17 Kenapa normalisasi data analisis ekspresi gen penting untuk memahami fisiologi tanaman perkebunan Analisis ekspresi gen dapat diukur secara akurat dan cepat dengan menggunakan teknik Real-Time PCR. Evaluasi kritis terkait kebenaran data yang dihasilkan menjadi tantangan para peneliti pengguna teknologi tersebut. Oleh sebab itu, normalisasi data merupakan faktor penting, dimana diperlukan gen acuan untuk validasi data ekspresi. Aplikasi teknik tersebut pada tanaman perkebunan telah digunakan untuk analisis debit tinggi. Studi tentang profil ekspresi gen umumnya dilakukan dengan mengandalkan bioteknik seperti Microarray dan Northern blot karena kemampuan menganalisis banyak gen secara simultan atau aspek ekonomi [1]. Namun teknik Real-Time PCR atau yang sering disebut Quantitative PCR (qPCR) dianggap yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk validasi data ekspresi yang diperoleh dari metode lain. Tidak diragukan lagi, keunggulan dari teknik tersebut terdapat pada sensitivitas, deteksi reaksi, kecepatan analisis dan pengukuran yang tepat dari suatu sampel [2]. Terlebih, tingkat ekspresi untuk beberapa gen acapkali sangat kecil sehingga qPCR menjadi satu-satunya teknik yang dapat mendeteksi sejumlah kecil dari transkrip mRNA. Tetapi jika Real-Time PCR diharapkan mencapai performa terbaiknya, sangatlah penting untuk melakukan normalisasi terhadap data dan memvalidasi hasil analisis. Eksperimen menggunakan qPCR sering tidak dirancang dengan baik sehingga sukar untuk dibuktikan keakuratannya. Peneliti yang tidak melakukan evaluasi kritis dalam aplikasi teknik kuantifikasi transkrip tersebut akan menghasilkan data yang tidak reliable. [3]. Hal tersebut nampaknya menjadi masalah penting dimana qPCR digunakan sebagai metode validasi dari teknik lain. Sebagai contoh, permasalahan sering timbul dari perbedaan kuantitas mRNA hasil ekstraksi diantara sampel dan performa dari qPCR itu sendiri [4]. Untuk meminimalisir pengaruh faktor-faktor tersebut, normalisasi data ekspresi gen wajib diterapkan sebelum tingkat ekspresi sebuah gen pada waktu dan kondisi tertentu dapat dipastikan. Kenapa hal tersebut diperlukan? Secara prinsip, teknik ekspresi gen apapun berusaha untuk menghitung kuantitas dari transkrip mRNA di dalam sebuah sampel biologis. Sebagaimana diketahui, kuantitas tersebut ditentukan oleh aktivitas transkripsi yang mana kadarnya berbeda untuk jaringan yang berbeda. Oleh karena itu, normalisasi ekspresi gen dari tiap sampel harus dilakukan. Normalisasi transkrip mRNA umumnya dilakukan dengan mengukur rasio dari transkrip mRNA target dan mRNA total. Namun karena lazimnya di dalam sel semua mRNA merupakan subyek vaasai dan efisiensi yang tergantung pada sel, kuantifikasi jumlah transkrip gen target dapat dilakukan dengan membandingkan kuantitas dari transkrip gen yang relatif stabil di dalam sel, yaitu gen-gen housekeeping [5]. Gen-gen yang tergolong dalam kelompok housekeeping paling dikenal di literatur adalah gliseraldehida-3-fosfat (GAPDH), β-aktin, protein ribosom (RPL), ubiquitin (Ubi), β-tubulin (Tub), 18S RNA ribosom (18S rRNA) dan kinase fosfogliserat (PGK). Akan tetapi, meskipun ekspresi dari gen-gen kelompok tersebut disinyalir konstitutif (terus-menerus), variasi kecil dalam tingkat sel hingga jaringan dibuktikan masih terjadi [6,7]. Hal tersebut membuktikan bahwa gen-gen tersebut sangat spesifik untuk spesies tanaman dan tidak dapat digunakan secara umum pada spesies tanaman yang lain [8]. Oleh karena itu, validasi awal perlu dilakukan ketika gen-gen housekeeping disarankan untuk digunakan sebagai gen acuan atau calibrator pada spesies tanaman baru atau pada kondisi eksperimental baru. www.ibriec.org | Desember 2014 | 2(2), 17-19 Riza Arief Putranto – Peneliti BPBPI 18 Tanaman perkebunan sebagai tanaman berkayu cenderung memiliki konstitusi genom yang kompleks dengan duplikasi gen yang rumit [10,11]. Normalisasi data ekspresi menggunakan gen acuan telah dilakukan secara sistematis pada beberapa laboratorium tingkat dunia. Hal tersebut bertujuan untuk membedakan secara akurat ekspresi gen spesifik dari famili multigenik. Dengan demikian, hasil eksperimen tersebut dapat dipastikan kebenarannya. Di sisi lain, analisis ekspresi tersebut ditujukan untuk mengungkap fisiologi spesifik dari tiap spesies tanaman perkebunan seperti produktivitas karet pada tanaman karet [7], proses embriogenesis somatik pada tanaman kelapa sawit [12] dan ketahanan terhadap cekaman kekeringan pada tanaman tebu [13]. Penggunaan analisis ekspresi gen pada tingkat lebih lanjut dapat diaplikasikan untuk mengukur secara empiris kuantitas total transkriptom (keseluruhan gen) saat tanaman terserang penyakit. Grup peneliti dari Malaysia telah menggunakan teknik ekspresi gen dengan normalisasi data untuk mengukur total gen yang terinduksi saat akar tanaman kelapa sawit Gambar 1. Ilustrasi hasil analisis terserang Ganoderma [14]. Penggunaan spesifik ekspresi gen yang telah dinormalisasi menggunakan gen acuan. Perbedaan analisis ekspresi gen pada sub-jaringan tertentu pun ekspresi antar jaringan dapat diban- menghasilkan data yang baik setelah normalisasi. Grup peneliti gabungan Indonesia dan Prancis telah dingkan satu sama lain [9]. membuktikan ekspresi diferensial dari gen-gen penginduksi perakaran pada jaringan akar tunggang, lateral ordo 1 dan ordo 2 pada tanaman karet [9]. Hasil-hasil eksperimen yang akurat tersebut diperoleh dengan melakukan normalisasi terhadap gen-gen housekeeping spesifik untuk jaringan tersebut (Gambar 1). Hal ini membuktikan sekali lagi pentingnya normalisasi data ekspresi gen. Saat ini, dengan bantuan software seperti GenormPLUS, NormFinder dan BestKeeper, peneliti dapat memilih gen acuan secara tepat melalui analisis statistik dan skoring. Akan tetapi, cara klasik menggunakan tabel Excel masih dapat diterima dalam publikasi internasional. Sistem fisiologi dari suatu tanaman merupakan sistem yang tidak stabil dan berubah sesuai kondisi lingkungan. Mengingat tanaman merupakan organisme sesil (tidak dapat bergerak), analisis fisiologi wajib dilakukan dalam kontrol yang ketat. Dengan demikian, prediksi akhir mengenai kondisi fisiologi tersebut dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya. Referensi 1. Mallona I, Lischewski S, Weiss J, Hause B, Egea-Cortines M (2010) Validation of reference genes for quantitative real-time PCR during leaf and flower development in Petunia hybrida. BMC Plant Biology 10: 4-4. www.ibriec.org | Desember 2014 | 2(2), 17-19 Riza Arief Putranto – Peneliti BPBPI 19 2. Gachon C, Mingam A, Charrier B (2004) Real-time PCR: what relevance to plant studies? Journal of Experimental Botany 55: 1445-1454. 3. Bustin SA, Benes V, Garson JA, Hellemans J, Huggett J, et al. (2009) The MIQE Guidelines: Minimum Information for Publication of Quantitative Real-Time PCR Experiments. Clinical Chemistry 55: 611-622. 4. Huggett J, Dheda K, Bustin S, Zumla A (2005) Real-time RT-PCR normalisation; strategies and considerations. Genes Immun 6: 279-284. 5. Rebouças EdL, Costa JJdN, Passos MJ, Passos JRdS, Hurk Rvd, et al. (2013) Real time PCR and importance of housekeepings genes for normalization and quantification of mRNA expression in different tissues. Brazilian Archives of Biology and Technology 56: 143-154. 6. Marum L, Miguel A, Ricardo CP, Miguel C (2012) Reference Gene Selection for Quantitative Real-time PCR Normalization in Quercus suber. PLoS ONE 7: e35113. 7. Li H, Qin Y, Xiao X, Tang C (2011) Screening of valid reference genes for real-time RTPCR data normalization in Hevea brasiliensis and expression validation of a sucrose transporter gene HbSUT3. Plant Sci 181: 132-139. 8. Remans T, Smeets K, Opdenakker K, Mathijsen D, Vangronsveld J, et al. (2008) Normalisation of real-time RT-PCR gene expression measurements in Arabidopsis thaliana exposed to increased metal concentrations. Planta 227: 1343-1349. 9. Putranto RA, Sanier C, Leclercq J, Duan C, Rio M, et al. (2012) Differential gene expression in different types of Hevea brasiliensis roots. Plant Sci 183: 149-158. 10. Rahman AYA, Usharraj A, Misra B, Thottathil G, Jayasekaran K, et al. (2013) Draft genome sequence of the rubber tree Hevea brasiliensis. BMC Genomics 14: 75. 11. Motamayor J, Mockaitis K, Schmutz J, Haiminen N, III D, et al. (2013) The genome sequence of the most widely cultivated cacao type and its use to identify candidate genes regulating pod color. Genome Biology 14: r53. 12. Chan P-L, Rose RJ, Abdul Murad AM, Zainal Z, Leslie Low E-T, et al. (2014) Evaluation of Reference Genes for Quantitative Real-Time PCR in Oil Palm Elite Planting Materials Propagated by Tissue Culture. PLoS ONE 9: e99774. 13. Silva RLdO, Silva MD, Ferreira Neto J, Costa R, Nardi CHd, et al. (2014) Validation of Novel Reference Genes for Reverse Transcription Quantitative Real-Time PCR in Drought-Stressed Sugarcane. The Scientific World Journal 2014: 12. 14. Tee S-S, Tan Y-C, Abdullah F, Ong-Abdullah M, Ho C-L (2013) Transcriptome of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) roots treated with Ganoderma boninense. Tree Genetics & Genomes 9: 377-386. www.ibriec.org | Desember 2014 | 2(2), 17-19 Riza Arief Putranto – Peneliti BPBPI