BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kinerja Keuangan 1. Pengertian Kinerja Kinerja perusahaan merupakan cerminan dari efisiensi perusahaan dan keefektifan perusahaan dalam pengoperasikan usahanya selama periode akuntansi. Informasi kinerja perusahaan yang berhubungan dengan posisi keuangan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan struktur keuangan, likuidasi dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Memberikan pernyataan mengenai pos-pos Menurut IAI (PSAK No.1 Paragraf ke 5 (Revisi 2009), hal 09) tersebut sebagai berikut: a. Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. b. Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. 6 6 7 c. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Menurut Jumingan (2006:239) menjelaskan pengertian tentang kinerja sebagai berikut: “Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun aspek sumber daya manusianya”. Sedangkan Menurut Rizal (2009:548) berpendapat bahwa: “Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Oleh karena itu, kinerja merupakan perilaku nyata yang di tampilkan oleh setiap orang sebagai prestasi kerja yang di hasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.” Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilaian itu sendiri. Pengukuran kinerja bagi manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian untuk pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan pengukuran kinerja bagi pihak diluar manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas suatu prestasi yang dicapai oleh satuan organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat hasil pelaksanaan kegiatan. 8 Pengakuan kinerja diperlukan oleh manajemen sebagai pemberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan untuk mengevaluasi melakukan pengukuran kinerja dimaksudkan sebagai dasar penentuan kebijakan yang diambilnya. Dalam pengukurannya manajemen suatu perusahaan dimulai dengan pernyataan yang jelas mengenai tujuan yang akan dicapai dalam menganalisis pengukuran manajemen. Sedangkan tujuan dalam menganalisis pengukuran kinerja manajemen adalah dalam rangka untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu keharusan karena dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan financial suatu perusahaan kemudian menganalisisnya hal apa yang dicapai di waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Oleh karena itu untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, seorang analis keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan dan alat-alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan. 2. Tujuan Pengukuran Kinerja Akuntansi sebagai sarana informasi, mempunyai peranan penting dalam pengukuran kinerja, karena dalam akuntansi pendapatan dan beban suatu pusat pertanggungjawaban akan dapat dijadikan dasar yang objektif bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengukuran kinerja. 9 Dengan demikian manajemen puncak memberikan konpensasi yang sepadan dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan. Semua ini diharapkan agar dapat memberikan motivasi dan rancangan masingmasing pusat pertanggungjawaban untuk berlomba meningkatkan karya serta usahanya demi tujuan perusahaan dengan lebih ekonomis, efisiensi dan efektif. Sedangkan bagi pihak-pihak diluar manajemen pengukuran kinerja ini bertujuan untuk: a. Memberikan dasar bagi penilaian mutu prestasi hasil pelaksanaan kegiatan suatu perusahaan. b. Memberikan motivasi bagi manajer perusahaan seirama dengan kebijakan yang telah digariskan. Menurut Gaspersz (2005:68), tujuan dari pengukuran kinerja adalah untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut. Berdasarkan tujuan kinerja, maka suatu metode pengukuran kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara keseluruhan tujuan organisasi secara keseluruhan (goal congruence) Melihat tujuan-tujuan tersebut di atas maka pengukuran kinerja harus realitis dan objektif, artinya pengukuran kinerja hendaknya dilihat dari aspek yang luas dan sedapat mungkin dikualifikasikan. 10 B. Analisa Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisa Laporan Keuangan Salah satu tugas penting manajemen atau investor setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah diyakini kewajarannya. Kewajaran laporan keuangan diketahui dari hasil pemeriksaan akuntan publik terhadap laporan keuangan perusahaan. Hasil laporan akuntan biasanya menyajikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan tersebut. Analisa laporan keuangan pada hakekatnya adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian atas keadaan keuangan dan potensi atau kemajuankemajuan suatu perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisa Laporan Keuangan terdiri dari dua kata yaitu, Analisa dan Laporan Keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini, kita dapat menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba/Rugi, dan Arus Kas (dana). Analisis laporan keuangan adalah penelaahan dengan mempelajari hubungan-hubungan atau tendesi-tendesi untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasional serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan yang bersangkutan. 11 Menurut Aliminsyah (2005:166), analisis laporan keuangan adalah: “ Mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan.” Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2010:84), analisis laporan keuangan adalah: “Financial statement analysis generally begins with asset of financial ratio designed to reveal a companies strength and weakness as compared with the other companies in the same industry had to show weather it’s financial position has been improving or deriarating overtime.” Kemudian menurut Sofyan (2009:190), analisis laporan keuangan adalah: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antar satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Informasi yang diperoleh dari hubungan-hubungan ini menambah visi dari sisi lain, memperdalam informasi dari data yang ada yang terdapat dalam suatu laporan keuangan konvensional, sehingga lebih bermanfaat bagi para pengambil keputusan. Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data berasal dari laporan sebagai bahan mentah menjadi informasi yang lebih guna, lebih mendalam, dan lebih tajam, dengan teknik tertentu. Analisis Laporan Keuangan ini memaksimalkan informasi yang masih relatif sedikit menjadi informasi yang lebih luas dan akurat. Laporan keuangan bisa saja menyembunyikan sesuatu informasi yang 12 salah tetapi hasil analisis laporan keuangan tidak akan mungkin dapat menyembunyikan semua informasi yang salah. Analisis laporan keuangan ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a. Fokus laporan adalah laporan Laba Rugi, Neraca, Arus kas, yang merupakan akumulasi transaksi dari kejadian historis, dan penyebab terjadinya dalam suatu perusahaan. b. Prediksi, analisis harus mengkaji implikasi yang sudah berlalu terhadap dampak dan prospek perkembangan keuangan perusahaan di masa yang akan datang. c. Dasar analisis adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan prinsip tersendiri sehingga hasil analisis sangat tergantung pada kualitas laporan ini. Perusahaan pada sifat akuntansi, prinsip akuntansi, sangat diperlukan dalam menganalisis laporan keuangan. 2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut sehingga data mendukung keputusan yang akan diambil. Menurut IAI (PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), 13 hal 25) tujuan laporan keuangan adalah “Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.” Tujuan laporan keuangan juga berfungsi untuk memberikan informasi yang berguna bagi para investor, kreditor, dan para pemakai ekstren lainnya dalam rangka: a. Mengambil keputusan yang rasional untuk investasi atau pemberian kredit. b. Menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian tentang prospek penerimaan kas dan dividen atau bunga, hasil dari penjualan pembagian kembali oleh perusahaan atau jatuh temponya surat-surat berharga dan hutang. c. Mengetahui sumberdaya yang dimiliki, kewajiban serta akibat dari transaksi-transaksi yang dilakukan. Informasi ini akan membangun dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, menilai likuiditas dan solvabilitasnya, menilai prospek perusahaan berdasarkan kinerja keuangan selama suatu periode tertentu. d. Membantu dalam menggunakan informasi yang disajikan dengan memberikan penjelasan dan interpretasi satu laporan keuangan yang disajikan. 14 APB Statement No.4 yang berjudul Basic Concept and Accounting Principle Underlying Financial Statement of Business Enterprises yang dikutip oleh Belkoui (2006:126) mengklarifikasikan tujuan secara khusus, umum dan kualitatif laporan keuangan sebagai berikut: a. Tujuan Khusus Tujuan khusus laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar sesuai dengan GAAP. b. Tujuan Umum Tujuan umum laporan keuangan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Memberikan informasi yang dapat diandalkan tentang sumber daya ekonomi dan kewajaran perusahaan. 2) Memberikan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dari badan usaha yang mencari laba 3) Memberikan informasi untuk menaksir potensi perusahaan dalam menganalisis laba. 4) Memberikan informasi yang lain tentang perubahan sumber ekonomi dan kewajiban. 5) Memberikan informasi lain yang relevan bagi para pengguna. c. Tujuan Kualitatif Terdapat tujuan kualitas mutu yang diharapkan dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen perusahaan yaitu: 15 1) Relevan, memiliki, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu pemakai dalam pembuatan keputusan. 2) Dapat dipahami, selain itu harus jelas informasi yang dipilih juga harus dapat dipahami pemakai. 3) Dapat disajikan kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran yang sama. 4) Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. 5) Tepat waktu, mengkomunikasikan informasi seawal mungkin untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi. 6) Dapat diperbandingkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan akuntansi yang berbeda. 7) Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuantujuan kualitatif lain yang dilaporkan. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan ini menurut Sofyan (2009:196) dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan (implicit). c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 16 d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik berkait dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. e. Mengetahui sifat-sifat hubungan dengan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: 1) Dapat menilai prestasi perusahaan. 2) Dapat memproyeksikan keuangan perusahaan. 3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu. a) Posisi keuangan (Asset, Neraca, dan Modal) b) Hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya) c) Likuidasi d) Solvabilitas e) Aktivitas f) Rentabilitas atau Profitabilitas g) Indikator Pasar Modal 17 g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. h. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. i. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. j. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005:57), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah: “Mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan dan instuisi. Mengurangi dan mempersempit lingkungan ketidakpastian yang tidak bias dielakkan pada setiap proses pengembalian keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-pertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut”. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan baru pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan potensi keuangan perusahaan. 18 C. Jenis-jenis Analisis Rasio Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan ini bisa banyak sekali. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Berdasarkan sumber datanya maka rasio dibedakan menjadi tiga, yaitu: “Rasio neraca (Balance Sheet Ratio) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua ratio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio” (Munawir 2004:68). Rasiorasio laporan laba rugi (Interstatement Ratio) ialah semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (Inventory Turnover), tingkat perputaran piutang (Account Receivable Turnover), sales to fixed assets dan lain sebagainya. Manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio sangat ditentukan oleh tujuan spesifik analisis, lebih lanjut, rasio-rasio itu bukan merupakan kriteria 19 yang mutlak. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pada perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menunjukan kepada analisis resiko dan peluang bagi perusahaan yang ditelaah. Tak ada rasio untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yang dapat memberi jawaban mutlak. Setiap pandangan yang diperoleh bersifat relative, karena kondisi dan operasi perusahaan sangat bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan lain dan dari industri yang satu ke industri yang lain. Agnes (2005:07) mengelompokkan rasio kedalam lima kelompok dasar, yaitu “likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, dan penilaian”. Sejumlah rasio yang tidak terbatas banyaknya dan dapat dihitung, akan tetapi dalam prakteknya cukup digunakan beberapa rasio saja. Dalam skripsi ini penulis hanya menguraikan sebatas pada rasio profitabilitas saja. Kemampuan (profitabilitas) merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampuan akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberikan tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Rasio kemampuan perusahaan yang umum digunakan adalah: a. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin): (Sales – Cost of Good Sold) Gross Profit Margin = Sales 20 Marjin Laba Kotor = (Penjualan – Harga Pokok Penjualan) / Penjualan Rasio ini mengukur efesiensi pengendalian harga pokok atas biaya produksinya, mengidentifikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Dalam mengevaluasi dapat melihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitive terhadap persaingan. b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin atau Profit Margin On Sales): Net Income Net Profit Margin = Sales Marjin Laba Bersih = Laba Bersih / Penjualan Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. c. Daya Laba Dasar (Basic Earning Power) atau rentabilitas ekonomis: EBIT Basic Earning Power = Total Assets Daya Laba Dasar = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva Daya dasar laba mencoba mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukkan rentabilitas ekonomis perusahaan. 21 Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi tergantung dari: 1) Operating Profit Margin, yaitu perbandingan antara laba usaha dan penjualan. EBIT Operating Profit Margin = Sales 2) Perputaran Aktiva (Assets Turnover), yaitu kecepatan berputarnya total assets dalam suatu periode tertentu. Sales Total assets turnover = Total Assets Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan Operating Rofit Margin dengan Total Assets Turnover. d. Hasil pengambilan atas total aktiva atau ROA (Return On Assets): Net Income ROA = Total Assets ROA = laba bersih / total aktiva Untuk menghitung ROA, ada yang lain menambahkan bunga setelah pajak dalam pembilangan dari rasio tersebut. Net Income + Interst (1 – tax) ROA = Total Assets 22 ROA = (Laba bersih + Bunga (1 – T)) / Total Aktiva e. Hasil Pengembalian atas Ekuitas atau ROE (Return On Equity) atau Return On New Worth: Net Income ROE = Net Worth ROE = Laba Bersih / Ekuitas Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (Net Worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha. D. Investasi Saham Saham merupakan satu dari berbagai jenis intrumen keuangan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham dikenal sebagai investasi jangka panjang dalam memberikan yang tinggi serta risiko yang tinggi pula. Investasi dalam saham biasa terdiri dari dua jenis, yang pertama investasi yang bersifat sementara yang didasarkan pada harapan dan kemungkinan mendapatkan hasil yang sangat besar dalam waktu singkat, misalnya adanya Capital Gain, kedua investasi saham yang bersifat permanen atau jangka panjang yang bertujuan disamping untuk memperoleh pendapatan 23 juga bertujuan untuk menguasai perusahaan lain dengan jalan membeli sebagaian besar saham-saham perusahaan tersebut sehingga apabila seorang investor membeli saham maka ia akan menjadi pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Saham salah satu jenis investasi yang cukup menarik namun tergolong berisiko tinggi. Investasi dalam bentuk ini ada keuntungan dan ada pula kerugiannya. Menurut Abdul (2003:16), keuntungan bagi investor antara lain: 1. Capital Gain, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli saham. 2. Dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. 3. Saham Perusahaan, seperti juga tanah atau aktiva berharga sejenis lainnya akan meningkat sejalan dengan waktu dan perkembangan atau kinerja perusahaan. 4. Pajak, pajak yang dikenakan terhadap Capital Gain tidak dibayarkan sampai keuntungan diperoleh. Keuntungan yang terdapat dalam investasi saham biasa, menjadikan pertimbangan bagi investor dalam melakukan investasinya dalam surat berharga yang lainnya. Walaupun dividen yang diterima selama suatu periode mungkin rendah tetapi potensi menghasilkan Capital Gain cukup tinggi. 24 Sedangkan kerugian yang dihadapi oleh investor, antara lain: a. Capital Loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah dari nilai beli saham. b. Opportunity Loss, yaitu kerugian berupa selisih suku bunga deposito dengan hasil total yang diperoleh dari investasi saham. c. Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, yang dinilai likuidasinya lebih rendah dari harga sahamnya. E. Penilaian Saham Tinggi rendahnya harga saham benar-benar merupakan sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang termasuk diantaranya adalah kondisi (performance) perusahaan, dan faktor penawaran dan permintaan saham serta kemampuan dalam menganalisis efek. Saham dibagi menjadi dua jenis saham, yaitu saham preferen dan saham biasa. 1. Penilaian Saham Preferen Saham preferen berbeda dengan saham biasa karena saham preferen memiliki hak istimewa dibandingkan saham biasa dalam hal pembayaran dividen dan dalam pembagian kekayaan / asset perusahaan dalam keadaan likuidasi. Hak-hak istimewa hanya dalam hal pemegang saham preferen harus menerima dividen sebelum pemegang saham biasa menerimanya. 25 Saham preferen merupakan suatu bentuk modal sendiri baik dari segi pajak. Oleh karena itu, penting untuk dicatat, bahwa para pemegang saham preferen kadang-kadang tidak mempunyai hak suara. Kelebihan yang dimiliki oleh saham preferen yaitu: a. Dari sisi perusahaan mengeluarkan saham preferen manfaat utama yang di peroleh adalah bahwa pembayaran dividen atas saham preferen relative lebih pleksibel dibandingkan dengan bunga utang. b. Ketidak mampuan pembayaran dividen kepada pemegang saham preferen tidak berakibat terlalu buruk dibandingkan dengan ketidak mampuan membayar bunga utang yang diancam kebangkrutan. c. Penggunaan saham preferen akan dapat meningkatkan Degree Of Financial Leverage. 2. Penilaian Saham Biasa Saham biasa (Common Stock) berbeda dengan saham preferen dalam hal pembayaran dividen. Pada saham biasa, besarnya dividen tidak pasti dan tidak tetap jumlahnya perusahaan tidak wajib memberikan dividen setiap tahun, misalnya pada tahun tersebut perusahaan memperoleh laba karakteristik ini membuat penilaian saham bisa menjadi sulit dibandingkan penilaian saham preferen. Kelebihan dan kelemahan yang ada pada saham biasa. Kelebihan Saham Biasa: a. Tidak adanya kewajiban tetap untuk membayar dividen kepada pemegang saham. 26 b. Saham tidak memiliki jatuh tempo. c. Saham bisa kurang berisiko bagi perusahaan bila dibandingkan sumber pembiayaan lainnya baik saham preferen maupun utang jangka panjang. Dari segi investor saham biasa memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, karena sangat tergantung pada besarnya keuntungan sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih besar dari pada tingkat keuntungan obligasi maupun saham preferen yang relatif tetap. d. Memungkinkan untuk diversifikasi usaha, meningkatkan likuidasi, mendapatkan tambahan kas dan lebih mudah dalam mengukur nilai perusahaan. e. Perusahaan semakin transparan dan semakin banyak pihak yang ikut mengamati kegiatan perusahaan karena dengan menjual sahamnya ke publik berarti perusahaan menjadi milik publik. Kelemahan Saham Biasa: 1) Dengan menjual saham biasa akan mengancam kendali yang dipegang pemegang saham mayoritas. 2) Timbulnya agency problem yang meningkatkan agency cost karena adanya konflik antar kelompok, pemilik perusahaan, manajer / pengelola usaha dan karyawan. 3) Menurunnya laba per lembar saham sebagai akibat bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar. 27 Tinggi rendahnya harga saham benar-benar merupakan sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang termasuk diantaranya adalah kondisi (performance) perusahaan, dan faktor penawaran dan permintaan saham serta kemampuan dalam menganalisis efek. Perkembangan harga saham dapat ditunjukan melalui naik turunnya harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui Earning Per Share (EPS), Return dan Price Earning Ratio (PER). PER data diperoleh dari perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat earning. Price Earning Ratio (PER) dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan harga saham relative dibandingkan dengan tingkat laba perusahaan. Oleh karena itu, dalam penilaian ini untuk melihat perkembangan harga saham menggunakan Price Earning Ratio (PER). Dengan alasan jika menggunakan indikator lain misalnya runtun yang hanya melihat pergerakan harga saham saja tanpa membandingkan dengan tingkat earning, setelah dilakukan pengujian ternyata tidak signifikan. a. Dalam analisis fundamental laporan keuangan perusahaan memegang peranan penting dalam mengevaluasi laporan keuangan, akan mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Ada dua pendekatan dalam analisis investasi yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu Analisis fundamental misalnya dengan pendekatan laba (Price Earnings Ratio Approach). Pendekatan ini paling banyak digunakan dalam menganalisis sekuritas. 28 b. Analisis teknikal yang beranggapan bahwa harga suatu sekuritas akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran atas sekuritas tersebut. Berbeda dengan analisis fundamental, para pengikut aliran analisis teknik sering melakukan investasi pada suatu saham tersebut. Tujuan utama dari pengikut aliran teknik ini adalah membuat keuntungan dalam waktu sesingkat mungkin. Asumsi dasar dari analisis teknik ini adalah: 1) Harga sekuritas akan ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan. 2) Penawaran dan permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang rasional maupun yang tidak rasional. 3) Perubahan harga sekuritas cenderung bergerak pada satu arah tertentu. 4) Pergeseran penawaran dan permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah perubahan harga. 5) Beberapa diagram dalam pergerakan pasar cenderung berulang. Investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk saham mempunyai kepentingan terhadap tingkat pengembalian dana investor, baik berupa terlaksananya transaksi pembelian saham. Di lain pihak, perusahaan dalam menentukan dividen policy bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan yang tercermin pada harga saham di bursa. Berdasarkan uraian di atas, maka investor memiliki kepentingan yang cukup erat dengan kondisi keuangan perusahaan (emiten). Dalam arti 29 investor harus memperhatikan informasi yang terkait dengan aktifitas, likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. F. Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) yaitu “Rasio harga saham yang menunjukan perbandingan harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima” Sofyan (2009:311). Price Earnings Ratio (PER) yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi. Hubungan sederhana antara laba perlembar saham sekarang atau yang diharapkan dan harga pasar saham sekarang sering digunakan untuk menunjukan bagaimana pasar bursa menilai prestasi laba dan prospek perusahaan. Kelipatan laba sangat umum digunakan sebagai “pedoman praktis” kasar dalam menilai perusahaan dan sebenarnya merupakan suatu pendekatan menyeluruh yang sederhana dan penilian pasar sekarang atas risiko perusahaan dan industri dibandingkan prestasi laba yang lalu dan yang akan dicapai. Hal ini diamati oleh berbagai pelayanan investor dihubungkan dengan rata-rata pasar total dan juga rata-rata kelipatan harga laba untuk kelompok industri terpilih, agar mampu menilai prestasi relatif suatu perusahaan tertentu. 30 G. Penelitian Terdahulu Harmono (2004) meneliti tentang “Analisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap price earning ratio (PER) Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta”. Dengan menggunakan variabel bebas (Independent Variabel) yaitu Net Profit Margin dan Return On Equity. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 66 perusahaan dan sampel sebanyak 14 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa, hasil uji T menunjukkan bahwa Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER), sedangkan Return On Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap PER. Hasil uji F menunjukkan bahwa Net Profit Margin dan Return On Equity mempunyai pengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). Adhitama dan Sudaryono (2005) meneliti dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Dan melakukan penelitian terhadap 18 perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Loan to Assets Ratio, Return on Assets, Return on Equity, dan Net Profit Margin berpengaruh secara serentak dan signifikan terhadap Price Earning Ratio saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Loan to Assets Ratio dan Return on Assets secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER) sedangkan Net Profit Margin dan Return on Equity tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). 31 Kurniawan(2006) meneliti dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta“. Dan melakukan penelitian terhadap 8 perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Jakarta tahun 2004 dan 2005. Variabel independen yaitu Net Profit Margin, Return On Assets, dan Return On Equity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji T yaitu Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER) sedangkan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) terdapat pengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER), namun dalam uji simultan F-Test ketiga variable independen (Net Profit Margin, Return On Assets, dan Return On Equity) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Muhamad Jaih (2008) meneliti dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) “. Dan melakukan penelitian terhadap 41 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 dan 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji parsial T-test, bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable independen (Net Profit Margin, Return On Assets, dan Return On Equity) terhadap Price Earning Ratio (PER), itu dapat diartikan bahwa Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) tidak dapat dijadikan sebagai alat prediksi dalam menentukan Price Earning Ratio (PER) namun dalam uji simultan F-test ketiga variable independen (Net Profit Margin, Return On Assets, dan Return 32 On Equity) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) dengan nilai koefisien determinasi sebesar 10.9%.