respon mahasiswa dakwah dan komunikasi uin

advertisement
RESPON MAHASISWA DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN
SYAHID JAKARTA TERHADAP IKLAN LAYANAN
MASYARAKAT, 100 TAHUN HARI KEBANGKITAN
NASIONAL
Oleh:
Rany Ika Rahmadhani
204051002856
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H. / 2009 M.
RESPON MAHASISWA DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYAHID
JAKARTA TERHADAP IKLAN LAYANAN MASYARAKAT, 100 TAHUN
HARI KEBANGKITAN NASIONAL
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
Rany Ika Rahmadhani
204051002856
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H. / 2009 M.
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata.1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayahtullah Jakarta
Jakarta, 20 February 2009
Rany Ika Rahmadhani
204051002856
RESPON MAHASISWA DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYAHID
TERHADAP IKLAN LAYANAN MASYARAKAT, 100 TAHUN HARI
KEBANGKITAN NASIONAL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Guna memenuhi syarat mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.SOS.I)
Oleh:
Rany Ika Rahmadhani
204051002856
Di Bawah Bimbingan
Drs. Study Rizal, LK. M A
NIP. 150 262 876
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H. / 2009 M.
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi berjudul “Respon Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid
Terhadap Iklan Layanan Masyarakat, 100 Tahun Hari Kebangkitan
Nasional” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal
06 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana program Strata 1 (S1) pada jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
Jakarta, 06 Maret 2009
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA
NIP: 150 254 102
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP: 150 299 324
Penguji I
Penguji II
Drs. Suhaimi. M. Si
NIP: 150 270 810
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum.
NIP: 150 244 766
Pembimbing
Drs. Study Rizal, LK. MA
NIP: 150 262 876
ABSTRAK
Rany ika rahmadhani
”Respon Mahasiswa Dakwah Dan Komunikasi UIN Syahid Terhadap Iklan
Layanan Masyarakat, 100 Tahun Kebangkitan Nasional.”
Salah satu bagian dari iklan adalah iklan layanan masyarakat (ILM). Iklan
layanan masyarakat yaitu iklan yang bersifat Non profit dan bersifat sosial.
Keuntungan iklan ini adalah berusaha mendapatkan atau membentuk citra baik di
tengah masyarakat, umumnya iklan layanan masyarakat bertujuan memberikan
informasi dan penerapan serta pendidikan kepada masyarakat dalam rangka
pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap positif
terhadap pesan yang disampaikan. Jadi esensi yang membedakan iklan standar
dan iklan layanan masyarakat terletak pada tujuan keuntungan yang diraih dan
diharapkan.
Adapun perumusan masalah yang dikemukakan ialah: “Bagaimana Respon
Mahasiswa UIN Syahid Jakarta jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Non Reguler Tahun Angkatan 2004-2007 terhadap Iklan Layanan Masyarakat
Puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang di perankan oleh Dedi Mizwar?”.
Subjek penelitiannya adalah Iklan Layanan Masyarakat, Puisi 100 Tahun
Kebangkitan Nasional yang di perankan oleh Dedi Mizwar. Objek penelitian ini
adalah Mahasiswa UIN Syahid Jakarta jurusan KPI Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Non Reguler Tahun Angkatan 2004-2007.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ini adalah teori
stimulus respon yaitu teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa. Teori
stimulus respon ini pada berkembang menjadi teori komunikasi dikarenakan objek
materinya, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap,
opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan
metode survei. Pengolahan datanya menggunakan pendekatan deskriptif analisis.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, wawancara, dan
dokumenter.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa respon mahasiswa dakwah
dan komunikasi jurusan KPI non reguler tahun akademik 2004-2007 terhadap
iklan layanan masyarakat Puisi 100 tahun kebangkitan nasional yang diperankan
oleh Dedi Mizwar menyatakan setuju dengan iklan layanan masyarakat ini. Secara
umum kajian ini diharapkan dapat bisa memberikan kontribusi positif dan
menambah jaringan global pada studi periklanan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji serta syukur penulis penjatkan ke Hadirat Allah SWT sang
maharaja dari segala raja yang telah memberikan taufiq, hidayah dan pertolonganNya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir akademis di Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Teriring salawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman pembawa
pedoman kehidupan, utusan Allah AWT pembawa amanat-Nya untuk kehidupan
didunia dan diakhirat.
Syukur Alhamdulillah dengan usaha yang tidak sia-sia, semangat dan tekat
yang bulat serta bantuan moral dan moril dari kedua Orang Tua, nenek, inyiak dan
teman-teman tercinta, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun
begitu banyak godaan, cobaan dan hambatan telah penulis hadapi.
Atas izin Allah SWT semua kesulitan dan hambatan dapat diatasi,
sehingga usaha penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu peneliti ingin
mengucapkan terimaksih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., sebagai Rektor yang mendapat
amanah ilmiah dari Universitas Islam Negri Syarif Hidatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Murodi, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Drs. Study Rizal LK. MA selaku pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan
dan sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu,
pikiran, dukungan dalam memberikan bimbingan dan memberikan
motivasi agar cepat selesai.
5. Umi Musyarofah, MA sebagai sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
6. Dra. Hj. Asriati. M. Hum selaku Ketua Koordinator Program Non Reguler
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi.
7. Dra. Hj. Musirah Nurlaily, MA selaku sekretaris Program Non Reguler
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
8. Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah,
khususnya para dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Komunikasi penyiaran Islam yang telah banyak membimbing penulis
selama penulis dalam perkuliahan.
9. Papa Ronnie, Mama Soraya dan adikku Anisya yang tercinta dan
tersayang yang telah memberikan dukungan spiritual dan material.
10. Ate Bunda Susie yang juga memberikan motivasi besar dan material
lebih, agar mempercepat dalam kelulusan penulis dan penulis tidak kan
melupakan akan jasa-jasanya.
11. Nenek Uwo, Papa Uwo, Ina, Bima yang telah memberikan perhatian
kepada penulis. Alm. Inyik Lunc yang sampai sekarang penulis tidak
mudah melupakan kebaikannya, Alm Ate Ndut, Inyik Lin, Nek Iyos,
Rama, Risma, Echa, Dampi, Uni Yuan Mas Agus yang menanti
kedatangan bayi kecilnya, yang telah memberikan spirit dan perhatian luar
biasa kepada penulis, Thank you very much.
12. Septian Fajar Nugraha (Aa’ Thian/Ade/Kokoh) yang telah memberikan
cinta dan perhatian serta pengorbanan kepada keluarga penulis hingga ke
ujung pulau Jawa (karena kehabisan tiket akhirnya memakai kereta
Ekonomi), “Kamu Ada Disaat Aku dan Keluarga Ku Inginkan”, thank you
darling.
13. All my Friends KPI B 04’, 4 tahun merupakan hal yang mengasyikan
dalam perkuliahan, Siti Komaryah, Umi, Verry, Vina, Rahmi, Nurma,
Mila KD, Milati, Dado, Ervan, Irul, Tukul, Ronald, Pak Nurdin, Umar,
Agin, Bedul, Ikhsan, Onky, Culo, Ozi. ”i’ll be Missing y’all”
14. Teman sejagad yang dari kecil hingga dewasa, Resa, Dede, Dwina. “Go,
go, Power Gurl”. Incredible of Qualat Treep, my Bigge Thian, Sony,
Resha, Dede, Iyul, Satrio, Lita Ndut, thanx for the spirit guys.
15. Dan kepada semua pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa hormat, dengan kerendahan hati ini penulis ucapkan
terima kasih sebesar-besarnya.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
untuk itu penulis berharap menerima saran dan kritik yang membangun. Semoga
skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan keilmuan,
memberikan kontribusi positif bagi para perkembangan ilmu pengetahuan serta
menambah khazanah perpustakaan.
Jakarta, 20 februari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak........................................................................................................
i
Kata Pengantar ...........................................................................................
ii
Daftar Isi .....................................................................................................
v
Daftar Tabel ................................................................................................
vii
Daftar Lampiran.........................................................................................
ix
Bab I
Pendahuluan.........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...............................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.........................................
8
D. Metodologi Penelitian ......................................................
9
E. Tinjauan Pustaka..............................................................
12
F. Sistematika Penulisan.......................................................
13
Tinjauan Teoritis ..................................................................
15
A. Ruang Lingkup Respon....................................................
15
1. Pengertian Respon......................................................
15
2. Macam-Macam Respon..............................................
17
3. Jenis-Jenis Respon .....................................................
19
B. Sekilas Tentang Iklan.......................................................
21
1. Sejarah Iklan ..............................................................
21
2. Pengertian Iklan .........................................................
23
3. Jenis-Jenis Iklan .........................................................
26
4. Iklan Layanan Masyarakat..........................................
28
5. Iklan Televisi .............................................................
29
Gambaran Umum Objek Penelitian....................................
34
A. Teks Puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional ...................
34
B. Produksi dan Penayangan.................................................
35
C. Tentang Pengarang...........................................................
35
Bab II
Bab III
1. Produser, sutradara, dan pengarang Puisi 100 Tahun
Hari Kebangkitan Nasional.........................................
35
2. Sekilas tentang Dedi Mizwar Pembaca Puisi 100 Tahun
Hari Kebangkitan Nasional.........................................
37
c) Profil Mahasiswa Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .............
Bab IV
38
Respon Mahasiswa Dakwah Dan Komunikasi Jurusan KPI
Non Reguler Tahun Angkatan 2004-2007 Terhadap Iklan
Layanan Masyarakat...........................................................
43
A. Identitas Responden.........................................................
43
B. Temuan Analisa Data.......................................................
45
C. Respon Mahasiswa Jurusan KPI Non Reguler Terhadap Iklan
Layanan Masyarakat, Puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional
Yang Diperankan Oleh Dedi Mizwar ...............................
72
Penutup ................................................................................
74
A. Kesimpulan......................................................................
74
B. Saran-saran ......................................................................
75
Daftar Pustaka ............................................................................................
77
Lampiran-Lampiran...................................................................................
80
Bab V
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.....................................
43
Tabel 1.2
Responden Berdasarkan Status Pekerjaan .................................
44
Tabel 1.3
Responden Berdasarkan Asal Daerah........................................
44
TabeL 2.1
Penampilan dan Cara Pengemasan dilihat dari Status Jenis
Kelamin....................................................................................
45
TabeL 2.2
Penampilan dan Cara Pengemasan dilihat dari Status Pekerjaan
46
Tabel 2.3
Penampilan dan Cara Pengemasan Dalam Jumlah Keseluruhan
47
Tabel 3.1
Tanggapan Mengenai Puisi dilihat dari Status Jenis Kelamin. ...
48
Tabel 3.2
Tanggapan Mengenai Puisi dilihat dari Status Pekerjaan...........
49
Tabel 3.3
Tanggapan Mengenai Puisi Dalam Jumlah Keseluruhan. ..........
50
Tabel 4.1
Isi Bait Pertama dari Jenis Kelamin ..........................................
51
Tabel 4.2
Isi Bait Pertama dari Status Pekerjaan.......................................
52
Tabel 4.3
Isi Bait Pertama Dalam Jumlah Keseluruhan.............................
53
Tabel 5.1
Isi Bait Kedua dari Status Jenis Kelamin...................................
54
Tabel 5.2
Isi Bait Kedua dari Status Pekerjaan .........................................
55
Tabel 5.3
Isi Bait Kedua dalam Jumlah Keseluruhan ................................
56
Tabel 6.1
Isi Bait Ketiga dari Status Jenis Kelamin ..................................
57
Tabel 6.2
Isi Bait Ketiga dari Status Pekerjaan .........................................
58
Tabel 6.3
Isi Bait Ketiga Dalam Jumlah Keseluruhan...............................
59
Tabel 7.1
Isi Bait Keempat dari Status Jenis Kelamin...............................
60
Tabel 7.2
Isi Bait Keempat dari Status Pekerjaan......................................
61
Tabel 7.3
Isi Bait Keempat dalam jumlah Keseluruhan.............................
62
Tabel 8.1
Isi Bait kelima dari Status Jenis Kelamin ..................................
63
Tabel 8.2
Isi Bait kelima dari Status Pekerjaan.........................................
64
Tabel 8.3
Isi Bait kelima dalam jumlah keseluruhan.................................
65
Tabel 9.1
Isi Bait Keenam dari Status Jenis Kelamin................................
66
Tabel 9.2
Isi Bait Keenam dari Status Pekerjaan.......................................
67
Tabel 9.3
Isi Bait Keenam dalam Jumlah keseluruhan ..............................
68
Tabel 10.1 Isi Bait Ketujuh dari Status Jenis Kelamin ................................
69
Tabel 10.2 Isi Bait Ketujuh dari Status Pekerjaan .......................................
70
Tabel 10.3 Isi Bait Ketujuh dalam jumlah keseluruhan...............................
71
I.
Kuisioner Penelitian
Respon Mahasiswa Dakwah Dan Komunikasi Jurusan KPI Non
Reguler 2004-2007 Terhadap Iklan Layanan Masyarakat, Puisi
100 Tahun Kebangkitan Nasional Yang Diperankan Oleh Dedi
Mizwar
Identitas Responden
Nama
:
Jenis Kelamin
:L/P
Usia
: <20
Smester
:
Bekerja / Belum Bekerja
:
Asal Sekolah
:
Asal Daerah
:
<25
30<
Panduan Pengisian Kuesioner
Bacalah dengan baik seluruh pertanyaan dan pilihlah jawaban berikut.
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai menurut anda dengan
memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia.
Tiap-tiap jawaban yang anda utarakan sangat berharga bagi penelitian
ini
Nama anda beserta isi dari kuesioner ini akan dirahasiakan dan tidak
akan dipergunakan selain untuk data penelitian.
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana penampilan dan cara pengemasan dalam pembuatan
Iklan Layanan Masyarakat puisi yang telah dibacakan oleh Dedi
Mizwar?
a. Baik
b. Sederhana
c. Buruk
Alasannya,..........................................................................................
............................................................................................................
........................
2. Bagai mana tanggapan anda mengenai puisi tersebut?
a. Bagus
b. Tidak Bagus
c. Biasa Saja
Alasannya,..........................................................................................
............................................................................................................
........................
3. Bagaimana menurut anda isi dari bait pertama (I) yang berbunyi “
Bangkit itu susah, susah melihat orang lain susah, senang melihat
orang lain senang”?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
Alasannya,..........................................................................................
............................................................................................................
........................
4. Bagaimana menurut anda isi dari bait kedua (II) yang berbunyi “
Bangkit itu takut, takut untuk korupsi, takut untuk makan yang
bukan Haknya”?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak Tahu
Alasannya,..........................................................................................
............................................................................................................
........................
5. Bagaiman menurut anda isi dari bait ketiga (III) yang berbunyi “
Bangkit itu malu, malu menjadi benalu, malu karena meminta
melulu”?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak Tahu
Alasannya,..........................................................................................
..................................................................................................................
........................
6. Bagaiman menurut anda isi dari bait keempat (IV) yang berbunyi “
Bangkit itu marah, marah martabat Bangsa dilecehkan”?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak Tahu
Alasannya,..........................................................................................
............................................................................................................
........................
7. Bagaiman menurut anda isi dari bait kelima (V) yang berbunyi “
Bangkit itu mencuri, mencuri perhatian dunia dengan prestasi”?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
Alasannya,..........................................................................................
............................................................................................................
.......................
8. Bagaiman menurut anda isi dari bait keenam (VI) yang berbunyi “
Bangkit itu tidak ada, tidak ada kata menyerah, tidak ada kata putus
asa”?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
Alasannya,..........................................................................................
............................................................................................................
........................
9. Bagaiman menurut anda isi dari bait ketujuh (VII) yang berbunyi “
Bangkit itu Aku, untuk Indonesia-ku”?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu
Alasannya,..........................................................................................
............................................................................................................
........................
Terimakasih atas partisipasi anda untuk mengisi kuesioner ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat kita terdiri dari aneka latar balakang dan kultur yang beda.
Karena itu, relitas budaya dari televisi harus diperhatikan. Media massa televisi,
yang merupakan perwujudan dari budaya massa, juga perlu dilihat, sehingga
acara-acara yang dimunculkan di layar kaca itu menjadi milik massa. Agar semua
itu tercapai maka feed back dari masyarakat pemirsa hendaknya menjadi bahan
masukan yang berharga bagi orang-orang yang menyelenggarakan siaran di
televisi.1
Media massa (mass comunication), atau dalam hal ini disebut pula media
jurnalistik, merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa.
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan
aspek-aspek komunikasi intra pribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi
kelompok dan komunikasi organisasi. Teori-teori komunikasi massa umumnya
memfokuskan perhatiannya kepada hal-hal yang menyangkut stuktur media,
hubungan media dengan masyarakat, hubungan antar media dengan khalayak,
aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi
massa terhadap individu.2 Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana
berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media communicating with
1
Wawan Kuswandi, komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), Cet ke-1, h. vii
2
S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., Dkk, Teori Komunikas,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2004),
Cet ke-8, h. 1.26
media. Menurut bittner sebagaimana yang dikutip oleh Asep Saeful Muhtadi
menyatakan bahwa komunikasi massa dipahami sebagai “message communicated
through a mass medium to a large number of people,” suatu komunikasi yang
dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar di tempat-tempat
yang tidak ditentukan. Jadi media massa menurutnya adalah, suatu alat transmisi
informasi seperti koran, majalah, buku, radio, dan televisi, atau suatu kombinasi
bentuk-bentuk media itu.3
Pada jaman Caesar, banyak toko di kota-kota besar yang telah mulai
memakai tanda dan simbol atau papan nama. Itulah media utama dalam beriklan
yang digunakan masyarakat Romawi pada saat itu. Setelah sistem percetakan
ditemukan oleh Gutenberg pada tahun 1450 dan muncul sejumlah surat kabar
mingguan, iklan semakin sering digunakan untuk kepentingan komersial.
Sebelum Gutenberg menemukan sistem percetakan pada tahun 1450, iklan
sudah dikenal peradaban manusia dalam bentuk pesan berantai. Pesan berantai itu
disampaikan untuk membantu kelancaran jual beli dalam masyarakat, yang kala
itu mayoritas masih belum mengenal huruf, dengan cara-cara barter. Dunia
pemasaran menyebut pesan berantai itu sebagai the word of mouth.4
Sedangkan sejarah Iklan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh
seorang Belanda yang bernama Jan Pieterzoon Coen, seorang Gubernur Belanda
pada tahun 1619 hingga tahun 1629. Beliau juga adalah penerbit Bataviasche
3
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik pendekatan teori dan praktek, (Jakarta: PT. Logos,
Wacana Ilmu, 1999), h. 73
4
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: Percetakan PT Anem Kosong Anem, 1995), Cet ke-V, h. 3
Nouvelle, suratkabar pertama di Indonesia yang terbit pada tahun 1744, satu abad
setelah J.P. Coen meninggal.5
Iklan merupakan salah satu elemen yang dapat dikatakan cukup penting
dalam pemasaran. Iklan merupakan salah satu cara yang sering digunakan oleh
produsen untuk memasarkan produk mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa
periklanan merupakan salah satu elemen penting dari communication mix.
Diantara elemen lainnya dalam bauran komunikasi, periklanan merupakan cara
yang murah untuk meraih khalayak sasaran karena menggunakan media massa
sebagai mediumnya.6
Di era globalisasi dan multi informasi ini iklan telah merambah kesetiap
lorong waktu, gerak nadi dan sisi kehidupan semua lapisan manusia. Iklan dengan
berbagai visi dan misi disampaikan kepada masyarakat kelas bawah hingga atas
dengan meyakinkan. Mulai dari tukang obat maupun penyumbar syahwat hingga
calon pejabat, mereka tidak segan-segan dan malu-malu berjanji, berorasi dan
membeli dengan harga mahal jam tayang televisi dan radio maupun halaman
koran dan majalah untuk menyampaikan maksutnya. 7 Sayangnya iklan yang
terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya noise (gangguan) dalam marketing
karena banyaknya informasi yang diterima oleh masyarakat yang kemudian
menyebabkan masyarakat menjadi kebanjiran informasi.
Masyarakat
kini
menjadi
overcommunicated
karena
pikirannya
berhadapan dengan komunikasi yang berlebihan.8 Keadaan terlalu banyak
5
http://iklancantik.com
Rajeev Batra, John G. Myers, dan David A. Aaker, Advertising Management, (London:
Prentice-Hall International Inc, 1996), Cet. Ke-5. h. 73.
7
http://.Hidayatullah.com
8
Al Ries dan Jack Trout, Positioning: The Battle of Your Mind, International edition,
(Singapore: McGraw-Hill, 1987) h. 5
6
informasi tersebut cenderung membuat konsumen untuk menerima informasi yang
hanya sesuai dengan pengetahuan serta pengalamannya.
Iklan Layanan Masyarakat (Public Service Announcement), Salah satu
bentuk dari Iklan Layanan Masyarakat lebih di tempatkan di tengah-tengah suatu
acara. Iklan ini biasanya dimuat atas permintaan pemerintah atau suatu LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk menggalang solidaritas masyarakat atas
suatu masalah. Sejak awal penyiarannya, Rajawali Citra Televisi Indonesia
(RCTI) banyak menyiarkan iklan yang tidak dibayar semacam ini dengan bentuk
yang sangat menarik.9
Iklan layanan masyarakat yaitu iklan yang bersifat Non profit dan bersifat
sosial keuntungan. Iklan ini adalah berusaha mendapatkan atau membentuk citra
baik di tengah masyarakat, umumnya iklan layanan masyarakat bertujuan
memberikan informasi dan penerapan serta pendidikan kepada masyarakat dalam
rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap
positif terhadap pesan yang disampaikan. Jadi esensi yang membedakan iklan
standar dan iklan layanan masyarakat terletak pada tujuan keuntungan yang diraih
dan diharapkan.10
Tetapi iklan seperti ini masih jarang di Indonesia. Masih banyak yang
belum dipikirkan secara masak pesan dan misi yang hendak disampaikan, di
samping banyak juga media yang belum menyadari pentingnya iklan ini dalam
membangun masyarakat. Iklan seperti ini masih ditempatkan sekadar sebagai
stopper oleh media. Artinya, prioritas pemuatannya berada di belakang. Bila
semua iklan komersial yang dipesan telah masuk dan ternyata ada sisa halaman
9
Rhenald Kasali PhD, Manajemen Periklanan, ( PT. Pustaka Utama Grafiti, 1992), Cet.
Ke-V, h. 121.
10
Rendra, Pengantar Periklanan, h. 66
yang pas, baru iklan layana masyarakat itu bisa masuk. Dapat dibayangkan betapa
terpencilnya posisi iklan layanan masyarakat. Jika dikaji lebih lanjut, akan
menjadi jelas betapa pentingnya iklan layanan masyarakat ini.11
Sebuah iklan yang baik mampu menumbuhkan perasaan suka atau senang
karena perasaan suka maupun tidak suka yang dimiliki konsumen terhadap sebuah
iklan akan diasosiasikan dengan produk yang diiklankan tersebut.12 Dan iklan
yang seperti ini akan menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi pengiklan,
bagaimana mereka harus menyampaikan pesan dengan cara yang dimengerti
masyarakat.
Setiap iklan yang ditayangkan memberikan sesuatu yang berharga bagi
masyarakat sesuai dengan format dan target audience yang sudah ditentukan yang
pada akhirnya diharapkan dapat membentuk sikap pada merek. Tingginya terpaan
iklan melalui berbagai media, membuat audience akan selektif dalam
memperhatikan pesan yang coba di sampaikan karena manusia cenderung untuk
melihat hanya apa yang dilihat dan mendengar apa yang dia dengar.13
Kita dapat membuat produk atau merek menjadi menonjol dalam
periklanan, salah satunya dengan menggunakan daya tarik para figur masyarakat,
seperti, seorang bintang televisi, aktor atau aktris, atlet, ilmuan dan sebagainya.
Selebritis (aktor, aktris, entertainer, atlit) adalah pribadi yang dikenal masyarakat
untuk mendukung suatu produk.14
11
Rhenald Kasali PhD, Manajemen Periklanan, ( PT. Pustaka Utama Grafiti, 1992), Cet.
Ke-V, h. 201
12
Batra. Rajeev. David A. Aaker. Mayers G.John. Advertising Management, (Upper Sadle
River.New York :Prentice-Hall.Inc,1996) Cet. Ke-5. h. 293.
13
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000) h. 53.
14
M. Suyanto, Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia, (Yogyakarta: Andi, 2005), Cet. Ke1, hlm 92
Peneliti melihat dalam salah satu Iklan Layanan Masyarakat Puisi 100
Tahun Kebangkitan Nasional yang di perankan oleh Dedy Mizwar. Dimana iklan
yang mengakat sisi Nasionalisme yang dipelopori oleh Budi Utomo ini
mengingatkan kita kembali akan proses kebangsaan yang mengacu pada
bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini iklan disampaikan dalam
bentuk sastra, dengan memiliki kata-kata yang negatif kemudian dilanjutkan
dengan kalimat yang justru membuat kata negatif itu menjadi positif.
Arti dari Hari Kebangkitan Nasional adalah masa bangkitnya semangat
persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan
350 tahun meskipun kita dari suku, agama, ras dan tempat yang berbeda.15
Dari proses perjalanannya, Budi Utomo dapat dipandang sebagai pelopor
pergerakan nasional untuk melawan penjajah. Organisasi ini berdiri karena
timbulnya suatu kesadaran akan keterbelakangan yang diakibatkan oleh
kolonialisme dan tradisionalisme. Bangsa Indonesia akan ketidaksamaan hak
(diskriminasi) antara penjajah dan bangsa terjajah. Keterbelakangan itu
menimbulkan keinginan untuk maju dan terbebas dari penjajahan. Dengan melalui
berbagai proses yang panjang akhirnya bangsa Indonesia mewujudkan dan
mempertahankan kemerdekaan sampai saat ini.16
Dalam Al-Qur’an, surat Al-Hujuraat ayat 13 dikatakan bahwa,
15
http://www.google.com. Artikel “Arti dari Hari Kebangkitan Nasional Budi Utomo”.
16
http://www.google.com. Artikel ”Perjalanan Seabad Kebangkitan Nasional”.
‫َ ِ*ََرَ(ُ"ا‬$ِ%َ&َ'َ‫ُُ"!ً و‬# ُْ‫َأََ ا
سُ إِﻥ ََْ
َآُْ ِْ ذَآٍَ وَأُﻥَْ وَََْ
َآ‬
. ٌ2ِ&َ ٌ2َِ. َ/‫ِ أَﺕَْآُْ إِن ا‬/‫َ ا‬-ْ
ِ. ُْ,ََْ‫إِن أَآ‬
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lelaki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha tahu lagi Maha Mengenal.”
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti respon dari mahasiswa terhadap
puisi yang dibacakan oleh Dedi Mizwar mengenai Puisi 100 Tahun Kebangkitan
Nasional. Hal ini peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul skripsi ”Respon
Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid Terhadap Iklan Layanan
Masyarakat, 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada gambaran masalah yang diatas, sangat jelas bahwa iklan layanan
masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyebarluaskan
mengenai informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat. Agar lebih
terarah antara masalah yang dikemukakan dengan pembahasannya maka peneliti
memberikan pembatasan dan perumusan masalah yang akan diteliti, yaitu dengan
mengetahui pengertian respon dan jenis-jenis respon yang meliputi kognitif
respon yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan, dan
informasi seseorang mengenai sesuatu yang akan timbul bila adanya perubahan
terhadap apa yang dipahami atau dipresepsi oleh khalayak. Dan afektif respon
yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan nilai seseorang terhadap
sesuatu yang akan timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak
terhadap sesuatu.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang dikemukakan ialah: “Bagaimana Respon
Mahasiswa UIN Syahid Jakarta jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Non Reguler Tahun Angkatan 2004-2007 terhadap Iklan Layanan Masyarakat
Puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang di perankan oleh Dedi Mizwar?”
Subjek penelitiannya adalah Iklan Layanan Masyarakat, Puisi 100 Tahun
Kebangkitan Nasional yang di perankan oleh Dedi Mizwar. Objek penelitian ini
adalah Mahasiswa UIN Syahid Jakarta jurusan KPI Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Non Reguler Tahun Angkatan 2004-2007.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian
ini sebagai adalah: Untuk Menggambarkan Respon Mahasiswa jurusan KPI Non
Reguler Fakultas Dakwah dan Komunikasi Tahun Angkatan 2004-2007, terhadap
Iklan Layanan Masyarakat Puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional yang di
perankan oleh Dedi Mizwar.
Adapun manfaat penelitian ini ialah:
1. Signifikasi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bisa memberikan kontribusi positif dan
menambah jaringan global pada studi periklanan. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan
ilmu-ilmu sosial lainnya,
khususnya dalam bidang ilmu Dakwah dan
Komunikasi.
2. Signifikasi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis,
sehingga bisa memperdalam perkembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang
periklanan, serta menambah kreatifitas dan wawasan baru bagi penerus ilmu
komunikasi mendatang.
D. Metodologi Penelitian
1. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
berupa menarik faktor-faktor dan informasi dari data lapangan yang ditemui
secara angka dengan melihat inti objek penelitian berdasarkan tingkat beragam
dalam data lapangan yang bisa didapat secara akurat, tepat dan terpercaya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, karena dengan
menggunakan metode survei, peneliti dapat mengetahui Respon Mahasiswa
jurusan KPI Non Reguler Fakultas Dakwah dan Komunikasi Tahun Angkatan
2004-2007, terhadap Iklan Layanan Masyarakat Puisi 100 Tahun Kebangkitan
Nasional yang di perankan oleh Dedi Mizwar. Metode survei merupakan metode
data yang ada pada saat penelitian dilakukan. Data dapat dikumpulkan melalui
beberapa tekhnik, seperti quesioner atau angket dan pengamatan atau observasi.
2. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Angket, yaitu dengan cara pengumpulan data dengan menggunakan
daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan tersusun sedemikian
rupa dan memberikan pertanyaan berupa close/open quesioner (pertanyaan
terbuka dan tertutup) dengan mengisi a,b,c,d dan menambahkan alasan.
b. Dokumentasi, dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai hal
yang akan diteliti, dan juga yang berhubungan dengan objek penelitian. Peneliti
mengambil mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan KPI yang
masih aktif pada tahun angkatan 2004-2007. Dan peneliti mengumpulkan data
dengan cara mengumpulkan data melaui buku-buku, internet, dan referensi
lainnya dengan literatur yang relefan dengan pokok permasalahan.
3. Populasi dan Sample
Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa UIN Syahid Jakarta
Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi Non Reguler Tahun Akademik
2004-2007 berjumlah 142 mahasiswa. Adapun cara pengambilan sample dalam
penelitian ini menggunakan Random Sampling atau sampel acak yaitu, karena
didalam pengambilan sampelnya peneliti “mencampur” subjek-subjek didalam
populasi sehingga semua subjek dianggap sama.17
Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini diambil sample sebesar
15% dari populsi 142 orang. Jadi pengambilan sample dalam penelitian ini
sebanyak 22 orang dari Mahasiswa UIN Syahid Jakarta jurusan KPI Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Non Reguler Tahun Angkatan 2004-2007.
4. Teknik Analisa Data
Data yang dikumpulkan dengan penelusuran melalui literatur penelitian
secara langsung, kemudian menganalisanya secara deskriptif. Deskriptif adalah
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT.
Rhineka Cipta, 2006), Cet Ke-13
data-data yang diperoleh melalui angket, kemudian diproses dengan beberapa
tahapan, sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban yang diperoleh dari angket,
lalu dijumlahkan sesuai dengan pengelompokannya.
b. Tabulating, yaitu dengan menjawab jawaban selanjutnya yang
dinyatakan dalam bentuk tabel, sebelumnya diberi kode dan dihitung
prosentasenya, sehingga dapat diketahui kecendrungan tiap-tiap alternatif
jawaban.
c. Kesimpulan, yaitu memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan
penafsiran data.
Prosentase, data yang diperoleh dan deskripsi kualitatif kemudian diolah
menjadi analisa statistik deskriptif dengan menggunakan statistik persentase
sebagai berikut:
P = F / N X 100%
Keterangan:
P= Besarnya Persentase
F= Frekuensi (Jumlah Jawaban Responden)
N= Jumlah Responden18
Adapun tekhnik penulisan skripsi ini, berpedoman pada buku pedoman
penulisan karya ilmiah, yang diterbitkan UIN Syahida Jakarta CeQDA tahun
2007.
E. Tinjauan Pustaka
18
Anas Sarjono, Pengantar Statistic Pendidikan, (jakarta: Grafindo Persada, 1997), h. 40
Dalam penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada skripsi-skripsi yang
pernah membahas permasalahan seputar respon mengenai iklan. Adapun skripsi
yang pernah membahas permasalahan tersebut diantaranya, “Respon Mahasiswa
Jurusan KPI Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Syahid Jakarta Terhadap
Fenomena Poligami AA Gym Pada Acara “Topik Minggu Ini” Liputan 6 Edisi 6
Desember 2006 Di Stasiun Televisi SCTV”, dan “Respon Masyarakat Patal
Senayan Terhadap Tayangan Bintang Iklan Sabun Lux Di Televisi”. Sedangkan
penulis mengambil judul tentang “Respon Mahasiswa Dakwah Dan Komunikasi
Jurusan KPI Non Reguler 2005-2006 Terhadap Iklan Layanan Masyarakat, Puisi
100 Tahun Kebangkitan Nasional Yang Diperankan Oleh Dedi Mizwar”, ditulis
oleh Rany Ika Rahmadhani NIM: 104051001770 Jurusan Komusikasi dan
Dakwah.
Meskipun penulis melakukan rujukan terhadap skripsi tersebut diatas,
penelitian yang di lakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis
membahas tentang faktor-faktor yang menyebabkan adanya respon dan respon apa
yang diberikan oleh Mahasiswa UIN Syahid Jakarta jurusan KPI Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Non Reguler Tahun Akademik 2004-2007 tentang Puisi
100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional.
F. Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan
Bab ini yang didalamnya meliputi latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis
Membahas tentang ruang lingkup respon meliputi pengertian, macammacam dan faktor-faktor respon. Metode pada iklan meliputi,
pengertian, jenis-jenis, proses pembuatan, daya tarik dan konseptual
pada iklan.
Bab III Gambaran Umum Objek Penelitian
Membahas sekilas tentang profil Ipang Wahid, Dedi Mizwar. Dan profil
Mahasiswa KPI Dakwah dan Komunikasi Syahid Jakarta meliputi,
sejarah singkat, visi misi, tujuan dan kompetensi jurusan KPI, serta
struktur organisasi meliputi, susunan dan bagan organisai.
Bab IV Interpretasi Data Meliputi
Respon Mahasiswa Dakwah Dan Komunikasi Jurusan KPI Non Reguler
Tahun Akademik 2004-2007 Terhadap Iklan Layanan Masyarakat Isi
Puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional Yang Diperankan Oleh Dedi
Mizwar, membahas hasil penelitian..
Bab V
Penutup
Meliputi, kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respon
Ruang lingkup respon terbagi atas, pengertian respon, macam-macam
respon, dan teori stimulus respon.
1. Pengertian Respon
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“Respon adalah tanggapan, reaksi, atau jawaban terhadap suatu gejala atau
peristiwa yang terjadi.19
Sedangkan dalam Kamus Lengkap Psikologi disebutkan bahwa “Respon
adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu
perangsang atau berarti satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes
atau satu kuisioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas
kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.20
Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan di sebutkan bahwa “Respon adalah
reaksi psikologia-metabolik terhadap tibanya suatu rangsangan, ada yang bersifat
19
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), edisi ke-3, h. 585.
20
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
Cet. Ke-9, h. 432
otonomis seperti refleksi dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat
terkendali.21
Sama halnya dengan pengertian di Kamus Besar Bahasa Indonesia,
menurut Poerwadarminta, Respon diartikan sebagai tanggapan, reaksi dan
jawaban.22 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi
serangkaian komunikasi. Dan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respons
dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang
besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi. 23
Agus Sujanto mengemukakan bahwa, yang disebut tanggapan adalah
gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati.24
Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat
(yang tertinggal) dari pengamatan. Jadi, pengertian tanggapan adalah gambaran
ingatan dari pengamatan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi, tenggapan sebagai
salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari
gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek yang telah diamati tidak
lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah
berhenti hanya kesannya saja. Peristiwa itu disebut sebagai “tanggapan”.25
Respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap
orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi merupakan jalinan
proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien, apabila unsurunsur didalamnya terdapat keteraturan.
21
D. Save Dasun, kamus besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan
Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964.
22
Poerwadarminta, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-3, h.43.
23
Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-2, h. 50.
24
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-2, h. 31.
25
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Reneka Cipta, 1992), Cet. Ke-3, h. 64.
2. Macam-Macam Respon
Subjektifitas manusia berada secara bebas dalam bidang stimulus yang
mereka terima maupun yang mereka hasilkan. Titik berat perspektif ini pada teori
belajar yang memandang bahwa perilaku manusia seperti suatu rangkaian
Stimulus - Respon (S-R). Setiap orang dapat memodifikasi stimulus yang mereka
terima (pesan dimodifikasi oleh stimulus yang diterimanya). Perilaku manusia
pertama-tama
dilukiskan
sebagai
sesuatu
yang
sederhana
ini
segera
dimodifikasikan dengan memperbesar tekanan pada organisme (O). Perilaku
manusia dari notasi itu di tulis dalam S-O-R. Ketika ilmuwan menjelaskan bahwa
organisme sangat aktif sebagai penangkap stimulus dalam hal ini (O) menunjukan
adanya pemprosesan mental atau penyaringan konsep yang terjadi dalam
organisme manusia.26
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini
semula berasal dari psikologi, kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak
mengherankan karena, objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah
sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini,
perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Dalam proses komunikasi berkenan dengan sikap adalah aspek “How”
bukan “What” atau “ Why”. Dalam hal ini How To Change The Attitude,
bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak
bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar
melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan
26
13.
Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Andi, 2002), Cet. Ke- 1, h.
mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian
dari komunikan.
Proses berikutnya komunikan mengerti kemampuan komunikan inilah
yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengelola dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.27
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan
dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: Pesan (stimulus,
S), Komunikan (organism, O), dan Efek (Respon, R)28.
Dalam bentuk eksperimen, penelitian dengan model ini dilakukan
Hovland. Model ini juga sering disebut “Bullet Theory” (teori peluru) karena
komunikasi dianggap secara pasif menerima pesan-pesan komunikasi. Bila kita
menggunakan komuniktor yang tepat, pesan yang baik, atau media yang benar.
Komunikasi dapat diarahkan kehendak kita, karena behaviorisme amat
mempengaruhi model ini, DeFleur menyebutnya sebagai “The Mechanistic” S-R
Theory”.29
Teori S–O–R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang
terdapat dalam komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa
memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience
(penonton atau pendengar).30
27
Onong Uchjana Efendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Adytia Bakti, 2003), Cet. Ke-3, h. 254-256
28
Ibid., h. 256
29
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), Cet ke-12, h. 62
30
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Cet ke-9, h. 520
Perinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu perinsip belajar
yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulti tertentu.
Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu
kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama
dari teori ini adalah pesan (stimulus), seseorang atau receiver (organisme), dan
efek (respon).31
3. Jenis-jenis Respon
Respon yang berarti efek atau tanggapan, yang berasal dari perkembangan
penelitan efek komunikasi massa. Menurut Steven M. Chafee, ada tiga pendekatan
dalam melihat efek media massa, pendekatan yang pertama yaitu kecendrungan
melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu
sendiri, sedangkan pendekatan kedua yaitu melihat jenis perubahan yang terjadi
pada diri khalayak komunikasi massa, baik itu dari penerimaan
informasi,
perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku, atau dengan istilah lain,
perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga meninjau satuan
observasi yang dikenai efek komunikasi massa, seperti indivdu, kelompok,
organisasi, masyarakat atau bangsa.32
Dalam hal ini, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral disebut juga
sebagai respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif (behavioral). Berikut
ini adalah penjelasan dai jenis-jenis respon tersebut:
1.
Kognitif Respon, ialah respon yang berkaitan erat dengan
pengetahuan, keterlampilan, dan informasi seseorang mengenai
31
Ibid., h. 514
Jalaludin Rakhmat, Pskologi Komunikasi, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
Cet. Ke-21, h. 218.
32
sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa
yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.
2.
Afektif Respon, ialah yang berhubungan dengan emosi, sikap dan
nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada
perubahan pada apa yang di senangi khalayak terhadap sesuatu.
3.
Konatif Respon, ialah respon yang berhubungan dengan perilaku
nyata, yang meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan berprilaku.33
Seseorang yang melakukan tanggapan satu waktu menerima bersama sama
stimulus. Supaya stimulus dapat disadari oleh individu, stimulus harus cukup
kuat, apabila stimulis tidak cukup kuat agaimanapun besarnya perhatian dari
individu, stimulus tidak akan ditanggapi atau disadari oleh individu yang
bersangkutan, dengan demikian ada batasan kekuatan minimal dari stimulus, agar
stimulus dapat memindahkan kesadaran pada individu tersebut ambang stimulus.
Kurang dari kekuatan tersebut individu tidak akan menyadarinya.34
B. Sekilas Tentang Iklan
1. Sejarah Iklan
Sebelum Gutenberg menemukan sistem percetakan pada tahun 1450, iklan
sudah dikenal peradaban manusia dalam bentuk pesan berantai. Pesan berantai itu
disampaikan untuk membantu kelancaran jual beli dalam masyarakat, yang kala
33
Rakhmat Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Ras Kadarya, 1999),
34
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 185
h. 218
itu mayoritas masih belum mengenal huruf, dengan cara-cara barter. Dunia
pemasaran menyebut pesan berantai itu sebagai the word of mouth.
Selangkah lebih maju dari peradaban lisan, manusia mulai menggunakan
sarana tulisan sebagai alat penyampaian pesan. Ini berarti pesan iklan sudah dapat
dibaca berulang-ulang dan dapat disimpan. Saat ini pun kita masih bisa
menyaksikan sisa-sisa peradaban itu berupa peninggalan barusia 3000 tahun yang
berisikan iklan pengumuman tentang budak yang lari dari tuannya. Sementara itu
dalam masyarakat Yunani dan Romawi, ketika itu iklan pada Terakota dan
Perkamen sudah mulai digunakan untuk kepentingan lost and found. 35
Iklan tulis mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno. Ketika itu, iklan berisi
mengenai budak-budak yang melarikan diri dari tuannya atau mengenai
penyelenggaraan pertandingan Gladiator, pada masa ini iklan hanyalah berupa
surat edaran. Beberapa waktu kemudian barulah muncul metode periklanan yang
ditulis dengan tangan dan dengan kertas yang lebih besar di Inggris. Iklan pertama
yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret pada tahun
1648, sampai tahun 1850-an. Di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di
suratkabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan majalah
pertama muncul dalam majalah Harper tahun 1864.36
Kemudian bentuk iklan mengalami perkembangan menjadi relief-relief
yang diukir pada dinding-dinding. Penggalian puing-puing Herculaneum
membuktikan
hal
itu,
yakni
ketika
ditemukan
gambar
dinding
yang
mengumumkan rencana penyelenggaraan pesta pertarungan Gladiator. Pada
jaman Caesar, banyak toko di kota-kota besar yang telah mulai memakai tanda
35
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: Percetakan PT Anem Kosong Anem, 1995), Cet ke-V, h. 3
36
http://iklancantik.com
dan simbol atau papan nama. Itulah media utama dalam beriklan yang digunakan
masyarakat Romawi pada saat itu. Setelah sistem percetakan ditemukan oleh
Gutenberg pada tahun 1450 dan muncul sejumlah surat kabar mingguan, iklan
semakin sering digunakan untuk kepentingan komersial.
Melalui iklan orang dapat mempelajari sejarah peradaban manusia pada
suatu masa. Pada awal abad ke 16 dan 17, yang banyak ditampilkan adalah iklan
tentang budak belian, kuda (pada masa itu belum ada mobil), serta produk-produk
baru seperti buku dan obat-obatan. Munculnya iklan buku dan obat-obatan ketika
itu menunjukan bahwa waktu itu orang sudah memperhatikan kesehatan dan
pendidikan. 37
Sedangkan sejarah Iklan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh
seorang Belanda yang bernama Jan Pieterzoon Coen, seorang Gubernur Belanda
pada tahun 1619 hingga tahun 1629. Beliau juga adalah penerbit Bataviasche
Nouvelle, suratkabar pertama di Indonesia yang terbit pada tahun 1744, satu abad
setelah J.P. Coen meninggal.38
2. Pengertian Iklan
Iklan adalah segala bentuk pengajaran non personal dari promosi ide,
barang atau jasa oleh sebuah perusahaan tertentu yang disajikan di dalam media
massa maupun media elektronik.39
Iklan adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh perseorangan, kelompok
perusahaan atau badan-badan pemerintah dalam suatu harian, penerbitan berkala
37
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: Percetakan PT Anem Kosong Anem, 1995), Cet ke-V, h. 3
38
http://iklancantik.com
39
Suparno Ahmad dan Restu Agung, Marketing Profesional Strategi dan Trik Dalam
Menjual Produk, (Jakarta: T.pn,2004) h. 73
barang cetakan yang diedarkan secara luas (seperti buku telepon, buku-buku
pameran, dan sebagainya) atas dasar pembayaran.40
Otto klepper (1986), seorang ahli periklanan terkenal asal Amerika,
merupakan orang yang berjasa besar dalam menurut asal muasal istilah
Advertising. Dalam bukunya yang berjudul Advertisng Procedure, dituliskan
bahwa istilah advertising berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti
mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain salah satunya pengertian
komunikasi adalah mengoperkan pesan dari satu pihak ke pihak lain, baik melalui
lisan, media cetak, radio, televsi, komputer, media luar ruang dan sebagainya.41
Iklan adalah berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada
khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan. Atau juga dapat
bermakna sebagai pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang dan
jasa yang dijual dipasang di dalam media massa, seperti surat kabar dan majalah.
Iklan adalah penyampaian pesan untuk khalayak sasaran tertentu.42
Istilah iklan juga sering dinamai dengan sebutan yang berbeda-beda. Di
Amerika dan Inggris disebut dengan Advertising, yang berarti produk dari
kekuatan-kekuatan besar yang membentuk masyarakat modern, dimulai dengan
mesin cetak.43 Di Perancis disebut Reclamare yang berarti meneriakan sesuatu
secara berulang-ulang. Bahasa belanda menyebutnya Advertentie. Bahasa-bahasa
latin menyebutnya dengan Advertere yang berarti berlari menuju ke depan,
sementara bahasa arab menyebutnya dengan i’lan. Tampaknya istilah dari arab
40
Ensiklopedia Indonesia Vol.III,1998, h. 1376
Rendra Widyatam, Pengantar Periklanan, (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005),
Cet ke-1, h. 13
42
Kasiyan, Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan (Yogyakarta: PT.
Ombak, 2008), Cet ke-1, h. xxvii
43
Jhon Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet ke-8. h. 106
41
inilah (yaitu i’lan yang oleh karena menggunakan lidah indonesia, melafalkan
menjadi iklan) kemudian di adopsi kedalam bahasa indonesia untuk menyebut
Advertensi. Istilah periklanan di indonesia menurut catatan bedjo rianto pertama
kali di perkenalkan oleh Soedardjo Tjkor Rosisworo. Seorang tokoh pers nasional
pada tahun 1951 untuk menggantikan istilah advertentie atau advertising agar
sesuai dengan semangat penggunaan bahasa indonesia.
Soedarjo lebih memilih rujukan dari bahasa Arab untuk menyebut
advertentie atau reklame. Ia melafazkan kata I’lan dalam bahasa arab untuk di
ucapkan ke dalam lidah orang indonesia sebagai iklan, Istilah inilah yang sampai
sekarang populer digunakan. Pilihan soedarjo atas istilah I’lan tersebut di dasari
oleh semangat anti barat, khususnya belanda yang menjajah bangsa indonesia saat
itu. Semangat anti belanda itu tidak saja di wujudkan dengan pertempuran
mengusir belanda dari tanah air, namun juga di perlihatkan dengan tidak
menggunakan istilah-istilah dari bahasa belanda. Pencarian istilah dari bahasa
Arab. Pemilihan istilah dari Bahasa Arab lebih dipilih karena faktor penyebaran
agama Islam yang begitu pesat di Indonesia ketika itu, yang menjadikan
keudayaan Arab lebih diterima oleh masyarakat sehingga istilah I’lan diadopsi
sampai sekarang.44
Menurut organisasi professional semacam AMA (The American Marketing
Association). Disebutkan oleh AMA bahwa iklan merupakan setiap bentuk
pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan
dan layanan yang bersifat non personal atas tanggungan sponsor. bentuk
44
Rendra Widyatam, Pengantar Periklanan, (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005),
Cet ke-1, h. 14
presentasi dan promosi dari ide, barang dan jasa yang bersifat non-personal dan
menggunakan pembayaran oleh sponsor yang teridentifikasi.45
Pertumbuhan iklan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh modal swasta di
sektor perkebunan dan pertambangan pada tahun 1870. Pada jaman ini, beredar
iklan brosur untuk pertama kalinya. Iklan tersebut berisi promosi perusahaan
komersial. Selain brosur, digunakan pula iklan display. Pada awal abad 20, biro
reklame mulai bermunculan walau tidak bertahan lama karena masalah
perekonomian. Biro reklame pada masa itu dapat dikelompokkan dalam kategori
besar (biasanya dimiliki oleh orang Belanda), menengah, dan kecil (dimiliki oleh
orang Tionghoa dan bumiputera). Biro reklame Indonesia kembali bangkit sekitar
1930-1942. Iklan yang dikeluarkan semakin beragam (pencarian kerja,
pernikahan, kematian, serta perjalanan). Iklan juga sempat menjadi sarana
propaganda
Jepang
di
Indonesia.
Berbagai
poster
dan
selebaran
mengkampanyekan Jepang sebagai “Pelindung, Cahaya, dan Pemimpin”.46
3. Jenis-Jenis Iklan
Menurut Bittner (1986), ada 2 jenis iklan yaitu, iklan standar & iklan
layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang di tata secara khusus untuk
keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui
media periklanan. Tujuan dari iklan ini yaitu untuk merangsang motif dan minat
para pembeli serta untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi atau dengan
kata lain iklan ini dapat di sebut dengan iklan komersil.
45
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: Percetakan PT Anem Kosong Anem, 1995), h 10.
46
www. Google.com. Users. Muohio. Edupersatuan Perusahaan Periklanan Indonesia.
(2004). Reklame, sejarah, periklanan Indonesia. Galang press. Accses 13-11-08 05:50 pm.
Sedangkan iklan layanan masyarakat yaitu iklan yang bersifat Non profit
dan bersifat sosial keuntungan. Iklan ini adalah berusaha mendapatkan atau
membentuk citra baik di tengah masyarakat, umumnya iklan layanan masyarakat
bertujuan memberikan informasi dan penerapan serta pendidikan kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. Jadi esensi yang
membedakan iklan standar dan iklan layanan masyarakat terletak pada tujuan
keuntungan yang diraih dan diharapkan.47
Alo Liliweri (1992) juga membaginya dalam 2 (dua) kelompok besar,
yaitu:
1. Iklan komersial: adalah iklan yang bertujuan mendukung kampanye
pemasaran suatu produk atau jasa yang dimuat atau disiarkan melalui
media audio (radio) atau audiovisual (televisi), dalam bahasa Inggris
biasa disebut commercial saja.
Iklan Non Komersial: banyak jenis-jenisnya, termasuk iklan undangan
tender, orang hilang, lowongan kerja, duka cita, dan sebagainya. Iklan
non komersial merupakan bagian dari kampanye sosial marketing yang
bertujuan “manjual gagasan” atau ide untuk kepentingan atau
pelayanan masyarakat (public service), disebut Iklan Layanan
Masyarakat (ILM) atau Public Service Advertising (PSA).
2. Iklan Corporate: adalah iklan yang bertujuan citra (image) suatu
perusahaan yang pada akhirnya tentu diharapkan juga membangun
47
Rendra, Pengantar Periklanan, h. 66
citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan
tersebut.48
Secara umum pembagian menurut praktisi periklanan, iklan berdasarkan
media yang digunakan dapat dikelompokan dalam dua kategori besar, yaitu iklan
above the line dan iklan bellow the line.
Iklan media above the line adalah media yang bersifat massa. Massa yang
dimaksut adalah bahwa khalayak sasaran berjumlah besar, antara satu sama lain
tidak saling kenal dan menerpa pesan iklan secara serempak. Beberapa media
yang masuk dalam kategori ini adalah: surat kabar, majalah, tabloid, televisi,
radio, film, dan media interaktif internet.
Sedangkan iklan bellow the line adalah iklan yang menggunakan media
khusus. Media khusus dalam iklan ini adalah: poster, spanduk, baliho, bus panel,
bus stop, point of purchase (POP), stiker, shop sign, flayers, hanging display, dan
sebagainya. 49
Iklan juga dibagi dalam kategori jenis media yang dipakai, yaitu:
1. iklan media cetak, yaitu iklan yang dibuat dan dipasang dengan
menggunakan teknik cetak, baik cetak dengan teknologi sederhana
maupun teknologi tinggi, diantaranya: iklan baris, iklan kolom, iklan
advertorial, dan iklan display.50
2. iklan media elektronik, yaitu iklan yang menggunakan media berbasis
perangkat elektronik. Iklan elektronik dapat dibagi dalam 4 jenis, yaitu:
48
Agus S. Madjadikara, Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004). h. 17-18
49
Rendra, Pengantar Periklanan, h. 76
50
Ibid,. h. 79
iklan radio, iklan televisi, iklan film, dan iklan yang dipasang dalam media
jaringan atau internet.51
4. Iklan Layanan Masyarakat
Di negara-negara maju iklan telah dirasakan manfaatnya dalam
menggerakkan solidaritas masyarakat manakala menghadapi suatu masalah sosial.
Dalam iklan tersebut disajikan pesan-pesan sosial yang dimaksudkan untuk
membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus
mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan
umum.
Iklan seperti ini disebut Iklan Layanan Masyarakat atau (ILM). Iklan
seperti ini memang jarang di Indonesia. Masih banyak yang belum dipikirkan
secara masak pesan dan misi yang hendak disampaikan. Disamping banyak juga
media yang belum menyadari pentingnya iklan ini dalam membangun masyarakat.
Iklan seperti ini masih ditempatkan sekedar sebagai stopper oleh media.
Artinya, prioritas pemuatannya berada dibelakang. Bila semua iklan komersial
yang dipesan telah masuk dan ternya ada sisa halaman yang pas. Baru ILM itu
bisa masuk. Dapat dibayangkan betapa terpencilnya posisi ILM.52
Melalui ILM orang bisa diajak berkomunikasi guna memikirkan sesuatu
yang bersifat memunculkan kesadaran baru yang bersumber dari nurani individual
maupun kelompok. Di antaranya, hal-hal yang berorientasi tentang lingkungan
hidup, sosial kemasyarakatan dan kebudayaan.
5. Iklan Televisi
51
Ibid,. h. 87
Rhenaldkasali PhD, Manajemen Periklanan, konsep dan aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), Cet ke-V, h. 201.
52
Televisi adalah salah satu media yang bisa digunakan untuk pemasangan
iklan. Definisi dari iklan televisi menurut Charles J. Dirksen adalah pesan
penjualan yang disiarkan oleh pengiklan pada program yang telah disponsori atau
selama break pada saat acara sedang berlangsung.53
Iklan televisi adalah sebuah aktivitsas di dalam dunia komunikasi,
karenanya cara kerja iklan juga menggunakan prinsip komunikasi. Iklan televisi
adalah media untuk mengkomunikasikan individu (masyarakat pemirsa) dengan
materi produk yang diiklankan. Dan untuk membangkitkan citra produk yang
diiklankan, maka digunakan simbol-simbol untuk membangun citra, serta makna
dan kesadaran terhadap sebuah realitas sosial.
Dengan realitas sosial iklan televisi, penciptaan realitas dilakukan
bersama-sama antara pencipta iklan dan media televisi. Dengan kata lain individu
tidak sendirian menciptakan realitas, namun penciptaan itu dibantu oleh kekuatan
media, bahkan tanpa media televisi sekalipun realitas itu tidak ada. Dengan
demikian, realitas iklan televisi hanya ada dalam media televisi, baru kemudian
terjadi proses decoding dan recoding oleh pemirsa saat dan setelah ia menonton
televisi. Proses ini berlangsung didalam kognisi pemirsa dan membantuk theater
of mind didalam pikiran mereka.54
Iklan televisi memiliki dua komponen penting, yaitu: audio dan video.
Video/visual adalah elemen iklan yang terlihat dalam layar televisi. Komposisi
visual umumnya lebih mendominasi karena mengkomunikasikan suatu ide, pesan
atau citra, serta lebih menarik perhatian audience.
53
Charles J.Dirksen dan Arthur Kroeger, Strategic Brand Management, (New Jersey:
Prentice Hall, 1995), h. 478.
54
42
Burhan Bungin, Imagi Media Massa, (yogyakarta: PT. Jendela, 2001), Cet ke-1, h. 39-
a. Elemen Video
Elemen video dari iklan televisi adalah apa yang bisa dilihat pada layar
televisi. Bagian visual yang ditampilkan melalui video umumnya
mendominasi iklan televisi. Elemen visual ini mampu menarik perhatian
audiens sekaligus menyampaikan ide, pesan dan image. Untuk itu tim
kreatif
sangat
mengandalkan
unsur
visual
untuk
menyampaikan
konsepnya.
b. Elemen Audio
Elemen audio televisi terdiri dari musik, suara dan sound effects, atau
kombinasi dari keseluruhan elemen tersebut. Penggunaan ketiganya
berbeda karena harus dihubungkan dengan bagian visualnya. Suara yang
digunakan dalam iklan televisi bisa berbentuk direct presentation,
percakapan atau voice-over.
Dalam kamus besar bahasa indonesia di sebutkan bahwa “Televisi adalah
sistem pencarian gambar yang di sertai dengan bunyi (Suara) melalui kabel atau
melalui angkasa dengan menggunakan alat yang menggubah cahaya (Gambar)
dan bunyi (Suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi
berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang di dengar pesawat penerima
gambar siaran televisi.55
Berdasarkan bentuknya, iklan televisi dapat dikelompokan dalam beberapa
jenis iklan, yaitu:
a. live Action, adalah video klip yang melibatkan unsur gambar, suara, dan
gerak secara bersamaan. Live action yang paling banyak diperlihatkan
55
Depdiknas, kamus belajar indonesia, h.1162
dalam iklan televisi adalah berupa cuplikan kehidupan sehari-hari
masyarakat.
b. Superimposed, bentuk iklan televisi dalam bentuk gambar iklan yang
diperlihatkan di atas gambar lain, dalam hal ini ketika gambar yang
muncul biasanya diperlihatkan diujung layar, baik atas, kiri bawah, kanan
atas dan kanan bawah, sementara siaran televisi tetap berlangsung.
Umumnya durasi iklan superimposed berkisar antara 5 sampai dengan 10
detik.
c. Animation, merupakan iklan yang dibangun berdasarkan gambar-gambar
kartun (baik dua maupun tiga dimensi), yang digambar dengan
keterampilan tangan maupun animasi komputer.
d. Stop Action, adalah iklan televisi yang berbentuk perpaduan antara teknik
live action (gambaran kehidupan sehari-hari) dan teknik animasi gambar
sehingga memberikan dengan baik dan menarik. Stop Action banyak
digunakan untuk mengiklankan produk makanan, minuman, obat-obatan,
dan sebagainya.
e. Musik, yaitu iklan televisi yang disampaikan melalui musik sebagai media
penyampaian pesan. Artinya, pesan iklan dikemas dalam sebuah alunan
musik sebagai kekuatan utama iklan. Jadi musik yang digunakan bukan
sekedar sebagai pengiring ilustrasi pesan iklan, melainkan pesan iklan
tersebut disampaikan dengan menggunakan musik.
f. Sponsor Program, adalah bantuk iklan televisi dimana pihak pengiklan
atau sponsor membiayai program acara televisi tertentu dan sebagai
imbalannya
ia
dapat
menyampaikan
pesan
iklan
dengan
lebih
mendominasi. Sponsor program dapat dilakukan dengan cara blocking
time, yaitu cara dimana sponsor membeli waktu siaran televisi selama
durasi tertentu dimana waktu yang dibelinya tersebut digunakan untuk
menyampaikan pesan iklan.
g. Caption, bentuk dari iklan televisi yang menyerupai superimpose.
Bedanya, dalam caption, pesan yang digunakan hanya berupa tulisan saja
yang muncul di layar bawah. Biasanya berfungsi untuk menerangkan
bahwa busana make-up yang dikenakan oleh presenter adalah dari
perusahaan tertentu.
h. Ad Lib, yaitu iklan yang disampaikan dan diucapkan oleh penyiar secara
langsung, baik diantara satu acara dengan acara yang lain maupun
disampaikan oleh pembawa program acara tertentu.
i.
Promo Ad, adalah iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi untuk
mempromosikan
acara-acaranya
dengan
harapan
pemirsa
tertarik
menonton acara yang ditayangkan, sehingga program acara tersebut
mendapatkan jumlah pemirsa yang cukup banyak, sehingga program acara
tersebut mendapatkan jumlah pemirsa yang cukup banyak. Jika rating
pemirsa tinggi, maka pengiklan akan berminat memasang iklan pada acara
tersebut.56
Sebagaimana diketahui, iklan televisi adalah wacana publik dalam ruang
sosiologi yang telah menghidupkan diskusi-diskusi tanpa henti dikalangan
anggota masyarakat. Sekilas wacana iklan televisi ini menunjukan adanya
kekuatan media (khususnya televisi) dalam realitas masyarakat.
56
Ibid,. Hal. 92-102
Pada mulanya iklan televisi merupakan subkajian studi masyarakat dan
komunikasi massa, kemudian bersentuhan dengan studi media massa dan
sosiologi media serta konstruksi sosial. Di saat iklan memasuki era iklan televisi,
pesan-pesan iklan menjadi semakin hidup, bergairah, dan memenuhi sasaran
secara lebih efektif bila dibandingkan dengan iklan melalui medium lainnya.
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Teks Puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional
Pada saat Dedi Mizwar membacakan puisi 100 Tahun Hari Kebangkitan
Nasional, beliau sedang duduk kursi sederhana, dengan latar dinding hitam polos,
dan membacakan puisi 100 Tahun Hari Kebangkitan nasional dengan
penghayatan yang mendalam.
Berikut ini adalah kutipan dari iklan layanan masyarakat mengenai puisi
100 Tahun Kebangkitan Nasional yang telah dibacakan oleh Dedi Mizwar:
Bangkit itu Susah...
Susah melihat orang lain susah
Senang melihat orang lain senang
Bangkit itu Takut...
Takut untuk korupsi
Takut untuk makan yang bukan haknya
Bangkit itu Malu...
Malu menjadi benalu
Malu karena minta melulu
Bangkit itu Marah...
Marah bila martabat bangsa dilecehkan
Bangkit itu Mencuri...
Mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu Tidak ada...
Tidak ada kata menyerah
Tidak ada kata putus asa
Bangkit itu Aku untuk INDONESIA-ku
B. Produksi dan penayangan
Produksi Iklan layanan masyarakat, 100 Tahun Kebangkitan Nasional
yang diperankan oleh Dedi Mizwar muncul ketika sebelum tanggal 20 mei 2009
lalu sudah beredar. Iklan ini meliputi durasi pemutaran 0,53 detik 2.989 kb.
Penayangan dalam iklan ini terdapat di stasiun televisi indonesia terdiri dari
RCTI, SCTV, ANTV, TV 7, TRANS TV, TPI, INDOSIAR, dan TVRI.
C. Tentang Pengarang
Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional, tidak sedikit produkproduk dalam pemasaran iklan televisi menyangkut pautkan produk mereka
kedalam tema Hari Kebangkitan Nasional ataupun iklan layanan masyarakat itu
sendiri. Adapun pihak yang bersangkutan dalam pembuatan Iklan Layanan
Masyarakat puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional meliputi:
a. Produser, Sutradara dan Pengarang
Kebangkitan Nasional
Puisi 100
Tahun Hari
Dalam suatu konsep yang bertujuan untuk memberikan informasi dan
penerapan serta pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan iklan
standart dan iklan layanan masyarakat terletak pada tujuan keuntungan yang
diraih dan diharapkan, dalam pembuatan Iklan Layanan Masyarakat 100 Tahun
Kebangkitan Nasional Yang Diperankan Oleh Dedi Mizwar.
Adapun seorang Ipang Wahid terlahir di komunitas salah satu organisasi
Islam terbesar di Indonesia Nahdatul Ulama (NU) yang menjadikan Iklan
Layanan Masyarakat 100 Tahun Kebangkitan Nasional sebagai Produser,
Sutradara, dan pengarang puisi tersebut. Pria kelahiran Jakarta, 25 Februari 1969
ini, adalah putra sulung seorang tokoh besar NU Solahudin Wahid.57
Meski terlahir di komunitas santri, Irfan Wahid, demikian nama
sebenarnya dari Ipang Wahid, lebih memilih jalur seni dalam mengisi dan
mengekpresikan kehidupannya. Ia mempelajari design grafis di Institut Kesenian
Jakarta (IKJ). Selepas dari IKJ pada tahun 1991, Ipang melanjutkan studinya ke
The Art Institute of Seattle Amerika, untuk mempelajari musik dan bisnis video.
Berbekal pendidikan di IKJ, keponakan mantan Presiden Abdurrahman
Wahid ini merambah dunia periklanan dengan mengambil posisi sebagai
sutradara. Di bidang ini, ratusan iklan telah lahir sebagai buah karyanya. Berbagai
penghargaan di dunia periklanan pun ia kantongi dan tidak sedikit Ipang Wahid
menyutradarai Iklan ternama.
Tak putus di situ, ia pun merambah dunia pertelevisian dengan
memproduksi berbagai acara yang penuh nuansa Islami dan sosial, di antaranya
“Naik Haji Gratis”, “Renovasi Sekolah” yang ia garap besama bersama Helmy
57
Wawancara Pribadi Via Hand Phone dengan Dedi Mizwar
Yahya. Dan tak berlama lama lagi akan muncul tayangan “Kafe Dakwah”
berkolaborasi dengan Ust. Arifin Ilham.
Berbekal kemampuan yang dimilikinya, ia pun menjadi Konsultan
Komunikasi. Salah satu mitranya adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia
menjadi Koordinator Public Relation (PR) Fraksi PKS, dan juga duduk sebagai
anggota Dewan Pakar PKS. Ipang mengakui, senang berada di PKS, karena
banyak kontribusi yang ia berikan. Dan hal itu menurutnya bagian dari dakwah
yang ia jalani.58
b. Sekilas Tentang Dedi Mizwar Pembaca Puisi 100 Tahun Hari
Kebangkitan Nasional
Deddy Mizwar, lahir di Jakarta, 5 Maret 1955. Ia pertama kali terjun ke
dunia film pada 1976, dengan membintangi film Cinta Abadi arahan sutradara
Wahyu Sihombing. Pada tahun 1986 Dedi Mizwar pernah terpilih sebagai aktor
terbaik dengan meraih empat Piala Citra sekaligus dalam FFI pada tahun 1986 dan
tahun 1987 itu memilih profesinya di bidang teater, dan melepaskan pekerjaannya
sebagai pegawai negeri pada tahun 1976.
Hingga saat ini Deddy Mizwar tercatat telah membintangi 73 judul film,
dan berkali-kali meraih penghargaan Piala Citra baik sebagai peran utama maupun
peran pembantu. Film-filmnya di antaranya, Arie Hanggara, Naga Bonar, Kejarlah
Daku Kau Kutangkap, Opera Jakarta, Sunan Kalijaga, Syech Siti Jenar dan
Kuberikan Segalanya.
58
www.google.com artikel “Profile Ipang Wahid”
Melalui rumah produksi PT Demi Gisela Citra Sinema yang didirikannya
pada tahun 1997, Deddy memproduksi sejumlah sinetron dan film. Di antaranya,
Mat Angin, Sang Pengembara, Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat dan Para
Pencarimu Tuhan. Dalam ketiga sinetron itu, Deddy Mizwar juga berperan
sebagai pemain utama. Sementara versi film layar lebar Kiamat Sudah Dekat
menjadi debut pertama filmnya setelah perfilman nasional ”Mati Suri”.
Film yang dibintangi anaknya Senandung Nacita, vokalis band Stinky,
Andre Stinky, Ayu Pratiwi dan juga didukung Dewi Yull dan Chintami
Atmanegara ini mencoba mengingatkan penonton agar tidak terlena dengan
kehidupan duniawi. Selain itu Pak Haji, demikian biasa disebut ingin
menyumbangkan karyanya di saat industri film di tanah air sedang mengalami
semangat kebangkitan.
Deddy kemudian memproduksi sekuel Naga Bonar Jadi 2 pada tahun 2007
lalu yang juga berhasil menjadi film terbaik FFI 2008 dan sekaligus mengantarkan
dirinya sebagai Aktor Terbaik. Selain itu, film yang juga dibintangi Tora Sudiro
itu juga berhasil menajdi Film Terfavorit dan Aktor Terbaik di Indonesian Movie
Award (IMA) 2008.59
c. Profil Mahasiswa Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Sejarah Singkat Jurusan KPI
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah fakultas setelah terjadi perubahan nama dari Fakultas
59
www.google.com artikel “Profile Dedi Mizwar”
Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perubahan ini berdasarkan ini berdasarkan keputusan presiden RI nomor: 31
tahun 2002 sebagai perwujudan dari gagasan dan hasrat umat islam, yang
merupakan mayoritas bangsa Indonesia, untuk mencetak kader pemimpin islam
bagi keperluan perjuangan bangsa Indonesia. Fakultas dawah dan komunikasi
adalah fakultas Ushuludin IAIN Syarif Hidayatullan, yang secara resmi dibuka
pada tahun akademik 1990/1991 (pada waktu itu masih bernama Fakultas
Dakwah), diawali dengan pembuka satu jurusan yaitu penyiaran dan penerangan
Agama (PPA) dengan 2 kelas dan jumlah mahasiswa sekitar 80 orang. Akhirnya
perkembangan Fakultas Dakwah pada tahun 1992/1995 memiliki 2 jurusan yaitu:
PPA dan BPA.60
Seirng perkembangan Fakultas Dakwah tersebut, akhirnya pada tahun
1994/1995 terjadi perubahan nama jurusan BPA menjadi BPI yaitu Bimbingan
penyuluhan Islam dan pada tahun 1996/1997 terjadi perubahan nama kembali,
yaitu jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sampai sekarang. Perubahan
tersebut didasarkan kepada Surat Keputusan Dirjen Lembaga Islam Departemen
Agama tahun 1999.61
Seiring dengan kemajuan yang pesat di era globalisasi, jurusan KPI
senantiasa menghasilkan perubahan sesuai dengan tantangan zaman. Kurikulum
yang ada sekarang tidak kalah jauh dari jurusan komunikasi di kampus lain. Pada
prinsipnya sama, yang membedakan KPI mempunyai penyiaran islam. Untuk
60
Yunan Yusuf, Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN
Syahid, 2004-2005), hal. 14.
61
Ibid.,h.15.
kedepan, KPI akan difokuskan kepada hal-hal umum. Terbukti sekarang ada
program Studi Jurnalistik.
Dengan kemajuan tersebut, KPI dan Jurnalistik sekarang mempunyai
praktikum mata kuliah sendiri, antara lain komputer. Isi materinya berbeda
dengan jurusan lain, lebih kepada desain grafis, layout majalah, tabloid, bulettin
dan koran. Sedangkan dalam pelaksanaan prakteknya sarana dan prasarana KPI
juga mulai membaik dengan adanya laboraturim Radio, TV dan Fotographi.
Mahasiswa pun dididik sebagai konseptor acara keagamaan di televisi.
2. Visi, Misi, Tujuan dan Kompetensi Jurusan KPI
Visi dari jurusan KPI adalah ”Menjadikan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam sebagai pusat keunggulan dalam bidang keilmuan komunikasi dan
penyiaran islam”. Sedangkan Misi dari Jurusan KPI adalah:
1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang Ilmu
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
2) Melakukan penelitian di bidang Ilmu Komunikasi dan Penyiaran
islam.
3) Melaksanakan
pengabdian
kepada
masyarakat
dalam
rangka
mengamalkan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4) Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5) Melakukan pembinaan akhlak mulia.
Tujuan dari Jurusan KPI adalah ”Menghasilkan sarjana Komunikasi dan
Penyiaran Islam yang cerdas, cakap, terampil, dan berakhlak mulia”.
Sedangkan kompetensi dari Jurusan KPI adalah:
1) Menjadikan mahasiswa terampil dalam bidang ilmu komunikasi dan
penyiaran islam.
2) Menjadikan
mahasiswa
komunikasi
dan
penyiaran
islam
berkepribadian dan berakhlak mulia, dinamis, kreatif, dan inovatif.62
3. Sekilas Tentang Mahasiswa Jurusan KPI
Mahasiswa adalah salah satu bagian dari kalangan akademis, yang
memiliki daya intelektual dan daya kreatifitas tinggi. Dalam hal ini, mahasiswa
jurusan KPI termsuk salah satunya, ini terbukti dengan adanya barbagai kegiatankagiatan yang terlaksana, baik itu kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan
Eksekutif Mahasiswa Jurusan KPI maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Jurusan atau bisa disebuut juga LSO (Lembaga Seni Otonomi). LSO yang ada
dijurusan KPI antara lain, Komunitas Mahasiswa Kreatif Audio Visual
(KOMKA), Paduan Suara Voice of Communication (VOC), dan lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Jurusan KPI. Sebenarnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh BEMJ KPI maupun LSO-LSO yang ada di jurusan KPI sama saja. Seperti,
seminar mahasiswa, pelatihan jurnalistik, workshop film, public speaking,
pelatihan penyiar radio atau pembaca berita YV, dan lain sebagainya.63
Hanya saja LSO-LSO di jurusan KPI seperti KOMKA, VOC dan LDK
Jurusan KPI hanya fokus kepada kegiatan saja. KOMKA adalah komunitas yang
lebih fokus kepada kegiatan seni audio-visual seperti yang berhubungan dengan
62
Yusuf, Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, h. 63-64.
Angria Wingtyas, Respon Mahasiswa Jurusan KPI Terhadap Fenomena Poligami AA
Gym Pada Acara Topik Minggu Ini Liputan 6 SCTV Edisi 6 Desember 2006. Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007, h. 42
63
film dan televisi. Padauan suara VOC adalah komunitas mahasiswa yang bergerak
bidang seni tarik suara, tentunya paduan suara VOC diiringi oleh musik dalam,
hal ini paduan suara VOC juga memiliki band, jadi kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan VOC hanya berfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan
paduan suara dan musik. Sedangkan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Jurusan
KPI hanya berfokus kepada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengembangan bakat dakwah yang dimiliki oleh setiap mahasiswa.64
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jurusan KPI
adalah mahsaiswa yang benar-benar memiliki sifat keritis, daya kreatifitas tinggi
yang diimbangi dengan moral serta Akhlak yang baik, dalam mengembangkan
ilmu yang di dapat dari perkuliahan. Tentunya hal ini dapat menambah
pengalaman dan bekal mereka di masa depan nanti.
64
Ibid,. h. 43
BAB IV
Respon Mahasiswa Dakwah Dan Komunikasi Jurusan KPI Non Reguler
Tahun Angkatan 2004-2007 Terhadap Iklan Layanan Masyarakat
A. Identitas Responden
Dalam penelitian ini penulis mengambil jumlah sample sebanyak 22
responden. Adapun penulis akan menguraikan data identitas responden yang
diajukan dalam pertanyaan yang terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, smester,
pekerjaan, asal sekolah, dan asal daerah.
Berdasarkan responden diatas maka penulis membagi kreteria berdasarkan
tabel berikut:
Tabel 1.1
Responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
(%)
Laki-laki
13
59,0 %
Perempuan
9
40,9 %
Total
22
100%
Tebel 1 menunjukan bahwa responden berdasarkan jenis kelamin
berjumlah 22 orang, yang terdiri dari 13 orang laki-laki dengan prosentase 59,0%
dan 9 orang perempuan dengan prosentase 40,9%.
Tabel 1.2
Responden berdasarkan status pekerjaan
Pekerjaan
Frekuensi
(%)
Bekerja
6
27,2 %
Belum Bekerja
16
72,7 %
Total
22
100%
Tabel 2 menunjukan bahwa responden berdasarkan status pekerjaan
berjumlah 22 orang yang terdiri dari 6 orang bekerja dengan prosentase 27,2%
dan 16 orang belum bekerja dengan prosentase 72,7%.
Tabel 1.3
Responden berdasarkan asal Daerah
Asal Daerah
Frekuensi
(%)
Jakarta
14
63,6 %
Banten
2
9,09 %
Karawang
1
4,54%
Pandeglang
1
4,54%
Madura
1
4,54%
Medan
1
4,54%
Kalimantan selatan
1
4,54%
Makasar
1
4,54%
Total
22
100%
Tabel 3 menunjukan bahwa responden yang berdasarkan asal daerah
berjumlah 22 orang yang terdiri dari 14 orang berasal dari Jakarta dengan
prosentase 63,6%. 2 orang berasal dari Banten dengan prosentase 9,09%. 1 orang
berasal dari pandeglang dengan prosentase 4,54%. 1 orang berasal dari Karawang
dengan prosentase 4,54%. 1 orang berasal dari Madura dengan prosentase 4,54%.
1 orang berasal dari Medan dengan prosentase 4,54%. 1 orang berasal dari
Kalimantan Selatan dengan prosentase 4,54%. 1 orang berasal dari Makasar
dengan prosentase 4,54%.
B. Temuan Analisa Data
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang peneliti sebarkan ke mahasiswa
Dakwah dan Komunikasi Jurusan KPI tahun angkatan 2004-2007 melalui angket
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penampilan dan cara pengemasan dilihat dari status jenis kelamin.
Jawaban
Jenis
Kelamin
Tidak
Biasa
bagus
saja
Jumlah
Prosentase
(%)
Bagus
Laki-laki
10
1
2
13
59,1%
Perempuan
7
1
1
9
40,9%
Total
17
2
3
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden laki-
laki menjawab bagus sebanyak 10 responden dengan jumlah prosentase 59,1%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 7 responden dengan jumlah
prosentase 40,9%. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Momentum yang sangat tepat,
karena saat itu Dedi Mizwar sedang menggaungkan Film Naga Bonar”.
Sedangkan responden perempuan secara kognisi mereka memberikan alasan salah
satunya menjawab “Karakternya pas”.
Tabel 2.2
Penampilan dan cara pengemasan dilihat dari status pekerjaan.
Jawaban
Pekerjaan
Jumlah
Prosentase
(%)
Tidak
Biasa
bagus
saja
5
-
3
8
36,3%
12
2
-
14
63,6%
17
2
3
22
100%
Bagus
Bekerja
Belum
Bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 12 responden
dengan jumlah prosentase 63,6%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 5
responden dengan jumlah prosentase 36,3%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab “Pesan
yang disampaikan tepat sasaran”. Sedangkan responden bekerja secara kognisi
mereka memberikan alasan salah satunya menjawab “Secara teknik dan konsep
produksinya iklan itu biasa saja, hanya saja Dedi Mizwar dalam iklan tersebut
menjadikannya luar biasa”.
Tabel 2.3
Penampilan dan cara pengemasan dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Bagus
17
77,2 %
Tidak Bagus
2
9,10 %
Biasa Saja
3
13,7%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab bagus dengan prosentase 77,2%. Dan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab biasa saja dengan prosentase
13,7%.
Adapun prosentase responden yang menjawab bagus dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 17 responden dengan prosentase 77,2%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak bagus dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 2 responden dengan prosentase 9,10%.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab biasa saja dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 3 responden dengan prosentase 13,7%.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab bagus, karena
isi puisi tersebut yang penuh penjiwaan dan makna yang dalam serta sosok Dedi
Mizwar dalam iklan tersebut menjadikannya luar biasa.
Tabel 3.1
Tanggapan mengenai puisi dilihat dari status jenis kelamin
Jawaban
Jenis
Tidak
kelamin
Bagus
Biasa saja
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
Laki-laki
14
-
2
16
72,7%
Perempuan
5
-
1
6
27,3%
Total
19
-
3
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden lakilaki menjawab bagus sebanyak 14 responden dengan jumlah prosentase 72,7%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 5 responden dengan jumlah
prosentase 27,3%. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Karena dibawakan oleh bapak Dedi
Mizwar”. Sedangkan responden perempuan secara kognisi mereka memberikan
alasan salah satunya menjawab “Memiliki makna yang dalam”.
Tabel 3.2
Tanggapan mengenai puisi dilihat dari status pekerjaan
Jawaban
Pekerjaan
Tidak
Biasa
Bagus
Bekerja
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
saja
6
2
-
8
36,3%
13
-
1
14
63,6%
19
2
1
22
100%
Belum
Bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 13 responden
dengan jumlah prosentase 63,6%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 6
responden dengan jumlah prosentase 36,3%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“Mengajak untuk maju, berjuang, membela yang benar”. Sedangkan responden
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“punya muatan spiritualis dan sugesti untuk terus membangun dan berkarya”.
Tabel 3.3
Tanggapan mengenai puisi dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Bagus
19
86,3 %
Tidak Bagus
-
0%
Biasa Saja
3
13,7%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab bagus dengan prosentase 86,3%. Dan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab tidak bagus dengan prosentase
0%.
Adapun prosentase responden yang menjawab bagus dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 19 responden dengan prosentase 86,3%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak bagus dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah tidak ada.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab biasa saja dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 3 responden dengan prosentase 13,7%.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab bagus, karena
dengan bahasa yang inspiratif dan mencerminkan kondisi bangsa Indonesia.
Tabel 4.1
Isi bait pertama dilihat dari jenis kelamin
Jawaban
Jenis
Tidak
kelamin
Biasa
Bagus
bagus
saja
Jumlah
Prosentase
(%)
Laki-laki
12
2
2
16
72,7%
Perempuan
6
-
-
6
27,3%
Total
18
2
2
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden lakilaki menjawab bagus sebanyak 12 responden dengan jumlah prosentase 72,7%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 6 responden dengan jumlah
prosentase 27,3 %. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Karena bangsa ini perlu sosok
pemimpin yang adil”. Sedangkan responden perempuan secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Mengangkat fenomena yang
sesungguhnya terjadi”.
Tabel 4.2
Isi bait pertama dilihat dari status pekerjaan
Jawaban
Pekerjaan
Tidak
Biasa
Jumlah
Bagus
bagus
saja
Prosentase
(%)
Bekerja
7
-
1
8
36,3%
11
2
1
14
63,6%
18
2
2
22
100%
Belum
Bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 11 responden
dengan jumlah prosentase 63,6%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 7
responden dengan jumlah prosentase 36,3%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“mengangkat fenomena yang sesungguhnya terjadi”. Sedangkan responden
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab “Dia
mengatakan hal yang banyak tidak di mengerti orang”.
Tabel 4.3
Isi dari bait pertama dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Setuju
18
81,8%
Tidak Setuju
2
9,10 %
Tidak Tahu
2
9,10%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab setuju dengan prosentase 81,8%. Dengan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab tidak setuju dan tidak tahu
dengan prosentase 9,10%.
Adapun prosentase responden yang menjawab setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 18 responden dengan prosentase 81,8%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 2 responden dengan prosentase 9,10%.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab tidak tahu dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 2 responden dengan prosentase 9,10%.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab setuju, karena
dikatakan bahwa “bangkit itu susah, susah melihat orang lain susah, senang
melihat orang lain senang”, lebih mengangkat fenomena yang sesungguhnya
terjadi diantara masyarakat di bangsa ini.
Tabel 5.1
Isi bait ke dua dilihat dari status jenis kelamin
Jawaban
Jenis
Kelamin
Bagus
Tidak
Biasa
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
saja
Laki-laki
13
3
-
16
72,7%
Perempuan
6
-
-
6
27,3%
Total
19
3
-
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden lakilaki menjawab bagus sebanyak 13 responden dengan jumlah prosentase 72,7%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 6 responden dengan jumlah
prosentase 27,3%. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Cocok untuk indonesia yang
terkenal koruptor”. Sedangkan responden perempuan secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Ada motivasi”.
Tabel 5.2
Isi bait ke dua dilihat dari status pekerjaan
Jawaban
pekerjaan
Tidak
Biasa
Bagus
Bekerja
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
saja
8
1
-
9
41,0%
10
3
-
13
59,0%
18
4
-
22
100%
Belum
Bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 10 responden
dengan jumlah prosentase 59,0%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 8
responden dengan jumlah prosentase 41,0%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“Karena mengajak diri kita untuk selalu berbuat jujur”. Sedangkan responden
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“menggugah kesadaran moral masyarakat indonesia yang selama ini terkesan
sudah biasa terhadap tindakan-tindakan imoral ”.
Tabel 5.3
Isi dari bait ke dua dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Setuju
19
86,3%
Tidak Setuju
3
13,7%
Tidak Tahu
-
0%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab setuju dengan prosentase 86,3%. Dengan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab tidak tahu dengan prosentase 0%.
Adapun prosentase responden yang menjawab setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 19 responden dengan prosentase 86,3%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 3 responden dengan prosentase 13,7%.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab tidak tahu dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah tidak ada.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab setuju, karena
dikatakan bahwa “bangkit itu takut, takut untuk korupsi, takut untuk makan yang
bukan haknya”, kata dari “takut korupsi” lebih mengajak diri kita untuk selalu
berbuat jujur.
Tabel 6.1
Isi bait ke tiga dilihat dari status jenis kelamin
Jawaban
Jenis
Tidak
kelamin
Biasa
Bagus
bagus
saja
Jumlah
Prosentase
(%)
Laki-laki
13
2
1
16
72,7%
Perempuan
6
-
-
6
27,3%
Total
19
-
3
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden lakilaki menjawab bagus sebanyak 13 responden dengan jumlah prosentase 72,7%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 6 responden dengan jumlah
prosentase 27,3%. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Jangan membuat orang lain susah”.
Sedangkan responden perempuan secara kognisi mereka memberikan alasan salah
satunya menjawab “Membentuk karakter bangsa untuk mandiri”.
Tabel 6.2
Isi bait ke tiga dilihat dari status pekerjaan
Jawaban
Pekerjaan
Tidak
Biasa
Bagus
Bekerja
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
saja
8
-
-
8
36,3%
12
1
1
14
63,6%
20
1
1
22
100%
Belum
Bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 12 responden
dengan jumlah prosentase 63,6%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 8
responden dengan jumlah prosentase 36,3%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“Cocok untuk karakter masyarakat Indonesia”. Sedangkan responden bekerja
secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab “Ada beberapa
kata yang sulit dipahami oleh sebagian kelompokdan kalangan masyarakat
Indonesia, terutama menyangkut menengah kebawah”.
Tabel 6.3
Isi dari bait ke tiga dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Setuju
19
86,3%
Tidak Setuju
2
9,10 %
Tidak Tahu
1
4,6%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab setuju dengan prosentase 86,3%. Dengan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab tidak tahu dengan prosentase
4,6%.
Adapun prosentase responden yang menjawab setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 19 responden dengan prosentase 86,3%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 2 responden dengan prosentase 9,10%.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab tidak tahu dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 1 responden dengan prosentase 4,6%.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab setuju, karena
dikatakan bahwa “bangkit itu malu, malu menjadi benalu, malu karena minta
melulu”, menunjukan untuk membentuk karakter bangsa lebih mandiri dan
transformasi menuju kebaikan.
Tabel 7.1
Isi bait ke empat dilihat dari status jenis kelamin
Jawaban
Jenis
Tidak
Kelamin
Biasa
Bagus
bagus
saja
Jumlah
Prosentase
(%)
Laki-laki
14
1
-
14
63,6%
Perempuan
6
-
-
6
27,3%
Total
19
1
-
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden lakilaki menjawab bagus sebanyak 14 responden dengan jumlah prosentase 63,6%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 6 responden dengan jumlah
prosentase 27,3%. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Kehormatan bangsa adalah
segalanya”. Sedangkan responden perempuan secara kognisi mereka memberikan
alasan salah satunya menjawab “karena kebanyakan punya kita diambil orang”.
Tabel 7.2
Isi bait ke empat dilihat dari status pekerjaan
Jawaban
Pekerjaan
Tidak
Biasa
Bagus
Bekerja
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
saja
9
1
-
10
45,4%
11
1
-
12
54,5%
19
2
-
22
100%
Belum
Bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 11 responden
dengan jumlah prosentase 54,5%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 9
responden dengan jumlah prosentase 45,4%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“Memberikan semangat untuk membela negara Indonesia sampai titik darah
penghabisan”. Sedangkan responden bekerja secara kognisi mereka memberikan
alasan salah satunya menjawab “Hari ini bangsa Indonesia buruk kepercayaan diri
dari masyarakatnya sendiri”.
Tabel 7.3
Isi dari bait ke empat dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Setuju
21
95,4%
Tidak Setuju
1
4,6 %
Tidak Tahu
-
0%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab setuju dengan prosentase 95,4%. Dengan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab tidak tahu dengan prosentase 0%.
Adapun prosentase responden yang menjawab setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 21 responden dengan prosentase 95,4%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 1 responden dengan prosentase 4,6%.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab tidak tahu dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah tidak ada.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab setuju, karena
dikatakan bahwa “bangkit itu marah, marah martabat bangsa dilecehkan”,
menunjukan untuk memberikan semangat untuk membela negara Indonesia
sampai titik darah penghabisan.
Tabel 8.1
Isi bait ke lima dilihat dari status jenis kelamin
Jawaban
Jenis
Tidak
kelamin
Biasa
Bagus
bagus
saja
Jumlah
Prosentase
(%)
Laki-laki
14
1
-
15
68,2%
Perempuan
7
-
-
7
31,8%
Total
21
1
-
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden lakilaki menjawab bagus sebanyak 14 responden dengan jumlah prosentase 68,2%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 7 responden dengan jumlah
prosentase 31,8%. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “prestasi untuk tingkat internasional
sangat kurang”. Sedangkan responden perempuan secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Karena bangkit buat kita maju dan
prestasi”.
Tabel 8.2
Isi bait ke lima dari status pekerjaan
Jawaban
Pekerjaan
Tidak
Biasa
Bagus
Bekerja
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
saja
8
1
-
9
72,7%
11
1
-
12
27,3%
19
-
3
22
100%
Belum
bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 11 responden
dengan jumlah prosentase 27,3%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 8
responden dengan jumlah prosentase 72,7%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“Mencuri sesuatu yang baik (prestasi)”. Sedangkan responden bekerja secara
kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab “Segenap anak
bangsa menjadi sadar akan kewajibannya berjuang untuk bangsa”.
Tabel 8.3
Isi dari bait ke lima dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Setuju
17
77,2%
Tidak Setuju
2
9,10 %
Tidak Tahu
3
13,7%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab setuju dengan prosentase 77,2%. Dengan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab tidak setuju dengan prosentase
9,10%.
Adapun prosentase responden yang menjawab setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 17 responden dengan prosentase 77,2%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 2 responden dengan prosentase 9,10%.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab tidak tahu dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah 3 responden dengan prosentase 13,7%.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab setuju, karena
dikatakan bahwa “bangkit itu mencuri, mencuri perhatian dunia dengan prestasi”,
menunjukan bahwa memberikan semangat untuk mencuri dalam prestasi, bukan
hanya saja mencuri dalam konotasi buruk.
Tabel 9.1
Isi bait ke enam dilihat dari status jenis kelamin
Jawaban
Jenis
Tidak
kelamin
Biasa
Bagus
bagus
saja
Jumlah
Prosentase
(%)
Laki-laki
9
4
2
15
68,1%
Perempuan
6
-
1
7
31,8%
Total
19
4
3
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden lakilaki menjawab bagus sebanyak 9 responden dengan jumlah prosentase 68,1%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 6 responden dengan jumlah
prosentase 31,8%. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Mencerminkan cinta Tanah Air”.
Sedangkan responden perempuan secara kognisi mereka memberikan alasan salah
satunya menjawab “Memberi semangat”.
Tabel 9.2
Isi bait ke enam dilihat dari status pekerjaan
Jawaban
Pekerjaan
Tidak
Biasa
Bagus
Bekerja
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
saja
7
1
-
8
36,3%
11
2
1
14
63,6%
18
3
1
22
100%
Belum
Bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 11 responden
dengan jumlah prosentase 63,6%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 7
responden dengan jumlah prosentase 36,3%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“Memberikan semangat untuk terus maju”. Sedangkan responden bekerja secara
kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab “Maju terus Pantang
mundur”.
Tabel 9.3
Isi dari bait ke enam dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Setuju
18
81,8%
Tidak Setuju
3
13,7 %
Tidak Tahu
1
4,6%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab setuju dengan prosentase 81,8%. Dengan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab tidak tahu dengan prosentase
4,6%.
Adapun prosentase responden yang menjawab setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 18 responden dengan prosentase 81,8%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 3 responden dengan prosentase 13,7%.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab tidak tahu dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah 1 responden dengan prosentase 4,6%.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab setuju, karena
dikatakan bahwa “bangkit itu tidak ada, tidak ada kata menyerah, tidak ada kata
putus asa”, menunjukan bahwa bangkit memotivasikan semangat untuk maju.
Tabel 10.1
Isi bait ke tujuh dilihat dari status jenis kelamin
Jawaban
Jenis
Tidak
kelamin
Biasa
Bagus
bagus
saja
Jumlah
Prosentase
(%)
Laki-laki
14
-
-
14
63,6%
Perempuan
7
1
-
8
36,3%
Total
21
1
-
22
100%
Secara
afektif
respon,
responden
laki-laki
ternyata
lebih
besar
dibandingkan respon responden mahasiswi perempuan. Mayoritas responden lakilaki menjawab bagus sebanyak 14 responden dengan jumlah prosentase 63,6%.
Dan minoritas responden perempuan sebanyak 7 responden dengan jumlah
prosentase 36,3%. Dengan demikian, responden laki-laki secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Menjiwai bahwa Indonesia milik
rakyat bukan milik golongan”. Sedangkan responden perempuan secara kognisi
mereka memberikan alasan salah satunya menjawab “Memberi semangat untuk
maju”.
Tabel 10.2
Isi bait ke tujuh dilihat dari status pekerjaan
Jawaban
Pekerjaan
Tidak
Biasa
Bagus
Bekerja
Jumlah
Prosentase
(%)
bagus
saja
8
-
-
8
36,3%
12
2
-
14
63,6%
18
3
1
22
100%
Belum
Bekerja
Total
Secara afektif respon, responden dari status pekerjaan ternyata lebih besar
status yang belum bekerja dibandingkan respon responden yang bekerja.
Mayoritas responden belum bekerja menjawab bagus sebanyak 12 responden
dengan jumlah prosentase 63,6%. Dan minoritas responden bekerja sebanyak 8
responden dengan jumlah prosentase 36,3%. Dengan demikian, responden belum
bekerja secara kognisi mereka memberikan alasan salah satunya menjawab
“Memulai dari diri sendiri”. Sedangkan responden bekerja secara kognisi mereka
memberikan alasan salah satunya menjawab “Nasionalisme harus dimulai dari
individu”.
Tabel 10.3
Isi dari bait ketujuh dalam jumlah keseluruhan
Jawaban
Frekuensi
(%)
Setuju
20
91,0%
Tidak Setuju
2
9,10 %
Tidak Tahu
-
0%
Total
22
100%
Berdasarkan tabel data diatas, telihat bahwa mayoritas mahasiswa Dakwah
dan Komunikasi menjawab setuju dengan prosentase 81,8%. Dengan minoritas
mahasiswa Dakwah dan Komunikasi menjawab tidak tahu dengan prosentase 0%.
Adapun prosentase responden yang menjawab setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 20 responden dengan prosentase 91,0%.
Adapun prosentase responden yang menjawab tidak setuju dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah sebanyak 2 responden dengan prosentase 9,10%.
Sedangkan prosentase responden yang menjawab tidak tahu dari data yang
didapatkan berkaitan dengan pertanyaan semua mahasiswa mengetahui puisi Hari
Kebangkitan Nasional adalah tidak ada.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa respon mahasiswa Dakwah dan
Komunikasi mengenai puisi Hari Kebangkitan Nasional menjawab setuju, karena
dikatakan bahwa “bangkit itu Aku, untuk Indonesia-Ku”, menunjukan bahwa
nasionalisme harus dimulai dari individu.
C. Respon Mahasiswa Jurusan KPI Non Reguler Terhadap Iklan Layanan
Masyarakat, Puisi 100 Tahun Kebangkitan Nasional Yang Diperankan
Oleh Dedi Mizwar.
Berdasarkan dari analisa penelitian ini,maka respon Mahasiswa Dakwah
Dan Komunikasi Jurusan KPI Non Reguler Tahun Akademik 2004-2007
Terhadap Iklan Layanan Masyarakat, Puisi 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional
Yang Diperankan Oleh Dedi Mizwar sebagai berikut:
Respon penampilan dan cara pengemasan dalam pembuatan Iklan Layanan
Masyarakat puisi yang telah dibacakan oleh Dedi Mizwar adalah bagus dengan
prosentase sebesar 77,2%. Respon tanggapan mengenai puisi 100 tahun hari
kebangkitan nasional adalah bagus dengan prosentase sebesar 86,3%. Respon isi
bait pertama (1) yang berbunyi “bangkit itu susah, susah melihat orang lain susah,
senang melihat orang lain senang” adalah setuju dengan prosentase 81,8%.
Respon isi bait kedua (2) yang berbunyi “bangkit itu takut, takut untuk korupsi,
takut untuk makan yang bukan haknya” adalah setuju dengan prosentase 86,3%.
Respon isi bait ketiga (3) yang berbunyi “bangkit itu malu, malu menjadi benalu,
malu karena minta melulu” adalah setuju dengan prosentase 86,3. Respon isi bait
keempat (4) yang berbunyi “bangkit itu marah, marah martabat bangsa
dilecehkan” adalah setuju dengan prosentase 95,4%. Respon isi bait kelima (5)
yang berbunyi “bangkit itu tidak ada, tidak ada kata menyerah, tidak ada kata
putus asa” adalah setuju dengan prosentase 77,2%. Respon isi bait keenam (6)
yang berbunyi “bangkit itu tidak ada, tidak ada kata menyerah, tidak ada kata
putus asa” adalah setuju dengan prosentase 81,8%. Respon isi bait ketujuh (7)
yang berbunyi “bangkit itu Aku, untuk Indonesia-Ku” adalah setuju dengan
prosentase 91,0%.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iklan Non Komersial: banyak jenis-jenisnya, termasuk iklan undangan
tender, orang hilang, lowongan kerja, duka cita, dan sebagainya. Iklan non
komersial merupakan bagian dari kampanye sosial marketing yang bertujuan
menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat (public
service) dan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) atau Public Service Advertising
(PSA).
Yang dikatakan oleh M. Suyanto dalam bukunya Iklan Televisi
Perusahaan Top Dunia, kita dapat membuat produk atau merek menjadi menonjol
dalam periklanan, salah satunya dengan menggunakan daya tarik para figur
masyarakat, seperti, seorang bintang televisi, aktor atau aktris, atlet, ilmuan dan
sebagainya. Selebritis (aktor, aktris, entertainer, atlit) adalah pribadi yang dikenal
masyarakat untuk mendukung suatu produk. Dalam realita penelitian ini adalah
responden melihat ketertarikan karena adanya sosok artis Dedi Mizwar dalam
puisi iklan Layanan Masyarakat.
Peneliti melihat dalam salah satu Iklan Layanan Masyarakat Puisi 100
Tahun Kebangkitan Nasional yang di perankan oleh Dedy Mizwar. Dimana iklan
yang mengakat sisi Nasionalisme yang dipelopori oleh Budi Utomo ini
mengingatkan kita kembali akan proses kebangsaan yang mengacu pada
bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini iklan disampaikan dalam
bentuk sastra, dengan memiliki kata-kata yang negatif kemudian dilanjutkan
dengan kalimat yang justru membuat kata negatif itu menjadi positif.
Jadi hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa respon mahasiswa
KPI terhadap iklan layanan masyarakat puisi 100 tahun kebangkitan nasional
sangatlah baik. Karena menurut mereka puisi tersebut sangat menyentuh dan
memberikan kontribusi yang positif untuk bangsa dan negara, baik dilihat dari
segi kognitif maupun afektif.
B. Saran-saran
Dari analisis iklan tersebut membawa kita dalam kenyataan bahwa, begitu
besar pengaruh masyarakat tehadap iklan. Sebelumnya diketahui pada dasarnya
individu tidak sendirian menciptakan realitas, namun penciptaan itu dibantu oleh
kekuatan media, bahkan tanpa media televisi sekalipun realitas itu tidak ada.
Dengan demikian, realitas iklan televisi hanya ada dalam media televisi. Dalam
proses ini berlangsung didalam kognisi pemirsa untuk membantuk theater of mind
didalam pikiran mereka. Karna masyarakat lebih kebanjiran informasi, mereka
harus menggunakan nalar mereka untuk menggunakan penyampaian komunikasi
dengan segala maksut dan tujuan yang benar.
Hendaknya Iklan Layanan Masyarakat tidak lagi sebagai stoper. Dimana
prioritas pemuatannya berada dibelakang. Bila semua iklan komersial yang
dipesan telah masuk dan ternyata ada sisa halaman yang pas, baru Iklan Layanan
Masyarakat itu bisa masuk. Dapat dibayangkan betapa terpencilnya posisi ILM.
Iklan Layanan Masyarakat juga merupakan penyampaian pesan sebagaimana
komunikasi dari iklan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. “Psikologi Belajar”, Jakarta: Reneka Cipta, 1992, Cet-III
----------------. “Psikologi Umum”, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, Cet-II
Ahmad, Suparno – Agung, Restu. “Marketing Profesional Strategi dan Trik
Dalam Menjual Produk”, Jakarta: T.pn, 2004
Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik” , Jakarta:
PT. Rhineka Cipta, 2006, Cet Ke-13
Batra, Rajeev, John Myers, David A Aaker. “Advertising Management”, Upper
Sadle River.New York: Prentice-Hall.Inc,1996 Cet. V
Bungin, Burhan. “Imagi Media Massa”, yogyakarta: PT. Jendela, 2001 Cet-I
Chaplin, J.P. “Kamus Lengkap Psikologi”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004, Cet. 9
Dasun, D. Save, “kamus besar Ilmu Pengetahuan”, Jakarta: Lembaga Pengkajian
dan Kebudayaan Nusantara, 1997, Cet. Ke-1
Dirksen, J. Charles - Kroeger, Arthur. “Strategic Brand Management”, New
Jersey: Prentice Hall, 1995
Efendi, Onong Uchjana. “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi”, Bandung: PT.
Citra Adytia Bakti, 2003, Cet. III
Hurlock, B. Elizabeth, “Psikologi Perkembangan”, Jakarta: Erlangga, 1991
Jack Trout, Al Ries. “Positioning: The Battle forYour Mind”, terjemahan. Bertha
Lucia, Jakarta: Salemba Empat, 2002
Kasiyan, “Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan”, Yogyakarta:
PT. Ombak, 2008, Cet ke-1
Kasali, Rhenald. “Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia”, Jakarta: Percetakan PT Anem Kosong Anem, 1995, Cet ke-V
Kasali, Rhenald. “Manajemen Periklanan”, PT. Pustaka Utama Grafiti, 1992,
Cet. Ke-V
-------------------. “Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya diIndonesia”,
Jakarta: Percetakan PT: Anem Kosong Anem, 1995, Cet ke-V
Kuswandi, Wawan. “komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi”, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1996, Cet I
Madjadikara S. Agus, “Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan”, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004, Cet-I
Muhtadi, Asep Saeful. “Jurnalistik pendekatan teori dan praktek”, Jakarta: PT.
Logos, Wacana Ilmu, 1999
Poerwadarminta, “Psikologi Komunikasi”, Jakarta: UT, 1999, Cet. III
Rakhmat, Jalaludin. “Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Cet-VI
----------------------. “Metode Penelitian Komunikasi”, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2002, Cet ke-12
---------------------. “Pskologi Komunikasi”, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2004, Cet. Ke-21
Sarjono, Anas. "Pengantar Statistic Pendidikan”, Jakarta: Grafindo Persada, 1997
Sendjaja, S. Djuarsa. “Teori Komunikas”, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004, Cet
ke-8
Subandi, Ahmad. “Psikologi Sosial”, Jakarta: Bulan Bintang, 1982, Cet Ke-II
Suyanto, M. “Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia”, Yogyakarta: Andi, 2005,
Cet. I
Sujanto, Agus “Psikologi Umum”, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, Cet. Ke-2
Vivian, Jhon. “Teori Komunikasi Massa”, Jakarta: Kencana, 2008, Cet-8
Wingtyas, Angria. “Respon Mahasiswa Jurusan KPI Terhadap Fenomena
PoligamiAAGym Pada Acara Topik Minggu Ini Liputan 6 SCTV Edisi 6
Desember2006”. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007
Widyatam, Rendra. “Pengantar Periklanan”, Jakarta: Buana Pustaka Indonesia,
2005, Cet I
----------------------. “Teori Komunikasi”, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004, Cet
ke-9
Walgito. “Psikologi Sosial: Suatu Pengantar”, Yogyakarta: Andi, 2002, Cet-I
Yusuf, Yunan. “Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi”, Jakarta:
UIN Syahid, 2004-2005
Internet:
http://.Hidayatullah.com
http://www.google.com. Artikel “Arti dari Hari Kebangkitan Nasional Budi
Utomo”.
http://www.google.com. Artikel ”Perjalanan Seabad Kebangkitan Nasional”.
http://iklancantik.com
www. Google.com. Users. Muohio. Edupersatuan Perusahaan Periklanan
Indonesia 2004 Reklame, sejarah, periklanan Indonesia. Galang press. Accses 1311-08 05:50 pm
www.google.com artikel “Profile Ipang Wahid”
www.google.com artikel “Profile Dedi Mizwar”
Artikel:
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2002, edisi ke-3
Ensiklopedia Indonesia, 1998, Vol. III
Wawancara:
Dedi Mizwar, Jakarta, Januari 2009
IKLAN 100 TAHUN HARI KEBANGKITAN NASIONAL
Download