Immune System and the Role of Micronutrients

advertisement
Immune System and the Role
of Micronutrients
Sumadiono, dr., Sp.A(K)
S
aat ini, masih banyak kondisi penyebab kematian pada anak yang
menjadi tantangan kita seperti infeksi virus maupun bakteri baik
pada masa perinatal, postnatal, dan malnutrisi 54% masih terjadi.
Hubungan nutrisi dan infeksi sangat besar di negara berkembang terutama
di negara kita, Indonesia. Infeksi dapat memperparah kondisi pasien
malnutrisi karena adanya peningktan metabolisme seperti diare, muntah
atau malabsorbsi. Sebaliknya jika anak mengalami malnutrisi atau defisiensi
mikronutrien dapat menyebabkan pertahanan tubuh berkurang sehingga
dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral yang sangat berguna untuk
berbagai fungsi dalam tubuh kita. Secara umum, imunitas pada manusia
dibagi dua yaitu alami dan buatan. Pada pasien malnutrisi dalam sistem imun
akan terjadi penurunan jumlah antibodi, penurunan aktivitas fagositosis,
integritas jaringan serta penurunan sekresi mukosa. Titik tangkap (site of
action) mikronutrien dalam sistem imun ada tiga yaitu: sebagai barier epitel
(vitamin A, C, E dan zinc), imunitas selular (Fe, asam folat, vitamin A, B6, B12,
C, D, E, Selenium) dan untuk produksi antibodi (asam folat, zinc, vitamin A,
B6, B12, D, E, Selenium).
Defisiensi salah satu mikronutrien akan terkait dengan defisiensi mikronutrien
lainnya, seperti pada defisiensi zinc, akan terkait dengan defisiensi Fe dan
tembaga. Dalam salah satu jurnal disebutkan pada keadaan marasmus
akan terjadi atrofi kelenjar timus sehingga dapat menyebabkan risiko infeksi,
penurunan reaktivitas di kulit serta penurunan respon sitokin. Sementara
pada keadaan defisiensi protein (marasmus), ini juga terkait dengan
9
defisiensi zinc, Mg, Se, Cu, Fe dan vitamin A. Yang perlu diperhatikan pada
pasien kwashiorkor adalah saat akan memberikan imunisasi.
Kemudian saat ini juga disebutkan bahwa skin test sekarang tidak bermakna
lagi karena hasil yang positif belum tentu membuktikan pasti alergi obat
tersebut dan jika negatif juga belum tentu artinya tidak alergi terhadap obat
tersebut. Justru skin test diduga dapat menyebabkan anafilaksis karena
sensitisasi terhadap antibiotik tersebut.
Pada kasus HIV, vitamin C dapat mensupresi multiplikasi dan replikasi
virus HIV dan dapat meningkatkan jumlah CD4 juga meningkat. Penelitian
menujukkan pemberian beberapa mikronutrien dibandingkan dengan
plasebo dapat meningkatkan sistem imun baik sistem imun humoral, selular
spesifik maupun aspesifik. Begitu pula dengan sel T menunjukkan adanya
peningkatan baik sel CD4 dan CD8. Dan pada kelompok yang mendapat
mikronutrien, survival rate lebih baik serta beban infeksi pada lien dan liver
lebih rendah.
Ref: 1. Amati L, Cirimele D, & Pugliese V et al., 2003. Nutrition and Immunity: Laboratory and Clinical
Aspects. Current Pharmaceutical Design; 9, 1924-1931.
2. Ekweagwu E, Agwu AE, & Madukwe E. 2008. The role of micronutrients in child health: A
review of the literature. African Journal of Biotechnology; Vol. 7 (21), pp. 3804-3810.
3. Maggini S, Eva S & Wintergerst, et al., 2007. Selected vitamins and trace elements support
immune function by strengthening epithelial barriers and cellular and humoral immune
responses. British Journal of Nutrition; 98, Suppl. 1, S29–S35..
10
Download