PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 9 DISKRIMINASIDALAM BERBAGAIBENTUK PENGHAPUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 9 PENGHAPUSANDISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK A. KONDISI UMUM Upaya pemerintah dalam meminimalisasi praktek-praktek diskriminasi di tahun 2007 mengalami kemajuan dengan diratifikasinya implementasiKovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tahun 1966 melalui Undang-UndangNomor l1 Tahun 2005 tentangpengesahanInternational Covenanton Economic, Social and Cultural Rights QCESCR)dan Kovenan InternasionaltentangHak Sipil dan Politik tahun 1966 melalui Undang-UndangNomor 12 Tahun 2005 tentang pengesahanInternational Covenant on Civil and Political Rights QCCPR).Keberadaankovenan-kovenanini memberikanjaminan perlindungan di bidang-bidang ekonomi, sosial, budaya, hak-hak sipil dan politik. Disamping itu, komitmen Pemerintahlndonesiajuga diwujudkan denganpenandatanganan Konvensi Internasional mengenai Perlindungan dan Pemajuan Hak-hak dan Martabat PenyandangCacat pada tanggal 30 Maret 2007 dan Konvensi Internasional Perlindungan bagi semuaorangdari penghilanganpaksapadatanggal12Maret2007. Upaya untuk melakukan penyesuaianhukum nasionaldengan prinsip-prinsipdalam kovenan internasional perlu ditindaklanjuti dengan upaya sosialisasi kepada masyarakat. Masih banyak ketidaktahuan masyarakat dan aparat pemerintah karena kurangnya sosialisasi hak-hak yang diatur dalam kovenan-kovenanini berakibat masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat dan masih terjadinya pelanggaran-pelanggaranyang bersifat pembatasan maupun pengurangan hak asasi dari sejumlah kelompok, ketidaktegasan aparatterhadapaksi sepihakoleh satukelompokterhadapkelompok lainnya atasdasarisu agama,politik dan sebagainya.Sehinggadiperlukantidak hanya eksistensi peraturan perundang-undangantetapi juga komitmen dan dukungan politik yang mendukungimplementasiperaturanperundang-undangan terkait denganhak asasimanusia di Indonesiadalamrangkaupayapemajuandan perlindunganHAM. Pemenuhanhak-hak ekonomi, sosial, budaya, hak sipil dan politik bagi masyarakat masih belum dapat dipenuhi dimana masih banyak terjadi PemutusanHubungan Kerja (PHK), penggusurandan penangkapanwarga masyarakat atas nama ketertiban umum sebagai akibat dari inkonsistensi pelaksanaanpenataan kota dan aturan-aturan yang berkaitan dengan ketertiban umum, penerbitan sertifikat tanah bagi masyarakat miskin dengan biaya tinggi sehingga mengakibatkankesulitan akses masyarakatmiskin terhadap permodalan,bentrokanantarawarga sipil denganaparatkeamanansampai denganmasalah Lumpur Lapindo, memperlihatkan maraknya pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak dasarseperti hak atas perumahan,hak atas kesehatan,hak atas pekerjaan,hak pendidikan dan lainnya yang merupakanhak dasarkehidupanmasyarakatsekitar. Meskipun berbagaiupayayang telahdilakukan,namunmasihditemui berbagaikendala dalam penangananbeberapa kasus pelanggaranHAM seperti kasus Trisakti 1998, SemanggiI dan II, kerusuhanMei I 998, kasusWasior200I -2002,kasusWamena2003 dan lain-lain, sehinggakorban pelanggaranHAM sampaisaat ini belum memperolehkeadilan dan kepastianhukum atas perkara-perkaratersebut.Hal ini memerlukankomitmen dan II.9 - I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA koordinasi yang lebih baik dari aparat pemerintah dalam penyelidikan dan penyelesaian dugaanadanyapelanggaranHAM berat. Terobosanhukum yang cukup signifikan adalah dengan disahkannyaUndang-Undang Nomor 2l Tahun 2007 tentangPemberantasan Ti ndak PidanaPerdaganganOrang (PTPPO) sebagai upaya penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk, khususnya bagi kelompok-kelompokrentandalammasyarakatyang berpotensitinggi sebagaikorbantindak pidanaperdaganganorang akibat kemiskinandan tingkat pendidikanyang masih minim. Undang-UndangPTPPO ini memuat sanksi-sanksiyang lebih jelas dan tegas serta perlindunganyang lebih baik denganmengaturpelayananuntuk pemulihanfisik dan psikis dari pemerintahserta ganti rugi dari pelaku. Lebih dari itu, adanya hak bagi korban tindak pidanaperdaganganorang untuk tidak dijerat hukumanapabila dalam posisi sebagaikorban (misalnya pekerja seks komersial dan pengedar narkoba). Diharapkan undang-undang PTPPO ini dapat menjadi acuan bagi peraturan-peraturandaerah (Perda) yang terkait denganpemberantasandan penanganankorban trfficking. Disisi lain, RUU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis yang masuk dalam daftar Prolegnas2008, diharapkanjuga dapat menjadi pendorong munculnya upaya-upayalain dalam menghapuskandiskriminasi dalam berbagai bentuk. Namun demikian, masih perlu dikaji kembali ruang lingkup dari RUU ini yang hanya berisi ketentuan mengenai diskriminasi dari dua aspek, yaitu ras dan etnis, sedangkan kelompok agama, gender, penyandangcacat,kaum miskin perkotaandan pedesaanbelum diatur. Perlindunganhukum kepadatenagakerja perempuanyang bekerjadi sektor domestik (PRT) di dalam ataupunluar negerijuga perlu ditindaklanjutidenganperjanjianbilateral denganpemerintahnegaratujuan yang menjaminhak-hakasasiperempuanburuh migran, tanpa provisi-provisi yang bersifat diskriminatif misalnya provisi yang mengizinkan penggunajasa menyimpanpasporburuh migran PRT. Menjelang pelaksanaanPemilu, penguatan sistem politik perlu dilakukan dan memperhatikanketerwakilan genderdi dalam rangka memberikankesempatanbagi seluruh warga negara Indonesia yang mempunyai kualitas dan kapabilitas sebagai perwakilan rakyatdi lembagalegislatif.Upayapenghapusan diskriminasipun sejalandilakukandengan memberi tempat kepadakeadilan dan kesetaraangender dalam pendirian dan pembentukan partai politik, melalui pengaturan penyertaan 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuandalam Undang-UndangNomor 2 Tahun2008 TentangPartai Politik. Perlindungan terhadap saksi dan korban sebagaimanadiamanatkan oleh UndangUndang Nomor l3 Tahun 2006 tanggal I I Agustu s 2006, belum memberikan dampakyang berarti dalam penegakanhukum di Indonesia.Perekrutananggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang belum selesai sampai dengan saat ini belum dapat berfungsi sebagaiinstitusi yang dapat melindungi saksi dan korban, dimana di awal tahun 2008 telah terjadi pelanggaran terhadap hak seorang saksi yang meninggal dunia saat persidangan sedangberjalan.Hal ini membuktikanbahwaperlindungansaksidalamproses hukum adalahmutlak dan sangatmendesakkeberadaannya. Peningkatan pelayanan publik masih merupakan fokus dalam upaya menghilangkan praktek-praktek diskriminasi yang terjadi di sektor-sektor yang merupakan hak-hak mendasarmasyarakat.Pelayananpublik prima dalam bentuk penyatuankegiatan berbagai rr.9- 2 PRESIDEN REPUBL]K INDONESIA unit pelayanan dalam safu kesatuan tempat yang terpadu (one stop services) merupakan perwujudan upaya meminimalisasi perlakuan diskriminatif bagi masyarakat penggunadi berbagaisektor. Sedangkanpelayanan dan bantuan hukum yang diberikan kepada masyarakatharus dapat diupayakan menjangkau seluruh lapisan masyarakattanpa pengecualian.Pasal28H ayat (2) UUD 1945 menyatakanbahwa"Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatandan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan". Dalam implementasinya diperlukan adanya transparansi pelaksanaan pelayanan dan bantuan hukum melalui komitmen Pemerintah untuk memberikan bentuk-bentuk pelayanan yang maksimal bagi masyarakat yang membutuhkan.Melalui bentuk pelayananyang menjamin hak-hak masyarakatdari berbagai lapisan dengan akses informasi yang transparan dari institusi-institusi pemerintah dan proses peradilan yang memberikan kedudukan yang sama (equal) kepada masyarakat dihadapanhukum, dampak langsungterhadappengentasankemiskinan dapat dirasakandan menumbuhkan kembali kepercayaan terhadap penegakan hukum dan aparatnya di lndonesia. B. SASARANPEMBANGUNANTAHUN 2OO9 Sasaranpembangunan tahun2009dalammendukungupayapenghapusan diskriminasi dalamberbagaibentuk,adalah: L Terlaksananya pemetaanterhadapperaturanperundang-undangan yang terindikasi diskriminatifyang dilanjutkandenganrevisi atau penyesuaian peraturanperundangundanganyang tidak sesuaidenganketentuan-ketentuan internasionaldan hukum nasionalyang berlaku dan melakukanupaya-upayadiseminasiketentuanperaturan perundang-undangan yangterkaitdenganpemajuanhakasasimanusia; 2. Terselenggaranya pelayananpublik di bidang hukum yang transparankepada masyarakat sehinggameminimal isasiperlakuandiskriminatif;dan pemberianbantuanhukumbagi masyarakat 3. Terlaksananya kurangmampudalamproses peradilandanmemberikan penguatan masyarakat terhadapakseskeadilan. C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGIINAN TAHUN 2OO9 Penghapusan diskriminasidalam berbagaibentukdalamtahun 2009 diarahkanpada kebijakanuntuk mewujudkanpelayanan publik di bidanghukumyang konsisten,adil dan tidakdiskriminatifdenganlangkah-langkah : l. Meningkatkanupayapenghapusan segalabentukdiskriminasi,sebagaibagiandari pemajuanhak asasi manusia,baik dalam bentuk perundang-undangan maupun implementasinya sertapenguatankapasitaspenegakhukum dan masyarakatterhadap pelaksanaan peraturanperundang-undangan di bidanghakasasimanusia; 2. Menyelenggarakan pelayanan publik di bidanghukumyangtransparan, memenuhirasa keadilandantidakdiskriminatif;dan 3. Meningkatkankualitaspemberianbantuanhukum kepadawarga masyarakatkurang mampudalamprosesperadilansertamemperkuat masyakarat terhadapakseskeadilan. II.9 - 3