22 BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PROVINSI LAMPUNG 4.1 Geografi Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 Km2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian ujung tenggara Pulau Sumatera, dan dibatasi oleh : 1. Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di sebelah utara 2. Selat Sunda di sebelah selatan 3. Laut Jawa di sebelah timur 4. Samudera Indonesia di sebelah barat Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung merupakan gabungan dari kota kembar (Tanjungkarang dan Telukbetung) memiliki wilayah yang relatif luas. Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan timur - barat berada antara : 103o 40' - 105o 50' Bujur timur, utara - selatan berada antara : 6o 45' - 3o 45' Lintang selatan. 4.2 Administrasi Wilayah Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam 14 (empat belas) Kabupaten/Kota, yang selanjutnya terdiri dari beberapa wilayah Kecamatan dengan perincian sebagai berikut : 1. Kabupaten Lampung Barat dengan ibukotanya Liwa, luas wilayahnya 4.950,40 km2 dan terdiri dari 25 (dua puluh lima) kecamatan. 2. Kabupaten Tanggamus dengan ibukotanya Kota Agung, luas wilayahnya 3.356,61 km2 dan terdiri dari 20 (dua puluh) kecamatan. 3. Kabupaten Lampung Selatan dengan ibukotanya Kalianda, luas wilayahnya 2.007,01 km2 dan terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan. 4. Kabupaten Lampung Timur dengan ibukotanya Sukadana, luas wilayahnya 4.337,89 km2 dan terdiri dari 24 (dua puluh empat) kecamatan. 5. Kabupaten Lampung Tengah dengan ibukotanya Gunung Sugih, luas wilayahnya 4.789,82 km2 dan terdiri dari 28 (dua puluh delapam) kecamatan. 23 6. Kabupaten Lampung Utara dengan ibukotanya Kotabumi, luas wilayahnya 2.725,63 km2 dan terdiri dari 23 (dua puluh tiga) kecamatan. 7. Kabupaten Way Kanan dengan ibukotanya Blambangan Umpu, luas wilayahnya 3.921,63 km2 dan terdiri dari 14 (empat belas) kecamatan. 8. Kabupaten Tulangbawang dengan ibukotanya Menggala, luas wilayahnya 7.770,84 km2 dan terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan. 9. Kabupaten Pesawaran dengan ibukota Gedong Tataan, luas wilayahnya 1.173,77 km2 dan terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan. 10. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu, luas wilayahnya 625,00 km2 dan terdiri 8 (delapan) kecamatan. 11. Kabupaten Mesuji dengan ibukota Mesuji, luas wilayahnya 2.184,00 km2 dan terdiri 7 (tujuh) kecamatan. 12. Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan ibukota Panaragan Jaya, luas wilayahnya 1.201,00 km2 dan terdiri 8 (delapan) kecamatan. 13. Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 192,96 km2 dan terdiri dari 13 (tiga belas) kecamatan. 14. Kota Metro dengan luas wilayah 61,79 km2 dan terdiri dari 5 (lima ) kecamatan. Peta administrasi Provinsi Lampung tertera pada Gambar 4. Gambar 4. Peta Administrasi di Provinsi Lampung (Bappeda, 2010) 24 4.3 Topografi Secara topografi Daerah Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi : 1. Daerah dengan topografi berbukit sampai bergunung 2. Daerah dengan topografi berombak sampai bergelombang 3. Daerah dataran alluvial 4. Daerah dataran rawa pasang surut 5. Daerah River Basin Gambar 5. Peta Topografi di Provinsi Lampung (Bappeda, 2010) 4.3.1 Daerah dengan Topografi Berbukit Sampai Bergunung Daerah ini mempunyai lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar 25%, dan ketinggian rata-rata 300 M di atas permukaan laut. Daerah ini meliputi Bukit Barisan dengan puncak tonjolan tonjolannya berada pada Gunung Tanggamus, Gunung Pasawaran, dan Gunung Rajabasa. Gunung Rajabasa berlokasi di Kalianda dengan ketinggian dan rata-rata 1.500 M. Puncakpuncak lainnya adalah Bukit Pugung, Bukit Pesagi, Sekincau yang terdapat di bagian utara. Daerah tersebut umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan primer atau sekunder. 25 4.3.2 Daerah dengan Topografi Berombak Sampai Bergelombang Ciri-ciri khusus daerah ini adalah terdapatnya bukit-bukit sempit, kemiringannya antara 8 % sampai 15 % dan ketinggian antara 300 M sampai 500 M dari permukaan laut. Daerah ini membatasi daerah pegunungan dengan dataran alluvial. Vegetasi yang terdapat di daerah ini adalah tanaman perkebunan seperti : kopi, cengkeh, lada dan tanaman pertanian peladangan seperti : padi, jagung, dan sayur-sayuran. Daerah tersebut meliputi daerah-daerah; Kedaton di wilayah Kota Bandar Lampung, Gedong Tataan di Kabupaten Lampung Selatan, Sukoharjo dan Pulau Panggung di Kabupaten Tanggamus serta Kalirejo dan Bangunrejo di wilayah Kabupaten Lampung Tengah. 4.3.3 Daerah Dataran Alluvial Daerah ini sangat luas meliputi Lampung Tengah sampai mendekati pantai sebelah Timur. Daerah ini merupakan bagian hilir (downstream) dari sungaisungai yang besar seperti Way Sekampung, Way Tulang Bawang, dan Way Mesuji. Ketinggian di daerah ini berkisar antara 25 m sampai 75 m dengan kemiringan 0% sampai 3%. Pada bagian pantai sebelah barat dataran Alluvial menyempit dan memanjang menurut arah Bukit Barisan. 4.3.4 Daerah Dataran Rawa Pasang Surut Di sepanjang pantai timur merupakan daerah rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m sampai 1 m. 4.3.5. Daerah River Basin Provinsi Lampung terbagi atas 5 (lima) kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang utama : 1. DAS Tulang Bawang 2. DAS Seputih 3. DAS Sekampung 4. DAS Semangka 5. DAS Way Mesuji 26 4.4. Tanah Berdasarkan peta satuan unit lahan yang dibuat Puslitanak terdapat 149 satuan peta unit lahan. Peta satuan tanah tersebut menunjukkan bahwa tanah di Provinsi Lampung dapat diklasifikasikan kedalam 5 ordo tanah berdasarkan sistem taksonomi tanah yaitu: Inceptisol, Entisol, Alfisol, Oxisol, Histosol dan Ultisol. Inceptisol adalah tanah yang mempunyai epipedon umbrik, mollic, atau plaggen atau horison cambic. Entisol adalah tanah yang mempunyai epipedon ochric atau histic dan horison albic. Alfisol adalah tanah yang memiliki horison argillic dengan kejenuhan basa (pH 8,2) lebih dari 35% pada kedalaman 1,8 m dari permukaan. Oxisol adalah tanah yang mempunyai horison oksik pada kedalaman kurang dari 2 m dan tidak memiliki horison. Histosol adalah tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 30% dan ketebalan lebih dari 40 cm. Ultisol adalah tanah yang tidak memiliki horison argilic dengan kejenuhan basa (pH 8,2) kurang dari 35% pada kedalaman 1,8% (Suwardi dan Wiranegara, 2000). Pengklasifikasian tanah hingga level great group pada peta satuan lahan Provinsi Lampung beserta karakteristiknya yaitu: 1. Tropaquepts merupakan tanah Inceptisol dengan subordo Aquept yang memiliki regim suhu tanah isomesik atau lebih panas. Aquept merupakan tanah-tanah yang mempunyai rasio natrium dapat tukar (ESP) sebesar 15 persen atau lebih. 2. Hydraquents adalah tanah Entisol dengan subordo Aquent yang pada seluruh horison di antara kedalaman 20 cm dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral, mempunyai nilai-n sebesar lebih dari 0,7 dan mengandung liat sebesar 8 persen atau lebih pada fraksi tanah halus. 3. Fluvaquents adalah tanah Entisol dengan subordo Aquent yang mengandung karbon organik berumur Holosen sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral, atau memiliki penurunan kandungan karbon organik secara tidak teratur dari kedalaman 25 cm sampai 125 cm atau mencapai kontak densik, litik, atau paralitik apabila lebih dangkal. 27 Gambar 6. Peta Satuan Unit Lahan di Provinsi Lampung (Puslittanak, 1989) 28 Gambar 7. Peta Kelerengan di Provinsi Lampung (Bappeda, 2010) 4. Eutropepts adalah tanah Inceptisol, umumnya ditemukan pada daerah yang mempunyai kelerengan yang terjal dan puncak bukit kapur. Tanah ini sangat dangkal dan berwarna terang. 5. Dystropepts adalah tanah Inceptisol yang mempunyai regim kelembaban tanah udik (udus,latin, lembab), dimana penampang kontrol (kedalaman 25 – 100 cm dari permukaan tanah) tidak kering selama 90 hari kumulatif dalam tahuntahun normal. 6. Troporthents adalah Entisol entisols yang memiliki rejim kelembaban udik dan temperatur tanah rata-rata musim panas dan musim dingin pada kedalaman 50 cm berbeda < 5oC. 7. Sulfihemists adalah Histosol yang tergolong hemik yang memiliki bahan sulfidik yang mengandung pirit didalam 100cm dari permukaan tanah. 8. Sulfaquents adalah Entisol yang memiliki bahan sulfidik seperti pirit (FeS2). 9. Tropopsamments adalah Entisol dengan bahan induk tanah berasal dari batuan aluvium dan pasir pantai marine muda. 10. Quartzipsmments adalah Entisol dengan seluruh lapisan didalam penampang kontrol kelas besar butirnya mempunyai fragmen batuan sebesar kurang dari 29 35 persen (berdasarkan volume), dengan tekstur pasir halus berlempung atau lebih kasar, dan pada fraksi 0,02 sampai 2,0 mm mengandung mineral resisten sebesar lebih dari 90 persen (berdasarkan rata-rata tertimbang). 11. Kanhapludults adalah Ultisol yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm dibawah batas atas horison kandik. Di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral mempunyai penurunan liat sebesar 20 persen atau lebih (secara relatif) dari kandungan liat maksimum.Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong udik. 12. Hapludox adalah Oxixol yang mempunyai horison oksik dengan batas atas di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan tidak terdapat horison kandik yang memiliki batas atas di dalam kedalaman tersebut. Rejim kelembaban tanahnya tergolong udik. beriklim basah dengan horison minimum dan kandic 13. Kandiudults adalah Ultisol yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison kandik. Di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak mempunyai penurunan liat sebesar 20 persen atau lebih (secara relatif) dari kandungan liat maksimum. Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong udik. beriklim basah dengan horison kandic 14. Humitropepts adalah Inceptisol yang mempunyai rejim temperature isomesik atau lebih panas dan mempunyai kejenuhan basa (dari NH4OAc) kurang dari 50 persen di beberapa subhorison antara kedalaman 25 cm dan 100 cm dan mempunyai karbon organic 12 kg atau lebih per meter persegi tanah sampai kedalaman 100 cm, tidak termasuk serasah permukaan, atau sampai kontak litik, paralitik, atau petroferik jika lebih dangkal dari 100 cm. 15. Hapludults adalah Ultisol yang mempunyai horison kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm dibawah batas atas horison kandik. Tanah ini memiliki rejim kelembaban tanah yang tergolong udik. 16. Dystrandepts adalah Inceptisol yang memiliki kandungan bahan andik 17. Hapludalf adalah Alfisol yang mempunyai horison argilik yang berada di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan rejim kelembaban udik. 30 Horison argiliknya mempunyai penurunan liat sebesar 20 persen atau lebih (secara relatif) dari kandungan liat maksimum dan 50 persen atau lebih pada setengah bagian matriks bawahnya memiliki hue 10 YR atau lebih kuning. 4.5 Klimatologi Gambar 8. Peta Curah Hujan di Provinsi Lampung (Bappeda, 2010). Tabel 2. Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan, Rata-Rata Suhu Udara, dan Rata-Rata Kelembaban Udara di Provinsi Lampung Tahun 2008. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Curah Hujan (mm) 164,8 183,3 246,6 174,3 38,2 45,5 29,0 135,2 86,0 153,8 204,5 478,9 Jumlah Hari Hujan (hari) 17 22 17 15 8 13 4 12 10 18 20 23 Rata-rata suhu udara (oC) 26,9 26.2 26,3 26,4 26,7 26,1 26,9 26,1 26,4 26,6 26,5 26,1 Rata-rata Kelembaban udara (%) 78 80 79 81 77 80 74 79 74 80 82 84 Sumber : Stasiun Meteorologi Raden Intan II Bandar Lampung Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu mencapai 478,9 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September (29 mm). Ratarata suhu minimum di Provinsi Lampung antara 21,3 0C pada bulan Agustus 2008 hingga 23,7 0C pada bulan April 2008. Rata-rata suhu maksimum berkisar antara 31 31,5 0C hingga 34,0 0C. berdasarkan data dari stasiun meteorologi Raden Intan II Bandar Lampung, rata-rata kelembaban udara di sekitar 69%-81% dan kelembaban udara tertinggi pada bulan Juni. Gambar 9. Peta Iklim di Provinsi Lampung (Bappeda, 2010) 4.6 Penduduk Gambar 10. Peta Kepadatan Penduduk di Provinsi Lampung (Bappeda, 2010) 32 Berdasarkan hasil estimasi dari data penduduk tahun 2005, penduduk Provinsi Lampung tahun 2009 mencapai 7.491.943 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 105,76. Tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Lampung tampak masih timpang atau tidak merata antar wilayah. Kepadatan penduduk di kota umumnya sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten. Tingkat kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung misalnya mencapai 4.320 jiwa per kilometer persegi dan Kota Metro mencapai 2.205 jiwa per kilometer persegi. Tingkat kepadatan penduduk di semua kabupaten masih berada dibawah 500 jiwa per kilometer persegi, bahkan Kabupaten Lampung Barat baru mencapai 81 jiwa per kilometer persegi. Tabel 3. Penduduk Provinsi Lampung Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Kabupaten/kota dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2008 Lapangan Pekerjaan Utama * Kabupaten/ kota 1 2 3 4 5 Lampung Barat 167.109 564 17.223 2.349 5.602 Tanggamus 249.670 22.842 43.338 8.399 21.197 Lampung Selatan 192.969 38.179 55.221 13.088 32.381 Lampung Timur 245.370 40.711 70.877 8.942 28.664 Lampung Tengah 306.413 33.843 77.022 9.916 36.287 Lampung Utara 122.648 7.207 32.085 5.496 17.202 Way Kanan 116.796 5.477 15.678 2.121 8.638 Tulang Bawang 179.637 18.673 44.876 6.301 17.751 88.259 9.063 30.981 3.245 13.683 Bandar Lampung 4.553 7.682 104.115 27.655 49.363 Metro 6.178 2.601 15.338 2.651 6.653 1.679.602 186.842 506.754 90.163 237.421 Pesawaran Jumlah Catatan: *) 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2. Industri Pengolahan 3. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 4. Jasa Kemasyarakatan 5. Lainnya (Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan) Sumber: BPS (2010) Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi daerah khususnya dalam upaya pemerintah daerah mengurangi jumlah penduduk miskin. Dalam penyajian data ketenagakerjaan, BPS menggunakan batasan umur 15 tahun ke atas dari semua penduduk dan dikenal dengan istilah penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja di Provinsi Lampung berjumlah 5.351.935 jiwa yang terdiri dari jumlah angkatan kerja sebanyak 3.627.155 jiwa dan bukan angkatan kerja sebesar 1.724.780 jiwa. 33 Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja (3.387.175 jiwa) dan pengangguran (239.980 jiwa) sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah sekolah (414.144 jiwa), mengurus rumah tangga (1.098.117), lainnya (212.519 jiwa). Penduduk Provinsi Lampung sebagian besar bekerja di sektor pertanian yaitu 62,19 persen atau sebesar 1.679.602 jiwa. Adapun penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan tercatat sebesar 3,34 persen atau sebanyak 90.163 ribu jiwa. Penetapan UMP Provinsi Lampung pada tahun 2010 sebesar Rp. 767.500,00 per bulan. 4.7 Pendapatan Regional Berdasarkan perhitungan PDRB Provinsi Lampung dengan tahun dasar 2000, laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Lampung selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung mengalami kenaikan 5,07 persen. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2008 5,26 persen. Sebagian besar sektor ekonomi di Propinsi Lampung tahun 2009 mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami pertumbuhan negatif -9,21 persen. Selama tiga tahun terakhir, struktur lapangan usaha masyarakat Lampung masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor industri pengolahan. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Lampung tahun 2009, sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB 34.381,86 milyar rupiah (38,93 persen) diikuti sektor industri pengolahan 12.423,00 milyar rupiah (14,07 persen). Sektor perdagangan, restoran dan hotel memberikan sumbangan 12.046,28 milyar rupiah (13,64 persen). Dilihat dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Provinsi Lampung selama kurun waktu 2007-2009 digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan perdagangan luar negeri. Pada tahun 2009 konsumsi rumah tangga propinsi Lampung 51.414,37 milyar rupiah atau menyerap 58,21 persen total PDRB, diikuti oleh ekspor dan impor masing-masing 41,64 persen dan 29,63 persen dari total PDRB. Selama periode 2006 - 2009, PDRB Perkapita Provinsi Lampung atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2006 PDRB Perkapita 34 atas dasar harga berlaku 6,811 juta rupiah, naik menjadi 10,078 juta rupiah pada tahun 2009. PDRB perkapita Kota Bandar Lampung menempati urutan tertinggi yaitu 20,477 juta rupiah dibandingkan dengan kabupaten/ kota lain. Kabupaten/kota yang memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih tinggi dari laju pertumbuhan provinsi yaitu: kota Bandar Lampung, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Lampung tengah, Kabupaten Lampung Utara, Lampung Barat dan Kota Metro. Kabupaten Tulang Bawang masih memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu 6,98 persen diikuti Kota Bandar Lampung 6,01 persen. Kabupaten Lampung Timur memiliki pertumbuhan terendah 4,38 persen. Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Provinsi Lampung Tahun 2007-2008 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2007 (Juta Rupiah) 2008 (Juta Rupiah) 22.732.966 28.802.380 Pertambangan dan Penggalian 2.190.112 2.306.687 Industri Pengolahan 8.313.988 9.798.072 401.210 454.263 Listrik dan Air Bersih Bangunan 3.079.057 3.278.268 Perdagangan, Restoran dan Hotel 8.714.733 10.158.964 Angkutan dan Komunikasi 5.094.877 6.660.142 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.665.182 4.772.937 Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto Sumber: BPS (2010),(2012) 6.729.840 7.487.545 60.921.966 73.719.259 4.8 Komoditas Tanaman Pangan Produksi padi di Provinsi Lampung terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun walaupun kenaikannya tidak cukup signifikan. Tahun 2010 produksi padi mencapai 2.807.676 ton naik sekitar 5,00 persen dibandingkan tahun 2009 dengan sentra produksi padi terbesar di Kabupaten Lampung Tengah dengan jumlah 623.779 ton (22,21 %) dari total produksi padi di Provinsi Lampung. Produksi tanaman palawija Provinsi Lampung yang mengalami kenaikan adalah jagung, ubi kayu dan kacang tanah sedangkan produksi kacang hijau, ubi jalar, dan kedelai mengalami penurunan pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009. 35 Tabel 5. Luas Panen Tanaman Pangan menurut Kabupaten/ kota di Provinsi Lampung Tahun 2006 dan 2010 Kabupaten/ Kota Padi Sawah (ha) Padi Ladang (ha) Jagung (ha) Ubi Kayu (ha) Ubi Jalar (ha) Kacang Tanah (ha) Kedelai (ha) Kacang Hijau (ha) 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 Lampung Barat 25.024 35.531 2.010 3.949 943 5.015 427 681 387 505 361 509 123 125 83 98 Tanggamus 47.826 40.377 2.533 2.248 9.637 4.813 2.296 952 413 469 596 458 335 1.007 304 274 Lampung Selatan 75.457 71.998 8.409 7.425 92.251 115.810 12.436 6.720 962 410 818 2.257 120 1.097 599 314 Lampung Timur 74.565 83.834 6.149 6.011 99.566 133.186 41.253 42.861 416 363 950 830 358 609 544 413 Lampung Tengah 94.686 109.193 19.035 17.827 79.522 104.246 88.575 133.477 1.002 996 2.606 2.382 788 1.285 1.390 982 Lampung Utara 18.168 25.711 12.611 12.052 29.468 36.496 29.972 50.998 444 900 1.225 3.308 95 970 580 808 Way Kanan 25.601 27.011 8.539 8.258 10.582 14.834 17.690 16.761 248 286 2.418 2.318 962 691 1.171 639 Tulang Bawang 63.231 41.499 4.706 1.439 9.980 2.991 90.441 32.231 427 154 1.057 191 359 204 322 80 Pesawaran 27.045 1.221 16637 2.626 143 869 43 121 Pringsewu 21.515 262 8.749 1.342 53 426 67 37 Mesuji Tulang Bawang Barat 25.194 302 1.296 12.207 84 75 9 78 13.269 1.169 2.613 45.070 161 285 76 56 Bandar Lampung 1.599 1.784 165 68 226 114 181 185 52 54 60 32 5 0 11 4 Metro 3.773 4.416 15 0 465 709 159 106 49 34 36 27 102 12 18 31 Sumber: BPS (2010) 36 Tabel 6. Produksi Tanaman Pangan menurut Kabupaten/ kota di Provinsi Lampung Tahun 2006 dan 2010 Padi Sawah (Ton) Kabupaten/ Kota Padi Ladang (Ton) Jagung (Ton) Ubi Kayu (Ton) Ubi Jalar (Ton) Kacang Tanah (Ton) Kedelai (Ton) Kacang Hijau (Ton) 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 Lampung Barat 109.947 160.080 4.844 10.377 2.950 20.092 7.649 13.298 3.695 4.857 406 580 130 139 73 88 Tanggamus 223.547 208.553 6.132 5.892 32.890 22.393 42.444 19.206 3.946 4.535 660 527 356 1.150 270 245 Lampung Selatan 350.001 370.060 23.209 23.562 344.511 557.444 234.877 138.416 9.223 4.031 1.003 2.822 126 1.241 532 280 Lampung Timur 340.083 431.981 17.445 17.681 349.652 644.243 798.456 1.058.097 4.097 3.622 1.087 1.024 389 716 483 370 Lampung Tengah 439.006 570.968 54.117 52.811 285.450 514.994 1.724.754 3.287.511 9.979 9.851 3.061 3.001 898 1.557 1.233 880 80.409 117.088 30.456 36.201 98.104 149.554 581.592 1.293.039 4.233 8.653 1.422 4.223 110 1.162 515 724 Way Kanan 111.539 120.487 22.253 23.934 35.022 62.988 341.635 384.706 2.372 2.760 2.881 3.049 1.159 868 1.038 572 Tulang Bawang 280.388 187.412 11.532 4.358 32.945 11.557 1.761.730 844.058 4.073 1.484 1.257 248 407 248 286 72 Lampung Utara Pesawaran 139.159 3.700 81.268 53.976 1.400 1.133 50 108 Pringsewu 111.239 679 42.243 26.882 513 471 78 33 Mesuji Tulang Bawang Barat 113.822 905 5.414 322.629 809 98 10 70 60.245 3.503 10.748 1.189.859 1.551 368 93 50 Bandar Lampung Metro Sumber: BPS (2010) 7.363 9.336 460 200 845 545 3.428 3.802 502 530 71 42 0 0 10 4 17.143 23.443 40 0 1.613 3.088 2.838 2.115 466 324 40 31 19 14 16 28 37 Gambar 11. Peta Tutupan Lahan di Provinsi Lampung (Bappeda, 2010)