Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang

advertisement
KORBAN TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
Ahmad Sofian, SH, MA
PERTEMUAN VI
UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA
ORANG
Proses
 Cara
 Tujuan

TIGA ELEMENT MENDEFENISIKAN
PERDAGANGAN ANAK
TIPOLOGI PERDAGANAN
PEREMPUAN DAN ANAK
Perempuan/anak ditipu mentah-mentah oleh
sindikat
 Perempuan/anak diberitahu hanya sebagian
kebenaran oleh orang yang merekrut mereka
mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.
 Perempuan/anak yang mendapat informasi
mengenai jenis pekerjaan yang mereka lakukan,
tetapi tidak ada pilihan lain karena faktor
ekonomi yang memaksa mereka melakukan
pilihan tersebut, tetapi pada prinsipnya mereka
tidak mau melakukan pekerjaan tersebut.
 Perempuan/anak yang mendapat informasi
lengkap, dan secara “sukarela” dan tidak ada
paksaan mereka untuk melakukan pekerjaan
tersebut.

PERDAGANGAN SEKS DI
INDONESIA



UNICEF memperkirakan 100.000 anak-anak dan
perempuan diperdagangkan setiap tahun di Indonesia.
Diperkirakan juga bahwa 30 persen perempuan yang
berada dalam pelacuran di Indonesia berumur di bawah 18
tahun dan 40.000-70.000 anak-anak Indonesia merupakan
korban eksploitasi seksual. Institut Perempuan di Jawa
Barat, sebuah daerah pemasok bagi perdagangan
perempuan dan anak, melaporkan bahwa sekitar 43,50
persen korban perdagangan masih berusia 14 tahun
walaupun sebagian besar perdagangan anak melibatkan
anak-anak usia 17 tahun.
Praktek-praktek tradisi seperti pernikahan dini dan
kurangnya pendidikan bagi anak-anak perempuan menjadi
faktor-faktor yang memfasilitasi perdagangan manusia.
MODUS OPERANDI
Pemberian Beasiswa,
 Orang tua asuh
 Iming-iming hadiah
 Melakukan Bujukan serta Rayuan (di ajak
bekerja sebagai PRT,pelayan restaurant,TKW),
 Dipaksa minum minuman yang
memabukkan
 Via internet

UNDANG-UNDANG YANG
RELEVAN
Undang-Undang No. 7/1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan (pasal 6) (UU
ini tidak memuat sanksi pidana, karena hanya
sebuah komitment internasional)
 Undang-Undang No. 23/2002 tentang
Perlindungan Anak (Pasal 83)
 KUHP (Pasal 297 dan 324)
 Undang-Undang No. 21/2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (PTPPO)

KONSEKUENSI UNDANGUNDANG PTPPO
Masalah tindak pidana perdagangan orang
diatur secara khusus dalam undang-undang ini.
 Dicabutnya pasal 297 dan 324 KUHP.
 Undang-Undang Perlindungan Anak pasal 83
yang mengatur tentang sanksi pidana bagi
pelaku perdagangan anak tetap dinyatakan
berlaku.
 Menjadi payung hukum, sehingga semua
peraturan termasuk Perda yang tidak sesuai
dengan mandat UU ini segera dicabut atau
direvisi

TEROBOSAN UU PTPPO
Proses yang partisipatif dalam penyusunannya
dengan melibatkan seluruh komponen
masyarakat
 Memberikan kepastian hukum sehingga tidak
bisa ditafsirkan sesuai dengan keinginan pelaku
 Diakui dan dilindunginya hak impunitas korban
 Mengandung klausula kepentingan terbaik
korban

HAL-HAL YANG DIATUR DALAM
UUPTPPO
Pelaku, jenis perdagangan orang dan sanksi
pidananya.
 Penyidikan,penuntutan dan pemeriksaan di
sidang pengadilan
 Perlindungan saksi dan korban
 Pencegahan dan penanganan
 Kerjasama internasional dan peran serta
masyarakat

PELAKU DAN ANCAMAN HUKUM





Orang, korporasi (badan hukum) dan penyelenggara
negara.
Ancaman hukuman pidana 3-15 tahun kurungan dan
denda 120-600 juta
Ancaman hukuman kurungan ini dapat ditambah 1/3 bila
mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa berat, penyakit
menular, kehamilan atau hilangnya fungsi reproduksi
korban, korban adalah anak-anak atau dilakukan oleh
kelompok terorganisir, dilakukan penyelenggara negara
dengan menyalahgunakan jabatan.
Ancaman hukuman bisa seumur hidup dan denda
maksimum 5 milyar bila mengakibatkan kematian
korban.
Tidak membedakan ancaman hukuman bagi pelaku utama
dan yang membantu melakukan.
KORPORASI SEBAGAI PELAKU




Korporasi :kumpulan orang dan atau kekayaan yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun
bukan badan hukum
Dilakukan oleh orang-orang yang bertindak atas nama
korporasi tersebut
Penyidikan, penuntutan dan pemidanaan dilakukan
terhadap korporasi/pengurusnya
Pidana dilakukan terhadap pengurus berupa penjara dan
denda sedangkan terhadap korporasinya berupa denda dan
pemberatan 3 kali denda, pencabutan izin, perampasan
kekayaan, pencabutan status badan hukum, pemecatan
pengurus, black list kepada pengurus
PENYIDIKAN, PENUNTUTAN DAN
PEMERIKSAAN







Keterangan saksi korban ditambah dengan satu alat bukti yang
syah sudah cukup untuk menyatakan terdakwa bersalah
Keterangan saksi/korban dalam proses persidangan dapat
dilakukan dengan sarana audiovisual
Selama proses pemeriksaan saksi/korban, berhak didampingi
pengacara/pendamping lainnya.
Penyidikan, penuntutan, pemeriksaan saksi/korban anak di
pengadilan tidak diperkenankan memakai pakaian dinas atau
toga dan sidang tertutup.
Pemeriksaan saksi/korban anak dipersidangan tanpa kehadiran
terdakwa dan saksi/korban anak wajib didampingi (pendamping,
advokat, orang tua/wali) dan dapat dilakukan dengan rekaman
Dimasukkannya pembayaran restitusi oleh terpidana kepada
korban
Korban berhak mendapatkan rehabilitasi dan reintegrasi dari
pemerintah
PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN
Pemerintah/pemerintah daerah membentuk
gugus tugas yang akan diatur dalam Peraturan
Presiden
 Gugus tugas ini fungsinya :






Mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan
TPPO
Melaksanakan advokasi, sosialisasi, pelatihan dan kerja
sama
Memantau perkembangan pelaksanana perlindungan
korban
Memantau perkembangan pelaksanaan penegakan
hukum
Melaksanakan pelaporan dan evaluasi
KESIMPULAN

Walau UU PTPPO telah disyahkan ada beberapa
kelemahan yang terdapat dalam UU ini yang
bisa menghambat proses penegakan hukum :


Tidak adanya defenisi perdagangan anak sehingga
dikhawatirkan penegak hukum akan menggunakan
defenisi perdagangan anak sama defenisi perdagangan
orang (dewasa)
Tidak membedakan ancaman hukuman bagi pelaku
utama dan yang membantu melakukan padahal
kadangkala orang yang disuruh merekrut adalah juga
korban dari jaringan perdagangan anak.
Download