PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI 1 NGULAKAN PENGASIH KULON PROGO ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Sholichati NIM 11108244077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2015 Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 1 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI 1 NGULAKAN PENGASIH KULON PROGO THE IMPLEMENTATION OF INSTRUCTION GUIDANCE FOR MILD MENTAL RETARDATION STUDENT IN THE 𝟐𝒏𝒅 GRADE AT SD NEGERI 1 NGULAKAN PENGASIH KULON PROGO Oleh : Sholichati, PPSD/PGSD, UNY [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan layanan bimbingan pembelajaran bagi siswa tunagrahita ringan di kelas II SD N 1 Ngulakan Pengasih Kulon Progo. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif jenis etnografi ruang kelas dengan subjek seorang guru kelas II SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih Kulon Progo. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dengan triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru belum melaksanakan manajemen disiplin kelas bagi siswa tunagrahita ringan secara keseluruhan karena guru sudah menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan bantuan, tetapi belum memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu serta belum menggunakan waktu secara efisien dalam melakukan perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Umpan balik selama pengajaran diberikan melalui pujian, pemberian nilai dan bantuan untuk menemukan jawaban yang benar bila jawaban siswa salah. Guru melakukan modifikasi alokasi waktu, modifikasi materi dan modifikasi proses belajar mengajar untuk mengembangakan pengajaran yang tepat bagi siswa tunagrahita ringan. Suasana pengajaran yang kondusif diciptakan guru dengan tidak menuduh siswa bersalah tanpa bukti yang jelas, memberikan motivasi, merespon pendapat dan pertanyaan siswa, memberikan perlindungan serta menempatkan posisi siswa di dekat guru. Kata kunci: bimbingan pembelajaran, siswa tunagrahita ringan Abstract This research is aimed to describe the implementation of instruction guidance for mild mental retardation student in the 2𝑛𝑑 grade at SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih Kulon Progo. This research employed classroom ethnography qualitative research. The subject was a 2𝑛𝑑 grade teacher at SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih Kulon Progo. The methods of data collection in this research include observation, interview and documentary study. Data was analyzed by using data reduction, data display, and conclusion. Furthermore, triangulation source and triangulation techniques were used to validate the data. The result showed that the teacher has not completely implemented classroom discipline management for mild mental retardation student because the teacher has showed responsiveness in providing relief. However, the teacher has not begun and ended the lessons on time and has not efficiently used the time to shift from one activity to another. Feedbacks during the teaching process were given through giving praise, score and giving help to find the correct answer if the student answered incorrectly. The teacher modified time allocation, materials and learning process to develop the appropriate teaching process for mild mental retardation student. In addition, the teacher created conducive situation by not accusing innocent student without clear evidence, giving motivation, responding student’s opinion and question, providing protection and positioning the student near the teacher. Keywords: instruction guidance, mild mental retardation student 2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015 Kabupaten Kulon Progo yang bernama TS (alias) PENDAHULUAN (amandemen) pada tanggal 27 Oktober 2014 diperoleh menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak informasi bahwa di kelas II terdapat tiga siswa mendapatkan pendidikan”. Hal ini menegaskan yang temasuk ABK yaitu JL, SY, dan RH (nama bahwa atas samaran). Dari ketiga siswa yang termasuk ABK pendidikan, tak terkecuali bagi anak yang tersebut, penelitian difokuskan pada siswa yang berkebutuhan khusus (ABK). Hak ABK untuk bernama JL karena menurut guru kelas JL adalah mendapatkan siswa yang paling banyak memiliki masalah Pasal 31 setiap UUD orang 1945 memiliki pendidikan hak harus dipenuhi sehubungan dengan kebutuhan yang sama akan belajar. sebuah proses pendidikan yang berupaya untuk wawancara dengan guru pendamping khusus memanusiakan manusia. yang ada di SD N 1 Ngulakan yang bernama SM Keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus (alias). Peneliti kemudian Berdasarkan pendidikan informasi bahwa JL termasuk siswa yang bertujuan untuk kebutuhan psikologi, dan pengamatan yang tes wawancara (ABK) tersebut membutuhkan suatu layanan khusus hasil hasil melakukan khusus diperoleh memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Salah memiliki dengan jenis satu layanan pendidikan khusus yang dapat tunagrahita ringan karena memiliki skor IQ diberikan untuk anak ABK yaitu pendidikan sebesar 74. Lebih lanjut guru pendamping inklusi. Pendidikan inklusi dianggap sebagai khusus mengatakan bahwa JL merupakan siswa upaya untuk menumbuhkan keterampilan sosial pindahan dari SD N Pengasih 1. JL dipindahkan pada ABK maupun anak normal agar dapat di SD N 1 Ngulakan karena di SD terdahulu ia hidup bersama dan saling memahami dan tidak bisa mengikuti pembelajaran dan pernah menerima. tidak naik kelas satu kali. Salah satu SD di Kulon Progo yang telah Berdasarkan hasil pengamatan di kelas II SD menyelenggarakan sekolah inklusi adalah SD N N 1 Ngulakan pada tanggal 27 Oktober 2014, JL 1 Ngulakan. Adanya pendidikan inklusi di SD terlihat seperti anak normal lainnya hanya saja tersebut, guru kelas dituntut untuk melayani memiliki hambatan belajar, seperti membaca, siswa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan menulis dan berhitung. Kemampuan membaca masing-masing. Hal ini sejalan dengan pendapat JL masih dieja per huruf dan memerlukan Slamet (Syaiful Segala 2009: 31-32) yang bantuan guru untuk membaca katanya. Dalam menyatakan bahwa salah satu sub-kompetensi menulis, JL belum bisa membedakan huruf kecil guru adalah dan huruf kapital. Besar kecilnya tulisan tidak “membimbing siswa dalam berbagai aspek, stabil dan bila menulis tanpa menggunakan misalnya pelajaran, kepribadian, bakat, minat, spasi. Kemampuan berhitungnya juga masih dan karier.” berhitung sederhana. JL juga memiliki hambatan dari kompetensi pedagogik Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kemampuan berbahasa, sehingga ia kesulitan kelas II SD N 1 Ngulakan Kecamatan Pengasih mengartikulasikan bunyi bahasa dengan benar. Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 3 Selama pengamatan, peneliti juga menemukan menyatakan bahwa GPK hanya dua kali datang bahwa JL masih mampu bersosialisasi dengan ke sekolah dan tidak selalu masuk ke kelas II teman-teman sekelasnya. karena di sekolah ini bukan hanya JL yang Karakteristik pada diri JL tersebut membutuhkan bimbingan pembelajaran, memperkuat peneliti untuk menyebutnya siswa sehingga setiap kali datang ke sekolah GPK tunagrahita ringan. Hal ini juga diperkuat dengan tidak selalu memberikan bimbingan pada JL. pendapat Mumpuniarti (2007: 15-17) yang Keberadaan siswa tunagrahita ringan menyatakan bahwa anak tunagrahita ringan tersebut sangat membutuhkan suatu layanan memiliki karakteristik, yaitu: perkembangan bimbingan fisik tampak normal, perkembangan kognitif Mumpuniarti (2007: 19) anak tunagrahita ringan terbatas pada kemampuan berpikir sederhana, memiliki kesulitan yang paling menonjol di mengalami kesulitan berpikir abstrak, serta bidang akademik, miskin perbendaharaan kata penyesuaian sosial hampir setara dengan anak serta perhatian dan ingatannya lemah. Adanya normal seusianya. kesulitan belajar pada diri siswa tunagrahita pembelajaran karena menurut Adanya kesulitan belajar pada diri JL, guru ringan tersebut apabila tidak segera mendapatkan kelas berupaya memberikan layanan bimbingan bimbingan pembelajaran dari guru maka siswa pembelajaran untuk mengembangkan potensi diri akan mengalami kesulitan dalam mengikuti dan mencapai tujuan pendidikannya secara proses pembelajaran dan berpotensi untuk drop optimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan out pada jenjang kelas yang rendah karena guru kelas II SD N 1 Ngulakan yang bernama TS lambat laun siswa mengalami kesulitan belajar (alias) pada tanggal 29 Oktober 2014, upaya yang semakin kompleks (Murtadlo, 2006). yang diberikan guru pada JL diantaranya memberikan motivasi belajar, memberikan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “bagaimana pelaksanaan layanan waktu tambahan dalam mengerjakan tugas, bimbingan belajar bagi siswa tunagrahita ringan memberikan dan di kelas II SD N 1 Ngulakan Pengasih Kulon memberikan tugas sesuai dengan kemampuan JL Progo?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Meskipun sudah terdapat upaya guru kelas untuk ini untuk mengetahui pelaksanaan layanan mengatasi masalah belajar pada diri JL, namun bimbingan belajar bagi siswa tunagrahita ringan guru kelas mengeluhkan kesulitan membimbing di kelas II SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih siswa tunagrahita ringan, karena guru kelas Kulon Progo. pengajaran tambahan, belum memiliki keahlian khusus di bidang bimbingan dan kurangnya pengetahuan tentang siswa tunagrahita ringan serta cara penanganannya. Lebih lanjut guru kelas juga METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis etnografi ruang 4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015 mengetahui Kurikulum Teknologi Pendidikan UNY dan pelaksanaan layanan bimbingan pembelajaran lulus tahun 1999. Beliau juga pernah mengikuti bagi melalui kegiatan pelatihan guru sekolah penyelenggara manajemen disiplin kelas, umpan balik selama inklusi pada tahun 2012 yang diselenggarakan pengajaran, oleh Dinas Pendidikan, Kabupaten Kulon Progo. kelas karena siswa peneliti ingin tunagrahita ringan pengembangan pengajaran dan Pengalaman mengajar beliau sudah 29 tahun. suasana pengajaran yang kondusif. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulan Februari-Maret 2015. Tempat penelitian adalah di kelas II SD Negeri 1 Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru kelas II SD N Ngulakan 1. Informan ini adalah GPK, siswa Teknik pengumpulan data yang digunakan ini menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan bantuan, dan guru menggunakan sedikit waktu untuk melakukan perpindahan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Teknik Pengumpulan Data penelitian guru aktivitas satu ke aktivitas lain. tunagrahita ringan dan teman siswa dalam Aspek pertama yaitu manajemen disiplin meliputi guru menggunakan waktu dengan tepat, Subjek Penelitian penelitian Manajemen disiplin kelas kelas, peneliti membagi menjadi tiga indikator Ngulakan Pengasih Kulon Progo. dalam Diskripsi Hasil Penelitian adalah observasi, TS belum menggunakan waktu pembelajaran dengan tepat. Hal ini disebababkan karena TS belum memulai dan mengakhiri pelajaran tepat wawancara dan studi dokumentasi. waktu. TS belum memulai pelajaran tepat waktu Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman (1984: 21-23) meliputi reduksi data, display data dan penarikan karena TS beranggapan bahwa memulai pelajaran jika bel masuk berbunyi membuat siswa belum siap untuk belajar sehingga TS memberikan waktu tambahan. TS masuk kelas kesimpulan. tanpa mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan setelah masuk kelas, pembelajaran langsung Deskripsi Subjek Penelitian dimulai. TS juga belum mengakhiri pelajaran Subjek penelitian dalam penelitian ini tepat waktu karena TS menunggu sampai siswa adalah guru kelas II yang juga merupakan wali selesai mengerjakan tugas. TS beranggapan jika kelas II SD N 1 Ngulakan pada tahun ajaran tidak ditunggu sampai selesai mengerjakan 2014/2015 dengan nama inisial TS. Subjek tugas, siswa tidak menyelesaikan tugasnya itu di penelitian berjenis kelamin laki-laki, yang lahir rumah. pada 25 April 1962, dan berumur 53 tahun saat penelitian dilaksanakan. memiliki kualifikasi Subjek akademik penelitian S1 jurusan Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dinyatakan bahwa guru sudah menunjukkan sikap tanggap dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 5 memberikan bantuan kepada siswa. Hal ini dapat sikap dan prestasi yang layak serta bantuan terlihat saat TS sudah mendekati JL jika JL untuk menemukan jawaban yang benar bila kesulitan mengerjakan tugas dan TS juga sering jawaban siswa salah. berkeliling kelas untuk memantau pekerjaan JL. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat dinyatakan bahwa guru Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dikumentasi, TS sudah memberikan umpan belum balik positif atas prestasi dan sikap yang layak menggunakan sedikit waktu dalam melakukan pada siswa tunagrahita ringan. Umpan balik perpindahan aktivitas satu ke aktivitas lainnya. positif tersebut berupa pemberian pujian dan Hal ini terlihat saat TS belum memiliki strategi penghargaan yang berwujud nilai. khusus untuk mengatur pergantian aktivitas di Berdasarkan hasil observasi dan luar dan di dalam kelas dan belum memberikan wawawancara, batasan waktu mengerjakan tugas pada JL. menemukan jawaban yang benar bila jawaban JL Alasan TS belum memiliki strategi khusus salah. Dari kedua indikator di atas dapat tersebut karena TS beranggapan bahwa JL sudah dinyatakan bahwa TS sudah memberikan umpan mampu mengetahui apa yang harus dilakukan balik selama pengajaran bagi siswa tunagrahita dan apa yang seharusnya tidak dilakukan ketika ringan. TS sudah membantu JL berada di luar kelas. Sedangkan alasan TS tidak membuat batasan waktu mengerjakan tugas pada JL karena apabila dibatasi waktu TS khawatir JL tidak mau mengerjakan tugas, sehingga guru tidak membatasi waktu mengerjakan tugas agar ketiga dinyatakan bahwa indikator di pelaksanaan atas dapat manajemen disiplin kelas bagi siswa tunagrahita ringan belum terlaksana semuanya. TS sudah menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan bantuan, tetapi TS belum menggunakan waktu pembelajaran dengan tepat Pada aspek pengembangan pengajaran dalam penelitian ini terdapat tiga indikator yaitu modifikasi alokasi waktu, modifikasi isi/materi pembelajaran dan modifikasi proses belajar JL mau mengerjakan tugas semua. Dari Pengembangan pengajaran dan belum menggunakan sedikit waktu dalam melakukan perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas lain. mengajar Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, TS sudah melakukan modifikasi alokasi tunagrahita pembelajaran ringan dengan pengajaran tambahan. tersebut bertujuan pada siswa memberikan Pengajaran tambahan untuk mengembangkan kemampuan membaca dan menulis pada JL. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, TS sudah Pemberian umpan balik selama pengajaran waktu melakukan modifikasi materi pembelajaran pada JL. TS sudah melakukan Aspek pemberian umpan balik selama penyederhanaan/pengurangan tingkat kesulitan pengajaran bagi siswa tunagrahita ringan dapat materi pembelajaran pada siswa tunagrahita dilihat dari pemberian umpan balik positif atas ringan. Penyederhanaan materi dapat terlihat 6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015 pada pembelajaran Matematika dan Bahasa guru kelas tidak menuduh siswa bersalah tanpa Indonesia. bukti yang jelas. Pelajaran matematika berupa pengurutan bilangan 1-100, dan penjumlahan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, serta pengurangan di bawah angka 25. Materi guru kelas sudah merespon dengan perhatian dan bahasa Indonesia berupa pengenalan huruf A-Z, pemahaman kepada siswa tunagrahita ringan. serta menulis kata dan kalimat sederhana. Hal ini dapat terlihat saat TS sudah melakukan dan kontak mata dengan JL, memberikan respon wawanacara, TS sudah melakukan modifikasi terhadap pendapat dan komentar JL serta proses belajar mengajar pada siswa tunagrahita memberikan perlindungan pada JL jika ada ringan. Hal ini terlihat saat TS sudah melakukan teman lain yang mengganggu. Berdasarkan hasil observasi JL, Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, memberikan tugas dengan kesulitan yang layak, guru sudah memberikan dukungan bila siswa memberikan tugas, memiliki masalah. Hal ini dapat terlihat saat TS menggunakan bahasa yang sederhana dalam sudah memberikan motivasi pada JL jika nilai JL menyampaikan materi, melakukan penahapan di bawah KKM, dan sudah mau membimbing JL pemberian materi, dan menggunakan media secara individu agar giat belajar. Bimbingan dalam menyampaikan materi pada JL. secara individu tersebut dilakukan TS dengan pengulangan Dari dinyatakan pemberian contoh ketiga materi mengerjakan indikator bahwa pada TS di atas, sudah dapat cara menempatkan JL di sebelah kursi guru. melakukan pengembangan pengajaran yang tepat pada siswa tunagrahita ringan. Hal ini disebabkan karena TS sudah melakukan modifikasi alokasi waktu, modifikasi materi, dan modifikasi proses belajar Pembahasan Manajemen disiplin kelas Berdasarkan dinyatakan bahwa hasil penelitian pelaksanaan dapat manajemen disiplin kelas bagi siswa tunagrahita ringan mengajar. belum terlaksana sepenuhnya karena guru sudah Suasana pengajaran yang kondusif Pada aspek suasana pengajaran menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan yang bantuan, tetapi guru belum menggunakan waktu kondusif bagi siswa tunagrahita ringan terdapat dengan tepat dan belum menggunakan sedikit tiga indikator yaitu guru melakukan penanganan waktu dalam melakukan perpindahan dari satu yang mendukung daripada menuduh, guru aktivitas ke aktivitas lain. Padahal menurut merespon dengan perhatian dan pemahaman Larrivee (David Smith, 2009: 124), hal-hal yang kepada siswa serta guru mendukung bila siswa harus dilakukan guru untuk melaksanakan memiliki masalah. manajemen disiplin kelas bagi siswa tunagrahita Berdasarkan hasil penelitian, guru kelas ringan yaitu guru menggunakan waktu secara sudah melakukan penanganan yang mendukung tepat, guru menunjukkan sikap tanggap dalam daripada menuduh. Hal ini dapat terlihat saat memberikan bantuan pada siswa dan guru Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 7 menggunakan sedikit waktu dalam melakukan Guru belum menggunakan sedikit waktu perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas dalam melakukan perpindahan dari satu aktivitas lainnya. ke aktivitas lain dapat terlihat saat guru belum Sikap tanggap guru dalam memberikan meliliki strategi khusus untuk mengatur bantuan dapat terlihat saat guru sudah mendekati pergantian aktivitas dari dalam dan di luar kelas siswa jika kesulitan mengerjakan tugas dan guru pada siswa tunagrahita ringan serta belum sering berkeliling untuk memantau pekerjaan memberikan batasan waktu mengerjakan tugas siswa. Hal ini sudah sejalan dengan pendapat pada siwa. Belum adanya strategi khusus dari Mohammad guru Effendi (2006: 24) yang untuk mengarahkan aktivitas siswa menyatakan bahwa prinsip mendidik siswa tunagrahita ringan ini kurang sesuai dengan tunagrahita ringan yaitu guru tidak bersikap acuh pendapat Kemis dan Ati Rosnawati (2013: 42) tak acuh terhadap kebutuhan siswa. yang menyatakan bahwa siswa tunagrahita Guru belum menggunakan waktu secara ringan tidak memiliki daya untuk melakukan tepat ini dapat terlihat saat guru belum memulai upaya sendiri dan akan melakukan suatu hal dan mengakhiri pelajaran tepat waktu. Alasan apabila ada arahan dan dorongan yang datang guru tidak memulai pelajaran tepat waktu karena dari orang lain. Belum adanya batasan waktu apabila guru langsung masuk kelas saat bel mengerjakan berbunyi, siswa belum siap menerima materi dengan pendapat Carolyn & Edmund (2011: sehingga guru memberikan tambahan waktu. 277-278) yang menyatakan bahwa strategi Saat pengelolaan guru masuk kelas, guru tidak tugas tersebut kurang pembelajaran pada sesuai siswa mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran dan berkebutuhan khusus yaitu guru mendorong langsung memulai pelajaran tanpa melakukan siswa untuk mampu bertanggung jawab atas kegiatan yang dapat menarik perhatian siswa tugas mereka dengan memberikan batasan waktu pada materi pembelajaran. Hal ini kurang sesuai mengerjakan tugas. dengan pendapat Mohammad Effendi (2006: 24) yang menyatakan bahwa sebelum mengajarkan pelajaran yang baru pada siswa tunagrahita Pemberian umpan balik selama pengajaran Berdasarkan hasil penelitian dapat ringan seharusnya guru melakukan persiapan dan dinyatakan bahwa guru sudah memberikan memberikan umpan kegiatan yang rileks bukan balik pembelajaran bagi siswa membiarkan siswa untuk menyesuaikan diri tunagrahita ringan. Guru sudah memberikan dengan keadaan yang ada dikelasnya. Alasan umpan balik positif atas sikap dan prestasi yang guru tidak mengakhiri pelajaran tepat waktu layak karena guru memberikan kesempatan siswa jawaban yang benar bila jawaban siswa salah. untuk menyelesaikan tugas sehingga waktu Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Larrivee mengakhiri pelajaran tidak sesuai dengan jadwal. (David Smith, 2009: 124) yang menyatakan serta membantu siswa menemukan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan guru 8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015 dalam memberikan umpan balik selama mengajaran bagi siswa tunagrahita ringan yaitu Pengembangan pengajaran Berdasarkan hasil guru penelitian, sudah dapat guru memberikan umpan balik positif atas sikap dinyatakan dan prestasi yang layak serta guru membantu pengembangan siswa menemukan jawaban yang benar bila tunagrahita ringan dengan cara modifikasi jawaban siswa salah. alokasi pengajaran waktu, melakukan bagi memodifikasi siswa materi Pemberian umpan balik positif terhadap pembelajaran dan memodifikasi proses belajar sikap dan prestasi yang layak diberikan guru mengajar pada siswa tunagrahita ringan. Hal ini dengan memberikan pujian dan penghargaan sudah pada siswa. Pemberian pujian tersebut diberikan, Apriyanto (2012: 84) yang menyatakan bahwa jika dalam mengembangkan pembelajaran bagi siswa JL mampu menjawab mengerjakan pertanyaan guru tugas dengan atau baik. sejalan tunagrahita dengan guru pendapat harus Nunung memperhatikan Perlakukan guru dalam memberikan pujian pada modifikasi alokasi waktu, modifikasi materi siswa pembelajaran dan memodifikasi proses belajar tunagrahita tersebut sejalan dengan pendapat Ishartiwi (2010), yang menyatakan mengajar. siswa Memodifikasi alokasi waktu dilakukan guru tunagrahita salah satunya dengan memberikan dengan memberikan tambahan waktu mengajar. pujian/kalimat positif agar dapat memunculkan Adanya pengajaran tambahan tersebut sesuai rasa percaya diri pada diri siswa. dengan pendapat Carolyn dan Edmund (2011: bahwa stimulan pembelajaran bagi Penghargaan yang selama ini diberikan oleh 270) yang menyatakan bahwa yang diberikan untuk individual salah dapat strategi guru yaitu berupa pujian dan pemberian nilai, pembelajaran karena guru belum pernah memberikan hadiah menyesuaikan yang berwujud benda kepada siswa tunagrahita satunya yaitu dengan memberikan pengajaran ringan. Perlakukan guru dalam memberikan tambahan. perbedaan penghargaan pada JL tersebut sudah sejalan Guru juga sudah melakukan modifikasi dengan pendapat Daniel Muijs dan David materi pembelajaran pada JL. Perlakuan khusus Reynolds (2008: 250) yang menyatakan bahwa dari guru tersebut sudah sejalan dengan pendapat untuk Mohammad membantu siswa disabilitas belajar Takdir Ilahi (2013: 173) (tunagrahita ringan) agar lebih mandiri dan dapat menyatakan bahwa siswa berkebutuhan khusus belajar dengan baik, guru dapat memberikan yang memiliki intelegensi di bawah normal penghargaan pada usaha maupun hasil yang (siswa dicapai dan banyak memberikan pujian pada kurikulum sekolah regular dapat dikurangi atau siswa. Dalam memberikan penghargaan lebih diturunkan tingkat kesulitan seperlunya atau baik tidak menggunakan hadiah barang dan uang dihilangkan bagian tertentu. tetapi lebih baik menggunakan pujian, senyuman dan sebagainya. tunagrahita Dalam ringan), memodifikasi materi proses dalam belajar mengajar, guru sudah memberikan pengulangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 9 pemberian materi, memberikan tugas dengan tugas. Hal ini sudah sejalan dengan pendapat kesulitan yang layak, memberikan contoh, Mohammad mengunakan bahasa yang sederhana, melakukan menyatakan bahwa siswa tunagrahita ringan penahapan pemberian materi dan menggunakan memiliki hambatan dalam menyimpan instruksi media khusus dalam proses pembelajaran. yang Adanya pengulangan pemberian materi pada menggunakan bahasa yang sederhana dalam siswa tunagrahita ringan ini sudah sejalan menyampaikan materi pembelajaran. Effendi terlalu sulit (2006: sehingga 98) guru yang harus dengan pendapat Endang Rochyadi dan Zaenal Penahapan pemberian materi juga dilakukan Alimin (2005: 122) yang menyatakan bahwa oleh guru saat memberikan materi pada siswa dalam mengembangkan memori pada siswa tunagrahita ringan. Adaya penahapan pemberian tunagrahita ringan sebaiknya proses belajar materi tersebut sudah sejalan dengan pendapat mengajar dilakukan secara berulang-ulang. Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin (2005: Pemberian tugas dengan kesulitan yang 122) yang menyatakan bahwa dalam layak juga diberikan guru pada JL. Adanya mengembangkan memori pada siswa tunagrahita pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan ringan materi yang akan diajarkan hendaknya siswa ini sudah sejalan dengan pendapat Larrivee dirinci menjadi satuan kecil dan diajarkan satu (David Smith, 2009: 125) yang menyatakan demi satu secara bertahap. bahwa dalam mengembangakan pengajaran yang Pengajaran materi pada siswa tunagrahita tepat pada siswa tunagrahita ringan guru harus ringan memberikan tugas pada tingkat kesulitan yang pembelajaran khusus seperti media kain flanel, layak agar siswa dapat menyelesaikan tugas alat bantu hitung dan buku “Alat Peraga Bahasa dengan sedikit kesalahan. Indonesia”. Penggunaan media dalam proses Pemberian petunjuk/contoh mengerjakan juga sudah menggunakan media pembelajaran ini sudah sejalan dengan pendapat tugas biasanya diberikan secara tertulis maupun Mohammad lisan. menyatakan bahwa salah satu prinsip pendekatan Adanya pemberian petunjuk/contoh 24) yang khusus Delphie (2012: 47) yang mengatakan bahwa mendidik siswa tunagrahita adalah prinsip peserta didik yang mengalami kesulitan berpikir peragaan yang berarti pembelajaran bagi siswa disebabkan tunagrahita ringan perlu meggunakan alat peraga fungsionalnya adanya (tunagrahita), perkembangan maka prinsip- prinsip khusus yang diperlukan antara lain harus (2006: tersebut sudah sesuai dengan pendapat Bandi adanya yang Effendi diberikan guru untuk sebagai media untuk mempermudah siswa memahami materi yang diberikan guru. pemberian contoh/petunjuk yang jelas. Guru juga sudah menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana dalam menjelaskan materi atau pemberian petunjuk mengerjakan Suasana pengajaran yang kondusif Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa guru sudah menciptakan suasana pengajaran yang kondusif bagi siswa 10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015 tunagrahita ringan. Guru sudah melakukan menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat penanganan daripada dilakukan guru untuk memenuhi kebutuhan menuduh, merespon dengan perhatian dan sosial siswa tunagrahita ringan yaitu dengan pemahaman kepada siswa yang mempunyai memberikan tingkat kemampuan lebih rendah dan guru mengungkapkan ide walaupun ide tersebut mendukung bila siswa mempunyai masalah kurang berarti. Pemberian kesempatan pada belajar. Hal ini sudah sejalan dengan pendapat siswa untuk mengungkapkan ide atau pendapat Larrivee (David Smith: 2009: 124) yang secara lisan juga dapat membantu meningkatkan menyatakan bahwa hal-hal yang harus dilakukan kemampuan berbahasa siswa (Sunardi dan guru untuk menciptakan suasana pengajaran Sunaryo, yang kondusif bagi siswa tunagrahita ringan perlindungan pada siswa tunagrahita ringan juga yaitu sejalan dengan pendapat Tarmansyah (2007: yang guru mendukung mendukung melakukan daripada penangan menuduh, yang merespon 214) kesempatan 2007: 173). siswa Adanya untuk pemberian yang menyatakan bahwa salah satu dengan perhatian dan pemahaman kepada siswa karakteristik pembelajaran yang ramah pada yang mempunyai tingkat kemampaun lebih kelas rendah perlindungan kepada siswa dari kekerasan, dan guru mendukung bila siswa inklusi yaitu dengan memberikan pelecehan dan penyiksaan. mempunyai masalah belajar. Guru sudah melakukan penanganan yang Pemberian dukungan bila siswa mempunyai mendukung daripada menuduh dapat terlihat saat masalah pembelajaran diberikan guru dengan guru tidak menuduh siswa bersalah tanpa bukti memberikan motivasi dan membimbing siswa yang jelas. Perlakuan guru ini sudah sejalan secara dengan pendapat Turner (David Smith, 2009: Pemberian motivasi tersebut bertujuan agar 121) yang menyatakan bahwa siswa tunagrahita siswa tidak minder dengan kemampuannya. ringan membutuhkan perlindungan dari label Adanya pemberian motivasi ini sudah sesuai negatif dengan pendapat Mumpuniarti (2007: 85) yang agar siswa dapat mengembangkan individu untuk belajar lebih giat. menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sosialnya. Merespon dengan pemahaman dan perhatian psikologis pada siswa tunagrahita ringan salah dilakukan guru dengan melakukan kontak mata satunya dengan memberikan motivasi pada dengan siswa, memberikan respon terhadap siswa. Bimbingan yang diberikan guru agar pendapat dan komentar siswa dan memberikan siswa dapat belajar lebih giat dilakukan dengan perlindungan pada siswa. Pemberian respon mengajak siswa untuk duduk di depan, di terhadap pendapat dan komentar siswa bertujuan samping kursi guru. Saat siswa diminta untuk untuk memotivasi siswa tunagrahita ringan untuk duduk di depan, guru membantu mengerjakan selalu mengungkapkan ide dan pendapatnya. tugas atau menjelaskan materi tambahan agar Perlakuan guru ini sudah sejalan dengan siswa bisa memahami materi yang diajarkan pendapat pada hari itu. Adanya kedekatan siswa dan guru Mumpuniarti (2007: 86), yang Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 11 tersebut sudah sejalan dengan pendapat Ishartiwi (2010) yang menyatakan bahwa bentuk intervensi pembelajaran bagi siswa tunagrahita salah satunya adalah posisi guru harus berada dekat dengan siswa untuk memberi stimulan terjadinya tindak pembelajaran dan memberikan bantuan belajar pada siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan pembelajaran bagi siswa tunagrahita ringan dari beberapa aspek yakni (1) manajemen disiplin kelas bagi siswa tunagrahita ringan belum terlaksana semuanya karena guru sudah menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan bantuan, tetapi belum memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, belum memiliki strategi khusus untuk mengatur pergantian aktivitas di dalam dan di luar kelas serta belum memberikan batasan waktu mengerjakan tugas. (2) umpan balik selama pengajaran diberikan guru melalui pemberian pujian, nilai, dan bantuan untuk menemukan jawaban yang benar bila jawaban siswa salah. (3) pengembangan pengajaran yang tepat dilakukan guru dengan memodifikasi alokasi waktu, modifikasi materi dan modifikasi proses belajar mengajar. (4) suasana pengajaran yang kondusif diciptakan guru dengan tidak menuduh siswa bersalah tanpa bukti yang jelas, merespon pendapat dan komentar siswa, memberikan perlindungan, memberikan motivasi serta memberikan bimbingan agar siswa belajar lebih giat dengan cara mendekatkan posisi siswa di dekat guru. DAFTAR PUSTAKA Deplhie, Bandie. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam Pendidikan Inklusi. Bandung: Refika Aditama. Evertson, C.M & Emmer, E.T. (2011). Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Ishartiwi. (2010). Identifikasi Bentuk Intervensi Pembelajaran dan perilaku Belajar Anak Retardasi Mental. Jurnal Penelitian FIP volume 3 Nomor 1, Maret 2010. Hlm 1-15. Kemis dan Ati Rosnawati. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Jakarta: Luxima Metro Media. Mohammad Efendi. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mohammad Takdir Ilahi. (2013). Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Muijs, Daniel and Reynolds, David. (2008). Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mumpuniarti. (2007). Pendekatan Pembelajaran bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Murtadlo. (2006). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Siswa Tunagrahita dalam Membaca dan Menulis melalui Pendekatan Kooperatif Tipe STAD di Sekolah Luar Biasa. Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 2, No. 2, November 2006. Hlm. 18- 29. Nunung Apriyanto. (2012). Seluk Beluk Tunagrahita dan Strategi Pembelajarannya. Yogyakarta: Javalitera. Smith, David J. (2009). Inklusi (Sekolah Ramah untuk Semua). Bandung: Nuansa. Sunardi dan Sunaryo. (2007). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Syaiful Sagala. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Tarmansyah. (2007). Inklusi: Pendidikan untuk Semua. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.