1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekurangan vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diperkirakan mengalami kekurangan vitamin A dengan resiko mengkhawatirkan (Siswanto 2007). Indonesia termasuk salah satu negara yang mempunyai prevalensi tertinggi terhadap avitaminosis bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya (Astuti 2008). Beta-karoten merupakan sumber vitamin A. Di dalam tubuh, β-karoten akan diubah menjadi 2 unit retinol atau vitamin A oleh enzim dioksigenase. Sumber β-karoten terutama ada pada sayuran dan buah-buahan, termasuk CPO (crude palm oil). Berdasarkan SNI 01-2901-2006 istilah CPO disebut sebagai minyak kelapa sawit mentah atau minyak sawit mentah (MSMn). MSMn merupakan hasil ekstraksi dari buah sawit. MSMn memiliki kandungan β-karoten yang sangat tinggi, yaitu 15 kali kandungan β-karoten pada wortel (Scrimshaw 2000). MSMn mengandung pigmen karotenoid sebanyak 500-700 ppm, dimana sekitar 50%-nya adalah β-karoten (Stuijvenberg dan Benade 2000). Namun sayangnya dalam proses dekolorisasi (bleaching) untuk pembuatan minyak goreng, β-karoten akan dihancurkan sehingga diperoleh minyak goreng yang berwarna kuning jernih. Produksi MSMn di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 20 juta ton (Kemenperin 2011). Jika kadar β-karoten yang terkandung dalam MSMn sebesar 550 ppm, maka β-karoten yang dihancurkan dalam proses dekolorisasi minyak sawit per tahunnya adalah sebanyak 11.000 ton. Jumlah tersebut dapat memenuhi kebutuhan vitamin A orang dewasa sebanyak 33.485.540.330 orang/ hari selama setahun atau sebanyak 75.342.465.750 orang anak/ hari selama setahun. Di Indonesia, pemanfaatan β-karoten yang terkandung dalam minyak sawit belum dilakukan secara optimal, padahal di Malaysia sudah ada produk minyak sawit merah yang diproduksi secara massal untuk memenuhi kebutuhan vitamin A masyarakatnya. Penggunaan minyak sawit merah untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A telah dilakukan di negara Afrika Selatan, sub-sahara 2 Afrika, Brazil, Malaysia, dan India (Stuijvenberg et al. 2001; Zeba et al. 2006; Nestel dan Nalubola 2003) Penelitian yang mengkaji manfaat β-karoten sudah banyak dilakukan dan secara umum memberikan hasil yang positif bagi kesehatan tubuh, terutama untuk meningkatkan kekebalan (sistem imun) tubuh. Menurut Petro et al. (1981), βkaroten mempunyai peranan penting dalam mencegah kanker. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Prabhala et al. (1991) menunjukkan bahwa β-karoten mampu memodulasi fungsi imun pada hewan dan manusia, baik secara in vitro maupun in vivo. Pemberian β-karoten dosis tinggi secara oral dapat meningkatkan jumlah limfosit penanda CD4 (Alexander et al. 1985). Karotenoid seperti likopen dan β-karoten telah terbukti dapat meningkatkan respon imun yang dimediasi oleh sel (cell-mediated immune response) (Hughes 1999). Garcia et al. (2003) telah melakukan penelitian tentang pemberian suplemen β-karoten kepada beberapa responden, dan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan jumlah CD8 pada hari ke-7 dan ke-8 bila dibandingkan dengan kontrolnya. β-karoten merupakan prekursor dari vitamin A, atau disebut dengan provitamin A (Sundram et al. 2003), diketahui dapat memberikan perlindungan untuk melawan penyakit, berperan sebagai modulator dalam proses/ fungsi selular (Rooyen et al. 2008). Suplementasi β-karoten dapat meningkatkan aktivitas imun pada remaja dan dapat mereduksi resiko adenoma saat dikombinasikan dengan retinol palmitat sebagai vitamin A (Scott et al. 2004). CD4 merupakan protein penanda pada sel Th (T helper), sedangkan CD8 merupakan protein penanda pada sel Tc (T cytotoxic). Sel Th berfungsi untuk aktivasi makrofag dan produksi antibodi sedangkan sel Tc berfungsi untuk membunuh sel-sel termutasi (sel kanker dan tumor) dan sel yang terinfeksi oleh virus. Penelitian yang mengkaji tentang protein CD4 dan CD8 telah banyak dilakukan, namun lebih banyak menggunakan β-karoten dalam bentuk suplemen, belum ada yang memanfaatkan konsumsi langsung β-karoten yang terkandung dalam MSMn. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan memanfaatkan β-karoten yang tersedia secara melimpah dalam MSMn yang selama ini disia-siakan. Konsumsi MSMn akan dilihat pengaruhnya terhadap kadar CD4 dan CD 8 (jenis protein imun) dalam limfosit responden ibu usia produktif. 3 Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dari serangkaian Program SawitA. Program SawitA merupakan suatu program terapan yang berupaya untuk mengatasi kekurangan vitamin A di Indonesia dengan menghasilkan produk baru berbasis minyak sawit mentah. Program SawitA adalah program kerjasama antara PT. Smart Tbk. dengan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. 1.2. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memonitoring dan mengevaluasi Program SawitA, mengetahui tingkat penerimaan masyarakat (responden) terhadap minyak sawit mentah serta pengaruh konsumsi minyak sawit mentah bagi kesehatan responden. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui kadar protein CD4 dan CD8 dalam limfosit responden sebelum dan sesudah konsumsi minyak sawit mentah. 1.3. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dan pihak terkait untuk optimalisasi aplikasi minyak sawit mentah, terutama aplikasinya sebagai sumber provitamin A alami. Selain itu, dapat memperkenalkan minyak sawit mentah kepada masyarakat dan memberikan informasi tentang manfaat yang terkandung di dalam minyak sawit mentah. 1.4. Hipotesis Minyak sawit mentah dapat diterima dengan baik oleh responden dan dapat meningkatkan status kesehatan responden. Selain itu, dengan mengonsumsi minyak sawit mentah dapat meningkatkan kadar protein CD4 dan CD8 di dalam limfosit responden