PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X PENCARIAN TUMBUHAN OBAT YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIMALARIA BERDASARKAN PENGETAHUAN ETNOMEDISIN THE POTENTIAL MEDICINAL PLANTS SEARCH AS ANTIMALARIAL NEW DRUGS BASED ON ETHNOMEDICINAL KNOWLEDGE Indah Yulia Ningsih Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jember Jalan Kalimantan I/No. 2, Jember, Indonesia 68121 Email: [email protected] (Indah Yulia Ningsih) ABSTRAK Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh beberapa parasit Plasmodium dan menjadi salah satu penyakit infeksi utama di beberapa daerah tropis seperti negaranegara Asia dan Afrika. Masalah utama dalam mengatasi malaria adalah adanya peningkatan resistensi vektor terhadap insektisida dan peningkatan resistensi parasit terhadap obat malaria, seperti klorokuin dan artemisinin. Masyarakat, khususnya para pengobat tradisional di berbagai daerah endemik tersebut telah menggunakan tumbuhan sebagai pengobatan turun-temurun untuk mengatasi demam dan gejala malaria lainnya. Fakta ini mendorong para peneliti untuk menemukan agen antimalaria baru yang terjangkau, mudah diperoleh, dan diterima secara budaya berdasarkan pengetahuan etnomedisin. Kata kunci: etnomedisin, malaria, tumbuhan obat. ABSTRACT Malaria, caused by Plasmodium parasites, is one of major infectious diseases in several tropical regions, such as Asia and African countries. The main problem in overcoming malaria are the progressive resistance of vectors to insecticides and the increasing resistance of the paracites to drugs, such as chloroquine and artemisinin. Many people, mainly traditional healers in the endemic regions use plants as hereditary remedies to cure fever and other symptoms of malaria. This fact encourages researcher to find new antimalarial agent which is affordable, accessible, and culturally acceptable based on ethnomedicinal knowledge. Key words: ethnomedicine, malaria, medicinal plants. 41 PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X Pendahuluan Resistensi P. falciparum dan P. vivax Saat ini di seluruh dunia terhadap obat antimalaria juga telah diperkirakan terdapat sekitar 3,4 milyar dilaporkan dalam beberapa penelitian. orang beresiko mengalami malaria. Pada Resistensi obat oleh P. falciparum tidak tahun 2012 terdapat sekitar 207 juta hanya terjadi pada klorokuin, namun kasus malaria dengan persentase 80% juga terhadap obat antimalaria lainnya kasus terjadi di Afrika. Jumlah kematian (Umar dan Mahajan, 2004). Karena akibat malaria diperkirakan sekitar 90% masalah resistensi tersebut, masyarakat dimana kebanyakan (77%) dialami oleh yang tinggal di daerah endemik mulai anak-anak di bawah usia lima tahun mencari (WHO, 2013). Karenanya, malaria masih menggunakan tumbuhan yang ada di menjadi lingkungan sekitarnya. Beberapa peneliti penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas. Malaria pengobatan malaria meyakini bahwa jika tumbuhan yang merupakan penyakit sejak dahulu digunakan oleh para leluhur parasitik yang ditransmisi oleh gigitan masyarakat Afrika untuk mengobati nyamuk terinfeksi malaria tidak efektif, maka malaria akan spesies Plasmodium. Nyamuk Anopheles mengakibatkan kematian secara besar- betina besaran di daerah tersebut (Idowu et al., Anopheles yang mentransmisi parasit-parasit tersebut pada manusia. Penyakit ini 2010). terutama terjadi pada populasi miskin di Etnomedisin merupakan suatu daerah tropis dan subtropis, dimana tahapan penting dalam menskrining, suhu dan curah hujan sesuai untuk memilih dan mengembangkan obat baru perkembangan yang vektor dan parasit (Greenwood et al., 2008). Masalah dari tumbuhan. Berdasarkan data WHO (2001), sekitar dalam 80% populasi dunia menggunakan obat mengontrol penyakit malaria adalah tradisional. Walaupun saat ini obat-obat terjadinya resistensi obat. Resistensi modern mengalami kemajuan pesat, secara in vivo telah dilaporkan untuk namun obat tradisional juga mulai hampir semua obat antimalaria, kecuali diminati artemisinin dan derivatnya (Zucker dan pelayanan Campbell, Odewo, 2004). 1992; utama berasal Sharma, 1997). 42 untuk digunakan kesehatan (Ugbogu dalam dan PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X Keterbatasan Terapi Pengobatan Malaria secara Konvensional derivatnya. Kombinasi tersebut terbukti menjadi terapi pengobatan paling efektif Menurut World Malaria Report dalam mengatasi infeksi P. falciparum (WHO, 2013) terdapat sekitar 219 juta (WHO, 2008). Namun, pada penelitian kasus malaria dan 6.600.000 orang yang dilakukan oleh Noedl et al. (2008) meningggal per tahun akibat malaria. Asia Tenggara merupakan diketahui bahwa telah terjadi resistensi kawasan klinis terhadap kombinasi pengobatan dunia kedua terbanyak yang mengalami tersebut di Kamboja. Penelitian tersebut malaria. Penyakit ini disebabkan oleh juga beberapa parasit Plasmodium, yaitu Plasmodium falciparum, falciparum Plasmodium Plasmodium spesies vivax dan et Sedangkan di kebanyakan disebabkan al., Nigeria, Munculnya berbagai kini dalam artemisinin pilihan Resiko terbesar penyakit malaria dimiliki oleh populasi miskin dimana 58% kasus terjadi di 20% populasi termiskin di dari World Health Organization (WHO), menggunakan keterbatasan dan al., 2011). Plasmodium. Berdasarkan rekomendasi dilakukan sulit dari kegagalan kontrol malaria (Silva et mengatasi resistensi dari beberapa strain kombinasi semakin diidentifikasi sebagai penyebab primer kombinasi terbaik dan obat yang dapat digunakan. Hal ini menjadi tidak efektif lagi di berbagai solusi menjadi mengakibatkan dan antifolat (sulfadoksin-pirimetamin), merupakan malaria dalam profilaksis dan pengobatan yang yang umumnya menggunakan klorokuin Terapi obat falciparum menunjukkan masalah utama P. Saat ini pengobatan malaria endemik. parasit penyebarannya yang cepat, khususnya P. malaria falciparum dan P. malariae. daerah strain Plasmodium yang resisten terhadap 2015). oleh meningkat 2011). Plasmodium paling mematikan dan mendominasi di (Ngarivhume telah P. digunakan dalam terapi (Silva et al., tersebut, falciparum merupakan spesies yang Afrika parasit melawan obat-obat antimalaria yang malariae, dan Plasmodium knowlesi. Di kelima bahwa kemampuannya untuk bertahan hidup vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium antara menduga dunia. Khususnya di negara berkembang, dengan kurangnya dan kesehatan 43 infrastruktur menjadi pelayanan masalah utama PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X dalam mengatasi malaria. Selain masalah mulut ke mulut, sehingga banyak data resistensi, obat-obat antimalaria modern pengetahuan juga memiliki keterbatasan lainnya, yaitu tumbuhan obat yang hilang (Paul et al., sulit 2013). diperoleh, kurangnya tidak terjangkau, aseptabilitas penerimaan secara budaya, tradisional Degradasi mengenai habitat, hilangnya atau ekosistem tumbuhan, dan lunturnya dan budaya juga mengakibatkan kurangnya keamanan. Oleh karena itu, terancamnya keberlangsungan praktek beberapa komunitas di daerah endemik pengobatan secara tradisional (Van Wyk malaria memiliki tumbuhan lokal yang dan Wink, 2004). Karenanya, eksplorasi digunakan dan sistematik terhadap kekayaan budaya mengobati malaria (Wilcox et al., 2004). pengobatan tradisional menjadi prioritas Di negara-negara tropis, hingga 75% dalam penemuan alternatif pengobatan pasien penyakit seperti malaria. untuk memilih tradisional mencegah menggunakan untuk obat menyembuhkan Selain itu, adanya resistensi malaria (Wilcox dan Bodeker, 2004). terhadap pengobatan malaria secara konvensional menyebabkan munculnya Proses Penemuan Obat Baru dari Bahan Alam kebutuhan akan senyawa baru yang lebih poten, terjangkau dan efisien, serta Para pengobat tradisional dari mampu menjadi agen primer dalam berbagai kelompok etnis menjaga dan merahasiakan mengatasi malaria. Berbagai penelitian pengetahuan dilakukan untuk menemukan kandidat pengobatannya karena mereka meyakini bahwa membagi obat antimalaria baru yang sangat efektif pengetahuannya berdasarkan mekanisme kerja baru atau kepada orang lain akan mengakibatkan kehilangan yang memiliki struktur kimia baru (Silva kemampuan penyembuhannya. Oleh karena et al., 2011). itu, Senyawa-senyawa yang berasal pengetahuan pengobatan menggunakan dari tumbuhan berperan penting dalam tumbuhan biasanya diwariskan secara turun-temurun. Praktek penemuan obat dan pengembangan pengobatan pengobatan berbagai penyakit, sehingga tradisional tersebut umumnya tidak isolasi terdokumentasi karena diwariskan dari senyawa tumbuhan satu generasi ke generasi berikutnya dari bioaktif obat baru dari berdasarkan penggunaannya secara tradisional atau 44 PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X data etnomedisin menjadi pendekatan Beberapa Penelitian Pencarian Obat Antimalaria Baru Berdasarkan Pengetahuan Etnomedisin yang sangat potensial (Newman, 2008; Turschner dan Efferth, 2009). Hingga Salah satu penelitian mengenai saat ini, para peneliti meyakini bahwa pengetahuan keberadaan produk bahan alam cukup dapat pengembangan berbagai digunakan obat penyakit, seperti dengan aktivitas sebagai antimalaria dalam baru adalah yang dilakukan oleh Al-Adhroey untuk et al. (2010). Studi tersebut dilakukan malaria. terhadap Kenyataannya, 877 senyawa baru telah malaria alam, 27% turunan produk bahan alam, berlokasi diwawancarai, produk responden bahan alam (Newman et al., 2003). di Pahang, 28% dan 15,4% Aborigin dan daerah pedesaan telah mencoba swamedikasi Kurang lebih 80% populasi masyarakat dengan tumbuhan obat untuk mengatasi dunia menggunakan obat tradisional infeksi malaria. Masyarakat Aborigin dalam pengobatan primernya, yang yang mengalami malaria lebih banyak meliputi 40.000-70.000 tumbuhan obat, (10%) dimana diperkirakan 20% berupa spesies dibandingkan pedesaan tumbuhan tingkat tinggi (Verpoorte et (1,6%) masyarakat dan jumlah penggunaan tumbuhan dengan aktivitas al., 2006). Pengetahuan etnomedisin dalam yang Malaysia. Dari 223 responden yang dan 16% berupa senyawa sintetik yang berkontribusi Aborigin, tradisional di beberapa area endemik 2002 yang meliputi 6% produk bahan berdasarkan komunitas masyarakat pedesaan, dan pengobat dikembangkan selama periode 1981- dikembangkan komunitas masyarakat tertentu akan tumbuhan penting dalam penemuan senyawa baru yang lokal antimalaria oleh masyarakat Aborigin pengembangan juga lebih besar. Hampir duapertiga pengobatan yang sesuai untuk penyakit responden pedesaan merupakan etnis tertentu. Saat ini konsep fitoterapi mulai Melayu (60,1%), China (29,3%), dan India berkembang di seluruh dunia karena (10,6%). dapat menjadi alternatif pengobatan Hampir seluruh partisipan pedesaan memiliki pendidikan formal yang relatif aman dan terjangkau. kurang lebih 6 tahun. Sebaliknya, separuh (54,8%) dan 10,5% dari pria dan wanita 45 Aborigin tidak memiliki PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 pendidikan formal. pengobat Eurycoma longifolia Jack merupakan tradisional umumnya tinggal di daerah satu-satunya spesies yang disebutkan pedesaan. Beberapa pemimpin agama, oleh seperti Persentase responden yang memiliki imam Para p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X masjid dan pendeta semua kelompok kuil/pura berpraktek dan meresepkan pengetahuan berbagai tumbuhan tradisional kepada spesies tertentu dalam pengobatan masyarakat. malaria Misalnya, Azadirachta tentang responden. paling tinggi penggunaan dimiliki oleh indica Juss. (dikenal dengan nama tumbuhan Eurycoma longifolia Jack, Margosa) disebutkan oleh pendeta India Labisia pumila (Bl.) F.-Vill. dan Tinospora sebagai crispa tumbuhan yang digunakan L.. Berdasarkan cara secara turun-temurun untuk mengatasi pemberiannya, metode pemberian yang demam dan malaria pada pengobatan terbanyak adalah penggunaan oral dari ayurveda. Sedangkan Nigella sativa L. sediaan dekok dan infus, tiga kali sehari (dikenal dengan nama lokal Jintan hitam) hingga malaria atau demam sembuh. yang Namun, memiliki latar belakang ada pula tumbuhan yang penggunaan secara religius, disebutkan digunakan untuk mandi atau kompres oleh imam masjid Melayu. Sebanyak 19 limpa yang bengkak disertai dengan spesies dalam 17 famili diidentifikasi pengucapan doa dan ritual tertentu. penggunaannya antimalaria. Dalam pengobatan malaria tersebut Beberapa tumbuhan yang digunakan digunakan berbagai bagian tumbuhan secara oral adalah Azadirachta indica, yang berbeda, dimana sebagian besar Brucea javanica, Cassia siamea, Cocos tumbuhan (63%) digunakan bagian daun nucifera, Eurycoma longifolia, Labisia dan akarnya. pumila, Languas sebagai galangal, Lansium Paul et al. (2013) melaporkan domesticum, Morinda citrifolia, Nigella penggunaan sativa, Ocimum tenuiflorum, Phyllanthus mengatasi malaria oleh masyarakat niruri, Piper betle, Hibiscus rosa–sinensis, Bodo, salah satu suku utama di daerah dan Assam, Tinospora tumbuhan yang crispa. Sedangkan digunakan tumbuhan India. obat Responden untuk yang secara digunakan adalah para pengobat lokal eksternal adalah Aeschynanthus sp., yang disebut bej, kabiraj, oja ataupun Alstonia Curcuma pengobat tradisional. Penelitian tersebut domestica, dan Elateriospermum tapos. menunjukkan bahwa terdapat 37 spesies angustiloba, 46 PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X dan 35 genus tumbuhan dalam 26 famili bentuk yang lainnya. digunakan malaria. untuk Seluruh Angiospermae, pengobatan spesies dimana termasuk hanya kombinasi dengan spesies Selain menggunakan tumbuhan dua obat yang secara langsung beraktivitas spesies yang termasuk monokotil dan sebagai sisanya Beberapa penyakit tersebut juga dapat dilakukan tumbuhan tersebut adalah Achyranthes dengan menggunakan tumbuhan yang aspera Linn., Adhatoda vasica Nees., memiliki aktivitas sebagai antiserangga Ageratum (insect repellent). Karunamoorthi dan berupa dikotil. conyzoides Andrographis paniculata Linn., (Burm. f.), Hailu antimalaria, (2014) melakukan Azadirachta indica A. Juss., Centella mengenai penggunaan asiatica (Linn.) Urban, Cocos nucifera tradisional yang Linn., antiserangga Cyperus rotundus Linn., pencegahan di penelitian tumbuhan berfungsi sebagai Ethiopia yang Clerodendrum viscosum Vent., Curcuma merupakan negara endemik malaria. aromatic Salisb., Holarrhena pubescens Sekitar 52 juta orang (68%) bertempat (Buch-Ham.), Leucas indica (L.) R. Br., tinggal di area yang terdampak malaria. Mangifera indica Blume, Momordica Penyakit ini masih menjadi penyebab charantia Linn., Murraya koenigii (L.) utama Spring., Linn., terutama pada ibu hamil dan anak-anak. Oroxylum indicum (L.), Piper longum Di negara ini, Anopheles arabiensis Linn., Patton Ocimum Rauvolfia Scoparia dulcis sanctum serpentine merupakan dan mortalitas vektor malaria Spilenthes utama, sedangkan Anopheles funestus paniculata DC., Syzygium cumini (Linn.), Giles, Anopheles pharoensis Theobald, Vitex Ziziphus dan Anopheles nili Theobald adalah mauritiana Lamk. Di antara beberapa vektor sekunder. Anopheles arabiensis tumbuhan tersebut digunakan berbagai memiliki kemampuan untuk beradaptasi bagian tumbuhan seperti akar, rimpang, dengan semua tipe iklim dan agar daun, batang, kulit batang, buah, dan terhindar dari insektisida, nyamuk ini biji. dapat berubah dari bentuk endofagik negundo Namun Linn., (Linn.), morbiditas Linn., yang dan paling banyak digunakan adalah bagian daun. Dari menjadi seluruh tumbuhan tersebut, ada yang Penggunaan tumbuhan dengan aktivitas digunakan secara tunggal ataupun dalam sebagai antiserangga sudah terbiasa 47 eksofagik dengan cepat. PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X dilakukan dalam tradisi dan budaya yang disebut dengan ‘Shita’, yaitu suatu penduduk Afrika. Masyarakat Ethiopia campuran batang, akar, resin, daun, dan dan kulit Kenya tertentu membakar untuk tumbuhan mengurangi batang berbagai tumbuhan jumlah antiserangga yang dijual di berbagai kota nyamuk di dalam ruangan sepanjang di Ethiopia dalam kemasan 5 gram. malam. Di Ethiopia, membakar tanaman Sebagian besar partisipan mengusir antiserangga yang kering merupakan serangga dengan membakar daun kering kebiasaan untuk menghindari nyamuk pada malam hari. Secara keseluruhan, dan serangga lainnya. Hal ini biasanya 85,5; dilakukan dengan menggunakan kompor menyatakan arang tradisional setiap malam. Secara tumbuhan keseluruhan, 70,2% responden memiliki mudah diperoleh, pengetahuan Sekitar 52,8% akan penggunaan 86,8; dan 83,9% responden bahwa tersebut tumbuhansangat dan efektif, terjangkau. penduduk lokal tumbuhan sebagai antiserangga dan menggunakan kurang lebih 15 gram 91,8% dari sejumlah responden benar- tumbuhan kering setiap hari untuk benar mengusir nyamuk dan serangga lainnya. menerapkan pengetahuan tersebut. Para responden menyebutkan 23 tumbuhan yang bertindak sebagai Kesimpulan antiserangga, terutama antinyamuk. Di Pengetahuan etnomedisin antaranya adalah Allium sativum, Aloe kelompok pulcherrima, berbagai belahan dunia sangat berguna Boswellia papyrifera, masyarakat tertentu di Brassica nigra, Buddleja polystachya, dalam mengatasi penyakit Carica papaya, Citrus aurantifolia, Citrus seperti malaria. Penyakit ini diobati sinensis, Colchicum autumnale, Croton menggunakan tumbuhan yang secara macrostachyus, lusitanica, langsung Eucalyptus antimalaria, dan dapat pula dicegah Echinops Cupressus kebericho, beraktivitas endemik sebagai citriodora, Eucalyptus globules, Justicia menggunakan schimperiana, sativum, aktivitas sebagai antiserangga (insect Ocimum lamiifolium, Ocimum suave, repellent). Saat ini penyebab primer dari Olea europaea, Pavonia urens, Ricinus kegagalan communis, dan Vernonia amygdalina. sulitnya Responden juga menyebutkan ramuan malaria akibat keterbatasan pilihan obat Lepidium 48 tumbuhan kontrol profilaksis malaria dan dengan adalah pengobatan PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X yang dapat digunakan. Hal tersebut Karunamoorthi, K., Hailu, T. 2014. Insect repellent plants traditional usage practices in the ethiopian malaria epidemic-prone setting: an ethnobotanical survey. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 10(22):1-11. terkait adanya peningkatan resistensi vektor dan parasit Plasmodium yang menyebabkan peningkatan penyebaran penyakit malaria. Oleh karenanya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Newman, D.J. 2008. Natural products as leads to potential drugs: an old process or the new hope for drug discovery? Journal of Medicinal Chemistry, 51:25892599. mengenai aktivitas tumbuhan obat, khususnya terkait potensi antiplasmodia dan antimalaria pengetahuan masyarakat berdasarkan etnomedisin tertentu kelompok dalam rangka Newman, D.J., Cragg, G.M., Snader, K.M. 2003. Natural products as sources of new drugs over the period 1981-2002. Journal of Natural Products, 66:1022-1037. penemuan obat antimalaria baru yang efektif, aman, dan terjangkau. Daftar Pustaka Ngarivhume, T., Klooster, C.I.E.A., Jong, J.T.V.M., Westhuizen, J.H.V. 2015. Medicinal plants used by traditional healers for the treatment of malaria in the Chipinge District in Zimbabwe. Journal of Ethnopharmacology, 159:224-237. Al-Adhroey, A.H., Nor, Z.M., Al-Mekhlafi, H.M., Mahmud, R. 2010. Ethnobotanical study on some malaysian anti-malarial plants: a community based survey. Journal of Ethnopharmacology, 132:362-364. Paul, S., Devi, N., Sarma, G.C. 2013. Ethnobotanical utilization of some medicinal plants by bodo people of manas biosphere reserve in the treatment of malaria. International Research Journal of Pharmacy, 4(6):102105. Greenwood, B.M., Fidock, D.A., Kyle, D.E., Kappe, S.H.I., Alonso, P.L., Collins, F.H., Duffy, P.E. 2008. Malaria: progress, perils and prospects for eradication. Journal of Clinical Investigation, 118:1266-1276. Idowu, O.A., Soniran, O.T., Ajana, O., Aworinde, D.O. 2010. Ethnobotanical survey of antimalarial plants used in Ogun State, Southwest Nigeria. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 42(2):055-066. Sharma, V.P. 1997. Drug Resistance: Mechanism and Management. Dalam: Singhal Radhey L., Sood O.P., (Editor). New Delhi: Ranbaxy Science Foundation. Silva, J.R.A., Ramos, A.S., Machado, M., Moura, D.F., Neto, Z., Canto- 49 PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X Cavalheiro, M.M., Figueiredo, P., Rosario, V.E., Amaral, A.C.F., Lopes, D. 2011. A review of antimalarial plants used in traditional medicine in communities in portuguesespeaking countries: Brazil, Mozambique, Cape Verde, Guinea-Bissau, São Tomé and Príncipe and Angola. Memorias do Instituto Oswaldo Cruz, 106 (Suppl. I):142-158. Lange, D. Medicinal and Aromatic Plant. Netherlands: Springer. Willcox, M., Bodeker, G., Rasanavo, P. 2004. Traditional Medicinal Plants and Malaria. Boca Rotan, Florida: CRC Press Inc. Turschner, S., Efferth, T. 2009. Drug resistance in Plasmodium: natural products in the fight against malaria. Mini Reviews in Medicinal Chemistry, 9:2062124. World Health Organization (WHO). 2001. World Health Organization Traditional Medicine Strategy: 2002-2005. Geneva: WHO. Willcox, M.L., Bodeker, G. 2004. Traditional herbal medicines for malaria. British Medical Journal, 329:1156-1159. World Health Organization (WHO). 2008. Guinea-Bissau. (who.int/malaria/publications/co untryprofiles/profile_gnb_en.pdf). Diakses tanggal 6 Januari 2016. Ugbogu, O.A., Odewo, P. 2004. Some medicinal plants in the traditional medicare of Nigeria. Journal of Forestry Research and Management, 1:29-30. Umar, F., Mahajan, R.C. 2004. Drug resistance in malaria. Journal of Vector Borne Disease, 41:45-53. World Health Organization (WHO), 2013. World Malaria Report 2013. (http://apps.who. int/iris/bitstream/10665/97008/ 1/9789241564694_eng.pdf). Diakses tanggal 4 Januari 2016. Van Wyk, B.E., Wink, M. 2004. Medicinal Plants of the World: An Illustrated Scientific Guide to Important Medicinal Plants and Their Uses. Portland, Oregon: Timber Press. Zucker, J.R., Campbell, C.C. 1992. Smear negative cerebral malaria due to mefloquine resistant P. falciparum Acquired in The Amazon. Journal of Infectious Disease, 166(6):1458-1459. Verpoorte, R., Kim, H.K., Choi, Y.H. 2006. Plants as source of medicines. In Medicinal and Aromatic Plant. Eds Bogers, R.J., Craker, L.E., 50