Pentingnya Cerita Rakyat Responsif Gender sebagai Media Pembelajaran Sastra di Sekolah Azizatuz Zahro Universitas Negeri Malang A. Pendahuluan Ekspresi masyarakat pada masa lampau, umumnya, disampaikan secara lisan. Sepanjang sejarahnya, manusia selalu butuh berkomunikasi dan berekspresi sebagai salah satu manifestasi eksistensi diri dan kelompok sosialnya. Karena pada masa lalu belum dikenal tulisan, ekspresi secara lisan merupakan satu-satunya sarana paling efektif untuk maksud-maksud tersebut. Cerita dan berbagai bentuk yang kini dikenal sebagai karya sastra pun diekspresikan secara lisan. Oleh karena itulah, cerita rakyat dapat dimaknai sebagai cerita dari zaman dahulu di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan. Sebagai salah satu bentuk manifestasi eksistensi diri dan masyarakat, cerita rakyat selain indah juga menyajikan nilai-nilai yang berhubungan dengan renungan atau kontemplasi batin yang berkaitan dengan kompleksitas kehidupan. Salah satu nilai yang terekam dalam sebuah cerita rakyat adalah nilai yang merepresentasikan gender. Dalam cerita rakyat, budaya patriarki kerap mewarnai isi cerita. Dengan demikian, peritiwa yang dihadirkan dalam cerita bersama tokoh-tokohnya juga merupakan hasil rekonstruksi dari sudut pandang ini. Gaya penceritaan cerita rakyat yang ditraskrip dalam buku-buku pun cenderung patriarkis. Akibatnya, penggambaran laki-laki dan perempuan dalam cerita rakyat selama ini kurang menggambarkan adanya keadilan gender. Cerita rakyat dengan nilai-nilai yang ada di dalamnya memiliki pengaruh yang amat besar pada masyarakat. Karena cerita rakyat diwariskan secara turun temurun maka itu berarti pewarisan nilai patriarkis juga akan terus berlangsung. Pandangan masyarakat yang masih belum menunjukkan keadilan gender bisa jadi salah satunya disebabkan oleh pajanan cerita rakyat ini. Padahal, cerita rakyat dapat diceritakan dengan berbagai perspektif. Cerita rakyat dapat hadir lebih netral, bahkan jika perlu dengan menonjolkan bahwa perempuan juga memiliki peran yang sama sentralnya dengan laki-laki. Dengan demikian, bias gender dalam cerita rakyat dapat dikurangi.