BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode

advertisement
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan
menggali informasi tentang suatu gejala berdasarkan pengalaman, persepsi, atau
kebutuhan-kebutuhan partisipan (Santoso & Royanto, 2009). Menurut Denzin & Lincoln
(dalam Ahmadi, 2014), kata kualitatif menyatakan penekanan pada proses dan makna yang
tidak diuji, atau diukur dengan setepat-tepatnya, dalam istilah-istilah kuantitas, jumlah,
intensitas, atau frekuensi. Menurut Patton (dalam Ahmadi, 2014), metode kualitatif
digunakan untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam
keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini lebih menekankan
pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yakni data alamiah. Data
alamiah ini diperoleh dari hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti. Patton (dalam
Ahmadi, 2014) menegaskan bahwa data kualitatif adalah apa yang dikatakan oleh orangorang yang diajukan seperangkat pertanyaan oleh peneliti. Metode penelitian kualitatif
juga sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2013).
Creswell (2007) menjelaskan bahwa terdapat lima macam desain penelitian
kualitatif, yaitu : etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi, dan naratif. Pada
penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Bogdan & Biklen
(dalam Ahmadi, 2014) menyatakan penelitian studi kasus merupakan suatu kajian yang
rinci tentang satu latar, atau subjek tunggal, atau satu tempat penyimpanan dokumen, atau
suatu peristiwa tertentu. Stake (dalam Creswell, 2007) menjelaskan bahwa dalam desain
penelitian studi kasus ini, kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti
mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
42
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Studi kasus bertujuan untuk
dapat memberikan informasi tentang kekhawatiran, harapan, fantasi, pengalaman
traumatis, latar belakang pendidikan, relasi keluarga, kesehatan mental, untuk dapat
memahami pikiran atau perilaku individu (Santrock, 2002). Berdasarkan pemahaman
tersebut, peneliti memilih pendekatan studi kasus karena peneliti ingin memperoleh
informasi secara mendalam dan mendetail mengenai kebutuhan-kebutuhan psikologis pada
anak dengan gangguan emosi dan perilaku melalui kegiatan art therapy.
B. Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus individu. Hal ini
dikarenakan desain penelitian studi kasus yang fokus untuk mendapatkan gambaran yang
menyeluruh dan mendetail mengenai kasus tertentu. Pada penelitian ini dilihat bagaimana
kasus individu, yaitu pada anak dengan gangguan emosi dan perilaku mengenai kebutuhankebutuhan psikologisnya. Pada penelitian ini, untuk mendapatkan data atau informasi yang
lengkap, peneliti menggunakan art therapy sebagai sarana untuk berkomunikasi antara
peneliti, terapis dan anak dengan gangguan emosi dan perilaku. Hal tersebut dilakukan
karena anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang dijadikan subjek dalam penelitian
ini cenderung sulit untuk diajak berkomunikasi karena anak dengan gangguan emosi dan
perilaku tersebut sangat bergantung pada situasi emosi yang dirasakan dan tidak mudah
mengungkapkan perasaan-perasaan yang dimiliki. Penelitian ini juga menggunakan
informasi tambahan melalui wawancara kepada informan yang merupakan orang terdekat
subjek yaitu: ibu subjek, guru sekolah subjek dan psikolog yang menangani subjek.
Pengambilan data dengan informan dilakukan untuk memastikan kebenaran mengenai data
atau informasi yang disampikan oleh subjek penelitian, yang sekaligus juga untuk
meningkatkan validitas penelitian ini.
43
C. Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak membatasi jumlah subjek yang dapat dijadikan sebagai
subjek penelitian. Menurut Banister dkk. (dalam Poerwandari, 1998) fokus penelitian
kualitatif adalah pada kedalaman dan proses serta penelitian kualitatif cenderung dilakukan
dengan jumlah sampel atau kasus sedikit. Suatu sampel atau kasus tunggal pun dapat
dipakai bila secara potensial memang sangat sulit bagi peneliti untuk memperoleh sampel
atau kasus yang lebih banyak.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling. Purposive sampling
merupakan teknik pengambilan sampel sebagai sumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2013). Dengan menggunakan pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik
penelitian, peneliti memilih subjek sebagai unit analisisnya (Satori & Komariah, 2014).
Adapun kriteria subjek yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Anak dengan gangguan emosi dan perilaku
Anak dengan gangguan emosi dan perilaku dipilih sebagai kriteria utama dalam
penelitian karena anak dengan gangguan
emosi dan perilaku memiliki
hambatan dalam aspek perkembangan emosi, sosial dan kognitif. Terjadinya
hambatan pada aspek perkembangan emosi, sosial dan kognitif tersebut terjadi
karena kurang atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar, terutama
kebutuhan psikologis, sehingga anak berperilaku menyimpang untuk memenuhi
kebutuhan psikologis tersebut.
2. Berusia 6 – 12 tahun
Rentang usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa anak-anak akhir. Pada masa
anak-anak akhir tersebut anak cenderung mengalami emosi dan perilaku yang
tidak stabil karena anak mulai terlibat pada lingkungan diluar keluarganya,
44
yaitu sekolah dan masyarakat. Melalui interaksi anak dengan lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat, anak akan menerima berbagai pengalaman
dan informasi yang akan mempengaruhi perkembangan sosial, emosional dan
kognitif.
3. Tinggal bersama orang tua
Kriteria ini digunakan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan psikologis anak
dengan melihat hubungan dan interaksi anak dengan gangguan emosi dan
perilaku dengan orangtuanya.
4. Bersekolah di sekolah umum
Kriteria ini digunakan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan psikologis anak
dengan melihat hubungan dan interaksi anak dengan gangguan emosi dan
perilaku dengan lingkungan sekolah, yaitu terkait dengan kemampuan akademis
anak, kemampuan anak menjalin hubungan dengan guru dan teman sebaya serta
kemampuan anak dalam mengikuti peraturan dan kegiatan yang berlaku di
sekolah umum.
Setelah mendapatkan subjek kasus, selanjutnya peneliti akan mencari beberapa
significant others atau informan yang merupakan orang-orang terdekat subjek yang
mengetahui kondisi subjek. Informasi yang didapatkan dari informan dapat dijadikan
sebagai sumber informasi tambahan atau pembanding. Adapun alternatif yang dapat
dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah: orang tua subjek, keluarga subjek
(saudara kandung, sepupu, kakek, nenek dan lain-lain), guru sekolah, dan psikolog yang
menangani subjek.
45
D. Teknik Penggalian Data
Metode pengumpulan data yang paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, selain menggunakan metode
wawancara dan observasi, peneliti juga menggunakan catatan lapangan agar tidak terdapat
fakta-fakta yang terlewatkan.
1. Wawancara
Wawancara (interview) adalah proses komunikasi interaksional antara dua pihak
dimana salah satu pihak telah memiliki tujuan yang telah ditentukan sebelumnya atau
tujuan yang serius, yang di dalamnya terdapat proses bertanya dan menjawab pertanyaan
(Stewart & Cash, 2008). Esterberg (dalam Sugiyono, 2013) mengemukakan beberapa
macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur termasuk dalam kategori in-depth interview, yaitu
dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Sugiyono,
2013). Tujuan dari wawancara semi terstruktur ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ideidenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh subjek atau informan. Satori & Komariah (2014)
menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam wawancara semi terstruktur ini
menggunakan petunjuk umum wawancara yang merupakan kombinasi wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur yang menggunakan beberapa inti pokok pertanyaan yang
akan diajukan, yaitu peneliti membuat garis besar pokok-pokok pembicaraan, namun
dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok
pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan
46
kata-katanya juga tidak baku, tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan
situasinya.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini merupakan anak dengan gangguan
emosi dan perilaku yang cenderung mengalami kesulitan dalam mengekspresikan atau
mengungkapkan emosi atau perasaan sehingga sangat sulit untuk melakukan wawancara
secara langsung. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan art therapy sebagai media
yang dapat membantu proses wawancara sehingga anak dengan gangguan emosi dan
perilaku dapat dengan bebas mengungkapkan perasaan atau emosi terkait dengan
kebutuhan psikologis. Adapun prosedur yang dilakukan yaitu peneliti menyiapkan
instrument
penelitian
berupa
pertanyaan-pertanyaan
tertulis.
Selain
menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan, peneliti juga menyiapkan alat bantu rekam serta material lain yang
dibutuhkan dalam kegiatan art therapy sebagai sarana yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara agar dapat berjalan dengan lancar. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan
dalam kegiatan art therapy. Peneliti bersama psikolog membuat rancangan kegiatan yang
disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kebutuhankebutuhan psikologis pada anak dengan gangguan emosi dan perilaku. Dalam setiap
rancangan kegiatan, terdapat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek.
Wawancara semi terstruktur ini tidak hanya dilakukan pada subjek, tetapi juga
dengan informan atau significant others yang dirasa dapat memberikan informasi terkait
dengan kondisi dan kebutuhan psikologis pada subjek sebagai anak dengan gangguan
emosi dan perilaku. Berbeda dengan wawancara kepada subjek, wawancara kepada
informan tidak dengan metode art therapy.
47
2. Observasi
Syaodih (dalam Satori dan Komariah, 2014) menyatakan bahwa observasi
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Jenis observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif. Dalam observasi partisipatif, peneliti
terlibat dalam kegiatan subjek yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
data penelitian (Sugiyono, 2013). Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan
kegiatan yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Pada
penelitian ini, observasi digunakan secara bersama-sama pada saat melakukan wawancara
sehingga peneliti akan mendapatkan data tambahan seperti kegiatan yang dilakukan oleh
subjek, penampilan fisik subjek, ekspresi emosi, bahasa tubuh, cara bicara serta aspek non
verbal lainnya yang ditunjukkan oleh subjek terkait kebutuhan psikologis. Seperti misalnya
melalui kegiatan colored candy go around, subjek menunjukkan perilaku menghindar saat
ditanya lebih mendalam mengenai hubungan subjek dengan ibunya.
3. Catatan Lapangan
Dalam menggali data melalui observasi dan wawancara, peneliti juga menggunakan
catatan lapangan sebagai alat bantu yaitu dengan mencatat ketika peneliti menemukan
fakta atau informasi yang dirasa penting dan menarik untuk digali lebih dalam. Catatan
lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian
kualitatif (Satori & Komariah, 2014). Catatan lapangan langsung dibuat setelah
pengambilan data melalui observasi atau wawancara.
48
E. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data
1. Teknik Pengorganisasian Data
Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan mengorganisasikan
data (Poerwandari, 1998). Dengan data kualitatif yang sangat beragam dan banyak,
menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan data yang diperoleh dengan rapi,
sistematis dan selengkap mungkin. Highlen & Finley (dalam Poerwandari, 1998)
mengatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk :
a. Memperoleh kualitas data yang baik;
b. Mendokumentasikan analisis yang dilakukan; serta
c. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.
Adapun pengorganisasian data yang peneliti akan lakukan dalam melakukan
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
a. Peneliti datang ke lokasi pengambilan data dengan membawa rancangan
kegiatan art therapy beserta peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan,
panduan wawancaranya dan lembar fieldnote untuk mencatat hasil observasi
yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Pengambilan data selanjutnya
dilakukan dengan mengajak subjek untuk melakukan kegiatan art therapy dan
kemudian peneliti melakukan wawancara serta observasi.
b. Selama proses pengambilan data, dalam kegiatan art therapy, peneliti akan
menggunakan alat bantu berupa telepon genggam untuk merekam wawancara
serta memotret kegiatan dan hasil atau produk dari art therapy. Selain itu,
peneliti juga tetap menggunakan alat bantu manual seperti buku catatan serta
alat tulis sesuai kebutuhan.
49
c. Dalam menyimpan data-data penelitian, peneliti akan membuat satu folder di
data D laptop peneliti yang bernama “Skripsi 2015”. Di dalam folder utama
tersebut, akan dibuatkan beberapa folder lainnya untuk memisahkan data-data
terkait dengan penelitian.
d. Setiap selesai mengambil data, peneliti akan mengumpulkan data-data hasil
wawancara yang masih berbentuk data mentah berupa rekaman wawancara dari
telepon genggam dan catatan-catatan yang dibuat oleh peneliti. Data yang
diperoleh dalam bentuk rekaman suara akan dipindahkan dalam bentuk
verbatim. Sedangkan data observasi akan dibuat dalam bentuk fieldnote.
e. Untuk membuat verbatim hasil wawancara yaitu dengan memindahkan hasil
rekaman wawancara dari telepon genggam ke laptop. Rekaman wawancara
tersebut akan peneliti dengarkan lagi dan kemudian peneliti akan membuatnya
dalam bentuk verbatim. Proses verbatim ini dilakukan dengan mengetik setiap
suara yang terdengar dari rekaman suara dengan bantuan aplikasi f4. Setelah
selesai membuat verbatim, peneliti akan menyimpan verbatim tersebut ke
dalam folder “Skripsi 2015” dengan sub folder ”Ver” kemudian masuk ke
folder “subjek” / “ibu” / “guru” / “psi” sesuai dengan nama responden
wawancara pada hari tersebut.
f. Begitu pula dengan hasil observasi. Peneliti akan menyiapkan map untuk
menyimpan kertas-kertas yang merupakan lembar catatan observasi. Data atau
catatan yang terdapat dalam kertas-kertas tersebut kemudian akan peneliti buat
dalam bentuk fieldnote dengan format Microsoft Word dan kemudian disimpan
dalam folder ”Skripsi 2015” dengan sub folder “FNote”, lalu masuk ke folder
“subjek” / “ibu” / “guru” / “psi”.
50
2. Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (dalam Sugiyono, 2013) menyatakan
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawacara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
dengan mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis
data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, meyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Stake (dalam Creswell, 2007) mengungkapkan bahwa terdapat empat tahapan
analisis data beserta interpretasinya dalam penelitian studi kasus, yaitu: (1) Categorical
Aggregation atau pengumpulan kategori, yaitu peneliti mencari suatu kumpulan kategori
dari data yang diperoleh dan kemudian peneliti dapat menemukan makna yang relevan
dengan isu yang akan muncul; (2) Direct Interpretation atau interpretasi langsung, yaitu
setelah terbentuk kategori, peneliti dapat menarik makna dari kategori tersebut tanpa
terpengaruh oleh kategori-kategori lainnya. Hal ini merupakan suatu proses dalam menarik
data secara terpisah dan menempatkannya kembali secara bersama-sama agar lebih
bermakna; (3) peneliti membentuk Pattern atau pola dengan mencari kesepadanan antara
dua atau lebih kategori; (4) terakhir, peneliti mengembangkan Naturalistic Generalization
atau generalisasi naturalistik yaitu dari analisa data, yaitu generalisasi yang dimana orang
atau peneliti lain dapat belajar dari penelitian kasus ini sehingga dapat diterapkan untuk
dirinya sendiri atau untuk penelitian selanjutnya.
F. Teknik Pemantapan Kredibilitas Penelitian
Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki salah satunya yaitu derajat
keterpercayaan (credibility). Kredibilitas merupakan ukuran kebenaran data yang
dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian
51
(Satori & Komariah, 2014). Sugiyono (2013) menyatakan bahwa uji kredibilitas data atau
kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dapat dilakukan dengan
enam cara, yaitu : perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sebagai uji kredibilitas data.
Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
waktu (Satori & komariah, 2014), sehingga terdapat tiga teknik triangulasi, yaitu :
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi Sumber
Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data dari sumber
yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti melakukan eksplorasi untuk
mengecek kebenaran data dari beragam sumber. Selain mendapatkan data dari subjek,
peneliti juga melakukan wawancara pada informan yang memiliki kaitan dengan subjek
penelitian. Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai ibu subjek, guru subjek dan psikolog
yang menangani subjek yang peneliti rasa dapat memberikan informasi terkait dengan
kondisi sosial dan emosional, serta kebutuhan-kebutuhan psikologis subjek.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang
dilakukan kepada sumber data, yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Penelitian ini menggunakan art therapy sebagai sarana atau media
dalam berkomunikasi dengan subjek. Dalam penerapannya, peneliti menggunakan teknik
wawancara untuk mengetahui kondisi kebutuhan-kebutuhan psikologis subjek serta
melakukan observasi selama kegiatan art therapy berlangsung.
52
3. Triangulasi Waktu
Menguji kredibilitas data dengan triangulasi waktu dilakukan dengan cara
mengumpulkan data pada waktu dan situasi yang berbeda. Kegiatan art therapy dilakukan
beberapa kali sampai informasi atau data yang dibutuhkan dirasa cukup. Dalam kegiatan
ini, peneliti akan melakukan wawancara yaitu terdapat beberapa pertanyaan yang
menanyakan hal yang sama.
G. Isu Etika
Terdapat beberapa isu etika yang harus diperhatikan dan disampaikan kepada
responden maupun informan dalam penelitian ini, antara lain :
1. No harm : tidak merugikan atau membahayakan responden dan informan atas
informasi dan data yang telah atau akan diberikan. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan efek negatif secara psikologis maupun secara ekonomis bagi
responden dan informan penelitian. Peneliti menyampaikan kepada responden
bahwa penelitian ini merupakan penelitian ilmiah dan akan menggunakan
informasi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian agar tidak
merugikan responden ataupun pihak lain.
2. Confidentiality : menjaga situasi dan perasaan responden dan informan agar
tetap merasa nyaman dan aman selama proses penelitian berlangsung. Peneliti
bersikap tenang dan netral selama proses penelitian berlangsung. Peneliti juga
tidak memaksa responden untuk sesegera mungkin memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Privacy : menjaga kerahasiaan identitas dan respon responden serta informan.
Identitas berupa nama responden dan informan akan menggunakan insial, serta
lokasi yang memuat peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh responden
akan disamarkan keberadaannya. Peneliti akan
53
menyampaikan
kepada
responden
bahwa
dalam
penelitian
ini
akan
menggunakan inisial terkait dengan identitas, tempat dan hal-hal spesifik
lainnya demi menjaga kerahasiaan dan kenyamanan responden dalam
memberikan informasi.
4. Institutional approval : persetujuan dari pihak institusi, yaitu kepada pihak
sekolah serta pihak tempat bimbingan belajar sebagai tempat dimana penelitian
akan dilakukan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin kepada
pihak Turiya School untuk menggunakan salah satu ruangan belajar sebagai
tempat melakukan penelitian.
5. Record Keeping : menyimpan hasil rekaman, baik dalam bentuk suara maupun
gambar, dan tidak menyebarluaskan informasi yang terkandung di dalam
rekaman tersebut kepada pihak yang berada di luar kepentingan penelitian.
Peneliti meminta izin kepada responden untuk merekam saat proses wawancara
berlangsung dan mengatakan bahwa rekaman wawancaraa tersebut hanya
digunakan dalam kepentingan penelitian dan tidak akan disebarluaskan.
6. Informed consent to research : persetujuan tertulis dari responden dan informan
untuk ikut serta dalam penelitian dan memberikan informasi dalam proses
pengambilan data, beserta hak-hak dan juga kewajiban yang harus dilakukan
oleh responden dan informan penelitian. Peneliti meminta izin kepada orangtua
responden untuk menjadi informan dan menjadikan anaknya sebagai responden
dalam penelitian ini. Apabila orangtua responden setuju, maka orangtua diminta
untuk mendatangani lembar informed consent.
7. Dispensing with informed consent : respoden berhak mundur dari penelitian
dengan sebelumnya melakukan persetujuan dan disertai dengan alasan yang
dapat diterima antara pihak responden dan juga pihak peneliti. Apabila dalam
54
proses penelitian berlangsung responden atau informan merasa tidak nyaman
atau karena terdapat hal lain yang mengharuskan mundur dari penelitian ini,
maka dengan menyampaikan alasan yang sesuai dan dapat diterima oleh pihak
responden/informan dan peneliti, maka peneliti tidak dapat melarang atau
memaksa responden atau informan untuk terlibat lagi dalam penelitian.
8. Offering inducements for research participation : pemberian berupa imbalan
materi maupun non-materi selama proses pengambilan data. Pemberian imbalan
diberikan selama proses atau pada akhir pengambilan data sebagai ucapan
terimakasih karena sudah terlibat secara aktif dalam penelitian ini
55
Download