasil belajar yang
lebih baik.
Depdiknas
memberikan
Panduan
pelaksanaan dan Prinsip yang harus
dipenuhi dalam pembelajaran remedial.
Panduan dan prinsip ini diberikan dengan
harapan pembelajaran remedial dapat
dilaksanakan sebaik-baiknya dan dapat
benar-benar membantu kesulitan belajar
siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
sejauhmana pelaksanaan remedial mata
pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi di
kelas X akuntansi SMK N 3 Padang telah
sesuai dengan panduan pelaksanaan dan
prinsip remedial yang diberikan oleh
depdiknas.
Penelitian ini akan didasarkan kepada
pengamatan terhadap pelaksanaan remedial
di tiga kompetensi kejuruan dalam mata
pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi
yaitu mengenai mengelola dokumen
transaksi, memproses entry jurnal dan
memproses buku besar.
KAJIAN TEORI
Belajar Dan Pembelajaran
Menurut UU No. 20 tahun 2004,
pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mengembangkan segala
potensi yang dimiliki peserta didik melalui
proses pembelajaran. Pendidikan adalah
suatu
usaha
membentuk
manusia
seutuhnya dan dewasa, maksudnya
membangun segala aspek dimensi yang
dimiliki oleh seseorang hingga tahap
optimal dari kemampuan. Proses belajar
yang baik tentunya akan membawa hasil
yang
memuaskan
dan
menunjang
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Dalam pengertian yang agak luas
pendidikan diartikan sebagai proses
dengan metode-metode tertentu sehingga
orang
memperoleh
pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan, Muhibinsyah
dalam Sagala (2003: 4). Belajar merupakan
aspek paling penting dalam setiap usaha
penyelenggaraan
pendidikan.
Tanpa
adanya
proses
belajar
mengajar
sesungguhnya tidak ada pendidikan.
Belajar senantiasa diakatakan sebagai
perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan,
meniru
dan
lain
sebagainya.
Belajar menurut Gagne dalam Sagala
(2003:14) adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia yang terjadi
setelah belajar secara terus menerus bukan
hanya
disebabkan
oleh
proses
pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila
suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu ke waktu sebelum ia mengalami
situasi tadi. Hal ini sejalan dengan
pengertian belajar menurut Arthur T.
Jersild yang dikutip oleh Sagala (2003:
12), “belajar adalah modification of
behavior through experience and training
yaitu perubahan atau membawa akibat
perubahan tingkah laku dalam pendidikan
karena pengalaman dan latihan atau karena
mengalami latihan”. Jadi belajar akan
membawa suatu perubahan pada diri
individu tersebut, perubahan tidak hanya
dengan bertambahnya ilmu tetapi juga
terbentuknya kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak
dan penyesuaian diri.
Berdasarkan pendapat-pendapat dari
para ahli mengenai pengertian belajar
Suryabrata (2004:232) mengemukakan
beberapa hal pokok dalam kegiatan belajar
dan mengajar yaitu:
a) Bahwa belajar itu membawa
perubahan (dalam arti behavioral
changes, aktual maupun potensial)
b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya
adalah didapatkannya kecakapan
baru.
c) Bahwa perubahan itu terjadi karena
usaha (dengan sengaja)
Dari beberapa pengertian belajar yang
dikemukakan oleh beberapa ahli diatas
maka dapat disimpulkan bahwa belajar
bukan
hanya
untuk
memperoleh
pengetahuan, tetapi juga diharapkan
adanya perubahan tingkah laku dari siswa
setelah melalui proses belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik maka harus
diciptakan proses belajar yang baik dengan
dikukung oleh sarana dan prasarana
penunjang yang baik pula sehingga
nantinya perubahan yang diharapkan dapat
tercapai.
Untuk dapat mencapai hasil belajar
yang baik siswa sebagai yang belajar harus
aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,
menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal-hal yang dipelajari. Meskipun
guru adalah orang yang harus menata
lingkungan belajar dan bertugas untuk
membentuk peluang agar tercapainya
tujuan belajar dengan baik, namun tetap
saja siswa adalah faktor penentu utama
terwujudnya proses belajar. Peran guru
dalam interaksi proses belajar adalah
pengendalian
yang
meliputi:
1)
menumbuhkan
kemandirian
dengan
menyediakan
kesempatan
untuk
mengambil keputusan dan bertindak, 2)
menumbuhkan kemampuan mengambil
keputusan
dan
bertindak,
dengan
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan siswa, 3) menyediakan sistem
dukungan yang memberikan kemudahan
belajar agar siswa mempunyai peluang
optimal untuk berlatih, Budiningsih
(2005:58).
Pembelajaran Remedial
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang diberlakukan berdasarkan
Permendiknas No. 22,23,24 tahun 2006
dan Permendiknas No. 6 tahun 2007
tentang standar isi dan standar kompetensi
lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah
menerapkan
sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, sistem
belajar tuntas, dan sistem pembelajaran
yang memperhatikan perbedaan individu
peserta didik. Sistem yang dimaksud
ditandai dengan dirumuskannya secara
jelas standar kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang harus
dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan
KD
setiap
peserta
didik
diukur
menggunakan sistem penilaian acuan
kriteria. Jika seorang peserta didik
mencapai standar tertentu maka peserta
didik
dinyatakan
telah
mencapai
ketuntasan.
Remedial dilihat dari arti katanya berarti
mengobati atau menyembuhkan menjadi
lebih baik, Kunandar (2007:237). Sehingga
jika dikaitkan dengan pengajaran maka
pengajaran remedial,
seperti yang
dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriyono
(2008:152), adalah suatu bentuk pengajaran
yang
bersifat
menyembuhkan
atau
membetulkan, pengajaran yang membuat
agar hasil yang dicapai lebih baik dari
pengajaran yang diberikan sebelumnya. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Depdiknas tahun 2008 mengenai sistem
penilaian
KTSP
dan
Panduan
penyelenggaraan remedial, Sudrajat (2008),
yaitu
remedial
merupakan
layanan
pendidikan yang diberikan kepada peserta
didik
untuk
memperbaiki
prestasi
belajarnya sehingga mencapai kriteria
ketuntasan yang ditetapkan.
Pengajaran remedial diberikan kepada
peserta didik yang belum bisa mencapai
KKM dengan terlebih dahulu meneliti
bagian-bagian yang mana yang tidak bisa
dipahami oleh peserta didik dalam
pembelajaran.
Setelah
permasalahan
diidentifikasi
barulah
dilaksanakan
pembelajaran
remedial
dengan
menggunakan berbagai metode dan
pendekatan yang lebih bervariatif sehingga
peserta didik lebih dapat mengerti.
Dalam keseluruhan proses belajar
mengajar, pengajaran remedial/ perbaikan
memiliki beberapa fungsi, Ahmadi dan
Supriyono (2008:155)
1. Korektif
Artinya dalam fungsi ini pengajaran
remedial diadakan pembetulan atau
perbaikan antara lain: perumusan
tujuan, penggunaan metode, cara-cara
belajar, Materi dan alat pelajaran,
evaluasi, segi pribadi dan lain-lain.
2. Pemahaman
Artinya dari pihak guru, siswa atau
pihak lain dapat memahami siswa.
3. Penyesuaian
Penyesuaian pengajaran perbaikan
terjadi antara siswa dengan tuntutan
dalam proses belajarnya. Artinya
siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya sehingga peluang
untuk mencapai hasil baik lebih besar.
Tuntutan disesuaikan dengan jenis,
sifat, dan latar belakang kesulitan
sehingga mendorong untuk lebih
belajar.
4. Pengayaan
Maksudnya pengajaran perbaikan itu
dapat memperkaya proses belajar
mengajar. Pengayaan dapat melalui
atau terletak dalam segi metode yang
dipergunakan
dalam
pengajaran
perbaikan sehingga hasil yang
diperoleh lebih banyak, lebih dalam
atau dengan singkatnya prestasi belajar
lebih kaya.
5. Akselarasi
Maksudnya pengajaran perbaikan
dapat mempercepat proses belajar baik
dari segi waktu maupun materi.
6. Terapeutik
Secara langsung ataupun tidak
pengajaran
perbaikan
dapat
memperbaiki atau menyembuhkan
kondisi pribadi yang menyimpang.
Penyembuhan ini dapat menunjang
pencapaian prestasi belajar dan
pencapaian prestasi yang baik dapat
mempengaruhi pribadi (timbal balik).
Beberapa
prinsip
yang
harus
diperhatikan dari pembelajaran remedial
seperti yang dijelaskan Depdiknas tentang
penyelenggaraan pembelajaran remedial
tahun 2008, adalah:
1. Adaptif
Program
pembelajaran
remedial
hendaknya memungkinkan peserta
didik untuk belajar sesuai dengan
kecepatan, kesempatan, dan gaya
belajar masing-masing. Hal ini di
sebabkan oleh karena peserta didik
memiliki keunikan sendiri-sendiri
sehingga pembelajaran remdial harus
mampu
mengakomodasi
semua
perbedaan tersebut.
2. Interaktif
Pembelajaran
remdial
hendaknya
memungkinkan peserta didik untuk
secara intensif berinteraksi dengan
pendidik dan sumber belajar yang
tersedia. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa kegiatan belajar
yang merupakan perbaikan perlu selalu
mandapatkan
monitoring
dan
pengawasan agar diketahui kemajuan
belajarnya.
3. Fleksibilitas
dalam
metode
pembelajaran dan penilaian
Metode pengajaran dan metode
penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran
remedial
haruslah
bervarisi. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan karakteristik individu yang
dimiliki oleh peserta didik.
4. Pemberian umpan balik sesegera
mungkin
Setelah melaksanakan pembelajaran
remedial umpan balik berupa informasi
mengenai kemajuan belajar peserta
didik
perlu
diberikan
sesegera
mungkin. Hal ini dapat menghindari
kekeliruan belajar yang berlarut-larut
pada peserta didik.
5. Kesinambungan dan ketersediaan
dalam pemberian layanan
Program pembelajaran reguler dengan
pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program
pembelajaran reguler dengan remedial
harus
berkesinambungan
dan
programnya selalu tersedia agar setiap
saat peserta didik dapat mengaksesnya
sesuai dengan kesempatan masingmasing.
Pelaksanaan pembelajaran remedial
seperti yang dijelaskan dalam Depdiknas
2008 tentang sistem penilaian KTSP
mengenai
panduan
penyelenggaraan
pembelajaran remedial adalah sebagai
berikut:
1. Diagnosis Kesulitan belajar
a. Tujuan
Diagnosis
kesulitan
belajar
dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kesulitan belajar peserta
didik.
b. Teknik
Teknik
yang
dapat
digunakan untuk mendiagnosis
kesulitan belajar antara lain: 1) Tes
prasyarat (prasyarat pengetahuan,
prasyarat keterampilan), 2) Tes
diagnostik, 3) Wawancara, 4)
Pengamatan dan sebagainya.
2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran
Remedial
Setelah kesulitan belajar peserta didik
di analisis, selanjutnya yang harus
dilakukan adalah memberikan tindakan
berupa pembelajaran remedial. Bentukbentuk pelaksanaan pembelajaran
remedial antara lain:
a. Pemberian pembelajaran ulang
dengan metode dan media yang
berbeda. Pemberian pembelajaran
ulang
ini
diberikan
dengan
melakukan penyederhanaan materi,
cara
penyajian
yang
lebih
bervariasi. Pembelajaran ulang
dilakukan bilamana sebagian besar
atau semua peserta didik belum
mencapai ketuntasan belajar atau
mengalami kesulitan belajar.
b. Pemberian
bimbingan
secara
khusus,
misalnya
bimbingan
perorangan. Pemberian bimbingan
perorangan merupakan implikasi
peran pendidik sebagi tutor. Sistem
tutorial dilaksanakan bilamana
terdapat satu atau beberapa peserta
didik yang belum berhasil mencapai
ketuntasan.
c. Pemberian
tugas-tugas
latihan
secara khusus. Dalam rangka
menerapkan prinsip pengulangan,
tugas-tugas
latihan
perlu
diperbanyak agar peserta didik tidak
mengalami
kesulitan
dalam
mengerjakan tes akhir.
d. Pemamfaatan tutor sebaya. Tutor
sebaya adalah teman sekelas yang
memiliki kecepatan belajar lebih.
Dengan teman sebaya diharapkan
peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar akan lebih terbuka
dan akrab.
3. Waktu pelaksanaan Pembelajaran
remedial
Pembelaran remedial dilakukan setelah
peserta
didik
telah
menempuh
tes/evaluasi untuk satu KD. Jika
setelah tes yang diberikan diketahui
beberapa orang peserta didik yang
perlu dilakukan remedial barulah
remedial
tersebut
dilakukan.
Pelaksanaan remedial bisa dilakukan
diluar jam pelajaran reguler.
Hasil belajar yang menunjukkan
peserta didik telah mencapai tingkat
ketuntasan diperoleh melalui tes dan
penilaian-penilaian lainnya oleh guru.
Begitu pula pada pembelajaran
remdial, untuk mengetahui tujuan
pembelajaran remedial sudah tercapai
atau belum maka dilakukan tes,
pemberian tugas ataupun sistem
penilaian lainnya sehingga di peroleh
hasil yang diinginkan.
Hasil Belajar
Seperti yang dijelaskan sebelumnya
bahwa perubahan perilaku dan penambahan
ilmu pengetahuan merupakan hasil yang
diharapkan dalam proses belajar dan
mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa
hasil
belajar
adalah
kemampuankemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik/siswa
setelah
ia
menerima
pengalaman belajar mengajarnya. Menurut
Horward
Kingsley
dalam
Sudjana
(2009:22) ada tiga macam hasil belajar
yaitu a) keterampilan dan kebiasaan, b)
pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan
cita-cita. Masing-masing hasil belajar
tersebut dapat diisi dengan bahan yang
telah
ditetapkan
dalam
kurikulum.
Sedangkan menurut Gagne masih dalam
Sudjana (2009:22) ada lima kategori hasil
belajar yaitu a) informasi verbal, b)
keterampilan intellektual, c) strategi
kognitif, d) sikap, dan e) keterampilan
motoris.
Hasil belajar yang digunakan dalam
sistem
pendidikan
nasional
adalah
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benjamin Bloom. Bloom dalam Sudjana
(2009:22) mengemukakan hasil belajar
yang dibagi menjadi tiga ranah yaitu:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yaitu:
a. Pengetahuan, yang mencakup ingatan
akan hal-hal yang pernah dipelajari
dan disimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan
untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari yang terbagi
atas tiga kategori yaitu pemahaman
terjemahan, pemahaman penafsiran
dan pemahaman ekstrapolasi.
c. Aplikasi, mencakup kemampuan
untuk menerapkan abstraksi (kaidah)
berupa ide, teori, atau petunjuk teknis
pada situasi kongkrit.
d. Analisis, mencakup kemampuan
untuk merinci suatu kesatuan
kedalam bagian-bagian, sehingga
struktur
keseluruhan
atau
organisasinya dapat dipahami dengan
baik.
e. Sintesis, mencakup kemampuan
untuk membentuk suatu kesatuan
atau pola baru dari unsur-unsur atau
bagian-bagian.
f. Evaluasi, meliputi kemampuan untuk
memberi keputusan tentang nilai
sesuatu berdasarkan sudut pandang
tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan, metode, material dan
sebagainya.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek, yaitu:
a. Penerimaan,
yakni
semacam
kepekaan dalam menerima ransangan
dari luar yang datang kepada dalam
masalah, situasi, gejala , dan lain-lain.
b. Jawaban, yaitu reaksi yang diberikan
oleh seseorang terhadap simulasi
yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus
dari luar yang datang kepada dirinya.
c. Penilaian, berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus tadi.
d. Organisasi, yakni pengembangan dari
dalam satu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan
nilai yang lain, pemantapan, dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e. Internalisasi,
yakni
keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribdian dan tingkah lakunya.
3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan
hasil
belajar
keterampilan
dan
kemampuan bertindak.
Ketiga ranah atau aspek hasil belajar
seperti yang diungkapkan Bloom diatas
akan diperoleh melalui proses penilaian.
Proses penilaian yang dilakukan akan
berbeda beda untuk setiap ranah, ada
yang dilakukan melalui tes, pengamatan
ataupun penskoran. Menurut Sudjana
(2009:4) penilaian ini berfungsi sebagai
a) alat untuk mengatahui tercapainya
tidaknya tujuan instruksional, b) umpan
balik bagi perbaikan proses belajar
mengajar, c) dasar dalam menyusun
laporan kemajuan belajar siswa kepada
para orang tuanya.
Slameto (2010) bahwa ada dua faktor
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a. Faktor internal
1. Faktor
biologis
(jasmaniah),
keadaan jasmani yan perlu
diperhatikan meliputi keadaan
otak, panca indra, anggota tubuh.
Kondisi fisik yang baik akan
sangat mempengaruhi hasil belajar
yang diperoleh.
2. Faktor psikologis, meliputi segala
hal yang berkaitan dengan kondisi
mental seseorang. Kondisi mental
yang menunjang
keberhasilan
belajar adalah kondisi mental yang
stabil
dan
mantap.
Faktor
psikologis meliputi hal-hal sebagai
berikut: intelegensi atau tingkat
kecerdasan
dasar
seseorang,
kemauan dan bakat.
b. Faktor eksternal
1. Faktor
lingkungan
keluarga,
merupakan lingkungan pertama
dan yang paling utama dalam
keberhasilan belajar seseorang.
Suasana rumah yang tenang dan
dukungan
orang
tua
akan
mempengaruhi hasil belajar.
2. Faktor
lingkungan
sekolah,
lingkungan ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa serta hubungan
siswa dengan siswa.
3. Faktor lingkungan masyarakat,
seperti
lembaga
pendidikan
nonformal dan kondisi lingkungan
sekitar masyarakat.
METODELOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, penelitian ini dapat penulis
golongkan pada penelitian deskriptif
kuantitatif
Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian mengenai evaluasi program
pada mata pelajaran kompetensi kejuruan
akuntansi ini dilaksanakan di SMKN 3
Padang pada bulan Juli 2012.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi
instrumen penelitian adalah penulis.
Namun
selanjutnya
setelah
fokus
penelitian
menjadi
jelas
maka
kemungkinan
akan
dikembangkan
instrumen penelitian sederhana, yang akan
melengkapi data dan sebagai perbandingan
dengan data yang akan diperoleh melalui
observasi dan wawancara.
Sampel Sumber Data
Sampel sumber data dalam penelitian
ini diambil dari siswa kelas X akuntansi
SMK N 3 Padang yang terdiri dari 108
orang siswa dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 2 : Jumlah Siswa kelas X akuntansi SMK N 3
Padang
No KELAS
JUMLAH SISWA
1
X AK 1
36 orang
2
X AK 2
36 orang
3
X AK 3
36 orang
Total
108 Orang
Sumber : Tata Usaha SMK N 3 Padang
Pengambilan sampel dipilih secara
purposive sampling. Menurut Sugiono
(2009:300) purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Dalam hal
ini pertimbangan tertentu yang dipakai
dalam memilih sampel adalah orang yang
paling tahu yang merasakan sendiri
pelaksanaan remedial di sekolah yaitu guru
dan
siswa
yang
terlibat
dalam
pembelajaran remedial sehingga nantinya
akan
memudahkan
peneliti
untuk
menjelajahi objek yan akan diteliti. Selain
siswa, sampel sumber data juga diambil
dari guru mata pelajaran kompetensi
kejuruan akuntansi, ketua jurusan, waka
kurikulum, dan juga kepala SMK N 3
Padang.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini dapat dikelompokkan kedalam data
primer dan sekunder. Data primer
merupakan data tentang pelaksanaan
program remedial di SMKN 3 Padang.
Data sekunder yaitu data yang telah diolah
lebih lanjut dan disajikan oleh pihak
pengumpul data primer atau pihak lain.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap
suatu
keadaan.
Observasi
yang
dilakukan adalah dengan mengamati
langsung pelaksanaan remedial di kelas
X Akuntansi SMK N 3 Padang.
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan dengan
seperangkat pertanyaan yng dirangkai
dan disusun secara sistematis untuk
memperoleh informasi secara lengkap.
Instrumen yang digunakan adalah
mebuat pedoman wawancara berupa
serangkaian pertanyaan yang akan
diajukan kepada informan penelitian
yaitu guru, siswa, ketua jurusan, waka
kurikulum dan juga kepala sekolah .
Dengan cara ini akan diperoleh
informasi secara lengkap dan mendalam
tentang realita yang terjadi berkaitan
dengan pelaksanaan program remedial
di kelas X Akuntansi SMK N 3 Padang.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data
melalui
dokumen.
Data
yang
dikumpulkan
dengan
teknik
dokumentasi merupakan data primer
yang diperoleh dari guru mata pelajaran
yang data siswa yang memerlukan
pembelajaran remedial.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian
ini adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi
dengan
cara
mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan ke unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain, Sugiyono (2009:335).
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data
model Miles dan Huberman, dalam
Sugiyono (2009:246) dengan melakukan
tiga tahapan yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pengumpulan
data penelitian dengan merangkum,
memilih dan memfokuskan pada hal-hal
yang penting dengan membaca,
mempelajari, serta menganalisis data
yang diperoleh terhadap masalah yang
diteliti.
2. Display Data
Penyajian
data
merupakan
pengelompokkan data yang telah
diperoleh ke dalam sejumlah matrik
atau kategori setiap data yang diamati,
sehingga terlihat pengelompokkan data
secara jelas, dan peneliti menentukan
apakah datanya sudah cukup atau
memerlukan tambahan data.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan
merupakan
tahapan lanjutan dari display data.
Tahap ini melakukan penarikan
kesimpulan setelah data diperoleh
dengan lengkap, sehingga peneliti
mampu menarik kesimpulan dari
masalah yang diteliti.
Rencana Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data untuk
penelitian ini berdasarkan pendapat
Sugiono (2009:367) dapat dilakukan
dengan cara:
1. Uji kredibilitas
Uji kredibilitas atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan:
a. Perpanjangan pengamatan
Dalam perpanjangan pengamatan,
peneliti akan kembali kelapangan ,
melakukan wawancara lagi dengan
sumber data yan pernah ditemui
maupun yang baru. Perpanjangan
pengamatan
difokuskan
pada
pengujian terhadap data yang telah
diperoleh,
apakah
data
yang
diperoleh tersebut setelah dicek
kembali kelapangan benar atau tidak,
berubah
atau
tidak.
Waktu
perpanjangan
pengamatan
kelapangan dapat dihentikan ketika
setelah dicek kembali kelapangan
data sudah benar dan berarti sudah
kredibel.
b. Triangulasi
Triangulasi
dalam
pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
dengan siswa, guru mata pelajaran, ketua
jurusan, waka kurikulum dan Kepala
sekolah, Terlihat bahwa dalam mata
pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi
kelas X akuntansi SMK N 3 Padang,
beberapa panduan pelaksanaan prinsipprinsip pembelajaran remedial ada yang
telah terlaksana dan ada beberapa masih
belum terlaksana.
1. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa
Analisis kesulitan belajar siswa yang
dilakukan guru adalah dengan cara
terlebih dahulu melakukan tes dignostik
kepada siswa. Tes diagnostik ini
dilakukan melalui ulangan harian yang
diberikan setelah
satu Standar
kompetensi diberikan. Dari hasil belajar
yang diperoleh guru akan melihat
dimana letak kesulitan belajar siswa.
Guru akan melihat dimana siswa paling
banyak salah dan menanyakan kepada
siswa apa yang membuat mereka
kesulitan
dalam
hal
tersebut.
Selanjutnya guru akan memberikan
pembelajaran ulang tentang materi
tersebut.
Hal ini belum sepenuhnya sesuai
dengan panduan pelaksanaan remedial
yang diberikan oleh depdiknas. Di
dalam panduan pelaksanaan remedial
yang diberikan Depdiknas dijelaskan
bahwa analisis kesulitan belajar siswa
dapat dilaksanakan dengan teknikteknik sebagai berikut: 1) tes prasyarat,
2) tes diagnostik, 3) wawancara, dan 4)
pengamatan.
Melalui teknik-teknik ini akan diketahui
apa penyebab kesulitan belajar siswa.
Karena mungkin saja kesulitan belajar
siswa tersebut tida hanya berasal dari
proses belajar siswa di kelas. Siswa
berasal dari lingkungan dan latar
belakang keluarga yang berbeda, dan
mereka membawa masalah yang
berbeda-beda ketika datang dan belajar
disekolah. Guru harus jeli melihat setiap
perubahan tingkah laku siswa. Jika
analisis kesulitan belajar siswa hanya
dilakukan melalui tes dan wawancara
tentang materi tentu saja hal-hal seperti
ini sulit untuk ditemukan.
2. Waktu Pelaksanaan Remedial
Pelaksanaan remedial di kelas X
akuntansi
pada
mata
pelajaran
Kompetensi kejuruan akuntansi yaitu
pada KK 119.01, KK 119.04, KK 119.
05
dilaksanakan
diwaktu
yang
disepakati oleh guru dan murid. Ketika
dilakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran
guru
mengaku
telah
melakukan remedial di luar jam
pelajaran. Biasanya dilakukan pada hari
Jumat dan Sabtu setelah pembelajaran
reguler selesai. Namun setelah ditanya
lebih lanjut kepada guru dan murid,
ternyata yang dimaksud dengan diluar
jam pelajaran adalah pemberian
ujiannya. Sedangkan untuk pengulangan
materi dilakukan di dalam kelas di
waktu pembelajaran reguler. Pemberian
materi ini diikuti oleh siswa yang
remedial di masing-masing kelas,
namun siswa yang tidak remedial masih
berada
didalam
kelas
untuk
mengerjakan tugas tambahan yang
diberikan oleh guru.
Proses seperti ini tentu saja tidak sesuai
dengan panduan pelaksanaan yang
diberikan oleh Depdiknas. Dalam
panduan pelaksanaan remedial yang
diberikan
dijelaskan
bahwa
pembelajaran remedial dilaksanakan
diluar jam pelajaran reguler. Ahmadi
dan Supriyono (2008:153) juga
menjelaskan
bahwa
pembelajaran
remedial diadakan setelah kesulitan
belajar
diketahui
dan
diadakan
pelayanan khusus. Dimana tidak semua
siswa berpartisipasi tapi hanya siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Hal
ini dilakukan agar siswa yang
mengalami kesulitan belajar tersebut
dapat lebih konsentrasi dalam menerima
pelajaran.
Guru mata pelajaran juga mengakui hal
ini. Mereka beralasan bahwa waktu
yang tersedia untuk melakukan remedial
diluar jam pelajaran reguler tidak
mencukupi bagi guru. Pasalnya selain
jam belajar siswa dimulai dari pagi
sampai sore hari, guru juga mempunyai
kewajiban mengajar 24 jam dalam
seminggu. Kenyataan tersebut semakin
mempersulit guru untuk melaksanakan
pembelajaran remedial diluar jam
pelajaran. Hal ini juga diakui oleh
kepala sekolah.
3. Bentuk
Kegiatan
dan
Materi
Pembelajaran remedial
Seperti yang dijelaskan oleh guru dan
siswa, bentuk pembelajaran remedial
yang dilaksanakan pada mata pelajaran
kompetensi kejuruan akuntansi kelas X
akuntansi SMK N 3 Padang baru berupa
pemberian pembelajaran ulang. Metode
pembelajaran yang digunakan juga tidak
terlalu jauh berbeda. Guru belum
memberikan bimbingan secara khusus
kepada siswa, selain itu pemamfaatan
tutor sebaya juga belum dilakukan oleh
guru. Guru hanya menyarankan siswa
untuk bertanya kepada teman mereka
jika masih ada yang belum dimengerti
sedangkan
dalam
tutor
sebaya
hendaknya guru benar-benar menunjuk
siswa yang lebih pintar untuk menjadi
tutor bagi temannya yang lain.
Untuk materi pelajaran remedial, guru
telah memberikannya sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh Depdiknas.
Yaitu pemberian matari yang lebih
sederhana
dibandingkan
dengan
pemberian materi sebelumnya. Materi
yang diberikan oleh guru difokuskan
kepada materi yang tidak dimengerti
oleh siswa saja. Materi yang telah
dimengerti siswa tidak diulang lagi.
4. Penerapan
Prinsip
Pembelajaran
Remedial
Ada lima prinsip yang harus dipenuhi
dalam
pembelajaran
remedial.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru dan siswa kelas X akuntansi SMK
N 3 Padang dapat digambarkan
beberapa prinsip pembelajaran remedial
yang telah dilaksanakan oleh guru dan
telah sesuai dengan prinsip yang
diberikan oleh Depdiknas.
a. Adaptif
Program pembelajaran remedial
hendaknya memungkinkan peserta
didik untuk belajar sesuai dengan
kecepatan, kesempatan dan gaya
belajar masing-masing siswa. Guru
telah memberikan pembelajaran
remedial sesuai dengan kebutuhan
masing-masing siswa dengan cara
menanyakan tingkat kesulitan belajar
masing-masing siswa. Guru juga
telah melihat cara belajar yang sesuai
dengan
masing-masing
siswa
sehingga mereka lebih mengerti
dengan
pelajaran.
Namun
berdasarkan hasil wawancara dengan
siswa, siswa merasa pembelajaran
yang adaptif belum sepenuhnya
tercapai. Menurut mereka terkadang
guru hanya memperhatikan beberapa
orang siswa saja sedangkan yang lain
merasa kurang terperhatikan. Siswa
juga merasa terganggu dengan
keberadaan teman mereka yang tidak
remedial didalam kelas, hal ini
membuat mereka lebih merasa
bahwa kebutuhan belajar mereka
kurang terpenuhi.
b. Interaktif
Dalam
prinsip
pembelajaran
remedial yang dikemukakan oleh
Depdiknas juga dijelaskan bahwa
pembelajaran
remedial
harus
interaktif.
Maksudnya
adalah
pembelajaran remdial hendaknya
memungkinkan peserta didik untuk
secara intensif berinteraksi dengan
pendidik dan sumber belajar yang
tersedia.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan, guru telah melaksanakan
prinsip
interaktif
ini
dalam
pembelajaran remedial. Guru telah
berusaha mendekatkan diri dengan
siswa
dengan
cara
langsung
menemui siswa ketempat duduk
mereka. Sehingga mereka lebih
leluasa
untuk
bertanya
dan
mengeluarkan pendapat. Beberapa
siswa yang diwawancara juga
mengakui hal ini, hanya sebagain
kecil dari mereka yang menyatakan
bahwa
pembelajaran
yang
berlangsung kurang interaktif.
c. Fleksibelitas
dalam
Metode
Pembelajaran dan Penilaian
Dari hasil wawancara yang diperoleh
dari guru dapat digambarkan bahwa
guru juga telah menerapkan prinsip
ini. Guru lebih mebantu siswa
dengan cara yang berbeda untuk satu
siswa dengan siswa yang lainnya.
Guru tidak menetapkan satu metode
yang harus digunakan dalam
pembelajaran
tetapi
lebih
menyesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing siswa.
Hasil wawancara dengan siswa juga
menunjukkan hal yang demikian.
Hanya saja metode pelajaran yang
diberikan guru ini diakui oleh siswa
tidak jauh berbeda dengan metode
sebelumnya.
Guru
tetap
menerangkan
pelajaran
dengan
metode ceramah tapi detambah
dengan cara penyampaian yang
bervariasi.
Guru
juga
tidak
menggunakan
media
dalam
pembelajaran
ini.
Sedangkan
Depdiknas dan beberapa pendapat
lainnya menyatakan bahwa metode
dan media dalam pembelajaran
remedial harus bervariasi dan
berbeda
dengan
pembelajaran
sebelumnya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing siswa.
Metode penilaian yang dilakukan
guru terhadap hasil belajar remedial
juga fleksibel. Menurut pengakuan
guru, hasil pembelajaran remedial
siswa
dinilai
dengan
cara
mengakumulasikannya dengan hasil
belajar sebelumnya. Biasanya nilai
yang diperoleh siswa adalah nilai
yang berada sedikit diatas batas nilai
KKM.
d. Pemberian Umpan Balik Sesegera
mungkin
Setelah melaksanakan pembelajaran
remedial, umpan balik berupa
informasi
mengenai
kemajuan
belajar siswa perlu diberikan
sesegera mungkin. Hal ini dapat
menghindari kekeliruan belajar yang
berlarut-larut dari peserta didik.
Dari hasil wawancara dengan guru
dan murid bisa disimpulkan bahwa
prinsip ini telah diterapkan dengan
baik di kelas oleh guru mata
pelajaran. Siswa mengaku bahwa
mereka bisa menerima hasil belajar
remedial beberapa waktu setelah
ujian remedial dilaksanakan. Dengan
demikian mereka bisa mengetahui
apakah mereka sudah menuntaskan
materi tersebut ataukah masih harus
mengikuti
pelajaran
remedial
selanjutnya. Menurut pengakuan
siswa dan murid, siswa yang belum
tuntas akan mengikuti pelajaran
remedial tambahan sampai mereka
berhasil menuntaskan pelajaran
tersebut.
e. Kesinambungan dan Ketersediaan
dalam Pemerian Layanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru dan siswa dapat disimpulkan
bahwa dalam program remedial mata
pelajaran
kompetensi
kejuruan
akuntansi kelas X akuntansi SMK N
3 Padang prinsip ini telah
dilaksanakan. Guru menjelaskan
bahwa untuk melanjutkan ke materi
selanjutnya siswa terlebih dahulu
harus
menuntaskan
materi
sebelumnya karena materi tersebut
akan selalu berhubungan. Namun
terkadang hal ini belum sepenuhnya
bisa dilakukan. Terkadang pemberian
pelajaran remedial telah dilakukan
tapi evaluasi dan penilaianya masih
belum didapat sedangkan siswa harus
mengikuti pelajaran selanjutnya. Hal
ini juga diakui oleh siswa. Program
remedil ini juga selalu tersedia
kapanpun siswa membutuhkannya.
Setiap siswa perlu remedial maka
guru akan bersedia meberikannya.
Tindak lanjut yang diberikan guru
terhadap siswa yang remedial juga
telah dilaksanakan sesuai dengan
panduan
pelaksanaan
remedial.
Siswa langsung diberitahu hasil
pembelajaran
remedial
mereka
setelah
evaluasi
terhadap
pembelajaran remedial dilakukan.
Selanjutnya bagi siswa yang masih
belum menuntaskan pelajaran akan
diberikan remedial lagi. Bagi siswa
yang masih juga bermasalah, maka
penanganannya akan melibatkan
pihak bimbingan konseling dan ketua
jurusan. Gambaran ini diperoleh dari
hasil wawancara dengan guru mata
pelajaran
dan
ketua
jurusan
akuntansi.
Dari hasil wawancara dengan siswa,
guru, ketua jurusan, waka kurikulum
dan kepala sekolah juga ditemukan
bahwa tidak ada instruksi khusus dari
sekolah untuk pelaksanaan remedial
ini.
Sekolah
menyerahkan
sepenuhnya pelaksanaan remedial
kepada guru mata pelajaran karena
gurulah yang paling tahu kebutuhan
siswa. Kepala sekolah mengaku
hanya melakukan koordinasi dengan
guru mata pelajaran, ketua jurusan
dan
waka
kurikulun
untuk
pelaksanaanya. Sekolah juga tidak
bisa
memaksa
guru
untuk
menjalankan
program
remedial
sesuai dengan apa yang disarankan
depdiknas
sepenuhnya.
Namun
menurut pengakuan guru dan kepala
sekolah, membantu kesulitan belajar
siswa
dan
membuat
mereka
memperoleh hasil belajar yang lebih
memadai tetap menjadi sasaran
utama.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
pelaksanaan program remedial mata
pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi di
kelas X Akuntansi di SMK N 3 Padang
dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan remedial yang dilakukan
guru mata pelajaran akuntansi kelas X
Akuntansi SMK N 3 Padang belum
sesuai dengan panduan dan prinsip
pembelajaran remedial yang di berikan
oleh Depdiknas 2008. Hal ini bisa
dibuktikan dengan beberapa temuan
berikut:
a. Secara
umum
guru
masih
beranggapan pembelajaran remedial
sebagai ujian ulang. Hal ini bisa
dilihat dari cara guru melaksanakan
pembelajaran remedial. Penjelasan
materi hanya dilakukan sepintas.
Pelakasanaan remedial juga tidak
dilakukan di luar jam pelajaran
reguler.
b. Analisis kesulitan belajar yang
dilakukan guru baru sebatas analisis
pada hasil belajar yang diperoleh
siswa. Guru belum melihat atau
menganalisis kenapa sebenarnya
siswa mengalami kesulitan belajar.
c. Penjelasan kembali materi kepada
siswa yang belum tuntas hasil
belajarnya masih dilakukan dalam
jam pelajaran reguler. Di waktu
pelaksanaannya pun para siswa yang
tidak remedial masih berada didalam
kelas yang sama dan mengerjakan
tugas tambahan yang diberikan oleh
guru. Keadaan ini menyebabkan para
siswa tidak bisa fokus mendengarkan
penjelasan guru karena masih ada
orang lain dengan kegiatan yang
berbeda didalam kelas.
d. Metode
pembelajaran
yang
digunakan guru dalam pembelajaran
remedial tidak jauh berbeda dengan
metode yang digunakan dalam
pembelajaran reguler.
e. Pelaksanaan
remedial
yang
dilakukan oleh guru masih bersifat
umum. Guru belum memperhatikan
perbedaan individual siswa. Selain
itu kondisi dan ketersediaan waktu
pelaksanaan
remedial
belum
mendukung bagi
guru untuk
melaksanakannya.
f. Interaksi yang terjalin antara guru
dan siswa dalam pembelajaran
remedial belum membuat siswa
untuk secara leluasa bertanya kepada
guru. Beberapa siswa masih merasa
takut
dan
canggung
untuk
mengungkapakan
kesulitan
belajarnya.
g. Terkadang siswa telah mengkuti
pelajaran untuk materi selanjutnya,
padahal hasil dari pembelajaran
remedial/ ujian untuk remedial belum
dilakukan. Sehingga belum diketahui
apakah
siswa
tersebut
telah
memahami materi sebalumnya.
2. Pembelajaran
remedial
yang
dilaksanakan guru mata pelajaran
kompetensi kejuruan akuntansi belum
bisa membantu kesulitan belajar siswa,
meskipun dari hasil belajar siswa
terlihat bisa mencapai KKM.
SARAN
Berdasarkan
kesimpulan
yang
diperoleh, maka penulis dapat memberikan
saran sebagai berikut:
a. Pembelajaran remedial bukanlah
pemberian ujian ulang. Pembelajaran
remedial adalah pembelajaran yang
diberikan kepada siswa yang
memiliki kesulitan belajar. Oleh
karena itu pembelajaran remedial
harus dilakukan dengan cara
menjelaskan kembali materi yang
belum mereka mengerti dengan
metode dan media pembelajaran
yang lebih bervariasi sesuai dengan
kebutuhan belajar masing-masing
siswa.
b. Melihat
banyaknya
masalah
mengenai waktu yang tersedia bagi
guru dan siswa untuk melaksanakan
pembelajaran remedial yang sesuai
dengan yang disarankan oleh
Depdiknas, maka pihak sekolah perlu
merevisi kembali pengelolaan waktu
belajar siswa dan waktu mengajar
guru.
c. Untuk
dapat
melaksanakan
pembelajaran remedial dengan baik.
Guru hendaknya mempersiapkan
pembelajaran tersebut layaknya
pembelajaran reguler. Persiapan ini
bisa
dilakukan
dengan
juga
mempersiapkan
perangkan
pembelajaran seperti RPP, Silabus,
dll.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian, Hasil,
Proses Belajar & Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sudrajat, Ahmad. 2008. Pembelajaran
Remedial.
Ahmad
Sudrajat
Wordpress.com
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
------------. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Suryabrata, Suryadi. 2009. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriyono. 2008.
Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi
Aksara.
Budinigsih, Asri. 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kunandar. 2007. Guru Profesional
Implementasi KTSP dan Persiapan
Menghadapi
Sertifikasi
Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi
Pendidikan.
Jakarta:
Remaja
Rosdakarya.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dan
Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana
Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan
Motivasi
Belajar
Mengajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Tahun 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2007
tentang Perubahan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Download