pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP
KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD TARAKANITA BUMIJO
YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015-2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Yosefina Hiasinta
NIM : 121124019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahakan bagi:
Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borrumeus (CB)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
*Aku ini, jangan takut (Yoh 6:20)
*Percayalah pada diri sendiri dengan begitu kamu akan berbuat banyak lebih dari
yang diperkirakan
*Tatkala hari kita tenang dan biasa, semua hari adalah hari
pencerahan (Gede Prama)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA
TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD TARAKANITA
BUMIJO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015-2016. Judul ini ditulis
berdasarkan keingintahuan penulis akan bagaimana sumbangan pola komunikasi
orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V di SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016. Hal ini sangat perlu diketahui agar para
orang tua memiliki kepedulian serta pijakan untuk melaksanakan dan membangun
pola komunikasi yang tepat bagi anaknya.
Orang tua bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anak guna
mengembangkan keseluruhan eksistensi anak. Kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan biologis maupun kebutuhan psikologi seperti rasa aman, dikasihi,
dimengerti sebagai anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
harmonis. Berdasarkan uraian tersebut rumusan Hipotesis yang dapat ditarik
adalah Pola Komunikasi Orang tua berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa
kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif regresi. Dengan populasi
siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 dan
jumlah populasi 100 responden. Instrumen yang digunakan adalah skala sikap
yang dikembangkan dalam 44 pernyataan mengenai pola komunikasi orang tua
dan 21 pernyataan mengenai kepercayaan diri siswa. Dari hasil uji validitas pada
taraf signifikan 5%, N 100 responden siswa dengan nilai kritis 0,159 terdapat 41
item valid pola komunikasi orang tua dan 21 item valid kepercayaan diri siswa.
Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,754 yang
berarti reliabilitas instrumen cukup tinggi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai mean pola komunikasi orang tua
128.0300 dan mean kepercayaan diri adalah 194.9600. kedua mean tergolong
baik. Dari hasil uji regresi linear sederhana dengan taraf signifikan 5%, diperoleh
nilai
sebesar 0,253 (25,3%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari pola
komunikasi orang tua (X) terhadap kepercayaan diri siswa kelas V (Y).
Persamaan regresinya yaitu Y= 28.149 + 0,303X. Artinya setiap penambahan nilai
pola komunikasi orang tua 1 poin, maka nilai kepercayaan diri siswa bertambah
28,149+0,303. Nilai signifikan 0,000 artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan
demikian disarankan agar pola komunikasi orang tua perlu ditingkatkan dan
dikembangkan karena sangat berguna atau bermanfaat bagi siswa di SD
Tarakanita Bumijo Yogyakarta.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The litle of the thesis is THE INFLUENCE OF PARENTS’
COMMUNICATION PATTERN TOWARD THE SELF CONFIDENCE OF
FIFTH GRADE STUDENTS OF TARAKANITA ELEMENTARY
SCHOOL OF BUMIJO YOGYAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2015-2016.
The title was chosen because of the writer’s curiosity on the contribution of
parents’ communication pattern toward the self confidence of fifth grade students
of Tarakanita Elementary School of Bumijo Yogyakarta in academic year 20152016. It is important to be known in by the parents, so that they doing and
undertanding to do and develope communication in a good pattern.
The parents have responsibility to meet their children’s needs to improve
their existence, which cover biological needs and psychological needs like safety,
being loved, and being understood, so that the children will grow appropriately.
Based on this nation, the formulated hypotnesis is the parents’ communication
pattern comes to play, on the self confidence of fifth grade student’s of Tarakanita
Elementary School of Bumijo Yogyakarta in academic year 2015-2016.
The research employed is a quantitative regression research. The research
sample is the Fifth grade students of Tarakanita Elementary School of Bumijo
Yogyakarta in academic year 2015-2016. The numbers of the sample are 100
students. The instruments is attitude scale which developed on 44 statements on
parents’ communication pattern, and 21 statements on students’ self confidence.
Based on validity test in the significance value of 5% N 100 respondents and in
the has critical value of 0,159, 41 items regarding are value, and 21 items
regarding confidence are valid. Which the reliability test alpha coefficient 0.754 it
means the instrument reliability is high.
The research result shows that the mean of parents’ communication pattern
is 128,0300 and the mean of self confidence is 194,9600. Both means are good.
From the result of linear regression test in 5 % significance the value of r 2 is
0,253 (25,3%) which means the positive influence of parents’ communication
pattern (X) toward the self esteem of fifth grade students (Y) existed. The linear
regression was Y = 28,149 + 0.303 X. It means that the adition of one point
addition value onparents’ communication pattern will improve students self
confidence 28.149+0.303. The significance value 0,000 means that H1 is accepted
and H0 is rejected. Therefore, the parents’ communication pattern must be
improved and developed because it is useful for the students in Tarakanita
Elemantary School of Bumijo, Yogyakarta.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah membimbing,
mendampingi, menyertai, menerangi, mencerahkan, dan menuntun penulis dengan
rahmat kasih setia-Nya dan kemurahan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH POLA KOMUNIKASI
ORANG TUA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD
TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20152016. Penulis menulis skripsi ini karena penulis menemukan bahwa pola
komunikasi orang tua di zaman ini sangatlah penting dan menjadi suatu tuntutan
supaya anak bisa bertumbuh dan berkembang menjadi anak yang percaya diri.
Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untukmenempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu
PendidikanKekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat
keterlibatan banyak pihak yang dengan setia membimbing, mendampingi
denganpenuh kesabaran, serta kerelaan berbagi ilmu, pengalaman dan kemurahan
hati untuk menyumbangkan gagasan dan saran, masukan serta kritikan yang
membangun. Selain itu dukungan spiritual dalam bentuk doa dari para suster dan
teman-temanyang semakin memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan setia. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. F.X. Dapiyanta, SFK, M. Pd., selaku dosen utama, yang telah
menyediakan diri untuk membimbing, mendampingi, memperhatikan,
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menuntun, mendengarkan dengan penuh kesabaran, memberi semangat,
menyumbangkan ide, masukan, dalam seluruh proses penulisan skripsi
ini.
2. Y. Kristianto, SFK, M.Pd., selaku penguji II sekaligus dosen
pembimbing akademik, yang membimbing dan mendukung penulis
dengan penuh perhatian selama masa perkuliahan hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
3. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum., selaku penguji III, yang
telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
4. Drs. F.X. Heryatno W.W.SJ, MA selaku Kaprodi PAK yang dengan
penuh ketulusan mendukung dan selalu memotivasi penulis selama
penulisan skripsi ini.
5. Segenap Staf Dosen Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik,
membimbing, dan mendampingi penulis selama belajar hingga
terselesaikannya sripsi ini.
6. Suster Provinsial beserta staf Dewan Pimpinan Provinsi Konggregasi
Suster- suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus yang telah memberi
kepercayaan dalam perutusan studi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
7. Para Suster, Romo, Bapak dan Ibu segenap organ Yayasan Tarakanita
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan diProdi PAK Universitas Sanata Dharma sampai selesai.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Kepala Sekolah, guru, dan karyawan beserta siswa-siswi SD Tarakanita
Bumijo Yogyakarta yang telah memperkenankan penulis melakukan
penelitian danmemberi kelancaran dalam pengumpulan data penelitian.
9. Para Suster Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus
Borromeusyang
telah
memberikan
dukungan
dalam
mengikuti
pendidikan.
10. Teman-teman
angkatan
2012-2013
yang
telah
memberikan
perhatian,dukungan, masukan, sumbangan ide, saran, dan kerjasama
yang baik selamamenjalani studi di Prodi PAK ini.
11. Sr. Magdelin CB, selaku pimpinan komunitas dan segenap anggota
komunitas CB Pakuningratan yang telah memberikan dukungan,
pengertian, waktu dan tenaga selama masa belajar hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
12. Siswa-siswi kelas V SD Tarakanita Bumijo yang telah mendukung
penulis dengan mengisi kuisioner yang penulis edarkan.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telahmemungkinkan penulis menempuh dan menyelesaikan studi dan
penulisan skripsi ini.
Semoga nama Tuhan semakin dimuliakan, dan sesama diabdi dengan tulus
iklas sehingga semakin banyak orang mengalami kasih dan kelimpahan rahmat
Tuhan dalam hidupnya. Penulis menyadari keterbatasan dan pengalaman sehingga
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan para pembaca demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembaca, khususnya bagi para orang tua yang selalu menaruh perhatian dan kasih
sayang pada
anaknya sehingga semakin menjadi pribadi yang mampu
berkomunikasi dengan tepat serta berkembang dalam aspek kepercayaan diri.
Yogyakarta, 29 Nopember 2016
Penulis,
Yosefina Hiasinta
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………
iv
MOTTO ………………………………………………………………….
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI …………………..
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .....................................
vii
ABSTRAK ……………………………………………………………….
viii
ABSTRACT ……………………………………………………………….
ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..
9
B. Rumusan Masalah ……………………………………………...
9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
9
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………..
9
E. Metode Penelitian ……………………………………………..
11
F.Sistematika Penelitian ………………………………………….
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ……………………..
14
…….…….…………………………………..
14
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi secara umum .................................
xiv
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Fungsi-fungsi komunikasi.………………………………...
16
3. Pola komunikasi secara umum ............................................
19
4. Komponen komunikasi .....................................................
21
B. Komunikasi Dalam Keluarga ………………...........................
22
1. .............................................................................................P 22
engertian komunikasi dalam keluarga ……………………..
2. .............................................................................................F
ungsi komunikasi keluarga orang tua dengan anak ………..
24
26
29
35
3. .............................................................................................J
36
enis-jenis komunikasi dalam keluarga ……………………..
37
4. ..........................................................................................................................4 37
. Pola komunikasi orang tua dengan anak ……………………
39
5. ......................................................................................................................5 40
. Komponen komunikasi dalam keluarga …………………….
40
40
6. .............................................................................................P
entingnya Komunikasi antara anak dan orang tua ………..
41
41
C. ...................................................................................................K
epercayaan Diri ………………………………………………
42
42
1...................................................................................................... P
engertian Kepercaya Diri ………………………………....
43
43
2. .............................................................................................J
xv
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
enis-jenis Kepercayaan Diri ……………………………….
49
a. Kepercayaan Diri Batin ………………………………..
54
55
1) .............................................................................
57
Cinta diri …………………………………….
59
2) .............................................................................P 59
emahaman diri ……………………………....
59
3) .............................................................................T 60
60
ujuan yang jelas………………………………
60
4) .............................................................................B
61
erpikir Positif …………………………….....
62
b. Kepercayaan Diri lahiriah……………………………….
62
1) Komunikasi …………………………………..
62
2) Penampilan diri…………………………………
62
3) Pengendalian Perasaan………………………….
62
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri………
4.
63
C
iri-ciri percaya diri ………………………………………
D.
64
P
enelitian yang relevan……………………………………….
E.
xvi
64
65
K
erangka Pikir………………………………………………..
64
69
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F.
H 70
ipotesis …………………………………………………….
73
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………
74
A.
74 J
enis Penelitian……………………………………………….
B.
74
75 D
esain Penelitian …………………………………………….
C.
75
76 T
empat dan waktu Penelitian ………………………………..
76
1. ..........................................................................................T 77
empat Penelitian………………………………………
79
2. ..........................................................................................W 79
aktu Penelitian……………………………………….
79
D. ...................................................................................................P 80
opulasi dan Sampel Penelitian ………………………………
E. ...................................................................................................
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data……………………
84
85
86
1. ..........................................................................................V 88
ariabel Penelitian……………………………………….
89
2. ..........................................................................................D 89
efinisi Konseptual Variabel............................................
95
3. ..........................................................................................D110
efinisi Operasional Variabel……………………………
xvii
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. .................................................................................P126
ola komunikasi orang tua……………………….
151
b. .................................................................................K153
epercayaan Diri…………………………………
153
4. ..........................................................................................T155
eknik Pengumpulan Data………………………………..
158
5. ..........................................................................................A
lat Instrumen Penelitian ………………………………
(1)
6. ..........................................................................................I (2)
nstrumen Pengumpulan data……………………………..
(3)
7. ..........................................................................................K (4)
isi-kisi Penelitian ………………………………………
8. ..........................................................................................P
engembangan Instrumen……………………………….
a. ................................................................................U
ji Coba Terpakai………………………………
b. ................................................................................U
ji Validitas……………………………………..
c. ................................................................................U
ji Realibilitas……………………………………
9. ..........................................................................................D
eskripsi Data…………………………………………….
a. ................................................................................V
xviii
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ariabel Pola Komunikasi Orang tua……………
b. ................................................................................V
ariabel Kepercayaan Diri……………………….
G. Uji Persyaratan Analisis………………………………………..
1. ...........................................................................................U
ji Normalitas Data ……………………………………..
2. ...........................................................................................U
ji Linearitas Regresi……………………………………
3. ...........................................................................................U
ji Homogenitas ………………………………………...
4. ...........................................................................................U
ji Homokedasitas………………………………………
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………….
A.
Hasil
Penelitian …………………………………………………..
1. .............................................................................................U
ji Persyaratan Analisis …………………………………..
a. .......................................................................................U
ji Normalitas ……………………………………….
b. .......................................................................................U
ji Linearitas …………………………………………
c. .......................................................................................U
ji Homogenitas ……………………………………..
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. .......................................................................................U
ji Homokedasitas …………………………………..
2. .............................................................................................A
nalisis Deskripsi ………………………………………...
3. .............................................................................................D
eskripsi Data ……………………………………………
a. .......................................................................................P
ola Komunikasi Orang tua …………………………
b. .......................................................................................K
epercayaan Diri ……………………………………
B. ......................................................................................................U
ji Hipotesis………………………………………………………
C. ......................................................................................................P
embahasan Hasil Penelitian……………………………………..
D. .....................................................................................................R
efleksi Kateketis……………………………………..................
E. ......................................................................................................K
eterbatasan Penelitian…………………………………..............
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………..
A. .....................................................................................................K
esimpulan………………………………………….…………..
B. .....................................................................................................S
aran ……………………………………………………………
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
LAMPIRAN …………………………………………………………….
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian …………………………………….
Lampiran 2 : Instrumen Penelitian ……………………………………
Lampiran 3 : Data Awal Penelitian …………………………………..
Lampiran 4 : Teks wawancara Responden …………………………..
Lampiran 5
: Hasil Cheklist Responden ……………………………..
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab
Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh
Lembaga Alkitab Indonesia.
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yoh
: Yohanes
Mrk
: Markus
Mat
: Matius
MZM
: Mazmur
B. Singkatan Dokumen Gereja
CT
:
Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus
Yohanes Paulus II kepada para uskup, Klerus dan
segenap umat beriman tentang katekese masa kini,
16 Oktober 1979.
EN
:
Evangelii Nutiandi, Anjuran Apostolik Bapa Suci
Paulus VI kepada Keluarga. Keluarga merupakan
suatu tempat dimana Injil diteruskan.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan
II tentang Gereja.
C. Daftar Singkatan Lain
CB
: Carolus Borromeus
Ocarm
:
Ordo Carmel
SJ
:
Sociatas Jesu
Bdk
:
Bandingkan
Dokpen
:
Dokumentasi dan Penerangan
Hal
:
Halaman
Dr
:
Doktor
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PAK
:
Pendidikan Agama Katolik
KS
:
Kitab Suci
KV II
:
Konsili Vatikan II
KWI
:
Konsili Waligereja Indonesia
No
:
Nomor
Sr
:
Suster
SD
:
Sekolah Dasar
SMP
:
Sekolah Menengah Pertama
UU
:
Undang –Undang
Sisdiknas :
Sistim Pendidikan Nasional
RT
:
Rukun Tetangga
RW
:
Rukun Warga
N
:
Jumlah Responden
∑
:
Jumlah Pertanyaan setiap Sub Variabel Penelitian
Dafatar Tabel
Tabel 1
: Jumlah Responden ……………………………………..
Tabel 2
: Skor aiternative jawaban Variabel X dan Y……………
Tabel 3
: Kisi-kisi Instrumen Penelitian………………………….
Tabel 4
: Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepercayaan Diri………..
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 5
: Hasil Analisis Validitas variabel X……………………..
Tabel 6
: Hasil anlisis Validitas Variabel Y………………………
Tabel 7
: Hasil anlisis Reliability Statitistics Variabel X………
Tabel 8
: Hasil analisis Realibility Statitistics Variabel Y………..
Tabel 9
: Test of Normaliy Pola Komunikasi Orang Tua………...
Tabel 10
: Test of Normality Kepercayaan diri……………………
Tabel 11
: Uji Linearitas…………………………………………...
Tabel 12
: Uji Homogenitas………………………………………..
Tabel 13
: Descriptive Statistics…………………………………...
Tabel 14
: Rangkuman Statististik Deskriptif pola komunikas
orang tua………………………………………………..
Tabel 15
: Rangkuman Statistic pola komunikasi terbuka…………
Tabel 16
: Deskripsi frekuentif pola komunikasi terbuka………….
Tabel 17
: Rangkuman Statistik pola komunikasi tertutup………...
Tabel 18
: Deskriptif frekuentif pola komunikasi tertutup………...
Tabel 19
: Statistik Kepercayaan diri………………………………
Tabel 20
: Statistic Cinta Diri ……………………………………..
Tabel 21
: Deskripsi frekuentif Cinta Diri ………………………..
Tabel 22
: Statistik Pemahaman Diri………………………………
Tabel 23
: Deskripsi frekuentif Pemahaman Diri………………..
Tabel 24
: Statistik Tujuan yang jelas…………………………….
Tabel 25
: Deskripsi frekuentif Tujuan yang jelas…………………
Tabel 26
: Statistik Berpikir positif……………………………….
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 27
: Deskripsi frekuentif Berpikir Positif………………….
Tabel 28
: Statistik Komunikasi………………………………….
Tabel 29
: Deskripsi Frekuentif Komunikasi……………………...
Tabel 30
: Statistik Penampilan Diri……………………………..
Tabel 31
: Deskripsi frekuentif Penampilan Diri………………..
Tabel 32
: Statistik Pengendalian Perasaan……………………….
Tabel 33
: Deskripsi frekuentif Pengendalian perasaan……………
Tabel 34
: Descriptive Statistics ………………………………….
Tabel 35
: Model Summary ……………………………………
Tabel 36
: ANOVA …………………………………………..
Tabel 37
: Coefficients ……………………………………….
Tabel 38
: Correlations…………………………………………
xxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
A. Latar belakang masalah
Anak merupakan dambaan setiap orang tua, kehadirannya sangat
dinantikan setiap keluarga sebagai penerus keturunan orang tuanya. Banyak
proses yang harus diperhatikan oleh orang tua terhadap anaknya sejak lahir
sampai dewasa, satu langkah saja keliru dalam melalui tersebut akan berakibat
fatal bagi perkembangan, kebahagiaan dan keberhasilan si anak.
Anak sebagai sosok individu yang sedang berkembang tentu memerlukan
perhatian yang khusus dari orang tuanya untuk mendidiknya. Dialah pendidik
pertama dan utama dalam keluarga, serta pengaruhnya sangat besar dalam
pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan
anak, baik fisik, psikis dan mental dipengaruhi oleh pola komunikasi orang tua
dalam mendidik anak.
Di dalam mendidik anak ditemui bermacam-macam pola komunikasi orang
tua, secara teoritis pola komunikasi tersebut dapat dikelompokan menjadi dua
kelompok yaitu: pola komunikasi terbuka, pola komunikasi tertutup. Apapun
bentuk pola komunikasi yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk kepribadian
yang akan dimiliki anak. Oleh karena itu orang tua sebaiknya memperhatikan,
mempelajari dan mencoba memahami keinginan dan pandangan-pandangan anakanaknya. Dengan kata lain anak harus diberi kebebasan untuk mengembangkan
dirinya. Kalaupun orang tua bersifat sangat tertutup misalnya, maka hal ini tidak
mematikan inisiatifnya dan semangatnya, melainkan justru untuk membantu
pembentukan kepercayaan diri anak. Dengan perkataan lain sikap tertutup hanya
diperlihatkan orang tua bila anak merasa bingung atau perlu ada pegangan, sikap
tertutup bukan diartikan mencekoki anak dengan gagasan atau pendapat yang
kaku, melainkan membuat anak percaya bahwa orang tuanya mempunyai
kewenangan atau otoritas pada bidang atau masalah-masalah yang belum atau
tidak terjangkau oleh si anak tersebut.
Di dalam keluarga, peran orang tua adalah bertanggung jawab memberikan
pendidikan yang layak terhadap anak-anaknya dengan berdasarkan nilai-nilai
akhlak dan spiritual yang luhur. Namun tidak semua orang tua dapat
melakukannya, hal ini dikarenakan di dalam kehidupan bermasyarakat seringnya
ditemukan anak-anak yang kurang memiliki keberanian dan kurang percaya diri
kalau berada diantara teman-temannya maupun di sekolah, hal tersebut dapat
terjadi karena disebabkan kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, pola
komunikasi orang tua ketika anak bertindak tidak sesuai dengan yang diharapkan
adalah dengan mengatakan anak nakal, bodoh, dibentak-bentak, bersikap dingin
bahkan serta kurangnya menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Dengan berbagai macam tuntutan baik tuntutan dari orang tua itu sendiri,
pendidikan dan ekonomi, justru hal ini sangat membebani pikiran anak-anak. Dan
hal tersebut dapat langsung mempengaruhi kondisi perasaan pada diri mereka, di
mana berbagai macam tuntutan ataupun kebutuhan yang tak terpenuhi pada diri
anak-anak tersebut secara langsung berakibat mengganggu pikiran dan perasaan
serta berdampak negatif yakni anak akan meniru perilaku orang tua. Hal ini juga
dapat menyebabkan anak menjadi takut dan minder dalam pergaulan baik di
lingkungan maupun di sekolah, dan proses perkembangannya menjadi terganggu.
Keluarga pakar pendidikan pada umumnya sepakat bahwa keluarga merupakan
salah satu pusat pendidikan yang sangat penting di antara tri pusat pendidikan.
Karena itu dalam kaitannya dengan hal ini bukanlah suatu kebetulan apabila
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas
No.20/2003)
menempatkan
pendidikan
keluarga,
merupakan
pendidikan informal, dalam kedudukan yang sejajar dengan pendidikan formal
non formal. Pasal 27 ayat (1) dan (2) UU Sisdiknas No.20/2003 menyatakan :
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan
sebagaimana dimaksud dari ayat (1) diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan.
Dalam rangka pembentukan kepribadian serta penanaman dan pewarisan
nilai-nilai, baik nilai-nilai sosial maupun nilai-nilai agama, pendidikan informal
dalam keluarga dipandang memainkan peranan yang penting dan menentukan.
Sentralnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian melalui
kecerdasan emosinal akan meningkatkan perkembangan emosional anak serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
penanaman bahwa sejak lahir hingga usia sekolah, anak-anak umumnya hanya
memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Dari bangun tidur sampai saat akan
tidur kembali, anak-anak terus menerus menerima pengaruh yang bernilai
pendidikan dari lingkungan keluarga.
Anak yang berada di kelas SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia dini. Pada usia dini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi
merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada
masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu dorongan sehingga akan dapat
berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak SD biasanya secara fisik telah mencapai
“kematangan”, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.
Contohnya anak dapat melompat kaki dengan bergantian, dapat mengendarai
sepeda roda dua dan sebagainya. Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial,
terutama anak yang berada di awal SD antara lain mereka telah dapat
menunjukkan kelakuannya, jenis kelaminnya, telah mulai berkompetensi dengan
teman sebayanya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi dan mandiri.
Tugas perkembangan pada anak sekolah dasar (SD) dengan usia 6-12
tahun salah satunya adalah belajar mengembangkan konsep sehari-hari di mana
anak melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium dan mengalami sehingga
terbentuk memori pada anak. Ingatan tersebut dinamakan sebagai konsep
(tanggapan), dengan demikian anak mempunyai tanggapan tentang ayah, ibu,
sekolah, dan juga mengenai gerak-gerik yang dilakukan seperti berbicara. Pada
usia akhir sekolah dasar yaitu kelas 6 anak sudah memiliki konsep tentang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dialaminya selama anak mengalami fase masa sekolah dasar, baik berupa konsep
dari pola komunikasi orang tua yang dilakukan pada anak yang merupakan salah
satu pembentuk pribadi anak. Tugas perkembangan lainnya adalah anak harus
memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga, dengan
demikian diperlukan kepercayaan diri yang baik untuk melakukan tugas
perkembangan tersebut, dan sebagai persiapan untuk menghadapi kelompok sosial
dan lembaga yang lebih besar di sekolah menengah pertama (SMP).
Berdasarkan wawancara pada tanggal 12 Februari 2016 yang dilakukan di
SD Tarakanita terhadap beberapa siswa tentang pola komunikasi orang tua. Siswa
merasakan bahwa ada bermacam-macam ungkapan pola komunikasi orang tua
baik verbal maupun non verbal. Tiga dari enam anak mengatakan sering
mendapatkan pelukan dan ciuman dari orang tua, satu mengatakan tidak pernah
mendapat pelukan dan ciuman, lima anak mengatakan tidak pernah mendapat
ucapan selamat malam atau selamat tidur dari orang tua sebelum istirahat malam,
dan empat anak mengatakan selalu didampingi orang tua dalam belajar dan dua
lainnya tidak pernah didampingi orang tua dalam belajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan anak-anak dapatlah dikunjarai
bahwa masih ada orang tua yang belum memberikan dasar-dasar pendidikan.
Seperti pendidikan, kasih sayang, rasa aman, perhatian, menanamkan kebiasaankebiasaan dan pengaruh positif kepada anaknya, yang secara langsung akan
memberi semangat sekaligus membentuk kepribadian anak-anaknya. Selain itu
interaksi antara orang tua dengan anak yang melibatkan sikap, nilai dan
kepercayaan orang tua terhadap anak, pola komunikasi yang baik dan tepat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
penanaman nilai dan kerjasama belum sepenuhnya disadari bahwa orang tua juga
memiliki tanggung jawab penuh dalam membentuk kepribadian anaknya.
Sebaliknya ketika anak-anak mendapat nilai yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan boleh dikatakan di bawah standar atau nilai yang jelek, berbuat
nakal, malah dimarahin bahkan mengungkapkan kata-kata bodoh, dibentak
bahkan mendapat cubitan. Namun ada juga orang tua yang mau memberi arahan
dan nasihat yang membangun. Dan ada juga anak-anak yang tidak berani
memberitahu
orang tua karena takut mendapat marah. Hal di atas dapat
membawa dampak bagi aspek kepercayaan diri anak.
Diketahui bahwa sebagian orang tua terlalu tertutup dalam mendampingi
anaknya, anak harus berprilaku seperti dirinya, mengikuti aturan-aturannya,
tindakannya terlihat keras, kata-katanya terhadap anak tajam dan menyakitkan
hati. Anak tidak mendapat perhatian yang layak sehingga semua kegiatan dan
cita-cita anak tidak mendapatkan perhatian pula. Usaha anak tidak dihargai.
Hadiah dan hukuman dipakai sebagai alat untuk melaksakan kehendak atau
kemauan orang tua.
Pada aspek kepercayaan diri anak, setiap anak memiliki kepercayaan diri
yang berbeda dari yang memiliki kepercayaan diri yang baik dan kepercayaan diri
yang kurang. Tiga anak mengatakan kurang merasa senang ketika harus tampil
didepan kelas atau didepan teman-temannya karena mereka malu, takut diejek,
takut ditertawakan, dan takut salah. Dua anak mengatakan tidak yakin dapat
mengerjakan tugas dengan baik tanpa bantuan orang lain. Dua anak mengatakan
yakin dalam menyampaikan pendapat, 2 anak lainnya mengatakan tidak yakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
karena takut salah dan takut dimarahi ketika menyampaikan pendapat, dan 2
lainnya malas menyampaikan pendapat mereka ( Wawancara, 12 Februari 2016).
Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui bahwa masih ada orang tua
terlalu tetutup. Kenyataannya orang tua menentukan segala sesuatunya mengenai
apa yang harus dilakukan oleh anak. Orang tua memberikan aturan-aturan yang
kaku dalam mendidik anak tanpa mengindahkan kemauan anak dengan kata lain
anak tidak boleh melawan keputusan orang tua, pola komunikasi orang tua
terhadap anak kurang mengena bahkan menyakitkan karena adanya hanya
mengancam, cenderung menghukum. Hal tersebut sangat tidak mendorong
pembentukan kepribadian anak dan
kepercayaan diri anak. Pola komunikasi
orang tua sebagai salah satu pendekatan yang memegang peranan strategis karena
langsung bersentuhan dengan aspek pribadi anak.
Pola komunikasi orang tua merupakan proses yang bersifat membantu
anak mengubah perilaku dan pengembangan kecerdasan emosional dan intelektual
secara optimal. Dengan demikian komunikasi orang tua dengan anak yang positif
akan menunjang perkembangan emosi dan intelektual menggerakkan tingkah laku
positif sehingga meningkatkan semangat belajar intelektual dan akan berakibat
meningkatnya pola pikir (intelektual) dan kematangan pendidikan dan karir,
kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial. Sementara masih
ditemukan adanya orang tua yang belum mampu melakukan komunikasi dengan
anak secara tepat sehingga masih ada anak yang perkembangan emosionalnya
kurang optimal serta kurang percaya diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pola komunikasi orang tua yang buruk pada anak akan menjadi contoh
oleh anak, atau bahkan menjadi beban mental bagi anak, sedangkan anak adalah
generasi penerus yang diharapkan menjadi manusia yang berkualitas dimasa
depan. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana pola komunikasi orang tua terhadap anak, dan bagaimana pola
komunikasi orang tua memengaruhi tingkat kepercayaan diri anak untuk
mengembangkan dirinya. Terutama pada anak kelas 5 SD, karena mereka berada
pada fase yang dekat dengan anak kelas 6, mereka akan mengalami tuntutan untuk
memngembangkan diri dalam menghadapi ujian kelulusan SD di kelas 6 dan akan
dituntut untuk mengembangkan diri dalam menghadapi ujian kelulusan SD di
kelas 6 dan akan dituntut untuk mengembangkan diri ketika akan masuk ke SMP
yang mana dibutuhkan kepercayaan diri yang lebih untuk bersosialisasi dengan
lingkungan yang baru dan aktualisasi diri.
Melihat kenyataan yang terjadi pada diri anak-anak di mana mereka
menjadi pribadi yang minder, penakut, suka memberontak, kurang memiliki rasa
percaya diri, dan kurang terbuka sama orang tua karena takut dimarahi. Dari
beberapa bentuk perilaku anak tersebut dimungkinkan karena kesalahan orang tua
dalam mendidik anak atau mungkin karena kurang perhatian anak dalam
menerima pola komunikasi yang diberikan orangn tua.
Atas dasar latar belakang tersebut di atas
mendorong penulis untuk
mencoba mengadakan penelitian tentang ”PENGARUH POLA KOMUNIKASI
ORANG TUA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SIWA KELAS V SD
TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA TAHUN 2015-2016”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat rumusan masalah yang
menjadi fokus kajian peneliti, yaitu: Seberapa besar pengaruh pola komunikasi
orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016?’’
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan utama penulisan ini adalah:
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap
kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Ajaran
2015-2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumbangan terhadap ilmu Pendidikan khususnya Pendidikan
dalam keluarga yang meliputi aspek komunikasi dan kepercayaan diri
anak.
b. Memberikan masukan kepada orang tua siswa akan pentingnya pola
komunikasi orang tua dengan anak untuk menanamkan kepercayaan diri
seorang anak. Dengan menjalin komunikasi yang tepat maka orang tua
dapat mengetahui perkembangan diri anak.
c. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah
perbendaharaan karya ilmiah dalam rangka pengembangan keilmuan
Pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2.
Manfaat Praktis
a. Sekolah
Sebagai masukan untuk pengembangan proses belajar mengajar di
sekolah. Dengan mengetahui pola komunikasi yang tepat antara orang tua
dan anak maka guru bisa memahami karakter anak didik sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan diri anak.
b. Guru
- Memberikan masukan yang bermanfaat dalam melakukan pola
komunikasi yang baik dengan anak.
- Membantu guru dalam memahami kepercayaan diri yang terjadi pada
anak
c. Orang Tua
- Membantu orang tua dalam menciptakan pola komunikasi yang baik
sehingga mampu mengarahkan anak menjadi pribadi yang Percaya diri
-
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi bahan masukan
kepada orang tua tentang pola komunikasi .
- Sebagai masukan kepada orang tua agar bisa meluangkan waktu untuk
anak.
-
Menambah wawasan bagi anak untuk lebih obyektif dalam
menangkap pola komunikas orang tua.
-
Memberikan masukan yang bermanfaat dalam menjalin komunikasi
yang baik sehingga mampu menciptakan suasana keluarga yang
harmonis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
d. Bagi Siswa
- Membimbing anak untuk menjadi pribadi yang percaya diri
- Meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola kepercayaan diri
- Memotivasi anak untuk menjadi lebih sukses dengan kepercayaan diri
yang dimilikinya.
e. Peneliti
- Memiliki pengetahuan tentang pengaruh pola komunikasi orang tua
dengan kepercayaan diri anak.
- Merupakan sumbangan pikiran tentang persoalan yangmenyangkut
masalah pola komunikasi dan sikap percaya diri anak.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif yang dilakukan
dengan cara studi kepustakaan dan penyebaran kuisioner. Pertama, studi
kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik yang sedang diteliti. Semua informasi
tersebut diperoleh dari buku, laporan penelitian ilmiah, dan sumber tertulis baik
cetak maupun elektronik. Dalam penelitian ini, studi kepustakaan dilakukan untuk
menghimpun berbagai informasi mengenai pola komunikasi orang tua terhadap
kepercayaan diri anak kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun 20152016. Kedua, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode angket. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 158), angket merupakan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan atau mengetahui faktafakta yang disebutkan orang banyak, pendapat, perasaan atau keinginan umum
serta bahan-bahan kualitatif.
F. Sistematika Penelitian
PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP
KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD TARAKANITA BUMIJO
YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015-2016 adalah judul skripsi yang
disusun penulis. Judul skripsi ini dijabarkan dalam lima bagian yaitu:
Bab I berisi pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
penelitian.
Bab II memaparkan tentang pola komunikasi orang tua dan anak, dampak
komunikasi, teori kepercayaan diri anak meliputi pengertian kepercayaan diri,
macam-macam keprcayaan diri, aspek-aspek keprcayaan diri, faktor-faktor yang
memengaruhi kepercayaan individu, cara meningkatkan kepercayaan diri dan
dampak negatif anak yang tidak percaya diri. Komunikasi interpersonal dan
kerangka berpikir.
BAB III membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis penelitian,
desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian,
teknik dan instrumen pengumpulan data, kisi-kisi penelitian, pengembangan
instrumen dan teknik analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang
meliputi, hasil penelitian berdasarkan kuesioner/angket, wawancara, pembahasan
hasil penelitian yang meliputi: Uji Persyaratan Analisis, Analisis Deskripsi,
Deskripsi data, Uji Hipotesis, Pembahasan hasil penelitian, Refleksi Kateketis,
dan keterbatasan penelitian
BAB V merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai
kesimpulan dan saran yang berguna bagi semua pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Bab ini menguraikan tentang pola komunikasi orang tua dan kepercayaan
diri. Komunikasi terdiri dari pengertian komunikasi secara umum, fungsi
komunikasi secara umum, jenis-jenis komunikasi secara umum, pola komunikasi
secara umum, dan komponen komunikasi secara umum. Komunikasi dalam
keluarga terdiri dari pengertian komunikasi keluarga, fungsi komunikasi keluarga,
jenis komunikasi keluarga, pola komunikasi orang tua dengan anak, komponen
komunikasi keluarga. Dan kepercayaan diri terdiri dari pengertian kepercayaan
diri, faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, ciri-ciri kepercayaan diri.
A. Komunikasi
1. Pengertian komunikasi secara umum
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris berasal dari communication,
berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna antara pemberi pesan
dengan penerima pesan. Jadi, apabila dua orang terlibat dalam komunikasi,
misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau
berlangsung selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Beberapa pakar komunikasi memberikan definisi komunikasi diantaranya
dikutip oleh Effendi sebagai berikut, dalam Effendi (1986: 63) mendefinisikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
komunikasi
sebagai
“Suatu
proses
dimana
seseorang
(komunikator)
menyampaikan perangsang-perangsang, biasanya lambang-lambang dalam bentuk
kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”. Jadi, hakikat
komunikasi merupakan proses pernyataan antar manusia. Yang berhubungan
dengan pikiran, atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya.
Menurut
Lewis
Caroll,
Komunikasi
merupakan
suatu
proses
memindahkan, mengoperkan atau menyampaikan sesuatu secara teliti dari jiwa
yang satu kepada jiwa yang lain, dan hal itu adalah tepat seperti pekerjaan yang
harus kita ulangi dan ulangi lagi (Praktikto,1983: 10). Untuk mencapai
komunikasi yang efektif dan efisien tidak semudah seperti yang dibayangkan
orang. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan agar pesan atau pernyataan yang
disampaikan kepada orang lain bisa dimengerti serta dipahami.
Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul saling pengertian,
yaitu jika kedua belah pihak, si pengirim dan penerima informasi memahami.
Tirman Sirait mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi sebagai
berikut, “Komunikasi adalah suatu tingkah laku perbuatan atau kegiatan
penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau
makna-makna informasi dari seseorang kepada orang lain, atau lebih jelasnya
suatu pemindahan atau pengoperan informasi mengenai pikiran dan perasaanperasaan”. (Tirman, 1982: 11).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
komunikasi tidak berarti hanya menyampaikan sesuatu kapada orang lain, akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tetapi bagaimana caranya penyampaian itu agar penerima mudah mengerti dan
memahami dengan perasaan ikhlas. Keberhasilan suatu komunikasi sangat
dibutuhkan oleh faktor manusianya. Karena manusia memiliki akal dan pikiran
serta perasaan untuk dapat menentukan sikap, dan manusia merupakan sarana
utama terjadinya suatu komunikasi.
2. Fungsi-fungsi komunikasi
William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005: 5-30) mengkategorikan
fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
a. Komunikasi Sosial
Komunikasi sosial adalah suatu kegiatan yang lebih diarahkan kepada
pencapaian suatu situasi integrasi sosial. Komunikasi sosial mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari
tekanan dan tegangan, berani, antara lain lewat komunikasi yang bersifat
menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat
(keluarga, kelompok belajar perguruan tinggi, RT, RW, desa, Kota, dan Negara
secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa
dalam kehidupan berkomunikasi adalah persyaratan yang utama dalam kehidupan
manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk berkomunikasi
antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam
kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
berkomunikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting
dalam kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi
dengan sesama, karena manusia tercipta sebagai makhluk sosial.
b. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif adalah komunikasi yang dapat dilakukan sejauh
komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan
(emosi kita) melalui pesan- pesan non verbal. Komunikasi ekspresif juga dapat
dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok, yaitu melalui perasaan sayang,
peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal.
Contohnya seorang ibu menunjukan kasih sayangnya dengan membelai kepala
anaknya. Seorang atasan menunjukan simpatinya kepada bawahannya yang
istrinya baru mengalami kecelakaan dengan menepuk bahunya. Orang dapat
menyalurkan kemarahanya dengan mengumpat, berkecak pinggang, mengepalkan
tangan seraya melototkan matanya.
c. Komunikasi Ritual
Komunikasi Ritual adalah proses pemaknaan pesan sebuah kelompok
terhadap aktifitas religi dan sistem kepercayaan yang dianutnya. Komunikasi
Ritual juga merupakan bagian dari komunikasi transendental yang dimana
komunikasi trasendental merupakan suatu komunikasi yang terjadi
antara
manusia dan Tuhan, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Contohnya
dilakukan pada saat upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
hidup, yang disebut para antropologi budaya sebagai rites of passage, mulai dari
upacara kelahiran, sonata, ulang tahun ( nyanyi Happy Birhtday dan pemotongan
kue), pertunangan ( melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (sungkem kepada
orang tua dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian.
Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilakuperilaku tertentu yang bersifat simbolik. Simbolik bisa berbentuk bahasa lisan
atau tertulis (verbal) melalui isyarat-isyarat tertentu. Ritus-ritus lain seperti berdoa
(sembayang, misa), membaca kitab suci, upacara bendera (termasuk menyanyikan
lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran, (Idul fitri) atau Natal, juga
adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi
ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga,
suku, bangsa, Negara, ideology, atau agama mereka.
d. Komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental adalah untuk memberitahukan atau menerangkan
dan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan
pendengarnya mempercayai bahwa fakta dan informasi yang disampaikan adalah
akurat dan layak untuk diketahui. Dengan demikian fungsi komunikasi
instrumental
bertujuan
untuk
menginformasikan,
mengajar,
mendorong,
mengubah sikap keyakinan, mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan
untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut
membujuk
(bersifat persuasif). Ketika seorang dosen menyatakan bahwa ruang
kuliah kotor, pernyataannya dapat membujuk mahasiswa untuk membersihkan ruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak
langsung membujuk khalayak untuk melupakan pesoalan hidup mereka.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan
dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut.
Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita
gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi
keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan
jangka-panjang. Tujuan jangka-pendek misalnya untuk memperoleh pujian,
menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan
material, ekonomi dan politik. Sedangkan untuk tujuan jangka-panjang dapat
diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding,
berbahasa asing ataupun keahlian menulis (Deddy Mulyana, 2002: 25).
3. Pola Komunikasi secara umum
Pola komunikasi keluarga merupakan salah satu faktor yang penting,
karena keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal anak selama
proses sosialisasinya. Menurut Aziz Safrudin (2015: 237) ada empat pola
komunikasi keluarga yang umum pada keluarga inti komunikasi keluarga yang
terdiri dari pola persamaan (Equality Pattern), pola seimbang-terpisah (Balance
Split Patern), pola tak seimbang-terpisah (Unbalance Split Pattern) pola
monopoli (Monopoly Pattern).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Pola komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
Tiap individu berbagi hak yang sama dalam kesempatan berkomunikasi.
Peran tiap orang dijalankan secara merata. Komunikasi berjalan dengan
jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pembagian kekuasaan. Semua
orang memiliki hak yang sama dalam proses pengambilan keputusan.
Keluarga mendapatkan kepuasan tertinggi bila ada kesetaraan.
b. Pola komunikasi seimbang terpisah ( Balance Split Pattern)
Kesetaraan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang
memiliki daerah kekuasaan yang berbeda dari yang lainnya. Tiap orang
dilihat sebagai ahli dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, dalam
keluarga normal/tradisional, suami dipercaya dalam urusan bisnis atau
politik. Istri dipercaya untuk urusan perawatan anak dan memasak. Namun
pembagian peran berdasarkan jenis kelamin ini masih bersifat fleksibel.
Konflik yang terjadi dalam keluarga tidak dipandang sebagai ancaman
karena tiap individu memiliki area masing-masing dan keahlian sendirisendiri.
c. Pola komunikasi Tak seimbang terpisah ( Unbalanced Split Pattern).
Satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari yang
lainnya. Satu orang inilah yang memegang kontrol, seseorang ini biasanya
memiliki kecerdasan intelektual lebih tinggi, lebih bijaksana, atau
berpenghasilan lebih tinggi. Anggota keluarga yang lain berkompensasi
dengan cara tunduk pada seseorang tersebut, membiarkan orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mendominasi itu untuk memenangkan argumen dan pengambilan
keputusan sendiri.
d. Pola komunikasi monopoli (Monopoly Pattern)
Satu orang dipandang sebagai pemegang kekuasaan. Satu orang ini lebih
bersifat memberi perintah dari pada berkomunikasi. la memiliki hak penuh
untuk mengambil keputusan sehingga jarang atau tidak pernah bertanya
atau meminta pendapat dari orang lain. Pemegang kuasa memerintahkan
kepada yang lain apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka anggota
keluarga yang lainnya meminta izin, meminta pendapat, dan membuat
keputusan berdasarkan keputusan dari orang tersebut.
Beberapa pola komunikasi di atas pada hakekatnya dapat diterapkan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi dalam keluarga. Akan tetapi
yang perlu menjadi prinsip dalam proses komunikasi dalam keluarga yakni antara
suami dengan istri, antara ayah, ibu dengan anak, antara dengan anak, antara ibu
dengan anak, serta komunikasi antara anak dengan anak, hendaknya bersifat
humanis, kasih sayang, toleran, dengan menggunakan perkataan-perkataan yang
mulia, benar, lembut, jujur, jelas dan tidak menyinggung perasaan orang yang
diajak berkomunikasi.
4. Komponen Komunikasi
Unsur-unsur utama dalam komunikasi menurut Bahri (2004: 13) adalah
komunikator sebagai pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan komunikan
sebagai penerima pesan dari si pengirim. Dalam kegiatan perkomunikasian, ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tiga komponen itulah yang berinteraksi. Ketika suatu pesan disampaikan oleh
komunikator
dengan
perantara
media
komunikan,
maka
komunikator
mempermulasikan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk kode tertentu,
yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh komunikan dengan baik. Berhasil
tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung tiga
komponen tersebut.
Sedangkan menurut Zarkashy (2005: 65) komunikasi dapat berlangsung
dengan melibatkan tiga komponen yaitu pembicara (orang tua), pendengar (anak)
dan pesan yang dikomunikasikan. Ini artinya bahwa komunikasi hanya dapat
berjalan dengan lancar apabila antara orang tua dan anak mampu mengemukakan
diri secara jelas dan bersedia mendengarkan pesan yang bersifat verbal maupun
isyarat (non verbal) atau gerak tubuh lawan bicara.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa komponen
komunikasi meliputi komunikator sebagai pengirim pesan (pembicara) pesan yang
disampaikan, dan komunikan sebagai penerima pesan dari si pengirim
(pendengar).
B. Komunikasi dalam keluarga
1. Pengertian komunikasi dalam keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia
dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi
dengan kelompoknya. (Kurniadi, 2001: 271). Dalam keluarga yang sesungguhnya,
komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan
kelompok primer paling penting dalam masyarakat,
yang terbentuk dari
hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit
berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga
dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
Menurut Aziz Safrudin (2015: 235), Komunikasi Keluarga adalah suatu
pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi
suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling
membagi pengertian.
Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara
dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan
pnengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai
dan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga
tercipta komunikasi yang efektif.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan
membicarakan
dengan
terbuka
setiap
hal
dalam
keluarga
baik
yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan (Friendly: 2002: 1)
Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan
hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap
anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi
diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, maka komunikasi
antara orang tua dengan anak yang dimaksud yaitu suatu interaksi yang dilakukan
oleh orang tua dengan anak dalam keluarga untuk memberikan kehangatan,
kenyamanan, perhatian, keakraban, kasih sayang, bimbingan, memberikan contoh
perilaku yang baik kepada anak dengan menanamkan nilai- nilai budi pekerti yang
baik yang semua itu bertujuan agar terbentuk perilaku yang baik pada anak baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
2. Fungsi komunikasi keluarga orang tua dengan anak
Fungsi komunikasi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan lapangan kerja sudah
tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Deddy
Mulyana
(2000:
20)
mengatakan
dalam
bukunya
yang
berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, bahwa untuk memenuhi fungsi komunikasi
kita perlu memahami terlebih dahulu tipe komunikasi, sebab hal itu dapat
memebedakan fungsi masing- masing di antaranya yaiu :
a)
Tipe komunikasi dengan diri sendiri yang berfungsi untuk
mengembangkan
kreatifitas,
imajinasi,
memahami
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir
sebelum mengambil keputusan.
b)
Tipe komunikasi antara pribadi yang berfungsi untuk berusaha
meningkatkan hubungan insani (Human relation), menghindari dan
mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian
sesuatu serta sebagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang
lain.
c)
Tipe komunikasi public yang berfungsi untuk menumbuhkan
semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain,
memberi informasi, mendidik dan mennghibur.
d)
Tipe
komunikasi
massa
yang
berfungsi
untuk
menyebar
luaskaninformasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan
ekonomi,dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang.
Pada hakikatnya komunikasi dalam sebuah keluarga khususnya antara
orang tua dengan anak memiliki konstribusi yang luar biasa bagi keduanya,
karena dengan adanya komunikasi yang efektif dan efisien dan dilaksanakan
secara terus menerus dapat menciptakan keakraban, keterbukaan, perhatian yang
lebih antara keduanya serta orang tua pun lebih dapat mengetahui perkembangan
pada anak baik fisik maupun psikisnya, Sebagaimana yang telah dikemukana oleh
Hasan Basri, bahwasanya komunikasi berfungsi sebagai: Sarana untuk
mengungkapkan kasih sayang, media untuk menyatakan penerimaan atau
penolakan atas pendapat yang disampaikan, sarana untuk menambah keakraban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
hubungan sesama warga dalam keluarga, dan menjadi barometer bagi baik
buruknya kegiatn komunikasi dalam sebuah keluarga
Bahkan Deddy Mulyana (2005: 8) pun berpendapat bahwa komunikasi
berfungsi untuk: (1) Menginformasikan/to inform, (2) Mendidik/to educate,(3)
Menghibur/ to entertain, dan (4) Mempengaruhi/to influence.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa uraian
diatas bahwasanya komunikasi yang dianggap sebagai suatu kebutuhan yang
sangat vital dalam kehidupan manusia memiliki beberapa fungsi seperti yang
telah diuraikan diatas dari beberapa pendapat para ahli antara lain yaitu sebagai
suatu sarana untuk mengungkapkan segala perasaan kasih sayang, perhatian serta
dapat menambah keakraban dan keterbukaan antra orang tua dengan anak /
keluarga orang tua dengan anak.
3. Jenis-jenis komunikasi dalam keluarga
Menurut Djamarah, (2004) jenis komunikasi dalam keluarga ada 4
macam yaitu:
a) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau
kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan. Kegiatan
komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga. Setiap hari
orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya. Canda dan tawa
menyertai dialog antara orang tua dan anak. Perintah, suruhan, larangan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sebagainya merupakan alat pendidikan yang sering di pergunakan oleh orang tua
atau anak dalam komunikasi keluarga.
Dalam perhubungan antara orang tua dengan anak akan terjadi interaksi.
Dalam interaksi itu orang tua berusaha mempengaruhi anak untuk terlibat secara
pikiran dan emosi untuk memperhatikan apa yang akan di sampaikan. Anak
mungkin berusaha menjadi pendengar yang baik dalam menafsirkan pesan-pesan
yang akan di sampaikan oleh orang tua.
b) Komunikasi Nonverbal
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga antara orang tua dengan
anak tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal.
Walaupun begitu, komunikasi nonverbal. Suatu ketika bisa berfungsi sebagai
penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi nonverbal itu sangat terasa jika,
komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu
secara jelas. Komunikasi nonverbal sering dipakai oleh orang tua dalam
menyampaikan suatu pesan kepada anak. Sering tanpa berkata sepatah kata pun,
orang tua menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan orang tua
dalam mengerjakan sesuatu dan karena anak sering melihatnya, anak pun ikut
mengerjakan apa yang pernah dilihat dan di dengar dari orang tuanya.
Tidak hanya orang tua, anak juga sering menggunakan pesan nonverbal
dalam menyampaikan gagasan, keinginan atau maksud tertentu kepada orang
tuanya. Malasnya anak untuk melakukan sesuatu yang di perintahkan oleh orang
tua adalah sebagai ekspresi penolakan anak atas perintah. Akhirnya, komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
nonverbal sangat diperlukan dalam menyampaikan suatu pesan ketika komunikasi
verbal tidak mampu mewakilinya.
c) Komunikasi Individual
Komunikasi individual dan komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang sering terjadi dalam keluarga orang tua dengan anak. Komunikasi yang
terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi antar pribadi, antara orang tua dengan
anak. Pada kesempatan yang lain, orang tua tidak menyia-nyiakan waktu
senggang untuk berbincang-bincang dengan anak secara pribadi tentang sesuatu
hal, entah mengenai pelajaran di sekolah, mengenai pengalaman, atau hal-hal apa
saja sebagai topik perbincangan.
Ketika orang tua merasa berkepentingan untuk menyampaikan sesuatu
kepada anak, maka orang tualah yang memulai pembicaraan. Ketika anak
berkepentingan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang tua, maka anaklah
yang memulai pembicaraan. Pesan yang ingin disampaikan itu bisa berupa
gagasan, keinginan, atau maksud tertentu.
Keinginan anak untuk berbicara dengan orang tuanya dari hati ke hati
melahirkan komunikasi interpersonal. Komunikasi di sini dilandasi oleh
kepercayaan anak kepada orang tuanya. Dengan kepercayaan itu, anak berusaha
membangun keyakinan untuk membuka diri bahwa orang tuanya dapat dipercaya
dan sangat mengerti perasaannya. Sebagai orang tua tentu saja keinginan anak itu
harus direspons secara arif dan bijaksana, dan bukan sebaliknya, bersikap egois
tanpa kompromi. Menjadi pendengar yang baik dan selalu membuka diri untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
berdialog dengan anak adalah rangka mengakrabkan hubungan antara orang tua
dengan anak. Dengan begitu, anak tidak menganggap orang tuanya adalah orang
yang tidak mengerti perasaan anak.
d) Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dengan anak sangat penting untuk dibina
dalam keluarga. Keakraban hubungan itu sangat dilihat dari frekuensi pertemuan
antara orang tua dengan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Masalah waktu
dan kesempatan menjadi faktor penentu berhasil atau gagal suatu pertemuan.
Boleh jadi, suatu pertemuan yang sudah direncanakan oleh orang tua atau anak
yang berkumpul, duduk bersama dalam satu meja, dalam acara keluarga terancam
gagal di sebabkan belum ada pertemuan antara waktu dan kesempatan dan
kurangnya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.
4. Pola komunikasi orang tua dengan anak
Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui
lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan perangsang untuk mengubah
tingkah laku individu lain. Pola komunikasi juga dapat dipahami sebagai pola
hubungan antara orang tua dengan anak, dua orang atau lebih dalam pengiriman
dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami, dan menghasilkan suatu
ditunjuk. (Djamarah, 2004: 1).
perubahan dalam diri yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Secara
teoritis
menurut
Cangara
(1998:
31),
pola
komunikasi
diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya :
a)
Komunikasi Diadik (dyadic communication) Komunikasi diadik adalah
pola komunikasi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang
adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi
komunikan yang menerima pesan.
b)
Komunikasi Triadik (triadic communication) Komunikasi triadik adalah
pola komunikasi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang
komunikator dan dua orang komunikan. Misalnya A komunikator maka
ia menyampaikan pesan kepada komunikan B, kemudian beralih kepada
komunikan.
Menurut Siahaan (1991: 42), pola komunikasi terdiri atas
beberapa
macam yaitu:
a)
Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun
tanpa media, tanpa umpan balik dari komunikan, dalam hal ini
komunikan bertindak sebagai pendengar saja.
b)
Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic
communication), yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling
tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap
pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling
bergantian
fungsi.
percakapannya
Namun
adalah
pada
hakekatnya
yang
memulai
komunikator utama, komunikator utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut,
prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung.
c)
Pola komunikasi multiarah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu
kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan
saling bertukar pikiran secara dialogis.
Menurut pendapat Mcleod dan Chaffe mengidentifikasikan pola
komunikasi keluarga (Family Communication patterns) sebagai “family patterns
on children’ communication styles” (pola orang tua dalam mengembangkan gaya
berkomunikasi dengan anaknya). Pada umumnya dikenal dengan dua pola
komunikasi, yaitu pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup.
a)
Pola Komunikasi Terbuka
Menurut Reardon (Anggraini, 2008: 21), dalam pola komunikasi terbuka
dimungkinkan adanya lebih banyak kelonggaran dalam penerapan peraturan. Pola
komunikasi terbuka (Open Communication): aturan-aturan dalam keluarga
bersifat fleksibel, sehingga anak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan
pesan komunikasinya seperti saran, pendapat, masukkan bahkan interupsi kepada
orang tuanya. Sebagai “ family patterns on children’ communication styles”.
Menurut Diana Baumrind (Weiten, 1994: 359-360) dikutip dari Wisnu
(2009: 28), gaya komunikasi authoritative adalah komunikasi orang tua yang
memiliki bentuk interaksi antara orang tua dengan anak, dimana proses
komunikasinya orang tua melibatkan pola komunikasi terbuka memungkinkan
adanya orangtua dalam mengembangnkan gaya komunikasi authoritative. Anak
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya dan keluarga, orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
authoritative dalam hubungannya memberikan kesempatan kepada anak untuk
menanyakan alasan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Gaya komunikasi
orangtua authoritative ini menerapkan aturan-aturan yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak berdasarkan kebutuhan orang tua, orang tua authoritative dalam
pengasuhannya memiliki ketegasan dalam membimbing anak dan memiliki
komunikasi yang hangat, akrab, penuh perhatian,
asertif
dan kasih sayang
terhadap anak. Maka komunikasi yang dikembangkan oleh orangtua yang dapat
dikatakan sebagai pola komunikasi terbuka memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Orang tua bersedia mendengarkan pendapat anak, 2. Orang tua tidak menganggap
pendapatnya yang paling benar, 3. Orang tua tidak mendominasi situasi dalam
keluarg, 4. Orangtua mengadakan berkomunikasi timbal balik, 5. Orangtua selalu
ingin bekerja sama dan berbincang mengenai masalah persoalan
yang dapat
menimbulkan salah pengertian, dan 6. Menghormati buah pikiran orang banyak
lebih dari satu. Dalam pola komunikasi terbuka memungkinkan adanya bentuk
pesan komunikasi yang baik, perhatian, penuh kasih sayang, sehingga proses
tersebut mencapai pada komunikasi yang efektif.
b) Pola Komunikasi Tertutup
Woods dalam Reardon (Anggraini, 2008: 19), menjelaskan bahwa dalam
Pola komunikasi tertutup (Closed Communication) : aturan-aturan dalam keluarga
bersifat kaku, sehingga anak tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan
pesan komunikasi seperti pendapat, masukan, dan interupsi kepada orang tua.
Sebagai “ family patterns on children’ communication styles”, pola komunikasi
tertutup memungkinkan adanya orang tua dalam mengembangkan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
komunikasi
authoritarian. Gaya komunikasi
authoritarian adalah
proses
komunikasi orang tua yang dalam pengasuhannya sangat kaku, dimana orang tua
cendrung memberi perintah, dan mengharuskan anak agar menjalankan semua
perintah dan aturan yang diberikan tanpa harus mengetahui alasan, tujuan dan
tanpa boleh bertanya, dan tidak memiliki komunikasi yang efektif, serta gagal
memberikan kehangatan kepada anak mereka. komunikasi yang dikembangkan
oleh orangtua yang dapat dikatakan sebagai pola komunikasi tertutup memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: Orang tua tidak bersedia mendengarkan pendapat dari
anak-anaknya, tidak bersedia mengadakan komunikasi timbal balik, Bersifat
autokratif ( kehendak orang tua bersifat mutlak), bersifat instruktif (orang tua
bersifat memerintah/segala bentuk perintah berasal dari orang, Orang tua
mendominasi situasi dan menganggap keputusan orang tua yang paling benar dan
bersikap kaku terhadap anak. Dalam pola komunikasi tertutup, memungkinkan
ketiadaan hubungan yang efektif antara orang tua dengan anak.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pola komunikasi orang tua
dengan anak tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi
yang digunakan oleh orang tua untuk mengembangkan kepercyaan diri anak
adalah Pola komunikasi terbuka. Dalam pola komunikasi terbuka memungkinkan
adanya bentuk pesan komunikasi yang baik sehingga proses tersebut mencapai
pada komunikasi yang efektif. Pola komunikasi terbuka memungkinkan orang tua
mengembangnkan gaya komunikasi authoritative. Gaya komunikasi orangtua
authoritative ini menerapkan aturan-aturan serta komunikasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan anak. Orang tua authoritative memiliki ketegasan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
membimbing anak dan memiliki komunikasi yang hangat, penuh perhatian,
nyaman, asertif, penuh kasih sayang, komunikasi yang membuat anak selalu
merasa terdukung dalam proses pengembangan dirinya. Pola komunikasi terbuka
sangat membantu anak untuk semakin mengenal dirinya sekaligus dapat
membangun kepercayaan dalam dirinya lewat keterbukaan orang tua
dalam
berkomunikasi.
Melalui pola komunikasi terbuka, orang tua bisa menyampaikan nilai-nilai
yang baik kepada anaknya. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian,
penerimaan, cinta dan kasih sayang, kelekatan emosional yang tulus dengan anak,
serta pemberian penghargaan, hadiah atau pujian apabila mencapai suatu prestasi,
keberhasilan atau kesuksesan akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak
tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang
tuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat
bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Maka anak akan tumbuh menjadi
individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang
realistik terhadap diri ( Rini, 2002: 145).
Orang tua mempunyai peran yang sangat besar terhadap pembentukan rasa
percaya diri anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua
orang tuanya melalui cara berkomunikasi dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam
keluarga. apabila pola komunikasi orang tua terjalin dengan tepat maka akan
membentuk kepercayaan diri anak dengan baik pula. Karena pola komunikasi dan
kebiasaan yang orang tua tampilkan dalam sikap dan prilaku tidak lepas dari
perhatian dan pengamatan seorang anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
5. Komponen komunikasi dalam keluarga
Komponen-komponen atau unsur-unsur komunikasi, yaitu: sumber,
komunikator, pesan, chanel (saluran) dan efek (hasil). Sumber adalah dasar yang
digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat
pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku pedoman, dokumen.
Seorang komunikator sebagai penyampai pesan perlu memperhatikan penampilan
yang sesuai dengan tata karma, keadaan, waktu dan tempat. Selain penampilan ,
seorang komunikator harus menguasai masalah dalam mencapai tujuan
komunikasi. Penguasaan bahasa bagi seorang komunikator penting agar tidak
menimbulkan salah tafsir dan ketidak percayaan . Pesan adalah keseluruhan dari
apa yang disampaikan. Pesan yang memenuhi syarat berisikan hal-hal yang umum
dipahami para audien, jelas dan gamblang, simpati dan menarik, seimbang dan
sesuai dengan keinginan komunikan. Channel adalah saluran penyampaian pesan
yang biasa disebut media. Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni
sikap dan tingkah laku orang .Prosedur untuk mendapat efek yang baik yaitu
attention (perhatian), Interest (kepentingan), Desire (keinginan), Decision
(keputusan) dan Action (tindakan). Komponen-komponen atau unsur-unsur dalam
komunikasi keluarga, umumnya merupakan komunikasi antar pribadi anggota
keluarga saling berpengaruh dan terjadi keterpaduan. Komponen mana yang awal
dan akhir, tidak tertentu, sangat tergantung pada kondisi dan kebutuhan anggota
keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
6. Pentingnya komunikasi antara anak dan orang tua.
Sebelumnya juga banyak orang yang sudah mengetahui jika komunikasi
merupakan cara yang paling tepat dalam menyelesaikan setiap permasalahan.
Oleh karena itu komunikasi ini juga sangat penting dilakukan orang tua dalam
memberikan didikan kepada anak-anaknya. Ada banyak sekali manfaat istimewa
yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang tua sehingga mereka lebih memilih
berbicara seperlunya saja ketika anak-anak mereka sudah dewasa. Padahal justru
pada saat memasuki usia remaja anak harus selalu diajak berkomunikasi dengan
baik agar ia selalu terbuka kepada orang tuanya mengenai apapun yang ia lakukan
saat tidak bersama orang tua.
Untuk lebih jelasnya disini ada beberapa manfaat dari pentingnya
komunikasi antara anak dan orang tua, manfaat tersebut diantaranya adalah :

Meningkatkan kepercayaan diri pada anak dimanapun dia berada
meskipun tanpa pendampingan dari orang tuanya.

Mengembangkan harga diri pada anak sehingga ia selalu dapat menjaga
nama baik dirinya serta orang tuanya saat berada di lingkungan
masyarakat.

Membantu anak menjalin hubungan baik dengan orang lain mengingat
komunikasi yang selalu diajarkan orang tuanya merupakan komunikasi
yang baik. Oleh karena itu saat anak tersebut belajar bersosialisasi
dengan masyarakat ia mampu bertutur kata dengan baik dan pada
akhirnya terjalin hubungan baik antara dirinya dengan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Itulah beberapa manfaat istimewa dari adanya komunikasi antara orang
tua dan anak yang harus diterapkan dalam cara didikan orang tua pada anaknya.
Tidak heran jika hal ini dianggap menjadi hal pentingnya komunikasi antara anak
dan orang tua karena memang baik dilakukan. Jika antara anak dan orang tua saja
tidak terjalin komunikasi yang baik, bagaimana saat dia bersosialisasi dengan
masyarakat tentu saja akan berdampak buruk baginya. Tentunya kita juga tidak
ingin bukan jika anak kita mengalami hal tersebut. Oleh karena itulah sebagai
orang tua harus selalu mengutamakan komunikasi baik dengan anak setiap waktu
agar terjalin hubungan yang baik juga, sehingga anak bertumbuh menjadi pribadi
yang mandiri, bertanggung jawab dan penuh percaya diri.
C. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi
untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui
proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam
interaksinya, individu mendapat umpan balik yang dapat berupa hadiah dan
hukuman. Kepercayaan diri di definisikan sebagai suatu keyakinan individu untuk
mampu berprilaku sesuai dengan yang diharapkan. Individu yang mempunyai rasa
kepercayaan diri adalah individu yang mampu bekerja secara efektif, dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Kepercayaan diri sering
di identikkan dengan kemandirian meski demikian individu yang kepercayaan
dirinya tinggi pada umumnya lebih mudah untuk terlibat secara pribadi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
individu lain yang akan lebih berhasil dalam menjalin hubungan secara
interpersonal.
Menurut Lindenfield (1997: 3) “bahwa orang yang percaya diri ialah orang
yang merasa puas dengan dirinya”. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan
dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan
berbuat sesuatu. Kepercayaan diri lahir dari kesadaran jika seorang individu
memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan.
Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu
tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang diinginkan
tercapai.
Menurut Hakim (2005: 6) “kepercayaan diri merupakan keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di
dalam hidupnya”. Individu yang percaya diri akan merasa yakin terhadap dirinya
sendiri. Individu juga merasa optimis dalam melakukan segala aktivitasnya
sehingga dapat mengoptimalkan kelebihan-kelebihannya serta dapat membuat
tujuan hidup yang realistik bagi dirinya, artinya individu itu menetapkan tujuan
hidup yang tidak terlalu tinggi baginya sehingga ia dapat mencapai tujuan hidup
yang ia tentukan. Individu yang dapat mencapai tujuan hidupnya akan merasa
mampu untuk melakukan sesuatu dalam dirinya sendiri.
Menurut Mastuti (2008: 13) “kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Individu yang memiliki sikap positif seperti yang dikemukakan oleh mastuti
tersebut nantinya akan mempunyai rasa optimis di dalam melakukan segala hal,
serta mempunyai harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Rasa percaya diri
merujuk pada beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa
memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk meyakini terhadap segala
aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan sesuatu,
memiliki penilaian positif terhadap dirinya ataupun situasi yang dihadapinya, serta
memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya. Kepercayaan diri
merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong
individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, bekerja secara
efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab.
2. Jenis - Jenis Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri bersumber dari dalam diri individu dan dari luar/tingkah
laku individu. Oleh karena itu kepercayaan diri dapat dibagi menjadi beberapa
bagian. Menurut Lindenfield (1997: 4) mengemukakan bahwa:
Hasil analisis tentang percaya diri ada dua percaya diri yang berbeda yaitu
percaya diri batin dan percaya diri lahir. Percaya diri batin adalah percaya
diri yang memberi pada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam
keadaan baik. Percaya diri lahir adalah percaya diri yang memungkinkan
kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukan pada dunia luar
bahwa kita yakin akan diri kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
a. Kepercayaan Diri Batin
Kepercayaan diri batin ialah kepercayaan diri yang tumbuh dari dalam diri
seseorang dan sebagai acuan pada tindakan yang akan dilakukan dalam berbagai
situasi. Menurut Lindenfild (1997: 4-7) “ada empat ciri utama yang khas pada
orang yang mempunyai percaya diri batin yang sehat. Keempat ciri itu adalah
cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, berfikir positif”.
1). Cinta diri
Anak yamg mencintai diri sendiri adalah anak yang percaya pada diri
mereka sendiri dan perduli tentang diri sendiri karena perilaku dan gaya hidup
mereka untuk memelihara diri. Manfaat dari anak yang memiliki unsur percaya
diri batin adalah anak dapat mempertahankan kecenderungan untuk menghargai
segala kebutuhannya baik kebutuhan jasmani maupun rohani yang setara dengan
kebutuhan orang lain. Dengan demikian maka anak akan merasa dapat berusaha
sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan tidak akan menyiksa diri sendiri
dengan rasa bersalah setiap kali menginginkan sesuatu atau mendapatkan sesuatu.
Kepercayaan diri batin ini akan membuat anak merasa senang bila diperhatikan
orang lain, menjadi bangga atas sifat-sifat mereka yang baik dan tidak akan
membuang waktu dan tenaga untuk memikirkan kekurangan – kekurangan diri
sendiri.
2). Pemahaman diri
Anak yang memiliki kepercayaan diri batin akan sadar diri, mereka tidak
akan terus menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur akan memikirkan
perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan selalu ingin tahu bagaimana pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
orang lain tentang diri mereka. Anak yang memiliki pemahaman diri yang baik
akan sangat menyadari kekuatan diri mereka untuk mengembangkan kemampuan
mereka sepenuhnya. Anak akan mengenal kelemahan dan keterbatasan mereka,
sehingga mereka tidak akan mengulangi kesalahan dan membiarkan diri mereka
mengalami kegagalan berulang kali. Anak yang memiliki pemahaman diri yang
baik akan tumbuh dengan kesadaran yang mantap tentang identitas diri sendiri
sehingga mereka lebih mampu dan puas menjadi diri sendiri, mereka punya
pengertian yang sehat dan akan selalu terbuka untuk menerima umpan balik dari
orang lain dan bersedia mendapat bantuan dan pelajaran dari orang lain.
3). Tujuan yang jelas
Anak yang percaya diri adalah anak yang selalu tahu tujuan hidupnya, hal
tersebut disebabkan karena mereka mempunyai pemikiran yang jelas dan mereka
tahu mengapa mereka melakukan suatu tindakan tertentu dan mereka tahu hasil
apa yang mereka harapkan. Unsur-unsur yang dapat memperkuat kepercayaan diri
anak dengan tujuan yang jelas yaitu dengan cara anak membiasakan diri
menentukan sendiri tujuan yang dapat mereka capai dan tidak harus bergantung
pada orang lain, memiliki motivasi yang kuat, dan belajar menilai diri sendiri.
Dengan demikian maka anak akan memiliki kepercayaan diri dengan tujuan yang
jelas dalam kehidupannya. Anak akan menjadi tau arah tujuan dan keputusan yang
akan diambil untuk mencapai tujuannya.
4). Berpikir positif
Orang-orang yang percaya diri biasanya adalah orang-orang yang
menyenangkan, karena orang-orang tersebut dapat melihat kehidupan dari sisi lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dengan kekuatan batin. Dengan berfikir positif maka anak akan memandang orang
lain dari sisi yang positifnya, anak akan percaya bahwa semua masalah dapat
diselesaikan dan tidak akan memandang masa lalu tetapi masa depan, anak mau
bekerja dan menghabiskan waktu dan energi untuk belajar karena mereka percaya
bahwa diri mereka mampu untuk mencapai tujuan mereka.
b. Kepercayaan Diri Lahiriah
Kepercayaan diri lahiriah ialah kepercayaan diri seseorang yang akan
dilaksanakan dalam berbagai situasi dan didorong dari dalam oleh kepercayaan
diri batin. Percaya diri tidak hanya dirasakan oleh individu yang bersangkutan.
Namun dipandang perlu oleh seseorang untuk memberikan kesan percaya diri
pada dunia luar.
Berkenaan dengan hal tersebut maka individu yang bersangkutan perlu
mengembangkan ketrampilan yang meliputi bidang komunikasi, ketegasan,
penampilan diri dan pengendalian perasaan. “Adapun manfaat dari ketrampilan
tersebut
adalah
komunikasi,
penampilan
diri,
pengendalian
perasaan”
(Lindenfield, 1997: 7-11).
1). Komunikasi
Komunikasi ialah kemampuan mendasar untuk dapat berinteraksi dengan
lingkungan baik disituasi apapun dan dimanapun. Dengan memiliki dasar yang
baik dalam bidang ketrampilan berkomunikasi anak akan dapat mendengarkan
orang lain dengan tepat, tenang dan penuh perhatian, bisa berbicara dengan segala
usia dan dari segala latar belakang, mengerti kapan dan bagaimana berganti pokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pembicaraan dari percakapan biasa ke yang lebih mendalam, menggunakan
komunikasi non-verbal secara efektif, membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh
orang lain, berbicara dengan memakai nalar dan secara fasih dan dapat berbicara
didepan umum tanpa rasa takut.
2). Penampilan Diri
Penampilan diri yang dimaksudkan adalah pakaian dan gaya hidup yang
digunakan oleh seseorang yang sesuai dengan kepribadiannya. Ketrampilan
penampilan diri akan mengajarkan pada seseorang betapa pentingnya, tampil
sebagai orang yang percaya diri. Hal ini memungkinkan seseorang untuk memilih
gaya pakaian dan warna yang cocok untuk berbagai peran dan peristiwa sesuai
dengan kepribadian, serta menyadari dampak gaya hidupnya (misalnya mobil dan
rumah) terhadap pendapat orang lain mengenai dirinya, tanpa terbatas pada
keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain.
3). Pengendalian Perasaan
Pengendalian perasaan
ialah kemampuan seseorang untuk
dapat
mengontrol atau mengendalikan emosi atau perasaan dalam situasi apapun.
Perasaan yang tidak dikelola dengan baik dapat membentuk suatu kekuatan besar
yang tak terduga. Dalam hidup sehari-hari seseorang perlu mengendalikan
perasaan agar hati tidak memerintah pikiran. Dengan mengetahui cara
mengendalikan diri, seseorang dapat lebih percaya diri, berani menghadapi
tantangan dan resiko karena bisa mengatasi rasa takut, khawatir dan frustrasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dapat menghadapi kesedihan secara wajar, membiarkan diri bertindak secara
spontan karena yakin tidak akan lepas kendali, serta mencari pengalaman dan
hubungan yang memberi kesenangan, cinta, dan kebahagiaan, karena individu
tidak mudah terbenam dalam hawa nafsu amarahnya.
Kepercayaan diri lahiriah merupakan tindakan atau tingkah laku wujud
kepercayaan diri yang dapat dilihat oleh orang lain. Siswa yang ikut serta dalam
penelitian harus memiliki kepercayaan diri lahiriah tersebut agar dapat dilihat
wujud peningkatan kepercayaan diri setelah mengikuti kegiatan penelitian. Siswa
harus dapat memperbaiki beberapa ketrampilan yang ada yaitu komunikasi,
ketegasan,
penampilan
diri
dan
pengendalian
perasaan.
Bertambahnya
kemampuan siswa dalam ketrampilan tersebut maka secara otomatis kepercayaan
diri siswa tersebut juga akan bertambah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
Secara formal dapat digambarkan bahwa rasa percaya dirimerupakan
gabungan dari pandangan positif terhadap diri sendiri dan rasa aman (Loekmono,
1983: 46). Dikatakan bahwa rasa percaya diri tidak terbentuk dengan sendirinya
melainkan berkaitan dengan seluruh kepribadian seseorang secara keseluruhan.
Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain disekitar
lingkungannya dan semuanya itu mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri.
Ditambahkan pula bahwa sesungguhnya besar kecil kepercayaan diri tiap-tiap
anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini dapat
dikatakan kepercayaan diri muncul dari diri individu sendiri karena adanya rasa
aman , penerimaan akan keadaan diri dan adanya hubungan dengan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
serta lingkungan yang mampu memberikan penilaian dan dukungan, sehingga
mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri. Dukungan yang ada serta
penerimaan dari keluarga dapat pula mempengaruhi rasa percaya diri dalam hal
ini adalah anak sebagai anggota keluarga. Orang tua mampu memberikan nasehat,
pengarahan, informasi kepada remaja dalam kaitannya dengan rasa percaya diri.
Ada banyak unsur yang membentuk atau menghambat perkembangan rasa
percaya diri seseorang. Kebanyakan unsur tersebut berasal di norma dalam pribadi
individu sendiri, tetapi ada juga yang berasal dari norma dan pengalaman
keluarga, tradisi, kebiasaan dan nilai-nilai lingkungan dan kelompok dimana
keluarga itu berasal (Loekmono, 1983: 115).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang,
antara lain:
a) Keadaan fisik
Menurut Suryabrata (1984: 121) mengatakan bahwa bila seseorang
memiliki jasmani yang kurang sempurna maka timbullah perasaan tidak enak
pada dirinya karena merasa tidak / kurang berharga untuk dibandingkan dengan
sesamanya. Perasaan yang demikian itu dapat disebut rasa rendah diri. Perasaan
rendah diri ini selanjutnya menyebabkan orang tersebut menjadi kurang percaya
diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
b) Konsep diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui
individu
tentang dirinya
dan
mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Menurut Stuart dan Sundeen, (dalam Suntrock,
1995: 371). Konsep ini mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Menurut
Coleman (dalam Martani dan Adiyanti, 1991: 18) mengatakan bahwa melalui
evaluasi diri seseorang dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya
yang kemudian akan berkembang menjadi kepercayaan diri. Hakim (2002: 223)
juga menambahkan bahwa langkah awal untuk menumbuhkan rasa percaya diri
adalah pemahaman diri yaitu pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan diri
sendiri.
c) Harga diri
Harga diri menurut Robbinsun dan Shater (dalam Ramdani, 1991: 12)
dapat diartikan sebagai rasa menguasai dan menghargai diri sendiri dengan
berdasarkan pada hal-hal yang realistis dan perasaan ini biasanya akan
mempengaruhi proses berpikir, perasaan, keinginan, nilai maupun tujuan
hidupnya. Harga diri mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Menurut Cohen
(dalam Azwar, 1989: 26) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki self
esteem atau harga diri yang tinggi cenderung lebih percaya diri dibandingkan
orang-orang yang memiliki self esteem yang rendah.
Maslow (dalam Andayani dan Afiatin, 1996: 23) juga menyatakan bahwa
dengan harga diri yang tinggi, seseorang akan dapat mengaktualisasikan potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dirinya. Dan pengaktualisasian potensi ini, bila positif, akan meningkatkan
kepercayaan diri seseorang.
Sebaliknya, rasa rendah diri dapat membuat orang lekas tersinggung
karena itu ia akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak, menyendiri, tidak
berani mengemukakan pendapat, dan tidak berani bertindak. Lama kelamaan hal
ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan diri orang tersebut (Hakim, 2002 :
223).
d) Tingkat pendidikan
Monk (2002: 20) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai
pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin banyak yang telah dipelajari individu berarti semakin mengenal diri baik
kekurangan maupun kelebihannya sehingga mampu menentukan sendiri standar
keberhasilannya. semakin banyak yang telah dipelajari individu berarti semakin
mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihannya sehingga mampu
menentukan sendiri standar keberhasilannya.
e) Interaksi sosial akan memunculkan dukungan sosial
Interaksi sosial merupakan suatu proses dimana individu memperhatikan
dan merespon terhadap individu lain, sehingga dibalas dengan respon tertentu.
dalam hubungan kesehariannya, orang tua sebagai orang yang dekat dengan
individu dalam hubungan keduanya akan muncul saling mempengaruhi satu sama
lain, saling mengubah dan memperbaiki (Gerungan, 2004: 57). Dukungan sosial
adalah bantuan yang berasal dari orang-orang sekitar (setiap keluarga, lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
masyarakat, teman dan lain sebagainya). Dalam hal ini kaitannya dengan rasa
percaya diri adalah bagaimana interaksi sosial dapat memunculkan dukungan.
Interaksi sosial dapat digambarkan oleh adanya hubungan yang terjadi antara
orang tua dan anak, sedangkan dukungan di sini kaitannya dengan respon orang
tua dalam memberikan pengertian, semangat, informasi kepada remaja mengenai
rasa percaya diri mereka. Dengan adanya hubungan dari orang tua melalui proses
komunikasi diharapkan mampu meningkatkan dan munculnya pandangan positif
akan rasa percaya diri.
f) Jenis kelamin
Jenis
kelamin
mempunyai
pengaruh
terhadap
tinggi
rendahnya
kepercayaan diri individu. Pada umumnya laki-laki menunjukkan kepercayaan diri
yang lebih baik dari pada perempuan, sehingga perempuan biasanya akan
menampakkan rasa kurang percaya diri terhadap kemampuannya. Perempuan
cenderung
kurang
stabil
untuk
mewujudkan
kemampuan
dan
lebih
memperhatikan fisiknya sehingga banyak perempuan mengalami kurang percaya
diri terhadap keadan fisiknya. Dalam penelitiannya menurut Basow, Maccoby &
Jacklin 1974 :115 menyebutkan bahwa perempuan merasa kurang percaya diri
dari pada laki-laki. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat percaya diri
berdasarkan perbedaan jenis kelamin adalah terbentuknya penilaian sosial yang
mengurangi kepercayaan diri pada perempuan yang berkaitan dengan penampilan.
Dengan menambah persepsi penilaian sosial maka akan mempertinggi kerusakan
rasa percaya diri perempuan dari pada laki-laki. Perempuan merasa percaya diri
dengan kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu dengan baik dan jika dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
diterima dalam kelompok dengan pengharapan ini tidak akan menjadi sebuah
ancaman. Dengan rasa percaya diri mereka akan mampu mengatasi akibat /
pengaruh tokenism. Percaya diri dapat menenangkan ancaman tokenism dan dapat
berdampak negatif bagi perempuan dengan tingkat percaya diri rendah dari pada
perempuan dengan tingkat percaya diri tinggi.
4. Ciri-ciri Percaya Diri
Menurut Daradjat (1990: 19), ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan
diri adalah tidak memiliki keraguan dan perasaan rendah diri, tidak takut memulai
sesuatu hubungan baru dengan orang lain, tidak suka mengkritik dan aktif dalam
pergaulan dan pekerjaan, tidak mudah tersinggung, berani mengemukakan
pendapat, berani bertindak, dapat mempercayai orang lain, dan selalu optimis.
Menurut Anthony (1996: 66), ciri individu yang memiliki kepercayaan adalah
sebagai berikut:
a) Berpikir positif, yaitu menyadari dan mengetahui bahwa dirinya memiliki
kekuatan untuk mengatasi rintangan.
b) Tidak mudah putus asa, yaitu mampu menerima kelebihan dan kelemahan
yang ada pada dirinya.
c)
Memiliki sikap mandiri, yaitu sikap tidak bergantung pada orang lain
dan melakukan sesuatu yang berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
d) Mampu berkomunikasi dengan baik, adalah melakukan hubungan dengan
orang lain melalui komunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berikut merupakan beberapa ciri atau karakteristik
mempunyai rasa
percaya diri yang proporsional diantaranya adalah:
a) Percaya
akan
kompetensi/
kemampuan
diri,
hingga
tidak
membutuhkanpujian,pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang
lain.
b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh
orang lain atau kelompok.
c) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi
sendiri.
d) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).
e) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri, tidak menyerah pada nasib
atau keadaan serta tidak tergantung/ mengharapkan bantuan orang lain).
f) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan
situasi di luar dirinya.
g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan
situasi yang terjadi (Jacinta R, 2001: 1).
Pendapat lain dari Guilford (dalam Martani dan Afiatin, 1996, hal. 2), ciriciri individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah:
a)
Merasa optimis, yaitu selalu memandang masa depan denganharapan
yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
b)
Bertanggung jawab, yaitu berani mengambil resiko atas keputusan
atau tindakan yang benar.
c)
Bersikap tenang, yaitu tidak cemas atau gugup dalam menghadapi
situasi tertentu.
Pendapat lain dari Hakim (2002: 5), ciri- ciri yang mempunyai kepercayaan
diri adalah:
a) Memiliki kompetensi/kemampuan diri.
b) Berpikir positif, yaitu menyadari dan mengetahui bahwa dirinya memiliki
kekuatan untuk mengatasi rintangan.
c) Mandiri, sikap tidak bergantung pada orang lain dan melakukan
sesuatuyang berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
d) Optimis, yaitu selalu memandang masa depan dengan harapan yang baik.
e) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi
diri sendiri.
f) Bersikap tenang yaitu tidak cemas atau gugup dalam menghadapi situasi
tertentu.
g) Mampu bersosialisasi dengan orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan pada
diri sendiri untuk dapat merasa nyaman, aman; yakin kepada diri sendiri; tidak
yakin orang lain selalu lebih baik; melakukan sebaik mungkin sehingga pintu
terbuka dikemudian hari; menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi sehingga
mampu meraihnya; tidak merasa minder ketika membandingkan diri sendiri
dengan orang lain; memiliki kemampuan untuk bertindak dengan percaya diri;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
memiliki kesadaran adanya kegagalan dan melakukan kesalahan; merasa nyaman
dengan diri sendiri, dan tidak khawatir dengan yang dipikirkan orang lain;
memiliki keberanian untuk mencapai apa yang diinginkan.
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara
instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam
kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola komunikasi dan interaksi di usia
dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.
Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu.
orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang
serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa
percara diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan
bernilai di mata orangtuanya walaupun ia melakukan kesalahan, dari sikap
orangtua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai
dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun
karena eksisitensinya. Dikemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi
individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang
realistik terhadap diri – seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap
dirinya (Jacinta, 2002: 55)
Lain halnya dengan orangtua yang kurang memberikan perhatian pada
anak, atau suka mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik
tidak pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh anak, atau
pun seolah menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada kemampuan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kemandirian anak dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan
ketergantungan. Tindakan overprotective orangtua, menghambat perkembangan
kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan
tantangannya sendiri segala sesuatu disediakan dan dibantu orangtua. Anak akan
merasa, bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal,
tidak pernah menyenangkan dan membahagiakan orangtua. Anak akan merasa
rendah diri di mata saudara kandungnya yang lain atau di hadapan temantemannya (Cholichul, 2007: 65)
Surya (2007: 115), mengungkapkan kurangnya rasa percaya diri pada anak
dapat ditimbulkan pula oleh pola komunikasi yang buruk dalam keluarga. Seperti
berkata kasar pada anak, suka membentak, mengkritik, menjewer, memukul atau
banyak melarang. Seorang anak yang setiap harinya dalam lingkup keluarga yang
selalu mendapat makian, olokan atau hujatan tanpa menerima dukungan dan
pujian maka anak akan menjadi lemah dan semakin tidak percaya diri. Hal
tersebut akan mempengaruhi rasa percaya diri pada anak. Sehingga anak pun
menjadi dihinggapi perasaan rendah diri atau minder.
Melalui pola komunikasi yang tepat, orang tua bisa menyampaikan nilainilai yang baik kepada anaknya. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian,
penerimaan, cinta dan kasih sayang, kelekatan emosional yang tulus dengan anak,
serta pemberian penghargaan, hadiah atau pujian apabila mencapai suatu prestasi,
keberhasilan atau kesuksesan akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak
tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang
tuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Maka anak akan tumbuh menjadi
individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang
realistik terhadap diri (Rini, 2002: 35). Anak-anak belajar dari pengalaman bahwa
berbicara dengan orang tua tidaklah menolong malah sering membuat tidak aman.
Banyak orang tua yang oleh anak-anak mereka tidak “dianggap” sebagai sumber
pertolongan. Hal inilah yang dapat mempengaruhi komunikasi antara orang tua
dan anak karena tidak adanya rasa percaya pada diri anak terhadap orang tua,
sehingga dapat mengakibatkan adanya jarak dalam hubungan atau renggangnya
hubungan (Gordon, 1999: 87).
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti adalah penelitian
yang dilakukan oleh Shinta Agustina Cahyani (2015) yang mengemukakan
tentang pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap Kedisiplinan siswa kelas IV
SD Negri I Sumberejo Tahun ajaran 2014-2015. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Shinta Agustina Cahyani, proses pola komunikasi orang tua
dilaksanakan di kelas IV SD Negri I Sumberrejo dengan baik. Hal ini dapat dilihat
dari sebagian besar siswa mengalami bahwa pola komunikasi orang tua
memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi anak yang dapat
bertanggung
jawab
dan
mandiri.
Pola
komunikasi
orang
tua
dapat
mengembangkan kecerdasan sosial dari siswa, misalnya dengan terwujudnya
sikap siswa yang semakin patuh, taat dan mampu bekerja sama dengan teman dan
orang tuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Melalui penelitian ini, peneliti ingin menunjukkan bahwa Pola komunikasi
orang tua bukan hanya mampu mengembangkan kedekatan dengan anak, mampu
memberi rasa aman dan nyaman
namun juga dapat memengaruhi sikap
kepercayaan diri siswa.
E. Kerangka Pikir
Penelitian ini berfokus pada dua hal yang pertama ialah pola komunikasi
orang tua dan yang kedua ialah kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita
Bumijo Yogyakarta. Guna menjawab permasalahan
yang ada peneliti
menggunakan teori pola komunikasi dan teori kepercayaan diri.
Pola komunikasi orang tua adalah sistem penyampaian pesan yang bisa
diterima orang lain. pola komunikasi yang digunakan
oleh orang tua untuk
mengembangkan kepercyaan diri anak adalah Pola komunikasi terbuka. Dalam
pola komunikasi terbuka memungkinkan adanya bentuk pesan komunikasi yang
baik sehingga proses tersebut mencapai pada komunikasi yang efektif. Pola
komunikasi terbuka memungkinkan orang tua mengembangnkan gaya komunikasi
authoritative. Gaya komunikasi orangtua authoritative ini menerapkan aturanaturan serta komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Orang tua
authoritative memiliki ketegasan dalam membimbing anak dan memiliki
komunikasi yang hangat, penuh perhatian, nyaman, asertif, penuh kasih sayang,
komunikasi yang membuat anak selalu merasa terdukung dalam proses
pengembangan dirinya. Pola komunikasi terbuka sangat membantu anak untuk
semakin mengenal dirinya sekaligus dapat membangun kepercayaan dalam
dirinya lewat keterbukaan orang tua dalam berkomunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Melalui pola komunikasi terbuka, orang tua bisa menyampaikan nilai-nilai
yang baik kepada anaknya. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian,
penerimaan, cinta dan kasih sayang, kelekatan emosional yang tulus dengan anak,
serta pemberian penghargaan, hadiah atau pujian apabila mencapai suatu prestasi,
keberhasilan atau kesuksesan akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak
tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang
tuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat
bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Maka anak akan tumbuh menjadi
individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang
realistik terhadap diri.
Orang tua mempunyai peran yang sangat besar terhadap pembentukan rasa
percaya diri anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua
orang tuanya melalui cara berkomunikasi dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam
keluarga. Apabila pola komunikasi orang tua terjalin dengan tepat dan baik, maka
akan membentuk kepercayaan diri anak dengan baik pula. Karena pola
komunikasi dan kebiasaan yang orang tua tampilkan dalam sikap dan perilaku
tidak lepas dari perhatian dan pengamatan seorang anak.
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi
untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui
proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam
interaksinya, individu mendapat umpan balik yang dapat berupa hadiah dan
hukuman. Kepercayaan diri di definisikan sebagai suatu keyakinan individu untuk
mampu berprilaku sesuai dengan yang diharapkan. Individu yang mempunyai rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kepercayaan diri adalah individu yang mampu bekerja secara efektif, dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Kepercayaan diri sering
di identikkan dengan kemandirian meski demikian individu yang kepercayaan
dirinya tinggi pada umumnya lebih mudah untuk terlibat secara pribadi dengan
individu lain yang akan lebih berhasil dalam menjalin hubungan secara
interpersonal.
Dalam pembentukan kepercayaan diri ada banyak hal yang bisa
memperngaruhi, misalnya sikap positif seseorang untuk meyakini terhadap segala
aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan sesuatu,
memiliki penilaian positif terhadap dirinya ataupun situasi yang dihadapinya, serta
memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya. Kepercayaan diri
merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong
individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, bekerja secara
efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab.
Ketika
Siswa
memiliki
kepercayaan
diri
akan
nampak
dalam
kesungguhannya dalam mengerjakan tugas sekolah maupun tugas rumah, ketika
mereka harus tampil di depan teman-teman, serta ketika mereka mengerjakan
tanggungjawab yang dipercayakan kepada mereka.
F. Hipotesis
Bertolak dari rumusan kajian teori, ada pengaruh dari Pola komunikasi
orang tua (X) terhadap kepercayaan diri (Y) siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Berdasarkan pengertian dan kerangka
berpikir di atas, maka dapat disampaikan hipotesis sebagai berikut:
H0
: Tidak
ada dampak Pola Komunikasi orang tua (X) terhadap kepercayaan
diri (Y) siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2015-2016.
H1
:
Ada dampak Pola Komunikasi orang tua (X) terhadap Kepercayaan diri
(Y) siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran
2015-2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Jenis
penelitian kuantitatif biasanya menggunakan angka, dimulai dari pengumpulan
data, pengolahan data, sampai pada penyajian data. Yang menunjukan variabel
(X) pola komunikasi orang tua dan variabel (Y) kepercayaan diri siswa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian dirancang untuk menemukan ada dan tidaknya
pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan apabila ada,
berapa
besar pengaruh tersebut
serta
berarti
tidak pengaruh
tersebut
(Arikunto.2002: 239). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pola
komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri anak. Dalam penelitian ini adalah
desain regresi linear sederhana antara variabel bebas ( pola komunikasi orang tua
) dengan variabel terikat ( Kepercayaan diri siswa). Hubungan dua variabel ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
X
X mempengaruhi Y
Y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Keterangan :
X = Pola komunikasi orang tua (Variabel Bebas)
Y = Kepercayaan diri siswa (Variabel Terikat)
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Tarakanita Bumijo, yang beralamat Jl.
Jalan Sindunegara Bumijo, Jetis, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. SD
Tarakanita Bumijo Yogyakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena peneliti
melihat bahwa siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta sudah cukup
memiliki pengetahuan, penalarannya jalan dan pengalaman yang berkaitan dengan
kepercayaan diri. Selain itu SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta dapat dijangkau
dengan mudah. Karena peneliti juga pernah melaksanakan tugas
di sekolah
tersebut, sehingga lebih mudah untuk mengenal para siswa dari berbagai macam
latar belakang dan karakter siswa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ini pada pertengahan bulan
Agustus 2016. Penelitian menggunakan waktu yang telah disediakan oleh pihak
sekolah bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seperangkat unit analisis yang lengkap dan sedang diteliti,
secara sedehananya, populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulnnya, (Sugiyono,
2014: 215).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta. Penelitian ini bersifat populatif. artinya seluruh populasi menjadi
responden dalam penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh sekolah tersebut,
jumlah siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta 115 orang. Jumlah
populasi sebanyak 115 orang.
Tabel 1. Jumlah Responden
Kelas
VA
VB
VC
VD
Jumlah
Populasi
29
30
29
27
115
Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari kelas V secara keseluruhan.
alasan seluruh siswa dijadikan sebagai sampel adalah agar data yang diperoleh
menjadi lebih valid.
Siswa kelas V dipilih sebagai sampel dalam penelitian karena siswa kelas V
sudah bisa menalar, memiliki pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan pola
komunikasi orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
E. Teknik dan Instrumen pengumpulan data
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur. terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah”
pola komunikasi orang tua,” sedangkan variabel terikatnya adalah” kepercayaan
diri anak.
Variabel bebas (X) : Pola komunikasi orang tua
Variabel Terikat (Y) : Kepercayaan diri anak
2. Defenisi Konseptual Variabel
Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan pada BAB II, maka defenisi
konseptual untuk Pola komunikasi orang tua (X) adalah: Penyampaian pesan
terstruktur melalui kata-kata, lambang tertentu, dan pengoperan perangsang yang
meliputi komunikasi terbuka samapai komunikasi tertutup.
Kepercayaan diri (Y) adalah keyakinan yang dimiliki seseorang untuk
bersikap dan bertindak berkaitan dengan keberanian dan kemampuan diri yang
menjadi ciri khasnya untuk ditampilkan
dalam kehidupannya di masyarakat,
keluarga, dan sekolah.
3. Defenisi Operasional
a. Pola Komunikasi orang tua
Pola komunikasi orang tua adalah sistem penyampaian pesan yang bisa diterima
orang lain. Hal ini meliputi dua pola komunikasi yakni:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
1) Pola komunikasi terbuka (Open Communication):
Pola komunikasi orang tua yang dalam pengasuhannya memiliki ketegasan dalam
membimbing anak dan memiliki komunikasi yang hangat, akrab, penuh perhatian,
asertif, dan kasih sayang terhadap anak.
2) Pola komunikasi tertutup
Pola komunikasi tertutup adalah proses komunikasi orang tua yang
dalam
pengasuhannya sangat kaku, dimana orang tua cendrung memberi perintah, dan
mengharuskan anak agar menjalankan semua perintah dan aturan yang diberikan
tanpa harus mengetahui alasan, tujuan dan tanpa boleh bertanya, dan tidak
memiliki komunikasi yang efektif, serta gagal memberikan kehangatan kepada
anak mereka.
b. Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk menyakini terhadap
segala aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan
sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya atau situasi yang dihadapinya,
serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya. Kepercayaan diri
manusia meliputi: percaya diri batin dan percaya diri lahir. Percaya diri batin
meliputi: Cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, dan berpikir positif.
sedangkan percaya diri lahir meliputi:
pengendalian perasaan.
4. Tenik Pengumpulan Data
komunikasi, penampilan diri, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalului
penyebaran angket. Penyebaran angket dilakukan secara cross sectional yaitu data
diperoleh pada saat yang sama. Instrumen yang didistribusikan kepada siswa kelas
V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 sebagai sampel
dalam penelitian. Setelah diisi angket langsung dikembalikan kepada peneliti pada
hari yang sama, untuk mendapatkan data yang fakta atau aktual mengenai pola
komunikasi orang tua dan kepercayaan diri anak.
5. Alat Instrumen pengumpulan Data
Alat instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah kuisioner. Kuisioner adalah serangkaian daftar pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden. Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan tersebut,
pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri dapat diketahui.
Bentuk kuisioner adalah kuisioner langsung yakni daftar pertanyaan langsung
dijawab oleh reponden yang dinilai. Sifat kuisioner adalah tertutup yakni
responden dengan bebas tanpa paksaan atau dorongan memilih jawaban dengan
menggunakan checklist (ν) pada jawaban yang dipilih.
6. Instrumen Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
ialah
cara-cara
yang
dapat
digunakan
untuk
mengumpulkan data (Riduwan, 2009: 24). Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui penyebaran angket. Cara yang dilakukan dengan
membuat pertanyaan yang berkaitan dengan Pola komunikasi orang tua dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
kepercayaan diri siswa. Adapun rincian pertanyaan pola komunikasi orang tua 44
pertanyaan dan kepercayaan diri anak sebanyak 21 pertanyaan.
Penyebaran angket ini diberikan kepada semua siswa kelas
V dengan jumlah
populasi sebanyak 115 untuk memperoleh informasi mengenai pola komunikasi
orang tua dan kepercayaan diri. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
seluruhnya berbentuk angket. Rentang skor untuk setiap instrumen 1-4 yaitu: setuju-
tidak setuju dan selalu-tidak pernah dengan bobot nilai berjenjang 4,3,2,1. jadi
nilai maksimum yang dapat diperoleh tiap satu item pernyataan adalah 4 poin dan
terendah adalah 1 poin.
Tabel 2. Skor alternative Jawaban Variabel X dan Y
Alternatif Jawaban
Skor
Setuju - Tidak setuju
4 -1
Selalu - Tidak pernah
4 -1
7. Kisi-Kisi Penelitian
Table 3. kisi-kisi Instrumen Variabel Pola Komunikasi orang tua
NO
1.
Sub Variabel
Indikator
Pola Komunikasi
Menjadi pendengar
terbuka
yang baik
Item soal
2
No Item
1, 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Keakraban
3
3, 4, 5
Menjadi Sahabat
3
6, 7, 8
Kedekatan
4
9, 10, 11,
12
Sopan santun
4
13, 14, 15,
16
Kasih sayang
3
17, 18, 19
Keterbukaan
3
20, 21, 25
7
22, 23, 24,
Perhatian
26, 27, 28,
29
2
Pola komunikasi
tertutup
Bersikap kaku
4
30, 31, 32,
33
34, 35, 36,
Mendominasi
5
37, 38
Marah
3
39, 40, 41
Membandingkan
1
42
Mengacaukan anak
2
43, 44
Jumlah total
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Variabel kepercayaan diri
No
Sub Variabel
Indikator
Item
No
soal
Item
2
45, 46
2
47, 48
2
49, 50
2
51, 52
1
53
1
Cinta diri
Memenuhi kebutuhannya
Peduli diri sendiri
Menghargai segala kebutuhannya
baik kebutuhan jasmani maupun
rohani yang setara dengan
kebutuhan orang lain.
2
Pemahaman
Menyadari kekuatan diri mereka
diri
untuk mengembangkan
kemampuan mereka sepenuhnya
Anak akan mengenal kelemahan
dan keterbatasan dalam dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3
4
Tujuan yang Anak yang selalu tahu tujuan
jelas
hidupnya,
Berpikir
Memandang orang lain dari sisi
Positif
yang positifnya.
2
54, 55
2
56, 57
2
58, 59
2
60, 61
2
62, 63
2
64, 65
percaya bahwa semua masalah
dapat diselesaikan dengan baik
5
Komunikasi
Memiliki dasar yang baik dalam
bidang ketrampilan
berkomunikasi anak akan dapat
mendengarkan orang lain dengan
tepat, tenang dan penuh perhatian,
6
Penampilan
Ketrampilan penampilan diri akan
diri
mengajarkan pada seseorang
betapa pentingnya, tampil sebagai
orang yang percaya diri.
7
Pengendalian
Kemampuan seseorang untuk
perasaan
dapat mengontrol atau
mengendalikan emosi atau
perasaan dalam situasi apapun.
Jumlah total
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Setelah instrumen dalam penelitian ini mendapat persetujuan dari dosen
pembimbing
untuk
didistribusikan
kepada
responden,
maka
peneliti
mendistribusikan kepada responden sesuai dengtan jumlah populasi yang
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini yakni siswa kelas V SD Tarakanita
Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016. Kemudian instrumen tersebut
diisi oleh sampel dalam penelitian ini secara terbimbing sesuai dengan waktu
yang telah diberikan oleh kepala sekolah dalam mengisi instrumen penelitian ini.
Instrumen yang didistribusikan kepada responden untuk diisi berjumlah 115
instrumen. Pada tanggal 5 September 2016 sebanyak 115 instrumen yang di
distribusikan. Instrumen yang kembali pada hari yang sama berjumlah 100
Instrumen, lima orang siswa tidak masuk sekolah. Dengan demikian instrumen
keseluruhan yang kembali 100, dan yang terpakai untuk dianalisis lebih lanjut 100
instrumen. Keseluruhan instrumen tersebut memiliki jawaban yang lengkap
sehingga layak untuk digunakan dalam analisis data lebih lanjut.
8. Pengembangan Instrumen
a. Uji coba terpakai
Uji coba instrumen ini bersifat uji coba terpakai dalam arti peneliti hanya
satu kali menyebarkan instrument untuk dipakai dalam mengumpulkan data
penelitian. Butir instrumen yang sudah diisi oleh responden akan diuji tingkat
validitas dan realibilitasnya. Butir soal yang memiliki nilai validitas dan
realibilitas rendah akan dibuang dan tidak dipakai dalam analisa data. sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
yang memenuhi syarat dalam uji validitas dan realibilitas akan dipakai untuk
menguji hipotesis.
b.
Uji Validitas
Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu
memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas
dan ralibilitas. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan
gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji
validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian Duwi
Priyatno (2016: 143)
Menurut Hadi (1990: 102) validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat
mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur,
artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam uji coba
terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf signifikansi 0,05 dengan N 100
orang, maka butir yang memiliki koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan
0,159 dianggap valid dan layak digunakan dalam penelitian ini. Uji validitas
dalam penelitian ini perhitunganya dibantu dengan program SPSS 16.0 For
windows.
1)
Analisis Validitas Instrumen Variabel X
Tabel 5. Hasil analisis validitas variabel X :
Butir Soal rhitung
rtabel
Keterangan
1
0,187
0,159
Valid
2
0,426
0,159
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3
0,343
0,159
Valid
4
0,257
0,159
Valid
5
0,352
0,159
Valid
6
0,456
0,159
Valid
7
0,237
0,159
Valid
8
0,433
0,159
Valid
9
0,352
0,159
Valid
10
0,445
0,159
Valid
11
0,519
0,159
Valid
12
0,390
0,159
Valid
13
0,334
0,159
Valid
14
0,339
0,159
Valid
15
0,331
0,159
Valid
16
0,369
0,159
Valid
17
0,302
0,159
Valid
18
0,562
0,159
Valid
19
0,232
0,159
Valid
20
0,417
0,159
Valid
21
0,468
0,159
Valid
22
0,506
0,159
Valid
23
0,500
0,159
Valid
24
0,397
0,159
Valid
25
0,480
0,159
Valid
26
0,330
0,159
Valid
27
0,346
0,159
Valid
28
0,386
0,159
Valid
29
0,439
0,159
Valid
30
0,348
0,159
Valid
31
0,283
0,159
Valid
32
0,262
0,159
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
33
0,190
0,159
Valid
34
0,382
0,159
Valid
35
0,254
0,159
Valid
36
0,302
0,159
Valid
37
0,259
0,159
Valid
38
0,247
0,159
Valid
39
0,344
0,159
Valid
40
0,165
0,159
Valid
41
0,157
0,159
Tidak Valid
42
0,099
0,159
Tidak Valid
43
0,185
0,159
Valid
44
0,053
0,159
Tidak Valid
Berdasarkan hasil analisis uji validitas variabel X, menunjukan bahwa data pada
variabel X, yakni sebanyak 41 butir soal adalah valid, yaitu inatrumen no 1, 2, 3,
4, 5, 6, 8, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 43 dan
memiliki 3 instrumen yang tidak valid yaitu instrumen no 41, 42 dan 44.
2)
Analisis Validitas Instrumen Variabel Y
Tabel 6. Hasil analisis Validitas Variabel Y:
Butir Soal
rhitung
rtabel
Keterangan
45
0,481
0,159
Valid
46
0,504
0,159
Valid
47
0,460
0,159
Valid
48
0,373
0,159
Valid
49
0,399
0,159
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
50
0,381
0,159
Valid
51
0,388
0,159
Valid
52
0,509
0,159
Valid
53
0,568
0,159
Valid
54
0,552
0,159
Valid
55
0,531
0,159
Valid
56
0,621
0,159
Valid
57
0,474
0,159
Valid
58
0,359
0,159
Valid
59
0,455
0,159
Valid
60
0,441
0,159
Valid
61
0,684
0,159
Valid
62
0,444
0,159
Valid
63
0,387
0,159
Valid
64
0,639
0,159
Valid
65
0,374
0,159
Valid
Pada hasi analisis Uji validitas variabel Y, menunjukan bahwa data pada variabel Y
secara keseluruan memiliki butir soal yang valid, karena seluruh nilai r hitung
menunjukan jumlah yang lebih besar dari pada r tabel .
c. Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpul
data yang digunakan (Riduwan, 2100: 213). Uji reliabilitas dalam penelitian ini
mengukur koesistensi internal, yaitu apakah item-item dari skala yang dipakai
berhubungan satu dengan yang lainnya. Besar koefisien reliabilitas berkisar antara
0,00 sampai dengan 1,00. Jika koefisien semakin mendekati 1,00 maka hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pengukuran mendekati taraf sempurna. Dalam penelitian ini, uji coba reliabilitas
dilakukan dengan teknik formula Alpha cronbach menggunakan Dalam penelitian
ini uji reliabilitas menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows dengan
metode Alpha Cronbach.
1)
Reliabilitas Instrumen Variabel X
Tabel 7. Hasil analisis reliabilitas variabel X:
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.754
44
Berdasarkan hasil output SPSS 16.0 for windows. Dalam tabel menghasilkan nilai
Cronbach’Alpha untuk keseluruhan skala pengukuran pada variabel X sebesar
0.754. Cronbach’s Alpha tersebut memiliki nilai diatas
batas 0.60. Dengan
demikian dapat disimpulkan untuk variabel X memiliki reliabilitas tinggi.
2)
Reliabilitas Instrumen Variabel Y
Tabel 8. Hasil analisis reliabilitas variabel Y
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.827
21
Nilai Cronbach’s Alpha yang dihasilkan dari analisis reliabilitas variabel Y diata,
menunjukan hasil output program SPSS 16.0 for windows dinilai Cronbach’s
Alpha untuk keseluruhan skala pengukuran pada variabel Y sebesar 0,827. Nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Cronbach’s Alpha tersebut memiliki nilai pada rentang 0,80-1,00. Dengan
demikian dapat disimpulkan untuk variabel Y memiliki reliabilitas yang cukup
tinggi.
B.
Teknik Analisis Data
1.
Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for
windows. Uji persyaratan mencakup uji normalitas dengan melihat tabel normal
probability
plot,
uji
linearitas
dengan
melihat
tabel
anova
dan
uji
Homokedastisitas dengan melihat tabel scater plot.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dipergunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah
data yang ada merupakan data yang normal atau tidak. hal ini akan berkaitan
dengan data yang repsentatif atau tidak representatif, sehingga dapat disebut
generalisasi. Data yang perlu diuji normalitasnya adalah dua variabel dalam
penelitian, yaitu variabel X: Pola komunikasi orang tua dan variabel Y:
kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran
2015-2016
Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan program SPSS 16.0
For windows. Apabila sebaran data mendekati garis linear, maka data tersebut
normal, sedangkan sebaliknya, apabila sebaran data menjauhi garis linear maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
data tersebut tidak normal. demikian juga jika dilihat dalam histogram, apabila
data berbentuk lengkungan di tengah maka data tersebut normal.
b. Uji Linearitas Regresi
Uji linearitas digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh, memprediksi
besarnya arah pengaruh serta meramalkan besarnya variabel dependen jika nilai
variabel diketahui( Riduwan, 2010:220). persamaan regresi yang diuji adalah
model regresi linear sederhana variabel pola komunikasi orang tua (X) terhadap
variabel kepercayaan diri siswa (Y). dalam menganalisis linaritas regresi ini,
peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.0 For windows, dengan kriteria
jika nilai linearity dibawah atau sama dengan 0.05 maka kelinearan terpenuhi.
c. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk memperlihatkan atau menguji apakah dua
kelompok data yang digunakan dalam penelitian memiliki varian yang relative
sama(homogen). Melalui uji homogenitas, dapat diketahui apakah data dalam
variabel X dan Y bersifat homogeny atau tidak. Dalam penelitian proses
pengujian menggunakan bantuan program SPSS 16.0 For windows. Jika
signifikansi yang didapat > 0.05, maka disimpulkan bahwa data memiliki varian
yang sama. Jika signifikansi < 0.05, maka data tidak memiliki varian yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
d. Uji Homokedastissitas
Homokedastisitas adalah kondisi ketika residu pada tiap nilai prediksi
bervariasi
dan
variasinya
cenderung
konstan
atau
tetap.
Pengujian
Homokedastisitas dapat dilihat pada grafik scaterplot. Apabila sebaran titik-titik
yang menunjukan hubungan antara prediksi dan residu tidak membentuk pola
(menyebar) maka homokedastisitas terpenuhi. sebaliknya jika sebaran titik tidak
membentuk pola maka data bersifat heterokedastisitas atau homokedastisitasnya
tidak terpenuhi.
2. Teknik Analisis data
a. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif terdiri dari analisis deskriptif
frekuentif dan analisis deskriptif statistik. Analisis deskrptif frekuentif akan
menunjukan frekuensi dari skala yang dipergunakan, sedangkan analisis deskrptif
statistik akan memiliki nilai minimal (Min), nilai maksimal (Max), Standar
Deviasi (SD), kisaran (range), modus (mode), nilai tengah (median), jumalah
(sum), dan purata (mean). Untuk mendeskripsikan data, maka dilakukan deskripsi
data berdasarkan tiap variabel x dan y.
b. Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi
sederhana dengan bantuan SPSS. Uji hipotesis diperoleh dengan melihat nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
signifikansi dalam tabel Anova dan Coefficient, kemudian dibandingkan dengan
taraf signifikansi (α) 5% (0,05). Adapun ketentuan penerimaan atau penolakan,
ialah apabila nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan ( ≤ ) 0,05 maka H1
diterima dan H0 di tolak. dan apabila signifikansi lebih dari (0,05 (>) maka H1
ditolak dan H0 diterima. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh antara variabel bebas ( X) yaitu Pola komunikasi orang tua dengan
variabel terikat (Y) yaitu kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan hasil
penelitian beserta pembahasannya. Hasil analisis untuk instrumen yang telah
dibuat dan diisi oleh responden guna penelitian “Pengaruh pola komunikasi orang
tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta
tahun Pelajaran 2015-2016” diperoleh berdasarkan hasil pengolahan data dalam
program program SPSS 16.0 For windows. Instrumen yang terisi secara lengkap
sebagai data sebanyak 100 buah dari jumlah keseluruhan 115 yang dibagikan
kepada responden.
A.
Hasil Penelitian
1.
Uji Persyaratan Analisis
Dalam penelitian ini, untuk uji persyaratan analisis terdiri dari satu
variabel bebas (independent) yaitu pola komunikasi orang tua dengan sub
variabel: pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup, untuk variabel
terikatnya (dependent) adalah kepercayaan diri dengan sub variabel: cinta diri,
pemahaman diri, tujuan yang jelas, berpikir positif, komunikasi, penampilan diri,
pengendalian perasaan.
Adapun hal yang dianalisis dalam uji persyaratan adalah uji normalitas, uji
linearitas, uji homokedastisitas dan uji homogenitas. Uji persyaratan analisis
diolah dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16. Uji normalitas mengacu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
pada hasil analisis tabel tes normalitas dan normal P-P Plot pola komunikasi orang
tua dan P-P Plot kepercayaan diri , uji linearitas mengacu pada hasil tabel anova
dan uji homokedastisitas mengacu pada hasil analisis tabel scatterplot.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov melihat nilai
signifikansi (sig.) didalam tabel Tests of Normality dalam bagian KolmogorovSmirnov dengan nilai 0.05. Jika nilai signifikansi < 0.05 maka data tidak
berdistribusi normal. sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0.05 maka data
berkonstribusi dengan normal. Uji normalitas menjadi salah satu indicator untuk
mengetahui bahwa data yang diperoleh dari sampel penelitian benar-benar
representif terhadap populasi. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat dalam
grafik berikut:
Tabel. 9 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Pola
Komunikasi
Orangtua
.076
Df
100
Sig.
.174
Kepercayaan
.070
100 .200*
Diri
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
.986
100
.990
100
Sig.
.380
.684
Dari tabel output SPSS Tests of Normality di atas dapat dilihat bahwa
nilai signifikansi untuk variabel pola komunikasi orang tua (X) bernilai 0.174,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dan untuk variabel Kepercayaan diri (Y) 0.200. Maka, dapat disimpulkan bahwa
signifikan variabel X ( 0.174) > 0.05, dan signifikansi Y (0.200) > 0.05, sehingga
kedua variabel tersebut berdistribusi secara normal.
Cara lain yang digunakan untuk membaca nilai signifikansi dari data uji
normalitas adalah bila P-value kurang dari (≤) 0,05 berarti data tidak
berdistribusi normal, namun sebaliknya bila nilai P-value suatu data lebih dari (≥
) 0,05 maka akan berdistribusi normal. berikut hasil uji normalitas berdasarkan
grafik Normal Probability Plot (P-P Plot)
Dari hasil pengujian normalitas berdasarkan Normal Probabilility Plot
terlihat bahwa sebaran data yang berada di sekitar garis lurus dan titik-titik data
membentuk pola linear sehingga konsisten dengan distribusi normal. Dengan
demikian maka data yang terdapat pada variabel pola komunikasi orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
adalah normal. Untuk mengetahui normalitas juga dapat diketahui melalui grafik
Detended Normal Q-Q Plot sebagai berikut:
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa titik-titik nilai data menyebar di
sekitar garis diagonal, mengikuti arah garis diagonal, dan terletak didalam garis
diagonal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pola komunikasi
orang tua berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Selain melihat hasil normalitas untuk variabel pola komunikasi orang tua
juga dipaparkan hasil pengujian normalitas untuk variabel kepercayaan diri, dapat
dilihat melalui tabel dengan hasil dalam tabel Test of Normality dan Normal
Probabilility Plot berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Hasil uji coba data Normal Probabilility Plot didapatkan bahwa data
variabel keprcayaan diri siswa berasal dari suatu populasi berdistribusi normal
karena titik-titik data variabel kepercayaan diri siswa terletak di garis lurus dan
membentuk pola linear sehingga konsisten dengan distribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 10. Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Df
Sig.
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Kepercaya
.070
100
.200*
.990
100
.684
an Diri
*. This is a lower bound of the true significance
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil uji normalitas terlihat bahwa kepercayaan diri siswa memiliki Pvalue = 0,200 Uji Normalitas Liliefors (Kolmogorov-Smirno) dan P-value = 0,684
untuk uji normalitas Shapiro-Wilk. kedua P-Value lebih besar dari α = 0,05
sehingga Ho: data yang berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Tabel 11. ANOVA
Sum of
Squares
(Combine
d)
Linearity
Kepercaya Between Deviation
an Diri * Groups
Pola
from
Komunika
si
Linearity
Orangtua
Within Groups
Total
df
Mean
Square
2753.510
42
65.560
1261.660
1
1491.850
41
36.387
2239.000
57
39.281
4992.510
99
F
Sig.
1.669 .036
1261.660 32.119 .000
.926 .597
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Berdasarkan hasil analisis program
SPSS For windows 16.0 dalam
ANOVA table di atas, diketahui nilai F sebesar 0,926 dengan nilai signifikansi
Deviation from Linearity 0,597. Data dapat dikatakan linear bila signifikansi
Deviation from Lineariy < 0,05 dan sebaliknya bila data signifikansi Deviation
from Linearity > 0,05 maka data tersebut tidak linear. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa data linear, karena nilai signifikansi Deviation from Linearity
0,597 > 0,05. Melalui hasil uji linearitas ini, dapat diketahui bahwa variabel
kepercayaan diri diri memiliki hubungan linear yang signifikan dengan variabel
pola komunikasi orang tua.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah cara yang digunakan untuk mengetahui varian dari
beberapa populasi sama atau tidak. jika signifikani > 0,05, maka dapat diketahui
bahwa varian sama sedangkan jika signifikansi < 0,05, maka diketahui bahwa
varian tidak sama.
Kepercayaan Diri
Tabel 12. Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic
df1
df2
Sig.
3.380a
23
57
.000
a. Groups with only one case are ignored in computing the test of
homogeneity of variance for Kepercayaan Diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Dari hasil output tabel ANOVA tersebut, diketahui bahwa nilai
signifikansi variabel kepercayaan diri 0,000 < 0,005 . Maka dapat disimpulkan
bahwa data kepercayaan diri berdasarkan variabel pola komunikasi orang tua
memiliki varian yang berbeda.
d. Uji Homokedastisitas
Homokedastisitas adalah kondisi ketika nilai residu pada tiap nilai prediksi
bervariasi
dan
variasinya
cenderung
konstan
atau
tetap.
pengujian
Homokedastisitaas dapat dilihat pada grafik scaterplot. Apabila sebaran titik-titik
yang menunjukan hubungan antara prediksi dan residu tidak berbentuk pola
(menyebar) maka Homokedastisitas terpenuhi. Sebaliknya jika sebaran titik
membentuk suatu pola maka data bersifat heterokedasitiisitas.
Di dalam menganalisis data untuk regresi, heterokedasitiisitas perlu
dihindari karena pada prinsipnya residu adalah variabel yang bersifat acak. Jika
antara nilai prediksi dan residu memiliki keterkaitan (membentuk pola), maka
keduanya adalah variabel yang sama, dalam hal ini sama sekali tidak masuk akal.
ketika
ini
terjadi,
maka
analisis
regresi
tidak
diterapkan.
Hasil
uji
homokedastisitas melalui program SPSS for windows 16.0 dapat dilihat pada
grafik Scatterplot berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Dari Scatterplot anatara standardized* ZRESID dan standardized predicted
value*ZPRED tidak membentuk suatu pola dan tersebar di antara titik nol (0)
pada sumbu x dan y, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa nilai residu dan
nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan. dengan demikian
homokedastisitas terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
2. Analisis Deskripsi
Tabel 13. Descriptive Statistics
N
Pola
Komunikasi 100
Orangtua
Kepercayaan
100
Diri
Valid N
100
(listwise)
Descriptive Statistics
Range Mini Maxi Sum
Mean
mum mum
73
90
163
33
51
84
12803
Std.
Variance
Deviation
128.03 11.78550
6693 66.9300
7.10137
138.898
50.429
Pada hasil output tabel Descriptive Statistics di atas, menyajikan data
berupa N, range, minimum, maximum, mean, Std. Deviation dan variance pada
masing-masing variabel. Dalam tabel ditampilkan jumlah N sebanyak 100 yang
menunjukkan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Range pada
pola
komunikasi orang tua adalah 73 lebih besar dibandingkan range kepercayaan diri
yaitu 33. Nilai minimum pada Pola komunikasi orang tua adalah 90 lebih besar
dari nilai minimum kepercayaan diri yaitu 51. Nilai maximum dari pola
komunikasi orang tua adalah 163 lebih besar dari nilai maximum kepercayaan diri
yaitu 84. Nilai rata-rata (mean) dari Pola komunikasi orang tua adalah 128,03
lebih besar dari pada kepercayaan diri yaitu 66.93 Pada tabel di atas juga
ditunjukkan nilai Std. Deviation yang diperoleh Pola komunikasi orang tua adalah
11.78550
lebih besar dari pada nilai Std. Deviation kepercayaan diri yaitu
7.10137. Pada variance pola komunikasi orang tua adalah 138.898 lebih besar
dari kepercayaan diri yaitu 50.429.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
3. Deskripsi Data
a. Pola komunikasi orang tua
Tabel 14. Rangkuman Statistik Deskriptif pola komunikasi orang tua:
Statistik Pola komunikasi orang tua
Statistics
Pola Komunikasi Orangtua
N
Valid
∑
instrumen
100
44
Mean
128.0300
Median
128.0000
Mode
122.00a
Std. Deviation
11.78550
Variance
138.898
Range
73.00
Minimum
90.00
Maximum
163.00
Sum
12803.00
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown
Dari tabel statistik di atas menunjukan variabel (X) tentang Pola
Komunikasi Orang tua. Dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah
instrumen sebanyak 44 butir item. Data ini meliputi: pertama sub variabel pola
komunikasi terbuka dengan indikator menjadi pendengar yang baik (3 item),
keakraban (4 item), menjadi sahabat (4 item), kedekatan (4 item), sopan santun (3
item), kasih sayang (3 item), keterbukaan (3 item) dan perhatian (3 item). Kedua
sub variabel pola komunikasi tertutup dengan indikator bersikap kaku (3 item),
mendominasi (5 item), marah (3 item), membandingkan (3 item) dan mengacukan
anak (3 item).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dari data tersebut diketahui pula rata-rata pola komunikasi orang tua
dengan harga mean 128,030 Std. Deviation 11,785. Untuk range adalah 73
dengan skor maximum 163 dan minimum 90. Sedangkan untuk nilai tengah
(median) 128,00, nilai yang sering muncul (mode) 122 dan untuk nilai sum adalah
12803. Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan
ada pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa.
Pola komunikasi orang tua yang sudah ada, kemudian dideskripsikan
berdasarkan sub variabel seperti pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi
tertutup adalah sebagai data berikut:
1) Pola Komunikasi terbuka
Tabel 15: Rangkuman Statistic pola
komunikasi terbuka
Valid
100
N
Missing
0
∑
29
Mean
96,1000
Median
97,0000
Mode
106,00
Std. Deviation
9,59219
Variance
92,010
Range
54,00
Minimum
62,00
Maximum
116,00
Sum
9610,00
Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa
dengan jumlah instrumen sebanyak 29 item. Data ini meliputi: pertama sub
variabel pola komunikasi terbuka dengan indikator menjadi pendengar yang baik
(2 item), keakraban (3 item), menjadi sahabat (3 item), kedekatan (4 item), sopan
santun (4 item), kasih sayang (3 item), keterbukaan (3 item) dan perhatian (7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
item). Dari data tersebut diketahui pula rata-rata pola komunikasi terbuka dengan
harga mean 96,1000 Std. Deviation 9,59219 . Untuk range adalah 54 dengan
skor maximum 116 dan minimum 62. Sedangkan untuk nilai tengah (median)
97,0000, nilai yang sering muncul (mode) 106,00 dan untuk nilai sum adalah
9610,00. Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa secara
keseluruhan ada pola komunikasi terbuka mendukung kepercayaan diri siswa.
Tabel. 16. Deskripsi frekuentif pola komunikasi terbuka
Kriteria
Interval
Jumlah
Anak
Presentase
Sangat terbuka
89,75 - 116
75
75%
Cukup terbuka
69,5 - 89,75
24
24%
Kurang terbuka
49,25 - 69,5
1
1%
Sangat tidak terbuka
29 - 49,25
0
0%
Jumlah
100
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tabel di atas menunjukan pola komunikasi orang tua pada sub variabel
pola komunikasi terbuka dengan hasil frekuensi sebagai berikut: dari 100 siswa,
dan 29 butir item dengan skor 75 siswa (75%) berpendapat sangat terbuka, 24
siswa (24%) berpendapat cukup terbuka, 1 siswa (1%) berpendapat kurang
terbuka, dan 0% yang berpendapat sangat tidak terbuka. Dari data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara umum sub variabel pola komunikasi terbuka orang tua
terhadap anak dikategorikan terbuka. Selanjut Skor 1% dari kriteria kurang
terbuka menunjukan bahwa siswa kurang mendapat waktu makan bersama
sepulang sekolah, selain itu orang tua kurang mengajak komunikasi hati dengan
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
2. Pola komunikasi tertutup
Tabel 17. Rangkuman Statistik Pola komunikasi tertutup
Valid
100
N
Missing
∑
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
0
15
31,9300
31,0000
36,00
6,98665
48,813
43,00
20,00
63,00
3193,00
Salah satu sub variabel dalam variabel pola komunikasi orang tua adalah
pola komunikasi tertutup. Pada tabel statistik tentang sub variabel pola
komunikasi tertutup dapat diketahui bahwa N Valid 100 dengan jumlah instrumen
15. Data ini meliputi indikator bersikap kaku (4 item), mendominasi (5 item),
marah (3 item), membandingkan (1 item) dan mengacukan anak (2 item). Dan
dapat dilihat jumlah mean sebesar 31,9300, median 31,0000, mode 36,00 ,
standar deviasi 6,98665 , varience 48,813 , range 43,00 , skor minimum 20,00,
skor maksimum 63,00 dan sum 3193,00 di bawah ini akan dipaparkan sub
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel,
maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 18. Deskriptif frekuentif pola komunikasi Tertutup
Kriteria
Interval
Jumlah
Anak
Presentase
Sangat tertutup
Cukup tertutup
Kurang tertutup
Sangat tidak tertutup
Jumlah
53,26 – 66,06
40,51 – 53,26
27,76 – 40,51
15 – 27,76
2
4
65
29
100
2%
4%
65%
29%
100%
Tabel di atas menunjukan pola komunikasi orang tua pada sub variabel
pola komunikasi tertutup dengan hasil frekuensi sebagai berikut: dari 100 siswa, 2
siswa (2%) berpendapat sangat tertutup, 4 siswa (4%) berpendapat cukup tertutup
, 65 siswa (65%) berpendapat kurang tertutup, dan 29 anak (29%) yang
berpendapat sangat tidak tertutup. Data di atas sebagian besar masuk kategori baik
dan berhasil sesuai dengan keadaan siswa yang membutukan yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
b. Kepercayaan diri
Tabel 19. Statistik Kepercayaan diri
Statistics
Pola Komunikasi Kepercayaan diri
Valid
Missing
∑
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
N
100
0
21
194.9600
195.5000
204.00
16.53702
273.473
100.00
141.00
241.00
19496.00
Statistik pada tabel diatas merupakan variabel (Y) tentang Kepercayaan
diri. Dari tabel statistik di atas menunjukan hasil penelitian mengenai kepercayaan
diri
siswa. Secara keseluruhan hasil penelitian dalam variabel
(Y) masuk
kategori baik. Hasil tersebut dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan
jumlah instrumen sebanyak 21 butir item. Data ini meliputi: Sub variabel cinta
diri (6 item), pemahaman diri (3 item), tujuan yang jelas (2 item), berpikir positif
(4 item) komunikasi (2 item), penampilan diri (2 item ), pengendalian perasaan
(2 item).
Dari data tersebut diketahui pula rata-rata kepercayaan diri siswa
dengan harga mean 194 Std. Deviation 16,537. Untuk range adalah 100 dengan
skor maximum 241 dan minimum 141. Sedangkan untuk nilai tengah (median)
195, nilai yang sering muncul (mode) 204 dan untuk nilai sum adalah 19496,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang
kepercayaan diri siswa sangat baik. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel
frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
1)
Cinta Diri
Tabel 20. Statistic Cinta Diri
N Valid
100
∑ Instrumen
6
Mean
19.2200
Median
19.5000
Mode
20.00
Std. Deviation
2.43535
Variance
5.931
Range
11.00
Minimum
13.00
Maximum
24.00
Sum
1922.00
Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa
dengan jumlah instrumen sebanyak 6 butir item. Data ini bagian dari : variabel
kepercayaan diri yang meliputi indikator memenuhi kebutuhan (2 item), peduli
diri sendiri (2 item), menghargai kebutuhan jasmani dan rohani (2 item). Dari
data tersebut diketahui pula rata-rata sub variabel cinta diri dengan harga mean
19,2200 Std. Deviation 2,43535. Untuk range adalah 11 dengan skor maximum
24,00 dan minimum 13,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 19,5000, nilai
yang sering muncul (mode) 20,00 dan untuk nilai sum adalah 1922,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada
pengaruh kepercayaan diri terhadap cinta siswa (siswa dapat belajar dengan tekun
demi meraih cita-cita). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 21. Deskripsi frekuentif Cinta Diri
Kriteria
Interval
Sangat Peduli
Cukup Peduli
Kurang Peduli
Sangat Kurang Peduli
19,6 - 24
16 – 19,5
10,6 - 15
6- 10,5
Berdasarkan grafik
Jumlah
Anak
50
43
7
0
100
Presentese
50%
43%
7%
0%
100%
di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif
frekuentif bagi sub variabel Y, cinta diri. Hasil tersebut dapat dilihat dengan skor
dari keseluruhan 100 siswa, ada 50 siswa (50%) berpendapat sangat peduli, 43
siswa (43%), berpendapat cukup peduli, 7 siswa (7%) berpendapat kurang peduli,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
dan 0% berpendapat sangat kurang peduli. Dapat dipahami bahwa seluruh hasil
penelitian ini dikategorikan peduli.
2). Pemahaman Diri
Tabel 22. Statistik Pemahaman Diri
N Valid
∑ Instrumen
100
3
Mean
9.9600
Median
10.0000
Mode
Std. Deviation
10.00a
1.32513
Variance
1.756
Range
5.00
Minimum
7.00
Maximum
12.00
Sum
996.00
Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa
dengan jumlah instrumen sebanyak 3 butir instrumen. Data ini bagian dari:
variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel pemahaman diri dengan
indikator menyadari kekuatan
diri (2 item), mengenal kelemahan dan
keterbatasan dalam diri (1 item). Dari data tersebut diketahui pula rata-rata sub
variabel pemahaman diri
dengan harga mean 9,9600 Std. Deviation 1,32513.
Untuk range adalah 5,00 dengan skor maximum 12,00 dan minimum 7,00.
Sedangkan untuk nilai tengah (median) 10,000 nilai yang sering muncul (mode)
10,00 dan untuk nilai sum adalah 996,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh
kepercayaan diri terhadap pemahaman diri siswa (siswa datang ke sekolah tepat
waktu). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria
yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
Tabel 23. Deskripsi frekuentif Pemahaman Diri
Kriteria
Sangat memahami diri
Cukup memahami diri
Kurang memahami diri
Sangat Kurang memahami diri
Jumlah
Berdasarkan grafik
Interval
9,76 -12
7,6- 9,75
5,26 – 7,5
3 – 5,26
Jumlah Anak
63
37
0
0
100
Presentese
63%
37%
0%
0%
100%
di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif
frekuentif bagi sub variabel Y, pemahaman diri. Hasil tersebut dapat dilihat
dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 63 siswa (63%) berpendapat sngat
memahami diri, 37 siswa (37%), berpendapat cukup memahami diri, 0 siswa
(0%) berpendapat kurang memahami diri, dan 0 siswa 0% berpendapat sangat
kurang memahami diri. Dapat dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini
dikategorikan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
3). Tujuan yang jelas
Tabel : 24. Statistik Tujuan yang jelas
N Valid
∑ Instrumen
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
100
2
6.5700
7.0000
7.00
1.09411
1.197
4.00
4.00
8.00
657.00
Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa
dengan jumlah instrumen sebanyak 2 butir instrumen. Data ini bagian dari:
variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel tujuan yang jelas dengan
indikator siswa yang tahu tujuan hidupnya (2 item). Dari data tersebut diketahui
pula rata-rata sub variabel tujuan yang jelas dengan harga mean 6,5700 Std.
Deviation 1,09411. Untuk range adalah 4,00 dengan skor maximum 8,00 dan
minimum 4,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 7,0000 nilai yang sering
muncul (mode) 7,00 dan untuk nilai sum adalah 657,00.
Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh
kepercayaan diri terhadap Tujuan yang jelas siswa (siswa mengerjakan tugas dari
guru dengan benar, berusaha mengembangkan bakat yang dimiliki dengan latihan
terus-menerus). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Tabel 25. Deskripsi frekuentif Tujuan yang jelas
Kriteria
Interval
Sangat Optimis
6,6 - 8
55
55%
Cukup Optimis
5 – 6,5
40
40%
Kurang Optimis
3,6 - 5
5
5%
Sangat tidak Optimis
2 – 3,5
0
0%
Jumlah
Berdasarkan grafik
Jumlah
Anak
100
Presentese
100%
di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif
frekuentif bagi sub variabel Y, Tujuan yang jelas. Hasil tersebut dapat dilihat
dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 55 siswa (55%) berpendapat sangat
optimis,
40
siswa (40%),
berpendapat cukup
optimis,
5
siswa
(5%)
berpendapat kurang optimis , dan 0 siswa 0% berpendapat sangat tidak optimis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Dapat dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan berpengaruh
pada kepercayaan diri siswa.
6). Berpikir Positif
Tabel 26. Statistik Berpikir positif
N Valid
∑ Instrumen
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
100
4
12.7100
13.0000
12.00
1.80513
3.258
7.00
9.00
16.00
1271.00
Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa
dengan jumlah instrumen sebanyak 4 butir instrumen. Data ini bagian dari:
variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel Berpikir Positif dengan
indikator siswa memandang orang lain dari sisi yang positif (2 item), Percaya
bahwa semua masalah dpat diselesaikan dengan baik ( 2 item). Dari data tersebut
diketahui pula rata-rata sub variabel Berpikir Positif dengan harga mean 12,7100
Std. Deviation 1,80513. Untuk range adalah 7,00 dengan skor maximum 16,00
dan minimum 9,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 13,0000 nilai yang
sering muncul (mode) 12,00 dan untuk nilai sum adalah 1271.00
Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh
kepercayaan diri terhadap berpikir positif siswa (dalam pergaulan di sekolah
dengan teman tidak mengatur jarak antara satu dengan yang lain, masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
dihadapi dalam belajar dapat terselesaikan dengan baik) . Di bawah ini akan
dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per
sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 27. Deskripsi frekuentif Berpikir Positif
Kriteria
Sangat positif
Interval
14-16
Jumlah Anak
35
Presentase
35%
Cukup Positf
Kurang Positif
Sangat tidak Positif
Jumlah
11-13
8-10
4-7
53
12
0
100
53%
12%
0%
100%
Berdasarkan grafik
di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif
frekuentif bagi sub variabel Y, Berpikir Positif. Hasil tersebut dapat dilihat dengan
skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 35 siswa (35%) berpendapat Sangat positif,
53 siswa (53%), berpendapat cukup positif, 12 siswa (12%) berpendapat
kurang positif, dan 0 siswa 0% berpendapat sangat tidak positif. Dapat dipahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan berpengaruh pada kepercayaan
diri siswa
7). Komunikasi
Tabel 28. Statistik Komunikasi
N Valid
∑ Instrumen
Mea)n
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
100
2
6.4400
6.0000
6.00
1.11301
1.239
4.00
4.00
8.00
644.00
Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa
dengan jumlah instrumen sebanyak 2 butir instrumen. Data ini bagian dari:
variabel
kepercayaan diri yang meliputi sub variabel komunikasi dengan
indikator siswa memiliki
ketrampilan berkomunikasi
anak akan dapat
mendengarkan orang lain (2 item), Dari data tersebut diketahui pula rata-rata sub
variabel komunikasi dengan harga mean 6,4400 Std. Deviation 1,11301. Untuk
range adalah 4,00 dengan skor maximum 8,00 dan minimum 4,00. Sedangkan
untuk nilai tengah (median) 6,0000 nilai yang sering muncul (mode) 6,00 dan
untuk nilai sum adalah 644.00
Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh
kepercayaan diri terhadap komunikasi siswa (siswa mendengarkan nasehat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
teman dengan penuh perhatian, dalam pergaulan di sekolah dengan teman tidak
mengatur jarak antara satu dengan yang lain, masalah yang dihadapi dalam belajar
dapat terselesaikan dengan baik) .
Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria
yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
Tabel 28. Deskripsi frekuentif Komunikasi
Kriteria
Interval
Jumlah
Anak
Presentase
Selalu Komunikasi
6,6-8
49
49%
Cukup Komunikasi
5-6,5
45
45%
Jarang Komunikasi
3,6-5
6
6%
Tidak pernah Komunikasi
2-3,5
0
0%
100
100%
Jumlah
Berdasarkan grafik
di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif
frekuentif bagi sub variabel Y, Komunikasi. Hasil tersebut dapat dilihat dengan
skor dari keseluruhan 100 siswa, ada
49
siswa (49%) berpendapat selalu
komunikasi, 45 siswa (45%), cukup komunikasi, 6 siswa (6%) berpendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
kurang komunikasi , dan 0 siswa 0% berpendapat tidak pernah komunikasi. Dapat
dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan berpengaruh pada
kepercayaan diri siswa
8). Penampilan Diri
Tabel 30 . Statistik Penampilan Diri
N Valid
∑ Instrumen
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
100
2
6.3900
6.0000
6.00
1.07210
1.149
5.00
3.00
8.00
639.00
Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa
dengan jumlah instrumen sebanyak 2 butir instrumen. Data ini bagian dari:
variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel Penampilan diri dengan
indikator betapa pentingnya tampil sebagai siswa yang percaya diri (2 item), Dari
data tersebut diketahui pula rata-rata sub variabel Penampilan Diri dengan harga
mean 6,3900, Std. Deviation 1,07210. Untuk range adalah 5,00 dengan skor
maximum
8,00
dan minimum 3,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median)
6,0000 nilai yang sering muncul (mode) 6,00 dan untuk nilai sum adalah 639,00.
Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh
kepercayaan diri terhadap penampilan diri (mengenakan pakaian yang pantas dan
sopan pada saat ulang tahun teman). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 31. Deskripsi frekuentif Penampilan Diri
Kriteria
Interval
Selalu berpenampilan diri
Cukup berpenampilan diri
Kurang berpenampilan diri
Sangat tidak berpenampilan diri
Jumlah
6,6 - 8
5 – 6,5
3,6 – 5
2 – 3,5
Berdasarkan grafik
Jumlah
Anak
46
52
2
0
100
Presentese
46%
52%
2%
0%
100%
di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif
frekuentif bagi sub variabel Y, Penampilan Diri. Hasil tersebut dapat dilihat
dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 46 siswa (46%) berpendapat selalu
berpenampilan diri, 52 siswa (52%), berpendapat cukup berpenampilan diri, 2
siswa (2%) berpendapat kurang berpenampilan diri, dan 0 siswa 0% berpendapat
sangat tidak berpenampilan dri. Dapat dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini
dikategorikan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa.
9). Pengendalian Perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tabel 32. Statistik Pengendalian Perasaan
N Valid
∑ Instrumen
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum
100
2
5.6400
6.0000
6.00
1.32207
1.748
5.00
3.00
8.00
564.00
Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa
dengan jumlah instrumen sebanyak 2 butir instrumen. Data ini bagian dari:
variabel
kepercayaan diri yang meliputi sub variabel Pengendalian Perasaan
dengan indikator Kemampuan siswa untuk dapat mengontrol atau mengendalikan
emosi atau perasaan dalam situasi apapun(2) sub variabel Pengendalian perasaan
dengan harga mean 5,6400, Std. Deviation 1,32207. Untuk range adalah 5,00
dengan skor maximum 8,00 dan minimum 3,00. Sedangkan untuk nilai tengah
(median) 6,0000 nilai yang sering muncul (mode) 6,00 dan untuk nilai sum adalah
564,00.
Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh
kepercayaan diri terhadap pengendalain perasaan ketika diejek teman tetap
tersenyum dan tidak marah, Berhadapan dengan orang baru tidak mudah untuk
mengungkapkan apa yang menjadi kemauan). Di bawah ini akan dipaparkan sub
variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel,
maka dapat dideskripsikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Tabel 33. Deskripsi frekuentif Pengendalian perasaan
Kriteria
Selalu Mengendalikan perasaan
Cukup mengendalikan perasaan
Kurang mengendalikan perasaan
Sangat tidak bisa mengendalikan
perasaan
Jumlah
Berdasarkan grafik
Interval
6,6 - 8
5 – 6,5
3,6 – 5
2 – 3,5
Jumlah Anak
24
53
20
3
Presentese
24%
53%
20%
3%
100
100%
di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif
frekuentif bagi sub variabel Y, Pengendalian Perasaan. Hasil tersebut dapat dilihat
dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 24 siswa (24%) berpendapat selalu
mengendalikan perasaan, 53 siswa (53%), berpendapat cukup mengendalikan
perasaan, 20 siswa (20%) berpendapat kurang mengendalikan perasaan, dan 3
siswa 3% berpendapat tidak pernah mengendalikan perasaan. Dapat dipahami
bahwa hasil penelitian ini dikategorikan ada rpengaruh pada kepercayaan diri
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
B. Uji Hipotesis
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara
variabel pola komunikasi orang tua variabel bebas (X ) dengan variabel terikat (Y)
kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Hipotesis diuji
dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 5%. criteria pengujian signifikansi
adalah sebagai berikut : jika F hitung ≥ F tabel maka Ho diterima yang berarti
tidak
signifikan, ( Riduwan, 20110 : 236).
Pengujian hipotesis mengikuti
langkah sebagi berikut:
a. Deskriptive Statistics
Tabel 34. Descriptive Statistics
N
Pola
Komunikasi
100
Orangtua
Kepercayaan Diri
100
Valid N (listwise)
100
Mean
Std. Deviation
128.0300
11.78550
66.9300
7.10137
Pada tabel Descriptive Statistics di atas menunjukan mean variabel pola
komunikasi orang tua sebesar 128.0300 dan standar deviasi 11.78550 sedangkan
mean variabel kepercayaan diri adalah 66.9300 dan standar deviasi 66.9300, dan
standar deviasi sebesar 7.10137 untuk banyaknya responden (N) 100.
b. Model Summary
Tabel 35. Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
1
.503a
.253
.245
6.17008
a. Predictors: (Constant), Pola Komunikasi Orangtua
Berdasarkan tabeil Model Summary kita dapat mengetahui seberapa besar
kuat variabel bebas ( Pola komunikasi orang tua) dapat mempengaruhi variabel
terikat (kepercayaan diri siswa). jika niali standar eror of the estimate < nilai
standar deviasi variabel terikat, maka variabel bebas baik untuk dijadikan
predictor sebaliknya. dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai standar eror of the
estimate = 6.17008, sementara nilai standar deviasi variabel kepercayaan diri
siswa = 7.10137, berarti standar eror of the estimate < standar deviasi, sehingga
variabel bebas baik dijadikan sebagai predictor untuk variabel terikat.
Kolom R menunjukan seberapa baik variabel bebas memprediksikan hasil.
kisaran R adalah 0-1. Semakin R mendekati angka 1, maka semakin kuat variabel
bebas memprediksikan variabel terikat. dari tabel di atas diketahui R= 0,503 yang
berarti variabel bebas kuat dalam memprediksi variabel terikat.
Nilai R square sebesar 0,253, jika dikalikan 100% maka akan diketahui
seberapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hal
ini, pola komunikasi orang tua berpengaruh sebesar 25,3% terhadap kepercayaan
diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
c. ANOVA
Tabel 36. ANOVA
Model
Sum of Squares
df
1261.660
Regression
1
Residual
3730.850
Total
4992.510
a. Dependent Variable: Kepercayaan Diri
Mean
Square
1
F
Sig.
.000b
1261.660 33.141
98
99
38.070
b. Predictors: (Constant), Pola Komunikasi Orangtua
Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika nilai F hitung > F tabel dan
nilai signifikansi lebih Kecil dari nilai probalitasnya (0,05) maka H0 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Dari tabel anova dapat kita lihat bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05, maka ada pengaruh
yang signifikan antara pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa
tahun pelajaran 2015-2016.
d. Koefisien
Tabel 37 . Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
(Constant)
1 Pola
Komunikasi
Orangtua
28.149
Std.
Error
6.765
.303
.053
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Beta
.503
4.161
.000
5.757
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Pada tabel coefficients di atas, diketahui nilai B constant 28,149 nilai pola
komunikasi orang tua sebagai predictor sebesar 0,303 oleh karena itu persamaan
garis regresi antara variabel pola komunikasi orang tua(X) dan kepercayaan diri
siswa (Y) adalah Y= 28,149 + 0,303X.
Persamaan hasil regresi di atas dapat digunakan untuk melakukan estimasi
sejauh mana variabel pola komunikasi orang tua terhadap perubahan variabel
kepercayaan diri siswa/I kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogjakarta tahun
2015/2016. Misalnya, nilai pola komunikasi orang tua diberikan sebesar 50, maka
nilai kepercayaan diri siswa sebagai berikut: Y= 28,149+ ( 0,303X50) = 43,299
Berdasarkan hasil persamaan regresi di atas maka dapat diketahui bahwa
estimasi nilai kepercayaann diri siswa sebesar 43,299 dengan nilai pola
komunikasi orang tua sebesar 50. Oleh karena itu, dari persamaan regresi
diartikan bahwa setiap penambahan nilai pola komunikasi orang tua sebesar 1
poin, maka nilai kepercayaan diri siswa bertambah 28,149 + 0,303. Bila setiap
nilai pola komunikasi orang tua bertambah 10 maka nilai kepercayaan diri siswa/I
akan bertambah 28,149 + 3,03.
Hasil uji hipotesis dapat diketahui dengan melihat signifikansi pada tabel
coefficients. Ketentuan penerimaan Dari tabel coefficients dapat diketahui bahwa
nilai signifikansi adalah 0,000. Dengan demikian H1 diterima dan H0 di tolak,
kesimpulanya adalah ada pengaruh yang signifikansi daro pola komunikasi orang
tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
e. Correlations
Tabel 38. Correlations
Pola Komunikasi Kepercayaan
Orangtua
Diri
Pearson
1
.503**
Correlation
Pola Komunikasi
Orangtua
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
100
Pearson
.503**
1
Correlation
Kepercayaan Diri
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel Correlations di atas merupakan metrik interkorelasi anatara variabel
pola komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri siswa. Peneliti menggunakan
teknil korelasi dari pearson ( korelasi product moment ). Untuk pengambilan
keputusan statistic berdasarkan tabel di atas dapat digunakan 2 cara, yang pertama
dengan membandingkan nilai koefisien korelasi (pearson correlation) dengan nilai
r tabel, maka ada korelasi yang signifikan (H1 diterima). Sedangkan apabila nilai
koefisien korelasi < r tabel, maka tidak ada korelasi yang signifikan (Ho diterima).
Pada analisis diatas diketahui bahwa tabel di atas menggunakan Pearson
Correlations, yang menunjukkan bahwa variabel Y dikorelasikan dengan X, dan
variabel X dikorelasikan dengan Y. Besar korelasi Y dengan Y adalah 1 dan
korelasi X terhadap Y sebesar 0,503 dengan jumlah sampel sebanyak 100
responden.
Berdasarkan output di atas, ditampilkan bahwa besarnya signifikansi 0,000
< dari 0,05, berarti ada korelasi yang signifikan antara pola komunikasi orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
dengan kepercayaan diri siswa-siswi kelas V SD Taraknita Bumijo Jogjakarta
Tahun Pelajaran 2015-2016.
Tabel Correlations menggunakan pearson correlation, yang menunjukan
bahwa variabel Y dikorelasikan dengan Y dan X, dan variabel X dikorelasikan
dengan X dan Y. Besar korelasi Y dengan Y adalah 1 dan korelasi X terhadap Y
0,503 dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden.
Dengan melihat nilai signifikansi, yaitu apabila nilai signifikansi ≤
nilai
probabilitas yaitu 0,05 (5%), maka terdapat korelasi yang signifikan ( H1
diterima). Sedangkan apabila nilai signifikansi > 0,05, maka tidak ada korelasi
yang signifikan (H0 diterima). Sedangkan apabila nilai koefisien korelasi < r tabel,
maka tidak ada korelasi yang signifikan ( H0 ditolak). Pada analisis di atas
diketahui bahwa nilai koefisien korelasi 0,503. Sedangkan nilai r tabel 0,159.
Dengan demikian nilai koefisien korelasi > nilai r tabel, sehingga dapat dikatakan
ada korelasi yang signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak).
Cara kedua dengan melihat nilai signifikansi, yaitu apabila nilai signifikansi
≤ nilai probabilitas yaitu 0,05 (5%), maka terdapat korelasi yang signifikan (H1
diterima). Sedangkan apabila nilai signifikansi > 0,05, maka tidak ada korelasi
yang signifikan (H0 diterima). Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi
(0,000) < nilai probabilitas (0,05), berarti terdapat korelasi yang signifikan (H1
diterima dan H0 di tolak). Untuk melihat arah hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat dapat dilihat dari tanda koefisien korelasi.
Apabila tandanya kurang (-) berarti arah hubungan negatif atau berbanding
terbalik yaitu apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah dan sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Bila tandanya positif (+) berarti arah hubungannya positif atau searah, yaitu
apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga tinggi. Dari tabel tersebut adi atas
dapat diketahui bahwa arah hubungannya positif (+), dengan demikian dapat
dikatakan bahwa apabila variabel X (Pola komunikasi orang tua) tinggi maka
variabel Y (Kepercayaan diri ) juga makin tinggi.
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
dan korelasi yang signifikan anatara variabel bebas dan terikat dengan arah
hubungan yang positif. Yaitu apabila variabel bebas ( pola komunikasi orang tua )
tinggi maka semakin tinggi pula variabel Y ( kepercayaan diri ). Dengan demikian
nilai koefisien korelasi > nilai r tabel, sehingga dapat dikatakan ada korelasi yang
signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak)
Cara kedua dengan melihat nilai signifikansi, yaitu apabila nilai signifikan ≤
nilai probabilitas yaitu 0,05 (5%) , maka terdapat korelasi yang signifikan (H1
diterima). Sedangkan apabila nilai signifikan > 0,05. Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (H0 diterima). Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikan (
0,000) < nilai probabilitas (0,05), berarti terdapat korelasi yang signifikan (H1
diterima dan H0 ditolak).
Untuk melihat arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
dapat dilihat dari tanda koefisien korelasi. Apabila negative (-) berarti arah
hubungan negative atau berbanding terbalik yaitu apabila variabel X tinggi maka
variabel Y rendah dan sebaliknya. Apabila positif (+) berarti hubungannya positif
atau searah, yaitu apabila variabel X tinggi arah hubungannya positif (+), maka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
apabila variabel X (pola komunikasi orang tua) tinggi maka variabel Y (
kepercayaan diri siswa) makin tinggi.
Dari hasil pengujian Hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
dan korelasi yang signifikan antara variabel bebas (X) dan variabel Komunikasi
orang tua) tinggi maka variabel Y (Kepercayaan diri siswa) juga tinggi.
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
dan korelasi yang signifikan antara variabel bebas ( pola komunikasi orang tua)
dan variabel terikat ( kepercayaan diri siswa) dengan arah hubungan positif. Yaitu
apabila variabel bebas ( pola komunikasi orang tua) tinggi maka semakin tinggi
pula variabel Y ( kepercayaan diri siswa).
C. Pembahasan Hasil Penelitian.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi
sebesar 0,000, yang berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang siginikan dari pola komunikasi
orang tua terhadap kepercayaan diri siswa
kelas V SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Pada hasil tabel model summary,
diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,253, yang menunjukkan bahwa
pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD
Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016 sebesar 25,3% dan
74,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, lingkungan keluarga, masyarakat
sekitar, latar belakang sosial budaya dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Pada hasil analisis uji normalitas, diketahui nilai P-value dari variabel Y
yaitu kontrol diri sebesar 0,200 untuk uji normalitas Lilliefors (KolmogorovSmirnov) dan P-value untuk Shapiro-Wilk sebesar 0,684. Diperoleh data bahwa
kedua P-value lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,005, maka dapat
disimpulkan bahwa data dari variabel kepercayaan diri memiliki distribusi normal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini memiliki
distribusi normal. Dalam uji linearitas, juga dihasilkan data bahwa semua variabel
dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear dan signifikan. Melalui uji
homokedastisitas dan uji homogenitas dalam grafik scatterplot, menunjukkan
bahwa gambar tidak membentuk pola tertentu secara penuh dan tersebar di antara
titik nol (0) pada sumbu X dan Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual
mempunyai variance konstan (homoscedasticity) dan tidak terjadi masalah
heterokedastisitas.
Berdasarkan hasil deskripsi data, diketahui bahwa Pola Komunikasi Orang
tua dengan jumlah mean sebesar 128.0300 dan termasuk dalam kategori tinggi,
nilai Std. Deviation yaitu 11.78550, nilai range sebesar 73.00 dengan skor
maximum 163.00 dan skor minimum 90. Nilai tengah (median) yang dihasilkan
sebesar 128.0000, nilai yang sering muncul (mode) adalah 122.00 dan nilai sum
sebesar 12803.00, memberi pengaruh terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD
Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Pengaruh ini dapat
dilihat pada tabel Coefficients yang menghasilkan persamaan regresi Y = 28,149 +
0,303X yang mana menunjukkan adanya hubungan positif antara Pola
Komunikasi Orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Hal ini dipengaruhi adanya sub
variabel dari Pendidikan Religiositas yaitu kegiatan pembelajaran dan nilai-nilai
universal yang ada dari masing-masing agama.
Hal ini karena dalam pola komunikasi orang tua terdapat unsur pola
komunikasi terbuka, pola komunikasi tertutup. Dalam pelaksanaan pola
komunikasi orang tua dapat diketahui tingkat keprcayaan diri siswa. kepercayaan
dri anak cukup berperan dalam kelangsungan pendidikannya baik didalam kelas
maupun di luar kelas. Salah satu tujuan dari pola komunikasi orang tua bagi
siswa adalah menanamkan sikap positif dalam diri siswa untuk menyakini segala
aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan sesuatu,
memiliki penilaian positif terhadap dirinya atau situasi yang dihadapinya, serta
memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidup dan masa depannya yang
sukses demi dirinya, orang tua, masyarakat dan bangsa.
Dari hasil deskripsi data menunjukan bahwa pola komunikasi orang tua
memberi manfaat dalam pembentukan kepercayaan diri siswa. Semakin baik nilai
pola komunikasi orang tua yang diukur, maka akan semakin baik pula
kepercayaan diri siswa. Hal yang ditunjukan pada tabel coeffisients yang
menghasilkan persamaan regresi Y= 28.149 + 0,303 X yang menunjukan
hubungan yang positif antara pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan
diri siswa.
Hal ini karena dalam pola komunikasi orang tua terdapat unsur pola
komunikasi terbuka, pola komunikasi tertutup. Dalam pelaksanaan pola
komunikasi orang tua dapat diketahui tingkat kepercayaan diri siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Kepercayaan diri siswa cukup berperan dalam keberlangsungan pendidikannya
baik didalam kelas, diluar kelas, lingkungan masyarakat dan di rumahnya. Oleh
karena itu maka, salah satu tujuan dari pola komunikasi orang tua menanamkan
sikap positif dalam dirinya, anak merasa bahwa dirinya berharga, optimis dalam
melakukan segala sesuatu, dapat bersosialisasi dengan yang lain lingkungan atau
masyarakat dan dapat berkomunikasi dengan baik kepada siapapun.
Dari deskripsi data mengenai sub variabel pola komunikasi orang tua
yang meliputi pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup dapat
disimpulkan bahwa pola komunikasi yang tepat dan terbuka akan sangat
membantu tingkat kepercayaan diri siswa. Dengan demikian hasil yang dicapai
juga baik. pola komunikasi merupakan sistem penyampaian pesan yang bisa
diterima orang lain yang dapat membantu untuk semakin berkembang menjadi
pribadi yang berpikir positif dan mampu berkomunikasi baik dengan orang lain.
Dari hasil analisis deskripsi terhadap sub variabel pola komunikasi orang
tua dapat ditarik kesimpulan bahwa pola komunikasi orang tua yang yang tepat
akan sangat membantu proses kepercayaan diri. Dengan demikian hasil yang
dicapai dapat mengembangkan tingkat kepercayaan dalam dirinya.
Sementara itu dalam analisis deskripsi mengenai variabel terikat yaitu
kepercayaan diri anak dapat diukur dari 7 sub variabel terikat yaitu: cinta diri,
pemahaman diri, Tujuan yang jelas, Berpikir positif, komunikasi, penampilan diri,
pengendalian perasaan.
Pada sub variabel cinta diri diketahui
mean 19.2200, dari 100 siswa
diperoleh 50 orang sisawa (50%) berpendapat selalu cinta diri, 43 orang siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
(43%) berpendapat sering cinta diri, 7 orang siswa (7%) berpendapat jarang, dan
0% berpendapat tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa kepercayaan diri siswa
pada sub variabel cinta diri sangat kuat, mau belajar tekun demi meraih citacitanya , sangat peduli dengan diri kesehatan dan kebensihan tubuhnya.
Pada sub variabel kedua, yaitu pemahaman diri. diketahui mean sebesar
9.9600. dari 100 siswa diperoleh 63 orang siswa (63%) berpendapat selalu, 37
orang siswa (37%) berpendapat sering, 0% berpendapat jarang dan tidak pernah.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa para siswa mampu menyadari
kekuatan dirinya untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, dan
mampu mengenal kelemahan dan keterbatasan dalam dirinya.
Pada sub variabel ketiga yaitu tujuan yang jelas. diketahui mean 6.5700.
Dari 100 siswa diperoleh 55 orang siswa (55%) berpendapat selalu memiliki
tujuan yang jelas, 40 orang siswa (40%) berpendapat sering memiliki tujuan yang
jelas, 5 orang siswa (5%) berpendapat jarang memiliki tujuan yang jelas dan 0%
berpendapat tidak pernah memiliki tujuan yang jelas. Hal ini menunjukan bahwa
siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016
masuk dalam frekuensi yang sangat kuat dalam memiliki tujuan yang jelas dalam
hidupnya.
Pada sub variabel keempat yaitu berpikir positif. diketahui mean 12.7100 .
Dari 100 siswa diperoleh 35 orang siswa (35%) berpendapat selalu bepikir positif,
53 orang siswa (53%) berpendapat sering berpikir positif , 12 orang siswa (12%)
berpendapat jarang berpikir positif dan 0% berpendapat tidak pernah berpikir
positif. Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 masuk dalam frekuensi selalu berpikir
positif dalam hidupnya, setuju untuk selalu memandang orang lain disekitarnya
secara positif, dan selalu menaruh keprcayaan dalam diri bahwa semua masalah
yang dihadapi dapat teratasi dengan baik.
Pada sub variabel keempat yaitu komunikasi. diketahui mean 6.4400. Dari
100 siswa diperoleh 49 orang siswa (49%) berpendapat selalu berkomunikasi, 45
orang siswa (45 %) berpendapat sering berkomunikasi , 6 orang siswa (6%)
berpendapat
jarang
berkomunikasi
dan
0%
berpendapat
tidak
pernah
berkomunikasi. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa para siswa memiliki
dasar yang baik dalam ketrampilan berkomunikasi serta mampu mendengarkan
orang lain dengan tepat, tenang, dan penuh perhatian .
Pada sub variabel kelima yaitu penampilan diri diketahui mean 6.3900.
Dari 100 siswa diperoleh 46 orang siswa (46%) berpendapat selalu berpenampilan
diri, 52 orang siswa (52 %) berpendapat sering berpenampilan diri , 2 orang siswa
(2%) berpendapat jarang berpenampilan diri dan 0% berpendapat tidak pernah
berpenampilam diri. Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas V SD Tarakanita
Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 masuk dalam frekuensi
berpenampilan diri sangat kuat, mereka yakin bahwa betapa pentingnya tampil
sebagai orang yang percaya diri.
Pada sub variabel ke enam yaitu Pengendalian perasaan 5.6400 5. Dari
100 siswa diperoleh 24 orang siswa (24 %) berpendapat selalu, 53 orang siswa
(53 %) berpendapat pengendalian perasaan , 20 orang siswa ( 20%) berpendapat
jarang pengendalian perqasaan dan 3% berpendapat tidak pernah berpenampilam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
diri. Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta
tahun pelajaran 2015-2016 masuk dalam frekuensi selalu mengendalikan
perasaan. dalam hidupnya, mampu mengendalikan perasaan dalam situasi apapun.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai korelasi yang digunakan untuk
menghitung hubungan antara variabel pola komunikasi orang tua dengan
kepercayaan diri sebesar 0,159. Nilai tersebut menampilkan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara Pola komunikasi orang tua dengan kepercayaan
diri. Hubungan tersebut diketahui melalui hasil signifikansi 0,000 yang nilainya
jauh di bawah 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa korelasi antara pola
komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri sangatlah nyata, karena semakin
tinggi intensitas para siswa dalam mengikuti pola komunikasi orang tua, maka
semakin tinggi pula kemampuan untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Dalam penelitian ini, diketahui besar presentase pengaruh variabel Pola
komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa-siswi kelas V SD
Tarakanita Bumijo Jogjakarta Tahun Pelajaran 2015-2016 melalui hasil output
tabel Model Summary dengan melihat nilai R Square memiliki nilai koefisien
determinasi sebesar 0,253. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa pengaruh
variabel bebas (X) yaitu pola komunikasi orang tua terhadap variabel terikat (Y)
yaitu kepercayaan diri sebesar 25% (0,253 x 100%), sedangkan sisanya, yaitu
100% - 25% = 75% dipengaruhi oleh sebab-sebab lain.
Dari hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa antara
variabel Pola komunikasi orang tua dengan variabel kepercayaan diri
menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari kedua variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
tersebut, meskipun pengaruhnya tidak terlalu kuat. Adanya pengaruh ini juga
dapat dilihat dari hasil persamaan regresi yaitu Y = 28,149 + 0,303 X. Dalam
persamaan ini, diketahui adanya hubungan positif antara Pola komunikasi orang
tua (X) terhadap kepercayaan diri (Y). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi intensitas para siswa menerima pola komunikasi yang baik
dari orang tua, maka berpengaruh juga pada peningkatan kemampuan para siswa
dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Dari data statistik di atas, dapat dilihat bahwa Pola komunikasi orang tua
memiliki pengaruh terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita
Bumijo Jogjakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Dalam Pola komunikasi orang
tua, memungkinkan adanya bentuk pesan komunikasi yang tepat sehingga proses
tersebut mencapai pada komunikasi yang efektif. Gaya komunikasi orangtua
authoritative ini menerapkan aturan-aturan serta komunikasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan anak . Orang tua authoritative memiliki ketegasan dalam
membimbing anak dan memiliki pola komunikasi yang hangat, penuh perhatian,
nyaman, asertif, penuh kasih sayang, anak selalu merasa terdukung dalam proses
pengembangan dirinya. Pola komunikasi orang tua yang tepat sangat membantu
anak untuk semakin mengenal dirinya sekaligus dapat membangun kepercayaan
dalam dirinya lewat keterbukaan orang tua dalam berkomunikasi.
Orang tua yang menunjukkan pola komunikasi melalui perhatian,
penerimaan, cinta dan kasih sayang, kelekatan emosional yang tulus dengan
anak, serta pemberian penghargaan, hadiah atau pujian apabila mencapai suatu
prestasi, keberhasilan atau kesuksesan dengan sendirinya akan membangkitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga
dan bernilai di mata orang tuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari
sikap orang tua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Maka
anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan
mempunyai harapan yang realistik terhadap diri. Orang tua mempunyai peran
yang sangat besar terhadap pembentukan rasa percaya diri anak. Sejak kecil anak
sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui cara
berkomunikasi dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. apabila pola
komunikasi orang tua terjalin dengan tepat maka akan membentuk kepercayaan
diri anak
Sedangkan dalam sikap kepercayaan diri, dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu situasi lingkungan seseorang, motivasi dari dalam diri, suasana keluarga,
kurang ada dukungan dari dalam diri dan juga sesamanya, kurang nyaman dengan
dirinya. Dari dampak atas pola komunikasi orang tua ini, ada beberapa poin yang
mempengaruhi sikap kepercayaan diri, yaitu kemampuan berpikir positif, mampu
menerima keterbatasan dan kekuatan yang ada dalam diri, kemampuan mengolah
emosi melalui pengendalain diri yang baik.
Maka, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari pola komunikasi orang
tua terhadap kepercayaan diri, dilihat dari dampak pola komunikasi orang tua
sebagai faktor yang mempengaruhi sikap kepercayaan diri.
Dengan demikian hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa antara
variabel pola komunikasi orang tua dengan variabel kepercayaan diri menunjukan
adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara
kedua variabel. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
ditunjukan pula dengan persamaan regresi yang diperoleh Y = 28.149 + 0,303 X.
Persamaan ini menunjukan hubungan positif antara pola komunikasi orang tua (X)
terhadap kepercayaan diri (Y). oleh karena itu semakin baik pola komunikasi
orang tua di rumah maka kepercayaan diri anak juga semakin terbentuk dan baik.
D. Refleksi Kateketis
1. Dasar Refleksi
a. Pengertian Katekese
Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae artkel 18, Sri Paus Yohanes
Paulus II menegaskan:
Katekese adalah pembinaan ana-anak, kaum muda, dan orang-orang
dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen,
yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud
mengarur para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. Dengan kata lain,
katekese adalah usaaha-usaha dari pihak Gereja untiuk menolong umat agar
semakin meahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan
sehari-hari. Didalamnya terdaoat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan,
pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. (Telaumbanua, 2005: 5)
b. Tujuan Katekese
Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae artikel 20 ditegaskan bahwa
tujuan dari katekese adalah: berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
baru mulai tumbuh, dan dari hari kehari memekarkan menuju kepenuhannya serta
makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua.
Kenyataannya itu berarti: merangsang, pada taraf pengetahuan maupun
penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan oleh Roh Kudus melalui
pewartaan awal, dan yang dikaruniakan secara efektif melalui baptris.
Dengan kata lain, maksud katekese ialah mengembangkan pengertian
tentang misteri kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi
manusia diresapi oleh Firman itu. Begitulah orang Kristen, yang berkat karya
rahmat diubah menjadi ciptaan baru, memutuskan untuk mengikuti Kristus, dan
dalam Gereja makin banyak belajar berpikir, bertidak dan bertutur kata seperti
Dia, menilai segalanya, bertindak seturut dengan perintah-perintah-Nya, dan
berharap sesuai dengan ajakan-Nya.
c. Isi Katekese
Karena katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam pewartaan
Injil, isinya juga tidak lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri karena secara
menyeluruh. Satu-satunya Amanat, yakni warta Gembira Keselamatan. Isi dari
Katekese itu sendiri tidak lain adalah Yesus Kristus dan ajaran-Nya. Katekese
berpusat pada pribadi Kristus sendiri. Dalam Pedoman umum Katekese artikel 79
ditegaskan bahwa: Yesus Kristus tidak hanya meneruskan Sabda Allah. Di adalah
Sabda Allah. Olek karena itu, katekese harus sama sekali terikat pada-Nya. Maka,
ciri khas pesan yang diteruskan oleh katekese, terutama adalah keberpusatan pada
Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Hal ini dapat dipahami bahwa pada inti katekese, kita menemukan, dalam
esensinya seorang Pribadi Yesus dari Nazaret, Putra Tunggal Allah, penuh kasih
karunia dan kebenaran. Dalam kenyataan, tuas dasar katekese ialah menghadirkan
Kristus dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Dia. Berpusat pada Kristus (
Kristosentris) juga berarti Kristus adalah pusat sejarah keselamatan yang
dihadirkan oleh katekese. Lebih dari itu, Kristosentris juga berarti bahwa pesan
Injil tidak berasal dari manusia, melainkan Sabda Allah.
Dalam dokumen Apostolik Catechesi Tradendae artikel 6 ditegaskan
bahwa sifat Kristosentris mencakup juga maksud: bukan unruk menyampaikan
ajran-Nya sendiri, atau entah ajaran seorang Guru lain, melainkan ajaran Yesus
Kristus, Kebenaran yang diajarkan-Nya, atau lebih jelas lagi: Kebenaran yang tak
lain adalah Dia sendiri. Maka harus dikatakan bahwa dalam katekese, Kristus
sendirilah, Sabda yang menjelma dan Putera Allah, yang diajarkannya; segala
sesuatu lainnya diajarkan dengan mengacu pada-Nya. Lagi pula hanya Kristuslah
yang mengajar, siapa saja selain Dia mengajar sejauh ia juru bicara Kristus
mengajar melalui mulutnya.
d. Tugas dan Peranan Katekese.
Marianus Telaumbanua (2005:51) menegaskan bahwa tugas dan peranan
katekese untuk mendidik seseorang dalm iman yakni:
1. Menyuburkan semangat pertobatan. Tugas ini tidak perlu dan tidak
eksklusif hanya pada awal proses, tetapi berlanjut terus dan semakin
otentik menuju kedewasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
2. Meneguhkan iman orang Kristen melalui perkembangan harmonis ketiga
komponen edukatif:

Komponen kognitif : mendalam isi dan makna iman serta
keyakinan iman, untuk menjamin wawasan dan motivasi yang
perlu agar dewasa dalam iman.

Komponen afektif : menanggapi tuntutan iman secara sadar dan
personal.

Komponen operatif : berperilaku dan bertindak selaku orang
Kristen.
3. Mendampingi dinamika pertumbuhan iman menuju kedewasaan, yang
tidak pernah dicapai secara total.
Dalam petunjuk umum Katekese artikel 85 ditegaskan bahwa tugas
fundamental katekese adalah mengembangkan pengetahuan iman, pendidikan
liturgis, pembinaan moral dan mengajar berdoa. ( fade quae) dituntut melalui
kesetiaan kepada iman (fides qua). Dengan memperdalam pengetahuan iman,
katekese memberi makna bukan hanya bagi kehidupan iman, melainkan juga
melengkapinya untuk menjelaskan hidup iman itu kepada dunia. Selain itu
katekese juga mempersiapkan orang Kristen untuk hidup dalam komunitas dan
untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan dan perutusan Gereja (Petunjuk Umum
Katekese artikel 86).
e. Katekese bagi Orang Tua.
Persatuan suami-istri, persatuan orang tua anak merupakan dasar bagi
terbentuknya Gereja sebagai umat Allah. Persatuan suami-Istri, persatuan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
tua-anak, merupakan umat Allah dalam bentuknya yang paling kecil. Di dalam
keluarga, seseorang pribadi mempunyai pengalaman pertama tentang Gereja.
Orang tua mulai menanamkan sejak dini kebiasaan-kebiasaan baik di dalam
keluarga sebagai orang beriman kepada anak-anaknya. Dengan demikian,
keluarga menjadi tempat dimana komunikasi iman terjadi. Imbuan Apostolik
Bapa Suci Paulus VI, Evangelii Nutiandi, menegaskan”, keluarga seperti halnya
Gereja harus merupakan suatu tempat dimana Injil diteruskan dan dari mana injil
bercahaya”.
Jadi keluarga merupakan tempat dimana kabar gembira injil harus
diwartakan. Keluarga merupakan bentuk Gereja yang paling kecil tempat dimana
anggota-anggotanya bertumbuh makin dewasa dalam beriman. Dari keluargakeluarga dimana anggota-anggotanya bertumbuh dewasa dalam iman, kita bisa
berharap bahwa kabar gembira injil diteruskan. Didalam keluarga orang tua
mengkomunikasikan nilai-nilai kepada anak-anaknya seperti kasih, kesetiaan,
kesederhanaan, pengampunan dan lain-lain.
Dengan kata lain, keluarga dalam hal ini orang tua haruslah merupakan
tempat dimana komunikasi iman terjadi. Mengenai hal ini, tentu saja tanggung
jawab orang tua sangat penting. Komunikasi iman harus dimulai oleh orang tua.
Dalam hal ini teladan dan contoh hidup orang tua sangat menentukan. Sebab
KOMUNIKASI IMAN harus diteruskan melalui perkataan dan perbuatan. Orang
tua yang mengakhiri perkawinan dengan perceraian tentu saja sangat sulit untuk
mengajari anak-anaknya mengenai nilai-nilai kesetiaan dalam perkawinan.
Mereka yang terbiasa hidup mewah dan suka hidup semangat boros, menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
sangat sulit untuk mengajari anak-anaknya bagaimana hidup sederhana. Mereka
yang sulit memberikan maaf menjadi sangat sukar untuk menanamkan
pengampunan kepada anak-anaknya. Sangat disayangkan sikap dan perilaku orang
tua, jika karena ketidakcocokan dan benturan pendapat yang bisa saja terjadi
dalam hidup bersama kemudian meninggalkan Gereja atau memilih mengikuti
kegiatan di lingkunagan paroki lain. Bagaimana bisa mengajari anak untuk terlibat
dalam kegiatan menggereja di lingkungan basis jika orang tua justru memilih
meninggalkan Gereja basis karena rasa tidak cocok dengan sesama warga di
lingkungan? Keluarga sebagai basis Gereja haruslah menjadi tempat dimana
KOMUNIKASI IMAN terjadi, maka bisa menaruh harapan besar bahwa
lingkungan-lingkungan, wilayah-wilayah, paroki dan akhirnya Gereja kita
menjadi tempat” darimana injil bercahaya”. Setiap anggota lalu bertumbuh dan
berkembang menjadi
anak-anak
Allah
yang saling mendukung
dalam
pertumbuhan iman.
Apakah komunikasi iman dalam keluarga mempengaruhi tingkah laku
anak sebagai umat katolik? Komunikasi iman kristiani mesti bergerak dari
komunikasi yang manusiawi ini kepada komunikasi yang imani. Di situ orang
menghadapi
bermacam-macam
kenyataan
dimana
ada
banyak
sekali
keanekaragaman didalam kehidupan ini. Makin disadari bahwa suami berbeda
dengan isteri. Orang tua berbeda dengan anak-anaknya. Keluarga yang satu
berbeda dengan keluarga yang lain. KOMUNIKAI IMAN lalu mencerahi
berbagai bentuk perbedaan itu dan berjuang bahkan kalau perlu berkorban untuk
mengatasi ketikcocokan atau ketidaksamaan yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Bentuk-bentuk kesakitan yang menimpa anggota didalam keluarga seperti
menyimpan kesalahan pasangan, kemarahan yang tak terkendali, kekecewaan
yang mendalam, perasaan tidak tergantung satu sama lain, kecemasan yang tak
perlu, terlalu mementingkan diri, kata-kata yang menyakitkan, yang tentu saja
berpengaruh dalam membangun hubungan dengan orang lain maupun
perkembangan pribadinya. Hal ini hanya bisa disembuhkan hanya oleh kekuatan
iman. Iman yang menyelamatkan. Berbagai kisah penyembuhan di dalam Kitab
Suci, berkali-kali menegaskan tentang hal ini. Kepada perempuan yang sakit
pendarahan, Yesus berkata” Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan
Engkau…”( Mrk 5:34). Kepada si buta Bartimeus, Yesus berkata”,..imanmu telah
menyelamatkan engkau..”( Mrk 10:52). Dan tentu saja masih banyak kisah dalam
kitab suci yang menggambarkan kekuatan iman yang menyembuhkan. Iman
berarti keyakinan, bahwa Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan,
sebab Dia saja yang sanggup “ menjadikan segala-galanya baik” (Mrk 7: 37).
Suami istri dan anak-anak meletakan dasar kebersamaan bukan pada
kecocokan melainkan pada iman. Kerena membangun kebersamaan karena iman,
maka Allah sendiri yang menjadikan setiap anggota di dalam keluarga menjadi
baik pada saatnya. Keluarga-keluarga yang kemudian membentuk lingkungan
menjadi
basis
yang
berkualitas
jika
membiasakan
diri
menmbangun
KOMUNIKASI IMAN diharapkan mampu memberikan sumbangan positif bagi
tingka laku anak, sehingga anak juga semakin mengenali dan mendalami tingka
lakunya sebagai katolik baik itu di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
f. Aspek Kateketis dalam Pola Komunikasi orang tua
Suami-isteri Katolik adalah sepasang pria dan wanita yang telah disatukan
oleh Allah, sehingga mereka “tidak lagi dua melainkan satu” (Mat 19). Maka
mereka berdua merupakan satu pasangan yang berkenan pada Allah dan terhormat
di mata masyarakat. Bila perkawinan mereka itu sah dan dilakukan oleh dua orang
yang telah dibaptis secara sah pula, maka perkawinan tersebut bahkan merupakan
sebuah sakramen, sebuah tanda dan sarana rahmat, sebuah lambang dari
“perkawinan suci” antara Kristus dan jemaatNya (Efesus 5).
Kepada mereka berdua itulah Allah menyerahkan anak, sebagai sebuah
“titipan” dariNya. Sebagai “titipan” Allah, dan sekaligus juga sebagai citra Allah,
setiap anak haruslah sepenuh-penuhnya mereka hargai, mereka cintai, mereka
asuh, dan mereka didik, sehingga kelak di kemudian hari ia mampu dan berhasil
mengasihi Allah dan sesamanya. Allah menghendaki bahwa orang tua menjadi
tempat
utama
bagi
lahir
dan berkembangnya setiap
anak.
Beliau
juga
menghendaki bahwa keluarga menjadi tempat pertama untuk pendidikan anak,
sebelum ia dididik lebih lanjut di sekolah dan di tempat-tempat yang lain. Dalam
rangka itu, kepada anak mereka, kedua orang tua diharap mau dan mampu
memberikan teladan dan ajaran tentang kebaikan dan kebenaran.
1. Tujuan dan isi Pendidikan Dalam keluarga
Sekalipun tidak ada tujuan pendidikan dalam keluarga yang dirumuskan
secara tersurat, tetapi secara tersirat dipahami bahwa tujuan pendidikan anak
dalam keluarga pada umunya adalah agar anak berkepribadian mantap, mandiri,
bertanggung jawab, selalu optimis, beragama, bermoral dan menjadi anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
masyarakat yang baik. Memperhatikan tujuan tersebut maka pendidikan keluarga
dapat dipandang sebagai persiapan ke arah kehidupan anak yang matang dan
dewasa
dalam
masyarakatnya.
Adapun
isi
pendidikan
keluarga
lebih
menitikberatkan pada penanaman nilai hakiki kehidupan, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai Agama
Pendidikan atau penanaman nilai agama dalam keluarga sangat penting
diberikan kepada anak, karena akan membimbing anak ke arah
kebahagiaan duniawi dan surgawi. Penanaman dasar keimanan akan Allah
sebagai satu-satunya penyelamat merupakan hal pokok, didukung dengan
giat berdoa, rajin mengikuti perayaan ekaristi dan kegiatan rohani lainnya.
Hal ini harus dilakukan oleh orang tua dengan penuh tanggung jawab,
sabar, tawakal. Selain itu, unsur yang paling penting adalah orang tua
harus menunjukan teladan hidup yang baik di tengah-tengah keluarga dan
masyarakat.
b. Nilai Moral
Penanaman nilai moral lebih pada pembiasaan anak untuk bersikap atau
berperilaku sopan dan santun terhadap orang tua dan anggota keluarga
lainnya. Tutur kata yang halus dan sapaan yang baik harus ditanamkan
sejak dini pada diri anak di dalam keluarga. Orang tua pun harus memberi
pengertian dan contoh perilaku yang bermoral dan perilaku yang tidak
bermoral serta akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
ini sikap keteladanan orang tua sangat diharapkan agar anak mempunyai
figur yang ideal dalam bersikap dan bertindak.
2.
Metode Orang tua Katolik dalam mendidik anak
Tentu banyak orang tua Katolik sudah tahu bagaimana cara mendidik
anaknya. Tetapi tidak sedikit juga yang merasa kesulitan untuk mendidik atau
mengajar anaknya.Pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua katolik bukan
jaminan bagi efektifnya orang tua untuk mendidik anaknya.Karena itu orang tua
katolik perlu mengenal beberapa unsur perilaku yang harus dimiliki sebagai orang
tua dalam mendidik anaknya. Unsur itu adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan Waktu Bagi Anak
Orang tua perlu menyediakan waktu secukupnya untuk membangun relasi
yang harmonis dengan anak. Metode pendidikan apapun yang diberikan
oleh orang tua, baru bias dilaksanakan bila orang tua bersedia untuk ada
bersama dengan anak-anaknya. Meskipun orang tua sangat sibuk dengan
urusan ekonomi rumah tangga, politik, dan sebagainya,anak mesti tetap
harus mendapat prioritas utama karena anakn dalamn usia manapun sangat
membutuhkan kehadiran dan pendampingan dari orang tuanya.
b. Membangun pola Komunikasi yang tepat dan akrab
Hanya dengan pola komunikasi yang tepat dan akrab dalam keluarga, relasi
yang akrab antara orang tua dan anak dapat terbina. Maka dengan demikian
anak dapat dibantu menuju kematangan pribadi.
Komunikasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
dimaksud mengandaikan adanya demokrasi, hal mana yang ditonjolkan
adalah unsur musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam iklim yang
demokratis dalam keluarga setiap anak merasa bebas untuk mengeluarkan
pendapat dan keinginannya, dan bahw aanak juga akan semakin percaya diri
(self confidence).
c.Efektif Dalam Memecahkan Masalah Anak
Mengatasi kenakalan dalam cara mendidik anak juga merupakan hal yang
tidak dapat diabaikan begitu saja.
Bukan berarti memecahkan masalah
harus selalu dengan memberikan hukuman pada sang anak. Karena cara
demikian justru akan membawa dampak lain bagi anak yakni anak merasa
minder dalam pergaulan sosial dan tidak percaya diri, bimbang dan selalu
bergantung. Akan tetapi usaha mengatasi kenakalan anak bias diatasi
dengan cara menghentikan perhatian yang berlebihan dan memberikan
pujian yang pantas ketika anak melakukan hal-hal yang baik. Dengan cara
demikian orang tua menunjukkan sikap adil atas hidup anaknya.
b. Hakekat Pendidikan Nilai dalam kelurga
Dalam kehidupan di tengah dunia, manusia selalu saja dirundung suka dan
duka. Ditengah kesulitan itu karya pendidikan kristiani memberi tugas kepada
orang tua untuk melatih dan mendidik anaknya dengan nilai-nilai hakiki hidup
manusia. Anak harus menjadi dewasa dengan sikap bebas yang tepat terhadap
barang-barang jasmani, menjalani hidup sederhana dan harus yakin bahwa dirinya
jauh lebih berharga dari pada apa yang dipunyainya. Dalam menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
masyarakat yang diguncang oleh ketegangan dan pertentangan nilai akibat sikap
individualisme dan egoisme, anak harus diperkaya tidak hanya dengan kesadaran
atas persaudaraan, solidaritas, keadilan yang sejati tetapi juga cinta kasih. Karena
itu keluarga mempunyai tugas penting untuk menjadi guru yang membimbing dan
mengajar anak-anak mengenal dan berpedoman pada nilai-nilai keutamaan,
kebenaran dan juga kebajikan katolik. Dengan demikian keluarga mempunyai
peran untuk menjadi guru yang memberikan pendidikan nilai bagi anaknya.
Pendidikan kemurnian sungguh hakiki. Sebab kemurnian merupakan
keutamaan yang mengembangkan kematangan sejati seseorang dan membuatnya
mampu menghormati dan memupuk makna kehidupan keluarga. Bagi orang tua
Katolik, tugas mendidik anak merupakan tugas untuk turut serta dalam karya
penciptaan Allah yang khas diterimanya dalam dan melalui sakramen perkawinan.
Kesadaran orang tua akan perutusan dan panggilannya mendidik anak
dalam sakramen perkawinan akan membantu orang tua untuk bertanggung jawab
dalam mendidik anak dihadapan Allah. Sebab Allah sendiri yang memberikan
mereka tugas dan perintah untuk mendidik anak secara benar menurut nilai-nilai
keutamaan yang baik dan benar.
Pendidikan nilai bagi anak dapat dilakukan dan diajarkan dalam
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian keluarga
merupakan sebuah lembaga pendidikan nilai yang pertama bagi anak. Karena itu
orang tua mempunyai tugas untuk menciptakan kondisi dan situasi yang dapat
mendorong anak belajar tentang nilai-nilai keutamaan, kebenaran dan makna
esensial dari kehidupan sebagai orang Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
a. Pendidikan Nilai Sebagai Proses Komunikasi
Keluarga merupakan suatu unit dasar kehidupan yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak. Dasar kehidupan keluarga harus dibangun pada
suatu relasi yang akrab atas dasar saling membutuhkan dan saling
melengkapi dalam semangat cinta kasih.
Orang tua perlu menciptakan situasi kehangatan dalam rumah
tangga sehingga anak-anak benar-benar betah tinggal di rumah.Aspek
yang perlu demi kepentingan ini adalah komunikasi antara sesama anggota
keluarga.Komunikasi yang akrab, tulus, terbuka dan dalam semangat cinta
kasih mengantar anggota keluarga pada kebahagian baik secara individu
maupun bersama sebagai satu keluarga.
Secara teologis, komunikasi yang harus dibangun dalam keluarga
katolik, mempunyai dasar yang kuat dalam tindakan Allah. Sebab Allah
orang Kristen (Katolik) adalah Allah yang mengkomunikasikan diriNya
kepada umatnya. Puncak komunikasi Allah kepada umatnya terwujud
dalam pribadi Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia. Tujuan
komunikasi Allah atas umatnya tidak lain agar manusia mengenalNya,
menciptakan relasi yang akrab denganNya dan mengharapkan umatNya
menanggapai komunikasi Allah itu dengan iman akanNya. Sebab melalui
Kristus, Allah telah mengkomunikasikan dirinya tanpa menyembunyikan
apapun dari umatNya.
Komunikasi Allah dan umatNya merupakan model yang harus
ditiru oleh orang katolik dalam membangun komunikasi dalam keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Komunikasi yang jujur dalam keluarga membantu suami dan istri
menghayati isi janji pernikahan untuk saling menguduskan dalam situasi
apapun. Selain sebagai model, Allah yang mengkomunikasikan diriNya,
juga merupakan kekuatan bagi keluarga. Dalam kekuatan Allah, suamiistri, orang tua dan anak saling menerima api komunikasi Allah.
Pendidikan nilai akan berjalan secara benar dan efektif bila ada
komunikasi yang akrab antara anggota keluarga dalam terang api Ilahi
Allah.
b.
Model Dasar Komunikasi Keluarga
Komunikasi dalam keluarga akan terbangun dengan baik jika tiap
anggotanya
melepaskan
diri
dari
sikap
egoisme.
Komunikasi
membutuhkan sikap saling mendengarkan dengan penuh kasih sayang,
saling memahami dan terbuka satu sama lain. Demi mencapai komunikasi
yang baik dalam keluarga, maka pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi dalam keluarga, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1). Keyakinan
Pertama-tama harus mempunyai keyakinan bahwa komunikasi dan apa
yang dikomunikasikan berguna dan bermanfaat bagi dirinya dan lawan
bicaranya. Orang tua dan anak-anak penting memiliki keyakinan bahwa
komunikasi yang baik dan tepat dalam keluarga dapat membangkitkan,
meneguhkan, menyempurnakan dan memotivasi semangat berbagi demi
mendorong pertumbuhan dan perkembangan laju pendidikan nilai dalam
dirinya dan keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
2). Sikap Menerima
Komunikasi identik dengan dialog yang menuntut intensitas dan totalitas
dalam
berkomunikasi.
Oleh
karena
itu
anggota
keluarga
yang
berkomunikasi membutuhkan sikap saling menerima dalam mendengarkan
satu dengan yang lainnya. Sikap saling menerima satu sama lain akan
mendorong keharmonisan dan keterbukaan bagi anggota keluarga, orang
tua dan anak dalam keluarga.
3). Menghargai
Menghargai lawan bicara mengambarkan bahwa kita adalah subyek yang
berpribadi. Tindakan menghargai itu dapat dilakukan dengan belbagai
cara, misalny; tidak memotong pembicaraan, memberikan tanggapan
setelah pembicaraanya selesai. Dengan cara ini, lawan bicara akan merasa
dihargai, diterima tanpa adanya prasangka buruk. Sikap model ini perlu
juga dikembangkan dalam keluarga. Artinya tiap anggota keluarga, baik
orang tua maupun anak-anak mempunyai hak yang sama dalam berbicara
dan menyatakan pendapat.Meskipun demikian orang tua tetap mempunyai
point lebih, karena orang tua adalah guru, pendidik sekaligus teman bagi
anak dalam keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
4). Kejujuran
Kejujuran merupakan salah satu sikap yang dibutuhkan dalam mendukung
adanya komunikasi yang baik dan tepat dalam keluarga.Bersikap jujur
dalam berkomunikasi berarti tidak berpura-pura dan percaya pada
pasangan bicara tanpa perasaan curiga. Kejujuran dalam berkomunikasi
dalam keluarga atau juga dalam hal lain akan membawa keluarga pada
sausana bahagia, tentram dan aman.
5). Mengerti
Membangun komunikasi sejati dalam keluarga membutuhkan pengertian
dan pemahaman tentang apa yang akan dikomunikasikan. Karena itu,
pihak yang terlibat dalam komunikasi perlu memahami beberapa hal
berikut untuk mendukung pelaksanaan komunikasi sejati antara lain;
Pertama: Memahami Ajaran Iman
Setiap keluarga katolik (orang tua) diwajibkan untuk tahu tentang
hakikat pendidikan iman katolik bagi anaknya. Sebab tidak mungkin ia
(orang tua) dapat mendidik anaknya tanpa ia tidak mengetahui apapun apa
yang ia ajarkan. Karena itu tiap orang tua katolik dituntut untuk beriman
teguh dan karenanya mampu mengajarkannya kepada anak-anaknya.
Kedua: Memahami Tujuan
Menyesuaikan pendapat, perasaan, atau kemauan yang berbeda
mengenai suatu hal yang perlu diselesaikan bersama dalam keluarga.
Ketiga; Memahami Persoalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Tiap mitra dialog atau mitra komunikasi dalam keluarga perlu
memahami persoalan yang dibicarakan baik oleh istri, suami, maupun oleh
anak-anak.
Pemahaman
mitra
dialog juga
berpengaruh
terhadap
berhasilnya komunikasi dalam keluarga.
Keempat; memahami nilai hidup yang dihayati mitra dialog
Tiap pribadi tentu mempunyai otonomi sendiri, meskipun satu
keluarga. Otonomi pribadi itu yang memungkinkan adanya prinsip dan
nilai-nilai yang dihayati secara berbeda dalam keluarga. Karena itu tiap
anggota keluarga harus rela dan berkorban untuk menghormati dan
memahami
nilai-nilai
yang
dianut
oleh
tiap
anggota
dalam
keluarga.Meskipun demikian keluarga harus tetap mempertahankan
kesatuan keluarga dalam pelbagai aspek.
c.
Sikap
Komunikasi
Dalam
Kaitan
Dengan
Perubahan
dan
Pembentukan Sikap
 Komunikasi Suami dan Istri
Suami istri merupakan dua individu yang menjadi peletak dasar
komunitas keluarga. Perkawinan menyatukan mereka dalam keluarga,
untuk membangun kehidupan rumah tangga. Suami dan istri harus
mendasari kehidupan rumah tangga mereka dengan semangat cinta kasih.
Cinta kasih antara suami dan istri harus dipupuk, disemai, dipelihara dan
dikembangkan hingga berbuah kebajikan hidup dalam keluarga.
Cinta kasih yang menjadi dasar kehidupan keluarga, juga harus
mendasari komunikasi antara suami dan istri dalam keluarga. Komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
dalam semangat cinta kasih antara suami dan istri dapat mendorong
pengenalan diri masing-masing secara lebih mendalam. Demi mencapai
tujuan itu, suami dan istri harus mampu membangun kejujuran,
keterbukaan, kerelaan dan kesediaan untuk berkomunikasi satu sama lain.
Jika hal ini terjadi, maka komunikasi yang efektif dalam keluarga akan
menjadi sumber kehidupan dalam keluarga.
d. Komunikasi Orang Tua dan Anak
Tingkat
intensitas
komunikasi
orang
tua
dengan
anak
dapat
mempengaruhi perubahan dan perkembangan kepribadian anak. Karena itu
orang tua dan anak perlu menggembangkan budaya pola komunikasi yang
terbuka satu dengan yang lain. Orang tua yang jarang berkomunikasi dengan
anak dengan bermacam-macam alasan akan membawa dampak buruk
terhadap perkembangan kepribadian dan sikap anak. Misalnya, orang tua
yang terlalu sibuk dalam pekerjaannya akan kekurangan waktu untuk
berkomunikasi dan mendidik anaknya. Akibatnya kepribadian dan sikap anak
tidak dapat dikontrol dengan baik. Padahal anak-anak membutuhkan
perhatian, pendidikan, kehangatan, dan kedamaian di tengah keluarga.Karena
itu orang tua wajib untuk mempunyai cukup waktu untuk ada bersama dengan
anaknya, menjadi guru, sahabat dan pendamping bagi mereka.
Orang tua adalah guru dan pendidik utama dalam keluarga. Peran itu
hanya dapat dilakukan jika orang tua mempunyai waktu untuk bersama
anaknya. Orang tua yang bijak akan memanfaatkan waktunya itu secara tepat
dalam mengkomunikasikan nilai-nilai yang harus dipelajari dan dipraktekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
anaknya dalam hidup. Karena itu orang tua mempunyai peran sebagai
fasilitator nilai bagi anak, dan anak diharapkan mempunyai kesadaran dan
niat baik untuk senantiasa berubah dalam hidup.
5. Peran keluarga dalam proses pendidikan nilai bagi anak katolik
Keluarga katolik menemukan dasar panggilannya untuk mendidik anaknya
dalam rencana Allah pencipta dan penebus yang tidak hanya memperhatikan diriNya sendiri tetapi juga apa yang harus dilakukanNya bagi orang lain. Tugas
mendidik anak harus dilakukan keluarga dalam panggilan sebagai keluarga katolik
menurut panggilan Allah.Karena itu keluarga harus kembali ke “asal- usul” karya
penciptaan Allah.Tujuannya agar keluarga katolik menemukan dirinya dan
tugasnya dalam mendidik anaknya dalam iman dan nilai-nilai katolik.
Keluarga katolik mempunyai tugas perutusan untuk makin menjadi
sesuatu sesuai dengan hakikatnya yakni hidup dalam kasih, dalam satu usaha yang
akan mencapai pemenuhan di dalam kerajaan Allah sebagaimana hal itu
diciptakan dan ditebus. Jika demikian keluarga mempunyai tugas perutusan untuk
menjaga, menyatakan dan menyampaikan cinta kasih Allah kepada anaknya.
Dengan cara demikian keluarga (orang tua) katolik telah berpartisipasi dalam
menyatakan kasih Allah atas anak-anaknya dan kasih Kristus bagi Gereja
mempelaiNya.
Orang tua memang merupakan pihak yang paling bertanggung jawab
dalam mendidik dan mendewasakan anaknya. Karena itu orang tua dituntut untuk
berupaya maksimal dalam mendidik anaknya dengan cara tepat, efektif dan terus
menerus. Artinya orang tua tidak boleh menyerahkan begitu saja tanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
jawabnya dalam mendidik anak kepada pengasuh anak, pembantu, guru di sekolah
ataupun pihak lain. Orang tua dituntut untuk terus menjadi pendidik bagi anaknya
sampai anak itu menjadi matang dalam kepribadian dan menginternalisasikan apa
yang baik dari pendidikan nilai yang diterimanya baik dari orang tua, guru di
sekolah maupun dari lingkungan masyarakat.
Orang tua sebagai penanggung jawab dalam memberikan pendidikan nilai
bagi anak juga harus mempunyai kemampuan memotivasi anaknya agar
bersemangat mempelajari nilai-nilai moral, etika dan agama yang diajarkannya.
Motivasi yang baik, yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya membantu
anak-anak untuk memahami dan menghayati nilai-nilai yang diajarkan orang tua
atas anaknya. Orang tua juga harus mempunyai kedekatan secara pribadi dengan
anaknya. Dengan cara itu orang tua dapat dengan tepat memahami apa yang
terjadi dan yang dilamai oleh anaknya dan dapat segera mencarikan jalan
keluarnya. Sebab tidak ada orang lain yang bisa lebih dekat dengan seorang anak,
kecuali orang tuanya. Karena itu orang tua diharapkan menjadi orang pertama
yang mengetahui masalah yang menimpa anaknya dan sekaligus menjadi
penolong atas anaknya. Dengan cara itu orang tua mampu menjadi penolong,
pendidik dan pendorong bagi anak agar lebih bertanggung jawab dalam hidup.
Peran orang tua dalam mendidik anak merupakan panggilan yang diterima
oleh setiap orang tua katolik dari Allah.Panggilan Allah ini tidak boleh
diabaikan.Karena itu orang tua dalam proses mengajarkan pendidikan nilai bagi
anaknya tidak boleh melupakan panggilannya itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Tugas orang tua katolik dalam memberikan pendidikan nilai bagi anaknya
berakar dalam panggilan utama orang tua yang menikah untuk mengambil bagian
dalam karya penciptaan Allah. Orang tua mempunyai tugas untuk pribadi baru
dalam dirinya dalam kerja sama dengan rahmat Allah, melahirkan individu baru
ke dunia sekaligus bertanggung jawab dalam mendidiknya. Tugas orang tua
selanjutnya adalah agar individu baru (anak) yang dilahirkan ke dunia sungguhsungguh mampu hidup sepenuhnya sebagai manusia yang bernilai dan
bertanggnung jawab.
Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka
mereka terikat kewajiban yang amat berat untuk mendidik anak-anaknya.
Kewajiban orang tua mendidik anaknya merupakan hal yang esensial sebab
berkaitan dengan hak anak untuk meneruskan hidup.Pendidikan yang diberikan
oleh orang tua atas anaknya tidak tergantikan oleh siapapun. Sebab orang tua
mendidik dengan cara yang khas yaitu dengan penuh kasih sayang yang tidak
dapat digantikan dan dilimpahkan kepada siapapun.
Peran keluarga kristiani (katolik) dalam mendidik dan melatih pendidikan
nilai bagi anaknya mempunyai tempat yang sangat pending dalam karya pastoral
Gereja. Dengan mendidik anaknya secara baik dan benar, keluarga katolik telah
ikut dan mendukung karya pastoral Gereja. Sebab Gereja dan karya pastoralnya
juga mempunyai kewajiban untuk memperhatikan segala upaya yang mendukung
bagi terselenggaranya pendidikan. Karena itu penting bagi keluarga katolik untuk
bekerja sama dengan jemaat kristiani yang lain, juga dengan para pendidik dan
tenaga pastoral. Kerja sama itu ditujukan agar orang tua mendapat informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
sekaligus metode yang tepat dalam mendidik anaknya sesuai dengan ajaran iman
dan nilai-nilai katolik.
Tradisi iman katolik mengajarkan bahwa pribadi manusia jauh lebih
berharga dari apapun.Tradisi iman ini justru mendapat tantangan sebaliknya dari
nilai kehidupan saat ini. Zaman sekarang orang lebih memperhatikan kehidupan
yang penuh dengan harta benda, kekayaan, uang dan materi lainnya daripada
pribadi manusia itu sendiri. Tugas orang tualah yang akan melindungi anaknya
dari pengaruh buruk hidup zaman ini. Orang tua harus bisa mengajarkan nilai
kristiani kepada anaknya.Bahwa nilai pribadi manusia jauh lebih berharga dari
kekayaan apapun di dunia.Karena itu orang tua perlu mengajarkan hidup
sederhana, peka, tanggung jawab, solider, dan disiplin pada anaknya dalam
lingkungan hidup keluarga.
Tugas orang tua dalam mendidik nilai kristiani kepada anaknya senada
dengan misi Allah yang ingin menjadikan semua bangsa sebagai muridNya. Maka
orang tua wajib untuk memperlihatkan kepada anak-anak tentang nilai cinta
Tuhan Yesus akan pribadi mereka. Tindakan ini harus didukung dengan kesadaran
bahwa Tuhan Yesus telah memberikan kepercayaan kepada tiap ornag tua untuk
mendidik anak-anaknya sebagai saudara-saudara Yesus.
Maksud pendidikan nilai kristiani yang diberikan orang tua kepada
anaknya antara lain untuk; pertama: mengajarkan anak-anak tentang misteri
keselamatan dan peran nilai keselamatan yang mereka terima dari Tuhan Yesus
dalam aktivitas hidup mereka sehari-hari, kedua: melatih anak-anak untuk hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
sesuai dengan ajaran iman kristiani, menjadi orang yang berbudi baik, sederhana,
toleran dan penuh tanggung jawab dalam semangat cinta kasih.
Orang tua yang sungguh- sungguh menjalankan tugasnya sebagai pendidik
utama dalam keluarga telah menjadi bentara pesan injil Tuhan Yesus yang
pertama dan utama. Orang tua dapat menjalankan tugas ini jika ia sendiri
mengalami keteraturan hidup dan berdisiplin diri dalam kehidupan hariannya.
Dengan cara demikian ia dan sikapnya menjadi acuan bagi anak-anak dalam
belajar untuk menjadi pribadi yang dewasa. Cara demikian merupakan
pengabungan pelbagi nilai untuk diinternalisasikan oleh subyek didik.
Keluarga-keluarga Kristiani juga dapat menyebarkan nilai-nilai Kristiani
melalui teladan hidup yang berdasarkan nilai kebenaran, kebebasan, keadilan,
cinta kasih dengan melibatkan diri secara aktif dan bertanggung jawab dalam
pertumbuhan anak,dan dalam hidup masyarakat dan lembaga yang benar-benar
manusiawi.
a. Pemberian Teladan Hidup
Melahirkan anak-anak itu tidaklah terlalu sulit. Yang lebih sulit adalah
membuat mereka menjadi orang-orang yang baik. Untuk itu, orangtua
harus memberikan teladan hidup yang baik. Kalau orangtua ingin bahwa
anak-anak mereka menjadi orang-orang yang rajin, ramah, dan saleh,
mereka harus memberikan teladan kerajinan, keramahan dan kesalehan.
Tidak seorang pun dapat memberikan suatu hal yang tidak dipunyainya.
Orangtua yang menginginkan anak-anak mereka menghargai sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
haruslah terlebih dahulu membuktikan bahwa mereka berdua saling
menghargai dan juga menghargai anak-anak mereka.
b. Perhatian dan Kasih Sayang
Setiap orang membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain.
Anak-anak pun membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Tetapi, tentang
hal ini, haruslah disadari betul bahwa memperhatikan dan mengasihi
tidaklah berarti memanjakan. Orangtua yang memanjakan anak-anak
justru membuat mereka menjadi orang-orang yang “lembek” orang-orang
yang tidak memiliki “semangat juang”. Mereka tidak tahan banting dan
mudah menyerah terhadap tantangan.
c. Suasana yang Demokratis
Pendidikan anak-anak sebaiknya berlangsung dalam suasana yang
demokratis. Di sana ada komunikasi dua arah. Anak-anak tidak suka
dididik dalam suasana komunikasi yang bersifat monolog, satu arah saja.
Orangtua tidaklah serba tahu. Dalam dialog itu, orang tua hendaknya
menciptakan suasana yang membuat anak-anak berani mengemukakan
pendapat dan mengungkapkan emosi mereka. Selain itu, anak-anak
sebaiknya dibantu agar mereka siap mempertanggungjawabkan semua
tindak-tanduk mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
g. Aspek kateketis Kepercayaan diri
Rasa percaya diri kita didasarkan kepada nilai yang ditempatkan oleh
Tuhan di dalam kita. Ada dalam Alkitab, jika aku melihat langit-mu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga
Engkau
mengingatkannya?
Apakah
anak
manusia,
sehingga
Engkau
mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,
dan telah memahlkotainya dengan kemuliaan dan hormat. ( Mazmur 8:3-5).
Tuhan menilai kita berdasarkan karakter-Nya, bukan kita. Ada dalam
Alkitab, ia menegakan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang
yang miskin dari lumpur, untuk mendudukan diri bersama-sama dengan para
bangsawan bangsanya ( Mazmur 113:7-8). Kita senantiasa barada dalam pikiranNya. Kita bernilai di mata Allah. Dalam Alkitab dikatakan, bukankah burung pipit
dijual lima ekor dua duit? Sungggupun demikian tidak seekorpun dari padanya
yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena
itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. (Luk
12:6-7). Kunci akan penilaian yang jujur dan tepat adalah mengetahui dasar dari
harga diri identitas kita didalam Kristus. Dalam Alkitab, berdasarkan kasih
karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepadamu setiap orang
diantara kamu: janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada
yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga
kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada
kamu masing-masing. ( Roma 12:3). Meletakan kepercayaan kepada Tuhan
memampukan kita melakukan segala sesuatu dengan penuh percaya diri, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
bertanggung jawab, sebab kita percaya bahwa Tuhan selalu menyertai dan
membuat kita aman dalam situasi apapun. Tuhan senantisa menganugerahkan
rahmat keselamatan kepada umat yang percaya pada-Nya.
Kepercayaan diri seseorang juga dapat terbentuk melalui katekese atau
pembinaan iamn umat. Misalnya melalui doa-doa, latihan-latihan, aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan kerohanian, belajar bertanggung jawab, berpikir positif,
mengikuti Ekaristi, dan latihan-latihan lainnya yang dapat mengembangkan
imannya. Didalam Katekese, umat saling berbagi sehingga terjadilah komunikasi
iman yang baik yang sungguh membantu setiap pribadi sehingga umat semakin
menghayati imannya dalam kehidipannya setiap hari.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa keterbatasan,
kekurangan dan hambatan sebagai berikut:
1.
Data yang diperoleh diasumsikan bahwa responden menjawab sesuai dengan
keadaan dan pengalaman yang sebenarnya sehingga kebenaran data dapat
dilacak. Bila responden tidak menjawab sesuai dengan realita yang
sebenarnya, kesimpulan dapat berbeda dan kebenaran dan kebenaran data
tidak dapat dilacak.
2.
Peneliti mempunyai keterbatasan waktu sehingga saat pengisian kuisioner,
peneliti tidak ikut mengawasi responden. Petunjuk yang ada dalam kuisioner
bisa kurang dimengerti oleh responden, sehingga dalam pengisian kuioner
dapat keliru. Peneliti tidak sempat melakukan perbaikan item pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
yang tidak valid dan tidak mengedarkan lagi kuisioner kepada responden
yang tidak masuk sekolah pada hari pengisian kuisioner.
3.
Peneliti juga mengalami keterbatasan dalam kemampuan dan pengetahuan
dalam membuat pertanyaan kuisioner yang belum sepenuhnya mewakili
indikator pada setiap variabel.
4.
Peneliti mempunyai keterbatasan dalam mencari sumber buku-buku acuan
yang mendukung dalam penelitian ini.
5.
Peneliti mempunyai keterbatasan waktu untuk mengadakan penelitian
dilapangan sehingga data yang diperoleh juga terbatas. Selain itu peneliti juga
sulit mencari waktu untuk mengadakan penelitian di lapangan, oleh karena
jam pelajaran yang penuh.
6.
Peneliti juga mengalami tantangan untuk mencari waktu yang tepat dalam
menyusun skripsi dan mengolah data yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan saran dari keseluruhan
permasalahan skripsi ini. Pada bagian kesimpulan dipaparkan rangkuman dari
hasil penelitian dan pembahasannya sebagai jawaban dari permasalahan yang
telah dikemukakan sebelumnya. Sedangkan pada bagian saran, dibahas mengenai
usulan yang berkaitan dengan pengembangan pola komunikasi orang tua.
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil
penelitian, penulis
dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Komunikasi merupakan cara menyampaikan pesan secara tepat dan teliti baik
melalui pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti dan makna
yang dapat dimengerti, dipahami serta menghasilkan perubahan dalam diri
yang dapat ditunjuk. Ada dua pola komunikasi yaitu pola komunikasi terbuka
dan pola komunikasi tertutup.
a. Pola komunikasi terbuka : Pesan komunikasi yang tepat, penuh
perhatian, penuh kasih sayang, sehingga proses tersebut mencapai
pada komunikasi yang efektif.
b. Pola komunikasi tertutup : Proses komunikasi orang tua yang dalam
pengasuhannya sangat kaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk menyakini terhadap
segala aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan
sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya maupun situasi yang
dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya.
2.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai mean dari pola komunikasi orang
tua sebesar 128.0300 Dari data tersebut diketahui pula rata-rata pola
komunikasi orang tua dengan harga mean 128,030 Std. Deviation 11,785.
Untuk range adalah 73 dengan skor maximum 163 dan minimum 90.
Sedangkan untuk nilai tengah (median) 128,00, nilai yang sering muncul
(mode) 122 dan untuk nilai sum adalah 12803. Keseluruhan deskripsi data di
atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh positif pola
komunikasi orang tua dengan anak.
3.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai mean dari kepercayaan diri sebesar
194.9600. Dari data tersebut diketahui pula rata-rata kepercayaan diri
dengan harga mean 194. 460 Std. Deviation 16.53702. Untuk range adalah
100.00 dengan skor maximum 241.00 dan minimum 141.00. Sedangkan untuk
nilai tengah (median) 195.5000, nilai yang sering muncul (mode) 204.00 dan
untuk nilai sum adalah 19496.00. Keseluruhan deskripsi data di atas
menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh positif pola
komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa.
4.
Dari hasil uji hipotesis, diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,000 (<0,05)
yang berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu pola komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
orang tua terhadap variabel terikat yaitu kepercayaan diri. Sedangkan dari
hasil uji regresi, diketahui bahwa pola komunikasi orang tua berpengaruh
terhadap kepercayaan diri dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar
0,253 atau 25%. Hasil tersebut diperoleh dari hasil perhitungan regresi data
pola komunikasi orang tua sebagai variabel X dengan keprcayaan diri sebagai
variabel Y, yang menghasilkan rumus persamaan regresi yaitu Y = 28,149 +
0,303X. Artinya setiap penambahan nilai pola komunikasi orang tua sebesar 1
poin, maka nilai kontrol diri bertambah 28,149 + 0,303.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan proses pola komunikasi
orang tua dan kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2015-2016. Setelah melaksanakan penelitian tersebut, penulis
mengusulkan beberapa saran sebagai berikut:
1.
Untuk orang tua siswa
a. Sehubungan dengan besarnya pengaruh pola
komunikasi orang tua
terhadap kepercayaan diri siswa, yaitu sebesar 25% maka orang tua
diharapkan mampu memilih dan mempertimbangkan cara yang tepat
yang akan digunakan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak
terlebih dahulu, karena kekeliruan atau kesalahan orang tua dalam pola
komunikasi dengan anak dapat menghambat kemampuan anak dalam
memahami pesan yang disampaikan psikopatologi pada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
b. Orang tua diharapkan semakin meningkatkan pola komunikasi yang
tepat dan terbuka. Semakin orang tua terbuka terhadap anak, anak
semakin merasa dihargai dan semakin percaya diri. Beberapa cara yang
mengacu pada pola komunikasi terbuka, antara lain adalah dengan:
1) Memberi pujian ketika anak mendapat nilai yang bagus dan bisa
mengikuti aturan yang disampaikan orang tua.
2) Memberi penghargaan ketika anak berhasil melakukan prososial,
seperti berbagi dengan teman, mau menunda keinginannya,
bersikap dan berbuat baik.
3) Memberi anak kesempatan untuk memberikan penjelasan ketika
anak berbuat salah dan mengasosiasikan hukuman yang akan
anak peroleh terlebih dahulu agar tercipta suatu pola komunikasi
yang tepat.
4) Menunjukan sikap penuh kasih sayang, keterbukaan, simpatik,
dialogis dan konsisten terhadap suatu prinsip yang diajarkan
kepada anak.
5) Memberi waktu khusus untuk anak, mendampingi, mendengarkan
keluh kesah anak dengan penuh rasa empati.
6) Bersikap sejajar, artinya: orang tua tidak merasa lebih berkuasa
dibandingkan anak.
7) Menghargai perbedaan dan mengarahkannya secara halus.
2.
Untuk pihak sekolah, memberikan pembinaan kepada orang tua yang
anaknya perlu diperhatikan secara khusus. Hal ini dimaksudkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
menjalin kerja sama yang sinergis antara pihak sekolah dan orang tua
siswa dalam membina salah satu bagian kehidupan perkembangan
psikologis siswa, demi menghasilkan generasi yang memiliki kepercayaan
diri yang kuat dalam dirinya. Dalam pembinaan tersebut pihak sekolah
mengundang nara sumber yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang
komunikasi dan psikologi anak.
3.
Bagi peneliti, disarankan untuk meneliti secara cermat dan melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya aspek lain yang mempengaruhi serta
faktor pendukung dari pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap rasa
percaya diri anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, H.,dkk. (1999). Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Abdul Rosyad Shiddiq dan Ahmat Vathir Zaman, (2001) Jakarta: Pustaka AlKautsar.
Andayani, B., Afiatin, T. (1991). Konsep diri, Harga Diri dan Kepercatyaan diri.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ardianto, Elfinaro dan Komala Erdinaya Lukiati. (2005). Komunikasi Massa
Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Astuti, Sunar Ratri. (2008). Mendampingi anak menghadapi rasa takut. Penerbit
Kanisius Yogyakarta.
Azwar, S. (1989). Harga diri memepengaruhi kepercayaan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bahri, Syaiful. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga:
Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. (2009). Sosiologi Komunikasi, Teknologi Komunikasi Di
Masyarakat. Penerbit: Kencana Prenada Media Group.
Carnegie, Dale. (2005). Cara mencapai sukses sdalam memperluas pengaruh dan
pandai dan Bicara Penerbit cvpionir jaya Bandung.
Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Carrol, Lewis. (1994). Komunikasi antar pribadi. Rosda Karya Bandung.
Cholichul, Hadi. (2007). Tindakan Overprotective menghambat Kepercayaan diri.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daradjat. (1990). Ciri-ciri percaya Diri. Jakarta: Renaka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola komunikasi orang tua dan anak dalam
keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Deddy, Mulyana. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana.(1986). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fakhrudin, Umar. (2010). Mendidik anak menjadi Unggulan. Membaca dinamika
yang mengelilingi dunia anak. Penerbit Manika Books.
Frendly. (2002). Komunikasi dalam keluarga. Family altar : Jakarta.
Fine, Debra. (2007). Seni Memulai Pembicaraan & Membangun Ketrampilan
Networking.
Furchan, Arief H. (2005). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Penerbit
Pustaka Pelajar
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Rafika Aditama.
Hakim, Thursan. (2005). Pengertian Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Hambly, Kenneth. (1998). Bagaimana meningkatkan Rasa Percaya Diri. Alih
Bahasa: F.X. Budiyanto. Jakarta: Arcan.
Harris Clemes dan Reynold Bean. (2010). Membangkitkan Harga Diri Anak,
Terj. Anton Adiwiyoto, Jakarta: Mitra Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Hastuti. M.M. & Winkel. W.S: (2010) Bimbingan dan Konseling, Penerbit
MEDIA ABADI
Jacinta, F. Rini. (2002) Memupuk Rasa Percaya Diri. Jakarta : Mitra Utama
Khairudin, H.SS (2008). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: PT Liberty.
Lindenfield Gael. (1997). Pengertian Percaya diri. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
Lunardi, A.G. (2015). Komunikasi Mengena: Meningkatkan Efektifitas
Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Loekmono, L. (1983). Faktor yang menghambat perkembangan rasa Percaya
diri. Salatiga: Pusat Bimbingan Universitas Kristen Setya Wacana.
Martani, W.,Adiyanti,M.G.(1991). Kompetensi sosial dan Kepercayaan diri.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mastuti, I. (2008). Pengertian Kepercayaan diri. Jakarta: PT. Buku Kita.
Monk, dkk. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai
bagiannya. Tingkat Pendidikan mempunyai pengaruh dalam
menentukan Kepercayaan Diri. Yogyakarta: Gaja Mada University
Press.
Maurice Balson.(1993). Becoming A Better Parent, (Terj. H.M. arifin,)
Bagaimana menjadi orang tua yang baik. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.
Piet Go. R.P. (2007). Keluarga dan Hak-hak Azasi. Departemen Dokumentasi dan
Penerangan Konferensi Wali Gereja Indonesia. Jakarta, November.
Pratikno.(2000).Lingkaran-lingkaran komunikasi.Bandung: Alumni. Abu
Ahmadi, H., dkk., Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta.
Pratikto.(1983).Mencapai komunikasi yang efektif dan Efisien. Jakarta: Rineka
Cipta.
Priyatno Duwi. (2016) Belajar Alat Analisis Data dan cara Pengolahannya
Dengan SPSS Penerbit Gava Media.
Rakhmat, Jalaludin.(1982). Psikologi Komunikasi: Penerbit: Remaja Rosda karya
Bandung.
Riyanto, Theo (2002) Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta:
Grasindo.
Sugiono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit: Alfabeta Bandung.
Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno, Hadi.(2001). Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas psikologi UGM.
Suryabrata, Sumadi (1982). Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Surya. (2007). Kurang Percaya Diri disebabkan pola komunikasi yang buruk
dalam keluarga. Jakarta: PT Elex Media.
Telaumbanua, M. OFM Cap. (2005). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.
Tirman. ( 1982). Arti Komunikasi. Penerbit: PT Rosda karya Bandung.
Undang-Undang R.I. NOMOR 20 TAHUN 2003. Tentang SISDIKNAS.
Peraturan Pemerintah R.I. Tahun 2013. Tentang Standar Nasional Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Serta wajib belajar.
Walgito, Bimo.(1999). Psikologi Sosial. Suatu Pengantar. Penerbit: C.V Andi
Offset.
Widjaja, A.W.(1997) Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara
Wood, Julia.(1995). Komunikasi Interpersonal dalam keluarga. Interaksi
keseharian edisi revisi. Penerbit Salemba Humanika pribadi.
Wibowo, Wahyu. (2015). Konsep Tindak Tutur Komunikasi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Wulan Lukita Dewi, (1998) Tampil Dengan Penuh Percaya Diri, Jakarta: Handal
Niaga Pustaka.
Yohanes Pauluus II. ( 1992). Catechesi Tradendae. Seri Dokumen Gerejawi no.
28. ( R. Hardawiryana SJ, Penerjemah). Jakarta : Departemen
Dokumentasi dan Penerangan. KWI. ( Dokumen asli diterbitkan 16
Oktober 1979.
Download