Mengkaji ulang dampak kehadiran Korporasi dalam pemajuan Hak Asasi Oleh: Indriaswati Dyah Saptaningrum SH, LLM Mengapa korporasi • Hampir seluruh aspek kehidupan kita bersinggungan dengan korporasi • Korporasi telah sedemikian merasuk dalam kehidupan individu • Korporasi hadir dari rambut sampai ujung kaki, dari kebutuhan dasar sampai jaminan kematian Procter& Gambler carefour Univeler GlaxoSmith Alfamart Bayer British American Tobacco Toyota Astra Mango HBO Negara Vs Korporasi • Negara bukan lagi satu-satunya kekuatan terbesar, korporasi dalam banyak aspek memiliki kekuatan yang lebih besar: – Mampu menembus batas negara (network distribusi, network pemasaran, field office, branches) – Mampu mengumpulkan resources lebih besar (revenue, eksploitasi resources tanpa batas wilayah, sumber daya manusia) Tingkat Penghasilan Korporasi jauh lebih besar daripada negara Tabel: Perbandingan income 10 Perusahan terbesar Vs income Negara anggota ASEAN tahun 2009 Revenue (Million US D) ASEAN Countries GNI ( gross national income ) 1 Royal Dutch Shell 458 361 Indonesia 458 159 2 Exxon Mobile 442 851 Malaysia 188 061 3 Wal Mart Store 405 607 Philippine 170 410 4 British Petroleum 367 053 Thailand 191 650 5 Chevron 263 159 Brunei Darussalam 6 Total 234 674.1 Cambodia 7 Conoco Phillips 230 764 Vietnam 77 735 8 ING Group 226 577 Lao PDR 4 595 9 Sinopec 207 814 Timor Leste 2 706 10 211 b 8 859 Beberapa dampak yang penting • Pengaruh korporasi dalam pembuatan kebijakan • Pelanggaran hak asasi yang melibatkan: – Kekerasan – Penggusuran – Pengabaian hak masyarakat adat/ komunitas lokal – Kelestarian lingkungan • Memiliki kemampuan besar dalam mempengaruhi proses peradilan Beberapa dampak yang muncul • Korporasi bisa mempengaruhi pembuatan kebijakan/regulasi: – Internasional : • Kelompok Lobby : – TABD ( trans atlantic Business Dialogue ) – mempengaruhi kebijakan komisi Eropa dan Amerika – World business forum for Sustainable development ( WBSD) beranggotakan lebih dari 125 korporasi termasuk Monsanto , Novartis, dll. Bertujuan membangun kerjasama antara bisnis dan forum pembangunan berkelanjutan. • Institusi penelitian: – IRRI , CGIAR ( consultative group for international Agricultural Research ), WIPO • UN and international bodies: – Financial institution – Standard setting institution ( FAO, WHO, World Water Forum) – Nasional : • Kehadiran ‘conditionality’ dalam berbagai perjanjian pinjaman: – Kasus UU SDA – dalam laporan WB mengenai implementasi skema WATSAL, diuraikan kewajiban pemerintah untuk membentuk UU no 7/2004 ttg sumber daya air; laporan juga mengakui adanya tim asistensi teknis dari WB yang bekerja untuk menjadi Kimpraswil utk bisa memastikan isi UU tersebut sesuai dengan yang dikehendaki • Skema ini berlaku untuk beberapa pengaturan sektor lain, seperti reformasi finansial – dengan adanya UU kepailitan dan peradilan niaga, • Liberalisasi sektor-sektor publik, seperti listrik, kereta api, PDAM, dst. • Terhambatnya usulan RUU pengendalian dampak tembakau • Hilangnya pasal-pasal mengenai dampak tembakau di dalam UU kesehatan yang baru • Beberapa karakter kebijakan yang diusulkan: – Pengurangan negatif list of investment, – Peran regulatory bodies – i.e. utk pengelolaan air, listrik, dll – Pemotongan rantai administrasi birokrasi, ( satu atap perijinan), pemotongan rente ekonomi – Stimulus : • Sunset policy untuk perusahaan • Skema pinjaman – Kesamaan kedudukan bagi tiap entitas; penghilangan struktur perlindungan pada kelompok usaha tertentu Pola interaksi antar aktor ormas NGOs Internation al institutions Bantuan teknis Departemen terkait Loans atau grants Local agencies Kelompok kerja antar departemen Internationa l NGOs DPR Kelompok profesi BPH N Lembaga KPK negara Bapennas RUU Produk UndangUndang Pelanggaran hak asasi manusia • Pelibatan apartus negara yang mendorong penggunaan kekuatan: – Penggunaan Brimob dalam kasus PT NHM ( Nusa Halmahera Mineral) Vs Masyarakat Adat Tomabaru dan DumDum – di Malifut dalam penggusuran dari Hutan Adat Toguraci tahun 2003-2004 ( per tahun 35 000 USD diberikan pada Brimob sebagai uang keamanan) – Penggunaan satuan militer melalui Inpres 4/2001 di wilayah eksploitasi Mobil Oil di Aceh – Kasus Exxon Mobile Vs 11 warga Aceh di fasilitasi International Labour Rights Foundation (ILRF) – Penggunaan Brimob dalam kasus Pargulaan Vs Lonsum 2006 Pengadilan bukanlah ruang steril dari pengaruh entitas bisnis • Penggunaan prosedur gugatan perdata dengan sanksi denda yang tidak proporsional dikaitkan dengan keluhan/ pengaduan konsumen: – Kasus Prita Vs Omni International - 204 Juta rupiah – Kasus Kho Seng Seng Vs PT Duta Pertiwi - ancaman 17 miliar – Wenny Kwee Mulan Vs PT Duta Pertiwi • Penerapan sanksi pidana yang tidak proporsional: – – – – – Nenek Minah Vs PT Rumpun Sari Antan Prita Vs Omni Internasional Manisih dkk Vs PT Segayung - ditahan Agus Vs PT Duta Pertiwi – ditahan 11 warga Pargulaan Vs Lonsum • Penggunaan sumber daya politik dalam kasus yang melibatkan Korporasi: – Lapindo Brantas Vs Penduduk Sidoardjo Human rights standard Setting for corporate complicities • Tidak ada aturan internasional yang mengikat secara hukum, kecuali: – ICC (?) • UN – code of conduct ; Global compact initiative • Beberapa jurisprudensi dikembangkan di tingkat nasional : – misal ATCA di Amerika, • Ogoni Vs Shell – Cape Plc & Gencor Limited Vs South African Asbestos Miners (7.5 million Pound sterling compensation)