gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang bekerja

advertisement
0
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU YANG
BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI
POSYANDU CEMPAKA KELURAHAN LARANGAN SELATAN
TAHUN 2010
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
FITRI FIDDINI
NIM: 107103000612
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 Oktober 2010
Fitri Fiddini
i
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU
YANG BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA KELURAHAN
LARANGAN SELATAN
TAHUN 2010
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
OLEH:
FITRI FIDDINI
NIM: 107103000612
Pembimbing
Ratna Pelawati, M.Biomed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/ 2010 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN
PERILAKU IBU YANG BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA KELURAHAN
LARANGAN SELATAN TAHUN 2010 yang diajukan oleh Fitri Fiddini (NIM:
107103000612), telah diujikan di hadapan Tim Penguji Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan sudah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran anggota penguji.
Jakarta, 6 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
Penguji
Ratna Pelawati, M.Biomed
dr. Nurul Hiedayati, Ph.D
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Kaprodi Pendidikan Dokter
Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And
iii
Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM
KATA PENGANTAR
‫بسن ا هلل ا لرحمن ا لر حين‬
‫ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته‬
Alhamdulillah adalah untaian kata terindah sebagai ungkapan syukur
kehadirat Allah SWT yang patut peneliti ucapkan, atas Berkat dan Rahmat-Nya
lah sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu yang Bekerja terhadap
Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan
Larangan Selatan Tahun 2010”.
Pembuatan proposal ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak
serta bimbingan dan arahan dari pembimbing fakultas. Terima kasih peneliti
ucapkan kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Prof. Dr. dr. M. K.
Tadjudin, SpAnd.
2. Ketua Program Studi pendidikan Dokter, Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie,
SpRM.
3. Ratna Pelawati, M.Biomed selaku pembimbing riset.
4. dr. Nurul Hiedayati, PhD selaku dosen penguji.
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Kader Posyandu Cempaka dan seluruh responden dalam penelitian ini.
7. Ayah dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik
moril maupun materil sejak penulis dalam kandungan hingga kini
bahkan selamanya.
8. Abang
dan
Adikku
tercinta,
atas
dukungan,
bantuan
dan
pengertiannya.
9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter dan semua pihak yang
telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu
iv
Proposal ini telah dibuat sedemikian rupa, namun apabila terdapat
kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi, bahasa, maupun pengetikannya, saran
dan kritik yang membangun sangatlah peneliti harapkan demi kesempurnaannya.
‫و ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته‬
Jakarta, 6 Oktober 2010
Fitri Fiddini
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
6 Oktober 2010
Fitri Fiddini
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU YANG
BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI
POSYANDU CEMPAKA KELURAHAN LARANGAN SELATAN TAHUN
2010
xvii + 43 halaman + 14 tabel + gambar + 1 lampiran
ABSTRAK
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi
peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI
merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. (Depkes RI, 2005).
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan desain cross
sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi
pada penelitian ini adalah para ibu yang bekerja dan memiliki bayi usia 7 sampai
dengan 24 bulan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive accidental
dengan sampel jenuh sebanyak 33 orang. Data hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan dari 33 orang ibu
yang bekerja hanya sebanyak 9 (27,3%) yang memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya, 19 orang (57,6%) ibu yang bekerja memiliki pengetahuan baik mengenai
ASI Eksklusif, dan 19 (57,6%) ibu memiliki sikap yang baik terhadap Pemberian
ASI Eksklusif. Sebanyak 21 (63,6%) ibu bekerja sebagai karyawan. Sebanyak 22
(66,7%) ibu berpendidikan tamat SMU. Sebanyak 18 (54,5%) ibu berusia > 30
tahun . Sebanyak 22 orang ibu mendapat informasi pemberian ASI Eksklusif dari
anggota keluarga.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Ibu bekerja, ASI Eksklusif
vi
DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR OF
WORKING MOTHERS CONCERNING EXCLUSIVE MILK (ASI) TO
BABY IN CEMPAKA POSYANDU (INTEGRATED SERVICES UNIT)
KELURAHAN LARANGAN SELATAN YEAR 2010
Abstract
Breast feeding (ASI) for baby is one of the best ways for improvement of human
resources quality since earlier age for who will be become the next generation.
ASI is the most complete nutritious food for baby. (Ministry of health of the
republic of Indonesia, 2005). This research is a survey method by using cross
sectional design. Data collection was done by using questionnaire. Population in
the research are working mothers and have baby by age of 7 (seven) to 24 (twenty
four) months. Sample collection done by purposive accidental with total sample
33 people. The data of research result presented in frequency distribution table.
The result of the research shows of 33 working mothers, only 9 (27.3%) provided
Exclusive milk to their babies. As many as 19 people (57.6%) of working mothers
have fine knowledge regarding of exclusive milk. For 19 (57.6%) mothers have
good attitude concerning of breast feeding (exclusive milk), 21 (63.6%) working
mothers as employment, 22 (66.7%) they are high school graduate, 18 (54.5%) the
mothers by age of more than 30 years old, and 22 mothers received information of
breast feeding (exclusive milk) from the member of family.
Key word: Knowledge, attitude, bahavior, Working Mother, Milk
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN..................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................. 4
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 ASI dan ASI Eksklusif ............................................................................. 7
2.1.1 Definisi ASI dan ASI Eksklusif .................................................. 7
2.1.2 Manfaat dan Keunggulan ASI ..................................................... 7
2.1.3 Keberhasilan Menyusui ............................................................. 10
2.1.4 Keterampilan Menyusui ............................................................. 11
2.1.5 Ibu Bekerja...............................................................................15
2.2 Pengetahuan ............................................................................................ 20
2.3 Sikap ........................................................................................................ 21
2.4 Perilaku.................................................................................................... 21
2.5 Kerangka Konsep ................................................................................... 22
2.6 Definisi Operasional .............................................................................. 23
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 26
3.1 Desain Penelitian.................................................................................... 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 26
3.3 Populasi & Sampel Penelitian ............................................................... 26
3.4 Cara Kerja Penelitian.............................................................................. 28
3.5 Manajemen Data ..................................................................................... 29
3.5.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 29
3.5.2 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data..................................... 29
viii
BAB 4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
HASIL & PEMBAHASAN ................................................................... 30
Pengetahuan ............................................................................................ 30
Sikap ....................................................................................................... 30
Perilaku ................................................................................................... 31
Karakteristik Ibu..................................................................................... 32
Sumber Informasi ................................................................................... 33
Pengetahuan terhadap Perilaku………………………………………34
Sikap terhadap Perilaku……...………………………………………34
Karakteristik Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku..………………….35
Sumber Informasi Terhadap Perilaku………………………………..36
BAB 5 PEMBAHASAN ...................................................................................... 38
5.1 Perilaku Pemberian ASI ........................................................................ 38
5.2 Sikap ....................................................................................................... 40
5.3 Pengetahuan ............................................................................................ 40
5.2 Karakteristik Ibu..................................................................................... 42
5.3 Sumber Informasi ................................................................................... 43
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 44
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 46
6.2. Saran ....................................................................................................... 47
6.2.1 Saran Bagi Ibu Bekerja ................................................................... 47
6.2.3 Saran Bagi Institusi ......................................................................... 47
6.2.4 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 49
LAMPIRAN ............................................................................................................. 50
ix
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 4.1
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Pengetahuan
Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan
Larangan Selatan Tahun 2010
2.
Tabel 4.2
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Sikap Pemberian ASI
Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan
Selatan Tahun 2010
3.
Tabel 4.3
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian
ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan
Selatan Tahun 2010
4.
Tabel 4.4
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Pekerjaan,
Pendidikan, Umur Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu
Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010
5.
Tabel 4.5
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Sumber Informasi
Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan
Larangan Selatan Tahun 2010
6.
Tabel 4.6
Distribusi Pengetahuan terhadap Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan
Selatan Tahun 2010
7.
Tabel 4.7
Distribusi Sikap Ibu Bekerja Terhadap Perilaku Pemberian
ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan
Selatan tahun 2010
8.
Tabel 4.8
Distribusi
Karakteristik
Ibu
yang
Bekerja
terhadap
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka
Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010
9.
Tabel 4.9
Distribusi Sumber Informasi Ibu yang Bekerja terhadap
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka
Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010
x
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Gambar 2.1.4.1
Gambar 2.1.4.2
Gambar 2.1.5.1
Gambar 2.1.5.2
Gambar 2.1.5.3
Gambar 2.5
Gambar 3.4
Posisi Menyusui yang Benar
Posisi Menyusui yang Tidak Benar
Pemberian ASI dengan Cangkir
Pengeluaran ASI dengan Tangan
Pengeluaran ASI dengan Pompa Tangan
Kerangka Konsep
Cara Kerja Penelitian
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
Lampiran I
Lampiran II
Kuesioner..............................................................................50
Output program komputer untuk hasil penelitian.................57
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang, diperlukan pembangunan dalam
berbagai sektor untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Salah satu sektor yang
dapat menunjang perekonomian adalah sektor industri. Baik industri kecil maupun
besar. Dalam kondisi pembangunan kearah industrialisasi dimana persaingan
pasar semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat,
termasuk masyarakat pekerja. (Depkes RI, 2005).
Masyarakat pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat
penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya
IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan
mempunyai produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan
dan daya saing di era globalisasi. (Depkes RI, 2005).
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia
mencapai 100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja
wanita. Wanita yang bekerja sesungguhnya merupakan arus utama di banyak
industri. Mereka diperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi riwayat
kesehatan mereka seharusnya diperlakukan berbeda dengan laki-laki dalam hal
pelayanan kesehatan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan
dan kapasitas kerja secara maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai
wanita. (Depkes RI, 2005)
Sesuai dengan kodratnya, pekerja wanita akan mengalami haid, kehamilan,
melahirkan dan menyusui bayi. Untuk meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak
janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian
Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas
SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan
yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi
yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
1
syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan
mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya. (Depkes RI, 2005).
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal
baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat
terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan
menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Oleh karena
itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja
dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 (enam)
bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Sehubungan
dengan
hal
tersebut
telah
ditetapkan
dengan
Kepmenkes
RI
No.
450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI)
khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu
dan bayi. (Depkes RI, 2005).
Untuk mendukung Deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan,
promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI, telah dilaksanakan beberapa
kegiatan penting, yakni pencanangan Gerakan Nasional PP-ASI oleh Presiden
pada tahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan Puskesmas Sayang Bayi yang telah
menghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit sayang bayi pada rumah sakit
pemerintah dan sekitar10 – 20% pada rumah sakit swasta. (Depkes RI, 2005).
Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema Mother
Friendly Workplace atau Tempat Kerja Sayang Bayi, menunjukan bahwa adanya
perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja.
Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka
agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap
mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen
laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja
dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri. (Depkes RI, 2005).
Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya
meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI
eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial
budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas
2
kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu
formula dan ibu bekerja. (Depkes RI, 2005).
Kelurahan Larangan Selatan, Kota Tangerang merupakan salah satu
kelurahan yang letaknya berbatasan dengan daerah ibu kota Jakarta. Mayoritas
warga di daerah ini memiliki karakteristik serta faktor sosial dan budaya hampir
serupa dengan kondisi di perkotaan, salah satunya yaitu banyaknya jumlah pekerja
wanita. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dari kader Posyandu Cempaka,
diketahui bahwa banyak ibu bayi dan balita Posyandu Cempaka yang masih
memberikan ASI kepada anak mereka namun dalam kondisi bekerja. Dan dari
wawancara yang dilakukan diketahui bahwa sebanyak 7 dari 10 ibu menyusui di
wilayah ini merupakan wanita pekerja.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
pengetahuan, sikap, dan perilaku para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI
Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun
2010.
1.2 Rumusan Masalah
Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya
meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI
eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah ibu yang bekerja,
pengetahuan tentang ASI Eksklusif, kesadaran akan pentingnya ASI, serta
bagaimana sikap dan perilaku ibu yang pekerja mengenai pemberian ASI
eksklusif
sangat
mempengaruhi
pemberian
ASI
Eksklusif
pada
bayi.
Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu yang bekerja mengenai pemberian ASI
Eksklusif pada bayinya akan sangat menunjang program pemberian ASI di
Indonesia. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status
gizi bayi dan balita. Hal inilah yang mendasari keinginan peneliti untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku para ibu yang bekerja
terhadap pemberian ASI eksklusif.
3
1.3
Pertanyaan Penelitian
1.
Bagaimana gambaran perilaku para ibu yang bekerja terhadap pemberian
ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan
Selatan tahun 2010?
2.
Bagaimana gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja tentang
pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan
Larangan Selatan tahun 2010?
3.
Bagaimana gambaran sikap para ibu yang bekerja tentang pemberian
ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan
Selatan tahun 2010?
4.
Bagaimana gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) para
ibu yang bekerja di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan
tahun 2010?
5.
Bagaimana gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI Esklusif
pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun
2010?
6.
Bagaimana gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja terhadap
pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan
Larangan Selatan tahun 2010?
7.
Bagaimana gambaran sikap para ibu yang bekerja terhadap pemberian
ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan
Selatan tahun 2010?
8.
Bagaimana gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) para
ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di
Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?
9.
Bagaimana gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI Esklusif
terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka
Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?
4
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku para ibu
yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu
Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.
Diketahuinya gambaran perilaku para ibu yang bekerja terhadap
pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan
Larangan Selatan tahun 2010.
2.
Diketahuinya gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja tentang
pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan
Larangan Selatan tahun 2010.
3.
Diketahuinya gambaran sikap para ibu yang bekerja tentang pemberian
ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan
Selatan tahun 2010.
4.
Diketahuinya gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan)
para ibu yang bekerja di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan
Selatan tahun 2010.
5.
Diketahuinya gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI
Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan
tahun 2010.
6.
Diketahuinya gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja terhadap
pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan
Larangan Selatan tahun 2010.
7.
Diketahuinya gambaran sikap para ibu yang bekerja terhadap
pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan
Larangan Selatan tahun 2010.
8.
Diketahuinya gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan)
para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di
Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.
5
9.
Diketahuinya gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI
Esklusif terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu
Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.
1.5
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya
peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku para ibu tentang manfaat dan
keunggulan ASI eksklusif, persiapan dan teknik menyusui yang benar, serta cara
pemberian ASI dalam kondisi khusus terutama bagi ibu yang bekerja. Selain itu
hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai umpan balik dari pelayanan
kesehatan terutama penyuluhan tentang ASI ekslusif pada ibu yang bekerja.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI dan ASI Eksklusif
2.1.1 Definisi ASI dan ASI Eksklusif
Air Susu Ibu yang selanjutnya disebut ASI adalah cairan hidup
yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan hormon,
serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak.
(Peraturan Bersama Menteri
Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan
menteri Kesehatan. 2008).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan
sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapat
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air
putih. Pada pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan
tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan
sebagainya. Pemberian ASI secara benar akan dapat memenuhi kebutuhan
bayi sampai usia enam bulan, tanpa makanan pendamping. Di atas usia
enam bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI
dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun. (Perinasia, 2007)
2.1.2
Manfaat dan Keunggulan ASI
A. Bagi Bayi
1. Sebagai sumber nutrisi bagi bayi
Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan
mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adatah karbohidrat, protein dan
lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir
90% nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap
ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas
juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI
pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu
7
yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5
menyusui kaya akan zat gizi terutama protein. (IDAI, 2008)
2. Tidak menimbulkan alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6
bulan akan mengurangi kemungkinan alergi ini. (Perinasia, 2007)
3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini
ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun
seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan susu
formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar.
Dengan foto inframerah, payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding
payudara ibu yang tidak menyusui. (Perinasia, 2007)
Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan
rasa aman bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan dasar
kepercayaan pada bayi (basic sense of trust), yaitu dengan mulai dapat
mempercayai orang lain (ibu) maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri
(Perinasia, 2007)
4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan
obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, turunnya berat
badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak
diberi penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera
memberikan ASlnya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak
dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat, karena volume ASI yang dihasilkan lebih
banyak, sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit. (Perinasia, 2007)
8
5. Mengurangi kejadian karies dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa
susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali
itu ada anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah
karies dentis. (Perinasia, 2007)
6. Mengurangi kejadian maloklusi
Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan
lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot. (Perinasia,
2007)
B. Bagi Ibu
1. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca
persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
2. Aspek keluarga berencana
Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan
rerata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak
menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan
hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang
sering hamil kecuali menjadi beban bagi ibu sendiri, juga merupakan risiko
tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan
dan kematian akibat persalinan.
9
3. Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu.
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia.
2.1.3
Keberhasilan Menyusui (IDAI, 2008)
Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan
pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara
eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain:
1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama
dalam 1 jam pertama (inisiasi menyusui dini), karena bayi baru lahir
sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan
mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking
reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi
kaisar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu
telah bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera
setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga
terjadi kontak kulit dengan kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk
mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan
merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi
serta perkembangan bayi.
2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi
anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula)
yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui.
Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI,
menciptakan “bingung puting”, serta meningkatkan risiko infeksi.
3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia
akan melepaskan puting dengan sendirinya.
10
2.1.4
Keterampilan Menyusui
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu
ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi
menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. (IDAI, 2008)
Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring
atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak
baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta
posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/attachment). Posisi badan ibu
saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur
miring. (IDAI, 2008)
Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap
payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan
badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah
bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya
dekatkan bayi dan payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi
(bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi
dengan cara menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak
mungkin mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat
dibanding areola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi
menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi (IDAI,
2008).
Posisi tubuh yang benar dapat dilihat sebagai berikut: (IDAI, 2008)
•
Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)
•
Perut/dada bayi menempel pada perut/dada Ibu (chest to chest)
•
Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi
membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi
•
Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik
•
Ada kontak mata antara ibu dengan bayi
•
Pegang belakang bahu jangan kepala bayi
•
Kepala terletak dilengan bukan di daerah siku
11
Gambar 2.1.4.1 Posisi menyusui yang benar
Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut: (IDAI, 2008)
• Leher bayi terputar dan cenderung kedepan
• Badan bayi menjauh badan ibu
• Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu
• Hanya leher dan kepala tersanggah
• Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi
• C-hold tetap dipertahankan
Gambar 2.1.4.2 Posisi menyusui yang tidak benar
12
Bagaimana sebaiknya bayi menghisap pada payudara?
Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil
cukup banyak payudara ke dalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus
laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau memeras jaring payudara sehingga
membentuk "puting buatan/ DOT' yang bentuknya lebih panjang dari puting susu.
Puting susu sendiri hanya membentuk sepertiga dari "puting buatan/ DOT". Hal
ini dapat kita lihat saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi
mengeluarkan ASI dari payudara. Hisapan efektif tercapai bila bayi menghisap
dengan hisap dalam dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak hisapannya
dan kita dapat mendengar suara ASI yang ditelan. (IDAI, 2008)
Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik: (IDAI, 2008)

Dagu menyentuh payudara

Mulutnya terbuka lebar

Bibir bawah terputar keluar

Lebih banyak areola bagian atas yang lebih terlihat dibanding bagian
bawah

Tidak menimbulkan rasa sakit pada putting susu
Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri
pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat
dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusui sering
dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik
dan lambat laun ASI akan mengering. (IDAI, 2008)
Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik: (IDAI, 2008)
•
Dagu tidak menempel pada payudara
•
Mulut bayi tidak terbuka lebar
•
Bibir mencucu/ monyong
•
Bibir bawah terlipat ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI
oleh lidah
•
Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat dibanding bagian
13
bawahnya
•
Terasa sakit pada puting
Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui (IDAI, 2008)
•
Bayi datang dari arah bawah payudara
•
Hidung bayi berhadapan dengan puting susu
•
Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik
pertemuan)
•
Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi
•
Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak ada
tulangnya, diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah yang lembut
•
Puting susu hanya 1/3 atau 1/4 dari bagian "dot panjang" yang terbentuk
dari jaringan payudara
Cara bayi mengeluarkan ASI (IDAI, 2008)
1. Bayi tidak mengeluarkan ASI dari payudara seperti mengisap minuman
melalui sedotan
2. Bayi mengisap untuk membentuk 'dot' dari jaringan payudara
3. Bayi mengeluarkan ASI dengan gerakan peristaltaltik lidah menekan
gudang ASI ke langit-langit sehingga ASI terperah keluar gudang masuk
ke dalam mulut
4. Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan
“dot buatan” ke atas langit-langit
5. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga bayi
mudah memeras ASI
Berapa lama sebaiknya bayi menyusui?
Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi
menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur
sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari
30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada
hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram),
14
proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar.
Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila
bayi masih menginginkan dapat diberikan pada payudara yang satu lagi
sehingga kedua payudara mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan
ASI. (IDAI, 2008)
Berapa sering bayi menyusu dalam sehari?
Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya
lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada
usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui
sesering dan selama bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui
pada malam hari membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin
dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang menyusu akan melepaskan
payudara ibu dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya. (IDAI, 2008)
Bagaimana menilai kecukupan ASI? (IDAI, 2008)
1. ASI akan cukup bila posisi dan perlekatan benar
2. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urin yang tidak
pekat dan bau tidak menyengat
3. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi
berat lahir pada usia 2 minggu
4. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari
payudara ibu
2.1.5
Ibu Bekerja
IBU BEKERJA
Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI
eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik
Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal.
Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja: (IDAI, 2008)
15
1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter,
pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah
dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja.
ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari
esnya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3
bulan.
3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan
cangkir.
4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi
“bingung puting”.
5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera
setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan didalam lemari
es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan di lemari
es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan
diberikan esok harinya selama ibu tidak dirumah. ASI yang diperah
terdahulu diberikan lebih dahulu.
7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan
kepada bayi dengan meredamnya dalam air hangat. ASI yang sudah
dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang
dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi
sampai ibu kembali bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah
disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus
ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan
dalam 24 jam.
16
Gambar 2.1.5.1 Pemberian ASI dengan cangkir (sumber: Laeflet Penatalaksanaan
ASI Eksklusif pada IBU Bekerja. PODI ASI PKSC)
A. Pemberian ASI pada ibu yang bekerja
Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar. maka sebelum
menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi
tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja
yang akan meninggalkan ASI bagi bayinya di rumah. ASI yang merembes karena
payudara penuh. pada bayi yang mempunyai masalah mengisap (misal BBLR),
menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu sakit dan tidak
dapat langsung menyusui bayinya. (Perinasia, 2007)
Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara: (Perinasia, 2007)
1. Pengeluaran dengan tangan
Cara ini lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan sarana dan lebih
mudah.
1. Ibu diminta mencuci tangan sampai bersih.
2. Ibu atau keluarganya menyiapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci
dengan
air mendidih.
3. Ibu melakukan massase atau pemijatan payudara dengan kedua telapak
tangan dari pangkal ke arah areola. Minta ibu mengulangi pemijatan ini
pada sekeliling payudara secara merata.
17
4. Pesankan kepada ibu untuk menekan daerah areola ke arah dada dengan
ibu jari di sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang
lain.
5. Peras areola dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/menekan
puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.
6. Minta ibu mengulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas. Pada mulanya
ASI tak keluar, jangan berhenti, setelah beberapa kali maka ASI akan
keluar.
7. Pesankan kepada ibu agar mengulangi gerakan ini pada sekeliling areola
dari semua sisi sehingga yakin bahwa ASI telah diperas dari semua
segmen payudara.
Gambar 2.1.5.2 Pengeluaran ASI dengan tangan
2. Pengeluaran ASI dengan pompa
Bila payudara bengkak/terbendung (engorgement) dan puting susu terasa
nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa payudara.
Pompa baik digunakan bila ASI benar-benar penuh, tetapi pada payudara
yang lunak akan lebih sukar. Ada dua macam pompa yang dapat digunakan
yaitu tangan dan listrik, yang biasa digunakan adalah pompa payudara tangan.
18
Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara tangan: (Perinasia, 2007)
1. Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.
2. Letakkan ujung lebar tabung pada payudara dengan puting susu tepat di
tengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
3. Lepas bola karet, sehingga puting dan areola tertarik ke dalam.
4. Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul
pada lekukan penampung pada sisi tabung.
5. Cucilah alat dengan bersih, menggunakan air mendidih, setelah selesai
dipakai atau akan dipakai. Bola karet sukar dibersihkan, oleh karenanya
bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan tangan.
Gambar 2.1.5.3 Pengeluaran ASI dengan pompa tangan
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tampung ke cangkir atau tempat/teko yang
bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau
lebih walaupun setelah bayinya menyusu. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200
ml) sudah bisa untuk pemberian 2 kali @ 100 ml.
Penyimpanan ASI (Perinasia, 2007)

6-8 jam di temperatur ruangan (19 o -25oC), bila masih kolostrum (susu
awal, 1-7 hari) bisa sampai 12 jam

1-2 hari di lemari es (4oC)
19

2 minggu – 4 bulan di Freezer dalam lemari es (-4o C)

bertahun dalam “deep freezer” (-18oC)
ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 oC. ASI kemudian tidak boleh
dimasak/panaskan, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air
hangat.
2.2
Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 1997)., pengetahuan merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan individu berbuat atau bertindak. Dengan demikian
perbuatan atau tingkah laku seseorang dapat terjadi menurut apa yang
diketahui dan diyakini sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Setiap orang
memiliki pengetahuan yang berbeda, pengatahuan yang dimiliki seseorang
merupakan peranan penting dalam pekerjaannya. Hal ini berarti pengetahuan
akan melahirkan sikap yang akan mengarahkan seseorang untuk berbuat
sesuatu.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung ketika Green (1980) berpendapat
bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan
perilaku. Pengetahuan memang sesuatu yang perlu tetapi bukan merupakan
faktor yang cukup kuat sehingga seseorang bertindak sesuai dengan
pengetahuannya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara langsung atau
kuesioner terhadap subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan adalah usaha secara sadar dan sistematis yang berlangsung seumur
hidup didalam mentransfer pengetahuan seseorang kepada orang lain. Usaha
ini bisa dilakukan secara formal atau non formal. Seseorang yang latar
pendidikannya tinggi (formal) akan mempunyai tingkat penalaran yang tinggi
dan mempunyai persepsi bermacam-macam tentang sesuatu hal dibandingkan
dengan orang yang berpendidikan rendah, serta memiliki keinginan yang besar
20
untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimillikinya
(Siagian, 1997).
2.3
Sikap
Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan
persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap (attitude) adalah kesiapan-kesiapan mental
yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh
tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, objek dan situasi yang
berhubungan dengannya (Gibson, 1985).
2.4
Perilaku
Perilaku sama dengan kelakuan dan juga tingkah laku seseorang dalam
melakukan suatu tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1993).
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua
yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan,
persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan
dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik, maupun
non fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan dan sebagainya
(Notoatmodjo, 1997).
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku manusia
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu
Predisposing Factors diantaranya
pengetahuan, sikap, persepsi, nilai, keyakinan dan variabel demografi (umur, jenis
kelamin, pendidikan, lama kerja). Enabling factors terdiri dari fasilitas penunjang,
peraturan dan kemampuan sumber daya. Dan Reinforcing factors merupakan faktor
yang mendorong untuk berperilaku seperti yang diharapkan, terwujud dalam perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, keluarga, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
21
2.5
Kerangka Konsep
Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
(independen). Variabel bebas terdiri dari pekerjaan, pendidikan, umur ,dan sumber
informasi serta pengetahuan dan sikap. Sedangkan perilaku ditetapkan sebagai
variabel terikat. Hubungan antara beberapa variabel tersebut digambarkan dalam
bagan di bawah ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik ibu:
 Usia
 Pendidikan
 Jenis Pekerjaan
Pengetahuan
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Sikap
Lingkungan:
Gambar 2.5 Kerangka konsep
Sumber Informasi
22
2.6
Definisi Operasional
Tabel 2.6
Definisi operasional
No
Variabel
Definisi
Alat Ukur
.
1.
Cara
Hasil ukur
Ukur
Pengetahuan
Fakta atau ide yang
Kuesioner
Menyebar
1. Baik
didapat melalui
kan
2. Kurang Baik
proses observasi,
kuesioner
belajar, atau
kepada ibu
penelitian.
yang
Yang ingin diteliti
bekerja
adalah pengetahuan
responden
mengenai
pemberian ASI dan
ASI Eksklusif
2.
Sikap
Kecenderungan
Kuesioner
Menyebar
1. Baik
yang dipelajari
kan
2. Kurang Baik
untuk bertingkah
kuesioner
laku secara
kepada Ibu
konsisten terhadap
yang
seseorang,
bekerja
sekelompok orang,
suatu objek.
Yang ingin diteliti
adalah
responden
sikap
dalam
pemberian ASI.
3.
Perilaku
Hal-hal yang telah
Menyebar
1. Ya
dilakukan
kan
2. Tidak
responden
kuesioner
berkenaan dengan
kepada ibu
23
Kuesioner
pengetahuan yang
yang
telah didapat.
bekerja
Yang ingin diteliti
adalah perilaku
responden dalam
pemberian ASI
Eksklusif.
4.
Pekerjaan
Kegiatan rutin yang
Kuesioner
Menyebar
1.
Karyawan
dilakukan dalam
kan
2.
Guru
upaya
kuesioner
3.
Bidan/ petugas
mendapatkan
kepada ibu
penghasilan untuk
yang
pemenuhan
bekerja
kesehatan
4.
Wiraswasta
Menyebar
5.
Tidak Tamat SD
tertinggi yang
kan
6.
Tamat SD
pernah ditamatkan
kuesioner
7.
Tamat SMP
oleh responden
kepada ibu 8.
Tamat SMU
yang
Tamat
kebutuhan hidup
keluarga.
5.
Pendidikan
Pendidikan formal
Kuesioner
bekerja
6.
Umur
Lamanya hidup
Kuesioner
9.
Perguruan Tinggi
Menyebar
1. < 30 tahun
responden yang
kan
2. > 30 tahun
dihitung dalam
kuesioner
tahun sejak lahir
kepada ibu
sampai saat
yang
penelitian
bekerja
berlangsung
7.
Sumber
Adalah
segala
Informasi
media
yang
menjadi
sumber
pengetahuan
24
Kuesioner
Menyebar
1.
Petugas
kan
kesehatan Puskesmas,
kuesioner
yaitu dokter, bidan/
kepada ibu
perawat, kader
mengenai ASI dan
yang
ASI Eksklusif
bekerja
posyandu
2.
Dokter praktek
swasta
3.
Bidan praktek
swasta
4.
Media cetak,
yaitu majalah, surat
kabar, buku, brosur,
dan lain-lain
5.
Media
elektronik, yaitu
televisi, radio, dan
internet
6.
Anggota
Keluarga
7.
25
Tetangga
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yaitu penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data pokok. Sebelumnya telah dilakukan validasi kuesioner
terhadap 10 responden untuk mengetahui apakah pertanyaan dapat dimengerti
atau tidak oleh responden.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu
peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan
variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat, tidak semua
objek penelitian harus diperiksa pada hari/saat yang sama tetapi baik variabel
efek dinilai hanya satu kali saja.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Cempaka, Kelurahan
Larangan Selatan, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang pada bulan
Agustus tahun 2010.
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah para ibu yang bekerja yang terdaftar di
Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Kecamatan Larangan,
Tangerang sampai dengan bulan September tahun 2010.
Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
accidental sampling berdasarkan kriteria berikut ini:
a. Kriteria Inklusi
 Ibu yang bekerja dan memiliki batita umur 7-24 bulan yang
pernah mendapat ASI.
 Ibu yang memberikan ASI.
26
b. Kriteri Eksklusi
 Ibu yang memiliki batita umur 7-24 bulan yang pernah mendapat
ASI tetapi tidak bekerja
 Ibu yang memiliki batita umur 7-24 bulan yang memiliki cacat
fisik atau mengalami masalah-masalah tertentu.
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi di atas diperoleh jumlah ibu yang
bekerja dan memilki bayi usia 7 sampai dengan 24 bulan sebanyak 33 orang.
Sehingga jumlah total sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang (sampel
penuh). Alasan peneliti menggunakan batasan usia bayi 7 sampai 24 bulan yaitu
karena setelah dilakukan uji kuesioner diperoleh hasil bahwa sebagian besar ibu
yang memilki bayi usia lebih dari 24 bulan telah lupa dengan pemberian ASI saat
bayi mereka berusia 0-6 bulan. Sedangkan ibu yang memiliki bayi usia kurang
dari 6 bulan belum dapat dipastikan akan memberikan ASI Eksklusif kepada bayi
mereka.
27
3.4 Cara Kerja Penelitian
Ibu berusia produktif yang
bekerja dan pernah memberikan
ASI
Informed consent
Tidak
Ya
Wawancara dengan
menggunakan kuesioner
Pengumpulan dan pengolahan data
dengan SPSS for windows
Skoring
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Kurang
Baik
Gambar 3.4 Cara kerja penelitian
28
3.5 Managemen Data
3.5.1 Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan setelah
penjelasan atau informed consent dari subjek penelitian. Data dikumpulkan
melalui wawancara dengan bantuan instrumen penelitian berupa kuesioner.
3.5.2 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data
Seluruh data yang terkumpul diolah melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
1.
Mengkode data (data coding)
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah
dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.
2.
Menyunting data (data editing)
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data
seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi
pengisian setiap jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input
utama untuk penelitian ini.
3.
Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data dalam program software computer (SPSS for
window ).
4.
Membersihkan data (data cleaning)
Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk
memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan
demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
5.
Penyajian Data
Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data, selanjutnya data disajikan
dalam bentuk tekstular dan tabular.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Pengetahuan
Pengetahuan ibu bekerja diperoleh dari 11 pertanyaan mengenai Pemberian ASI
Eksklusif. Kemudian dilakukan skoring terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Skor 1 diberikan untuk jawaban yang benar dan skor 0 diberikan untuk jawaban
yang salah. Sehingga jika seluruh jawaban benar maka total skornya adalah 11.
Setelah dilakukan scoring kemudian dilakukan pengkategorian terhadap skor
pengetahuan, yaitu kategori baik jika total skor yang didapat >19 dan kategori
kurang baik jika total skornya < 19. Hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat
dari tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif
di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010
Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
Kurang Baik
14
42,4 %
Baik
19
57,6 %
Total
33
100 %
Dari tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa sebanyak 19 orang (57,6%) ibu yang
bekerja yang memiliki pengetahuan baik mengenai ASI Eksklusif dan 14 orang
(42,4%) memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai ASI Eksklusif.
4.2 Sikap
Sikap ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Eksklusif diperoleh melalui 5
pertanyaan dan pada masing-masing pertanyaan diberikan 4 pilihan jawaban yaitu
Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Setiap pertanyaan
diberi skor, sehingga total skor maksimalnya adalah 20 dan skor minimalnya
30
adalah 1. Dari skor yang diperoleh, kemudian dilakukan pengkategorian yaitu
kategori baik bila total skor yang diperoleh > 3 dan kategori kurang baik bila
skornya < 3. Pengkategorian ini didasarkan pada nilai rata-rata dan nilai tengah
dari hasil scoring sikap seluruh responden. Adapun hasilnya dapat dilihat dari
table berikut ini.
Tabel 4.2
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Sikap Pemberian ASI Eksklusif di
Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010
Sikap
Jumlah
Persentase (%)
Kurang Baik
14
42,4 %
Baik
19
57,6 %
Total
33
100 %
Dari tabel 4.2 dapat diperoleh gambaran bahwa sebanyak 19 (57,6%) ibu memiliki
sikap yang kurang baik terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan sebanyak
14 (42,4%) ibu memiliki sikap yang kurang baik terhadap Pemberian ASI
Eksklusif.
4.3 Perilaku
Perilaku pemberian ASI Eksklusif pada bayi diperoleh melalui
pertanyaan mengenai pemberian ASI, waktu pemberian ASI, dan pemberian
makanan/ minuman lain selain ASI. Distribusi responden terhadap perilaku
pemberian ASI Eksklusif digambarkan dalam tabel 4.3 berikut ini
31
Tabel.4.3
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di
Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010
Perilaku Pemberian ASI
Jumlah
Persentase (%)
Ya
9
27,3 %
Tidak
24
72,7 %
Total
33
100 %
Eksklusif
Pada tabel 4.3 diperoleh hasil, dari 33 ibu yang bekerja hanya sebanyak 9 (27,3%)
yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Dan sebanyak 24 (72,7%) yang
tidak memberikan ASI Eksklusif.
4.4 Karakteristik Ibu
Gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) para ibu yang bekerja di
Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010 dapat dilihat pada
table berikut ini.
Tabel 4.4
Distribusi Ibu yang Bekerja berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan, dan Umur
Karakteristik
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Pekerjaan
Karyawan
21
63,6 %
Guru
3
9,1 %
Wiraswasta
9
27,3 %
Tamat SD
1
3%
Tamat SMU
22
66,7 %
Tamat Perguruan
10
30,3 %
< 30 tahun
15
45,5 %
≥ 30 tahun
18
54,5 %
Pendidikan
Tinggi
Umur
32
Dari tabel 4.4 diperoleh gambaran bahwa sebanyak 21 (63,6%) ibu bekerja
sebagai karyawan, 9 (27,3%) ibu bekerja sebagai wiraswasta, dan 3(9,1%) ibu
bekerja sebagai guru. Sebanyak 22 (66,7%) ibu berpendidikan tamat SMU, 10
(30,3%) ibu berpendidikan tamat perguruan tinggi, dan 1 (3%) ibu tamat Sekolah
Dasar. Sebanyak 18 (54,5%) ibu berusia > 30 tahun dan 15(45,5%) ibu berusia <
30 tahun.
4.5 Sumber Informasi
Gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI Esklusif pada bayi di
Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010 dapat dilihat dari
tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Sumber Informasi Pemberian ASI
Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010
Sumber Informasi
Jumlah
Petugas kesehatan Puskesmas, yaitu dokter, bidan/ perawat, kader
21
posyandu
Dokter praktek swasta
20
Bidan praktek swasta
21
Media cetak, yaitu majalah, surat kabar, buku, brosur, dan lain-
11
lain
Media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet
10
Anggota Keluarga
22
Tetangga
2
Dari tabel 4.5 dapat diperoleh gambaran bahwa sebanyak 22 orang ibu mengakui
mendapat informasi pemberian ASI Eksklusif dari anggota keluarga, sebanyak 21
ibu dari petugas kesehatan Puskesmas, 21 ibu dari Bidan praktek desa, 20 orang
ibu dari dokter praktek swasta, dan sisanya dari media cetak dan media elektronik.
33
4.6 Pengetahuan terhadap Perilaku
Gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja terhadap perilaku pemberian ASI
Esklusif dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Distribusi Pengetahuan terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di
Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010
Pengetahuan
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Jumlah
Ya
%
Tidak
%
Jml
%
Baik
7
36,8%
12
63,2%
19
100%
Kurang
2
14,3%
12
85,7%
14
100%
9
27,27%
24
72,73%
33
100%
Baik
Jml
Dari tabel 4.6 diperoleh hasil dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang memiliki
pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 36,8% (7 orang)
sedangkan yang pengetahuannya kurang baik dan tidak memberikan ASI
Eksklusif sebesar 14,3% (2 orang). Ibu bekerja yang memiliki pengetahuan baik
dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 63,2% (12 orang) sedangkan
pengetahuannya kurang baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 85,7%
(12 orang).
4.7 Sikap terhadap Perilaku
Gambaran sikap para ibu yang bekerja terhadap perilaku pemberian ASI Esklusif
pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010 dapat
dilihat dari tabel berikut ini.
34
Tabel 4.7
Distribusi Sikap Ibu Bekerja Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di
Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010
Sikap
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Jumlah
Ya
%
Tidak
%
Jml
%
Baik
9
47,7%
10
52,6%
19
100%
Kurang
0
0%
14
100%
14
100%
9
27,27%
24
72,73%
33
100%
Baik
Jml
Dari tabel 4.7 di atas diperoleh hasil bahwa dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu
yang memiliki sikap baik dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 47,4% (9 orang)
sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 52,6% (10 orang).
Semua ibu yang memiliki sikap kurang baik tidak memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya (100%).
4.8 Karakteristik Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku
Gambaran karakteristik (pekerjaan, pendidikan, dan umur) para ibu yang bekerja
terhadap perilaku pemberian ASI Esklusif dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.8
Distribusi Karakteristik Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010
Karakteristik
Kategori
Jumlah
Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif
Pekerjaan
Pendidikan
Ya
Tidak
Karyawan
21
3
18
Guru
3
2
1
Wiraswasta
9
4
5
Tamat SD
1
0
1
Tamat SMU
22
6
16
35
Tamat
10
3
7
< 30 tahun
15
2
13
≥ 30 tahun
18
7
11
Perguruan
Tinggi
Umur
Dari tabel 4.8 diperoleh gambaran bahwa dari 21 ibu yang berprofesi sebagai
karyawan hanya 3 orang ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 3 orang ibu
yang berprofesi sebagai guru ada 2 orang yang memberikan ASI Eksklusif, dan
dari 9 orang yang berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 4 orang yang
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Berdasarkan Pendidikan diperoleh
hasil ibu yang tamat SD tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, dari 22
orang yang tamat SMU hanya 6 orang yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari
10 orang ibu yang tamat perguruan tinggi hanya 3 orang yang memberikan ASI
Eksklusif. Sedangkan berdasarkan umur, dari 15 orang ibu berusia < 30 tahun
hanya 2 orang yang memberikan ASI Eksklusif dan dari 18 orang ibu yang
berusia > 30 tahun hanya 7 orang yang memberikan ASI Eksklusif.
4.9 Sumber Informasi Terhadap Perilaku
Sumber informasi pada penelitian ini di dikegorikan menjadi 2 kategori yaitu
sumber informasi yang baik dan sumber informasi yang kurang baik. Sumber
informasi yang digunakan dalam pengkategorian ini hanya sumber informasi yang
diperoleh berasal dari petugas kesehatan yaitu dokter, petugas puskesmas, dan
bidan, serta sumber informasi dari keluarga. Hal ini dikarenakan sumber informasi
dari petugas kesehatan akan lebih dipercaya kebenarannya. Sedangkan bila
sumber informasi diperoleh dari keluarga adalah karena anggota keluarga yang
menjadi sumber informasi biasanya adalah anggota keluarga yang lebih
berpengalaman dan memilki kedekatan tersendiri dengan ibu bayi. Dari keempat
sumber informasi ini dilakukan scoring, bila jumlah sumber informasinya < 3
maka dikategorikan kurang baik dan bila jumlah sumber informasinya > 3 maka
termasuk kategori baik. Sehingga dari pengkategorian tersebut diperoleh hasil
sesuai dengan tabel 4.9 berikut ini.
36
Tabel 4.9
Distribusi Sumber Informasi Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian
ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun
2010
Jumlah
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Jumlah
Informasi
Ya
%
Tidak
%
Jml
%
Baik
9
29,03%
22
70,97%
31
100%
Kurang
0
0%
2
100%
2
100%
9
27,27%
24
72,73%
33
100%
Baik
Jml
Dari tabel 4.9 dapat diperoleh hasil bahwa dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu
yang memiliki jumlah informasi yang baik sebanyak 29,03% memberikan ASI
Eksklusif dan sebanyak 70,97% ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya. Sedangkan seluruh ibu yang memiliki jumlah informasi yang kurang
baik seluruhnya tidak memberikan ASI Eksklusif.
37
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Perilaku Pemberian ASI
Pada penelitian ini, diperoleh hasil sebanyak 24 (72,7%) ibu bekerja
memiliki perilaku kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu
yang memiliki perilaku baik hanya 9 (27,3%) orang. Dari hasil tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden memberikan ASI eksklusif
pada bayi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan analisa data, ternyata alasan ibu
tidak memberikan ASI eksklusif pada 23 (95,8%) responden menjawab alasan
mereka tidak memberikan ASI Eksklusif adalah karena mereka bekerja. Selain itu
mereka juga beralasan bahwa produksi ASI mereka berkurang dan bayi mereka
terlanjur mendapat susu formula, makanan, atau minuman lain pada awal
kelahiran. Hasil ini sesuai dengan IDAI tahun 2008, bahwa kendala yang sering
menjadi alasan ibu yang melakukan konsultasi ke klinik laktasi dua diantaranya
yaitu produksi ASI kurang dan bayi terlanjur mendapakan makanan prelakteal (air
gula, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran).
Berdasarkan Amiruddin (2007), pekerjaan berkaitan dengan pemberian
ASI. Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui
bayinya akibat kesibukan bekerja. Menurut asumsi peneliti produksi ASI yang
berkurang pada ibu yang bekerja dapat diakibatkan karena kondisi mereka yang
bekerja sehingga mereka tidak memiliki waktu secara intensif untuk memberikan
bayi mereka ASI secara ekskusif sehingga mereka menggantikan ASI dengan susu
formula atau makanan/ minuman lain. Asumsi peneliti ini diperkuat oleh IDAI
tahun 2008, bahwa
pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum
waktunya sering berakibat berkurangnya produksi ASI.
Seharusnya ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan
pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung
ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus
ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja: (IDAI, 2008)
38
1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter,
pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah
dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja.
ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari
esnya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3
bulan.
3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan
cangkir.
4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi
“bingung puting”.
5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera
setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan didalam lemari
es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan di lemari
es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan
diberikan esok harinya selama ibu tidak dirumah. ASI yang diperah
terdahulu diberikan lebih dahulu.
7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan
kepada bayi dengan meredamnya dalam air hangat. ASI yang sudah
dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang
dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi
sampai ibu kembali bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah
disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus
ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan
dalam 24 jam.
39
5.2 Sikap
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 14 (42,2%) ibu bekerja memiliki
sikap kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang
memiliki sikap baik terhadap pemberian ASI Eksklusif sebanyak 19 (57,8%)
orang. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa responden memiliki
sikap yang baik terhadap pemberian ASI eksklusif lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang memiliki sikap kurang baik.
Dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang memiliki sikap baik dan
memberikan ASI Eksklusif sebesar 47,4% (9 orang) sedangkan yang tidak
memberikan ASI Eksklusif sebesar 52,6% (10 orang). Semua ibu yang memiliki
sikap kurang baik tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (100%). Dari
hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa semua responden yang
memberikan ASI Eksklusif memiliki sikap yang baik terhadap pemberian ASI
Eksklusif dan sebaliknya semua responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif
memiliki sikap yang kurang baik terhadap pemberian ASI Eksklusif. Sikap
merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi,
kepribadian dan motivasi (Gibson, 1985).
5.3 Pengetahuan
Pada penelitian ini, hasil uji univariat menunjukkan sebanyak 14 (42,2%)
ibu bekerja memiliki pengetahuan kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif.
Sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan baik 19 (57,8%) orang. Dari hasil
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa responden memiliki pengetahuan yang
baik terhadap pemberian ASI eksklusif lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang memiliki pengetahuan kurang baik. Berdasarkan analisis data
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 63,2% ibu bekerja yang memiliki
tingkat pengetahuan baik dengan perilaku kurang baik terhadap pemberian ASI
eksklusif. Sedangkan ibu bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan
perilaku baik hanya 36,8% responden. Hasil uji juga menunjukkan sebanyak
85,7% ibu bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik dengan
perilaku kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan baik dengan perilaku baik hanya 14,3% responden.
40
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara
tingkat pengetahuan dengan perilaku responden.
Berdasarkan asumsi peneliti hal ini dapat terjadi karena banyak ibu dalam
penelitian ini masih belum mengerti perbedaan antara ASI dengan ASI eksklusif.
Karena berdasarkan wawancara yang dilakukan banyak ibu yang mengaku bahwa
mereka memberikan ASI Eksklusif namun mereka mengaku bahwa mereka juga
memberikan makanan/minuman lain selain ASI.
Berdasarkan definisi Air Susu Ibu yang selanjutnya disebut ASI adalah
cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan
hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak (Peraturan Bersama Menteri Pemberdayaan
Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan menteri Kesehatan,
2008). Sedangkan ASI Eksklusif adalah ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja
sejak bayi dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan
mendapat tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air
putih. Pada pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan
seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan sebagainya. Pemberian
ASI secara benar akan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan,
tanpa makanan pendamping. Di atas usia enam bulan, bayi memerlukan makanan
tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun
(Perinasia, 2007).
Dari hasil menunjukkan bahwa dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang
memiliki pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 36,8% (7
orang) sedangkan yang pengetahuannya kurang baik dan tidak memberikan ASI
Eksklusif sebesar 14,3% (2 orang). Ibu bekerja yang memiliki pengetahuan baik
dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 63,2% (12 orang) sedangkan
pengetahuannya kurang baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 85,7%
(12 orang). Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan yang baik
mengenai ASI Eksklusif dapat mempengaruhi ibu yang bekerja untuk tetap
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hal ini terbukti dengan hasil yang
menunjukkan bahwa jumlah ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik dan
tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya lebih banyak dibandingkan
41
dengan ibu yang pengetahuannya baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya.
Hasil penelitia ini sesuai dengan hasil penelitian Amiruddin (2007) yang
menunjukkan bahwa presentase responden yang memberikan ASI eksklusif dan
memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup (11,8%) lebih besar dari
responden yang memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan tentang
ASI eksklusif kurang (7,7%) sedangkan presentase responden yang tidak
memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan kurang (92,3%) lebih besar
dari responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan
cukup (88,2%).
5.4 Karakeristik Ibu
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 33 responden, maka diketahui
bahwa sebesar 54,5% responden berumur ≥ 30 tahun, tingkat pendidikan tinggi
97%, pekerjaan 63,6% responden sebagai karyawan.
Dari 21 ibu yang berprofesi sebagai karyawan hanya 3 orang ibu yang
memberikan ASI Eksklusif, dari 3 orang ibu yang berprofesi sebagai guru ada 2
orang yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari 9 orang yang berprofesi sebagai
wiraswasta sebanyak 4 orang yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
Dari hasil ini dapat dierik kesimpulan bahwa sebagian besar ibu yang bekerja
sebagai karyawan tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hal ini
dikarenakan karyawan memiliki waktu bekerja yang lebih ketat dan lebih panjang
dibandingkan ibu yang berprofesi sebagai guru dan wiraswasta. Menurut asumsi
peneliti seharusnya keadaan bekerja apapun pekerjaannya bukanlah suatu
penghalang dan alasan seorang ibu untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya. Asumsi ini diperkuat oleh hasil penelitian Amiruddin (2007) yang
menunjukkan dari hasil analisa statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan
antara ibu bekerja di luar rumah dengan pemberian ASI eksklusif. Namun asumsi
peneliti tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zamri Amin (2001)
yang menunjukkan bahwa pada kelompok ibu yang tidak bekerja keinginan untuk
memberikan ASI eksklusif lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang bekerja.
42
Berdasarkan Pendidikan diperoleh hasil ibu yang tamat SD tidak
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, dari 22 orang yang tamat SMU hanya
6 orang yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari 10 orang ibu yang tamat
perguruan tinggi hanya 3 orang yang memberikan ASI Eksklusif. Dari hasil
penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ibu bekerja yang memberikan ASI
Eksklusif adalah ibu yang memiliki pendidikan tinggi ( tamat SMU dan Perguruan
Tinggi). Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya memberikan ASI eksklusif
hingga bayi berumur 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi ini akan
cepat jika ibu berpendidikan tinggi (Amiruddin, 2007).
Sedangkan berdasarkan umur, dari 15 orang ibu berusia < 30 tahun hanya 2
orang yang memberikan ASI Eksklusif dan dari 18 orang ibu yang berusia > 30
tahun hanya 7 orang yang memberikan ASI Eksklusif. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa jumlah ibu yang memberikan ASI Ekslusif adalah ibu bekerja
yang berusia > 30 tahun.
5.5 Sumber Informasi
Sumber informasi dapat berperan dalam meningkatkan pengetahuan ibu.
Unsur yang berperan dalam keberhasilan penyampaian informasi adalah latar
belakang penerima informasi, materi informasi yang disampaikan, dan pemberi
informasi. Materi informasi yang sederhana dan metode terarah merupakan faktor
yang penting dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang pengertian, manfaat
dan keunggulan ASI eksklusif, persiapan dan teknik menyusui yang benar, serta
cara pemberian ASI dalam kondisi khusus terutama bagi ibu yang bekerja.
Pada penelitian ini informasi tersebut yang paling banyak berasal dari
anggota keluarga, sebesar 22 responden menjawab demikian. Selain itu
dilanjutkan dengan informasi dari Petugas kesehatan Puskesmas, yaitu dokter,
bidan/ perawat, kader posyandu dan bidan praktek swasta sebesar 21 responden,
dan dokter praktek swasta sebesar 20 responden. Berdasarkan asumsi peneliti
kurangnya waktu yang dimiliki oleh para ibu tersebut karena pekerjaannya,
sehingga hanya sebagian kecil responden yang bisa mencari/mendapat sumber
informasi melalui media cetak dan elektronik.
43
Menurut asumsi peneliti semakin banyak informasi yang diterima,
semakin meningkat pula tingkat perilaku responden. Artinya sumber informasi
yang
berasal
dari
petugas
kesehatan
lebih
efektif
dan
dapat
dipertanggungjawabkan dibandingkan dengan informasi lainnya. Hal ini
disebabkan informasi yang diberikan bersifat sederhana, jelas, dan mudah dicerna.
Namun, pengaruh dari keluarga juga perlu diperhatikan karena intensitas
pertemuan lebih dominan dibandingkan dengan petugas kesehatan.
Asumsi peneliti di atas, sesuai dengan hasil penelitian Amiruddin (2007),
bahwa presentase responden yang memberikan ASI eksklusif dan pernah
menerima informasi dari petugas kesehatan (12,0%) lebih besar dari responden
yang memberikan ASI eksklusif dan tidak pernah menerima informasi dari
petugas kesehatan (8,2%)
sedangkan presentase responden
yang
tidak
memberikan ASI eksklusif dan tidak pernah mendapat informasi dari petugas
kesehatan (91,8%) lebih besar dari responden yang tidak memberikan ASI
eksklusif dan mendapat informasi dari petugas kesehatan (88,0%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu
yang memiliki jumlah informasi yang baik sebanyak 29,03%nya memberikan ASI
Eksklusif dan sebanyak 70,97% tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
Sedangkan seluruh ibu yang memiliki jumlah informasi yang kurang baik
seluruhnya tidak memberikan ASI Eksklusif. Sumber informasi yang baik pada
penelitian ini diperoleh dari petugas kesehatan, dokter, bidan, dan keluarga. Dari
hasil dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah informasi yang baik semua ibu yang
memberikan ASI Eksklusif dalam penelitian ini memiliki sumber informasi yang
baik.
Sumber informasi dari anggota keluarga juga sangat berperan karena
menurut asumsi peneliti, anggota keluarga merupakan orang terdekat dan
terpercaya bagi para ibu. Anggota keluarga yang menjadi sumber informasi
biasanya adalah orang-orang yang lebih berpengalaman dan telah lebih dahulu
mendapat informasi mengenai ASI dan ASI Eksklusif. Asumsi ini sesuai dengan
Amiruddin (2007), bahwa kurangnya dukungan dari keluarga juga merupakan
faktor terhambatnya pemberian ASI eksklusif sehingga walaupun ibu pernah
menerima atau tidak pernah menerima informasi ASI eksklusif dari petugas
44
kesehatan tidak akan mempengaruhi tindakan ibu untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayi mereka.Keluarga yang merupakan orang terdekat ibu bayi
terutama ayah dan orangtua perlu juga diberikan informasi tentang pentingnya
ASI eksklusif oleh petugas kesehatan sehingga dengan pengetahuan tersebut dapat
menghilangkan anggapan- anggapan yang salah tentang ASI eksklusif dan dengan
adanya informasi tersebut akan membuat keluarga untuk menyakinkan ibu agar
tetap memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Dari 33 orang ibu yang bekerja hanya sebanyak 9 (27,3%) yang
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
2.
Sebanyak 19 orang (57,6%) ibu yang bekerja memiliki pengetahuan baik
mengenai ASI Eksklusif dan 14 orang (42,4%) memiliki pengetahuan
yang kurang baik mengenai ASI Eksklusif.
3.
Sebanyak 19 (57,6%) ibu memiliki sikap yang baik terhadap Pemberian
ASI Eksklusif dan 14 (42,4%) ibu memiliki sikap yang kurang baik
terhadap Pemberian ASI Eksklusif.
4.
Sebanyak 21 (63,6%) ibu bekerja sebagai karyawan, 9 (27,3%) ibu
bekerja sebagai wiraswasta, dan 3(9,1%) ibu bekerja sebagai guru.
Sebanyak 22 (66,7%) ibu berpendidikan tamat SMU, 10 (30,3%) ibu
berpendidikan tamat perguruan tinggi, dan 1 (3%) ibu tamat Sekolah
Dasar. Sebanyak 18 (54,5%) ibu berusia > 30 tahun dan 15(45,5%) ibu
berusia < 30 tahun.
5.
Sebanyak 22 orang ibu mengakui mendapat informasi pemberian ASI
Eksklusif dari anggota keluarga, sebanyak 21 ibu dari petugas kesehatan
Puskesmas, 21 ibu dari Bidan praktek desa, 20 orang ibu dari dokter
praktek swasta.
6.
Ibu yang memiliki pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif
sebesar 36,8% (7 orang) lebih banyak dibandingkan ibu yang
pengetahunnya kurang baik yaitu 14,3% (2 orang).
7.
Semua ibu yang memiliki sikap kurang baik tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya (100%) dan semua ibu yang memberikan ASI
Eksklusif memiliki sikap yang baik terhadap Pemberian ASI Eksklusif.
8.
Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif paling banyak berprofesi
sebagai karyawan. ibu yang tamat SD tidak memberikan ASI Eksklusif
46
kepada bayinya, dari 22 orang yang tamat SMU hanya 6 orang yang
memberikan ASI Eksklusif, dan dari 10 orang ibu yang tamat perguruan
tinggi hanya 3 orang yang memberikan ASI Eksklusif. dari 15 orang ibu
berusia < 30 tahun hanya 2 orang yang memberikan ASI Eksklusif dan
dari 18 orang ibu yang berusia > 30 tahun hanya 7 orang yang
memberikan ASI Eksklusif.
9.
Ibu yang memiliki jumlah informasi yang baik 47,4% memberikan ASI
Eksklusif dan seluruh ibu yang memiliki jumlah informasi yang kurang
baik seluruhnya tidak memberikan ASI Eksklusif.
5.1
Saran
5.1.1
Saran Bagi Institusi
Berdasarkan penelitian, banyak Ibu yang bekerja tidak memberikan ASI
secara Eksklusif. Oleh karena itu, diharapkan Posyandu dapat meningkatkan
kegiatan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif terutama bagi ibu
berkondisi khusus seperti ibu yang bekerja bahwa bekerja bukan merupakan
alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Terdapat langkah-langkah yang dapat
ibu lakukan untuk tetap memberikan ASI eksklusif dan ibu tetap tidak
meninggalkan pekerjaannya.
Perlu dukungan pihak terkait khususnya instansi yang memperkerjakan
wanita agar ibu- ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI Eksklusif misalnya
dengan perpanjangan cuti hamil dan cuti setelah melahirkan serta penyediaan
tempat khusus bagi ibu-ibu yang ingin menyusui bayinya
5.1.2
Saran Bagi Ibu yang Bekerja
Ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI eksklusif sampai berusia 6 bulan dan
selanjutnya dapat memberikan makanan pendamping ASI untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Para ibu perlu meningkatkan pengetahuan mengenai tata cara
pemberian ASI eksklusif dalam kondisi khusus (ibu yang bekerja). Hal ini dapat
tercapai bila adanya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak terutama
keluarga dan petugas medis.
47
5.1.3
Saran Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan, sikap dan perilaku
pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja, sehingga pada penelitian
selanjutnya diharapkan dapat mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja.
48
DAFTAR PUSTAKA
Green, Lawrence W. Health Promotion Planning An Education and
Environmental Approach. Mayfield Publishing Company, 1991
IDAI, Bedah Asi, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008.
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 1997
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. 2003
Perinasia, manajemen Laktasi, Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia,
2007.
Sarwono, S. Psikologi Sosial, Jakarta: Balai Pustaka. 1993
Siagian, Sondang. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung, 1987
49
Lampiran I
KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU YANG
BEKERJA
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI POSYANDU CEMPAKA, LARANGAN SELATAN TAHUN 2010
No.
Kuesioner
:
PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN
Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada
penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai subjek penelitian.
Nama subjek :..............................................
Usia
:..............................................tahun
Tanda tangan :..............................................Tanggal
:.............................(hari/bulan/tahun)
Jam
:.......................(jam:menit)
Nama peneliti: Fitri Fiddini
Tanda tangan :..............................................Tanggal
:.............................(hari/bulan/tahun)
Jam
:.......................(jam:menit)
50
I. IDENTITAS ANAK
1.
Nama
2.
Umur
……….. bulan
3.
Jenis kelamin
1. Laki-laki

2. Perempuan

II. IDENTITAS RESPONDEN
1.
Nama
2.
Umur
……….. tahun
3.
Pendidikan
1. Tidak pernah sekolah
4. Tamat SMP
2. Tidak tamat SD
5. Tamat SMU
3. Tamat SD
6. Tamat Perguruan Tinggi
1. Karyawan
3. Bidan/petugas
4.
Pekerjaan

kesehatan
2. Guru/dosen
4. Wiraswasta
5. Lain-lain
III. PENGETAHUAN RESPONDEN
1.
ASI eksklusif adalah …
1. Pemberian ASI sedini mungkin
setelah melahirkan, diberikan tanpa
jadwal, dan tidak diberi makanan lain,
walaupun hanya air putih sampai bayi
berusia 6 bulan.
2. Pemberian ASI setelah melahirkan,
diberikan setelah bayi diberi air putih/
makanan lain sampai bayi berusia 2
tahun.
3. Tidak tahu
51
2.
Waktu bayi seharusnya langsung diberi ASI
…
1. Segera setelah lahir
2. Ketika ASI keluar
3. Tidak tahu
3.
Berapa lama ibu harus memberikan hanya
ASI, tanpa memberikan air putih/minuman
1.Sampai 6 bulan
2. Kurang dari 6 bulan
lain/makanan lain?
3. Lebih dari 6 bulan
4. Sampai bayi memperlihatkan
keinginan untuk makan/minum
5. Tidak tahu
4.
Apa yang seharusnya ibu lakukan dengan
cairan kuning (kolostrum/susu jolong) yang
1. Memberikannya pada bayi
2. Membuangnya
keluar segera setelah melahirkan?
3. Tidak tahu
5.
Kapan seharusnya bayi diberi
1.Sampai 6 bulan
makanan/minuman tambahan selain ASI?
2. Kurang dari 6 bulan
3. Lebih dari 6 bulan
4. Sampai bayi memperlihatkan
keinginan untuk makan/minum
5. Tidak tahu
6.
Teknik menyusui yang benar …
1. Perut dan badan bayi menempel
pada perut ibu
(Jawaban boleh lebih dari satu)
2. Mulut bayi terbuka lebar
3. Dagu bayi menempel pada
payudara ibu
52
4. Sebagian besar areola terutama
yang bagian bawah masuk ke
dalam mulut bayi
5. Tidak tahu
7.
ASI yang diperas selanjutnya akan diberikan
dengan cara
1. Dengan botol
2. Dengan sendok/cangkir
3. Tidak Tahu
8.
Bagaimana penyajian ASI yang disimpan
dilemari pendingin?
1. Dipanaskan langsung
2. Dihangatkan dengan merendam
dicangkir dalam air hangat
3. Tidak tahu
9.
Manfaat ASI bagi ibu
1. KB alami
(Jawaban boleh lebih dari satu)
2. Menurunkan kemungkinan kanker
payudara
3. Tidak perlu keluar biaya
(menurunkan pengeluaran rumah
tangga)
4. Tidak tahu
10
Manfaat ASI bagi bayi
1. Sumber nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan bayi
(Jawaban boleh lebih dari satu)
2. Mengandung zat protektif yang
melindungi bayi dari penyakit
3. Tidak menimbulkan alergi
53
4.IQ, EQ, dan SQ yang lebih baik
5. Pertumbuhan yang baik
6. Tidak tahu
11. Agar ASI banyak keluar ibu sebaiknya:
1. Meningkatkan pemberian ASI
(hisapan bayi)
2. Tidak stress
3. Makan makanan tertentu (misal
daun katuk)
4. Memijat payudara
5. Makan dan minum yang banyak
IV. SIKAP RESPONDEN
1.
Bayi harus diberi ASI eksklusif
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat Tidak Setuju
2.
Para ibu perlu untuk mengetahui tata cara yang 1. Sangat Setuju
benar dalam menyusui.
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat Tidak Setuju
3.
Pemberian makanan/minuman tambahan selain
ASI setelah bayi berusia 6 bulan, dianjurkan
1. Sangat Setuju
2. Setuju
oleh tenaga kesehatan
3. Tidak setuju
4. Sangat Tidak Setuju
4.
Ibu lebih memilih ASI dibandingkan dengan
54
1. Sangat Setuju
Susu Formula.
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat Tidak Setuju
V. PERILAKU RESPONDEN
1.
Apakah ibu memberikan ASI kepada [NAMA
ANAK]?
2.
1. Ya
2. Tidak
Berapa lama ibu memberikan ASI kepada
[NAMA ANAK]?
1. Sampai umur 6 bulan
2. Kurang dari 6 bulan
3. Lebih dari 6 bulan
3.
Apakah Ibu memberikan minuman/makanan
lain selain ASI saat bayi berusia 0-6 bulan?
4.
Apa alasan ibu memberikan ASI?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
5.
Apa alasan ibu tidak memberikan ASI
eksklusif?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
1.
1. Ya ( lanjut ke nomer 4 dan 5 )
2. Tidak (lanjut ke nomer 4)
1. Perintah agama/anjuran
pemerintah/petugas kesehatan
2. Mengikuti kebiasaan masyarakat
3. Banyak kebaikan dan manfaat ASI
bagi bayi, ibu, dan keluarga
4. Dapat mempererat kasih sayang
antara ibu dan bayi
1. Produksi ASI kurang
2. Bayi terlanjur mendapat susu
formula/makanan/minuman lain
pada awal kelahiran
3. Puting ibu lecet/luka/bengkak
4. Ibu bekerja
5. Ibu hamil lagi padahal masih
menyusui
VI. SUMBER INFORMASI
Dari mana ibu mendapat informasi tentang
1.Petugas kesehatan Puskesmas,
pemberian ASI?
yaitu dokter, bidan/ perawat,
(Jawaban boleh lebih dari satu)
kader posyandu
2. Dokter praktek swasta
55
3. Bidan praktek swasta
4.Media cetak, yaitu majalah, surat
kabar, buku, brosur, dan lain-lain
5.Media elektronik, yaitu televisi,
radio, dan internet
6. Anggota Keluarga
7. Tetangga
56
Lampiran II
1. Pengetahuan Ibu Bekerja Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Skor Pengetahuan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
11
1
3.0
3.0
3.0
12
1
3.0
3.0
6.1
14
2
6.1
6.1
12.1
15
1
3.0
3.0
15.2
16
3
9.1
9.1
24.2
17
1
3.0
3.0
27.3
18
5
15.2
15.2
42.4
19
3
9.1
9.1
51.5
20
3
9.1
9.1
60.6
21
9
27.3
27.3
87.9
22
2
6.1
6.1
93.9
23
2
6.1
6.1
100.0
33
100.0
100.0
Total
Pengetahuan
Frequenc
y
Percent
Valid Kurang
baik
Valid
Percent
Cumulative
Percent
14
42.4
42.4
42.4
Baik
19
57.6
57.6
100.0
Total
33
100.0
100.0
57
2. Sikap Ibu Bekerja terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Sikap terhadap pemberian ASI Eksklusif
Frequency Percent
Valid Setuju
Valid
Percent
Cumulative
Percent
11
33.3
33.3
33.3
Sangat Setuju
22
66.7
66.7
100.0
Total
33
100.0
100.0
Sikap terhadap tatacara yg benar dalam menyusui
Frequency Percent
Valid Setuju
Valid
Percent
Cumulative
Percent
6
18.2
18.2
18.2
Sangat Setuju
27
81.8
81.8
100.0
Total
33
100.0
100.0
Sikap terhadap Pemberian MP-ASI diberikan setelah bayi berusia 6
bulan
Frequency Percent
Valid 0
Valid
Percent
Cumulative
Percent
2
6.1
6.1
6.1
1
3.0
3.0
9.1
Setuju
13
39.4
39.4
48.5
Sangat Setuju
17
51.5
51.5
100.0
Total
33
100.0
100.0
Tidak Setuju
Sikap lebih memilih ASI dibanding susu formula
Frequency Percent
Valid 0
Valid
Percent
Cumulative
Percent
2
6.1
6.1
6.1
Tidak Setuju
1
3.0
3.0
9.1
Setuju
9
27.3
27.3
36.4
Sangat Setuju
21
63.6
63.6
100.0
Total
33
100.0
100.0
58
Sikap hanya memeberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan
Frequency Percent
Valid Tidak Menjawab
Valid
Percent
Cumulative
Percent
1
3.0
3.0
3.0
Sangat Tidak
Setuju
1
3.0
3.0
6.1
Tidak Setuju
25
75.8
75.8
81.8
Setuju
4
12.1
12.1
93.9
Sangat Setuju
2
6.1
6.1
100.0
33
100.0
100.0
Total
59
3. Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja
Perilaku
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Memberikan ASI
Eksklusif
24
72.7
72.7
72.7
Memberikan ASI
Eksklusif
9
27.3
27.3
100.0
33
100.0
100.0
Total
60
4. Karakteristik Ibu Bekerja
Pekerjaan Ibu
Valid
Percent
Frequency Percent
Valid Karyawan
Cumulative
Percent
21
63.6
63.6
63.6
Guru
3
9.1
9.1
72.7
Wiraswasta
9
27.3
27.3
100.0
33
100.0
100.0
Total
Pendidikan Ibu
Frequency Percent
Valid Tamat SD
Valid
Percent
Cumulative
Percent
1
3.0
3.0
3.0
Tamat SMU
22
66.7
66.7
69.7
Tamat Perguruan
Tinggi
10
30.3
30.3
100.0
Total
33
100.0
100.0
61
Umur Ibu
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 24
4
12.1
12.1
12.1
25
1
3.0
3.0
15.2
26
5
15.2
15.2
30.3
28
4
12.1
12.1
42.4
29
1
3.0
3.0
45.5
30
5
15.2
15.2
60.6
31
2
6.1
6.1
66.7
32
3
9.1
9.1
75.8
34
6
18.2
18.2
93.9
36
2
6.1
6.1
100.0
33
100.0
100.0
Total
62
5. Sumber Informasi Pemberian ASI Eksklusif
Petugas kesehatan Puskesmas, yaitu dokter, bidan/ perawat, kader
posyandu
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0
12
36.4
36.4
36.4
1
21
63.6
63.6
100.0
Total
33
100.0
100.0
Dokter praktek swasta
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0
13
39.4
39.4
39.4
1
20
60.6
60.6
100.0
Total
33
100.0
100.0
Bidan praktek swasta
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0
12
36.4
36.4
36.4
1
21
63.6
63.6
100.0
Total
33
100.0
100.0
Media cetak, yaitu majalah, surat kabar, buku, brosur, dan lain-lain
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0
22
66.7
66.7
66.7
1
11
33.3
33.3
100.0
Total
33
100.0
100.0
Media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0
23
69.7
69.7
69.7
1
10
30.3
30.3
100.0
Total
33
100.0
100.0
Anggota Keluarga
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0
11
33.3
33.3
33.3
1
22
66.7
66.7
100.0
Total
33
100.0
100.0
63
6. Pengetahuan terhadap perilaku
pengetahuan * Perilaku Crosstabulation
Perilaku
Tidak
Memberikan Memberikan
ASI Eksklusif ASI Eksklusif
pengetahuan Kurang baik
Baik
Total
Total
12
2
14
12
7
19
24
9
33
64
7. Sumber Informasi Terhadap Perilaku
Sumber Informasi yang Tepat * Perilaku Crosstabulation
Perilaku
Tidak
Memberikan Memberikan
ASI Eksklusif ASI Eksklusif
Sumber Informasi yang Kurang
Tepat
Baik
Baik
Total
Total
2
0
2
22
9
31
24
9
33
8. Sikap Terhadap Perilaku
Crosstab
Perilaku
Tidak
Memberikan Memberikan
ASI Eksklusif ASI Eksklusif
Sikap Kurang
Baik
Baik
Total
Count
Total
14
0
14
100.0%
.0%
100.0%
% within
Perilaku
58.3%
.0%
42.4%
% of Total
42.4%
.0%
42.4%
10
9
19
% within sikap
52.6%
47.4%
100.0%
% within
Perilaku
41.7%
100.0%
57.6%
% of Total
30.3%
27.3%
57.6%
24
9
33
72.7%
27.3%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
72.7%
27.3%
100.0%
% within sikap
Count
Count
% within sikap
% within
Perilaku
% of Total
65
Download