PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Yosefina Hiasinta NIM : 121124019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahakan bagi: Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borrumeus (CB) iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO *Aku ini, jangan takut (Yoh 6:20) *Percayalah pada diri sendiri dengan begitu kamu akan berbuat banyak lebih dari yang diperkirakan *Tatkala hari kita tenang dan biasa, semua hari adalah hari pencerahan (Gede Prama) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Skripsi ini berjudul PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015-2016. Judul ini ditulis berdasarkan keingintahuan penulis akan bagaimana sumbangan pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016. Hal ini sangat perlu diketahui agar para orang tua memiliki kepedulian serta pijakan untuk melaksanakan dan membangun pola komunikasi yang tepat bagi anaknya. Orang tua bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anak guna mengembangkan keseluruhan eksistensi anak. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan biologis maupun kebutuhan psikologi seperti rasa aman, dikasihi, dimengerti sebagai anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis. Berdasarkan uraian tersebut rumusan Hipotesis yang dapat ditarik adalah Pola Komunikasi Orang tua berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif regresi. Dengan populasi siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 dan jumlah populasi 100 responden. Instrumen yang digunakan adalah skala sikap yang dikembangkan dalam 44 pernyataan mengenai pola komunikasi orang tua dan 21 pernyataan mengenai kepercayaan diri siswa. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikan 5%, N 100 responden siswa dengan nilai kritis 0,159 terdapat 41 item valid pola komunikasi orang tua dan 21 item valid kepercayaan diri siswa. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,754 yang berarti reliabilitas instrumen cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai mean pola komunikasi orang tua 128.0300 dan mean kepercayaan diri adalah 194.9600. kedua mean tergolong baik. Dari hasil uji regresi linear sederhana dengan taraf signifikan 5%, diperoleh nilai sebesar 0,253 (25,3%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari pola komunikasi orang tua (X) terhadap kepercayaan diri siswa kelas V (Y). Persamaan regresinya yaitu Y= 28.149 + 0,303X. Artinya setiap penambahan nilai pola komunikasi orang tua 1 poin, maka nilai kepercayaan diri siswa bertambah 28,149+0,303. Nilai signifikan 0,000 artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian disarankan agar pola komunikasi orang tua perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena sangat berguna atau bermanfaat bagi siswa di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT The litle of the thesis is THE INFLUENCE OF PARENTS’ COMMUNICATION PATTERN TOWARD THE SELF CONFIDENCE OF FIFTH GRADE STUDENTS OF TARAKANITA ELEMENTARY SCHOOL OF BUMIJO YOGYAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2015-2016. The title was chosen because of the writer’s curiosity on the contribution of parents’ communication pattern toward the self confidence of fifth grade students of Tarakanita Elementary School of Bumijo Yogyakarta in academic year 20152016. It is important to be known in by the parents, so that they doing and undertanding to do and develope communication in a good pattern. The parents have responsibility to meet their children’s needs to improve their existence, which cover biological needs and psychological needs like safety, being loved, and being understood, so that the children will grow appropriately. Based on this nation, the formulated hypotnesis is the parents’ communication pattern comes to play, on the self confidence of fifth grade student’s of Tarakanita Elementary School of Bumijo Yogyakarta in academic year 2015-2016. The research employed is a quantitative regression research. The research sample is the Fifth grade students of Tarakanita Elementary School of Bumijo Yogyakarta in academic year 2015-2016. The numbers of the sample are 100 students. The instruments is attitude scale which developed on 44 statements on parents’ communication pattern, and 21 statements on students’ self confidence. Based on validity test in the significance value of 5% N 100 respondents and in the has critical value of 0,159, 41 items regarding are value, and 21 items regarding confidence are valid. Which the reliability test alpha coefficient 0.754 it means the instrument reliability is high. The research result shows that the mean of parents’ communication pattern is 128,0300 and the mean of self confidence is 194,9600. Both means are good. From the result of linear regression test in 5 % significance the value of r 2 is 0,253 (25,3%) which means the positive influence of parents’ communication pattern (X) toward the self esteem of fifth grade students (Y) existed. The linear regression was Y = 28,149 + 0.303 X. It means that the adition of one point addition value onparents’ communication pattern will improve students self confidence 28.149+0.303. The significance value 0,000 means that H1 is accepted and H0 is rejected. Therefore, the parents’ communication pattern must be improved and developed because it is useful for the students in Tarakanita Elemantary School of Bumijo, Yogyakarta. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah membimbing, mendampingi, menyertai, menerangi, mencerahkan, dan menuntun penulis dengan rahmat kasih setia-Nya dan kemurahan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20152016. Penulis menulis skripsi ini karena penulis menemukan bahwa pola komunikasi orang tua di zaman ini sangatlah penting dan menjadi suatu tuntutan supaya anak bisa bertumbuh dan berkembang menjadi anak yang percaya diri. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untukmenempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu PendidikanKekhususan Pendidikan Agama Katolik. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat keterlibatan banyak pihak yang dengan setia membimbing, mendampingi denganpenuh kesabaran, serta kerelaan berbagi ilmu, pengalaman dan kemurahan hati untuk menyumbangkan gagasan dan saran, masukan serta kritikan yang membangun. Selain itu dukungan spiritual dalam bentuk doa dari para suster dan teman-temanyang semakin memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan setia. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada: 1. F.X. Dapiyanta, SFK, M. Pd., selaku dosen utama, yang telah menyediakan diri untuk membimbing, mendampingi, memperhatikan, x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menuntun, mendengarkan dengan penuh kesabaran, memberi semangat, menyumbangkan ide, masukan, dalam seluruh proses penulisan skripsi ini. 2. Y. Kristianto, SFK, M.Pd., selaku penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik, yang membimbing dan mendukung penulis dengan penuh perhatian selama masa perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 3. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum., selaku penguji III, yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai. 4. Drs. F.X. Heryatno W.W.SJ, MA selaku Kaprodi PAK yang dengan penuh ketulusan mendukung dan selalu memotivasi penulis selama penulisan skripsi ini. 5. Segenap Staf Dosen Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing, dan mendampingi penulis selama belajar hingga terselesaikannya sripsi ini. 6. Suster Provinsial beserta staf Dewan Pimpinan Provinsi Konggregasi Suster- suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus yang telah memberi kepercayaan dalam perutusan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 7. Para Suster, Romo, Bapak dan Ibu segenap organ Yayasan Tarakanita yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan diProdi PAK Universitas Sanata Dharma sampai selesai. xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Kepala Sekolah, guru, dan karyawan beserta siswa-siswi SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta yang telah memperkenankan penulis melakukan penelitian danmemberi kelancaran dalam pengumpulan data penelitian. 9. Para Suster Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeusyang telah memberikan dukungan dalam mengikuti pendidikan. 10. Teman-teman angkatan 2012-2013 yang telah memberikan perhatian,dukungan, masukan, sumbangan ide, saran, dan kerjasama yang baik selamamenjalani studi di Prodi PAK ini. 11. Sr. Magdelin CB, selaku pimpinan komunitas dan segenap anggota komunitas CB Pakuningratan yang telah memberikan dukungan, pengertian, waktu dan tenaga selama masa belajar hingga selesainya penulisan skripsi ini. 12. Siswa-siswi kelas V SD Tarakanita Bumijo yang telah mendukung penulis dengan mengisi kuisioner yang penulis edarkan. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telahmemungkinkan penulis menempuh dan menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. Semoga nama Tuhan semakin dimuliakan, dan sesama diabdi dengan tulus iklas sehingga semakin banyak orang mengalami kasih dan kelimpahan rahmat Tuhan dalam hidupnya. Penulis menyadari keterbatasan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembaca, khususnya bagi para orang tua yang selalu menaruh perhatian dan kasih sayang pada anaknya sehingga semakin menjadi pribadi yang mampu berkomunikasi dengan tepat serta berkembang dalam aspek kepercayaan diri. Yogyakarta, 29 Nopember 2016 Penulis, Yosefina Hiasinta xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… iv MOTTO …………………………………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………………….. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... vii ABSTRAK ………………………………………………………………. viii ABSTRACT ………………………………………………………………. ix KATA PENGANTAR …………………………………………………... x DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 9 B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 9 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9 D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 9 E. Metode Penelitian …………………………………………….. 11 F.Sistematika Penelitian …………………………………………. 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS …………………….. 14 …….…….………………………………….. 14 A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi secara umum ................................. xiv 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Fungsi-fungsi komunikasi.………………………………... 16 3. Pola komunikasi secara umum ............................................ 19 4. Komponen komunikasi ..................................................... 21 B. Komunikasi Dalam Keluarga ………………........................... 22 1. .............................................................................................P 22 engertian komunikasi dalam keluarga …………………….. 2. .............................................................................................F ungsi komunikasi keluarga orang tua dengan anak ……….. 24 26 29 35 3. .............................................................................................J 36 enis-jenis komunikasi dalam keluarga …………………….. 37 4. ..........................................................................................................................4 37 . Pola komunikasi orang tua dengan anak …………………… 39 5. ......................................................................................................................5 40 . Komponen komunikasi dalam keluarga ……………………. 40 40 6. .............................................................................................P entingnya Komunikasi antara anak dan orang tua ……….. 41 41 C. ...................................................................................................K epercayaan Diri ……………………………………………… 42 42 1...................................................................................................... P engertian Kepercaya Diri ……………………………….... 43 43 2. .............................................................................................J xv 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI enis-jenis Kepercayaan Diri ………………………………. 49 a. Kepercayaan Diri Batin ……………………………….. 54 55 1) ............................................................................. 57 Cinta diri ……………………………………. 59 2) .............................................................................P 59 emahaman diri …………………………….... 59 3) .............................................................................T 60 60 ujuan yang jelas……………………………… 60 4) .............................................................................B 61 erpikir Positif ……………………………..... 62 b. Kepercayaan Diri lahiriah………………………………. 62 1) Komunikasi ………………………………….. 62 2) Penampilan diri………………………………… 62 3) Pengendalian Perasaan…………………………. 62 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri……… 4. 63 C iri-ciri percaya diri ……………………………………… D. 64 P enelitian yang relevan………………………………………. E. xvi 64 65 K erangka Pikir……………………………………………….. 64 69 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI F. H 70 ipotesis ……………………………………………………. 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 74 A. 74 J enis Penelitian………………………………………………. B. 74 75 D esain Penelitian ……………………………………………. C. 75 76 T empat dan waktu Penelitian ……………………………….. 76 1. ..........................................................................................T 77 empat Penelitian……………………………………… 79 2. ..........................................................................................W 79 aktu Penelitian………………………………………. 79 D. ...................................................................................................P 80 opulasi dan Sampel Penelitian ……………………………… E. ................................................................................................... Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………………… 84 85 86 1. ..........................................................................................V 88 ariabel Penelitian………………………………………. 89 2. ..........................................................................................D 89 efinisi Konseptual Variabel............................................ 95 3. ..........................................................................................D110 efinisi Operasional Variabel…………………………… xvii 117 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. .................................................................................P126 ola komunikasi orang tua………………………. 151 b. .................................................................................K153 epercayaan Diri………………………………… 153 4. ..........................................................................................T155 eknik Pengumpulan Data……………………………….. 158 5. ..........................................................................................A lat Instrumen Penelitian ……………………………… (1) 6. ..........................................................................................I (2) nstrumen Pengumpulan data…………………………….. (3) 7. ..........................................................................................K (4) isi-kisi Penelitian ……………………………………… 8. ..........................................................................................P engembangan Instrumen………………………………. a. ................................................................................U ji Coba Terpakai……………………………… b. ................................................................................U ji Validitas…………………………………….. c. ................................................................................U ji Realibilitas…………………………………… 9. ..........................................................................................D eskripsi Data……………………………………………. a. ................................................................................V xviii (5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ariabel Pola Komunikasi Orang tua…………… b. ................................................................................V ariabel Kepercayaan Diri………………………. G. Uji Persyaratan Analisis……………………………………….. 1. ...........................................................................................U ji Normalitas Data …………………………………….. 2. ...........................................................................................U ji Linearitas Regresi…………………………………… 3. ...........................................................................................U ji Homogenitas ………………………………………... 4. ...........................................................................................U ji Homokedasitas……………………………………… BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………. A. Hasil Penelitian ………………………………………………….. 1. .............................................................................................U ji Persyaratan Analisis ………………………………….. a. .......................................................................................U ji Normalitas ………………………………………. b. .......................................................................................U ji Linearitas ………………………………………… c. .......................................................................................U ji Homogenitas …………………………………….. xix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d. .......................................................................................U ji Homokedasitas ………………………………….. 2. .............................................................................................A nalisis Deskripsi ………………………………………... 3. .............................................................................................D eskripsi Data …………………………………………… a. .......................................................................................P ola Komunikasi Orang tua ………………………… b. .......................................................................................K epercayaan Diri …………………………………… B. ......................................................................................................U ji Hipotesis……………………………………………………… C. ......................................................................................................P embahasan Hasil Penelitian…………………………………….. D. .....................................................................................................R efleksi Kateketis…………………………………….................. E. ......................................................................................................K eterbatasan Penelitian………………………………….............. BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………………….. A. .....................................................................................................K esimpulan………………………………………….………….. B. .....................................................................................................S aran …………………………………………………………… xx PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. LAMPIRAN ……………………………………………………………. Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ……………………………………. Lampiran 2 : Instrumen Penelitian …………………………………… Lampiran 3 : Data Awal Penelitian ………………………………….. Lampiran 4 : Teks wawancara Responden ………………………….. Lampiran 5 : Hasil Cheklist Responden …………………………….. DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. xxi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yoh : Yohanes Mrk : Markus Mat : Matius MZM : Mazmur B. Singkatan Dokumen Gereja CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. EN : Evangelii Nutiandi, Anjuran Apostolik Bapa Suci Paulus VI kepada Keluarga. Keluarga merupakan suatu tempat dimana Injil diteruskan. LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja. C. Daftar Singkatan Lain CB : Carolus Borromeus Ocarm : Ordo Carmel SJ : Sociatas Jesu Bdk : Bandingkan Dokpen : Dokumentasi dan Penerangan Hal : Halaman Dr : Doktor xxii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PAK : Pendidikan Agama Katolik KS : Kitab Suci KV II : Konsili Vatikan II KWI : Konsili Waligereja Indonesia No : Nomor Sr : Suster SD : Sekolah Dasar SMP : Sekolah Menengah Pertama UU : Undang –Undang Sisdiknas : Sistim Pendidikan Nasional RT : Rukun Tetangga RW : Rukun Warga N : Jumlah Responden ∑ : Jumlah Pertanyaan setiap Sub Variabel Penelitian Dafatar Tabel Tabel 1 : Jumlah Responden …………………………………….. Tabel 2 : Skor aiternative jawaban Variabel X dan Y…………… Tabel 3 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian…………………………. Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepercayaan Diri……….. xxiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 5 : Hasil Analisis Validitas variabel X…………………….. Tabel 6 : Hasil anlisis Validitas Variabel Y……………………… Tabel 7 : Hasil anlisis Reliability Statitistics Variabel X……… Tabel 8 : Hasil analisis Realibility Statitistics Variabel Y……….. Tabel 9 : Test of Normaliy Pola Komunikasi Orang Tua………... Tabel 10 : Test of Normality Kepercayaan diri…………………… Tabel 11 : Uji Linearitas…………………………………………... Tabel 12 : Uji Homogenitas……………………………………….. Tabel 13 : Descriptive Statistics…………………………………... Tabel 14 : Rangkuman Statististik Deskriptif pola komunikas orang tua……………………………………………….. Tabel 15 : Rangkuman Statistic pola komunikasi terbuka………… Tabel 16 : Deskripsi frekuentif pola komunikasi terbuka…………. Tabel 17 : Rangkuman Statistik pola komunikasi tertutup………... Tabel 18 : Deskriptif frekuentif pola komunikasi tertutup………... Tabel 19 : Statistik Kepercayaan diri……………………………… Tabel 20 : Statistic Cinta Diri …………………………………….. Tabel 21 : Deskripsi frekuentif Cinta Diri ……………………….. Tabel 22 : Statistik Pemahaman Diri……………………………… Tabel 23 : Deskripsi frekuentif Pemahaman Diri……………….. Tabel 24 : Statistik Tujuan yang jelas……………………………. Tabel 25 : Deskripsi frekuentif Tujuan yang jelas………………… Tabel 26 : Statistik Berpikir positif………………………………. xxiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 27 : Deskripsi frekuentif Berpikir Positif…………………. Tabel 28 : Statistik Komunikasi…………………………………. Tabel 29 : Deskripsi Frekuentif Komunikasi……………………... Tabel 30 : Statistik Penampilan Diri…………………………….. Tabel 31 : Deskripsi frekuentif Penampilan Diri……………….. Tabel 32 : Statistik Pengendalian Perasaan………………………. Tabel 33 : Deskripsi frekuentif Pengendalian perasaan…………… Tabel 34 : Descriptive Statistics …………………………………. Tabel 35 : Model Summary …………………………………… Tabel 36 : ANOVA ………………………………………….. Tabel 37 : Coefficients ………………………………………. Tabel 38 : Correlations………………………………………… xxv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. A. Latar belakang masalah Anak merupakan dambaan setiap orang tua, kehadirannya sangat dinantikan setiap keluarga sebagai penerus keturunan orang tuanya. Banyak proses yang harus diperhatikan oleh orang tua terhadap anaknya sejak lahir sampai dewasa, satu langkah saja keliru dalam melalui tersebut akan berakibat fatal bagi perkembangan, kebahagiaan dan keberhasilan si anak. Anak sebagai sosok individu yang sedang berkembang tentu memerlukan perhatian yang khusus dari orang tuanya untuk mendidiknya. Dialah pendidik pertama dan utama dalam keluarga, serta pengaruhnya sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, psikis dan mental dipengaruhi oleh pola komunikasi orang tua dalam mendidik anak. Di dalam mendidik anak ditemui bermacam-macam pola komunikasi orang tua, secara teoritis pola komunikasi tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: pola komunikasi terbuka, pola komunikasi tertutup. Apapun bentuk pola komunikasi yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk kepribadian yang akan dimiliki anak. Oleh karena itu orang tua sebaiknya memperhatikan, mempelajari dan mencoba memahami keinginan dan pandangan-pandangan anakanaknya. Dengan kata lain anak harus diberi kebebasan untuk mengembangkan dirinya. Kalaupun orang tua bersifat sangat tertutup misalnya, maka hal ini tidak mematikan inisiatifnya dan semangatnya, melainkan justru untuk membantu pembentukan kepercayaan diri anak. Dengan perkataan lain sikap tertutup hanya diperlihatkan orang tua bila anak merasa bingung atau perlu ada pegangan, sikap tertutup bukan diartikan mencekoki anak dengan gagasan atau pendapat yang kaku, melainkan membuat anak percaya bahwa orang tuanya mempunyai kewenangan atau otoritas pada bidang atau masalah-masalah yang belum atau tidak terjangkau oleh si anak tersebut. Di dalam keluarga, peran orang tua adalah bertanggung jawab memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-anaknya dengan berdasarkan nilai-nilai akhlak dan spiritual yang luhur. Namun tidak semua orang tua dapat melakukannya, hal ini dikarenakan di dalam kehidupan bermasyarakat seringnya ditemukan anak-anak yang kurang memiliki keberanian dan kurang percaya diri kalau berada diantara teman-temannya maupun di sekolah, hal tersebut dapat terjadi karena disebabkan kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, pola komunikasi orang tua ketika anak bertindak tidak sesuai dengan yang diharapkan adalah dengan mengatakan anak nakal, bodoh, dibentak-bentak, bersikap dingin bahkan serta kurangnya menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak-anaknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Dengan berbagai macam tuntutan baik tuntutan dari orang tua itu sendiri, pendidikan dan ekonomi, justru hal ini sangat membebani pikiran anak-anak. Dan hal tersebut dapat langsung mempengaruhi kondisi perasaan pada diri mereka, di mana berbagai macam tuntutan ataupun kebutuhan yang tak terpenuhi pada diri anak-anak tersebut secara langsung berakibat mengganggu pikiran dan perasaan serta berdampak negatif yakni anak akan meniru perilaku orang tua. Hal ini juga dapat menyebabkan anak menjadi takut dan minder dalam pergaulan baik di lingkungan maupun di sekolah, dan proses perkembangannya menjadi terganggu. Keluarga pakar pendidikan pada umumnya sepakat bahwa keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan yang sangat penting di antara tri pusat pendidikan. Karena itu dalam kaitannya dengan hal ini bukanlah suatu kebetulan apabila Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No.20/2003) menempatkan pendidikan keluarga, merupakan pendidikan informal, dalam kedudukan yang sejajar dengan pendidikan formal non formal. Pasal 27 ayat (1) dan (2) UU Sisdiknas No.20/2003 menyatakan : Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dari ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dalam rangka pembentukan kepribadian serta penanaman dan pewarisan nilai-nilai, baik nilai-nilai sosial maupun nilai-nilai agama, pendidikan informal dalam keluarga dipandang memainkan peranan yang penting dan menentukan. Sentralnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian melalui kecerdasan emosinal akan meningkatkan perkembangan emosional anak serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 penanaman bahwa sejak lahir hingga usia sekolah, anak-anak umumnya hanya memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga. Dari bangun tidur sampai saat akan tidur kembali, anak-anak terus menerus menerima pengaruh yang bernilai pendidikan dari lingkungan keluarga. Anak yang berada di kelas SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Pada usia dini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu dorongan sehingga akan dapat berkembang secara optimal. Karakteristik perkembangan anak SD biasanya secara fisik telah mencapai “kematangan”, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Contohnya anak dapat melompat kaki dengan bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua dan sebagainya. Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada di awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan kelakuannya, jenis kelaminnya, telah mulai berkompetensi dengan teman sebayanya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi dan mandiri. Tugas perkembangan pada anak sekolah dasar (SD) dengan usia 6-12 tahun salah satunya adalah belajar mengembangkan konsep sehari-hari di mana anak melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium dan mengalami sehingga terbentuk memori pada anak. Ingatan tersebut dinamakan sebagai konsep (tanggapan), dengan demikian anak mempunyai tanggapan tentang ayah, ibu, sekolah, dan juga mengenai gerak-gerik yang dilakukan seperti berbicara. Pada usia akhir sekolah dasar yaitu kelas 6 anak sudah memiliki konsep tentang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 dialaminya selama anak mengalami fase masa sekolah dasar, baik berupa konsep dari pola komunikasi orang tua yang dilakukan pada anak yang merupakan salah satu pembentuk pribadi anak. Tugas perkembangan lainnya adalah anak harus memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga, dengan demikian diperlukan kepercayaan diri yang baik untuk melakukan tugas perkembangan tersebut, dan sebagai persiapan untuk menghadapi kelompok sosial dan lembaga yang lebih besar di sekolah menengah pertama (SMP). Berdasarkan wawancara pada tanggal 12 Februari 2016 yang dilakukan di SD Tarakanita terhadap beberapa siswa tentang pola komunikasi orang tua. Siswa merasakan bahwa ada bermacam-macam ungkapan pola komunikasi orang tua baik verbal maupun non verbal. Tiga dari enam anak mengatakan sering mendapatkan pelukan dan ciuman dari orang tua, satu mengatakan tidak pernah mendapat pelukan dan ciuman, lima anak mengatakan tidak pernah mendapat ucapan selamat malam atau selamat tidur dari orang tua sebelum istirahat malam, dan empat anak mengatakan selalu didampingi orang tua dalam belajar dan dua lainnya tidak pernah didampingi orang tua dalam belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan anak-anak dapatlah dikunjarai bahwa masih ada orang tua yang belum memberikan dasar-dasar pendidikan. Seperti pendidikan, kasih sayang, rasa aman, perhatian, menanamkan kebiasaankebiasaan dan pengaruh positif kepada anaknya, yang secara langsung akan memberi semangat sekaligus membentuk kepribadian anak-anaknya. Selain itu interaksi antara orang tua dengan anak yang melibatkan sikap, nilai dan kepercayaan orang tua terhadap anak, pola komunikasi yang baik dan tepat, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 penanaman nilai dan kerjasama belum sepenuhnya disadari bahwa orang tua juga memiliki tanggung jawab penuh dalam membentuk kepribadian anaknya. Sebaliknya ketika anak-anak mendapat nilai yang tidak sesuai dengan yang diharapkan boleh dikatakan di bawah standar atau nilai yang jelek, berbuat nakal, malah dimarahin bahkan mengungkapkan kata-kata bodoh, dibentak bahkan mendapat cubitan. Namun ada juga orang tua yang mau memberi arahan dan nasihat yang membangun. Dan ada juga anak-anak yang tidak berani memberitahu orang tua karena takut mendapat marah. Hal di atas dapat membawa dampak bagi aspek kepercayaan diri anak. Diketahui bahwa sebagian orang tua terlalu tertutup dalam mendampingi anaknya, anak harus berprilaku seperti dirinya, mengikuti aturan-aturannya, tindakannya terlihat keras, kata-katanya terhadap anak tajam dan menyakitkan hati. Anak tidak mendapat perhatian yang layak sehingga semua kegiatan dan cita-cita anak tidak mendapatkan perhatian pula. Usaha anak tidak dihargai. Hadiah dan hukuman dipakai sebagai alat untuk melaksakan kehendak atau kemauan orang tua. Pada aspek kepercayaan diri anak, setiap anak memiliki kepercayaan diri yang berbeda dari yang memiliki kepercayaan diri yang baik dan kepercayaan diri yang kurang. Tiga anak mengatakan kurang merasa senang ketika harus tampil didepan kelas atau didepan teman-temannya karena mereka malu, takut diejek, takut ditertawakan, dan takut salah. Dua anak mengatakan tidak yakin dapat mengerjakan tugas dengan baik tanpa bantuan orang lain. Dua anak mengatakan yakin dalam menyampaikan pendapat, 2 anak lainnya mengatakan tidak yakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 karena takut salah dan takut dimarahi ketika menyampaikan pendapat, dan 2 lainnya malas menyampaikan pendapat mereka ( Wawancara, 12 Februari 2016). Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui bahwa masih ada orang tua terlalu tetutup. Kenyataannya orang tua menentukan segala sesuatunya mengenai apa yang harus dilakukan oleh anak. Orang tua memberikan aturan-aturan yang kaku dalam mendidik anak tanpa mengindahkan kemauan anak dengan kata lain anak tidak boleh melawan keputusan orang tua, pola komunikasi orang tua terhadap anak kurang mengena bahkan menyakitkan karena adanya hanya mengancam, cenderung menghukum. Hal tersebut sangat tidak mendorong pembentukan kepribadian anak dan kepercayaan diri anak. Pola komunikasi orang tua sebagai salah satu pendekatan yang memegang peranan strategis karena langsung bersentuhan dengan aspek pribadi anak. Pola komunikasi orang tua merupakan proses yang bersifat membantu anak mengubah perilaku dan pengembangan kecerdasan emosional dan intelektual secara optimal. Dengan demikian komunikasi orang tua dengan anak yang positif akan menunjang perkembangan emosi dan intelektual menggerakkan tingkah laku positif sehingga meningkatkan semangat belajar intelektual dan akan berakibat meningkatnya pola pikir (intelektual) dan kematangan pendidikan dan karir, kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial. Sementara masih ditemukan adanya orang tua yang belum mampu melakukan komunikasi dengan anak secara tepat sehingga masih ada anak yang perkembangan emosionalnya kurang optimal serta kurang percaya diri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Pola komunikasi orang tua yang buruk pada anak akan menjadi contoh oleh anak, atau bahkan menjadi beban mental bagi anak, sedangkan anak adalah generasi penerus yang diharapkan menjadi manusia yang berkualitas dimasa depan. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pola komunikasi orang tua terhadap anak, dan bagaimana pola komunikasi orang tua memengaruhi tingkat kepercayaan diri anak untuk mengembangkan dirinya. Terutama pada anak kelas 5 SD, karena mereka berada pada fase yang dekat dengan anak kelas 6, mereka akan mengalami tuntutan untuk memngembangkan diri dalam menghadapi ujian kelulusan SD di kelas 6 dan akan dituntut untuk mengembangkan diri dalam menghadapi ujian kelulusan SD di kelas 6 dan akan dituntut untuk mengembangkan diri ketika akan masuk ke SMP yang mana dibutuhkan kepercayaan diri yang lebih untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baru dan aktualisasi diri. Melihat kenyataan yang terjadi pada diri anak-anak di mana mereka menjadi pribadi yang minder, penakut, suka memberontak, kurang memiliki rasa percaya diri, dan kurang terbuka sama orang tua karena takut dimarahi. Dari beberapa bentuk perilaku anak tersebut dimungkinkan karena kesalahan orang tua dalam mendidik anak atau mungkin karena kurang perhatian anak dalam menerima pola komunikasi yang diberikan orangn tua. Atas dasar latar belakang tersebut di atas mendorong penulis untuk mencoba mengadakan penelitian tentang ”PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SIWA KELAS V SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA TAHUN 2015-2016” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat rumusan masalah yang menjadi fokus kajian peneliti, yaitu: Seberapa besar pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016?’’ C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan utama penulisan ini adalah: Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan terhadap ilmu Pendidikan khususnya Pendidikan dalam keluarga yang meliputi aspek komunikasi dan kepercayaan diri anak. b. Memberikan masukan kepada orang tua siswa akan pentingnya pola komunikasi orang tua dengan anak untuk menanamkan kepercayaan diri seorang anak. Dengan menjalin komunikasi yang tepat maka orang tua dapat mengetahui perkembangan diri anak. c. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah perbendaharaan karya ilmiah dalam rangka pengembangan keilmuan Pendidikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 2. Manfaat Praktis a. Sekolah Sebagai masukan untuk pengembangan proses belajar mengajar di sekolah. Dengan mengetahui pola komunikasi yang tepat antara orang tua dan anak maka guru bisa memahami karakter anak didik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri anak. b. Guru - Memberikan masukan yang bermanfaat dalam melakukan pola komunikasi yang baik dengan anak. - Membantu guru dalam memahami kepercayaan diri yang terjadi pada anak c. Orang Tua - Membantu orang tua dalam menciptakan pola komunikasi yang baik sehingga mampu mengarahkan anak menjadi pribadi yang Percaya diri - Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi bahan masukan kepada orang tua tentang pola komunikasi . - Sebagai masukan kepada orang tua agar bisa meluangkan waktu untuk anak. - Menambah wawasan bagi anak untuk lebih obyektif dalam menangkap pola komunikas orang tua. - Memberikan masukan yang bermanfaat dalam menjalin komunikasi yang baik sehingga mampu menciptakan suasana keluarga yang harmonis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 d. Bagi Siswa - Membimbing anak untuk menjadi pribadi yang percaya diri - Meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola kepercayaan diri - Memotivasi anak untuk menjadi lebih sukses dengan kepercayaan diri yang dimilikinya. e. Peneliti - Memiliki pengetahuan tentang pengaruh pola komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri anak. - Merupakan sumbangan pikiran tentang persoalan yangmenyangkut masalah pola komunikasi dan sikap percaya diri anak. E. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan penyebaran kuisioner. Pertama, studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik yang sedang diteliti. Semua informasi tersebut diperoleh dari buku, laporan penelitian ilmiah, dan sumber tertulis baik cetak maupun elektronik. Dalam penelitian ini, studi kepustakaan dilakukan untuk menghimpun berbagai informasi mengenai pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri anak kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun 20152016. Kedua, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 158), angket merupakan suatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan atau mengetahui faktafakta yang disebutkan orang banyak, pendapat, perasaan atau keinginan umum serta bahan-bahan kualitatif. F. Sistematika Penelitian PENGARUH POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS V SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015-2016 adalah judul skripsi yang disusun penulis. Judul skripsi ini dijabarkan dalam lima bagian yaitu: Bab I berisi pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bab II memaparkan tentang pola komunikasi orang tua dan anak, dampak komunikasi, teori kepercayaan diri anak meliputi pengertian kepercayaan diri, macam-macam keprcayaan diri, aspek-aspek keprcayaan diri, faktor-faktor yang memengaruhi kepercayaan individu, cara meningkatkan kepercayaan diri dan dampak negatif anak yang tidak percaya diri. Komunikasi interpersonal dan kerangka berpikir. BAB III membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, kisi-kisi penelitian, pengembangan instrumen dan teknik analisis data. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 BAB IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi, hasil penelitian berdasarkan kuesioner/angket, wawancara, pembahasan hasil penelitian yang meliputi: Uji Persyaratan Analisis, Analisis Deskripsi, Deskripsi data, Uji Hipotesis, Pembahasan hasil penelitian, Refleksi Kateketis, dan keterbatasan penelitian BAB V merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai kesimpulan dan saran yang berguna bagi semua pihak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Bab ini menguraikan tentang pola komunikasi orang tua dan kepercayaan diri. Komunikasi terdiri dari pengertian komunikasi secara umum, fungsi komunikasi secara umum, jenis-jenis komunikasi secara umum, pola komunikasi secara umum, dan komponen komunikasi secara umum. Komunikasi dalam keluarga terdiri dari pengertian komunikasi keluarga, fungsi komunikasi keluarga, jenis komunikasi keluarga, pola komunikasi orang tua dengan anak, komponen komunikasi keluarga. Dan kepercayaan diri terdiri dari pengertian kepercayaan diri, faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, ciri-ciri kepercayaan diri. A. Komunikasi 1. Pengertian komunikasi secara umum Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris berasal dari communication, berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Jadi, apabila dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Beberapa pakar komunikasi memberikan definisi komunikasi diantaranya dikutip oleh Effendi sebagai berikut, dalam Effendi (1986: 63) mendefinisikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 komunikasi sebagai “Suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang, biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”. Jadi, hakikat komunikasi merupakan proses pernyataan antar manusia. Yang berhubungan dengan pikiran, atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Menurut Lewis Caroll, Komunikasi merupakan suatu proses memindahkan, mengoperkan atau menyampaikan sesuatu secara teliti dari jiwa yang satu kepada jiwa yang lain, dan hal itu adalah tepat seperti pekerjaan yang harus kita ulangi dan ulangi lagi (Praktikto,1983: 10). Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien tidak semudah seperti yang dibayangkan orang. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan agar pesan atau pernyataan yang disampaikan kepada orang lain bisa dimengerti serta dipahami. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak, si pengirim dan penerima informasi memahami. Tirman Sirait mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi sebagai berikut, “Komunikasi adalah suatu tingkah laku perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna-makna informasi dari seseorang kepada orang lain, atau lebih jelasnya suatu pemindahan atau pengoperan informasi mengenai pikiran dan perasaanperasaan”. (Tirman, 1982: 11). Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi tidak berarti hanya menyampaikan sesuatu kapada orang lain, akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 tetapi bagaimana caranya penyampaian itu agar penerima mudah mengerti dan memahami dengan perasaan ikhlas. Keberhasilan suatu komunikasi sangat dibutuhkan oleh faktor manusianya. Karena manusia memiliki akal dan pikiran serta perasaan untuk dapat menentukan sikap, dan manusia merupakan sarana utama terjadinya suatu komunikasi. 2. Fungsi-fungsi komunikasi William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005: 5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu: a. Komunikasi Sosial Komunikasi sosial adalah suatu kegiatan yang lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial. Komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan tegangan, berani, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar perguruan tinggi, RT, RW, desa, Kota, dan Negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan berkomunikasi adalah persyaratan yang utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk berkomunikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 berkomunikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama, karena manusia tercipta sebagai makhluk sosial. b. Komunikasi Ekspresif Komunikasi ekspresif adalah komunikasi yang dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan- pesan non verbal. Komunikasi ekspresif juga dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok, yaitu melalui perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal. Contohnya seorang ibu menunjukan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Seorang atasan menunjukan simpatinya kepada bawahannya yang istrinya baru mengalami kecelakaan dengan menepuk bahunya. Orang dapat menyalurkan kemarahanya dengan mengumpat, berkecak pinggang, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya. c. Komunikasi Ritual Komunikasi Ritual adalah proses pemaknaan pesan sebuah kelompok terhadap aktifitas religi dan sistem kepercayaan yang dianutnya. Komunikasi Ritual juga merupakan bagian dari komunikasi transendental yang dimana komunikasi trasendental merupakan suatu komunikasi yang terjadi antara manusia dan Tuhan, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Contohnya dilakukan pada saat upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 hidup, yang disebut para antropologi budaya sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sonata, ulang tahun ( nyanyi Happy Birhtday dan pemotongan kue), pertunangan ( melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (sungkem kepada orang tua dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilakuperilaku tertentu yang bersifat simbolik. Simbolik bisa berbentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) melalui isyarat-isyarat tertentu. Ritus-ritus lain seperti berdoa (sembayang, misa), membaca kitab suci, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran, (Idul fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, Negara, ideology, atau agama mereka. d. Komunikasi instrumental Komunikasi instrumental adalah untuk memberitahukan atau menerangkan dan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta dan informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui. Dengan demikian fungsi komunikasi instrumental bertujuan untuk menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap keyakinan, mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Ketika seorang dosen menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataannya dapat membujuk mahasiswa untuk membersihkan ruang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan pesoalan hidup mereka. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka-panjang. Tujuan jangka-pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi dan politik. Sedangkan untuk tujuan jangka-panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis (Deddy Mulyana, 2002: 25). 3. Pola Komunikasi secara umum Pola komunikasi keluarga merupakan salah satu faktor yang penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal anak selama proses sosialisasinya. Menurut Aziz Safrudin (2015: 237) ada empat pola komunikasi keluarga yang umum pada keluarga inti komunikasi keluarga yang terdiri dari pola persamaan (Equality Pattern), pola seimbang-terpisah (Balance Split Patern), pola tak seimbang-terpisah (Unbalance Split Pattern) pola monopoli (Monopoly Pattern). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 a. Pola komunikasi Persamaan (Equality Pattern) Tiap individu berbagi hak yang sama dalam kesempatan berkomunikasi. Peran tiap orang dijalankan secara merata. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pembagian kekuasaan. Semua orang memiliki hak yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Keluarga mendapatkan kepuasan tertinggi bila ada kesetaraan. b. Pola komunikasi seimbang terpisah ( Balance Split Pattern) Kesetaraan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memiliki daerah kekuasaan yang berbeda dari yang lainnya. Tiap orang dilihat sebagai ahli dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga normal/tradisional, suami dipercaya dalam urusan bisnis atau politik. Istri dipercaya untuk urusan perawatan anak dan memasak. Namun pembagian peran berdasarkan jenis kelamin ini masih bersifat fleksibel. Konflik yang terjadi dalam keluarga tidak dipandang sebagai ancaman karena tiap individu memiliki area masing-masing dan keahlian sendirisendiri. c. Pola komunikasi Tak seimbang terpisah ( Unbalanced Split Pattern). Satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari yang lainnya. Satu orang inilah yang memegang kontrol, seseorang ini biasanya memiliki kecerdasan intelektual lebih tinggi, lebih bijaksana, atau berpenghasilan lebih tinggi. Anggota keluarga yang lain berkompensasi dengan cara tunduk pada seseorang tersebut, membiarkan orang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 mendominasi itu untuk memenangkan argumen dan pengambilan keputusan sendiri. d. Pola komunikasi monopoli (Monopoly Pattern) Satu orang dipandang sebagai pemegang kekuasaan. Satu orang ini lebih bersifat memberi perintah dari pada berkomunikasi. la memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan sehingga jarang atau tidak pernah bertanya atau meminta pendapat dari orang lain. Pemegang kuasa memerintahkan kepada yang lain apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka anggota keluarga yang lainnya meminta izin, meminta pendapat, dan membuat keputusan berdasarkan keputusan dari orang tersebut. Beberapa pola komunikasi di atas pada hakekatnya dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi dalam keluarga. Akan tetapi yang perlu menjadi prinsip dalam proses komunikasi dalam keluarga yakni antara suami dengan istri, antara ayah, ibu dengan anak, antara dengan anak, antara ibu dengan anak, serta komunikasi antara anak dengan anak, hendaknya bersifat humanis, kasih sayang, toleran, dengan menggunakan perkataan-perkataan yang mulia, benar, lembut, jujur, jelas dan tidak menyinggung perasaan orang yang diajak berkomunikasi. 4. Komponen Komunikasi Unsur-unsur utama dalam komunikasi menurut Bahri (2004: 13) adalah komunikator sebagai pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan komunikan sebagai penerima pesan dari si pengirim. Dalam kegiatan perkomunikasian, ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 tiga komponen itulah yang berinteraksi. Ketika suatu pesan disampaikan oleh komunikator dengan perantara media komunikan, maka komunikator mempermulasikan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk kode tertentu, yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh komunikan dengan baik. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung tiga komponen tersebut. Sedangkan menurut Zarkashy (2005: 65) komunikasi dapat berlangsung dengan melibatkan tiga komponen yaitu pembicara (orang tua), pendengar (anak) dan pesan yang dikomunikasikan. Ini artinya bahwa komunikasi hanya dapat berjalan dengan lancar apabila antara orang tua dan anak mampu mengemukakan diri secara jelas dan bersedia mendengarkan pesan yang bersifat verbal maupun isyarat (non verbal) atau gerak tubuh lawan bicara. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa komponen komunikasi meliputi komunikator sebagai pengirim pesan (pembicara) pesan yang disampaikan, dan komunikan sebagai penerima pesan dari si pengirim (pendengar). B. Komunikasi dalam keluarga 1. Pengertian komunikasi dalam keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. (Kurniadi, 2001: 271). Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Menurut Aziz Safrudin (2015: 235), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pnengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai dan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan (Friendly: 2002: 1) Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, maka komunikasi antara orang tua dengan anak yang dimaksud yaitu suatu interaksi yang dilakukan oleh orang tua dengan anak dalam keluarga untuk memberikan kehangatan, kenyamanan, perhatian, keakraban, kasih sayang, bimbingan, memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak dengan menanamkan nilai- nilai budi pekerti yang baik yang semua itu bertujuan agar terbentuk perilaku yang baik pada anak baik dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. 2. Fungsi komunikasi keluarga orang tua dengan anak Fungsi komunikasi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Deddy Mulyana (2000: 20) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, bahwa untuk memenuhi fungsi komunikasi kita perlu memahami terlebih dahulu tipe komunikasi, sebab hal itu dapat memebedakan fungsi masing- masing di antaranya yaiu : a) Tipe komunikasi dengan diri sendiri yang berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas, imajinasi, memahami dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan. b) Tipe komunikasi antara pribadi yang berfungsi untuk berusaha meningkatkan hubungan insani (Human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian sesuatu serta sebagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. c) Tipe komunikasi public yang berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan mennghibur. d) Tipe komunikasi massa yang berfungsi untuk menyebar luaskaninformasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi,dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Pada hakikatnya komunikasi dalam sebuah keluarga khususnya antara orang tua dengan anak memiliki konstribusi yang luar biasa bagi keduanya, karena dengan adanya komunikasi yang efektif dan efisien dan dilaksanakan secara terus menerus dapat menciptakan keakraban, keterbukaan, perhatian yang lebih antara keduanya serta orang tua pun lebih dapat mengetahui perkembangan pada anak baik fisik maupun psikisnya, Sebagaimana yang telah dikemukana oleh Hasan Basri, bahwasanya komunikasi berfungsi sebagai: Sarana untuk mengungkapkan kasih sayang, media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat yang disampaikan, sarana untuk menambah keakraban PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 hubungan sesama warga dalam keluarga, dan menjadi barometer bagi baik buruknya kegiatn komunikasi dalam sebuah keluarga Bahkan Deddy Mulyana (2005: 8) pun berpendapat bahwa komunikasi berfungsi untuk: (1) Menginformasikan/to inform, (2) Mendidik/to educate,(3) Menghibur/ to entertain, dan (4) Mempengaruhi/to influence. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa uraian diatas bahwasanya komunikasi yang dianggap sebagai suatu kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan manusia memiliki beberapa fungsi seperti yang telah diuraikan diatas dari beberapa pendapat para ahli antara lain yaitu sebagai suatu sarana untuk mengungkapkan segala perasaan kasih sayang, perhatian serta dapat menambah keakraban dan keterbukaan antra orang tua dengan anak / keluarga orang tua dengan anak. 3. Jenis-jenis komunikasi dalam keluarga Menurut Djamarah, (2004) jenis komunikasi dalam keluarga ada 4 macam yaitu: a) Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan. Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga. Setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya. Canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak. Perintah, suruhan, larangan, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 sebagainya merupakan alat pendidikan yang sering di pergunakan oleh orang tua atau anak dalam komunikasi keluarga. Dalam perhubungan antara orang tua dengan anak akan terjadi interaksi. Dalam interaksi itu orang tua berusaha mempengaruhi anak untuk terlibat secara pikiran dan emosi untuk memperhatikan apa yang akan di sampaikan. Anak mungkin berusaha menjadi pendengar yang baik dalam menafsirkan pesan-pesan yang akan di sampaikan oleh orang tua. b) Komunikasi Nonverbal Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga antara orang tua dengan anak tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal. Suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi nonverbal itu sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas. Komunikasi nonverbal sering dipakai oleh orang tua dalam menyampaikan suatu pesan kepada anak. Sering tanpa berkata sepatah kata pun, orang tua menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan orang tua dalam mengerjakan sesuatu dan karena anak sering melihatnya, anak pun ikut mengerjakan apa yang pernah dilihat dan di dengar dari orang tuanya. Tidak hanya orang tua, anak juga sering menggunakan pesan nonverbal dalam menyampaikan gagasan, keinginan atau maksud tertentu kepada orang tuanya. Malasnya anak untuk melakukan sesuatu yang di perintahkan oleh orang tua adalah sebagai ekspresi penolakan anak atas perintah. Akhirnya, komunikasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 nonverbal sangat diperlukan dalam menyampaikan suatu pesan ketika komunikasi verbal tidak mampu mewakilinya. c) Komunikasi Individual Komunikasi individual dan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga orang tua dengan anak. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi antar pribadi, antara orang tua dengan anak. Pada kesempatan yang lain, orang tua tidak menyia-nyiakan waktu senggang untuk berbincang-bincang dengan anak secara pribadi tentang sesuatu hal, entah mengenai pelajaran di sekolah, mengenai pengalaman, atau hal-hal apa saja sebagai topik perbincangan. Ketika orang tua merasa berkepentingan untuk menyampaikan sesuatu kepada anak, maka orang tualah yang memulai pembicaraan. Ketika anak berkepentingan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang tua, maka anaklah yang memulai pembicaraan. Pesan yang ingin disampaikan itu bisa berupa gagasan, keinginan, atau maksud tertentu. Keinginan anak untuk berbicara dengan orang tuanya dari hati ke hati melahirkan komunikasi interpersonal. Komunikasi di sini dilandasi oleh kepercayaan anak kepada orang tuanya. Dengan kepercayaan itu, anak berusaha membangun keyakinan untuk membuka diri bahwa orang tuanya dapat dipercaya dan sangat mengerti perasaannya. Sebagai orang tua tentu saja keinginan anak itu harus direspons secara arif dan bijaksana, dan bukan sebaliknya, bersikap egois tanpa kompromi. Menjadi pendengar yang baik dan selalu membuka diri untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 berdialog dengan anak adalah rangka mengakrabkan hubungan antara orang tua dengan anak. Dengan begitu, anak tidak menganggap orang tuanya adalah orang yang tidak mengerti perasaan anak. d) Komunikasi kelompok Hubungan akrab antara orang tua dengan anak sangat penting untuk dibina dalam keluarga. Keakraban hubungan itu sangat dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dengan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Masalah waktu dan kesempatan menjadi faktor penentu berhasil atau gagal suatu pertemuan. Boleh jadi, suatu pertemuan yang sudah direncanakan oleh orang tua atau anak yang berkumpul, duduk bersama dalam satu meja, dalam acara keluarga terancam gagal di sebabkan belum ada pertemuan antara waktu dan kesempatan dan kurangnya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. 4. Pola komunikasi orang tua dengan anak Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu lain. Pola komunikasi juga dapat dipahami sebagai pola hubungan antara orang tua dengan anak, dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, dan menghasilkan suatu ditunjuk. (Djamarah, 2004: 1). perubahan dalam diri yang dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 Secara teoritis menurut Cangara (1998: 31), pola komunikasi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya : a) Komunikasi Diadik (dyadic communication) Komunikasi diadik adalah pola komunikasi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. b) Komunikasi Triadik (triadic communication) Komunikasi triadik adalah pola komunikasi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Misalnya A komunikator maka ia menyampaikan pesan kepada komunikan B, kemudian beralih kepada komunikan. Menurut Siahaan (1991: 42), pola komunikasi terdiri atas beberapa macam yaitu: a) Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa umpan balik dari komunikan, dalam hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja. b) Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic communication), yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. percakapannya Namun adalah pada hakekatnya yang memulai komunikator utama, komunikator utama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut, prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung. c) Pola komunikasi multiarah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis. Menurut pendapat Mcleod dan Chaffe mengidentifikasikan pola komunikasi keluarga (Family Communication patterns) sebagai “family patterns on children’ communication styles” (pola orang tua dalam mengembangkan gaya berkomunikasi dengan anaknya). Pada umumnya dikenal dengan dua pola komunikasi, yaitu pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup. a) Pola Komunikasi Terbuka Menurut Reardon (Anggraini, 2008: 21), dalam pola komunikasi terbuka dimungkinkan adanya lebih banyak kelonggaran dalam penerapan peraturan. Pola komunikasi terbuka (Open Communication): aturan-aturan dalam keluarga bersifat fleksibel, sehingga anak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan pesan komunikasinya seperti saran, pendapat, masukkan bahkan interupsi kepada orang tuanya. Sebagai “ family patterns on children’ communication styles”. Menurut Diana Baumrind (Weiten, 1994: 359-360) dikutip dari Wisnu (2009: 28), gaya komunikasi authoritative adalah komunikasi orang tua yang memiliki bentuk interaksi antara orang tua dengan anak, dimana proses komunikasinya orang tua melibatkan pola komunikasi terbuka memungkinkan adanya orangtua dalam mengembangnkan gaya komunikasi authoritative. Anak dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya dan keluarga, orang tua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 authoritative dalam hubungannya memberikan kesempatan kepada anak untuk menanyakan alasan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Gaya komunikasi orangtua authoritative ini menerapkan aturan-aturan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak berdasarkan kebutuhan orang tua, orang tua authoritative dalam pengasuhannya memiliki ketegasan dalam membimbing anak dan memiliki komunikasi yang hangat, akrab, penuh perhatian, asertif dan kasih sayang terhadap anak. Maka komunikasi yang dikembangkan oleh orangtua yang dapat dikatakan sebagai pola komunikasi terbuka memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Orang tua bersedia mendengarkan pendapat anak, 2. Orang tua tidak menganggap pendapatnya yang paling benar, 3. Orang tua tidak mendominasi situasi dalam keluarg, 4. Orangtua mengadakan berkomunikasi timbal balik, 5. Orangtua selalu ingin bekerja sama dan berbincang mengenai masalah persoalan yang dapat menimbulkan salah pengertian, dan 6. Menghormati buah pikiran orang banyak lebih dari satu. Dalam pola komunikasi terbuka memungkinkan adanya bentuk pesan komunikasi yang baik, perhatian, penuh kasih sayang, sehingga proses tersebut mencapai pada komunikasi yang efektif. b) Pola Komunikasi Tertutup Woods dalam Reardon (Anggraini, 2008: 19), menjelaskan bahwa dalam Pola komunikasi tertutup (Closed Communication) : aturan-aturan dalam keluarga bersifat kaku, sehingga anak tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pesan komunikasi seperti pendapat, masukan, dan interupsi kepada orang tua. Sebagai “ family patterns on children’ communication styles”, pola komunikasi tertutup memungkinkan adanya orang tua dalam mengembangkan gaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 komunikasi authoritarian. Gaya komunikasi authoritarian adalah proses komunikasi orang tua yang dalam pengasuhannya sangat kaku, dimana orang tua cendrung memberi perintah, dan mengharuskan anak agar menjalankan semua perintah dan aturan yang diberikan tanpa harus mengetahui alasan, tujuan dan tanpa boleh bertanya, dan tidak memiliki komunikasi yang efektif, serta gagal memberikan kehangatan kepada anak mereka. komunikasi yang dikembangkan oleh orangtua yang dapat dikatakan sebagai pola komunikasi tertutup memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Orang tua tidak bersedia mendengarkan pendapat dari anak-anaknya, tidak bersedia mengadakan komunikasi timbal balik, Bersifat autokratif ( kehendak orang tua bersifat mutlak), bersifat instruktif (orang tua bersifat memerintah/segala bentuk perintah berasal dari orang, Orang tua mendominasi situasi dan menganggap keputusan orang tua yang paling benar dan bersikap kaku terhadap anak. Dalam pola komunikasi tertutup, memungkinkan ketiadaan hubungan yang efektif antara orang tua dengan anak. Berdasarkan beberapa pengertian tentang pola komunikasi orang tua dengan anak tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang digunakan oleh orang tua untuk mengembangkan kepercyaan diri anak adalah Pola komunikasi terbuka. Dalam pola komunikasi terbuka memungkinkan adanya bentuk pesan komunikasi yang baik sehingga proses tersebut mencapai pada komunikasi yang efektif. Pola komunikasi terbuka memungkinkan orang tua mengembangnkan gaya komunikasi authoritative. Gaya komunikasi orangtua authoritative ini menerapkan aturan-aturan serta komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Orang tua authoritative memiliki ketegasan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 membimbing anak dan memiliki komunikasi yang hangat, penuh perhatian, nyaman, asertif, penuh kasih sayang, komunikasi yang membuat anak selalu merasa terdukung dalam proses pengembangan dirinya. Pola komunikasi terbuka sangat membantu anak untuk semakin mengenal dirinya sekaligus dapat membangun kepercayaan dalam dirinya lewat keterbukaan orang tua dalam berkomunikasi. Melalui pola komunikasi terbuka, orang tua bisa menyampaikan nilai-nilai yang baik kepada anaknya. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang, kelekatan emosional yang tulus dengan anak, serta pemberian penghargaan, hadiah atau pujian apabila mencapai suatu prestasi, keberhasilan atau kesuksesan akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Maka anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri ( Rini, 2002: 145). Orang tua mempunyai peran yang sangat besar terhadap pembentukan rasa percaya diri anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui cara berkomunikasi dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. apabila pola komunikasi orang tua terjalin dengan tepat maka akan membentuk kepercayaan diri anak dengan baik pula. Karena pola komunikasi dan kebiasaan yang orang tua tampilkan dalam sikap dan prilaku tidak lepas dari perhatian dan pengamatan seorang anak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 5. Komponen komunikasi dalam keluarga Komponen-komponen atau unsur-unsur komunikasi, yaitu: sumber, komunikator, pesan, chanel (saluran) dan efek (hasil). Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku pedoman, dokumen. Seorang komunikator sebagai penyampai pesan perlu memperhatikan penampilan yang sesuai dengan tata karma, keadaan, waktu dan tempat. Selain penampilan , seorang komunikator harus menguasai masalah dalam mencapai tujuan komunikasi. Penguasaan bahasa bagi seorang komunikator penting agar tidak menimbulkan salah tafsir dan ketidak percayaan . Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan. Pesan yang memenuhi syarat berisikan hal-hal yang umum dipahami para audien, jelas dan gamblang, simpati dan menarik, seimbang dan sesuai dengan keinginan komunikan. Channel adalah saluran penyampaian pesan yang biasa disebut media. Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang .Prosedur untuk mendapat efek yang baik yaitu attention (perhatian), Interest (kepentingan), Desire (keinginan), Decision (keputusan) dan Action (tindakan). Komponen-komponen atau unsur-unsur dalam komunikasi keluarga, umumnya merupakan komunikasi antar pribadi anggota keluarga saling berpengaruh dan terjadi keterpaduan. Komponen mana yang awal dan akhir, tidak tertentu, sangat tergantung pada kondisi dan kebutuhan anggota keluarga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 6. Pentingnya komunikasi antara anak dan orang tua. Sebelumnya juga banyak orang yang sudah mengetahui jika komunikasi merupakan cara yang paling tepat dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Oleh karena itu komunikasi ini juga sangat penting dilakukan orang tua dalam memberikan didikan kepada anak-anaknya. Ada banyak sekali manfaat istimewa yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang tua sehingga mereka lebih memilih berbicara seperlunya saja ketika anak-anak mereka sudah dewasa. Padahal justru pada saat memasuki usia remaja anak harus selalu diajak berkomunikasi dengan baik agar ia selalu terbuka kepada orang tuanya mengenai apapun yang ia lakukan saat tidak bersama orang tua. Untuk lebih jelasnya disini ada beberapa manfaat dari pentingnya komunikasi antara anak dan orang tua, manfaat tersebut diantaranya adalah : Meningkatkan kepercayaan diri pada anak dimanapun dia berada meskipun tanpa pendampingan dari orang tuanya. Mengembangkan harga diri pada anak sehingga ia selalu dapat menjaga nama baik dirinya serta orang tuanya saat berada di lingkungan masyarakat. Membantu anak menjalin hubungan baik dengan orang lain mengingat komunikasi yang selalu diajarkan orang tuanya merupakan komunikasi yang baik. Oleh karena itu saat anak tersebut belajar bersosialisasi dengan masyarakat ia mampu bertutur kata dengan baik dan pada akhirnya terjalin hubungan baik antara dirinya dengan masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 Itulah beberapa manfaat istimewa dari adanya komunikasi antara orang tua dan anak yang harus diterapkan dalam cara didikan orang tua pada anaknya. Tidak heran jika hal ini dianggap menjadi hal pentingnya komunikasi antara anak dan orang tua karena memang baik dilakukan. Jika antara anak dan orang tua saja tidak terjalin komunikasi yang baik, bagaimana saat dia bersosialisasi dengan masyarakat tentu saja akan berdampak buruk baginya. Tentunya kita juga tidak ingin bukan jika anak kita mengalami hal tersebut. Oleh karena itulah sebagai orang tua harus selalu mengutamakan komunikasi baik dengan anak setiap waktu agar terjalin hubungan yang baik juga, sehingga anak bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab dan penuh percaya diri. C. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Percaya Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam interaksinya, individu mendapat umpan balik yang dapat berupa hadiah dan hukuman. Kepercayaan diri di definisikan sebagai suatu keyakinan individu untuk mampu berprilaku sesuai dengan yang diharapkan. Individu yang mempunyai rasa kepercayaan diri adalah individu yang mampu bekerja secara efektif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Kepercayaan diri sering di identikkan dengan kemandirian meski demikian individu yang kepercayaan dirinya tinggi pada umumnya lebih mudah untuk terlibat secara pribadi dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 individu lain yang akan lebih berhasil dalam menjalin hubungan secara interpersonal. Menurut Lindenfield (1997: 3) “bahwa orang yang percaya diri ialah orang yang merasa puas dengan dirinya”. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri lahir dari kesadaran jika seorang individu memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan. Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Menurut Hakim (2005: 6) “kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya”. Individu yang percaya diri akan merasa yakin terhadap dirinya sendiri. Individu juga merasa optimis dalam melakukan segala aktivitasnya sehingga dapat mengoptimalkan kelebihan-kelebihannya serta dapat membuat tujuan hidup yang realistik bagi dirinya, artinya individu itu menetapkan tujuan hidup yang tidak terlalu tinggi baginya sehingga ia dapat mencapai tujuan hidup yang ia tentukan. Individu yang dapat mencapai tujuan hidupnya akan merasa mampu untuk melakukan sesuatu dalam dirinya sendiri. Menurut Mastuti (2008: 13) “kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Individu yang memiliki sikap positif seperti yang dikemukakan oleh mastuti tersebut nantinya akan mempunyai rasa optimis di dalam melakukan segala hal, serta mempunyai harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Rasa percaya diri merujuk pada beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk meyakini terhadap segala aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya ataupun situasi yang dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, bekerja secara efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab. 2. Jenis - Jenis Kepercayaan Diri Kepercayaan diri bersumber dari dalam diri individu dan dari luar/tingkah laku individu. Oleh karena itu kepercayaan diri dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Menurut Lindenfield (1997: 4) mengemukakan bahwa: Hasil analisis tentang percaya diri ada dua percaya diri yang berbeda yaitu percaya diri batin dan percaya diri lahir. Percaya diri batin adalah percaya diri yang memberi pada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Percaya diri lahir adalah percaya diri yang memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukan pada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 a. Kepercayaan Diri Batin Kepercayaan diri batin ialah kepercayaan diri yang tumbuh dari dalam diri seseorang dan sebagai acuan pada tindakan yang akan dilakukan dalam berbagai situasi. Menurut Lindenfild (1997: 4-7) “ada empat ciri utama yang khas pada orang yang mempunyai percaya diri batin yang sehat. Keempat ciri itu adalah cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, berfikir positif”. 1). Cinta diri Anak yamg mencintai diri sendiri adalah anak yang percaya pada diri mereka sendiri dan perduli tentang diri sendiri karena perilaku dan gaya hidup mereka untuk memelihara diri. Manfaat dari anak yang memiliki unsur percaya diri batin adalah anak dapat mempertahankan kecenderungan untuk menghargai segala kebutuhannya baik kebutuhan jasmani maupun rohani yang setara dengan kebutuhan orang lain. Dengan demikian maka anak akan merasa dapat berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan tidak akan menyiksa diri sendiri dengan rasa bersalah setiap kali menginginkan sesuatu atau mendapatkan sesuatu. Kepercayaan diri batin ini akan membuat anak merasa senang bila diperhatikan orang lain, menjadi bangga atas sifat-sifat mereka yang baik dan tidak akan membuang waktu dan tenaga untuk memikirkan kekurangan – kekurangan diri sendiri. 2). Pemahaman diri Anak yang memiliki kepercayaan diri batin akan sadar diri, mereka tidak akan terus menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur akan memikirkan perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan selalu ingin tahu bagaimana pendapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 orang lain tentang diri mereka. Anak yang memiliki pemahaman diri yang baik akan sangat menyadari kekuatan diri mereka untuk mengembangkan kemampuan mereka sepenuhnya. Anak akan mengenal kelemahan dan keterbatasan mereka, sehingga mereka tidak akan mengulangi kesalahan dan membiarkan diri mereka mengalami kegagalan berulang kali. Anak yang memiliki pemahaman diri yang baik akan tumbuh dengan kesadaran yang mantap tentang identitas diri sendiri sehingga mereka lebih mampu dan puas menjadi diri sendiri, mereka punya pengertian yang sehat dan akan selalu terbuka untuk menerima umpan balik dari orang lain dan bersedia mendapat bantuan dan pelajaran dari orang lain. 3). Tujuan yang jelas Anak yang percaya diri adalah anak yang selalu tahu tujuan hidupnya, hal tersebut disebabkan karena mereka mempunyai pemikiran yang jelas dan mereka tahu mengapa mereka melakukan suatu tindakan tertentu dan mereka tahu hasil apa yang mereka harapkan. Unsur-unsur yang dapat memperkuat kepercayaan diri anak dengan tujuan yang jelas yaitu dengan cara anak membiasakan diri menentukan sendiri tujuan yang dapat mereka capai dan tidak harus bergantung pada orang lain, memiliki motivasi yang kuat, dan belajar menilai diri sendiri. Dengan demikian maka anak akan memiliki kepercayaan diri dengan tujuan yang jelas dalam kehidupannya. Anak akan menjadi tau arah tujuan dan keputusan yang akan diambil untuk mencapai tujuannya. 4). Berpikir positif Orang-orang yang percaya diri biasanya adalah orang-orang yang menyenangkan, karena orang-orang tersebut dapat melihat kehidupan dari sisi lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 dengan kekuatan batin. Dengan berfikir positif maka anak akan memandang orang lain dari sisi yang positifnya, anak akan percaya bahwa semua masalah dapat diselesaikan dan tidak akan memandang masa lalu tetapi masa depan, anak mau bekerja dan menghabiskan waktu dan energi untuk belajar karena mereka percaya bahwa diri mereka mampu untuk mencapai tujuan mereka. b. Kepercayaan Diri Lahiriah Kepercayaan diri lahiriah ialah kepercayaan diri seseorang yang akan dilaksanakan dalam berbagai situasi dan didorong dari dalam oleh kepercayaan diri batin. Percaya diri tidak hanya dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Namun dipandang perlu oleh seseorang untuk memberikan kesan percaya diri pada dunia luar. Berkenaan dengan hal tersebut maka individu yang bersangkutan perlu mengembangkan ketrampilan yang meliputi bidang komunikasi, ketegasan, penampilan diri dan pengendalian perasaan. “Adapun manfaat dari ketrampilan tersebut adalah komunikasi, penampilan diri, pengendalian perasaan” (Lindenfield, 1997: 7-11). 1). Komunikasi Komunikasi ialah kemampuan mendasar untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan baik disituasi apapun dan dimanapun. Dengan memiliki dasar yang baik dalam bidang ketrampilan berkomunikasi anak akan dapat mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang dan penuh perhatian, bisa berbicara dengan segala usia dan dari segala latar belakang, mengerti kapan dan bagaimana berganti pokok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 pembicaraan dari percakapan biasa ke yang lebih mendalam, menggunakan komunikasi non-verbal secara efektif, membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain, berbicara dengan memakai nalar dan secara fasih dan dapat berbicara didepan umum tanpa rasa takut. 2). Penampilan Diri Penampilan diri yang dimaksudkan adalah pakaian dan gaya hidup yang digunakan oleh seseorang yang sesuai dengan kepribadiannya. Ketrampilan penampilan diri akan mengajarkan pada seseorang betapa pentingnya, tampil sebagai orang yang percaya diri. Hal ini memungkinkan seseorang untuk memilih gaya pakaian dan warna yang cocok untuk berbagai peran dan peristiwa sesuai dengan kepribadian, serta menyadari dampak gaya hidupnya (misalnya mobil dan rumah) terhadap pendapat orang lain mengenai dirinya, tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain. 3). Pengendalian Perasaan Pengendalian perasaan ialah kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol atau mengendalikan emosi atau perasaan dalam situasi apapun. Perasaan yang tidak dikelola dengan baik dapat membentuk suatu kekuatan besar yang tak terduga. Dalam hidup sehari-hari seseorang perlu mengendalikan perasaan agar hati tidak memerintah pikiran. Dengan mengetahui cara mengendalikan diri, seseorang dapat lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan dan resiko karena bisa mengatasi rasa takut, khawatir dan frustrasi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 dapat menghadapi kesedihan secara wajar, membiarkan diri bertindak secara spontan karena yakin tidak akan lepas kendali, serta mencari pengalaman dan hubungan yang memberi kesenangan, cinta, dan kebahagiaan, karena individu tidak mudah terbenam dalam hawa nafsu amarahnya. Kepercayaan diri lahiriah merupakan tindakan atau tingkah laku wujud kepercayaan diri yang dapat dilihat oleh orang lain. Siswa yang ikut serta dalam penelitian harus memiliki kepercayaan diri lahiriah tersebut agar dapat dilihat wujud peningkatan kepercayaan diri setelah mengikuti kegiatan penelitian. Siswa harus dapat memperbaiki beberapa ketrampilan yang ada yaitu komunikasi, ketegasan, penampilan diri dan pengendalian perasaan. Bertambahnya kemampuan siswa dalam ketrampilan tersebut maka secara otomatis kepercayaan diri siswa tersebut juga akan bertambah. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri Secara formal dapat digambarkan bahwa rasa percaya dirimerupakan gabungan dari pandangan positif terhadap diri sendiri dan rasa aman (Loekmono, 1983: 46). Dikatakan bahwa rasa percaya diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan seluruh kepribadian seseorang secara keseluruhan. Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain disekitar lingkungannya dan semuanya itu mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri. Ditambahkan pula bahwa sesungguhnya besar kecil kepercayaan diri tiap-tiap anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini dapat dikatakan kepercayaan diri muncul dari diri individu sendiri karena adanya rasa aman , penerimaan akan keadaan diri dan adanya hubungan dengan orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 serta lingkungan yang mampu memberikan penilaian dan dukungan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri. Dukungan yang ada serta penerimaan dari keluarga dapat pula mempengaruhi rasa percaya diri dalam hal ini adalah anak sebagai anggota keluarga. Orang tua mampu memberikan nasehat, pengarahan, informasi kepada remaja dalam kaitannya dengan rasa percaya diri. Ada banyak unsur yang membentuk atau menghambat perkembangan rasa percaya diri seseorang. Kebanyakan unsur tersebut berasal di norma dalam pribadi individu sendiri, tetapi ada juga yang berasal dari norma dan pengalaman keluarga, tradisi, kebiasaan dan nilai-nilai lingkungan dan kelompok dimana keluarga itu berasal (Loekmono, 1983: 115). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, antara lain: a) Keadaan fisik Menurut Suryabrata (1984: 121) mengatakan bahwa bila seseorang memiliki jasmani yang kurang sempurna maka timbullah perasaan tidak enak pada dirinya karena merasa tidak / kurang berharga untuk dibandingkan dengan sesamanya. Perasaan yang demikian itu dapat disebut rasa rendah diri. Perasaan rendah diri ini selanjutnya menyebabkan orang tersebut menjadi kurang percaya diri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 b) Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Menurut Stuart dan Sundeen, (dalam Suntrock, 1995: 371). Konsep ini mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Menurut Coleman (dalam Martani dan Adiyanti, 1991: 18) mengatakan bahwa melalui evaluasi diri seseorang dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang kemudian akan berkembang menjadi kepercayaan diri. Hakim (2002: 223) juga menambahkan bahwa langkah awal untuk menumbuhkan rasa percaya diri adalah pemahaman diri yaitu pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan diri sendiri. c) Harga diri Harga diri menurut Robbinsun dan Shater (dalam Ramdani, 1991: 12) dapat diartikan sebagai rasa menguasai dan menghargai diri sendiri dengan berdasarkan pada hal-hal yang realistis dan perasaan ini biasanya akan mempengaruhi proses berpikir, perasaan, keinginan, nilai maupun tujuan hidupnya. Harga diri mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Menurut Cohen (dalam Azwar, 1989: 26) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki self esteem atau harga diri yang tinggi cenderung lebih percaya diri dibandingkan orang-orang yang memiliki self esteem yang rendah. Maslow (dalam Andayani dan Afiatin, 1996: 23) juga menyatakan bahwa dengan harga diri yang tinggi, seseorang akan dapat mengaktualisasikan potensi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 dirinya. Dan pengaktualisasian potensi ini, bila positif, akan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Sebaliknya, rasa rendah diri dapat membuat orang lekas tersinggung karena itu ia akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak, menyendiri, tidak berani mengemukakan pendapat, dan tidak berani bertindak. Lama kelamaan hal ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan diri orang tersebut (Hakim, 2002 : 223). d) Tingkat pendidikan Monk (2002: 20) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak yang telah dipelajari individu berarti semakin mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihannya sehingga mampu menentukan sendiri standar keberhasilannya. semakin banyak yang telah dipelajari individu berarti semakin mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihannya sehingga mampu menentukan sendiri standar keberhasilannya. e) Interaksi sosial akan memunculkan dukungan sosial Interaksi sosial merupakan suatu proses dimana individu memperhatikan dan merespon terhadap individu lain, sehingga dibalas dengan respon tertentu. dalam hubungan kesehariannya, orang tua sebagai orang yang dekat dengan individu dalam hubungan keduanya akan muncul saling mempengaruhi satu sama lain, saling mengubah dan memperbaiki (Gerungan, 2004: 57). Dukungan sosial adalah bantuan yang berasal dari orang-orang sekitar (setiap keluarga, lingkungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 masyarakat, teman dan lain sebagainya). Dalam hal ini kaitannya dengan rasa percaya diri adalah bagaimana interaksi sosial dapat memunculkan dukungan. Interaksi sosial dapat digambarkan oleh adanya hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak, sedangkan dukungan di sini kaitannya dengan respon orang tua dalam memberikan pengertian, semangat, informasi kepada remaja mengenai rasa percaya diri mereka. Dengan adanya hubungan dari orang tua melalui proses komunikasi diharapkan mampu meningkatkan dan munculnya pandangan positif akan rasa percaya diri. f) Jenis kelamin Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya kepercayaan diri individu. Pada umumnya laki-laki menunjukkan kepercayaan diri yang lebih baik dari pada perempuan, sehingga perempuan biasanya akan menampakkan rasa kurang percaya diri terhadap kemampuannya. Perempuan cenderung kurang stabil untuk mewujudkan kemampuan dan lebih memperhatikan fisiknya sehingga banyak perempuan mengalami kurang percaya diri terhadap keadan fisiknya. Dalam penelitiannya menurut Basow, Maccoby & Jacklin 1974 :115 menyebutkan bahwa perempuan merasa kurang percaya diri dari pada laki-laki. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat percaya diri berdasarkan perbedaan jenis kelamin adalah terbentuknya penilaian sosial yang mengurangi kepercayaan diri pada perempuan yang berkaitan dengan penampilan. Dengan menambah persepsi penilaian sosial maka akan mempertinggi kerusakan rasa percaya diri perempuan dari pada laki-laki. Perempuan merasa percaya diri dengan kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu dengan baik dan jika dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 diterima dalam kelompok dengan pengharapan ini tidak akan menjadi sebuah ancaman. Dengan rasa percaya diri mereka akan mampu mengatasi akibat / pengaruh tokenism. Percaya diri dapat menenangkan ancaman tokenism dan dapat berdampak negatif bagi perempuan dengan tingkat percaya diri rendah dari pada perempuan dengan tingkat percaya diri tinggi. 4. Ciri-ciri Percaya Diri Menurut Daradjat (1990: 19), ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah tidak memiliki keraguan dan perasaan rendah diri, tidak takut memulai sesuatu hubungan baru dengan orang lain, tidak suka mengkritik dan aktif dalam pergaulan dan pekerjaan, tidak mudah tersinggung, berani mengemukakan pendapat, berani bertindak, dapat mempercayai orang lain, dan selalu optimis. Menurut Anthony (1996: 66), ciri individu yang memiliki kepercayaan adalah sebagai berikut: a) Berpikir positif, yaitu menyadari dan mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengatasi rintangan. b) Tidak mudah putus asa, yaitu mampu menerima kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya. c) Memiliki sikap mandiri, yaitu sikap tidak bergantung pada orang lain dan melakukan sesuatu yang berdasarkan kemampuan yang dimiliki. d) Mampu berkomunikasi dengan baik, adalah melakukan hubungan dengan orang lain melalui komunikasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Berikut merupakan beberapa ciri atau karakteristik mempunyai rasa percaya diri yang proporsional diantaranya adalah: a) Percaya akan kompetensi/ kemampuan diri, hingga tidak membutuhkanpujian,pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain. b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. c) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi sendiri. d) Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil). e) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri, tidak menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/ mengharapkan bantuan orang lain). f) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya. g) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi (Jacinta R, 2001: 1). Pendapat lain dari Guilford (dalam Martani dan Afiatin, 1996, hal. 2), ciriciri individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah: a) Merasa optimis, yaitu selalu memandang masa depan denganharapan yang baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 b) Bertanggung jawab, yaitu berani mengambil resiko atas keputusan atau tindakan yang benar. c) Bersikap tenang, yaitu tidak cemas atau gugup dalam menghadapi situasi tertentu. Pendapat lain dari Hakim (2002: 5), ciri- ciri yang mempunyai kepercayaan diri adalah: a) Memiliki kompetensi/kemampuan diri. b) Berpikir positif, yaitu menyadari dan mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengatasi rintangan. c) Mandiri, sikap tidak bergantung pada orang lain dan melakukan sesuatuyang berdasarkan kemampuan yang dimiliki. d) Optimis, yaitu selalu memandang masa depan dengan harapan yang baik. e) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri. f) Bersikap tenang yaitu tidak cemas atau gugup dalam menghadapi situasi tertentu. g) Mampu bersosialisasi dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan pada diri sendiri untuk dapat merasa nyaman, aman; yakin kepada diri sendiri; tidak yakin orang lain selalu lebih baik; melakukan sebaik mungkin sehingga pintu terbuka dikemudian hari; menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi sehingga mampu meraihnya; tidak merasa minder ketika membandingkan diri sendiri dengan orang lain; memiliki kemampuan untuk bertindak dengan percaya diri; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 memiliki kesadaran adanya kegagalan dan melakukan kesalahan; merasa nyaman dengan diri sendiri, dan tidak khawatir dengan yang dipikirkan orang lain; memiliki keberanian untuk mencapai apa yang diinginkan. Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola komunikasi dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percara diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orangtuanya walaupun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksisitensinya. Dikemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri – seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya (Jacinta, 2002: 55) Lain halnya dengan orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anak, atau suka mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh anak, atau pun seolah menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada kemampuan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 kemandirian anak dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan. Tindakan overprotective orangtua, menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri segala sesuatu disediakan dan dibantu orangtua. Anak akan merasa, bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan membahagiakan orangtua. Anak akan merasa rendah diri di mata saudara kandungnya yang lain atau di hadapan temantemannya (Cholichul, 2007: 65) Surya (2007: 115), mengungkapkan kurangnya rasa percaya diri pada anak dapat ditimbulkan pula oleh pola komunikasi yang buruk dalam keluarga. Seperti berkata kasar pada anak, suka membentak, mengkritik, menjewer, memukul atau banyak melarang. Seorang anak yang setiap harinya dalam lingkup keluarga yang selalu mendapat makian, olokan atau hujatan tanpa menerima dukungan dan pujian maka anak akan menjadi lemah dan semakin tidak percaya diri. Hal tersebut akan mempengaruhi rasa percaya diri pada anak. Sehingga anak pun menjadi dihinggapi perasaan rendah diri atau minder. Melalui pola komunikasi yang tepat, orang tua bisa menyampaikan nilainilai yang baik kepada anaknya. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang, kelekatan emosional yang tulus dengan anak, serta pemberian penghargaan, hadiah atau pujian apabila mencapai suatu prestasi, keberhasilan atau kesuksesan akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Maka anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri (Rini, 2002: 35). Anak-anak belajar dari pengalaman bahwa berbicara dengan orang tua tidaklah menolong malah sering membuat tidak aman. Banyak orang tua yang oleh anak-anak mereka tidak “dianggap” sebagai sumber pertolongan. Hal inilah yang dapat mempengaruhi komunikasi antara orang tua dan anak karena tidak adanya rasa percaya pada diri anak terhadap orang tua, sehingga dapat mengakibatkan adanya jarak dalam hubungan atau renggangnya hubungan (Gordon, 1999: 87). D. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Shinta Agustina Cahyani (2015) yang mengemukakan tentang pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap Kedisiplinan siswa kelas IV SD Negri I Sumberejo Tahun ajaran 2014-2015. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shinta Agustina Cahyani, proses pola komunikasi orang tua dilaksanakan di kelas IV SD Negri I Sumberrejo dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa mengalami bahwa pola komunikasi orang tua memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi anak yang dapat bertanggung jawab dan mandiri. Pola komunikasi orang tua dapat mengembangkan kecerdasan sosial dari siswa, misalnya dengan terwujudnya sikap siswa yang semakin patuh, taat dan mampu bekerja sama dengan teman dan orang tuanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 Melalui penelitian ini, peneliti ingin menunjukkan bahwa Pola komunikasi orang tua bukan hanya mampu mengembangkan kedekatan dengan anak, mampu memberi rasa aman dan nyaman namun juga dapat memengaruhi sikap kepercayaan diri siswa. E. Kerangka Pikir Penelitian ini berfokus pada dua hal yang pertama ialah pola komunikasi orang tua dan yang kedua ialah kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Guna menjawab permasalahan yang ada peneliti menggunakan teori pola komunikasi dan teori kepercayaan diri. Pola komunikasi orang tua adalah sistem penyampaian pesan yang bisa diterima orang lain. pola komunikasi yang digunakan oleh orang tua untuk mengembangkan kepercyaan diri anak adalah Pola komunikasi terbuka. Dalam pola komunikasi terbuka memungkinkan adanya bentuk pesan komunikasi yang baik sehingga proses tersebut mencapai pada komunikasi yang efektif. Pola komunikasi terbuka memungkinkan orang tua mengembangnkan gaya komunikasi authoritative. Gaya komunikasi orangtua authoritative ini menerapkan aturanaturan serta komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Orang tua authoritative memiliki ketegasan dalam membimbing anak dan memiliki komunikasi yang hangat, penuh perhatian, nyaman, asertif, penuh kasih sayang, komunikasi yang membuat anak selalu merasa terdukung dalam proses pengembangan dirinya. Pola komunikasi terbuka sangat membantu anak untuk semakin mengenal dirinya sekaligus dapat membangun kepercayaan dalam dirinya lewat keterbukaan orang tua dalam berkomunikasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Melalui pola komunikasi terbuka, orang tua bisa menyampaikan nilai-nilai yang baik kepada anaknya. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang, kelekatan emosional yang tulus dengan anak, serta pemberian penghargaan, hadiah atau pujian apabila mencapai suatu prestasi, keberhasilan atau kesuksesan akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Maka anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri. Orang tua mempunyai peran yang sangat besar terhadap pembentukan rasa percaya diri anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui cara berkomunikasi dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Apabila pola komunikasi orang tua terjalin dengan tepat dan baik, maka akan membentuk kepercayaan diri anak dengan baik pula. Karena pola komunikasi dan kebiasaan yang orang tua tampilkan dalam sikap dan perilaku tidak lepas dari perhatian dan pengamatan seorang anak. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam interaksinya, individu mendapat umpan balik yang dapat berupa hadiah dan hukuman. Kepercayaan diri di definisikan sebagai suatu keyakinan individu untuk mampu berprilaku sesuai dengan yang diharapkan. Individu yang mempunyai rasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 kepercayaan diri adalah individu yang mampu bekerja secara efektif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Kepercayaan diri sering di identikkan dengan kemandirian meski demikian individu yang kepercayaan dirinya tinggi pada umumnya lebih mudah untuk terlibat secara pribadi dengan individu lain yang akan lebih berhasil dalam menjalin hubungan secara interpersonal. Dalam pembentukan kepercayaan diri ada banyak hal yang bisa memperngaruhi, misalnya sikap positif seseorang untuk meyakini terhadap segala aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya ataupun situasi yang dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, bekerja secara efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab. Ketika Siswa memiliki kepercayaan diri akan nampak dalam kesungguhannya dalam mengerjakan tugas sekolah maupun tugas rumah, ketika mereka harus tampil di depan teman-teman, serta ketika mereka mengerjakan tanggungjawab yang dipercayakan kepada mereka. F. Hipotesis Bertolak dari rumusan kajian teori, ada pengaruh dari Pola komunikasi orang tua (X) terhadap kepercayaan diri (Y) siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Berdasarkan pengertian dan kerangka berpikir di atas, maka dapat disampaikan hipotesis sebagai berikut: H0 : Tidak ada dampak Pola Komunikasi orang tua (X) terhadap kepercayaan diri (Y) siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. H1 : Ada dampak Pola Komunikasi orang tua (X) terhadap Kepercayaan diri (Y) siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif biasanya menggunakan angka, dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada penyajian data. Yang menunjukan variabel (X) pola komunikasi orang tua dan variabel (Y) kepercayaan diri siswa. B. Desain Penelitian Desain penelitian dirancang untuk menemukan ada dan tidaknya pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dan apabila ada, berapa besar pengaruh tersebut serta berarti tidak pengaruh tersebut (Arikunto.2002: 239). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri anak. Dalam penelitian ini adalah desain regresi linear sederhana antara variabel bebas ( pola komunikasi orang tua ) dengan variabel terikat ( Kepercayaan diri siswa). Hubungan dua variabel ini dapat digambarkan sebagai berikut: X X mempengaruhi Y Y PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 Keterangan : X = Pola komunikasi orang tua (Variabel Bebas) Y = Kepercayaan diri siswa (Variabel Terikat) C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Tarakanita Bumijo, yang beralamat Jl. Jalan Sindunegara Bumijo, Jetis, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena peneliti melihat bahwa siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta sudah cukup memiliki pengetahuan, penalarannya jalan dan pengalaman yang berkaitan dengan kepercayaan diri. Selain itu SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta dapat dijangkau dengan mudah. Karena peneliti juga pernah melaksanakan tugas di sekolah tersebut, sehingga lebih mudah untuk mengenal para siswa dari berbagai macam latar belakang dan karakter siswa. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ini pada pertengahan bulan Agustus 2016. Penelitian menggunakan waktu yang telah disediakan oleh pihak sekolah bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 D. Populasi dan Sampel Populasi adalah seperangkat unit analisis yang lengkap dan sedang diteliti, secara sedehananya, populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulnnya, (Sugiyono, 2014: 215). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Penelitian ini bersifat populatif. artinya seluruh populasi menjadi responden dalam penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh sekolah tersebut, jumlah siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta 115 orang. Jumlah populasi sebanyak 115 orang. Tabel 1. Jumlah Responden Kelas VA VB VC VD Jumlah Populasi 29 30 29 27 115 Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari kelas V secara keseluruhan. alasan seluruh siswa dijadikan sebagai sampel adalah agar data yang diperoleh menjadi lebih valid. Siswa kelas V dipilih sebagai sampel dalam penelitian karena siswa kelas V sudah bisa menalar, memiliki pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan pola komunikasi orang tua. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 E. Teknik dan Instrumen pengumpulan data 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur. terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah” pola komunikasi orang tua,” sedangkan variabel terikatnya adalah” kepercayaan diri anak. Variabel bebas (X) : Pola komunikasi orang tua Variabel Terikat (Y) : Kepercayaan diri anak 2. Defenisi Konseptual Variabel Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan pada BAB II, maka defenisi konseptual untuk Pola komunikasi orang tua (X) adalah: Penyampaian pesan terstruktur melalui kata-kata, lambang tertentu, dan pengoperan perangsang yang meliputi komunikasi terbuka samapai komunikasi tertutup. Kepercayaan diri (Y) adalah keyakinan yang dimiliki seseorang untuk bersikap dan bertindak berkaitan dengan keberanian dan kemampuan diri yang menjadi ciri khasnya untuk ditampilkan dalam kehidupannya di masyarakat, keluarga, dan sekolah. 3. Defenisi Operasional a. Pola Komunikasi orang tua Pola komunikasi orang tua adalah sistem penyampaian pesan yang bisa diterima orang lain. Hal ini meliputi dua pola komunikasi yakni: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 1) Pola komunikasi terbuka (Open Communication): Pola komunikasi orang tua yang dalam pengasuhannya memiliki ketegasan dalam membimbing anak dan memiliki komunikasi yang hangat, akrab, penuh perhatian, asertif, dan kasih sayang terhadap anak. 2) Pola komunikasi tertutup Pola komunikasi tertutup adalah proses komunikasi orang tua yang dalam pengasuhannya sangat kaku, dimana orang tua cendrung memberi perintah, dan mengharuskan anak agar menjalankan semua perintah dan aturan yang diberikan tanpa harus mengetahui alasan, tujuan dan tanpa boleh bertanya, dan tidak memiliki komunikasi yang efektif, serta gagal memberikan kehangatan kepada anak mereka. b. Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk menyakini terhadap segala aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya atau situasi yang dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya. Kepercayaan diri manusia meliputi: percaya diri batin dan percaya diri lahir. Percaya diri batin meliputi: Cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, dan berpikir positif. sedangkan percaya diri lahir meliputi: pengendalian perasaan. 4. Tenik Pengumpulan Data komunikasi, penampilan diri, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalului penyebaran angket. Penyebaran angket dilakukan secara cross sectional yaitu data diperoleh pada saat yang sama. Instrumen yang didistribusikan kepada siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 sebagai sampel dalam penelitian. Setelah diisi angket langsung dikembalikan kepada peneliti pada hari yang sama, untuk mendapatkan data yang fakta atau aktual mengenai pola komunikasi orang tua dan kepercayaan diri anak. 5. Alat Instrumen pengumpulan Data Alat instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner adalah serangkaian daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan tersebut, pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri dapat diketahui. Bentuk kuisioner adalah kuisioner langsung yakni daftar pertanyaan langsung dijawab oleh reponden yang dinilai. Sifat kuisioner adalah tertutup yakni responden dengan bebas tanpa paksaan atau dorongan memilih jawaban dengan menggunakan checklist (ν) pada jawaban yang dipilih. 6. Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data ialah cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2009: 24). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran angket. Cara yang dilakukan dengan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan Pola komunikasi orang tua dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 kepercayaan diri siswa. Adapun rincian pertanyaan pola komunikasi orang tua 44 pertanyaan dan kepercayaan diri anak sebanyak 21 pertanyaan. Penyebaran angket ini diberikan kepada semua siswa kelas V dengan jumlah populasi sebanyak 115 untuk memperoleh informasi mengenai pola komunikasi orang tua dan kepercayaan diri. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya berbentuk angket. Rentang skor untuk setiap instrumen 1-4 yaitu: setuju- tidak setuju dan selalu-tidak pernah dengan bobot nilai berjenjang 4,3,2,1. jadi nilai maksimum yang dapat diperoleh tiap satu item pernyataan adalah 4 poin dan terendah adalah 1 poin. Tabel 2. Skor alternative Jawaban Variabel X dan Y Alternatif Jawaban Skor Setuju - Tidak setuju 4 -1 Selalu - Tidak pernah 4 -1 7. Kisi-Kisi Penelitian Table 3. kisi-kisi Instrumen Variabel Pola Komunikasi orang tua NO 1. Sub Variabel Indikator Pola Komunikasi Menjadi pendengar terbuka yang baik Item soal 2 No Item 1, 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 Keakraban 3 3, 4, 5 Menjadi Sahabat 3 6, 7, 8 Kedekatan 4 9, 10, 11, 12 Sopan santun 4 13, 14, 15, 16 Kasih sayang 3 17, 18, 19 Keterbukaan 3 20, 21, 25 7 22, 23, 24, Perhatian 26, 27, 28, 29 2 Pola komunikasi tertutup Bersikap kaku 4 30, 31, 32, 33 34, 35, 36, Mendominasi 5 37, 38 Marah 3 39, 40, 41 Membandingkan 1 42 Mengacaukan anak 2 43, 44 Jumlah total 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Variabel kepercayaan diri No Sub Variabel Indikator Item No soal Item 2 45, 46 2 47, 48 2 49, 50 2 51, 52 1 53 1 Cinta diri Memenuhi kebutuhannya Peduli diri sendiri Menghargai segala kebutuhannya baik kebutuhan jasmani maupun rohani yang setara dengan kebutuhan orang lain. 2 Pemahaman Menyadari kekuatan diri mereka diri untuk mengembangkan kemampuan mereka sepenuhnya Anak akan mengenal kelemahan dan keterbatasan dalam dirinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 3 4 Tujuan yang Anak yang selalu tahu tujuan jelas hidupnya, Berpikir Memandang orang lain dari sisi Positif yang positifnya. 2 54, 55 2 56, 57 2 58, 59 2 60, 61 2 62, 63 2 64, 65 percaya bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan baik 5 Komunikasi Memiliki dasar yang baik dalam bidang ketrampilan berkomunikasi anak akan dapat mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang dan penuh perhatian, 6 Penampilan Ketrampilan penampilan diri akan diri mengajarkan pada seseorang betapa pentingnya, tampil sebagai orang yang percaya diri. 7 Pengendalian Kemampuan seseorang untuk perasaan dapat mengontrol atau mengendalikan emosi atau perasaan dalam situasi apapun. Jumlah total 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Setelah instrumen dalam penelitian ini mendapat persetujuan dari dosen pembimbing untuk didistribusikan kepada responden, maka peneliti mendistribusikan kepada responden sesuai dengtan jumlah populasi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini yakni siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016. Kemudian instrumen tersebut diisi oleh sampel dalam penelitian ini secara terbimbing sesuai dengan waktu yang telah diberikan oleh kepala sekolah dalam mengisi instrumen penelitian ini. Instrumen yang didistribusikan kepada responden untuk diisi berjumlah 115 instrumen. Pada tanggal 5 September 2016 sebanyak 115 instrumen yang di distribusikan. Instrumen yang kembali pada hari yang sama berjumlah 100 Instrumen, lima orang siswa tidak masuk sekolah. Dengan demikian instrumen keseluruhan yang kembali 100, dan yang terpakai untuk dianalisis lebih lanjut 100 instrumen. Keseluruhan instrumen tersebut memiliki jawaban yang lengkap sehingga layak untuk digunakan dalam analisis data lebih lanjut. 8. Pengembangan Instrumen a. Uji coba terpakai Uji coba instrumen ini bersifat uji coba terpakai dalam arti peneliti hanya satu kali menyebarkan instrument untuk dipakai dalam mengumpulkan data penelitian. Butir instrumen yang sudah diisi oleh responden akan diuji tingkat validitas dan realibilitasnya. Butir soal yang memiliki nilai validitas dan realibilitas rendah akan dibuang dan tidak dipakai dalam analisa data. sedangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 yang memenuhi syarat dalam uji validitas dan realibilitas akan dipakai untuk menguji hipotesis. b. Uji Validitas Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas dan ralibilitas. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian Duwi Priyatno (2016: 143) Menurut Hadi (1990: 102) validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur, artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam uji coba terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf signifikansi 0,05 dengan N 100 orang, maka butir yang memiliki koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,159 dianggap valid dan layak digunakan dalam penelitian ini. Uji validitas dalam penelitian ini perhitunganya dibantu dengan program SPSS 16.0 For windows. 1) Analisis Validitas Instrumen Variabel X Tabel 5. Hasil analisis validitas variabel X : Butir Soal rhitung rtabel Keterangan 1 0,187 0,159 Valid 2 0,426 0,159 Valid PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 3 0,343 0,159 Valid 4 0,257 0,159 Valid 5 0,352 0,159 Valid 6 0,456 0,159 Valid 7 0,237 0,159 Valid 8 0,433 0,159 Valid 9 0,352 0,159 Valid 10 0,445 0,159 Valid 11 0,519 0,159 Valid 12 0,390 0,159 Valid 13 0,334 0,159 Valid 14 0,339 0,159 Valid 15 0,331 0,159 Valid 16 0,369 0,159 Valid 17 0,302 0,159 Valid 18 0,562 0,159 Valid 19 0,232 0,159 Valid 20 0,417 0,159 Valid 21 0,468 0,159 Valid 22 0,506 0,159 Valid 23 0,500 0,159 Valid 24 0,397 0,159 Valid 25 0,480 0,159 Valid 26 0,330 0,159 Valid 27 0,346 0,159 Valid 28 0,386 0,159 Valid 29 0,439 0,159 Valid 30 0,348 0,159 Valid 31 0,283 0,159 Valid 32 0,262 0,159 Valid PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 33 0,190 0,159 Valid 34 0,382 0,159 Valid 35 0,254 0,159 Valid 36 0,302 0,159 Valid 37 0,259 0,159 Valid 38 0,247 0,159 Valid 39 0,344 0,159 Valid 40 0,165 0,159 Valid 41 0,157 0,159 Tidak Valid 42 0,099 0,159 Tidak Valid 43 0,185 0,159 Valid 44 0,053 0,159 Tidak Valid Berdasarkan hasil analisis uji validitas variabel X, menunjukan bahwa data pada variabel X, yakni sebanyak 41 butir soal adalah valid, yaitu inatrumen no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 43 dan memiliki 3 instrumen yang tidak valid yaitu instrumen no 41, 42 dan 44. 2) Analisis Validitas Instrumen Variabel Y Tabel 6. Hasil analisis Validitas Variabel Y: Butir Soal rhitung rtabel Keterangan 45 0,481 0,159 Valid 46 0,504 0,159 Valid 47 0,460 0,159 Valid 48 0,373 0,159 Valid 49 0,399 0,159 Valid PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 50 0,381 0,159 Valid 51 0,388 0,159 Valid 52 0,509 0,159 Valid 53 0,568 0,159 Valid 54 0,552 0,159 Valid 55 0,531 0,159 Valid 56 0,621 0,159 Valid 57 0,474 0,159 Valid 58 0,359 0,159 Valid 59 0,455 0,159 Valid 60 0,441 0,159 Valid 61 0,684 0,159 Valid 62 0,444 0,159 Valid 63 0,387 0,159 Valid 64 0,639 0,159 Valid 65 0,374 0,159 Valid Pada hasi analisis Uji validitas variabel Y, menunjukan bahwa data pada variabel Y secara keseluruan memiliki butir soal yang valid, karena seluruh nilai r hitung menunjukan jumlah yang lebih besar dari pada r tabel . c. Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpul data yang digunakan (Riduwan, 2100: 213). Uji reliabilitas dalam penelitian ini mengukur koesistensi internal, yaitu apakah item-item dari skala yang dipakai berhubungan satu dengan yang lainnya. Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika koefisien semakin mendekati 1,00 maka hasil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 pengukuran mendekati taraf sempurna. Dalam penelitian ini, uji coba reliabilitas dilakukan dengan teknik formula Alpha cronbach menggunakan Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows dengan metode Alpha Cronbach. 1) Reliabilitas Instrumen Variabel X Tabel 7. Hasil analisis reliabilitas variabel X: Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .754 44 Berdasarkan hasil output SPSS 16.0 for windows. Dalam tabel menghasilkan nilai Cronbach’Alpha untuk keseluruhan skala pengukuran pada variabel X sebesar 0.754. Cronbach’s Alpha tersebut memiliki nilai diatas batas 0.60. Dengan demikian dapat disimpulkan untuk variabel X memiliki reliabilitas tinggi. 2) Reliabilitas Instrumen Variabel Y Tabel 8. Hasil analisis reliabilitas variabel Y Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .827 21 Nilai Cronbach’s Alpha yang dihasilkan dari analisis reliabilitas variabel Y diata, menunjukan hasil output program SPSS 16.0 for windows dinilai Cronbach’s Alpha untuk keseluruhan skala pengukuran pada variabel Y sebesar 0,827. Nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Cronbach’s Alpha tersebut memiliki nilai pada rentang 0,80-1,00. Dengan demikian dapat disimpulkan untuk variabel Y memiliki reliabilitas yang cukup tinggi. B. Teknik Analisis Data 1. Persyaratan Analisis Uji persyaratan analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Uji persyaratan mencakup uji normalitas dengan melihat tabel normal probability plot, uji linearitas dengan melihat tabel anova dan uji Homokedastisitas dengan melihat tabel scater plot. a. Uji Normalitas Data Uji normalitas dipergunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah data yang ada merupakan data yang normal atau tidak. hal ini akan berkaitan dengan data yang repsentatif atau tidak representatif, sehingga dapat disebut generalisasi. Data yang perlu diuji normalitasnya adalah dua variabel dalam penelitian, yaitu variabel X: Pola komunikasi orang tua dan variabel Y: kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan program SPSS 16.0 For windows. Apabila sebaran data mendekati garis linear, maka data tersebut normal, sedangkan sebaliknya, apabila sebaran data menjauhi garis linear maka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 data tersebut tidak normal. demikian juga jika dilihat dalam histogram, apabila data berbentuk lengkungan di tengah maka data tersebut normal. b. Uji Linearitas Regresi Uji linearitas digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh, memprediksi besarnya arah pengaruh serta meramalkan besarnya variabel dependen jika nilai variabel diketahui( Riduwan, 2010:220). persamaan regresi yang diuji adalah model regresi linear sederhana variabel pola komunikasi orang tua (X) terhadap variabel kepercayaan diri siswa (Y). dalam menganalisis linaritas regresi ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.0 For windows, dengan kriteria jika nilai linearity dibawah atau sama dengan 0.05 maka kelinearan terpenuhi. c. Uji Homogenitas Uji Homogenitas digunakan untuk memperlihatkan atau menguji apakah dua kelompok data yang digunakan dalam penelitian memiliki varian yang relative sama(homogen). Melalui uji homogenitas, dapat diketahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogeny atau tidak. Dalam penelitian proses pengujian menggunakan bantuan program SPSS 16.0 For windows. Jika signifikansi yang didapat > 0.05, maka disimpulkan bahwa data memiliki varian yang sama. Jika signifikansi < 0.05, maka data tidak memiliki varian yang sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 d. Uji Homokedastissitas Homokedastisitas adalah kondisi ketika residu pada tiap nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan atau tetap. Pengujian Homokedastisitas dapat dilihat pada grafik scaterplot. Apabila sebaran titik-titik yang menunjukan hubungan antara prediksi dan residu tidak membentuk pola (menyebar) maka homokedastisitas terpenuhi. sebaliknya jika sebaran titik tidak membentuk pola maka data bersifat heterokedastisitas atau homokedastisitasnya tidak terpenuhi. 2. Teknik Analisis data a. Analisis Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif terdiri dari analisis deskriptif frekuentif dan analisis deskriptif statistik. Analisis deskrptif frekuentif akan menunjukan frekuensi dari skala yang dipergunakan, sedangkan analisis deskrptif statistik akan memiliki nilai minimal (Min), nilai maksimal (Max), Standar Deviasi (SD), kisaran (range), modus (mode), nilai tengah (median), jumalah (sum), dan purata (mean). Untuk mendeskripsikan data, maka dilakukan deskripsi data berdasarkan tiap variabel x dan y. b. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi sederhana dengan bantuan SPSS. Uji hipotesis diperoleh dengan melihat nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 signifikansi dalam tabel Anova dan Coefficient, kemudian dibandingkan dengan taraf signifikansi (α) 5% (0,05). Adapun ketentuan penerimaan atau penolakan, ialah apabila nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan ( ≤ ) 0,05 maka H1 diterima dan H0 di tolak. dan apabila signifikansi lebih dari (0,05 (>) maka H1 ditolak dan H0 diterima. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel bebas ( X) yaitu Pola komunikasi orang tua dengan variabel terikat (Y) yaitu kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan hasil penelitian beserta pembahasannya. Hasil analisis untuk instrumen yang telah dibuat dan diisi oleh responden guna penelitian “Pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun Pelajaran 2015-2016” diperoleh berdasarkan hasil pengolahan data dalam program program SPSS 16.0 For windows. Instrumen yang terisi secara lengkap sebagai data sebanyak 100 buah dari jumlah keseluruhan 115 yang dibagikan kepada responden. A. Hasil Penelitian 1. Uji Persyaratan Analisis Dalam penelitian ini, untuk uji persyaratan analisis terdiri dari satu variabel bebas (independent) yaitu pola komunikasi orang tua dengan sub variabel: pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup, untuk variabel terikatnya (dependent) adalah kepercayaan diri dengan sub variabel: cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, berpikir positif, komunikasi, penampilan diri, pengendalian perasaan. Adapun hal yang dianalisis dalam uji persyaratan adalah uji normalitas, uji linearitas, uji homokedastisitas dan uji homogenitas. Uji persyaratan analisis diolah dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16. Uji normalitas mengacu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 pada hasil analisis tabel tes normalitas dan normal P-P Plot pola komunikasi orang tua dan P-P Plot kepercayaan diri , uji linearitas mengacu pada hasil tabel anova dan uji homokedastisitas mengacu pada hasil analisis tabel scatterplot. a. Uji Normalitas Uji Normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov melihat nilai signifikansi (sig.) didalam tabel Tests of Normality dalam bagian KolmogorovSmirnov dengan nilai 0.05. Jika nilai signifikansi < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0.05 maka data berkonstribusi dengan normal. Uji normalitas menjadi salah satu indicator untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh dari sampel penelitian benar-benar representif terhadap populasi. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat dalam grafik berikut: Tabel. 9 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Pola Komunikasi Orangtua .076 Df 100 Sig. .174 Kepercayaan .070 100 .200* Diri *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Shapiro-Wilk Statistic Df .986 100 .990 100 Sig. .380 .684 Dari tabel output SPSS Tests of Normality di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk variabel pola komunikasi orang tua (X) bernilai 0.174, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 dan untuk variabel Kepercayaan diri (Y) 0.200. Maka, dapat disimpulkan bahwa signifikan variabel X ( 0.174) > 0.05, dan signifikansi Y (0.200) > 0.05, sehingga kedua variabel tersebut berdistribusi secara normal. Cara lain yang digunakan untuk membaca nilai signifikansi dari data uji normalitas adalah bila P-value kurang dari (≤) 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal, namun sebaliknya bila nilai P-value suatu data lebih dari (≥ ) 0,05 maka akan berdistribusi normal. berikut hasil uji normalitas berdasarkan grafik Normal Probability Plot (P-P Plot) Dari hasil pengujian normalitas berdasarkan Normal Probabilility Plot terlihat bahwa sebaran data yang berada di sekitar garis lurus dan titik-titik data membentuk pola linear sehingga konsisten dengan distribusi normal. Dengan demikian maka data yang terdapat pada variabel pola komunikasi orang tua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 adalah normal. Untuk mengetahui normalitas juga dapat diketahui melalui grafik Detended Normal Q-Q Plot sebagai berikut: Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa titik-titik nilai data menyebar di sekitar garis diagonal, mengikuti arah garis diagonal, dan terletak didalam garis diagonal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pola komunikasi orang tua berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selain melihat hasil normalitas untuk variabel pola komunikasi orang tua juga dipaparkan hasil pengujian normalitas untuk variabel kepercayaan diri, dapat dilihat melalui tabel dengan hasil dalam tabel Test of Normality dan Normal Probabilility Plot berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Hasil uji coba data Normal Probabilility Plot didapatkan bahwa data variabel keprcayaan diri siswa berasal dari suatu populasi berdistribusi normal karena titik-titik data variabel kepercayaan diri siswa terletak di garis lurus dan membentuk pola linear sehingga konsisten dengan distribusi normal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Tabel 10. Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Kepercaya .070 100 .200* .990 100 .684 an Diri *. This is a lower bound of the true significance a. Lilliefors Significance Correction Dari hasil uji normalitas terlihat bahwa kepercayaan diri siswa memiliki Pvalue = 0,200 Uji Normalitas Liliefors (Kolmogorov-Smirno) dan P-value = 0,684 untuk uji normalitas Shapiro-Wilk. kedua P-Value lebih besar dari α = 0,05 sehingga Ho: data yang berasal dari populasi yang terdistribusi normal. b. Uji Linearitas Tabel 11. ANOVA Sum of Squares (Combine d) Linearity Kepercaya Between Deviation an Diri * Groups Pola from Komunika si Linearity Orangtua Within Groups Total df Mean Square 2753.510 42 65.560 1261.660 1 1491.850 41 36.387 2239.000 57 39.281 4992.510 99 F Sig. 1.669 .036 1261.660 32.119 .000 .926 .597 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Berdasarkan hasil analisis program SPSS For windows 16.0 dalam ANOVA table di atas, diketahui nilai F sebesar 0,926 dengan nilai signifikansi Deviation from Linearity 0,597. Data dapat dikatakan linear bila signifikansi Deviation from Lineariy < 0,05 dan sebaliknya bila data signifikansi Deviation from Linearity > 0,05 maka data tersebut tidak linear. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa data linear, karena nilai signifikansi Deviation from Linearity 0,597 > 0,05. Melalui hasil uji linearitas ini, dapat diketahui bahwa variabel kepercayaan diri diri memiliki hubungan linear yang signifikan dengan variabel pola komunikasi orang tua. c. Uji Homogenitas Uji homogenitas adalah cara yang digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. jika signifikani > 0,05, maka dapat diketahui bahwa varian sama sedangkan jika signifikansi < 0,05, maka diketahui bahwa varian tidak sama. Kepercayaan Diri Tabel 12. Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. 3.380a 23 57 .000 a. Groups with only one case are ignored in computing the test of homogeneity of variance for Kepercayaan Diri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 Dari hasil output tabel ANOVA tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi variabel kepercayaan diri 0,000 < 0,005 . Maka dapat disimpulkan bahwa data kepercayaan diri berdasarkan variabel pola komunikasi orang tua memiliki varian yang berbeda. d. Uji Homokedastisitas Homokedastisitas adalah kondisi ketika nilai residu pada tiap nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan atau tetap. pengujian Homokedastisitaas dapat dilihat pada grafik scaterplot. Apabila sebaran titik-titik yang menunjukan hubungan antara prediksi dan residu tidak berbentuk pola (menyebar) maka Homokedastisitas terpenuhi. Sebaliknya jika sebaran titik membentuk suatu pola maka data bersifat heterokedasitiisitas. Di dalam menganalisis data untuk regresi, heterokedasitiisitas perlu dihindari karena pada prinsipnya residu adalah variabel yang bersifat acak. Jika antara nilai prediksi dan residu memiliki keterkaitan (membentuk pola), maka keduanya adalah variabel yang sama, dalam hal ini sama sekali tidak masuk akal. ketika ini terjadi, maka analisis regresi tidak diterapkan. Hasil uji homokedastisitas melalui program SPSS for windows 16.0 dapat dilihat pada grafik Scatterplot berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Dari Scatterplot anatara standardized* ZRESID dan standardized predicted value*ZPRED tidak membentuk suatu pola dan tersebar di antara titik nol (0) pada sumbu x dan y, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa nilai residu dan nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan. dengan demikian homokedastisitas terpenuhi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 2. Analisis Deskripsi Tabel 13. Descriptive Statistics N Pola Komunikasi 100 Orangtua Kepercayaan 100 Diri Valid N 100 (listwise) Descriptive Statistics Range Mini Maxi Sum Mean mum mum 73 90 163 33 51 84 12803 Std. Variance Deviation 128.03 11.78550 6693 66.9300 7.10137 138.898 50.429 Pada hasil output tabel Descriptive Statistics di atas, menyajikan data berupa N, range, minimum, maximum, mean, Std. Deviation dan variance pada masing-masing variabel. Dalam tabel ditampilkan jumlah N sebanyak 100 yang menunjukkan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Range pada pola komunikasi orang tua adalah 73 lebih besar dibandingkan range kepercayaan diri yaitu 33. Nilai minimum pada Pola komunikasi orang tua adalah 90 lebih besar dari nilai minimum kepercayaan diri yaitu 51. Nilai maximum dari pola komunikasi orang tua adalah 163 lebih besar dari nilai maximum kepercayaan diri yaitu 84. Nilai rata-rata (mean) dari Pola komunikasi orang tua adalah 128,03 lebih besar dari pada kepercayaan diri yaitu 66.93 Pada tabel di atas juga ditunjukkan nilai Std. Deviation yang diperoleh Pola komunikasi orang tua adalah 11.78550 lebih besar dari pada nilai Std. Deviation kepercayaan diri yaitu 7.10137. Pada variance pola komunikasi orang tua adalah 138.898 lebih besar dari kepercayaan diri yaitu 50.429. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 3. Deskripsi Data a. Pola komunikasi orang tua Tabel 14. Rangkuman Statistik Deskriptif pola komunikasi orang tua: Statistik Pola komunikasi orang tua Statistics Pola Komunikasi Orangtua N Valid ∑ instrumen 100 44 Mean 128.0300 Median 128.0000 Mode 122.00a Std. Deviation 11.78550 Variance 138.898 Range 73.00 Minimum 90.00 Maximum 163.00 Sum 12803.00 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Dari tabel statistik di atas menunjukan variabel (X) tentang Pola Komunikasi Orang tua. Dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 44 butir item. Data ini meliputi: pertama sub variabel pola komunikasi terbuka dengan indikator menjadi pendengar yang baik (3 item), keakraban (4 item), menjadi sahabat (4 item), kedekatan (4 item), sopan santun (3 item), kasih sayang (3 item), keterbukaan (3 item) dan perhatian (3 item). Kedua sub variabel pola komunikasi tertutup dengan indikator bersikap kaku (3 item), mendominasi (5 item), marah (3 item), membandingkan (3 item) dan mengacukan anak (3 item). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Dari data tersebut diketahui pula rata-rata pola komunikasi orang tua dengan harga mean 128,030 Std. Deviation 11,785. Untuk range adalah 73 dengan skor maximum 163 dan minimum 90. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 128,00, nilai yang sering muncul (mode) 122 dan untuk nilai sum adalah 12803. Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa. Pola komunikasi orang tua yang sudah ada, kemudian dideskripsikan berdasarkan sub variabel seperti pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup adalah sebagai data berikut: 1) Pola Komunikasi terbuka Tabel 15: Rangkuman Statistic pola komunikasi terbuka Valid 100 N Missing 0 ∑ 29 Mean 96,1000 Median 97,0000 Mode 106,00 Std. Deviation 9,59219 Variance 92,010 Range 54,00 Minimum 62,00 Maximum 116,00 Sum 9610,00 Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 29 item. Data ini meliputi: pertama sub variabel pola komunikasi terbuka dengan indikator menjadi pendengar yang baik (2 item), keakraban (3 item), menjadi sahabat (3 item), kedekatan (4 item), sopan santun (4 item), kasih sayang (3 item), keterbukaan (3 item) dan perhatian (7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 item). Dari data tersebut diketahui pula rata-rata pola komunikasi terbuka dengan harga mean 96,1000 Std. Deviation 9,59219 . Untuk range adalah 54 dengan skor maximum 116 dan minimum 62. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 97,0000, nilai yang sering muncul (mode) 106,00 dan untuk nilai sum adalah 9610,00. Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pola komunikasi terbuka mendukung kepercayaan diri siswa. Tabel. 16. Deskripsi frekuentif pola komunikasi terbuka Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase Sangat terbuka 89,75 - 116 75 75% Cukup terbuka 69,5 - 89,75 24 24% Kurang terbuka 49,25 - 69,5 1 1% Sangat tidak terbuka 29 - 49,25 0 0% Jumlah 100 100% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 Tabel di atas menunjukan pola komunikasi orang tua pada sub variabel pola komunikasi terbuka dengan hasil frekuensi sebagai berikut: dari 100 siswa, dan 29 butir item dengan skor 75 siswa (75%) berpendapat sangat terbuka, 24 siswa (24%) berpendapat cukup terbuka, 1 siswa (1%) berpendapat kurang terbuka, dan 0% yang berpendapat sangat tidak terbuka. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum sub variabel pola komunikasi terbuka orang tua terhadap anak dikategorikan terbuka. Selanjut Skor 1% dari kriteria kurang terbuka menunjukan bahwa siswa kurang mendapat waktu makan bersama sepulang sekolah, selain itu orang tua kurang mengajak komunikasi hati dengan siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 2. Pola komunikasi tertutup Tabel 17. Rangkuman Statistik Pola komunikasi tertutup Valid 100 N Missing ∑ Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum 0 15 31,9300 31,0000 36,00 6,98665 48,813 43,00 20,00 63,00 3193,00 Salah satu sub variabel dalam variabel pola komunikasi orang tua adalah pola komunikasi tertutup. Pada tabel statistik tentang sub variabel pola komunikasi tertutup dapat diketahui bahwa N Valid 100 dengan jumlah instrumen 15. Data ini meliputi indikator bersikap kaku (4 item), mendominasi (5 item), marah (3 item), membandingkan (1 item) dan mengacukan anak (2 item). Dan dapat dilihat jumlah mean sebesar 31,9300, median 31,0000, mode 36,00 , standar deviasi 6,98665 , varience 48,813 , range 43,00 , skor minimum 20,00, skor maksimum 63,00 dan sum 3193,00 di bawah ini akan dipaparkan sub PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 18. Deskriptif frekuentif pola komunikasi Tertutup Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase Sangat tertutup Cukup tertutup Kurang tertutup Sangat tidak tertutup Jumlah 53,26 – 66,06 40,51 – 53,26 27,76 – 40,51 15 – 27,76 2 4 65 29 100 2% 4% 65% 29% 100% Tabel di atas menunjukan pola komunikasi orang tua pada sub variabel pola komunikasi tertutup dengan hasil frekuensi sebagai berikut: dari 100 siswa, 2 siswa (2%) berpendapat sangat tertutup, 4 siswa (4%) berpendapat cukup tertutup , 65 siswa (65%) berpendapat kurang tertutup, dan 29 anak (29%) yang berpendapat sangat tidak tertutup. Data di atas sebagian besar masuk kategori baik dan berhasil sesuai dengan keadaan siswa yang membutukan yang baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 b. Kepercayaan diri Tabel 19. Statistik Kepercayaan diri Statistics Pola Komunikasi Kepercayaan diri Valid Missing ∑ Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum N 100 0 21 194.9600 195.5000 204.00 16.53702 273.473 100.00 141.00 241.00 19496.00 Statistik pada tabel diatas merupakan variabel (Y) tentang Kepercayaan diri. Dari tabel statistik di atas menunjukan hasil penelitian mengenai kepercayaan diri siswa. Secara keseluruhan hasil penelitian dalam variabel (Y) masuk kategori baik. Hasil tersebut dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 21 butir item. Data ini meliputi: Sub variabel cinta diri (6 item), pemahaman diri (3 item), tujuan yang jelas (2 item), berpikir positif (4 item) komunikasi (2 item), penampilan diri (2 item ), pengendalian perasaan (2 item). Dari data tersebut diketahui pula rata-rata kepercayaan diri siswa dengan harga mean 194 Std. Deviation 16,537. Untuk range adalah 100 dengan skor maximum 241 dan minimum 141. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 195, nilai yang sering muncul (mode) 204 dan untuk nilai sum adalah 19496,00. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang kepercayaan diri siswa sangat baik. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1) Cinta Diri Tabel 20. Statistic Cinta Diri N Valid 100 ∑ Instrumen 6 Mean 19.2200 Median 19.5000 Mode 20.00 Std. Deviation 2.43535 Variance 5.931 Range 11.00 Minimum 13.00 Maximum 24.00 Sum 1922.00 Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 6 butir item. Data ini bagian dari : variabel kepercayaan diri yang meliputi indikator memenuhi kebutuhan (2 item), peduli diri sendiri (2 item), menghargai kebutuhan jasmani dan rohani (2 item). Dari data tersebut diketahui pula rata-rata sub variabel cinta diri dengan harga mean 19,2200 Std. Deviation 2,43535. Untuk range adalah 11 dengan skor maximum 24,00 dan minimum 13,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 19,5000, nilai yang sering muncul (mode) 20,00 dan untuk nilai sum adalah 1922,00. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh kepercayaan diri terhadap cinta siswa (siswa dapat belajar dengan tekun demi meraih cita-cita). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 21. Deskripsi frekuentif Cinta Diri Kriteria Interval Sangat Peduli Cukup Peduli Kurang Peduli Sangat Kurang Peduli 19,6 - 24 16 – 19,5 10,6 - 15 6- 10,5 Berdasarkan grafik Jumlah Anak 50 43 7 0 100 Presentese 50% 43% 7% 0% 100% di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif frekuentif bagi sub variabel Y, cinta diri. Hasil tersebut dapat dilihat dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 50 siswa (50%) berpendapat sangat peduli, 43 siswa (43%), berpendapat cukup peduli, 7 siswa (7%) berpendapat kurang peduli, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 dan 0% berpendapat sangat kurang peduli. Dapat dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan peduli. 2). Pemahaman Diri Tabel 22. Statistik Pemahaman Diri N Valid ∑ Instrumen 100 3 Mean 9.9600 Median 10.0000 Mode Std. Deviation 10.00a 1.32513 Variance 1.756 Range 5.00 Minimum 7.00 Maximum 12.00 Sum 996.00 Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 3 butir instrumen. Data ini bagian dari: variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel pemahaman diri dengan indikator menyadari kekuatan diri (2 item), mengenal kelemahan dan keterbatasan dalam diri (1 item). Dari data tersebut diketahui pula rata-rata sub variabel pemahaman diri dengan harga mean 9,9600 Std. Deviation 1,32513. Untuk range adalah 5,00 dengan skor maximum 12,00 dan minimum 7,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 10,000 nilai yang sering muncul (mode) 10,00 dan untuk nilai sum adalah 996,00. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh kepercayaan diri terhadap pemahaman diri siswa (siswa datang ke sekolah tepat waktu). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 23. Deskripsi frekuentif Pemahaman Diri Kriteria Sangat memahami diri Cukup memahami diri Kurang memahami diri Sangat Kurang memahami diri Jumlah Berdasarkan grafik Interval 9,76 -12 7,6- 9,75 5,26 – 7,5 3 – 5,26 Jumlah Anak 63 37 0 0 100 Presentese 63% 37% 0% 0% 100% di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif frekuentif bagi sub variabel Y, pemahaman diri. Hasil tersebut dapat dilihat dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 63 siswa (63%) berpendapat sngat memahami diri, 37 siswa (37%), berpendapat cukup memahami diri, 0 siswa (0%) berpendapat kurang memahami diri, dan 0 siswa 0% berpendapat sangat kurang memahami diri. Dapat dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 3). Tujuan yang jelas Tabel : 24. Statistik Tujuan yang jelas N Valid ∑ Instrumen Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum 100 2 6.5700 7.0000 7.00 1.09411 1.197 4.00 4.00 8.00 657.00 Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 2 butir instrumen. Data ini bagian dari: variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel tujuan yang jelas dengan indikator siswa yang tahu tujuan hidupnya (2 item). Dari data tersebut diketahui pula rata-rata sub variabel tujuan yang jelas dengan harga mean 6,5700 Std. Deviation 1,09411. Untuk range adalah 4,00 dengan skor maximum 8,00 dan minimum 4,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 7,0000 nilai yang sering muncul (mode) 7,00 dan untuk nilai sum adalah 657,00. Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh kepercayaan diri terhadap Tujuan yang jelas siswa (siswa mengerjakan tugas dari guru dengan benar, berusaha mengembangkan bakat yang dimiliki dengan latihan terus-menerus). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 Tabel 25. Deskripsi frekuentif Tujuan yang jelas Kriteria Interval Sangat Optimis 6,6 - 8 55 55% Cukup Optimis 5 – 6,5 40 40% Kurang Optimis 3,6 - 5 5 5% Sangat tidak Optimis 2 – 3,5 0 0% Jumlah Berdasarkan grafik Jumlah Anak 100 Presentese 100% di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif frekuentif bagi sub variabel Y, Tujuan yang jelas. Hasil tersebut dapat dilihat dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 55 siswa (55%) berpendapat sangat optimis, 40 siswa (40%), berpendapat cukup optimis, 5 siswa (5%) berpendapat kurang optimis , dan 0 siswa 0% berpendapat sangat tidak optimis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 Dapat dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa. 6). Berpikir Positif Tabel 26. Statistik Berpikir positif N Valid ∑ Instrumen Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum 100 4 12.7100 13.0000 12.00 1.80513 3.258 7.00 9.00 16.00 1271.00 Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 4 butir instrumen. Data ini bagian dari: variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel Berpikir Positif dengan indikator siswa memandang orang lain dari sisi yang positif (2 item), Percaya bahwa semua masalah dpat diselesaikan dengan baik ( 2 item). Dari data tersebut diketahui pula rata-rata sub variabel Berpikir Positif dengan harga mean 12,7100 Std. Deviation 1,80513. Untuk range adalah 7,00 dengan skor maximum 16,00 dan minimum 9,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 13,0000 nilai yang sering muncul (mode) 12,00 dan untuk nilai sum adalah 1271.00 Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh kepercayaan diri terhadap berpikir positif siswa (dalam pergaulan di sekolah dengan teman tidak mengatur jarak antara satu dengan yang lain, masalah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 dihadapi dalam belajar dapat terselesaikan dengan baik) . Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 27. Deskripsi frekuentif Berpikir Positif Kriteria Sangat positif Interval 14-16 Jumlah Anak 35 Presentase 35% Cukup Positf Kurang Positif Sangat tidak Positif Jumlah 11-13 8-10 4-7 53 12 0 100 53% 12% 0% 100% Berdasarkan grafik di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif frekuentif bagi sub variabel Y, Berpikir Positif. Hasil tersebut dapat dilihat dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 35 siswa (35%) berpendapat Sangat positif, 53 siswa (53%), berpendapat cukup positif, 12 siswa (12%) berpendapat kurang positif, dan 0 siswa 0% berpendapat sangat tidak positif. Dapat dipahami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa 7). Komunikasi Tabel 28. Statistik Komunikasi N Valid ∑ Instrumen Mea)n Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum 100 2 6.4400 6.0000 6.00 1.11301 1.239 4.00 4.00 8.00 644.00 Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 2 butir instrumen. Data ini bagian dari: variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel komunikasi dengan indikator siswa memiliki ketrampilan berkomunikasi anak akan dapat mendengarkan orang lain (2 item), Dari data tersebut diketahui pula rata-rata sub variabel komunikasi dengan harga mean 6,4400 Std. Deviation 1,11301. Untuk range adalah 4,00 dengan skor maximum 8,00 dan minimum 4,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 6,0000 nilai yang sering muncul (mode) 6,00 dan untuk nilai sum adalah 644.00 Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh kepercayaan diri terhadap komunikasi siswa (siswa mendengarkan nasehat dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 teman dengan penuh perhatian, dalam pergaulan di sekolah dengan teman tidak mengatur jarak antara satu dengan yang lain, masalah yang dihadapi dalam belajar dapat terselesaikan dengan baik) . Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 28. Deskripsi frekuentif Komunikasi Kriteria Interval Jumlah Anak Presentase Selalu Komunikasi 6,6-8 49 49% Cukup Komunikasi 5-6,5 45 45% Jarang Komunikasi 3,6-5 6 6% Tidak pernah Komunikasi 2-3,5 0 0% 100 100% Jumlah Berdasarkan grafik di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif frekuentif bagi sub variabel Y, Komunikasi. Hasil tersebut dapat dilihat dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 49 siswa (49%) berpendapat selalu komunikasi, 45 siswa (45%), cukup komunikasi, 6 siswa (6%) berpendapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 kurang komunikasi , dan 0 siswa 0% berpendapat tidak pernah komunikasi. Dapat dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa 8). Penampilan Diri Tabel 30 . Statistik Penampilan Diri N Valid ∑ Instrumen Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum 100 2 6.3900 6.0000 6.00 1.07210 1.149 5.00 3.00 8.00 639.00 Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 2 butir instrumen. Data ini bagian dari: variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel Penampilan diri dengan indikator betapa pentingnya tampil sebagai siswa yang percaya diri (2 item), Dari data tersebut diketahui pula rata-rata sub variabel Penampilan Diri dengan harga mean 6,3900, Std. Deviation 1,07210. Untuk range adalah 5,00 dengan skor maximum 8,00 dan minimum 3,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 6,0000 nilai yang sering muncul (mode) 6,00 dan untuk nilai sum adalah 639,00. Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh kepercayaan diri terhadap penampilan diri (mengenakan pakaian yang pantas dan sopan pada saat ulang tahun teman). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 31. Deskripsi frekuentif Penampilan Diri Kriteria Interval Selalu berpenampilan diri Cukup berpenampilan diri Kurang berpenampilan diri Sangat tidak berpenampilan diri Jumlah 6,6 - 8 5 – 6,5 3,6 – 5 2 – 3,5 Berdasarkan grafik Jumlah Anak 46 52 2 0 100 Presentese 46% 52% 2% 0% 100% di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif frekuentif bagi sub variabel Y, Penampilan Diri. Hasil tersebut dapat dilihat dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 46 siswa (46%) berpendapat selalu berpenampilan diri, 52 siswa (52%), berpendapat cukup berpenampilan diri, 2 siswa (2%) berpendapat kurang berpenampilan diri, dan 0 siswa 0% berpendapat sangat tidak berpenampilan dri. Dapat dipahami bahwa seluruh hasil penelitian ini dikategorikan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa. 9). Pengendalian Perasaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 Tabel 32. Statistik Pengendalian Perasaan N Valid ∑ Instrumen Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum 100 2 5.6400 6.0000 6.00 1.32207 1.748 5.00 3.00 8.00 564.00 Dari data tabel statistik di atas, dapat dilihat jumlah N valid 100 siswa dengan jumlah instrumen sebanyak 2 butir instrumen. Data ini bagian dari: variabel kepercayaan diri yang meliputi sub variabel Pengendalian Perasaan dengan indikator Kemampuan siswa untuk dapat mengontrol atau mengendalikan emosi atau perasaan dalam situasi apapun(2) sub variabel Pengendalian perasaan dengan harga mean 5,6400, Std. Deviation 1,32207. Untuk range adalah 5,00 dengan skor maximum 8,00 dan minimum 3,00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 6,0000 nilai yang sering muncul (mode) 6,00 dan untuk nilai sum adalah 564,00. Statistik data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh kepercayaan diri terhadap pengendalain perasaan ketika diejek teman tetap tersenyum dan tidak marah, Berhadapan dengan orang baru tidak mudah untuk mengungkapkan apa yang menjadi kemauan). Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 Tabel 33. Deskripsi frekuentif Pengendalian perasaan Kriteria Selalu Mengendalikan perasaan Cukup mengendalikan perasaan Kurang mengendalikan perasaan Sangat tidak bisa mengendalikan perasaan Jumlah Berdasarkan grafik Interval 6,6 - 8 5 – 6,5 3,6 – 5 2 – 3,5 Jumlah Anak 24 53 20 3 Presentese 24% 53% 20% 3% 100 100% di atas menunjukan tingkat analisis deskriptif frekuentif bagi sub variabel Y, Pengendalian Perasaan. Hasil tersebut dapat dilihat dengan skor dari keseluruhan 100 siswa, ada 24 siswa (24%) berpendapat selalu mengendalikan perasaan, 53 siswa (53%), berpendapat cukup mengendalikan perasaan, 20 siswa (20%) berpendapat kurang mengendalikan perasaan, dan 3 siswa 3% berpendapat tidak pernah mengendalikan perasaan. Dapat dipahami bahwa hasil penelitian ini dikategorikan ada rpengaruh pada kepercayaan diri siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 B. Uji Hipotesis Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel pola komunikasi orang tua variabel bebas (X ) dengan variabel terikat (Y) kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Hipotesis diuji dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 5%. criteria pengujian signifikansi adalah sebagai berikut : jika F hitung ≥ F tabel maka Ho diterima yang berarti tidak signifikan, ( Riduwan, 20110 : 236). Pengujian hipotesis mengikuti langkah sebagi berikut: a. Deskriptive Statistics Tabel 34. Descriptive Statistics N Pola Komunikasi 100 Orangtua Kepercayaan Diri 100 Valid N (listwise) 100 Mean Std. Deviation 128.0300 11.78550 66.9300 7.10137 Pada tabel Descriptive Statistics di atas menunjukan mean variabel pola komunikasi orang tua sebesar 128.0300 dan standar deviasi 11.78550 sedangkan mean variabel kepercayaan diri adalah 66.9300 dan standar deviasi 66.9300, dan standar deviasi sebesar 7.10137 untuk banyaknya responden (N) 100. b. Model Summary Tabel 35. Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 1 .503a .253 .245 6.17008 a. Predictors: (Constant), Pola Komunikasi Orangtua Berdasarkan tabeil Model Summary kita dapat mengetahui seberapa besar kuat variabel bebas ( Pola komunikasi orang tua) dapat mempengaruhi variabel terikat (kepercayaan diri siswa). jika niali standar eror of the estimate < nilai standar deviasi variabel terikat, maka variabel bebas baik untuk dijadikan predictor sebaliknya. dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai standar eror of the estimate = 6.17008, sementara nilai standar deviasi variabel kepercayaan diri siswa = 7.10137, berarti standar eror of the estimate < standar deviasi, sehingga variabel bebas baik dijadikan sebagai predictor untuk variabel terikat. Kolom R menunjukan seberapa baik variabel bebas memprediksikan hasil. kisaran R adalah 0-1. Semakin R mendekati angka 1, maka semakin kuat variabel bebas memprediksikan variabel terikat. dari tabel di atas diketahui R= 0,503 yang berarti variabel bebas kuat dalam memprediksi variabel terikat. Nilai R square sebesar 0,253, jika dikalikan 100% maka akan diketahui seberapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hal ini, pola komunikasi orang tua berpengaruh sebesar 25,3% terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 c. ANOVA Tabel 36. ANOVA Model Sum of Squares df 1261.660 Regression 1 Residual 3730.850 Total 4992.510 a. Dependent Variable: Kepercayaan Diri Mean Square 1 F Sig. .000b 1261.660 33.141 98 99 38.070 b. Predictors: (Constant), Pola Komunikasi Orangtua Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika nilai F hitung > F tabel dan nilai signifikansi lebih Kecil dari nilai probalitasnya (0,05) maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari tabel anova dapat kita lihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05, maka ada pengaruh yang signifikan antara pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa tahun pelajaran 2015-2016. d. Koefisien Tabel 37 . Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B (Constant) 1 Pola Komunikasi Orangtua 28.149 Std. Error 6.765 .303 .053 Standardized Coefficients T Sig. Beta .503 4.161 .000 5.757 .000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 Pada tabel coefficients di atas, diketahui nilai B constant 28,149 nilai pola komunikasi orang tua sebagai predictor sebesar 0,303 oleh karena itu persamaan garis regresi antara variabel pola komunikasi orang tua(X) dan kepercayaan diri siswa (Y) adalah Y= 28,149 + 0,303X. Persamaan hasil regresi di atas dapat digunakan untuk melakukan estimasi sejauh mana variabel pola komunikasi orang tua terhadap perubahan variabel kepercayaan diri siswa/I kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogjakarta tahun 2015/2016. Misalnya, nilai pola komunikasi orang tua diberikan sebesar 50, maka nilai kepercayaan diri siswa sebagai berikut: Y= 28,149+ ( 0,303X50) = 43,299 Berdasarkan hasil persamaan regresi di atas maka dapat diketahui bahwa estimasi nilai kepercayaann diri siswa sebesar 43,299 dengan nilai pola komunikasi orang tua sebesar 50. Oleh karena itu, dari persamaan regresi diartikan bahwa setiap penambahan nilai pola komunikasi orang tua sebesar 1 poin, maka nilai kepercayaan diri siswa bertambah 28,149 + 0,303. Bila setiap nilai pola komunikasi orang tua bertambah 10 maka nilai kepercayaan diri siswa/I akan bertambah 28,149 + 3,03. Hasil uji hipotesis dapat diketahui dengan melihat signifikansi pada tabel coefficients. Ketentuan penerimaan Dari tabel coefficients dapat diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,000. Dengan demikian H1 diterima dan H0 di tolak, kesimpulanya adalah ada pengaruh yang signifikansi daro pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 e. Correlations Tabel 38. Correlations Pola Komunikasi Kepercayaan Orangtua Diri Pearson 1 .503** Correlation Pola Komunikasi Orangtua Sig. (2-tailed) .000 N 100 100 Pearson .503** 1 Correlation Kepercayaan Diri Sig. (2-tailed) .000 N 100 100 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Tabel Correlations di atas merupakan metrik interkorelasi anatara variabel pola komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri siswa. Peneliti menggunakan teknil korelasi dari pearson ( korelasi product moment ). Untuk pengambilan keputusan statistic berdasarkan tabel di atas dapat digunakan 2 cara, yang pertama dengan membandingkan nilai koefisien korelasi (pearson correlation) dengan nilai r tabel, maka ada korelasi yang signifikan (H1 diterima). Sedangkan apabila nilai koefisien korelasi < r tabel, maka tidak ada korelasi yang signifikan (Ho diterima). Pada analisis diatas diketahui bahwa tabel di atas menggunakan Pearson Correlations, yang menunjukkan bahwa variabel Y dikorelasikan dengan X, dan variabel X dikorelasikan dengan Y. Besar korelasi Y dengan Y adalah 1 dan korelasi X terhadap Y sebesar 0,503 dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Berdasarkan output di atas, ditampilkan bahwa besarnya signifikansi 0,000 < dari 0,05, berarti ada korelasi yang signifikan antara pola komunikasi orang tua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 dengan kepercayaan diri siswa-siswi kelas V SD Taraknita Bumijo Jogjakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Tabel Correlations menggunakan pearson correlation, yang menunjukan bahwa variabel Y dikorelasikan dengan Y dan X, dan variabel X dikorelasikan dengan X dan Y. Besar korelasi Y dengan Y adalah 1 dan korelasi X terhadap Y 0,503 dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Dengan melihat nilai signifikansi, yaitu apabila nilai signifikansi ≤ nilai probabilitas yaitu 0,05 (5%), maka terdapat korelasi yang signifikan ( H1 diterima). Sedangkan apabila nilai signifikansi > 0,05, maka tidak ada korelasi yang signifikan (H0 diterima). Sedangkan apabila nilai koefisien korelasi < r tabel, maka tidak ada korelasi yang signifikan ( H0 ditolak). Pada analisis di atas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi 0,503. Sedangkan nilai r tabel 0,159. Dengan demikian nilai koefisien korelasi > nilai r tabel, sehingga dapat dikatakan ada korelasi yang signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak). Cara kedua dengan melihat nilai signifikansi, yaitu apabila nilai signifikansi ≤ nilai probabilitas yaitu 0,05 (5%), maka terdapat korelasi yang signifikan (H1 diterima). Sedangkan apabila nilai signifikansi > 0,05, maka tidak ada korelasi yang signifikan (H0 diterima). Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi (0,000) < nilai probabilitas (0,05), berarti terdapat korelasi yang signifikan (H1 diterima dan H0 di tolak). Untuk melihat arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat dari tanda koefisien korelasi. Apabila tandanya kurang (-) berarti arah hubungan negatif atau berbanding terbalik yaitu apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah dan sebaliknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 Bila tandanya positif (+) berarti arah hubungannya positif atau searah, yaitu apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga tinggi. Dari tabel tersebut adi atas dapat diketahui bahwa arah hubungannya positif (+), dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila variabel X (Pola komunikasi orang tua) tinggi maka variabel Y (Kepercayaan diri ) juga makin tinggi. Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dan korelasi yang signifikan anatara variabel bebas dan terikat dengan arah hubungan yang positif. Yaitu apabila variabel bebas ( pola komunikasi orang tua ) tinggi maka semakin tinggi pula variabel Y ( kepercayaan diri ). Dengan demikian nilai koefisien korelasi > nilai r tabel, sehingga dapat dikatakan ada korelasi yang signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak) Cara kedua dengan melihat nilai signifikansi, yaitu apabila nilai signifikan ≤ nilai probabilitas yaitu 0,05 (5%) , maka terdapat korelasi yang signifikan (H1 diterima). Sedangkan apabila nilai signifikan > 0,05. Maka tidak ada korelasi yang signifikan (H0 diterima). Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikan ( 0,000) < nilai probabilitas (0,05), berarti terdapat korelasi yang signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak). Untuk melihat arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat dari tanda koefisien korelasi. Apabila negative (-) berarti arah hubungan negative atau berbanding terbalik yaitu apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah dan sebaliknya. Apabila positif (+) berarti hubungannya positif atau searah, yaitu apabila variabel X tinggi arah hubungannya positif (+), maka, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 apabila variabel X (pola komunikasi orang tua) tinggi maka variabel Y ( kepercayaan diri siswa) makin tinggi. Dari hasil pengujian Hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dan korelasi yang signifikan antara variabel bebas (X) dan variabel Komunikasi orang tua) tinggi maka variabel Y (Kepercayaan diri siswa) juga tinggi. Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dan korelasi yang signifikan antara variabel bebas ( pola komunikasi orang tua) dan variabel terikat ( kepercayaan diri siswa) dengan arah hubungan positif. Yaitu apabila variabel bebas ( pola komunikasi orang tua) tinggi maka semakin tinggi pula variabel Y ( kepercayaan diri siswa). C. Pembahasan Hasil Penelitian. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000, yang berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang siginikan dari pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Pada hasil tabel model summary, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,253, yang menunjukkan bahwa pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016 sebesar 25,3% dan 74,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, latar belakang sosial budaya dan lain sebagainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 Pada hasil analisis uji normalitas, diketahui nilai P-value dari variabel Y yaitu kontrol diri sebesar 0,200 untuk uji normalitas Lilliefors (KolmogorovSmirnov) dan P-value untuk Shapiro-Wilk sebesar 0,684. Diperoleh data bahwa kedua P-value lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,005, maka dapat disimpulkan bahwa data dari variabel kepercayaan diri memiliki distribusi normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini memiliki distribusi normal. Dalam uji linearitas, juga dihasilkan data bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear dan signifikan. Melalui uji homokedastisitas dan uji homogenitas dalam grafik scatterplot, menunjukkan bahwa gambar tidak membentuk pola tertentu secara penuh dan tersebar di antara titik nol (0) pada sumbu X dan Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual mempunyai variance konstan (homoscedasticity) dan tidak terjadi masalah heterokedastisitas. Berdasarkan hasil deskripsi data, diketahui bahwa Pola Komunikasi Orang tua dengan jumlah mean sebesar 128.0300 dan termasuk dalam kategori tinggi, nilai Std. Deviation yaitu 11.78550, nilai range sebesar 73.00 dengan skor maximum 163.00 dan skor minimum 90. Nilai tengah (median) yang dihasilkan sebesar 128.0000, nilai yang sering muncul (mode) adalah 122.00 dan nilai sum sebesar 12803.00, memberi pengaruh terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Pengaruh ini dapat dilihat pada tabel Coefficients yang menghasilkan persamaan regresi Y = 28,149 + 0,303X yang mana menunjukkan adanya hubungan positif antara Pola Komunikasi Orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Hal ini dipengaruhi adanya sub variabel dari Pendidikan Religiositas yaitu kegiatan pembelajaran dan nilai-nilai universal yang ada dari masing-masing agama. Hal ini karena dalam pola komunikasi orang tua terdapat unsur pola komunikasi terbuka, pola komunikasi tertutup. Dalam pelaksanaan pola komunikasi orang tua dapat diketahui tingkat keprcayaan diri siswa. kepercayaan dri anak cukup berperan dalam kelangsungan pendidikannya baik didalam kelas maupun di luar kelas. Salah satu tujuan dari pola komunikasi orang tua bagi siswa adalah menanamkan sikap positif dalam diri siswa untuk menyakini segala aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya atau situasi yang dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidup dan masa depannya yang sukses demi dirinya, orang tua, masyarakat dan bangsa. Dari hasil deskripsi data menunjukan bahwa pola komunikasi orang tua memberi manfaat dalam pembentukan kepercayaan diri siswa. Semakin baik nilai pola komunikasi orang tua yang diukur, maka akan semakin baik pula kepercayaan diri siswa. Hal yang ditunjukan pada tabel coeffisients yang menghasilkan persamaan regresi Y= 28.149 + 0,303 X yang menunjukan hubungan yang positif antara pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa. Hal ini karena dalam pola komunikasi orang tua terdapat unsur pola komunikasi terbuka, pola komunikasi tertutup. Dalam pelaksanaan pola komunikasi orang tua dapat diketahui tingkat kepercayaan diri siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 Kepercayaan diri siswa cukup berperan dalam keberlangsungan pendidikannya baik didalam kelas, diluar kelas, lingkungan masyarakat dan di rumahnya. Oleh karena itu maka, salah satu tujuan dari pola komunikasi orang tua menanamkan sikap positif dalam dirinya, anak merasa bahwa dirinya berharga, optimis dalam melakukan segala sesuatu, dapat bersosialisasi dengan yang lain lingkungan atau masyarakat dan dapat berkomunikasi dengan baik kepada siapapun. Dari deskripsi data mengenai sub variabel pola komunikasi orang tua yang meliputi pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang tepat dan terbuka akan sangat membantu tingkat kepercayaan diri siswa. Dengan demikian hasil yang dicapai juga baik. pola komunikasi merupakan sistem penyampaian pesan yang bisa diterima orang lain yang dapat membantu untuk semakin berkembang menjadi pribadi yang berpikir positif dan mampu berkomunikasi baik dengan orang lain. Dari hasil analisis deskripsi terhadap sub variabel pola komunikasi orang tua dapat ditarik kesimpulan bahwa pola komunikasi orang tua yang yang tepat akan sangat membantu proses kepercayaan diri. Dengan demikian hasil yang dicapai dapat mengembangkan tingkat kepercayaan dalam dirinya. Sementara itu dalam analisis deskripsi mengenai variabel terikat yaitu kepercayaan diri anak dapat diukur dari 7 sub variabel terikat yaitu: cinta diri, pemahaman diri, Tujuan yang jelas, Berpikir positif, komunikasi, penampilan diri, pengendalian perasaan. Pada sub variabel cinta diri diketahui mean 19.2200, dari 100 siswa diperoleh 50 orang sisawa (50%) berpendapat selalu cinta diri, 43 orang siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 (43%) berpendapat sering cinta diri, 7 orang siswa (7%) berpendapat jarang, dan 0% berpendapat tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa kepercayaan diri siswa pada sub variabel cinta diri sangat kuat, mau belajar tekun demi meraih citacitanya , sangat peduli dengan diri kesehatan dan kebensihan tubuhnya. Pada sub variabel kedua, yaitu pemahaman diri. diketahui mean sebesar 9.9600. dari 100 siswa diperoleh 63 orang siswa (63%) berpendapat selalu, 37 orang siswa (37%) berpendapat sering, 0% berpendapat jarang dan tidak pernah. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa para siswa mampu menyadari kekuatan dirinya untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, dan mampu mengenal kelemahan dan keterbatasan dalam dirinya. Pada sub variabel ketiga yaitu tujuan yang jelas. diketahui mean 6.5700. Dari 100 siswa diperoleh 55 orang siswa (55%) berpendapat selalu memiliki tujuan yang jelas, 40 orang siswa (40%) berpendapat sering memiliki tujuan yang jelas, 5 orang siswa (5%) berpendapat jarang memiliki tujuan yang jelas dan 0% berpendapat tidak pernah memiliki tujuan yang jelas. Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 masuk dalam frekuensi yang sangat kuat dalam memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya. Pada sub variabel keempat yaitu berpikir positif. diketahui mean 12.7100 . Dari 100 siswa diperoleh 35 orang siswa (35%) berpendapat selalu bepikir positif, 53 orang siswa (53%) berpendapat sering berpikir positif , 12 orang siswa (12%) berpendapat jarang berpikir positif dan 0% berpendapat tidak pernah berpikir positif. Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 masuk dalam frekuensi selalu berpikir positif dalam hidupnya, setuju untuk selalu memandang orang lain disekitarnya secara positif, dan selalu menaruh keprcayaan dalam diri bahwa semua masalah yang dihadapi dapat teratasi dengan baik. Pada sub variabel keempat yaitu komunikasi. diketahui mean 6.4400. Dari 100 siswa diperoleh 49 orang siswa (49%) berpendapat selalu berkomunikasi, 45 orang siswa (45 %) berpendapat sering berkomunikasi , 6 orang siswa (6%) berpendapat jarang berkomunikasi dan 0% berpendapat tidak pernah berkomunikasi. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa para siswa memiliki dasar yang baik dalam ketrampilan berkomunikasi serta mampu mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang, dan penuh perhatian . Pada sub variabel kelima yaitu penampilan diri diketahui mean 6.3900. Dari 100 siswa diperoleh 46 orang siswa (46%) berpendapat selalu berpenampilan diri, 52 orang siswa (52 %) berpendapat sering berpenampilan diri , 2 orang siswa (2%) berpendapat jarang berpenampilan diri dan 0% berpendapat tidak pernah berpenampilam diri. Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 masuk dalam frekuensi berpenampilan diri sangat kuat, mereka yakin bahwa betapa pentingnya tampil sebagai orang yang percaya diri. Pada sub variabel ke enam yaitu Pengendalian perasaan 5.6400 5. Dari 100 siswa diperoleh 24 orang siswa (24 %) berpendapat selalu, 53 orang siswa (53 %) berpendapat pengendalian perasaan , 20 orang siswa ( 20%) berpendapat jarang pengendalian perqasaan dan 3% berpendapat tidak pernah berpenampilam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 diri. Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun pelajaran 2015-2016 masuk dalam frekuensi selalu mengendalikan perasaan. dalam hidupnya, mampu mengendalikan perasaan dalam situasi apapun. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai korelasi yang digunakan untuk menghitung hubungan antara variabel pola komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri sebesar 0,159. Nilai tersebut menampilkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara Pola komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri. Hubungan tersebut diketahui melalui hasil signifikansi 0,000 yang nilainya jauh di bawah 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa korelasi antara pola komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri sangatlah nyata, karena semakin tinggi intensitas para siswa dalam mengikuti pola komunikasi orang tua, maka semakin tinggi pula kemampuan untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka. Dalam penelitian ini, diketahui besar presentase pengaruh variabel Pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa-siswi kelas V SD Tarakanita Bumijo Jogjakarta Tahun Pelajaran 2015-2016 melalui hasil output tabel Model Summary dengan melihat nilai R Square memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 0,253. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas (X) yaitu pola komunikasi orang tua terhadap variabel terikat (Y) yaitu kepercayaan diri sebesar 25% (0,253 x 100%), sedangkan sisanya, yaitu 100% - 25% = 75% dipengaruhi oleh sebab-sebab lain. Dari hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa antara variabel Pola komunikasi orang tua dengan variabel kepercayaan diri menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari kedua variabel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 tersebut, meskipun pengaruhnya tidak terlalu kuat. Adanya pengaruh ini juga dapat dilihat dari hasil persamaan regresi yaitu Y = 28,149 + 0,303 X. Dalam persamaan ini, diketahui adanya hubungan positif antara Pola komunikasi orang tua (X) terhadap kepercayaan diri (Y). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi intensitas para siswa menerima pola komunikasi yang baik dari orang tua, maka berpengaruh juga pada peningkatan kemampuan para siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka. Dari data statistik di atas, dapat dilihat bahwa Pola komunikasi orang tua memiliki pengaruh terhadap kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Jogjakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Dalam Pola komunikasi orang tua, memungkinkan adanya bentuk pesan komunikasi yang tepat sehingga proses tersebut mencapai pada komunikasi yang efektif. Gaya komunikasi orangtua authoritative ini menerapkan aturan-aturan serta komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak . Orang tua authoritative memiliki ketegasan dalam membimbing anak dan memiliki pola komunikasi yang hangat, penuh perhatian, nyaman, asertif, penuh kasih sayang, anak selalu merasa terdukung dalam proses pengembangan dirinya. Pola komunikasi orang tua yang tepat sangat membantu anak untuk semakin mengenal dirinya sekaligus dapat membangun kepercayaan dalam dirinya lewat keterbukaan orang tua dalam berkomunikasi. Orang tua yang menunjukkan pola komunikasi melalui perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang, kelekatan emosional yang tulus dengan anak, serta pemberian penghargaan, hadiah atau pujian apabila mencapai suatu prestasi, keberhasilan atau kesuksesan dengan sendirinya akan membangkitkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Maka anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri. Orang tua mempunyai peran yang sangat besar terhadap pembentukan rasa percaya diri anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui cara berkomunikasi dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. apabila pola komunikasi orang tua terjalin dengan tepat maka akan membentuk kepercayaan diri anak Sedangkan dalam sikap kepercayaan diri, dipengaruhi beberapa faktor, yaitu situasi lingkungan seseorang, motivasi dari dalam diri, suasana keluarga, kurang ada dukungan dari dalam diri dan juga sesamanya, kurang nyaman dengan dirinya. Dari dampak atas pola komunikasi orang tua ini, ada beberapa poin yang mempengaruhi sikap kepercayaan diri, yaitu kemampuan berpikir positif, mampu menerima keterbatasan dan kekuatan yang ada dalam diri, kemampuan mengolah emosi melalui pengendalain diri yang baik. Maka, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri, dilihat dari dampak pola komunikasi orang tua sebagai faktor yang mempengaruhi sikap kepercayaan diri. Dengan demikian hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa antara variabel pola komunikasi orang tua dengan variabel kepercayaan diri menunjukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kedua variabel. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 ditunjukan pula dengan persamaan regresi yang diperoleh Y = 28.149 + 0,303 X. Persamaan ini menunjukan hubungan positif antara pola komunikasi orang tua (X) terhadap kepercayaan diri (Y). oleh karena itu semakin baik pola komunikasi orang tua di rumah maka kepercayaan diri anak juga semakin terbentuk dan baik. D. Refleksi Kateketis 1. Dasar Refleksi a. Pengertian Katekese Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae artkel 18, Sri Paus Yohanes Paulus II menegaskan: Katekese adalah pembinaan ana-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengarur para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. Dengan kata lain, katekese adalah usaaha-usaha dari pihak Gereja untiuk menolong umat agar semakin meahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Didalamnya terdaoat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. (Telaumbanua, 2005: 5) b. Tujuan Katekese Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae artikel 20 ditegaskan bahwa tujuan dari katekese adalah: berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 baru mulai tumbuh, dan dari hari kehari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua. Kenyataannya itu berarti: merangsang, pada taraf pengetahuan maupun penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan oleh Roh Kudus melalui pewartaan awal, dan yang dikaruniakan secara efektif melalui baptris. Dengan kata lain, maksud katekese ialah mengembangkan pengertian tentang misteri kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh Firman itu. Begitulah orang Kristen, yang berkat karya rahmat diubah menjadi ciptaan baru, memutuskan untuk mengikuti Kristus, dan dalam Gereja makin banyak belajar berpikir, bertidak dan bertutur kata seperti Dia, menilai segalanya, bertindak seturut dengan perintah-perintah-Nya, dan berharap sesuai dengan ajakan-Nya. c. Isi Katekese Karena katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga tidak lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri karena secara menyeluruh. Satu-satunya Amanat, yakni warta Gembira Keselamatan. Isi dari Katekese itu sendiri tidak lain adalah Yesus Kristus dan ajaran-Nya. Katekese berpusat pada pribadi Kristus sendiri. Dalam Pedoman umum Katekese artikel 79 ditegaskan bahwa: Yesus Kristus tidak hanya meneruskan Sabda Allah. Di adalah Sabda Allah. Olek karena itu, katekese harus sama sekali terikat pada-Nya. Maka, ciri khas pesan yang diteruskan oleh katekese, terutama adalah keberpusatan pada Kristus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 Hal ini dapat dipahami bahwa pada inti katekese, kita menemukan, dalam esensinya seorang Pribadi Yesus dari Nazaret, Putra Tunggal Allah, penuh kasih karunia dan kebenaran. Dalam kenyataan, tuas dasar katekese ialah menghadirkan Kristus dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Dia. Berpusat pada Kristus ( Kristosentris) juga berarti Kristus adalah pusat sejarah keselamatan yang dihadirkan oleh katekese. Lebih dari itu, Kristosentris juga berarti bahwa pesan Injil tidak berasal dari manusia, melainkan Sabda Allah. Dalam dokumen Apostolik Catechesi Tradendae artikel 6 ditegaskan bahwa sifat Kristosentris mencakup juga maksud: bukan unruk menyampaikan ajran-Nya sendiri, atau entah ajaran seorang Guru lain, melainkan ajaran Yesus Kristus, Kebenaran yang diajarkan-Nya, atau lebih jelas lagi: Kebenaran yang tak lain adalah Dia sendiri. Maka harus dikatakan bahwa dalam katekese, Kristus sendirilah, Sabda yang menjelma dan Putera Allah, yang diajarkannya; segala sesuatu lainnya diajarkan dengan mengacu pada-Nya. Lagi pula hanya Kristuslah yang mengajar, siapa saja selain Dia mengajar sejauh ia juru bicara Kristus mengajar melalui mulutnya. d. Tugas dan Peranan Katekese. Marianus Telaumbanua (2005:51) menegaskan bahwa tugas dan peranan katekese untuk mendidik seseorang dalm iman yakni: 1. Menyuburkan semangat pertobatan. Tugas ini tidak perlu dan tidak eksklusif hanya pada awal proses, tetapi berlanjut terus dan semakin otentik menuju kedewasaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 2. Meneguhkan iman orang Kristen melalui perkembangan harmonis ketiga komponen edukatif: Komponen kognitif : mendalam isi dan makna iman serta keyakinan iman, untuk menjamin wawasan dan motivasi yang perlu agar dewasa dalam iman. Komponen afektif : menanggapi tuntutan iman secara sadar dan personal. Komponen operatif : berperilaku dan bertindak selaku orang Kristen. 3. Mendampingi dinamika pertumbuhan iman menuju kedewasaan, yang tidak pernah dicapai secara total. Dalam petunjuk umum Katekese artikel 85 ditegaskan bahwa tugas fundamental katekese adalah mengembangkan pengetahuan iman, pendidikan liturgis, pembinaan moral dan mengajar berdoa. ( fade quae) dituntut melalui kesetiaan kepada iman (fides qua). Dengan memperdalam pengetahuan iman, katekese memberi makna bukan hanya bagi kehidupan iman, melainkan juga melengkapinya untuk menjelaskan hidup iman itu kepada dunia. Selain itu katekese juga mempersiapkan orang Kristen untuk hidup dalam komunitas dan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan dan perutusan Gereja (Petunjuk Umum Katekese artikel 86). e. Katekese bagi Orang Tua. Persatuan suami-istri, persatuan orang tua anak merupakan dasar bagi terbentuknya Gereja sebagai umat Allah. Persatuan suami-Istri, persatuan orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130 tua-anak, merupakan umat Allah dalam bentuknya yang paling kecil. Di dalam keluarga, seseorang pribadi mempunyai pengalaman pertama tentang Gereja. Orang tua mulai menanamkan sejak dini kebiasaan-kebiasaan baik di dalam keluarga sebagai orang beriman kepada anak-anaknya. Dengan demikian, keluarga menjadi tempat dimana komunikasi iman terjadi. Imbuan Apostolik Bapa Suci Paulus VI, Evangelii Nutiandi, menegaskan”, keluarga seperti halnya Gereja harus merupakan suatu tempat dimana Injil diteruskan dan dari mana injil bercahaya”. Jadi keluarga merupakan tempat dimana kabar gembira injil harus diwartakan. Keluarga merupakan bentuk Gereja yang paling kecil tempat dimana anggota-anggotanya bertumbuh makin dewasa dalam beriman. Dari keluargakeluarga dimana anggota-anggotanya bertumbuh dewasa dalam iman, kita bisa berharap bahwa kabar gembira injil diteruskan. Didalam keluarga orang tua mengkomunikasikan nilai-nilai kepada anak-anaknya seperti kasih, kesetiaan, kesederhanaan, pengampunan dan lain-lain. Dengan kata lain, keluarga dalam hal ini orang tua haruslah merupakan tempat dimana komunikasi iman terjadi. Mengenai hal ini, tentu saja tanggung jawab orang tua sangat penting. Komunikasi iman harus dimulai oleh orang tua. Dalam hal ini teladan dan contoh hidup orang tua sangat menentukan. Sebab KOMUNIKASI IMAN harus diteruskan melalui perkataan dan perbuatan. Orang tua yang mengakhiri perkawinan dengan perceraian tentu saja sangat sulit untuk mengajari anak-anaknya mengenai nilai-nilai kesetiaan dalam perkawinan. Mereka yang terbiasa hidup mewah dan suka hidup semangat boros, menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 sangat sulit untuk mengajari anak-anaknya bagaimana hidup sederhana. Mereka yang sulit memberikan maaf menjadi sangat sukar untuk menanamkan pengampunan kepada anak-anaknya. Sangat disayangkan sikap dan perilaku orang tua, jika karena ketidakcocokan dan benturan pendapat yang bisa saja terjadi dalam hidup bersama kemudian meninggalkan Gereja atau memilih mengikuti kegiatan di lingkunagan paroki lain. Bagaimana bisa mengajari anak untuk terlibat dalam kegiatan menggereja di lingkungan basis jika orang tua justru memilih meninggalkan Gereja basis karena rasa tidak cocok dengan sesama warga di lingkungan? Keluarga sebagai basis Gereja haruslah menjadi tempat dimana KOMUNIKASI IMAN terjadi, maka bisa menaruh harapan besar bahwa lingkungan-lingkungan, wilayah-wilayah, paroki dan akhirnya Gereja kita menjadi tempat” darimana injil bercahaya”. Setiap anggota lalu bertumbuh dan berkembang menjadi anak-anak Allah yang saling mendukung dalam pertumbuhan iman. Apakah komunikasi iman dalam keluarga mempengaruhi tingkah laku anak sebagai umat katolik? Komunikasi iman kristiani mesti bergerak dari komunikasi yang manusiawi ini kepada komunikasi yang imani. Di situ orang menghadapi bermacam-macam kenyataan dimana ada banyak sekali keanekaragaman didalam kehidupan ini. Makin disadari bahwa suami berbeda dengan isteri. Orang tua berbeda dengan anak-anaknya. Keluarga yang satu berbeda dengan keluarga yang lain. KOMUNIKAI IMAN lalu mencerahi berbagai bentuk perbedaan itu dan berjuang bahkan kalau perlu berkorban untuk mengatasi ketikcocokan atau ketidaksamaan yang ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 Bentuk-bentuk kesakitan yang menimpa anggota didalam keluarga seperti menyimpan kesalahan pasangan, kemarahan yang tak terkendali, kekecewaan yang mendalam, perasaan tidak tergantung satu sama lain, kecemasan yang tak perlu, terlalu mementingkan diri, kata-kata yang menyakitkan, yang tentu saja berpengaruh dalam membangun hubungan dengan orang lain maupun perkembangan pribadinya. Hal ini hanya bisa disembuhkan hanya oleh kekuatan iman. Iman yang menyelamatkan. Berbagai kisah penyembuhan di dalam Kitab Suci, berkali-kali menegaskan tentang hal ini. Kepada perempuan yang sakit pendarahan, Yesus berkata” Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan Engkau…”( Mrk 5:34). Kepada si buta Bartimeus, Yesus berkata”,..imanmu telah menyelamatkan engkau..”( Mrk 10:52). Dan tentu saja masih banyak kisah dalam kitab suci yang menggambarkan kekuatan iman yang menyembuhkan. Iman berarti keyakinan, bahwa Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan, sebab Dia saja yang sanggup “ menjadikan segala-galanya baik” (Mrk 7: 37). Suami istri dan anak-anak meletakan dasar kebersamaan bukan pada kecocokan melainkan pada iman. Kerena membangun kebersamaan karena iman, maka Allah sendiri yang menjadikan setiap anggota di dalam keluarga menjadi baik pada saatnya. Keluarga-keluarga yang kemudian membentuk lingkungan menjadi basis yang berkualitas jika membiasakan diri menmbangun KOMUNIKASI IMAN diharapkan mampu memberikan sumbangan positif bagi tingka laku anak, sehingga anak juga semakin mengenali dan mendalami tingka lakunya sebagai katolik baik itu di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133 f. Aspek Kateketis dalam Pola Komunikasi orang tua Suami-isteri Katolik adalah sepasang pria dan wanita yang telah disatukan oleh Allah, sehingga mereka “tidak lagi dua melainkan satu” (Mat 19). Maka mereka berdua merupakan satu pasangan yang berkenan pada Allah dan terhormat di mata masyarakat. Bila perkawinan mereka itu sah dan dilakukan oleh dua orang yang telah dibaptis secara sah pula, maka perkawinan tersebut bahkan merupakan sebuah sakramen, sebuah tanda dan sarana rahmat, sebuah lambang dari “perkawinan suci” antara Kristus dan jemaatNya (Efesus 5). Kepada mereka berdua itulah Allah menyerahkan anak, sebagai sebuah “titipan” dariNya. Sebagai “titipan” Allah, dan sekaligus juga sebagai citra Allah, setiap anak haruslah sepenuh-penuhnya mereka hargai, mereka cintai, mereka asuh, dan mereka didik, sehingga kelak di kemudian hari ia mampu dan berhasil mengasihi Allah dan sesamanya. Allah menghendaki bahwa orang tua menjadi tempat utama bagi lahir dan berkembangnya setiap anak. Beliau juga menghendaki bahwa keluarga menjadi tempat pertama untuk pendidikan anak, sebelum ia dididik lebih lanjut di sekolah dan di tempat-tempat yang lain. Dalam rangka itu, kepada anak mereka, kedua orang tua diharap mau dan mampu memberikan teladan dan ajaran tentang kebaikan dan kebenaran. 1. Tujuan dan isi Pendidikan Dalam keluarga Sekalipun tidak ada tujuan pendidikan dalam keluarga yang dirumuskan secara tersurat, tetapi secara tersirat dipahami bahwa tujuan pendidikan anak dalam keluarga pada umunya adalah agar anak berkepribadian mantap, mandiri, bertanggung jawab, selalu optimis, beragama, bermoral dan menjadi anggota PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134 masyarakat yang baik. Memperhatikan tujuan tersebut maka pendidikan keluarga dapat dipandang sebagai persiapan ke arah kehidupan anak yang matang dan dewasa dalam masyarakatnya. Adapun isi pendidikan keluarga lebih menitikberatkan pada penanaman nilai hakiki kehidupan, yaitu sebagai berikut: a. Nilai Agama Pendidikan atau penanaman nilai agama dalam keluarga sangat penting diberikan kepada anak, karena akan membimbing anak ke arah kebahagiaan duniawi dan surgawi. Penanaman dasar keimanan akan Allah sebagai satu-satunya penyelamat merupakan hal pokok, didukung dengan giat berdoa, rajin mengikuti perayaan ekaristi dan kegiatan rohani lainnya. Hal ini harus dilakukan oleh orang tua dengan penuh tanggung jawab, sabar, tawakal. Selain itu, unsur yang paling penting adalah orang tua harus menunjukan teladan hidup yang baik di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. b. Nilai Moral Penanaman nilai moral lebih pada pembiasaan anak untuk bersikap atau berperilaku sopan dan santun terhadap orang tua dan anggota keluarga lainnya. Tutur kata yang halus dan sapaan yang baik harus ditanamkan sejak dini pada diri anak di dalam keluarga. Orang tua pun harus memberi pengertian dan contoh perilaku yang bermoral dan perilaku yang tidak bermoral serta akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Dalam hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 ini sikap keteladanan orang tua sangat diharapkan agar anak mempunyai figur yang ideal dalam bersikap dan bertindak. 2. Metode Orang tua Katolik dalam mendidik anak Tentu banyak orang tua Katolik sudah tahu bagaimana cara mendidik anaknya. Tetapi tidak sedikit juga yang merasa kesulitan untuk mendidik atau mengajar anaknya.Pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua katolik bukan jaminan bagi efektifnya orang tua untuk mendidik anaknya.Karena itu orang tua katolik perlu mengenal beberapa unsur perilaku yang harus dimiliki sebagai orang tua dalam mendidik anaknya. Unsur itu adalah sebagai berikut: a. Menyediakan Waktu Bagi Anak Orang tua perlu menyediakan waktu secukupnya untuk membangun relasi yang harmonis dengan anak. Metode pendidikan apapun yang diberikan oleh orang tua, baru bias dilaksanakan bila orang tua bersedia untuk ada bersama dengan anak-anaknya. Meskipun orang tua sangat sibuk dengan urusan ekonomi rumah tangga, politik, dan sebagainya,anak mesti tetap harus mendapat prioritas utama karena anakn dalamn usia manapun sangat membutuhkan kehadiran dan pendampingan dari orang tuanya. b. Membangun pola Komunikasi yang tepat dan akrab Hanya dengan pola komunikasi yang tepat dan akrab dalam keluarga, relasi yang akrab antara orang tua dan anak dapat terbina. Maka dengan demikian anak dapat dibantu menuju kematangan pribadi. Komunikasi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 dimaksud mengandaikan adanya demokrasi, hal mana yang ditonjolkan adalah unsur musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam iklim yang demokratis dalam keluarga setiap anak merasa bebas untuk mengeluarkan pendapat dan keinginannya, dan bahw aanak juga akan semakin percaya diri (self confidence). c.Efektif Dalam Memecahkan Masalah Anak Mengatasi kenakalan dalam cara mendidik anak juga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Bukan berarti memecahkan masalah harus selalu dengan memberikan hukuman pada sang anak. Karena cara demikian justru akan membawa dampak lain bagi anak yakni anak merasa minder dalam pergaulan sosial dan tidak percaya diri, bimbang dan selalu bergantung. Akan tetapi usaha mengatasi kenakalan anak bias diatasi dengan cara menghentikan perhatian yang berlebihan dan memberikan pujian yang pantas ketika anak melakukan hal-hal yang baik. Dengan cara demikian orang tua menunjukkan sikap adil atas hidup anaknya. b. Hakekat Pendidikan Nilai dalam kelurga Dalam kehidupan di tengah dunia, manusia selalu saja dirundung suka dan duka. Ditengah kesulitan itu karya pendidikan kristiani memberi tugas kepada orang tua untuk melatih dan mendidik anaknya dengan nilai-nilai hakiki hidup manusia. Anak harus menjadi dewasa dengan sikap bebas yang tepat terhadap barang-barang jasmani, menjalani hidup sederhana dan harus yakin bahwa dirinya jauh lebih berharga dari pada apa yang dipunyainya. Dalam menghadapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137 masyarakat yang diguncang oleh ketegangan dan pertentangan nilai akibat sikap individualisme dan egoisme, anak harus diperkaya tidak hanya dengan kesadaran atas persaudaraan, solidaritas, keadilan yang sejati tetapi juga cinta kasih. Karena itu keluarga mempunyai tugas penting untuk menjadi guru yang membimbing dan mengajar anak-anak mengenal dan berpedoman pada nilai-nilai keutamaan, kebenaran dan juga kebajikan katolik. Dengan demikian keluarga mempunyai peran untuk menjadi guru yang memberikan pendidikan nilai bagi anaknya. Pendidikan kemurnian sungguh hakiki. Sebab kemurnian merupakan keutamaan yang mengembangkan kematangan sejati seseorang dan membuatnya mampu menghormati dan memupuk makna kehidupan keluarga. Bagi orang tua Katolik, tugas mendidik anak merupakan tugas untuk turut serta dalam karya penciptaan Allah yang khas diterimanya dalam dan melalui sakramen perkawinan. Kesadaran orang tua akan perutusan dan panggilannya mendidik anak dalam sakramen perkawinan akan membantu orang tua untuk bertanggung jawab dalam mendidik anak dihadapan Allah. Sebab Allah sendiri yang memberikan mereka tugas dan perintah untuk mendidik anak secara benar menurut nilai-nilai keutamaan yang baik dan benar. Pendidikan nilai bagi anak dapat dilakukan dan diajarkan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian keluarga merupakan sebuah lembaga pendidikan nilai yang pertama bagi anak. Karena itu orang tua mempunyai tugas untuk menciptakan kondisi dan situasi yang dapat mendorong anak belajar tentang nilai-nilai keutamaan, kebenaran dan makna esensial dari kehidupan sebagai orang Katolik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138 a. Pendidikan Nilai Sebagai Proses Komunikasi Keluarga merupakan suatu unit dasar kehidupan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dasar kehidupan keluarga harus dibangun pada suatu relasi yang akrab atas dasar saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam semangat cinta kasih. Orang tua perlu menciptakan situasi kehangatan dalam rumah tangga sehingga anak-anak benar-benar betah tinggal di rumah.Aspek yang perlu demi kepentingan ini adalah komunikasi antara sesama anggota keluarga.Komunikasi yang akrab, tulus, terbuka dan dalam semangat cinta kasih mengantar anggota keluarga pada kebahagian baik secara individu maupun bersama sebagai satu keluarga. Secara teologis, komunikasi yang harus dibangun dalam keluarga katolik, mempunyai dasar yang kuat dalam tindakan Allah. Sebab Allah orang Kristen (Katolik) adalah Allah yang mengkomunikasikan diriNya kepada umatnya. Puncak komunikasi Allah kepada umatnya terwujud dalam pribadi Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia. Tujuan komunikasi Allah atas umatnya tidak lain agar manusia mengenalNya, menciptakan relasi yang akrab denganNya dan mengharapkan umatNya menanggapai komunikasi Allah itu dengan iman akanNya. Sebab melalui Kristus, Allah telah mengkomunikasikan dirinya tanpa menyembunyikan apapun dari umatNya. Komunikasi Allah dan umatNya merupakan model yang harus ditiru oleh orang katolik dalam membangun komunikasi dalam keluarga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139 Komunikasi yang jujur dalam keluarga membantu suami dan istri menghayati isi janji pernikahan untuk saling menguduskan dalam situasi apapun. Selain sebagai model, Allah yang mengkomunikasikan diriNya, juga merupakan kekuatan bagi keluarga. Dalam kekuatan Allah, suamiistri, orang tua dan anak saling menerima api komunikasi Allah. Pendidikan nilai akan berjalan secara benar dan efektif bila ada komunikasi yang akrab antara anggota keluarga dalam terang api Ilahi Allah. b. Model Dasar Komunikasi Keluarga Komunikasi dalam keluarga akan terbangun dengan baik jika tiap anggotanya melepaskan diri dari sikap egoisme. Komunikasi membutuhkan sikap saling mendengarkan dengan penuh kasih sayang, saling memahami dan terbuka satu sama lain. Demi mencapai komunikasi yang baik dalam keluarga, maka pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi dalam keluarga, perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1). Keyakinan Pertama-tama harus mempunyai keyakinan bahwa komunikasi dan apa yang dikomunikasikan berguna dan bermanfaat bagi dirinya dan lawan bicaranya. Orang tua dan anak-anak penting memiliki keyakinan bahwa komunikasi yang baik dan tepat dalam keluarga dapat membangkitkan, meneguhkan, menyempurnakan dan memotivasi semangat berbagi demi mendorong pertumbuhan dan perkembangan laju pendidikan nilai dalam dirinya dan keluarga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140 2). Sikap Menerima Komunikasi identik dengan dialog yang menuntut intensitas dan totalitas dalam berkomunikasi. Oleh karena itu anggota keluarga yang berkomunikasi membutuhkan sikap saling menerima dalam mendengarkan satu dengan yang lainnya. Sikap saling menerima satu sama lain akan mendorong keharmonisan dan keterbukaan bagi anggota keluarga, orang tua dan anak dalam keluarga. 3). Menghargai Menghargai lawan bicara mengambarkan bahwa kita adalah subyek yang berpribadi. Tindakan menghargai itu dapat dilakukan dengan belbagai cara, misalny; tidak memotong pembicaraan, memberikan tanggapan setelah pembicaraanya selesai. Dengan cara ini, lawan bicara akan merasa dihargai, diterima tanpa adanya prasangka buruk. Sikap model ini perlu juga dikembangkan dalam keluarga. Artinya tiap anggota keluarga, baik orang tua maupun anak-anak mempunyai hak yang sama dalam berbicara dan menyatakan pendapat.Meskipun demikian orang tua tetap mempunyai point lebih, karena orang tua adalah guru, pendidik sekaligus teman bagi anak dalam keluarga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141 4). Kejujuran Kejujuran merupakan salah satu sikap yang dibutuhkan dalam mendukung adanya komunikasi yang baik dan tepat dalam keluarga.Bersikap jujur dalam berkomunikasi berarti tidak berpura-pura dan percaya pada pasangan bicara tanpa perasaan curiga. Kejujuran dalam berkomunikasi dalam keluarga atau juga dalam hal lain akan membawa keluarga pada sausana bahagia, tentram dan aman. 5). Mengerti Membangun komunikasi sejati dalam keluarga membutuhkan pengertian dan pemahaman tentang apa yang akan dikomunikasikan. Karena itu, pihak yang terlibat dalam komunikasi perlu memahami beberapa hal berikut untuk mendukung pelaksanaan komunikasi sejati antara lain; Pertama: Memahami Ajaran Iman Setiap keluarga katolik (orang tua) diwajibkan untuk tahu tentang hakikat pendidikan iman katolik bagi anaknya. Sebab tidak mungkin ia (orang tua) dapat mendidik anaknya tanpa ia tidak mengetahui apapun apa yang ia ajarkan. Karena itu tiap orang tua katolik dituntut untuk beriman teguh dan karenanya mampu mengajarkannya kepada anak-anaknya. Kedua: Memahami Tujuan Menyesuaikan pendapat, perasaan, atau kemauan yang berbeda mengenai suatu hal yang perlu diselesaikan bersama dalam keluarga. Ketiga; Memahami Persoalan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142 Tiap mitra dialog atau mitra komunikasi dalam keluarga perlu memahami persoalan yang dibicarakan baik oleh istri, suami, maupun oleh anak-anak. Pemahaman mitra dialog juga berpengaruh terhadap berhasilnya komunikasi dalam keluarga. Keempat; memahami nilai hidup yang dihayati mitra dialog Tiap pribadi tentu mempunyai otonomi sendiri, meskipun satu keluarga. Otonomi pribadi itu yang memungkinkan adanya prinsip dan nilai-nilai yang dihayati secara berbeda dalam keluarga. Karena itu tiap anggota keluarga harus rela dan berkorban untuk menghormati dan memahami nilai-nilai yang dianut oleh tiap anggota dalam keluarga.Meskipun demikian keluarga harus tetap mempertahankan kesatuan keluarga dalam pelbagai aspek. c. Sikap Komunikasi Dalam Kaitan Dengan Perubahan dan Pembentukan Sikap Komunikasi Suami dan Istri Suami istri merupakan dua individu yang menjadi peletak dasar komunitas keluarga. Perkawinan menyatukan mereka dalam keluarga, untuk membangun kehidupan rumah tangga. Suami dan istri harus mendasari kehidupan rumah tangga mereka dengan semangat cinta kasih. Cinta kasih antara suami dan istri harus dipupuk, disemai, dipelihara dan dikembangkan hingga berbuah kebajikan hidup dalam keluarga. Cinta kasih yang menjadi dasar kehidupan keluarga, juga harus mendasari komunikasi antara suami dan istri dalam keluarga. Komunikasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143 dalam semangat cinta kasih antara suami dan istri dapat mendorong pengenalan diri masing-masing secara lebih mendalam. Demi mencapai tujuan itu, suami dan istri harus mampu membangun kejujuran, keterbukaan, kerelaan dan kesediaan untuk berkomunikasi satu sama lain. Jika hal ini terjadi, maka komunikasi yang efektif dalam keluarga akan menjadi sumber kehidupan dalam keluarga. d. Komunikasi Orang Tua dan Anak Tingkat intensitas komunikasi orang tua dengan anak dapat mempengaruhi perubahan dan perkembangan kepribadian anak. Karena itu orang tua dan anak perlu menggembangkan budaya pola komunikasi yang terbuka satu dengan yang lain. Orang tua yang jarang berkomunikasi dengan anak dengan bermacam-macam alasan akan membawa dampak buruk terhadap perkembangan kepribadian dan sikap anak. Misalnya, orang tua yang terlalu sibuk dalam pekerjaannya akan kekurangan waktu untuk berkomunikasi dan mendidik anaknya. Akibatnya kepribadian dan sikap anak tidak dapat dikontrol dengan baik. Padahal anak-anak membutuhkan perhatian, pendidikan, kehangatan, dan kedamaian di tengah keluarga.Karena itu orang tua wajib untuk mempunyai cukup waktu untuk ada bersama dengan anaknya, menjadi guru, sahabat dan pendamping bagi mereka. Orang tua adalah guru dan pendidik utama dalam keluarga. Peran itu hanya dapat dilakukan jika orang tua mempunyai waktu untuk bersama anaknya. Orang tua yang bijak akan memanfaatkan waktunya itu secara tepat dalam mengkomunikasikan nilai-nilai yang harus dipelajari dan dipraktekan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144 anaknya dalam hidup. Karena itu orang tua mempunyai peran sebagai fasilitator nilai bagi anak, dan anak diharapkan mempunyai kesadaran dan niat baik untuk senantiasa berubah dalam hidup. 5. Peran keluarga dalam proses pendidikan nilai bagi anak katolik Keluarga katolik menemukan dasar panggilannya untuk mendidik anaknya dalam rencana Allah pencipta dan penebus yang tidak hanya memperhatikan diriNya sendiri tetapi juga apa yang harus dilakukanNya bagi orang lain. Tugas mendidik anak harus dilakukan keluarga dalam panggilan sebagai keluarga katolik menurut panggilan Allah.Karena itu keluarga harus kembali ke “asal- usul” karya penciptaan Allah.Tujuannya agar keluarga katolik menemukan dirinya dan tugasnya dalam mendidik anaknya dalam iman dan nilai-nilai katolik. Keluarga katolik mempunyai tugas perutusan untuk makin menjadi sesuatu sesuai dengan hakikatnya yakni hidup dalam kasih, dalam satu usaha yang akan mencapai pemenuhan di dalam kerajaan Allah sebagaimana hal itu diciptakan dan ditebus. Jika demikian keluarga mempunyai tugas perutusan untuk menjaga, menyatakan dan menyampaikan cinta kasih Allah kepada anaknya. Dengan cara demikian keluarga (orang tua) katolik telah berpartisipasi dalam menyatakan kasih Allah atas anak-anaknya dan kasih Kristus bagi Gereja mempelaiNya. Orang tua memang merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam mendidik dan mendewasakan anaknya. Karena itu orang tua dituntut untuk berupaya maksimal dalam mendidik anaknya dengan cara tepat, efektif dan terus menerus. Artinya orang tua tidak boleh menyerahkan begitu saja tanggung PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145 jawabnya dalam mendidik anak kepada pengasuh anak, pembantu, guru di sekolah ataupun pihak lain. Orang tua dituntut untuk terus menjadi pendidik bagi anaknya sampai anak itu menjadi matang dalam kepribadian dan menginternalisasikan apa yang baik dari pendidikan nilai yang diterimanya baik dari orang tua, guru di sekolah maupun dari lingkungan masyarakat. Orang tua sebagai penanggung jawab dalam memberikan pendidikan nilai bagi anak juga harus mempunyai kemampuan memotivasi anaknya agar bersemangat mempelajari nilai-nilai moral, etika dan agama yang diajarkannya. Motivasi yang baik, yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya membantu anak-anak untuk memahami dan menghayati nilai-nilai yang diajarkan orang tua atas anaknya. Orang tua juga harus mempunyai kedekatan secara pribadi dengan anaknya. Dengan cara itu orang tua dapat dengan tepat memahami apa yang terjadi dan yang dilamai oleh anaknya dan dapat segera mencarikan jalan keluarnya. Sebab tidak ada orang lain yang bisa lebih dekat dengan seorang anak, kecuali orang tuanya. Karena itu orang tua diharapkan menjadi orang pertama yang mengetahui masalah yang menimpa anaknya dan sekaligus menjadi penolong atas anaknya. Dengan cara itu orang tua mampu menjadi penolong, pendidik dan pendorong bagi anak agar lebih bertanggung jawab dalam hidup. Peran orang tua dalam mendidik anak merupakan panggilan yang diterima oleh setiap orang tua katolik dari Allah.Panggilan Allah ini tidak boleh diabaikan.Karena itu orang tua dalam proses mengajarkan pendidikan nilai bagi anaknya tidak boleh melupakan panggilannya itu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146 Tugas orang tua katolik dalam memberikan pendidikan nilai bagi anaknya berakar dalam panggilan utama orang tua yang menikah untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Orang tua mempunyai tugas untuk pribadi baru dalam dirinya dalam kerja sama dengan rahmat Allah, melahirkan individu baru ke dunia sekaligus bertanggung jawab dalam mendidiknya. Tugas orang tua selanjutnya adalah agar individu baru (anak) yang dilahirkan ke dunia sungguhsungguh mampu hidup sepenuhnya sebagai manusia yang bernilai dan bertanggnung jawab. Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka mereka terikat kewajiban yang amat berat untuk mendidik anak-anaknya. Kewajiban orang tua mendidik anaknya merupakan hal yang esensial sebab berkaitan dengan hak anak untuk meneruskan hidup.Pendidikan yang diberikan oleh orang tua atas anaknya tidak tergantikan oleh siapapun. Sebab orang tua mendidik dengan cara yang khas yaitu dengan penuh kasih sayang yang tidak dapat digantikan dan dilimpahkan kepada siapapun. Peran keluarga kristiani (katolik) dalam mendidik dan melatih pendidikan nilai bagi anaknya mempunyai tempat yang sangat pending dalam karya pastoral Gereja. Dengan mendidik anaknya secara baik dan benar, keluarga katolik telah ikut dan mendukung karya pastoral Gereja. Sebab Gereja dan karya pastoralnya juga mempunyai kewajiban untuk memperhatikan segala upaya yang mendukung bagi terselenggaranya pendidikan. Karena itu penting bagi keluarga katolik untuk bekerja sama dengan jemaat kristiani yang lain, juga dengan para pendidik dan tenaga pastoral. Kerja sama itu ditujukan agar orang tua mendapat informasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147 sekaligus metode yang tepat dalam mendidik anaknya sesuai dengan ajaran iman dan nilai-nilai katolik. Tradisi iman katolik mengajarkan bahwa pribadi manusia jauh lebih berharga dari apapun.Tradisi iman ini justru mendapat tantangan sebaliknya dari nilai kehidupan saat ini. Zaman sekarang orang lebih memperhatikan kehidupan yang penuh dengan harta benda, kekayaan, uang dan materi lainnya daripada pribadi manusia itu sendiri. Tugas orang tualah yang akan melindungi anaknya dari pengaruh buruk hidup zaman ini. Orang tua harus bisa mengajarkan nilai kristiani kepada anaknya.Bahwa nilai pribadi manusia jauh lebih berharga dari kekayaan apapun di dunia.Karena itu orang tua perlu mengajarkan hidup sederhana, peka, tanggung jawab, solider, dan disiplin pada anaknya dalam lingkungan hidup keluarga. Tugas orang tua dalam mendidik nilai kristiani kepada anaknya senada dengan misi Allah yang ingin menjadikan semua bangsa sebagai muridNya. Maka orang tua wajib untuk memperlihatkan kepada anak-anak tentang nilai cinta Tuhan Yesus akan pribadi mereka. Tindakan ini harus didukung dengan kesadaran bahwa Tuhan Yesus telah memberikan kepercayaan kepada tiap ornag tua untuk mendidik anak-anaknya sebagai saudara-saudara Yesus. Maksud pendidikan nilai kristiani yang diberikan orang tua kepada anaknya antara lain untuk; pertama: mengajarkan anak-anak tentang misteri keselamatan dan peran nilai keselamatan yang mereka terima dari Tuhan Yesus dalam aktivitas hidup mereka sehari-hari, kedua: melatih anak-anak untuk hidup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148 sesuai dengan ajaran iman kristiani, menjadi orang yang berbudi baik, sederhana, toleran dan penuh tanggung jawab dalam semangat cinta kasih. Orang tua yang sungguh- sungguh menjalankan tugasnya sebagai pendidik utama dalam keluarga telah menjadi bentara pesan injil Tuhan Yesus yang pertama dan utama. Orang tua dapat menjalankan tugas ini jika ia sendiri mengalami keteraturan hidup dan berdisiplin diri dalam kehidupan hariannya. Dengan cara demikian ia dan sikapnya menjadi acuan bagi anak-anak dalam belajar untuk menjadi pribadi yang dewasa. Cara demikian merupakan pengabungan pelbagi nilai untuk diinternalisasikan oleh subyek didik. Keluarga-keluarga Kristiani juga dapat menyebarkan nilai-nilai Kristiani melalui teladan hidup yang berdasarkan nilai kebenaran, kebebasan, keadilan, cinta kasih dengan melibatkan diri secara aktif dan bertanggung jawab dalam pertumbuhan anak,dan dalam hidup masyarakat dan lembaga yang benar-benar manusiawi. a. Pemberian Teladan Hidup Melahirkan anak-anak itu tidaklah terlalu sulit. Yang lebih sulit adalah membuat mereka menjadi orang-orang yang baik. Untuk itu, orangtua harus memberikan teladan hidup yang baik. Kalau orangtua ingin bahwa anak-anak mereka menjadi orang-orang yang rajin, ramah, dan saleh, mereka harus memberikan teladan kerajinan, keramahan dan kesalehan. Tidak seorang pun dapat memberikan suatu hal yang tidak dipunyainya. Orangtua yang menginginkan anak-anak mereka menghargai sesama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149 haruslah terlebih dahulu membuktikan bahwa mereka berdua saling menghargai dan juga menghargai anak-anak mereka. b. Perhatian dan Kasih Sayang Setiap orang membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Anak-anak pun membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Tetapi, tentang hal ini, haruslah disadari betul bahwa memperhatikan dan mengasihi tidaklah berarti memanjakan. Orangtua yang memanjakan anak-anak justru membuat mereka menjadi orang-orang yang “lembek” orang-orang yang tidak memiliki “semangat juang”. Mereka tidak tahan banting dan mudah menyerah terhadap tantangan. c. Suasana yang Demokratis Pendidikan anak-anak sebaiknya berlangsung dalam suasana yang demokratis. Di sana ada komunikasi dua arah. Anak-anak tidak suka dididik dalam suasana komunikasi yang bersifat monolog, satu arah saja. Orangtua tidaklah serba tahu. Dalam dialog itu, orang tua hendaknya menciptakan suasana yang membuat anak-anak berani mengemukakan pendapat dan mengungkapkan emosi mereka. Selain itu, anak-anak sebaiknya dibantu agar mereka siap mempertanggungjawabkan semua tindak-tanduk mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150 g. Aspek kateketis Kepercayaan diri Rasa percaya diri kita didasarkan kepada nilai yang ditempatkan oleh Tuhan di dalam kita. Ada dalam Alkitab, jika aku melihat langit-mu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatkannya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahlkotainya dengan kemuliaan dan hormat. ( Mazmur 8:3-5). Tuhan menilai kita berdasarkan karakter-Nya, bukan kita. Ada dalam Alkitab, ia menegakan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukan diri bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya ( Mazmur 113:7-8). Kita senantiasa barada dalam pikiranNya. Kita bernilai di mata Allah. Dalam Alkitab dikatakan, bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungggupun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. (Luk 12:6-7). Kunci akan penilaian yang jujur dan tepat adalah mengetahui dasar dari harga diri identitas kita didalam Kristus. Dalam Alkitab, berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepadamu setiap orang diantara kamu: janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. ( Roma 12:3). Meletakan kepercayaan kepada Tuhan memampukan kita melakukan segala sesuatu dengan penuh percaya diri, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151 bertanggung jawab, sebab kita percaya bahwa Tuhan selalu menyertai dan membuat kita aman dalam situasi apapun. Tuhan senantisa menganugerahkan rahmat keselamatan kepada umat yang percaya pada-Nya. Kepercayaan diri seseorang juga dapat terbentuk melalui katekese atau pembinaan iamn umat. Misalnya melalui doa-doa, latihan-latihan, aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian, belajar bertanggung jawab, berpikir positif, mengikuti Ekaristi, dan latihan-latihan lainnya yang dapat mengembangkan imannya. Didalam Katekese, umat saling berbagi sehingga terjadilah komunikasi iman yang baik yang sungguh membantu setiap pribadi sehingga umat semakin menghayati imannya dalam kehidipannya setiap hari. E. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa keterbatasan, kekurangan dan hambatan sebagai berikut: 1. Data yang diperoleh diasumsikan bahwa responden menjawab sesuai dengan keadaan dan pengalaman yang sebenarnya sehingga kebenaran data dapat dilacak. Bila responden tidak menjawab sesuai dengan realita yang sebenarnya, kesimpulan dapat berbeda dan kebenaran dan kebenaran data tidak dapat dilacak. 2. Peneliti mempunyai keterbatasan waktu sehingga saat pengisian kuisioner, peneliti tidak ikut mengawasi responden. Petunjuk yang ada dalam kuisioner bisa kurang dimengerti oleh responden, sehingga dalam pengisian kuioner dapat keliru. Peneliti tidak sempat melakukan perbaikan item pernyataan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152 yang tidak valid dan tidak mengedarkan lagi kuisioner kepada responden yang tidak masuk sekolah pada hari pengisian kuisioner. 3. Peneliti juga mengalami keterbatasan dalam kemampuan dan pengetahuan dalam membuat pertanyaan kuisioner yang belum sepenuhnya mewakili indikator pada setiap variabel. 4. Peneliti mempunyai keterbatasan dalam mencari sumber buku-buku acuan yang mendukung dalam penelitian ini. 5. Peneliti mempunyai keterbatasan waktu untuk mengadakan penelitian dilapangan sehingga data yang diperoleh juga terbatas. Selain itu peneliti juga sulit mencari waktu untuk mengadakan penelitian di lapangan, oleh karena jam pelajaran yang penuh. 6. Peneliti juga mengalami tantangan untuk mencari waktu yang tepat dalam menyusun skripsi dan mengolah data yang diperoleh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan saran dari keseluruhan permasalahan skripsi ini. Pada bagian kesimpulan dipaparkan rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasannya sebagai jawaban dari permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Sedangkan pada bagian saran, dibahas mengenai usulan yang berkaitan dengan pengembangan pola komunikasi orang tua. A. Kesimpulan Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Komunikasi merupakan cara menyampaikan pesan secara tepat dan teliti baik melalui pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti dan makna yang dapat dimengerti, dipahami serta menghasilkan perubahan dalam diri yang dapat ditunjuk. Ada dua pola komunikasi yaitu pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup. a. Pola komunikasi terbuka : Pesan komunikasi yang tepat, penuh perhatian, penuh kasih sayang, sehingga proses tersebut mencapai pada komunikasi yang efektif. b. Pola komunikasi tertutup : Proses komunikasi orang tua yang dalam pengasuhannya sangat kaku. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155 Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk menyakini terhadap segala aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya maupun situasi yang dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya. 2. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai mean dari pola komunikasi orang tua sebesar 128.0300 Dari data tersebut diketahui pula rata-rata pola komunikasi orang tua dengan harga mean 128,030 Std. Deviation 11,785. Untuk range adalah 73 dengan skor maximum 163 dan minimum 90. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 128,00, nilai yang sering muncul (mode) 122 dan untuk nilai sum adalah 12803. Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh positif pola komunikasi orang tua dengan anak. 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai mean dari kepercayaan diri sebesar 194.9600. Dari data tersebut diketahui pula rata-rata kepercayaan diri dengan harga mean 194. 460 Std. Deviation 16.53702. Untuk range adalah 100.00 dengan skor maximum 241.00 dan minimum 141.00. Sedangkan untuk nilai tengah (median) 195.5000, nilai yang sering muncul (mode) 204.00 dan untuk nilai sum adalah 19496.00. Keseluruhan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada pengaruh positif pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa. 4. Dari hasil uji hipotesis, diperoleh nilai siginfikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu pola komunikasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156 orang tua terhadap variabel terikat yaitu kepercayaan diri. Sedangkan dari hasil uji regresi, diketahui bahwa pola komunikasi orang tua berpengaruh terhadap kepercayaan diri dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar 0,253 atau 25%. Hasil tersebut diperoleh dari hasil perhitungan regresi data pola komunikasi orang tua sebagai variabel X dengan keprcayaan diri sebagai variabel Y, yang menghasilkan rumus persamaan regresi yaitu Y = 28,149 + 0,303X. Artinya setiap penambahan nilai pola komunikasi orang tua sebesar 1 poin, maka nilai kontrol diri bertambah 28,149 + 0,303. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan proses pola komunikasi orang tua dan kepercayaan diri siswa kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015-2016. Setelah melaksanakan penelitian tersebut, penulis mengusulkan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk orang tua siswa a. Sehubungan dengan besarnya pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kepercayaan diri siswa, yaitu sebesar 25% maka orang tua diharapkan mampu memilih dan mempertimbangkan cara yang tepat yang akan digunakan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak terlebih dahulu, karena kekeliruan atau kesalahan orang tua dalam pola komunikasi dengan anak dapat menghambat kemampuan anak dalam memahami pesan yang disampaikan psikopatologi pada anak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157 b. Orang tua diharapkan semakin meningkatkan pola komunikasi yang tepat dan terbuka. Semakin orang tua terbuka terhadap anak, anak semakin merasa dihargai dan semakin percaya diri. Beberapa cara yang mengacu pada pola komunikasi terbuka, antara lain adalah dengan: 1) Memberi pujian ketika anak mendapat nilai yang bagus dan bisa mengikuti aturan yang disampaikan orang tua. 2) Memberi penghargaan ketika anak berhasil melakukan prososial, seperti berbagi dengan teman, mau menunda keinginannya, bersikap dan berbuat baik. 3) Memberi anak kesempatan untuk memberikan penjelasan ketika anak berbuat salah dan mengasosiasikan hukuman yang akan anak peroleh terlebih dahulu agar tercipta suatu pola komunikasi yang tepat. 4) Menunjukan sikap penuh kasih sayang, keterbukaan, simpatik, dialogis dan konsisten terhadap suatu prinsip yang diajarkan kepada anak. 5) Memberi waktu khusus untuk anak, mendampingi, mendengarkan keluh kesah anak dengan penuh rasa empati. 6) Bersikap sejajar, artinya: orang tua tidak merasa lebih berkuasa dibandingkan anak. 7) Menghargai perbedaan dan mengarahkannya secara halus. 2. Untuk pihak sekolah, memberikan pembinaan kepada orang tua yang anaknya perlu diperhatikan secara khusus. Hal ini dimaksudkan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158 menjalin kerja sama yang sinergis antara pihak sekolah dan orang tua siswa dalam membina salah satu bagian kehidupan perkembangan psikologis siswa, demi menghasilkan generasi yang memiliki kepercayaan diri yang kuat dalam dirinya. Dalam pembinaan tersebut pihak sekolah mengundang nara sumber yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang komunikasi dan psikologi anak. 3. Bagi peneliti, disarankan untuk meneliti secara cermat dan melihat kemungkinan-kemungkinan adanya aspek lain yang mempengaruhi serta faktor pendukung dari pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap rasa percaya diri anak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, H.,dkk. (1999). Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Abdul Rosyad Shiddiq dan Ahmat Vathir Zaman, (2001) Jakarta: Pustaka AlKautsar. Andayani, B., Afiatin, T. (1991). Konsep diri, Harga Diri dan Kepercatyaan diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ardianto, Elfinaro dan Komala Erdinaya Lukiati. (2005). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Astuti, Sunar Ratri. (2008). Mendampingi anak menghadapi rasa takut. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Azwar, S. (1989). Harga diri memepengaruhi kepercayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bahri, Syaiful. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. (2009). Sosiologi Komunikasi, Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Penerbit: Kencana Prenada Media Group. Carnegie, Dale. (2005). Cara mencapai sukses sdalam memperluas pengaruh dan pandai dan Bicara Penerbit cvpionir jaya Bandung. Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Carrol, Lewis. (1994). Komunikasi antar pribadi. Rosda Karya Bandung. Cholichul, Hadi. (2007). Tindakan Overprotective menghambat Kepercayaan diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat. (1990). Ciri-ciri percaya Diri. Jakarta: Renaka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola komunikasi orang tua dan anak dalam keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Deddy, Mulyana. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana.(1986). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fakhrudin, Umar. (2010). Mendidik anak menjadi Unggulan. Membaca dinamika yang mengelilingi dunia anak. Penerbit Manika Books. Frendly. (2002). Komunikasi dalam keluarga. Family altar : Jakarta. Fine, Debra. (2007). Seni Memulai Pembicaraan & Membangun Ketrampilan Networking. Furchan, Arief H. (2005). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Penerbit Pustaka Pelajar Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Rafika Aditama. Hakim, Thursan. (2005). Pengertian Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara. Hambly, Kenneth. (1998). Bagaimana meningkatkan Rasa Percaya Diri. Alih Bahasa: F.X. Budiyanto. Jakarta: Arcan. Harris Clemes dan Reynold Bean. (2010). Membangkitkan Harga Diri Anak, Terj. Anton Adiwiyoto, Jakarta: Mitra Utama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160 Hastuti. M.M. & Winkel. W.S: (2010) Bimbingan dan Konseling, Penerbit MEDIA ABADI Jacinta, F. Rini. (2002) Memupuk Rasa Percaya Diri. Jakarta : Mitra Utama Khairudin, H.SS (2008). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: PT Liberty. Lindenfield Gael. (1997). Pengertian Percaya diri. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Lunardi, A.G. (2015). Komunikasi Mengena: Meningkatkan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Loekmono, L. (1983). Faktor yang menghambat perkembangan rasa Percaya diri. Salatiga: Pusat Bimbingan Universitas Kristen Setya Wacana. Martani, W.,Adiyanti,M.G.(1991). Kompetensi sosial dan Kepercayaan diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mastuti, I. (2008). Pengertian Kepercayaan diri. Jakarta: PT. Buku Kita. Monk, dkk. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Tingkat Pendidikan mempunyai pengaruh dalam menentukan Kepercayaan Diri. Yogyakarta: Gaja Mada University Press. Maurice Balson.(1993). Becoming A Better Parent, (Terj. H.M. arifin,) Bagaimana menjadi orang tua yang baik. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Piet Go. R.P. (2007). Keluarga dan Hak-hak Azasi. Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Wali Gereja Indonesia. Jakarta, November. Pratikno.(2000).Lingkaran-lingkaran komunikasi.Bandung: Alumni. Abu Ahmadi, H., dkk., Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta. Pratikto.(1983).Mencapai komunikasi yang efektif dan Efisien. Jakarta: Rineka Cipta. Priyatno Duwi. (2016) Belajar Alat Analisis Data dan cara Pengolahannya Dengan SPSS Penerbit Gava Media. Rakhmat, Jalaludin.(1982). Psikologi Komunikasi: Penerbit: Remaja Rosda karya Bandung. Riyanto, Theo (2002) Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Grasindo. Sugiono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit: Alfabeta Bandung. Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno, Hadi.(2001). Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas psikologi UGM. Suryabrata, Sumadi (1982). Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo Persada Jakarta. Surya. (2007). Kurang Percaya Diri disebabkan pola komunikasi yang buruk dalam keluarga. Jakarta: PT Elex Media. Telaumbanua, M. OFM Cap. (2005). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Tirman. ( 1982). Arti Komunikasi. Penerbit: PT Rosda karya Bandung. Undang-Undang R.I. NOMOR 20 TAHUN 2003. Tentang SISDIKNAS. Peraturan Pemerintah R.I. Tahun 2013. Tentang Standar Nasional Pendidikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161 Serta wajib belajar. Walgito, Bimo.(1999). Psikologi Sosial. Suatu Pengantar. Penerbit: C.V Andi Offset. Widjaja, A.W.(1997) Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara Wood, Julia.(1995). Komunikasi Interpersonal dalam keluarga. Interaksi keseharian edisi revisi. Penerbit Salemba Humanika pribadi. Wibowo, Wahyu. (2015). Konsep Tindak Tutur Komunikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wulan Lukita Dewi, (1998) Tampil Dengan Penuh Percaya Diri, Jakarta: Handal Niaga Pustaka. Yohanes Pauluus II. ( 1992). Catechesi Tradendae. Seri Dokumen Gerejawi no. 28. ( R. Hardawiryana SJ, Penerjemah). Jakarta : Departemen Dokumentasi dan Penerangan. KWI. ( Dokumen asli diterbitkan 16 Oktober 1979.