LAMPU LED 12 VDC MENGGUNAKAN RANGKAIAN PENYALAAN BERBASIS BOOST CONVERTER Budhi Anto*, Dian Yayan Sukma, Hendro Uli Sugio Simamora Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Pekanbaru, Indonesia Email: *) [email protected] Abstrak Lampu LED yang digerakkan oleh baterai akumulator sebenarnya sangat dibutuhkan pada penggunaan-penggunaan khusus seperti untuk pencahayaan gerobak dorong usaha kuliner keliling dan untuk keperluan penangkapan ikan oleh nelayan di malam hari. Untuk penggunaan-penggunaan tersebut lampu LED dapat digunakan untuk menggantikan lampu minyak tanah atau lampu petromaks yang biaya operasionalnya tinggi. Paparan ini menampilkan rancang bangun lampu LED yang digerakkan oleh baterai akumulator 12 volt. Lampu LED yang dibuat terdiri atas 6 untaian LED dengan setiap untaian terdiri atas 5 bijih LED putih yang dirangkai secara hubungan seri. Untuk menyalakan setiap untaian diperlukan tegangan searah 19 volt. Untuk tujuan tersebut telah digunakan boost converter yang bekerja secara discontinuous conduction mode (DCM) untuk mengubah tegangan terminal baterai 12 volt menjadi tegangan konstan 19 volt. Sebagai pengendali boost converter telah digunakan rangkaian terintegrasi SG3524. Lampu LED tersebut telah digunakan untuk pencahayaan gerobak dorong usaha kuliner keliling. Katakunci—lampu LED; baterai akumulator; boost converter; discontinuous conduction mode; PWM controller SG3524 1. Pendahuluan Lampu LED adalah lampu yang menggunakan dioda LED (light-emitting diode) sebagai sumber cahaya. LED adalah sejenis dioda yang apabila diberi tegangan searah dengan polaritas tertentu akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkannya biasanya adalah warna merah, kuning, hijau, biru dan warna putih. Pada dasarnya terdapat 2 jenis LED yaitu LED untuk keperluan indikator dan LED untuk keperluan pencahayaan [1]. LED untuk keperluan indikator adalah LED berdaya rendah (kurang dari 0,2 W), digunakan sebagai penanda pada peralatanperalatan elektronika. LED untuk keperluan indikator menghasilkan cahaya kurang dari 10 lumen. Dengan kemajuan teknologi semikonduktor tahun 1990-an, penggunaan LED untuk keperluan pencahayaan menjadi menjanjikan. LED untuk keperluan pencahayaan adalah LED yang menghasilkan cahaya putih (white LED) berdaya besar (lebih dari 1 W). LED jenis ini dapat menghasilkan cahaya 40 lumen sampai 150 lumen tergantung dari temperatur kerjanya dan besar arus yang melewatinya. Kebutuhan akan lampu-lampu listrik yang digerakkan oleh tegangan searah saat ini semakin meningkat terutama untuk instalasi listrik yang menggunakan tegangan searah seperti instalasi dengan sumber daya dari panel surya. Karena lampu LED digerakkan oleh tegangan searah maka lampu ini dapat dengan mudah dipasangkan pada instalasi yang menggunakan tegangan searah tersebut. Namun demikian terdapat banyak keunggulan lampu LED dibandingkan dengan jenis lampu-lampu listrik lainnya sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1 [2]. Perbandingan beberapa jenis lampu listrik Lampu Pijar Lampu Halogen Lampu Tabung Lampu LED Harga tiap unit $2 $4 $4 $20 Konsumsi listrik (watt) 60 W 42 W 13 W 9W Fluks cahaya (lumen) 660 570 825 900 Effikasi (lumen/watt) 11 13.6 63.5 100 Usia (jam) 2000 jam 3500 jam 8000 jam 25000 jam Biaya pengadaan dalam 10 tahun $22 $28 $12 $20 Biaya energi selama 10 tahun @15cents/kWh $197.10 $137.97 $42.71 $29.57 Total $219.10 $165.97 $54.71 $49.57 pakai Proceedings Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2016). Hal.21 Departemen Teknik Elektro Undip, 19 Oktober 2016 Catatan: perbandingan dibuat dengan asumsi penggunaan lampu 6 jam tiap hari. Dari Tabel 1 terlihat bahwa lampu LED menghasilkan cahaya yang lebih banyak untuk watt yang sama jika dibandingkan dengan tiga jenis lampu lainnya (yaitu lampu pijar, lampu halogen dan lampu floresen atau lampu tabung) dengan nilai effikasi 100 lumen/watt. Usia pakai lampu LED adalah sangat lama yaitu 25000 jam atau sekitar 10 tahun (dengan pemakaian rata-rata 6 jam tiap hari). Saat ini kelemahan utama penggunaan lampu LED adalah biaya pengadaannya yang masih tinggi, hampir sepuluh kali lipat dibandingkan dengan harga lampu pijar. Tetapi untuk jangka waktu pemakaian yang lama (lebih dari 10 tahun), penggunaan lampu LED tetap lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan jenis lampu lainnya. Lampu LED yang digerakkan oleh tegangan searah sebenarnya sangat dibutuhkan pada instalasi-instalasi khusus seperti yang digunakan sebagai sumber pencahayaan pada gerobak dorong usaha kuliner keliling dan sumber pencahayaan untuk keperluan menangkap ikan di malam hari oleh nelayan. Saat ini mereka menggunakan lampu minyak tanah atau lampu petromaks untuk keperluan tersebut. Namun seiring dengan kebijakan pemerintah membatasi penggunaan minyak tanah, maka kalangan masyarakat tersebut mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar untuk menyalakan lampu petromaks mereka. Tentu saja ini berpengaruh buruk terhadap kelangsungan usaha mereka. Oleh karena itu dalam penelitian ini telah dilakukan usaha-usaha untuk membuat lampu LED yang digerakkan oleh baterai akumulator. Lampu LED tersebut mempunyai tegangan penggerak 12 VDC. Liu Yu telah menjelaskan bahwa untuk menyalakan lampu LED dengan efisiensi yang tinggi maka arus yang melewati LED harus dijaga konstan [3]. Saat ini rangkaian penyalaan lampu LED pada umumnya menggunakan konverter DC-DC. Terdapat 2 topologi rangkaian penyalaan lampu LED yaitu rangkaian penyalaan lampu LED yang tidak diisolasi (non-isolated LED driver) dan rangkaian penyalaan lampu LED yang diisolasi (isolated LED driver). Terdapat 3 topologi yang termasuk dalam golongan rangkaian penyalaan yang tidak isolasi yaitu buck converter, boost converter dan zeta converter. Rangkaian penyalaan lampu LED yang diisolasi terdiri atas flyback converter dan resonant converter. Lampu LED yang dibuat menggunakan rangkaian penyalaan dengan topologi boost converter, karena untuk menyalakan lampu LED secara efisien diperlukan tegangan terminal yang tinggi, sehingga diperlukan konverter DC-DC jenis penaik tegangan. Pertimbangan lain adalah struktur boost converter adalah sederhana dimana hanya membutuhkan satu saklar elektronik terkendali dan rangkaian kontrol dan penyalaan saklar elektronik tersebut dapat menggunakan common ground dengan rangkaian daya [4]. Rangkaian penyalaan lampu LED dengan boost converter diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1. Lampu LED dengan rangkaian penyalaan menggunakan boost converter. Pada Gambar 1 terlihat bahwa boost converter menggunakan 1 induktor, 1 kapasitor, 1 dioda cepat dan 1 saklar terkendali yaitu MOSFET, sedangkan lampu LED tersusun atas beberapa bijih LED dirangkai secara hubungan seri sehingga terbentuk untaian LED. Dalam praktek terdapat beberapa untaian LED yang dirangkai secara paralel. Pada Gambar 1 juga terlihat Vo yang merupakan tegangan keluaran konverter dan Vd yang merupakan tegangan masukan konverter. Boost converter berfungsi mempertahankan tegangan untaian LED sehingga arus yang melewati untaian tersebut konstan. Pada Gambar 1 juga terlihat bahwa terminal ground (0 volt) dari rangkaian kontrol dan penyalaan MOSFET disatukan dengan terminal ground dari rangkaian daya. Penelitian untuk membuat lampu LED berpenggerak tegangan searah telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sathya dan Natarajan telah membuat lampu LED berpenggerak tegangan 12/24 VDC menggunakan rangkaian penyalaan berbasis boost converter [5]. Sebagai saklar elektronik mereka menggunakan MOSFET IRF540 dan sebagai pembangkit sinyal PWM digunakan rangkaian terintegrasi LM555. Lampu LED yang mereka buat tersusun atas 4 untaian dengan setiap untaian terdiri atas 4 bijih LED putih yang dirangkai secara hubungan seri. Boost converter yang mereka buat menggunakan induktor dengan inti udara sehingga terlihat jauh lebih besar dibandingkan dengan dimensi lampu LED-nya. Penelitian lainnya dilakukan oleh Sulistiyanto et.al yang menggunakan modul FPGA (field programmable gate array) Xilinx ISE14.6 sebagai pengendali boost converter untuk menghasilkan tegangan keluaran sebesar 20 volt [6]. Mereka menggunakan 7 bijih LED putih yang dirangkai secara hubungan seri. Rangkaian boost converter berikut untaian LED tersebut dicatu oleh baterai akumulator 12 volt. Dalam penelitian ini kami menggunakan rangkaian terintegrasi SG3524 sebagai pengendali boost converter sedangkan induktor yang digunakan adalah induktor dengan inti ferit. SG3524 adalah pengendali PWM (pulsewidth modulation controller) yang sudah umum ISBN 978-979-097-420-3 Proceedings Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2016). Hal.22 Departemen Teknik Elektro Undip, 19 Oktober 2016 digunakan pada sistem konverter dc-dc sehingga dapat ditemukan dengan mudah di pasaran dengan harga murah [7]. Induktor dengan inti ferit dipilih untuk mendapatkan dimensinya yang kecil sehingga menghasilkan rangkaian penyalaan lampu LED dengan dimensi kecil dan kompak. Boost converter merupakan teknologi konverter dc-dc yang sudah mapan (mature technology). Artikel ini di samping menampilkan aplikasi boost converter untuk penyalaan lampu LED, juga bertujuan untuk menunjukkan penguasaan terhadap teknologi tersebut. 2. Perancangan Lampu LED dimana Vo adalah tegangan keluaran boost converter, Vd adalah tegangan masukan konverter (tegangan terminal baterai), dan D adalah duty cycle saklar elektroniknya yang ditentukan oleh pengendali PWM SG3524. Perlu ditambahkan bahwa persamaan (1) diperoleh dengan menganggap dioda adalah ideal dan resistansi induktor sama dengan nol dan kapasitansi kapasitor besar sekali. Rangkaian terintegrasi SG3524 dan terminal-terminalnya diperlihatkan pada Gambar 4. Komponen aktif ini mempunyai 16 kaki dengan data-data, kisaran tegangan catu 8 – 40 volt, frekuensi osilator maksimum 450 kHz dan nilai duty cycle maksimum (Dmax) sebesar 45%. Lampu LED yang dibuat terdiri atas 2 bagian penting yaitu untaian LED dan rangkaian penyalaan LED (LED driver). Untaian LED tersusun atas beberapa bijih LED putih yang disusun secara hubungan seri, sedangkan rangkaian penyalaan LED menggunakan boost converter. Diagram rangkaian lampu LED yang dibuat diperlihatkan pada Gambar 2. Gambar 3 menampilkan rancangan luminer LED yang dibuat. Gambar 4. Rangkaian terintegrasi SG3524 beserta terminal-terminalnya. Gambar 2. Diagram rangkaian lampu LED yang dibuat. Gambar 3. Rancangan luminer LED yang dibuat. Perancangan boost converter Berdasarkan bentuk arus induktor, terdapat 2 cara pengoperasian boost converter yaitu discontinuous conduction mode (DCM) dan continuous conductin mode (CCM). Pada DCM, arus induktor adalah diskontinyu artinya arus induktor pernah bernilai nol, sedangkan pada CCM, arus induktor tidak pernah bernilai nol. Kapan boost converter beroperasi secara DCM dan kapan secara CCM ditentukan oleh nilai induktansi induktornya dan duty cycle saklar elektroniknya. Dari segi kemudahan dalam pengendaliannya, pengoperasian secara DCM lebih disukai karena sistem kendalinya lebih stabil daripada pengoperasian secara CCM [4]. Oleh karena itu dalam penelitian ini telah dipilih pengoperasian secara DCM. Tegangan keluaran boost converter dapat dihitung menggunakan persamaan berikut [4], 1 Vo Vd 1 D Berdasarkan persamaan (1), dengan menggunakan nilai Vd = 12 volt dan D = 45%, maka tegangan keluaran boost converter maksimum adalah 21,8 volt. Jika tegangan panjar maju dioda cepat (sebesar 1,5 volt) juga diperhitungkan, maka tegangan keluaran maksimum menjadi 20,3 volt. Nilai maksimum induktansi induktor (Lmax) yang diperlukan agar boost converter bekerja secara DCM dihitung menggunakan persamaan berikut [4], V0 D(1 D) 2 Lmax 2 I f 0 s dimana Io adalah arus keluaran boost converter dan fs adalah frekuensi sinyal PWM. Pada persamaan (2) diatas digunakan nilai D maksimum. Selanjutnya adalah menentukan nilai minimum kapasitansi kapasitor filter (Cmin) yang dapat dihitung menggunakan persamaan berikut [4], D I0 C min r f s V0 dimana r adalah faktor riak (ripple factor) dari tegangan keluaran boost converter. Pada persamaan (3) diatas digunakan nilai D terendah dari kisaran nilai D yang digunakan. Perancangan lampu LED Bijih LED yang digunakan adalah LED putih jenis strawhat 5 mm [8]. LED ini menghasilkan cahaya putih dengan intensitas 1,5 - 2 Cd dengan sudut pancaran 1200 . Arus panjar maju LED adalah 20 mA dan tegangan panjar ISBN 978-979-097-420-3 Proceedings Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2016). Hal.23 Departemen Teknik Elektro Undip, 19 Oktober 2016 majunya 3 – 3,4 volt. Bijih LED straw-hat 5 mm diperlihatkan pada Gambar 5. Gambar 5. LED putih jenis straw-hat 5 mm. Untuk membuat lampu LED yang menghasilkan lumen cahaya tertentu, maka terlebih dahulu dihitung nilai lumen yang dihasilkan oleh 1 bijih LED. Lumen yang dihasilkan oleh 1 bijih LED dihitung dengan persamaan berikut [9], LED I 2 1 cos( / 2) dimana ΦLED adalah fluks cahaya (lumen) yang dihasilkan oleh sebuah bijih LED, I adalah intensitas cahaya bijih LED (Cd) dan φ adalah sudut pancaran LED. Berdasarkan persamaan (4) LED straw-hat 5 mm di atas akan menghasilkan 4,71 – 6,28 lumen cahaya. Jika diinginkan lampu LED menghasilkan lumen sebesar ΦT, maka jumlah bijih LED (N) dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut, T N LED Bijih-bijih LED disusun menjadi beberapa untaian dengan jumlah bijih LED untuk setiap untaian ditentukan dengan memperhatikan tegangan keluaran maksimum boost converter. Menyetel rangkaian kontrol boost converter Rangkaian kontrol boost converter menggunakan rangkaian berbasis pengendali PWM SG3524 sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6. Masukan bagi SG3524 adalah tegangan keluaran konverter Vo sedangkan keluarannya adalah sinyal PWM yang dihasilkan pada kaki 12. SG3524 sebenarnya mempunyai 2 keluaran yang masing-masing dalam bentuk rangkaian transistor dengan kolektor terbuka (open-collector). Keluaran pertama adalah kaki 12 dan kaki 11 (kaki 12 adalah kolektor dan kaki 11 adalah emitor), keluaran kedua adalah kaki 13 dan kaki 14 (kaki 13 adalah kolektor dan kaki 14 adalah emitor). Untuk mengendalikan boost converter hanya diperlukan 1 (satu) keluaran saja, dalam hal ini menggunakan kaki 12 dan kaki 11. Kaki 11 (emitor) dihubungkan ke ground sedangkan kaki 12 (kolektor) dihubungkan ke rangkaian penyalaan MOSFET. Gambar 6. Rangkaian kontrol boost converter dengan SG3524 Menggunakan SG3524 cukup mudah yaitu langkah pertama adalah dengan menyetel frekuensi pensaklaran fs menggunakan nilai-nilai RT dan CT yang terpasang pada kaki 6 dan kaki 7. Nilai RT dan CT dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut [7], 1,30 fs RT CT Pada persamaan (6) di atas, nilai RT dinyatakan dalam kΩ, nilai CT dinyatakan dalam μF dan fs dinyatakan dalam kHz. Nilai CT berkisar antara 0,001 μF sampai 0,1 μF, sedangkan nilai RT berkisar antara 1,8 kΩ sampai 100 kΩ. Langkah berikutnya adalah menyetel rangkaian sensor tegangan keluaran konverter menggunakan nilai-nilai R1 dan R2. Nilai-nilai R1 dan R2 ditentukan menggunakan persamaan berikut [7], R R2 V0 2,5 1 R1 Rangkaian penyalaan MOSFET Karena MOSFET harus dinyalakan dan dipadamkan dalam periode yang sangat singkat, maka diperlukan suatu rangkaian yang dapat dengan cepat memberikan medan listrik antara kaki gate dan kaki source untuk menyalakan MOSFET dan rangkaian yang dapat dengan cepat membuang sisa muatan antara kaki gate dan kaki source ketika MOSFET dipadamkan. Untuk alasan tersebut MOSFET dinyalakan menggunakan rangkaian totempole. Rangkaian totem-pole yang digunakan untuk menyalakan MOSFET diperlihatkan pada Gambar 7. Gambar 7. Rangkaian penyalaan MOSFET 3. Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian ini kami membuat lampu LED yang dapat menghasilkan 180 lumen yaitu jumlah lumen yang dihasilkan oleh lampu hemat energi (LHE) 5 watt. Karena setiap bijih LED straw-hat menghasilkan 6,28 lumen ISBN 978-979-097-420-3 Proceedings Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2016). Hal.24 Departemen Teknik Elektro Undip, 19 Oktober 2016 dengan tegangan panjar maju 3,4 volt, maka sesuai dengan persamaan (5) diperlukan 29 bijih LED atau dibulatkan ke atas menjadi 30 bijih LED straw-hat 5 mm. Karena tegangan keluaran maksimum boost converter adalah 20,3 volt, maka untaian LED akan tersusun oleh 20,3/3,4 = 5,9 atau dibulatkan ke bawah menjadi 5 bijih LED straw-hat 5 mm. Karena setiap untaian menggunakan 5 bijih LED yang dirangkai secara hubungan seri, maka terdapat 6 untaian LED. Susunan bijih-bijih LED diperlihatkan pada Gambar 8. Gambar 8. Lampu LED yang terdiri atas 30 bijih LED straw-hat 5 mm Pada Gambar 8 di atas terlihat 30 bijih LED disusun sehingga membentuk 2 baris dengan masing-masing baris terdiri atas 15 bijih LED. Dan juga terdapat 6 untaian LED dengan setiap untaian terdiri atas 5 bijih LED yang dirangkai secara seri dengan di depannya dipasang resistor pembatas arus. Untuk menyalakan setiap untaian diperlukan tegangan terminal maksimum sebesar 5 x 3,4 volt = 17 volt dan sesuai dengan datasheet bijih LED yang digunakan, pada setiap untaian mengalir arus 20 mA. Karena terdapat 6 untaian LED, maka total arus yang ditarik oleh lampu LED adalah 6x20mA = 120 mA. Karena boost converter telah ditetapkan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang konstan sebesar 19 volt, maka pada setiap untaian dipasang resistor depan 100 ohm untuk memberikan jatuh tegangan sebesar 2 volt. Berdasarkan besaran-besaran lampu LED diatas maka spesifikasi boost converter yang dibuat adalah sebagai berikut, Tegangan masukan, Vd = 12,0 – 12,7 volt Tegangan keluaran, Vo = 19 volt, faktor riak r = 0,01 Arus beban, Io = 120 mA Frekuensi pensaklaran, fs = 50 kHz Tegangan 12,0 volt adalah tegangan terminal baterai pada kondisi kapasitas sisa 20%. Tegangan 12,7 volt adalah tegangan terminal baterai pada kondisi baterai penuh. Dengan menggunakan persamaan (1) diperoleh nilai duty cycle minimum (Dmin) sebesar 33%. tersebut. Di sini digunakan induktor dengan induktansi 0,15 mH. Kapasitansi minimum kapasitor dihitung dengan menggunakan persamaan (3) sehingga diperoleh Cmin = 4,16 μF. Ini berarti kapasitansi kapasitor yang digunakan harus lebih besar daripada angka tersebut. Di sini digunakan kapasitor elektrolit dengan kapasitansi 220 μF. Selanjutnya sebagai saklar elektronik telah digunakan MOSFET IRF640 dan dioda cepat menggunakan BYT13600. Berdasarkan spesifikasi frekuensi pensaklaran sebesar 50 kHz, dengan menggunakan persamaan (6), nilai RT dan CT dapat ditentukan. Dengan menggunakan nilai CT = 1 nF, maka diperoleh RT = 26 kΩ. Perlu diketahui bahwa persamaan (6) adalah persamaan pendekatan, sehingga hasil perhitungan yang diperoleh belum tentu akan menghasilkan sinyal PWM dengan frekuensi sebesar 50 kHz. Setelah melakukan penyesuaian-penyesuaian digunakan nilai CT = 3 nF dan RT = 87 kΩ. Dengan nilainilai CT dan RT tersebut maka dihasilkan sinyal PWM dengan frekuensi 50 kHz sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 9. Selanjutnya nilai-nilai R1 dan R2 pada rangkaian pengendali boost converter ditentukan dengan menggunakan persamaan (7). Dengan menggunakan nilai Vo = 19 volt dan R1 = 10 kΩ, diperoleh R2 = 66 kΩ. Diagram rangkaian lengkap boost converter diperlihatkan pada Gambar 10. Pada Gambar 10 terlihat bahwa rangkaian pengendali boost converter dan rangkaian penyalaan MOSFET dicatu oleh baterai akumulator. Gambar 11 memperlihatkan bentuk tegangan keluaran boost converter dimana tegangan keluaran konverter adalah rata sebesar 19 volt. Gambar 9. Sinyal PWM keluaran SG3524 adalah tegangan antara kaki 12 dengan ground (5 volt/div dan 20μS/div) 0,15 mH Vo 220 uF 5k 5k 87k Berdasarkan spesifikasi di atas, dengan menggunakan persamaan (2) diperoleh induktansi maksimum induktor sebesar Lmax = 0,216 mH. Ini berarti nilai induktansi induktor yang digunakan harus lebih kecil dari angka BYT13-600 +12 V 3n 1 2 3 4 5 6 7 8 S G 3 5 2 4 16 15 14 13 12 11 10 9 +12 V 66k 10k +12 V Rangkaian penyalaan MOSFET IRF640 Gambar 10. Diagram rangkaian lengkap boost converter ISBN 978-979-097-420-3 Proceedings Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2016). Hal.25 Departemen Teknik Elektro Undip, 19 Oktober 2016 Gambar 15 memperlihatkan lampu LED yang dibuat telah dipasang pada gerobak dorong salah satu usaha kuliner keliling di Pekanbaru. Gambar 11. Tegangan keluaran boost converter (5 volt/div dan 20μS/div) Pengujian penyalaan lampu LED menggunakan baterai SLA (sealed lead acid) 12 volt diperlihatkan pada Gambar 12. Pada Gambar 12 terlihat bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan oleh setiap untaian adalah tidak sama sehingga perlu dilakukan beberapa perbaikan. Gambar 15. Lampu LED yang dibuat telah dipasang pada gerobak dorong kuliner keliling 4. Kesimpulan Gambar 12. Pengujian menggunakan baterai SLA penyalaan lampu LED Telah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap papan pcb lampu LED dan juga rangkaian boost converter sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 13. Artikel ini telah memaparkan rancang bangun lampu LED dengan tegangan penggerak 12 VDC. Lampu LED tersebut dinyalakan menggunakan boost converter yang dioperasikan secara discontinuous conduction mode (DCM). Rangkaian penyalaan tersebut dipilih karena untuk menyalakan lampu LED dengan efisien diperlukan tegangan penyalaan yang tinggi. Lampu LED yang dibuat telah digunakan sebagai sumber pencahayaan gerobak dorong usaha kuliner keliling di kota Pekanbaru. Referensi [1] WAC Lighting. “The Fundamentals of LED Lighting: What Consumers Need To Know”, 2010. [2] Ensiklopedia Wikipedia. “LED lamps”. Diunduh dari laman: http://en.wikipedia.org/wiki/LED_lamps [3] L. Yu, and J. Yang, “The Topologies of White LED Lamp’ Gambar 13. Lampu LED yang telah dirakit pada luminernya. [4] [5] [6] Gambar 14. Pengujian penyalaan lampu LED setelah dilakukan beberapa perbaikan Gambar 14 memperlihatkan pengujian penyalaan lampu LED setelah dilakukan beberapa perbaikan, terlihat bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan oleh bijih-bijih LED adalah merata. [7] [8] [9] Power Drivers”, Proceedings of 3rd International Conference on Power Electronics Systems and Applications 2009 (PESA 2009). Hongkong. pp 1-6. N. Mohan, T. M. Undeland, and W. P. Robbins, Power Electronics: Converters, Applications, and Design, 3rd ed., John Wiley &Sons: USA, 2003. P. Sathya, and R. Natarajan, “Design and Implementation of 12V/24V Closed loop Boost Converter for Solar Powered LED Lighting System”, International Journal of Engineering and Technology (IJET), Vol. 5 No. 1, pp. 254265, Feb-Mar 2013. N. Sulistiyanto, M. Rif’an, and O. Setyawati, “Development of A 20V-LED Driver Based On The Boost Converter Using A FPGA Module”, International Journal of Technology (2014) 3, pp. 287‐292 Texas Instrument, Inc., “SG2524, SG3524 Regulating Pulse-Width Modulators”, Datasheet, February 2003 Ilker Elektronik, “Hi-LED, Straw-hat LED Datasheet”. I. Moreno, M. A. Alejo, and R. I. Tzonchev, “Designing Light-Emitting Diode Arrays for Uniform Near-Field Irradiance”, Applied Optics Vol. 45 No. 10, pp. 2265-2272, April 2006 ISBN 978-979-097-420-3