Plantago major L

advertisement
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
PENCARIAN TUMBUHAN OBAT YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIMALARIA
BERDASARKAN PENGETAHUAN ETNOMEDISIN
THE POTENTIAL MEDICINAL PLANTS SEARCH AS ANTIMALARIAL NEW
DRUGS BASED ON ETHNOMEDICINAL KNOWLEDGE
Indah Yulia Ningsih
Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jember
Jalan Kalimantan I/No. 2, Jember, Indonesia 68121
Email: [email protected] (Indah Yulia Ningsih)
ABSTRAK
Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh beberapa parasit Plasmodium
dan menjadi salah satu penyakit infeksi utama di beberapa daerah tropis seperti negaranegara Asia dan Afrika. Masalah utama dalam mengatasi malaria adalah adanya
peningkatan resistensi vektor terhadap insektisida dan peningkatan resistensi parasit
terhadap obat malaria, seperti klorokuin dan artemisinin. Masyarakat, khususnya para
pengobat tradisional di berbagai daerah endemik tersebut telah menggunakan
tumbuhan sebagai pengobatan turun-temurun untuk mengatasi demam dan gejala
malaria lainnya. Fakta ini mendorong para peneliti untuk menemukan agen antimalaria
baru yang terjangkau, mudah diperoleh, dan diterima secara budaya berdasarkan
pengetahuan etnomedisin.
Kata kunci: etnomedisin, malaria, tumbuhan obat.
ABSTRACT
Malaria, caused by Plasmodium parasites, is one of major infectious diseases in several
tropical regions, such as Asia and African countries. The main problem in overcoming
malaria are the progressive resistance of vectors to insecticides and the increasing
resistance of the paracites to drugs, such as chloroquine and artemisinin. Many people,
mainly traditional healers in the endemic regions use plants as hereditary remedies to
cure fever and other symptoms of malaria. This fact encourages researcher to find new
antimalarial agent which is affordable, accessible, and culturally acceptable based on
ethnomedicinal knowledge.
Key words: ethnomedicine, malaria, medicinal plants.
41
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
Pendahuluan
Resistensi P. falciparum dan P. vivax
Saat
ini
di
seluruh
dunia
terhadap obat antimalaria juga telah
diperkirakan terdapat sekitar 3,4 milyar
dilaporkan dalam beberapa penelitian.
orang beresiko mengalami malaria. Pada
Resistensi obat oleh P. falciparum tidak
tahun 2012 terdapat sekitar 207 juta
hanya terjadi pada klorokuin, namun
kasus malaria dengan persentase 80%
juga terhadap obat antimalaria lainnya
kasus terjadi di Afrika. Jumlah kematian
(Umar dan Mahajan, 2004). Karena
akibat malaria diperkirakan sekitar 90%
masalah resistensi tersebut, masyarakat
dimana kebanyakan (77%) dialami oleh
yang tinggal di daerah endemik mulai
anak-anak di bawah usia lima tahun
mencari
(WHO, 2013). Karenanya, malaria masih
menggunakan tumbuhan yang ada di
menjadi
lingkungan sekitarnya. Beberapa peneliti
penyebab
utama
dari
morbiditas dan mortalitas.
Malaria
pengobatan
malaria
meyakini bahwa jika tumbuhan yang
merupakan
penyakit
sejak dahulu digunakan oleh para leluhur
parasitik yang ditransmisi oleh gigitan
masyarakat Afrika untuk mengobati
nyamuk
terinfeksi
malaria tidak efektif, maka malaria akan
spesies Plasmodium. Nyamuk Anopheles
mengakibatkan kematian secara besar-
betina
besaran di daerah tersebut (Idowu et al.,
Anopheles
yang
mentransmisi
parasit-parasit
tersebut pada manusia. Penyakit ini
2010).
terutama terjadi pada populasi miskin di
Etnomedisin merupakan suatu
daerah tropis dan subtropis, dimana
tahapan penting dalam menskrining,
suhu dan curah hujan sesuai untuk
memilih dan mengembangkan obat baru
perkembangan
yang
vektor
dan
parasit
(Greenwood et al., 2008).
Masalah
dari
tumbuhan.
Berdasarkan data WHO (2001), sekitar
dalam
80% populasi dunia menggunakan obat
mengontrol penyakit malaria adalah
tradisional. Walaupun saat ini obat-obat
terjadinya resistensi obat. Resistensi
modern mengalami kemajuan pesat,
secara in vivo telah dilaporkan untuk
namun obat tradisional juga mulai
hampir semua obat antimalaria, kecuali
diminati
artemisinin dan derivatnya (Zucker dan
pelayanan
Campbell,
Odewo, 2004).
1992;
utama
berasal
Sharma,
1997).
42
untuk
digunakan
kesehatan
(Ugbogu
dalam
dan
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
Keterbatasan
Terapi
Pengobatan
Malaria secara Konvensional
derivatnya. Kombinasi tersebut terbukti
menjadi terapi pengobatan paling efektif
Menurut World Malaria Report
dalam mengatasi infeksi P. falciparum
(WHO, 2013) terdapat sekitar 219 juta
(WHO, 2008). Namun, pada penelitian
kasus malaria dan 6.600.000 orang
yang dilakukan oleh Noedl et al. (2008)
meningggal per tahun akibat malaria.
Asia
Tenggara
merupakan
diketahui bahwa telah terjadi resistensi
kawasan
klinis terhadap kombinasi pengobatan
dunia kedua terbanyak yang mengalami
tersebut di Kamboja. Penelitian tersebut
malaria. Penyakit ini disebabkan oleh
juga
beberapa parasit Plasmodium, yaitu
Plasmodium
falciparum,
falciparum
Plasmodium
Plasmodium
spesies
vivax
dan
et
Sedangkan
di
kebanyakan
disebabkan
al.,
Nigeria,
Munculnya
berbagai
kini
dalam
artemisinin
pilihan
Resiko terbesar penyakit malaria
dimiliki oleh populasi miskin dimana 58%
kasus terjadi di 20% populasi termiskin di
dari World Health Organization (WHO),
menggunakan
keterbatasan
dan
al., 2011).
Plasmodium. Berdasarkan rekomendasi
dilakukan
sulit
dari kegagalan kontrol malaria (Silva et
mengatasi resistensi dari beberapa strain
kombinasi
semakin
diidentifikasi sebagai penyebab primer
kombinasi
terbaik
dan
obat yang dapat digunakan. Hal ini
menjadi tidak efektif lagi di berbagai
solusi
menjadi
mengakibatkan
dan antifolat (sulfadoksin-pirimetamin),
merupakan
malaria
dalam profilaksis dan pengobatan yang
yang umumnya menggunakan klorokuin
Terapi
obat
falciparum menunjukkan masalah utama
P.
Saat ini pengobatan malaria
endemik.
parasit
penyebarannya yang cepat, khususnya P.
malaria
falciparum dan P. malariae.
daerah
strain
Plasmodium yang resisten terhadap
2015).
oleh
meningkat
2011).
Plasmodium
paling mematikan dan mendominasi di
(Ngarivhume
telah
P.
digunakan dalam terapi (Silva et al.,
tersebut,
falciparum merupakan spesies yang
Afrika
parasit
melawan obat-obat antimalaria yang
malariae, dan Plasmodium knowlesi. Di
kelima
bahwa
kemampuannya untuk bertahan hidup
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium
antara
menduga
dunia. Khususnya di negara berkembang,
dengan
kurangnya
dan
kesehatan
43
infrastruktur
menjadi
pelayanan
masalah
utama
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
dalam mengatasi malaria. Selain masalah
mulut ke mulut, sehingga banyak data
resistensi, obat-obat antimalaria modern
pengetahuan
juga memiliki keterbatasan lainnya, yaitu
tumbuhan obat yang hilang (Paul et al.,
sulit
2013).
diperoleh,
kurangnya
tidak
terjangkau,
aseptabilitas
penerimaan
secara
budaya,
tradisional
Degradasi
mengenai
habitat,
hilangnya
atau
ekosistem tumbuhan, dan lunturnya
dan
budaya
juga
mengakibatkan
kurangnya keamanan. Oleh karena itu,
terancamnya keberlangsungan praktek
beberapa komunitas di daerah endemik
pengobatan secara tradisional (Van Wyk
malaria memiliki tumbuhan lokal yang
dan Wink, 2004). Karenanya, eksplorasi
digunakan
dan
sistematik terhadap kekayaan budaya
mengobati malaria (Wilcox et al., 2004).
pengobatan tradisional menjadi prioritas
Di negara-negara tropis, hingga 75%
dalam penemuan alternatif pengobatan
pasien
penyakit seperti malaria.
untuk
memilih
tradisional
mencegah
menggunakan
untuk
obat
menyembuhkan
Selain itu, adanya resistensi
malaria (Wilcox dan Bodeker, 2004).
terhadap pengobatan malaria secara
konvensional menyebabkan munculnya
Proses Penemuan Obat Baru dari Bahan
Alam
kebutuhan akan senyawa baru yang
lebih poten, terjangkau dan efisien, serta
Para pengobat tradisional dari
mampu menjadi agen primer dalam
berbagai kelompok etnis menjaga dan
merahasiakan
mengatasi malaria. Berbagai penelitian
pengetahuan
dilakukan untuk menemukan kandidat
pengobatannya karena mereka meyakini
bahwa
membagi
obat antimalaria baru yang sangat efektif
pengetahuannya
berdasarkan mekanisme kerja baru atau
kepada orang lain akan mengakibatkan
kehilangan
yang memiliki struktur kimia baru (Silva
kemampuan
penyembuhannya.
Oleh
karena
et al., 2011).
itu,
Senyawa-senyawa yang berasal
pengetahuan pengobatan menggunakan
dari tumbuhan berperan penting dalam
tumbuhan biasanya diwariskan secara
turun-temurun.
Praktek
penemuan obat dan pengembangan
pengobatan
pengobatan berbagai penyakit, sehingga
tradisional tersebut umumnya tidak
isolasi
terdokumentasi karena diwariskan dari
senyawa
tumbuhan
satu generasi ke generasi berikutnya dari
bioaktif
obat
baru
dari
berdasarkan
penggunaannya secara tradisional atau
44
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
data etnomedisin menjadi pendekatan
Beberapa Penelitian Pencarian Obat
Antimalaria
Baru
Berdasarkan
Pengetahuan Etnomedisin
yang sangat potensial (Newman, 2008;
Turschner dan Efferth, 2009). Hingga
Salah satu penelitian mengenai
saat ini, para peneliti meyakini bahwa
pengetahuan
keberadaan produk bahan alam cukup
dapat
pengembangan
berbagai
digunakan
obat
penyakit,
seperti
dengan aktivitas sebagai antimalaria
dalam
baru
adalah yang dilakukan oleh Al-Adhroey
untuk
et al. (2010). Studi tersebut dilakukan
malaria.
terhadap
Kenyataannya, 877 senyawa baru telah
malaria
alam, 27% turunan produk bahan alam,
berlokasi
diwawancarai,
produk
responden
bahan alam (Newman et al., 2003).
di
Pahang,
28%
dan
15,4%
Aborigin
dan
daerah
pedesaan telah mencoba swamedikasi
Kurang lebih 80% populasi masyarakat
dengan tumbuhan obat untuk mengatasi
dunia menggunakan obat tradisional
infeksi malaria. Masyarakat Aborigin
dalam pengobatan primernya, yang
yang mengalami malaria lebih banyak
meliputi 40.000-70.000 tumbuhan obat,
(10%)
dimana diperkirakan 20% berupa spesies
dibandingkan
pedesaan
tumbuhan tingkat tinggi (Verpoorte et
(1,6%)
masyarakat
dan
jumlah
penggunaan tumbuhan dengan aktivitas
al., 2006). Pengetahuan etnomedisin
dalam
yang
Malaysia. Dari 223 responden yang
dan 16% berupa senyawa sintetik yang
berkontribusi
Aborigin,
tradisional di beberapa area endemik
2002 yang meliputi 6% produk bahan
berdasarkan
komunitas
masyarakat pedesaan, dan pengobat
dikembangkan selama periode 1981-
dikembangkan
komunitas
masyarakat tertentu akan tumbuhan
penting dalam penemuan senyawa baru
yang
lokal
antimalaria oleh masyarakat Aborigin
pengembangan
juga lebih besar. Hampir duapertiga
pengobatan yang sesuai untuk penyakit
responden pedesaan merupakan etnis
tertentu. Saat ini konsep fitoterapi mulai
Melayu (60,1%), China (29,3%), dan India
berkembang di seluruh dunia karena
(10,6%).
dapat menjadi alternatif pengobatan
Hampir
seluruh
partisipan
pedesaan memiliki pendidikan formal
yang relatif aman dan terjangkau.
kurang
lebih
6
tahun.
Sebaliknya,
separuh (54,8%) dan 10,5% dari pria dan
wanita
45
Aborigin
tidak
memiliki
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
pendidikan
formal.
pengobat
Eurycoma longifolia Jack merupakan
tradisional umumnya tinggal di daerah
satu-satunya spesies yang disebutkan
pedesaan. Beberapa pemimpin agama,
oleh
seperti
Persentase responden yang memiliki
imam
Para
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
masjid dan
pendeta
semua
kelompok
kuil/pura berpraktek dan meresepkan
pengetahuan
berbagai tumbuhan tradisional kepada
spesies tertentu dalam pengobatan
masyarakat.
malaria
Misalnya,
Azadirachta
tentang
responden.
paling
tinggi
penggunaan
dimiliki
oleh
indica Juss. (dikenal dengan nama
tumbuhan Eurycoma longifolia Jack,
Margosa) disebutkan oleh pendeta India
Labisia pumila (Bl.) F.-Vill. dan Tinospora
sebagai
crispa
tumbuhan
yang
digunakan
L..
Berdasarkan
cara
secara turun-temurun untuk mengatasi
pemberiannya, metode pemberian yang
demam dan malaria pada pengobatan
terbanyak adalah penggunaan oral dari
ayurveda. Sedangkan Nigella sativa L.
sediaan dekok dan infus, tiga kali sehari
(dikenal dengan nama lokal Jintan hitam)
hingga malaria atau demam sembuh.
yang
Namun,
memiliki
latar
belakang
ada
pula
tumbuhan
yang
penggunaan secara religius, disebutkan
digunakan untuk mandi atau kompres
oleh imam masjid Melayu. Sebanyak 19
limpa yang bengkak disertai dengan
spesies dalam 17 famili diidentifikasi
pengucapan doa dan ritual tertentu.
penggunaannya
antimalaria.
Dalam pengobatan malaria tersebut
Beberapa tumbuhan yang digunakan
digunakan berbagai bagian tumbuhan
secara oral adalah Azadirachta indica,
yang berbeda, dimana sebagian besar
Brucea javanica, Cassia siamea, Cocos
tumbuhan (63%) digunakan bagian daun
nucifera, Eurycoma longifolia, Labisia
dan akarnya.
pumila,
Languas
sebagai
galangal,
Lansium
Paul et al. (2013) melaporkan
domesticum, Morinda citrifolia, Nigella
penggunaan
sativa, Ocimum tenuiflorum, Phyllanthus
mengatasi malaria oleh masyarakat
niruri, Piper betle, Hibiscus rosa–sinensis,
Bodo, salah satu suku utama di daerah
dan
Assam,
Tinospora
tumbuhan
yang
crispa.
Sedangkan
digunakan
tumbuhan
India.
obat
Responden
untuk
yang
secara
digunakan adalah para pengobat lokal
eksternal adalah Aeschynanthus sp.,
yang disebut bej, kabiraj, oja ataupun
Alstonia
Curcuma
pengobat tradisional. Penelitian tersebut
domestica, dan Elateriospermum tapos.
menunjukkan bahwa terdapat 37 spesies
angustiloba,
46
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
dan 35 genus tumbuhan dalam 26 famili
bentuk
yang
lainnya.
digunakan
malaria.
untuk
Seluruh
Angiospermae,
pengobatan
spesies
dimana
termasuk
hanya
kombinasi
dengan
spesies
Selain menggunakan tumbuhan
dua
obat yang secara langsung beraktivitas
spesies yang termasuk monokotil dan
sebagai
sisanya
Beberapa
penyakit tersebut juga dapat dilakukan
tumbuhan tersebut adalah Achyranthes
dengan menggunakan tumbuhan yang
aspera Linn., Adhatoda vasica Nees.,
memiliki aktivitas sebagai antiserangga
Ageratum
(insect repellent). Karunamoorthi dan
berupa
dikotil.
conyzoides
Andrographis
paniculata
Linn.,
(Burm.
f.),
Hailu
antimalaria,
(2014)
melakukan
Azadirachta indica A. Juss., Centella
mengenai
penggunaan
asiatica (Linn.) Urban, Cocos nucifera
tradisional
yang
Linn.,
antiserangga
Cyperus
rotundus
Linn.,
pencegahan
di
penelitian
tumbuhan
berfungsi
sebagai
Ethiopia
yang
Clerodendrum viscosum Vent., Curcuma
merupakan negara endemik malaria.
aromatic Salisb., Holarrhena pubescens
Sekitar 52 juta orang (68%) bertempat
(Buch-Ham.), Leucas indica (L.) R. Br.,
tinggal di area yang terdampak malaria.
Mangifera indica Blume, Momordica
Penyakit ini masih menjadi penyebab
charantia Linn., Murraya koenigii (L.)
utama
Spring.,
Linn.,
terutama pada ibu hamil dan anak-anak.
Oroxylum indicum (L.), Piper longum
Di negara ini, Anopheles arabiensis
Linn.,
Patton
Ocimum
Rauvolfia
Scoparia
dulcis
sanctum
serpentine
merupakan
dan
mortalitas
vektor
malaria
Spilenthes
utama, sedangkan Anopheles funestus
paniculata DC., Syzygium cumini (Linn.),
Giles, Anopheles pharoensis Theobald,
Vitex
Ziziphus
dan Anopheles nili Theobald adalah
mauritiana Lamk. Di antara beberapa
vektor sekunder. Anopheles arabiensis
tumbuhan tersebut digunakan berbagai
memiliki kemampuan untuk beradaptasi
bagian tumbuhan seperti akar, rimpang,
dengan semua tipe iklim dan agar
daun, batang, kulit batang, buah, dan
terhindar dari insektisida, nyamuk ini
biji.
dapat berubah dari bentuk endofagik
negundo
Namun
Linn.,
(Linn.),
morbiditas
Linn.,
yang
dan
paling
banyak
digunakan adalah bagian daun. Dari
menjadi
seluruh tumbuhan tersebut, ada yang
Penggunaan tumbuhan dengan aktivitas
digunakan secara tunggal ataupun dalam
sebagai antiserangga sudah terbiasa
47
eksofagik
dengan
cepat.
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
dilakukan dalam tradisi dan budaya
yang disebut dengan ‘Shita’, yaitu suatu
penduduk Afrika. Masyarakat Ethiopia
campuran batang, akar, resin, daun, dan
dan
kulit
Kenya
tertentu
membakar
untuk
tumbuhan
mengurangi
batang
berbagai
tumbuhan
jumlah
antiserangga yang dijual di berbagai kota
nyamuk di dalam ruangan sepanjang
di Ethiopia dalam kemasan 5 gram.
malam. Di Ethiopia, membakar tanaman
Sebagian besar partisipan mengusir
antiserangga yang kering merupakan
serangga dengan membakar daun kering
kebiasaan untuk menghindari nyamuk
pada malam hari. Secara keseluruhan,
dan serangga lainnya. Hal ini biasanya
85,5;
dilakukan dengan menggunakan kompor
menyatakan
arang tradisional setiap malam. Secara
tumbuhan
keseluruhan, 70,2% responden memiliki
mudah
diperoleh,
pengetahuan
Sekitar
52,8%
akan
penggunaan
86,8;
dan
83,9%
responden
bahwa
tersebut
tumbuhansangat
dan
efektif,
terjangkau.
penduduk
lokal
tumbuhan sebagai antiserangga dan
menggunakan kurang lebih 15 gram
91,8% dari sejumlah responden benar-
tumbuhan kering setiap hari untuk
benar
mengusir nyamuk dan serangga lainnya.
menerapkan
pengetahuan
tersebut. Para responden menyebutkan
23 tumbuhan yang bertindak sebagai
Kesimpulan
antiserangga, terutama antinyamuk. Di
Pengetahuan
etnomedisin
antaranya adalah Allium sativum, Aloe
kelompok
pulcherrima,
berbagai belahan dunia sangat berguna
Boswellia
papyrifera,
masyarakat
tertentu
di
Brassica nigra, Buddleja polystachya,
dalam mengatasi penyakit
Carica papaya, Citrus aurantifolia, Citrus
seperti malaria. Penyakit ini diobati
sinensis, Colchicum autumnale, Croton
menggunakan tumbuhan yang secara
macrostachyus,
lusitanica,
langsung
Eucalyptus
antimalaria, dan dapat pula dicegah
Echinops
Cupressus
kebericho,
beraktivitas
endemik
sebagai
citriodora, Eucalyptus globules, Justicia
menggunakan
schimperiana,
sativum,
aktivitas sebagai antiserangga (insect
Ocimum lamiifolium, Ocimum suave,
repellent). Saat ini penyebab primer dari
Olea europaea, Pavonia urens, Ricinus
kegagalan
communis, dan Vernonia amygdalina.
sulitnya
Responden juga menyebutkan ramuan
malaria akibat keterbatasan pilihan obat
Lepidium
48
tumbuhan
kontrol
profilaksis
malaria
dan
dengan
adalah
pengobatan
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
yang dapat digunakan. Hal tersebut
Karunamoorthi, K., Hailu, T. 2014. Insect
repellent plants traditional usage
practices in the ethiopian
malaria epidemic-prone setting:
an
ethnobotanical
survey.
Journal of Ethnobiology and
Ethnomedicine, 10(22):1-11.
terkait adanya peningkatan resistensi
vektor dan parasit Plasmodium yang
menyebabkan peningkatan penyebaran
penyakit malaria. Oleh karenanya, perlu
dilakukan
penelitian
lebih
lanjut
Newman, D.J. 2008. Natural products as
leads to potential drugs: an old
process or the new hope for
drug discovery? Journal of
Medicinal Chemistry, 51:25892599.
mengenai aktivitas tumbuhan obat,
khususnya terkait potensi antiplasmodia
dan
antimalaria
pengetahuan
masyarakat
berdasarkan
etnomedisin
tertentu
kelompok
dalam
rangka
Newman, D.J., Cragg, G.M., Snader, K.M.
2003. Natural products as
sources of new drugs over the
period 1981-2002. Journal of
Natural Products, 66:1022-1037.
penemuan obat antimalaria baru yang
efektif, aman, dan terjangkau.
Daftar Pustaka
Ngarivhume, T., Klooster, C.I.E.A., Jong,
J.T.V.M., Westhuizen, J.H.V.
2015. Medicinal plants used by
traditional healers for the
treatment of malaria in the
Chipinge District in Zimbabwe.
Journal of Ethnopharmacology,
159:224-237.
Al-Adhroey, A.H., Nor, Z.M., Al-Mekhlafi,
H.M., Mahmud, R. 2010.
Ethnobotanical study on some
malaysian anti-malarial plants: a
community
based
survey.
Journal of Ethnopharmacology,
132:362-364.
Paul, S., Devi, N., Sarma, G.C. 2013.
Ethnobotanical utilization of
some medicinal plants by bodo
people of manas biosphere
reserve in the treatment of
malaria. International Research
Journal of Pharmacy, 4(6):102105.
Greenwood, B.M., Fidock, D.A., Kyle,
D.E., Kappe, S.H.I., Alonso, P.L.,
Collins, F.H., Duffy, P.E. 2008.
Malaria: progress, perils and
prospects
for
eradication.
Journal of Clinical Investigation,
118:1266-1276.
Idowu, O.A., Soniran, O.T., Ajana, O.,
Aworinde,
D.O.
2010.
Ethnobotanical
survey
of
antimalarial plants used in Ogun
State, Southwest Nigeria. African
Journal of Pharmacy and
Pharmacology, 42(2):055-066.
Sharma, V.P. 1997. Drug Resistance:
Mechanism and Management.
Dalam: Singhal Radhey L., Sood
O.P., (Editor). New Delhi:
Ranbaxy Science Foundation.
Silva, J.R.A., Ramos, A.S., Machado, M.,
Moura, D.F., Neto, Z., Canto-
49
PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017
p-ISSN 1693-3591; e-ISSN 2579-910X
Cavalheiro, M.M., Figueiredo, P.,
Rosario, V.E., Amaral, A.C.F.,
Lopes, D. 2011. A review of
antimalarial plants used in
traditional
medicine
in
communities in portuguesespeaking
countries:
Brazil,
Mozambique,
Cape
Verde,
Guinea-Bissau, São Tomé and
Príncipe and Angola. Memorias
do Instituto Oswaldo Cruz, 106
(Suppl. I):142-158.
Lange, D. Medicinal and
Aromatic Plant. Netherlands:
Springer.
Willcox, M., Bodeker, G., Rasanavo, P.
2004. Traditional Medicinal
Plants and Malaria. Boca Rotan,
Florida: CRC Press Inc.
Turschner, S., Efferth, T. 2009. Drug
resistance in Plasmodium: natural products in the fight against
malaria. Mini Reviews in
Medicinal Chemistry, 9:2062124.
World Health Organization (WHO). 2001.
World
Health
Organization
Traditional Medicine Strategy:
2002-2005. Geneva: WHO.
Willcox,
M.L., Bodeker, G. 2004.
Traditional herbal medicines for
malaria. British Medical Journal,
329:1156-1159.
World Health Organization (WHO). 2008.
Guinea-Bissau.
(who.int/malaria/publications/co
untryprofiles/profile_gnb_en.pdf).
Diakses tanggal 6 Januari 2016.
Ugbogu, O.A., Odewo, P. 2004. Some
medicinal
plants
in
the
traditional medicare of Nigeria.
Journal of Forestry Research and
Management, 1:29-30.
Umar, F., Mahajan, R.C. 2004. Drug
resistance in malaria. Journal of
Vector Borne Disease, 41:45-53.
World Health Organization (WHO), 2013.
World Malaria Report 2013.
(http://apps.who.
int/iris/bitstream/10665/97008/
1/9789241564694_eng.pdf).
Diakses tanggal 4 Januari 2016.
Van Wyk, B.E., Wink, M. 2004. Medicinal
Plants of the World: An
Illustrated Scientific Guide to
Important Medicinal Plants and
Their Uses. Portland, Oregon:
Timber Press.
Zucker, J.R., Campbell, C.C. 1992. Smear
negative cerebral malaria due to
mefloquine
resistant
P.
falciparum Acquired in The
Amazon. Journal of Infectious
Disease, 166(6):1458-1459.
Verpoorte, R., Kim, H.K., Choi, Y.H. 2006.
Plants as source of medicines. In
Medicinal and Aromatic Plant.
Eds Bogers, R.J., Craker, L.E.,
50
Download