PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL IMPLIKASINYA DALAM SIKAP KEDEWASAAN ANAK DI DUSUN SEMOYO, DESA SUGIHMAS, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Oleh NUR ASLIKUDIN NIM 111 11 152 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 i ii iii iv v MOTTO العلم بتعلّم البنسب Ilmu itu didapat dengan belajar, tidak dengan nasab (keturunan). (Mauidhoh) K.H Ihsanudin Abdan vi PERSEMBAHAN Skripsi ini Penulis Persembahkan Untuk: 1. Kepada kedua orang tua penulis, bapak Ashuri dan ibu Siyamah, yang selalu memberikan perhatian penuh serta pengorbanan dan doa yang sangat tulus sehingga dengan segala usahanya penulis dapat melanjutkan studi dengan lancar. 2. Kakak-kakak dan adikku, Nur Faizah, Nur Aslikah, Nur Laylatul Musyarofah beserta kakak ipar. Keponakan-keponakanku, Nur Ulyatun Nafi‟ah, Isna Rosyidah, Arjunnaja al Adib, dan Nada Mustafida, yang selalu memberikan dukungan, hiburan, serta motivasi kepada penulis 3. Dra. Ulfah Susilawati M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing dan memotivasi penulis dengan sabar dari bangku studi sampai terselesaikannya skripsi ini. 4. Drs. Abdul Syukur M. Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan sabar. 5. Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Murobbi ruhi K.H Ikhsanudin Abdan wa ahli baitihi, Al Maghfurlah K.H Abdul Khaliq, Al Ustadz M. Imam Hanif, Al Ustadz Fauzi Al hidayat yang telah banyak memberikan pelajaran tentang makna kehidupan dalam diri pribadi penulis. 7. Seluruh keluarga besar SD N Sugihmas 2 yang telah mengajarkan kehidupan sosial yanng sesungguhnya bagi penulis vii 8. Teman-teman karibku, Sodiq Tjokrodimulyo, Triyono, Ahmad Fatikhin, dan Eri Ristiawan yang selalu menemani suka duka penulis. 9. Para sedulur Fk WaMa (Forum Komunikasi MahaANAK Magelang), khususnya penghuni camp, yang selalu memberi semangat kepada penulis. 10. Keluarga besar IKMAAL (Ikatan Alumni Ma‟had Awwal) yang menjadi tempat rujukan dan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi penulis dan juga menjadi tempat diskusi keagamaan bagi para alumni pondok pesantren Awwal Koripan, Dawung, Tegalrejo, Magelang. 11.Teman, rekan, sahabat selama studi di IAIN Salatiga semua angkatan, khususnya angkatan 2011 PAI D, dan semua yang rekan yang mendukung dan memberikan kontribusi yang berarti bagi proses studi penulis selama ini. 12. Chabibah fi qolbi, yang selalu mengisi hati penulis. viii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb بسم هللا الحمد هلل صالة وسالما على رسول هللا ّاما بعده Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa sebagai ungkapan rasa syukur yang telah melimpahkan hidayah dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Shalawat serta salam penulis sanjungkan ke pangkuan Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah melimpahkan syafaatnya min hadzihis sa’ah ila yaumil qiyamah. Skripsi ini menyingkap sedikit tentang persepsi masyarakat terhadap pentingnya pendidikan formal yang dalam masa ini pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat diperhatikan berbagai kalangan, utamanya pemerintah. Adapun fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi objek penelitian ini yaitu kurangnya minat masyarakat terhadap pendidikan formal. Fenomena ini membuktikan bahwa pendidikan yang selama ini digencarkan oleh pemerintah belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Hal ini menjadi motivasi bagi pelaku pendidikan, dalam hal ini guru sekolah dasar di tempat tersebut, untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pendidikan formal. Dengan melihat berbagai faktor yang ada dalam masyarakat, penulis berusaha mengungkapkan segala yang menghambat perkembangan pandangan ix masyarakat terhadap pendidikan formal. Adapun tujuannya tidak lain adalah untuk mengetahui apa saja sebab-sebab “keterbelakangan pemikiran” yang ada dalam masyarakat tersebut, sehingga diharapkan dapat ditemukan solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan formal di lingkungan masyarakat tersebut. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih atas segala nasehat, bimbingan, dukungan, dan bantuannya kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Kajur PAI IAIN Salatiga. 4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati M. Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran terbaiknya dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Abdul Syukur M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan sabar. 6. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan. 7. Ayah, Ibu, dan kakak-kakakku serta adikku tercinta yang dengan tulus dan ikhlas berdoa dan memberikan segalanya untuk kelancaran dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. x 8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan do‟a dan dukungan agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon do‟a semoga amal mereka diterima oleh Allah SWT. Dan mendapat pahala yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 10 Februari 2016 Penulis xi ABSTRAK Aslikudin, Nur. 2016. 11111152. Persepsi Masyarakat tentang Pentingnya Pendidikan Formal Implikasinya dalam Sikap Kedewasaan Anak di Dusun Semoyo, Desa Sugihmas, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M. Si. Kata kunci: Persepsi, Pendidikan Formal, dan Sikap Kedewasaan Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui persepsi masyarakat Dusun Semoyo, Desa Sugihmas, Kecamatan Grabag, kabupaten Magelang yangmana di dusun tersebut tingkat pendidikan formal anak masih sangat minim. Adapun pertanyaan yang ingin dijawab penulis adalah 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal implikasinya dengan sikap kedewasaan anak di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang, 2. Bagaimana persepsi anak dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang terhadap pentingnya pendidikan formal anak, 3. Apakah pendidikan formal berdampak terhadap sikap kedewasaan anak di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, mengingat bahwa obyek yang diteliti adalah keadaan alamiah tentang persepsi sebuah masyarakat, model penelitian ini merupakan metode paling baik guna memperoleh dan mengumpulkan data asli (original data) untuk mendeskripsikan keadaan populasi dan untuk mendapatkan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian disusun dan dianalisis dengan reduksi data, penyusunan data dan mengambil kesimpulan. Berdasarkan temuan lapangan, ditemukan tiga kesimpulan, yaitu: 1. Masyarakat dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang sadar akan pentingnya dunia pendidikan formal. Hanya saja, kepedulian masyarakat akan pendidikan formal masih kurang. 2. Banyak persepsi anak dalam memandang dunia pendidikan. Untuk saat ini, kebanyakan anak masih ingin melanjutkan pendidikan minimal sampai SMP. Setelah SMP banyak dari mereka yang ingin ke pondok pesantren, ada juga yang ingin bekerja membantu orang tua mereka. Pemikiran anak-anak dusun Semoyo tentang pentingnya pendidikan formal sedikit banya dipengaruhi oleh pemikiran orang tua yang masih memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Bisa membaca, menulis, dan menghitung bagi masyarakat dusun Semoyo sudah dianggap cukup untuk bekal hidup dalam masyarakat. a. Dampak kedewasaan yang nyata bagi anak yang meneruskan pendidikan formal pada umumnya berbeda dalam masalah bergaul dengan masyarakat atau pengalaman. Anak yang meneruskan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi di dusun Semoyo biasanya lebih percaya diri dalam mengeluarkan pndapatnya di masyarakat ketika sedang bermusyawarah. xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ... i LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ....ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................... ... iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... ... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ... v MOTTO .......................................................................................................... ... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................... ... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... ... ix ABSTRAK ...................................................................................................... ... xii DAFTAR ISI ................................................................................................... .. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6 E. Definisi Operasional............................................................................. 7 F. Metode Penelitian................................................................................. 9 G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 16 xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi Masyarakat 1. Pengertian persepsi......................................................................... 18 2. Faktor yang mempengaruhi persepsi ............................................. 19 3. Proses persepi ................................................................................. 19 B. Pendidikan Formal 1. Pengertian pendidikan Formal ....................................................... 21 2. Komponen Pendidikan ................................................................... 23 3. Belajar, salah satu aplikasi dari pendidikan ................................... 27 4. Urgensi Pendidikan ........................................................................ 33 C. Sikap Kedewasaan Anak 1. Sikap............................................................................................... 44 2. Kedewasaan.................................................................................... 48 D. Implikasi Pendidikan terhadap Sikap Kedewasaan Seseorang ............ 51 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran umum desa Semoyo ............................................................ 53 1. Letak Geografis .............................................................................. 53 2. Kondisi Masyarakat ....................................................................... 55 B. Temuan hasil Penelitian ....................................................................... 57 1. Profil Responden ............................................................................ 57 2. Hasil Wawancara ........................................................................... 65 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Persepsi Masyarakat terhadap Pendidikan Formal ........................ 90 xiv B. Persepsi Masyarakat terhadap Pentingnya Pendidikan Formal ..... 91 C. Persepsi anak terhadap Pendidikan Formal.................................... 93 D. Dampak Pendidikan terhadap Kedewasaan Anak.......................... 98 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 104 B. Saran ..................................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seringkali masyarakat mendengar sebuah kata “pendidikan”. Akan tetapi, banyak yang tidak mengetahui secara pasti definisi serta makna dari kata pendidikan tersebut meskipun masyarakat tahu dan sadar akan pentingnya pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendidikan, seseorang dapat lebih diakui keberadaannya. Melalui pendidikan juga seseorang dapat meningkatkan kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Masalah pendidikan sangat diperhatikan Allah melalui Al Qur‟an Q.S Al Mujadalah ayat 11 yang berbunyi : Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q. S Al Mujadilah: 11) 1 Ayat diatas mengisyaratkan bahwa salah satu syarat seseorang mendapatkan hidup yang lebih baik diantaranya adalah dengan ilmu. Masalah ini juga dapat dikaitkan dengan hadits Nabi SAW yang berbunyi: من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد األخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم Artinya : “ barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia, maka dapat diperoleh dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan di akhirat, maka dapat diperoleh dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia dan akhitrat, maka dapat diperoleh dengan ilmu “ HR Turmudzi. Oleh karena itu, jika seseorang ingin kehidupan yang layak, baik dari segi kehidupan dunia maupun akhirat, maka pendidikan menjadi hal yang wajib diperhatikan. Adapun definisi pendidikan sebagaimana tertera dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (UU sisdiknas no 20 th 2003:3). Pengertian pendidikan menurut Riva‟i dan Murni, yang dikutip oleh Abdul Syukur (2014 : 20), adalah proses secara sistematis untuk mengubah tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik. sehingga untuk menunjang keberhasilan seorang dalam dunia pendidikan maupun dunia kehidupan 2 yang layak, sudah seharusnya pendidikan diajarkan orang tuanya dimulai ketika anak masih kecil. Jadi, secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai proses pembelajaran peserta didik dari yang tidak diketahui menjadi mengetahui yang nantinya diharapkan agar peserta didik mewujudkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya serta membentuk kepribadian yang sesuai. Telah diketahui bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa: a. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. b. Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. c. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. (UU Sisdiknas No 20 Th 2003: 4). Melalui beberapa pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa : a. Pendidikan Formal adalah pendidikan yang mengacu pada program yeng terencana, terstruktur, dan berjenjang mulai dari tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di 3 Indonesia, pendidikan ini dimulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi. b. Pendidikan Non formal adalah pendidikan terstruktur dan berjenjang yang ada diluar pendidikan formal. Pendidikan ini berfungsi sebagai penambah, pengganti, dan pelengkap pendidikan formal, misalnya Pondok Pesantren, Les Privat, Bimbingan Belajar, dan sebagainya. c. Pendidikan informal adalah pendidikan yang terjadi di dalam keluarga dan lingkungan. Ini adalah pendidikan tingkat pertama yang sangat mendasar yang dialami oleh semua orang. Dimana dalam pendidikan informal ini karakter anak akan terbentuk. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi baik buruknya sikap anak. Oleh karena itu, pendidikan informal seharusnya menjadi pendidikan yang sangat diperhatikan oleh orang tua. Dalam sebuah masyarakat pedesaan, tepatnya di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang masih ditemukan banyaknya anak yang tidak melanjutkan pendidikan secara formal. Kebanyakan dari mereka hanya lulusan Sekolah Dasar, dan anakanak melanjutkan ke Sekolah Menengah masih bisa dihitung dengan jari. Daripada melanjutkan sekolah, orang tua mereka lebih suka menempatkan anak-anaknya ke pondok pesantren dengan berbagai alasan. Bahkan, banyak dari mereka yang setelah lulus Sekolah Dasar dipaksa untuk berada di rumah, mengerjakan pekerjaan sawah layaknya orang tua mereka. Selain itu juga, pernikahan dini masih banyak ditemukan di desa 4 tersebut. Ini menarik untuk diteliti, ada apa dibalik fenomena ini, apakah karena faktor pendidikan orang tua terdahulu yang hanya menanamkan pendidikan agama, atau pandangan masyarakat yang masih memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting, atau ada faktor lain yang mempengaruhi pola pikir masyarakat yang cenderung “memandang sebelah mata” dari pendidikan formal. Berdasarkan latar belakang diatas itulah penulis melakukan sebuah penelitian dengan judul “PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL IMPLIKASINYA DALAM SIKAP KEDEWASAAN ANAK DI DUSUN SEMOYO, DESA SUGIHMAS, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015” B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal implikasinya dengan sikap kedewasaan anak di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang tahun 2015? 2. Bagaimana persepsi anak dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang terhadap pentingnya pendidikan formal tahun 2015? 3. Apakah pendidikan formal berdampak terhadap sikap kedewasaan siswa di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang? 5 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui persepsi masyarakat tentang pendidikan formal yang berimplikasi dengan sikap kedewasaan siswa di dusun Semoyo, desa Sugihmas, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang tahun 2015. 2. Mengetahui persepsi anak dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang terhadap pentingnya pendidikan formal tahun 2015. 3. Mengetahui dampak pendidikan formal terhadap sikap kedewasaan anak di dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Bagi Instansi IAIN Salatiga, sebagai salah satu sumber kekayaan ilmiah yang bisa dijadikan rujukan pengembangan ilmu. b. Bagi masyarakat dusun Semoyo, sebagai bahan pengetahuan agar lebih mengetahui pentingnya pendidikan formal. c. Bagi penulis, untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat dusun Semoyo terhadap dunia pendidikan formal. 2. Secara Praktis a. Bagi penulis, meningkatkan kesadaran akan dunia pendidikan, sehingga lebih semangat dalam mengamalkan ilmu di sekolah. b. Bagi masyarakat dusun Semoyo, agar lebih mengetahui pentingya pendidikan formal yang berimplikasi pada dukungan orang tua 6 terhadap anak agar dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. c. Bagi anak dusun Semoyo, untuk meningkatkan kesadaran akan pendidikan formal sehingga kedepan diharapkan akan membawa kemajuan bagi desa. E. Definisi Opersional Dalam penelitian ini, peneliti mengguankan beberapa istilah yang menjadi kunci, yaitu: 1. Persepsi Masyarakat Persepsi merupakan tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu., serapan. Persepsi juga merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya (depdiknas, KBBI, 2007:863). Sedangkan persepsi yang dimaksud disini adalah pandangan masyarakat dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang tentang pendidikan formal. Masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antarhubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan serta berkesinambungan dalam waktu yang lama. (Elly M. Setyadi, 2006 : 8384). Di dalam masyarakat telah terbentuk sebuah komunitas yang saling tergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga apapun permasalahan yang terjadi dalam sebuah masyarakat biasanya akan diselesaikan secara bersama-sama. 7 2. Pendidikan Formal Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU sisdiknas no 20 th 2003:3). Pendidikan juga bisa dikatakan sebagai proses belajar untuk mengetahui dari yang tidak tahu menjadi tahu, artinya, dalam pendidikan biasanya bertujuan untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dari guru kepada muridnya. Oleh sebab itu, maka pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam rangka perkembangan dan kemajuan dari suatu masyarakat tersebut. Dengan kata lain, bila dalam masyarakat tersebut banyak yang mempunyai pendidikan tinggi, bisa dikatakan bahwa pola pemikiran masyarakat sudah maju. Sedangkan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal inilah yang nantinya bisa dijadikan tolok ukur kemajuan sebuah masyarakat. 3. Sikap Kedewasaan Anak Sikap merupakan emosi atau afek yang diarahkan pada seseorang kepada orang lain. (Fattah Hanurawan, 2012: 64). Kedewasaan adalah 8 sebuah kondisi diri dan sikap dapat menyelesaikan masalah dalam pergaulan dan kehidupan sosial. Sedangkan siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Wiji Suwarno, 2006 : 36). Antara sikap dan kedewasaan biasanya tidak bisa dipisahkan. Seseorang bisa disebut mempunyai sikap yang baik jika dia bisa dewasa dalam bertindak. Seseorang yang bersikap dewasa biasanya dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan bijaksana, mempunyai pemikiran yang bisa diterima oleh semua kalangan. Sikap yang menunjukkan dewasa juga bisa dilihat dengan adanya kestabilan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yangmana Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian survei, dimana penelitian survei merupakan penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu dengan tiga tujuan penting, yaitu: a. Mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu. b. Mengidentifikasikan secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan. c. Penentuan hubungan sesuatu yang hidup diantara kejadian spesifik (Sukardi, 2009: 193). 9 Mengingat bahwa obyek yang diteliti adalah keadaan alamiah tentang persepsi sebuah masyarakat, model penelitian ini merupakan metode paling baik guna memperoleh dan mengumpulkan data asli (original data) untuk mendeskripsikan keadaan populasi, (Sukardi, 2009: 193). Model inilah yang nantinya akan digunakan peneliti dalam melakukan penelitian. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer, dimana peneliti melakukan survey langsung ke tempat lokasi dan meneliti keadaan masyarakat secara langsung. Sedangkan orang tua dan anak dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang menjadi subjek dalam penelitian ini. Subjek penelitian adalah sumber tempat tempat peneliti memperoleh keterangan atau data penelitian (Abdullah Idi, 2013: 54), dan persepsi serta sikap kedewasaan anak dari masyarakat tersebut menjadi objek dari penelitian ini. 3. Lokasi Lokasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang pada tahun 2015. 10 4. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis memperoleh sumber data dengan cara sebagai berikut : a. Buku referensi Buku referensi digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini, sebagai bukti bahwa dalam penelitian, peneliti menggunakan kaidah penelitian, tanpa plagiat dari hasil karya orang lain. b. Observasi Observasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh kejelasan data tentang kondisi lapangan. c. Wawancara Wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang valid dari narasumber. Adapun jenis data yang didapat merupakan merupakan data deskriptif dimana peneliti melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat, sehingga, model penelitian kualitatif dengan deskripsi dirasa lebih tepat untuk menggambarkan keadaan suat masyarakat atau daerah. 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode : a. Observasi non partisipan Dalam observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat langgsung dengan orang yang sedang diamati, dan hanya sebagai pengamat 11 independen. Peneliti mencatat, menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang obyek yang diteliti (Sugiyono, 2011: 145). b. Wawancara Metode wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data langsung dari informan. Adapun wawancara ditujukan kepada orang tua beserta anak di dusun Semoyo untuk mengetahui persepsi mereka terhadap pendidikan formal. c. Dokumentasi Dokumentasi digunakan sebagai metode pendukung dalam penelitian ini. Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto yang berkaitan dengan penelitian. 6. Analisis Data Untuk memperoleh hasil penelitian yang tepat dan benar, maka diperlukan metode yang tepat untuk menganalisis data. Adapun analisis yang digunakan untuk menganalisa data kualitatif diperlukan langkahlangkah : a. Memperoleh data dari lapangan dengan melakukan survey lapangan, wawancara, serta dokumentasi. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat pengukur. Kalau alat pengambilan data cukup reliabel dan valid, maka datanya juga cukup reliabel dan valid. (Isni Ariyanti, 2010). 12 b. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2006: 277-278). c. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya. Tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono, 2006: 280). d. Kesimpulan dan Verifikasi Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan. Untuk memperoleh kesimpulan yang lebih mendalam, maka diperlukan data baru sebagai penguji terhadap kesimpulan awal. 13 7. Pengecekan Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian ini ada beberapa bentuk, meliputi: a. Credibility Pengujian ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik yang digunakan yaitu memperpanjang masa observasi, menganalisis kasus yang belum ada, menggunakan bahan referensi, membicarakan dengan orang lain. b. Transferability Transferability merupakan validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian kepopulasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini bergantung pada pemakai hingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain (Sugiyono, 2006: 310). c. Dependability Dalam penelitian ini disebut juga reliabilitas, uji dependenbility dilakukan dengan melakukan proses penelitian ke lapangan/audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Apabila peneliti tidak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan. 14 d. Confirmability Pengujian ini disebut juga dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan (Sugiyono, 2006: 310-311). 8. Tahap-tahap Penelitian Ada beberapa tahap yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu: a. Tahap penelitian pra lapangan Ada beberapa kegiatan dalam tahap ini, yaitu: 1) Mengajukan judul. 2) Konsultasi dan revisi judul. 3) Menyusun proposal penelitian. 4) Konsultasi proposal ke pembimbing. b. Tahap kegiatan lapangan Dalam kegiatan lapangan ini meliputi: 1) Persiapan diri dengan data yang diperlukan. 2) Pengumpulan data dari responden berupa survey lapangan, wawancara, serta pengumpulan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian. 15 c. Tahap analisis data Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang sudah diperoleh dalam pengumpulan data yang ada di lapangan. d. Tahap penulisan Dalam tahap ini ada tiga tahap penulisan, yaitu: 1) Penulisan hasil penelitian. 2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing. 3) Persiapan mengikuti ujian munaqosah. G. Sistematika Penulisan Skripsi Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah : BAB I : Pendahuluan Pada bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka memuat tentang: a. Persepsi masyarakat, dimana didalamnya memuat tentang pengertian, faktor yang mempengaruhi, proses persepsi, serta pemngertian dan jenis masyarakat. b. Pendidikan formal, yang didalamnya memuat tentang pengertian pendidikan formal, komponen pendidikan, 16 sedikit tentang belajar sebagai aplikasi dari pendidikan, serta urgensi pendidikan formal. c. Sikap kedewasaan, yang mencakup tentang sikap dan kedewasaan. BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian Dalam bab ini memuat tentang gambaran umum dusun Semoyo serta penyajian data hasil dari penelitian. BAB IV : Pembahasan Dalam bab ini membahas hasil dari penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal. BAB V : Penutup Dalam bab ini dibahas tentang kesimpulan dari penelitian ini, serta saran dari peneliti untuk masyarakat dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang. 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PERSEPSI MASYARAKAT 1. Pengertian persepsi Kata “persepsi” mungkin terasa asing bagi orang awam. Akan tetapi, sebenarnya mereka dapat merasakan dalam kehidupan sehariharinya. Menurut beberapa sumber, pengertian persepsi adalah: a. Persepsi adalah tanggapan langsung atas segala sesuatu. (Fajri dan Senja, 2001 : 470). b. Persepsi merupakan sejenis aktivitas pengelolaan informasi yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. (Fattah Hanurawan, 2012 : 34). c. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaluddin Rakhmat, 2003 : 51). Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa persepsi merupakan pandangan seseorang yang dipengaruhi oleh objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 18 2. Faktor yang mempengaruhi persepsi Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi. Menurut Abdurrahman Saleh (2004 : 119), faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain : a. Perhatian yang selektif b. Ciri-ciri rangsang c. Nilai dan kebutuhan individu d. Pengalaman dahulu. 3. Proses persepsi Darwis Hude menuturkan, bahwa persepsi merupakan tindak lanjut dari sensasi. Tahap awal dalam proses penerimaan informasi adalah sensasi. Jika alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan “bahasa” yang dipahami oleh “komputer” otak, maka terjadilah proses sensasi. “Apa saja yang menyentuh alat-alat indera disebut stimulus (stimuli, jika banyak). Stimuli ini oleh alat indera akan diubah menjadi energi syaraf lalu ditransmigrasikan ke otak untuk dianalisis lebih lanjut. Tidak ada persepsi tanpa sensasi, karena persepsi sebenarnya hanyalah pemberian makna pada stimulan yang ditangkap oleh alat-alat indera. Persepsi seperti halnya sensasi, amat tergantung pada faktor personal dan situasional (faktor fungsional dan struktural). (Darwis Hude, 2006:120). Persepsi membantu manusia bertindak dan memahami dunia sekelilingnya, karena persepsi adalah mata rantai terakhir dalam suatu 19 rangkaian peristiwa yang saling terkait. Mata rantai itu dimulai dari objek eksternal yang ditangkap oleh organ-organ indera, selanjutnya dikirim dan diproses didalam otak untuk mendapat kopian arsip yang telah tersimpan (Darwis Hude, 2006 : 121). Jadi, dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan sederhana, bahwa persepsi merupakan pandangan seseorang dalam menafsirkan suatu keadaan atau aktifitas yang dialami di lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu perhatian, faktor fungsional, dan faktor struktural. Adapun proses persepsi terjadi jika alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan “bahasa” yang dipahami oleh “komputer” otak yang selanjutnya akan ditransmigrasikan ke otak untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil dari analisis otak manusia inilah yang sering disebut dengan persepsi. Oleh sebab itu, wajar jika persepsi antar individu antara manusia yang satu dengan yang lain sering bahkan selalu berbeda. 4. Pengertian Masyarakat Menurut Handerson dan Mapp, yang dikutip oleh Fatchurrohman (2012 : 32), masyarakat merupakan orang-orang yang berada di lingkungamn atau suatu tempat di sekitar sekolah, masyarakat setempat yang tinggal di suatu wilayah, mereka bisa jadi tidak mempunyai anak yang disekolahkan, tetapi mempunyai ketertarikan terhadap sekolah, atau kelompok masyarakat yang tinggal dalam suatu daerah yang masih ada hubungan kekerabatan. 20 5. Jenis Masyarakat Dalam masyarakat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok masyarakat tradisional dan kelompok masyarakat modern. Masyarakat tradisional lebih dikenal dengan masyarakat yang tinggal dipedesaaan, sedangkan masyarakat modern mengacu pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Adapun masyarakat tradisional mempunyai ciri-ciri homogenitas sosial, hubungan primer, kontrol sosial yang ketat dan bergotong royong. Sedangkan dalam masyarakat modern mempunyai ciri-ciri heterogenitas, individualistis, kontrol sosial yang tidak begitu ketat, serta dinamika sosial yang cepat (Fatchurrohman, 2012 : 33-35). B. PENDIDIKAN FORMAL 1. Pengertian Pendidikan Formal Seringkali masyarakat mendengar istilah pendidikan. Bahkan, masyarakat yang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali pun mengetahui kata pendidikan. Bagi masyarakat awam, pendidikan diidentikkan dengan sekolah. Akan tetapi, sebenarnya pendidikan tidak hanya terbatas pada sekolah saja. Mengacu pada UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 (UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 : 3), pendidikan sendiri dapat dikatakan sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, 21 serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Telah diketahui bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal. Tiga macam pendidikan ini mencakup semua sektor bidang pendidikan. Pendidikan formal dalam perspektif masyarakat biasanya sering disebut dengan pendidikan yang ada di sekolah, pendidikan non formal meliputi pendidikan di pondok pesantren, dan pendidikan informal mencakup pendidikan dalam keluarga. Semua persepsi masyarakat tentang pendidikan tidak sepenuhnya salah, karena jika melihat pada UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas No 20 Th 2003 : 4) telah disebutkan bahwa: a. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. b. Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. c. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Dilihat dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan tidak terbatas pada pendidikan di lingkungan sekolah saja, yang dalam bahasa akademik disebut dengan pendidikan formal. Lingkungan keluarga pun bisa dikategorikan sebagai tempat berlangsungnya pendidikan. 22 Pondok-pondok pesantren juga bisa dikategorikan sebagai tempat berlangsungya pendidikan. Akan tetapi dalam skripsi ini yang lebih dibahas khususnya adalah pendidikan formal yang berarti jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 2. Komponen Pendidikan Dalam pendidikan, baik formal, non formal, maupun informal mempunyai komponen pendidikan. Adapun komponen pendidikan dalam pendidikan formal meliputi: a. Kurikulum Kurikulum merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul pengembangan kurikulum. b. Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut peserta didik. Teori yang dikembangan meliputi karakteristik peserta didik, jenis belajar, cara belajar, hirarki, jenis, dan kondisi belajar. c. Mendidik dan mengajar Mendidik dan mengajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan interaksi 23 ditinjau dari sudut pndang pendidik. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi karakteristik pendidik, karakteristik kegiatan pendidikan dan mengajar, metode dan teknik mengajar, sistem pengelolaan kelas. d. Lingkungan pendidikan Lingkungan pendidikan berkenaan dengan situasi ketika interaksi belajar mengajar berlangsung, teori ini meliputi perencanaan pendidikan, manajemen pendidikan, bimbingan konseling, kebijakan pendidikan, dan ekonomi pendidikan. e. Evaluasi pendidikan Evaluasi berkenaan dengan prinsip, mental, teknik, dan prosedur dengan cara-cara bagaimana pencapaian tujuan pendidikan. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini adalah model-model penilaian, metode, teknik, instrumen penilaian (Mulyono, 2010 : 5152). Umar Tirtarahardja dan La Sula, (2000 : 51-52) menyebutkan bahwa unsur pendidikan mempunyai tujuh bagian, yaitu: Subjek yang dibimbing (peserta didik), Orang yang membimbing (pendidik), Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidik), Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan). 24 a. Subjek yang dibimbing (Peserta didik) Unsur ini merupakan unsur yang sangat vital dalam dunia pendidikan. Peserta didik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dunia pendidikan. Kualitas dari pribadi peserta didik ini yang akan menjadi tolok ukur pendidikan. Pendidikan dianggap gagal jika apa yang dilakukan peserta didik tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lembaga pendidikan. b. Orang yang membimbing (Pendidik) Pendidik juga mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Keberhasilan peserta didik tergantung bagaimana cara mendidik yang dilakukan oleh pendidik. Kepribadian seorang pendidik juga tak lepas dari perhatian agar peserta didik mencapai keberhasilan sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu pantaslah bahwa pendidik harus mempunyai syarat-syarat seperti kompetensi paedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian. c. Interaksi antara pendidik dan peserta didik (Interaksi Edukatif). Pendidikan bisa dikatakan kondusif bila ada interaksi yang baik antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik sangat diperlukan untuk menjaga hubungan yang harmonis yang tentunya dalam hubungan ini harus ada batas-batas tertentu. 25 d. Ke arah mana bimbingan ditujukan (Tujuan Pendidik) Setiap individu maupun organisasi pasti mempunyai tujuan tertentu. Begitu juga dengan dunia pendidikan. Pendidik harus mempunyai tujuan yang jelas dalam mendidik peserta didik. Mendidik dengan tanpa tujuan bisa diibaratkan orang dengan berjalan ditengah hutan yangmana orang tersebut tidak mengetahui arah mata angin. Jika pendidik tidak mempunyai tujuan yang jelas, maka hampir bisa dipastikan bahwa apa yang diajarkan pendidik kepada peserta didik tidak akan pernah membekas di dalam diri peserta didik. e. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (Materi Pendidikan) Materi pendidikan menyumbang peran yang besar terhadap keberhasilan pendidikan. Jika pendidik tidak mempunyai ataupun menguasai materi yang akan diberikan kepada peserta didik, maka tujuan dari pendidikan tidak akan tercapai dalam kegiatan tersebut. f. Cara yang digunakan dalam bimbingan (Alat dan Metode) Alat dan metode dalam pendidikan mempunyai peran yang tak kalah pentingnya dalam menunjang keberhasilan pendidikan. Metode dalam pendidikan bisa sebagai solusi yang jitu bagaimana cara menghadapi keanekaragaman peserta didik. Mengenai alat dalam pendidikan memang sangat penting, tapi ada alat yang bisa dialihkan. Misalkan, jika dalam sekolah tidak mempunyai ruang yang layak bisa dialihkan ke luar ruangan yang dekat dengan pohon. 26 g. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (Lingkungan Pendidikan) Lingkungan pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Jika lingkungan mendukung pendidikan, maka kualitas peserta didik akan lebih baik. Tingkat pendidikan peserta didik juga lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Apalagi jika membahas tentang kepribadian individu. Lingkungan akan sangat mempengaruhi kepribadian dari individu tersebut. Semakin masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan, maka biasanya kualitas lingkungan semakin baik. Pemikiran masyarakat juga semakin beragam. Selain itu, keterbukaan serta toleransi masyarakat juga akan semakin besar. 3. Belajar, salah satu aplikasi dari pendidikan. a. Perwujudan perilaku belajar Dalam proses pembelajaran baik dari pembelajaran dalam pendidikan formal, in formal, maupun non formal mempunyai manifestasi atau perwujudan perilaku belajar yang biasanya lebih sering tampak dala perubahan-perubahan sebagai berikut : 1) Kebiasaan Setiap siswa yang mengalami proses belajar, kebiasaankebiasaannya akan tampak berubah. Dalam proses belajar, kebiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses pengurangan atau penyusutan inilah, 27 muncul suatu pola tingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Sebagai contoh, siswa yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa menggunakan bahasa secara baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan baik dan benar itulah perwujudan dari belajar. 2) Keterampilan Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun, keterampilan ini memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik, melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas, sehingga sampai pada mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Artinya, orang yang mempu mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap orang yang terampil. 3) Pengamatan Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera 28 seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar, seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar-benar obyektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada dalam kotak bersuara itu. Namun, melalui proses belajar, lambat laun akan diketahuinya bahwa yang ada dalam radio tersebut hanya suaranya sedangkan penyiarnya berada jauh di studio pemancar. 4) Berpikir asosiatif dan daya ingat Secara sederhana, berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dan respons. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar. Sebagai contoh, siswa yang mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rabiul Awal, kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah dengan maulid Nabi Muhammad saw. hanya bisa didapat apabila ia mempelajari sejarah tersebut. 29 Selain itu, daya ingat pun perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditamdai dengan bertambahnya simpanan materi (penggetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulasi yang sedang ia hadapi. 5) Berpikir rasional dan kritis Berpikir rasional dan kritis merupakan perwujudan perilaku belajar, terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya, siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab “bagaimana” dan “mengapa”. Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum dan ramalanramalan. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan. 6) Sikap Dalam arti sempit, sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno, yang dikutip Haryu 30 Islamudin (2011 : 167), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, sikap itu dapat dianggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah terhadap objek, tata nilai, dan sebagainya. 7) Inhibisi Dalam hal belajar, inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainny yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi umumnya diperoleh melalui proses belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan perilaku belajar seorang siswa akan tampak pula dalam kemampuannya melakukan inhibisi ini. 8) Apresiasi Apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda baik abstrak maupun konkret, yang bernilai luhur. Apresiasi adalah gejala ranah afektif yang pada umumnya ditinjau pada karya seni budaya. 31 9) Tingkah laku Afektif Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, kecewa, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perilaku belajar. (Haryu Islamudin, 2012 : 164-168) b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam: 1) Faktor Internal (faktor dari siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis a) Faktor fisiologis Pada faktor ini, kesehatan fisik atau jasmani siswa sangat mempengaruhi belajar siswa. Siswa yang mempunyai kesehatan fisik yang buruk biasanya lebih sulit menerima pelajaran dari guru dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kesehatan yang baik. Sebagai contoh, siswa yang mempunyai pendengaran kurang baik lebih lama dalam memahami pelajaran daripada siswa yang pendengarannya baik. 32 b) Faktor psikologis Dalam faktor ini, umumnya yang dipandang adalah tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, serta motivasi siswa. 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. 3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Haryu Islamudin, 2011 : 181). 4. Urgensi Pendidikan Formal a. Bagi pribadi manusia Gambaran manusia perspektif Islam yang sesuai dengan alquran adalah manusia sebagai makhluk ciptaannya yang utama atau sebagai khalifatullah fil ard. Ini ditegaskan dalam Al Qur‟an surah Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi: . . . . . .. Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Q. S Al Baqarah: 30 ) 33 Ayat diatas mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna, dimana manusia bertugas menjaga keseimbangan dunia. Oleh sebab itu, manusia yang ditugasi menjadi pemimpin di dunia diberikan kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain, yaitu akal. Dengan akal, manusia dapat menciptakan kedamaian dunia. Dengan akal pula manusia akan merusak dunia sebagaimana firman Allah diatas. Oleh karena itu, agar dapat melaksanakn tugasnya, manusia berkewajiban untuk mengembangkan potensinya, salah satunya melalui pendidikan. Mengutip pendapat H.A.R. Tilaar (2012 : 187), pendidikan diasumsikan dapat mengembangkan potensipotensi yang tak terbatas didalam pembentukan watak dan derajat manusia. Karena manusia dikaruniai kecerdasan dan pengetahuan yang merupakan karunia Tuhan yang terbesar itulah, maka manusia harus mempertahankan seluruh perbuatannya kepada sang pencipta, antara lain dengan mendayagunakan kecerdasan dan pengetahuannya itu. Dalam sejarah peradaban umat manuia, dunia akademik selalu memainkan peranan sentral. Ada masanya dunia akademik dijadikan konservator nilai-nilai tertentu dari suatu sistam kekuasaan dan diperalat oleh suatu sistem kekuasaan, ada pula masanya dunia akademik menjadi mata air perubahan sosial. Dari kedua situasi tersebut tersirat hakikat paling dalam dari dunia akademik ialah 34 adanya kebebasan atau keterbukaan berpikir (H.A.R. Tilaar, 2006 : 93). Keterbukaan dalam berpikir inilah yang akan menentukan keluasan serta tingkat pendidikan manusia. Apabila manusia mau membuka pikirannya, maka tidak menutup kemungkinan, bahwa manusia yang dipandang sangat miskin sekalipun oleh masyarakatnya dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa orang yang dianggap sangat bodoh sekalipun oleh orang lain bisa juga lebih pandai daripada orang lain. Inilah esensi dari Al Qur‟an surah Al Mujadilah ayat 11 yang berbunyi: . . . . . . . Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q. S Al Mujadilah: 11) Selain itu, banyak juga hadits yang menyiratkan pentingnya ilmu untuk mencari kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, diantaranya terdapat hadits: من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد االخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم Artinya: “ barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia, maka dapat diperoleh dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan di akhirat, maka dapat diperoleh dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia dan akhitrat, maka dapat diperoleh dengan ilmu “ HR Turmudzi. 35 Selain manusia diberi akal untuk bertugas sebagai khalifah fil ard dan memanfaatkan akal untuk mencari ilmu agar pandai secara intelektual, manusia juga diberi akal agar memiliki kepribadian yang baik. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dalam Al Qur‟an Surah At Tin ayat 4 yang berbunyi: . . . . . . . Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.(Q. S At Tin: 4) Akan tetapi manusia juga harus memiliki konsekuensi jika manusia lebih condong pada kepribadian yang tidak baik, maka kedudukan manusia tidak lebih baik daripada makhluk yang lain, sebagaimana firman Allah surah At Tin ayat 5: . . . . . . . Artinya: “kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”. (Q. S At Tin: 5) Oleh karena itu, jika manusia tidak ingin tersesat di tempat yang sangat rendah disisi Allah, maka pendidikan sangat mutlak harus dilakukan pada semua manusia, tidak memandang dari kedudukan serta harta kekayaan yang ia miliki. Ketika manusia telah mencapai derajatnya masing-masing dihadapan sang Khaliq, pada hakikatnya tujuan Allah “membuat semua skenario semua itu” hanyalah untuk menyembah kepada 36 sang pencipta. Ini termaktub dalam Qur‟an surah Adz Dzariyat ayat 56 yang berbunyi: . . . . . . . Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Q. S Adz Dzariyat: 56) Dari pemaparan urgensi pendidikan bagi manusia ini, setidaknya ada tiga poin penting yang dapat diambil kesimpulannya, yaitu: 1) Manusia diciptakan oleh Allah sebagai Khalifah fil ard, sehingga untuk menjaga amanat tersebut mutlaklah bagi manusia untuk mencari ilmu agar tidak menyimpang dari “skenario” Allah tersebut. Adapun ilmu hanya didapat oleh manusia melalui pendidikan baik secara formal, informal, maupun non formal. 2) Jika manusia ingin memperoleh derajat yang tinggi disisi Allah, maka manusia harus mencapainya dengan perantara ilmu. Ini agar manusia menjadi Insan Kamil sebagaimana firman Allah dalam Qur‟an surah At Tin ayat 4. 3) Tugas dalam hidup manusia yang paling utama adalah mancapai ridha Allah mdengan menyembah kepada-Nya. Untuk itu, diperlukan ilmu yang membantu manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. 37 b. Bagi lingkungan keluarga Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi manusia ketika masih anak-anak. Orang tua, terutama seorang kepala keluarga, mempunyai kewajiban dalam menjaga keturunannya agar apa yang dilakukan keturunan tersebut sesuai yag diinginkan. Adapun kewajiban orang tua untuk menjaga keturunannya diantaranya terdapat dalam qur‟an surah At Tahrim ayat 6 yang berbunyi: . . . . . . . Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (Q. S At tahrim: 6) Ayat diatas mengisyaratkan bahwa orang tua mempunyai kewajiban yang sangat besar terhadap keturunannya. Ini tersirat dari perintah Allah untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka, jelaslah, untuk menjaga keluarga dari neraka memerlukan sebuah pendidikan agar diri dan keluarganya bisa mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Selain orang tua berkewajiban menjaga keturunannya, orang tua juga berkewajiban mendidik dengan memberikan perhatian secukupnya terhadap pendidikan anak dan istri, baik dari segi jasmani maupun rohani. Tentunya tanggung jawab ini mempunyai konsekuensi keuangan dan pendidikan ( Muhamad Fauzi, 2007 : 127). Dari segi keuangan, orang tua mempuyai kewajiban untuk 38 menjamin kesejahteraan angggota keluarganya berupa papan, sandang, dan pangan yang memadai. Dari segi pendidikan, orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak baik dari pendidikan formal, non formal, maupun informal. Pendidikan ini tentunya bertujuan agar keluarga, terutama anak mempuyai kemampuan secara intelektual sesuai yang diinginkan orang tua yangmana hasil dari pendidikan ini kelak diharapkan akan berkontribusi ketika sang anak terjun langsung menjadi anggota masyarakat. Selanjutnya, orang tua juga mempunyai kewajiban mendidik anak dalam hal pembentukan sikap dan karakter anak. Artinya, orang tua mempunyai kewajiban untuk menjaga akhlak anak agar anak kelak menjadi orang yang selain secara intelektual mempunyai kemampuan, anak juga mempunyai akhlak yang baik. Antara intelektual dan akhlak tidak dapat dipisahkan. Jika anak hanya pandai dari segi intelektual saja, maka kehidupan anak akan sering bertentangan dengan norma-norma, baik norma sosial maupun norma agama, ini dikarenakan anak tidak mempunyai pedoman yang menyangkut tentng moral dan sosial. Sebaliknya, jika anak hanya mempunyai akhlak atau moral yang baik saja tanpa mempunyai keterampilan, maka kehidupan sang anak seolah-olah tidak dipentingkan oleh masyarakat. Adapun sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan 39 mereka terhadap anak sebaliknya sikap anak terhadap mereka dan perilaku meraka. Jika orang tua tidak terlalu memperhatikan pendidikan anak, maka biasanya anak juga kurang punya minat dalam menerima pelajaran di sekolah, ini berimplikasi pada sikap anak terhadap kehidupan sehari-harinya. Dari paparan diatas, diketahui bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan hal yang penting, ini dikarenakan bahwa manusia sebagai orang tua mempunyai kewajiban terhadap anggota keluarga setidaknya dalam hal : a. Menjaga diri dan keluarga dari hal-hal buruk yang menimpa keluarga. b. Mendidik anak dari segi intelektual untuk menunjang masa depan anak. c. Mendidik anak dengan pendidikan akhlak, agar tercipta keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Semua hal diatas tidak bisa dilakukan dengan instan. Semua hanya bisa dilakukan melalui pendidikan, orang yang sudah siap berkeluarga harus membekali diri dengan pendidikan tentang kekeluargaan. Jika seseorang berkeluarga tidak mempunyai konsep yang jelas dalam membangun kekeluagaannya, maka seringkali yang terjadi adalah keretakan dalam hubungan antar keluarga. Untuk 40 menjaganya, maka pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan setiap orang. c. Bagi lingkungan Masyarakat Kelanjutan hidup dari manusia adalah bermasyarakat. Dalam bermasyarakat diperlukan pemikiran yang matang untuk membangun kemajuan masyarakatnya. Selain itu, diperlukan keluasan berpikir serta toleransi yang tinggi agar tercipta masyarakat yang aman, damai, serta bersatu membangun masyarakat. Untuk itu, diperlukan upaya agar kesatuan masyarakat tetap terjalin. Pentingnya persatuan masyarakat ini juga diperhatikan Allah lewat Al Qur‟an Surah Ali Imran ayat 103 yang berbunyi : . . . . . . . Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. (Q. S Ali Imran: 103) Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan selanjutnya, manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam proses terwujudnya masyarakat yang mandiri. Manusia dikaruniai akal oleh Allah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang bermartabat, masyarakat yang aman dan damai. Untuk mencapai hal terebut, ilmu menjadi bekal yang mutlak bagi manusia. 41 Yang tak kalah pentingnya, kehidupan masyarakat adalah sebagai salah satu penopang roda kehidupan bangsa. Suatu masyarakat sangat diharapkan perannya dalam mewujudkan cita-cita bangsa, dimana, dalam masyarakat sangat diharapkan partisipasinya sebagai anggota dari bangsa untuk mewujudkan bangsa dan negara yang aman. Dari materi pendidikan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar yang bertujuan untuk membentuk kecerdasan serta kepribadian dari peserta didik. Adapun pendidikan dibagi menjadi 3 macam, yaitu : a. Pendidikan formal Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. b. Pendidikan non formal Pendidikan non formal adalah pendidikan diluar pendidikan formal yang berjenjang dan berstruktur. Contohnya adalah kursus. c. Pendidikan informal Pendidikan informal adalah pendidikan yang ada di dalam keluarga dan lingkungannya. Dalam dunia pendidikan tentunya tidak lepas dari yang namanya lembaga. Adapun komponen dalam pendidikan secara garis besar terdiri dari 42 kurikulum, belajar, mendidik dan mengajar, lingkungan pendidikan, dan evaluasi pendidikan. Dalam hal belajar, ada aplikasi dari hal tersebut yang harus diperhatikan baik oleh pendidik maupun peserta didik, yaitu kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif. Adapun faktor yang mempengaruhi belajar secara umum terdiri atas faktor internal, faktor eksternal, serta faktor pendekatan belajar. Pendidikan tentunya juga mempunyai makna tersendiri, adapun makna (urgensi) pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu : a. Bagi pribadi manusia 1) Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah fil ard, sebagai pemimpin bumi, pendidikan mutlak harus didapat pada manusia agar dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya. 2) Manusia memerlukan pendidikan untuk mencapai tujuannya sebagai insan kamil. 3) Manusia memerlukan pendidikan agar menjadi sarana mendekatkan diri kepada sang Khaliq. b. Bagi lingkungan keluarga Pendidikan juga sangat penting di dalam keluarga. Adapun pendidikan dalam keluarga diperlukan untuk : 1) Menjaga anggota keluarga dari hal-hal buruk 2) Mendidik anak dari segi intelektual untuk menunjang masa depan anak 43 3) Mendidik anak dari segi akhlak untuk menciptakan moralitas anak c. Bagi lingkungan masyarakat Pendidikan mempunyai makna yang sangat besar dalam lingkungan masyarakat. Manusia sebagai anggota masyarakat berperan penting dalam menciptakan kedamaian dalam masyarakat. Untuk itu, pendidikan mutlak diperlukan dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut. C. SIKAP KEDEWASAAN ANAK 1. Sikap a. Pengertian sikap Sikap merupakan emosi atau afek yang diarahkan pada seseorang kepada orang lain. (Fattah Hanurawan, 2012 : 64). Sikap melibatkan seseorang untuk memiliki kecenderungan puas atau tidak puas, positif atau negatif, suka atau tidak suka terhadap suatu objek. b. Ciri-ciri sikap a) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu pada suatu objek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. b) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap Oleh karena itu, sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek tertentu, yaitu melalui proses persepsi. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek 44 tertentu akan menimbulkan sikap tertentu pula pada individu terhadap objek tersebut c) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek. Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada orang lain, ia akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula pada kelompok dimana seseorang tersebut tergabung didalamnya. d) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar Jika sikap itu telah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang, maka biasanya relatif sulit berubah. Sebaliknya, jika sikap itu belum begitu mendalam dalam diri seseorang, maka sikap tersebut relatif mudah berubah. e) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi Sikap seseorang terhadap objek tertentu akan selalu diikuti perasaan baik perasaan yang negatif maupun positif. Disamping itu, sikap juga mendorong seseorang untuk berperilaku yang sesuai untuk beradaptasi dengan objek yang ada dihadapannya. c. Komponen sikap Ada tiga komponen yang terdapat dalam sikap, yaitu: 1) Komponen respon evaluatif kognitif Adalah gambaran tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa, atau situasi sebagai sasaran sikap. 45 Komponen ini adalah pikiran, keyakinan, atau ide seseorang tentang suatu objek. Dalam bentuk yang paling sederhana, komponen kognitif adalah kategori-kategori yang digunakan dalam berpikir. Misalnya,tukang tambal ban adalah kategori pekerjaan laki-laki, sedangkan menjahit adalah kategori pekerjaan wanita. 2) Komponen respon evaluatif afektif Yaitu perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu, atau suka. Misalanya, orang tua biasanya lebih cemas jika anak perempuan keluar sampai larut malam daripada anak laki-laki yang keluar malam. 3) Komponen respon evaluatif perilaku Merupakan tenndensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan pada perilaku secara terbuka (Fattah Hanurawan, 2012 : 65). d. Fungsi sikap Sikap mempunyai empat fungsi, yaitu : 1) Fungsi penyesuaian diri Fungsi penyesuaian diri berarti bahwa orang mengembangkan sikap yang akan membantu untuk mencapai tujuannya secara maksimal. Misalnya, seseorang yang hidupnya 46 sering di pondok pesantren akan lebih nyaman memakai sarung daripada celana. 2) Fungsi pertahanan diri Fungsi pertahanan diri mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Contohnya, seseorang yang banyak bicara cenderung akan menilai bahwa orang yang hanya diam saja berarti dia tidak banyak memiliki ide kreatif. 3) Fungsi ekspresi nilai Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri. Contoh: seseorang yang menyukai alam akan cenderung menyukai tantangan yang berasal dari alam, misalnya naik gunung. 4) Fungsi pengetahuan Fungsi pengetahuan berarti bahwa sikap membantu seseorang dalam menetapkan standar evaluasi terhadap suatu hal. Standar ini menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka acu pribadi seseorang dalam menghadapi objek atau peristiwa di sekelilingnya (Hanurawan, 2012 : 66). Sikap berbeda dengan perilaku. Meski demikian, para ahli memandang bahwa ada kaitan antara sikap dan perilaku. Bahkan, perilaku yang baru terbentuk pun dapat dapat dikurangi atau juga dapat 47 dihilangkan. Perilaku menyenangkan yang cenderung tidak akan menguntungkan dihilangkan atau atau tidak dikurangi kemunculannya oleh si objek. (Edi Purwanta, 2012 : 67). Jadi, dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan (Bimo Walgito, 2002 : 105). 2. Kedewasaan Segala peristiwa yang yang akan datang pasti akan menimbulkan kesulitan manusia dalam menjalani kehidupannya. Dan orang dewasa pasti akan menganggap kesulitan-kesulitan yang menghadang kehidupan manusia bukanlah demi menghancurkan kehidupan itu, tetapi demi mengokohkan akar kehidupannya. Kesulitan hidup akan selalu ada dalam kehidupan manusia untuk mendidiknya dan mengajarkan kebijaksanaan. Itulah yang dinamakan kedewasaan. Kedewasaan tidak mutlak dipengaruhi oleh umur. Banyak orang yang sudah berumur masih belum dianggap dewasa, tapi tidak sedikit juga anak-anak yang secara umur umumnya masih kanak-kanak sudah dianggap dewasa. Ini tidak lepas dari pandangan masyarakat yang memandang tentang arti dari kedewasaan. kedewasaan dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut: a. Kedewasaan Fisik, yaitu orang yang mempunyai bentuk tubuh proporsi yang relatif mantap dan organnya telah siap menjalankan fungsi-fungsi secara normal. 48 b. Kedewasaan Intelektual, yaitu orang yang mampu menampilkan cara berpikir objektif, logis, dan reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. c. Kedewasaan Sosial, yaitu orang yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan bersama dan konstruktif dala bekerja sama. d. Kedewasaan emosional, yaitu orang yang mampu mengendalikan gejolak emosi liar dan menyatakannya dalam bentuk atau cara yang beradab, serta dapat menghargai orang lain dengan cara arif dan bijaksana. e. Kedewasaan Kerja, yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat menampilkan amal dan karya terbaik yang dapat dikerjakan pada saat itu. f. Kedewasaan Moral, yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat memiliki nilai-nilai kehidupan yang luhur, dapat mengetahui dengan jelas nilai-nilai hidup yang menjadi miliknya atau darah dagingnya, dapat berbuat sesuai dengan nilai-nilai hidup yang menjadi miliknya, dapat turut serta mengajak orang lain untuk membuat sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimilikinya, dan dapat mempunyai kata hati yang selalu menyerukan kebenaran dan mendorong untuk selalu memilih kebenaran dan berbuat sesuai dengan kebenaran tersebut. (Redja Mudyahardjo, 2001 : 501-503) 49 Dari materi sikap dapat diambil kesimpulan bahwa sikap merupakan keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif statis, yang disertai adanya perasaan tertentu yang menjadi tanda dari keadaan dalam menerima atau menolak objek atau keadaan tersebut. Adapun ciri-ciri sikap yaitu : a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir b. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap tersebut c. Sikap dapat tertuju pada satu objek, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek d. Sikap dapat berlangsung lama maupun sebentar e. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi Sikap mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan. Sikap juga mempunyai komponen. Adapun komponen sikap meliputi komponen respon evaluatif kognitif, komponen respon evaluatif afektif, dan komponen respon evaluatif perilaku. Kedewasaan merupakan keadaan dimana sudah ada ciri-ciri psikologik tertentu pada diri seseorang. Kedewasaan tidak mutlak dipengaruhi umur. Akan tetapi, ciri orang yang dewasa menurut G. W. Alport adalah: a. Pemekaran diri sendiri yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang lain sebagai bagian dari dirinya juga. b. Kemampuan melihat diri sendiri secara objektif. 50 c. Memiliki falsafah hidup tertentu tanpa perlu perumusan dan pengucapan dengan kata-kata. D. IMPLIKASI PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP KEDEWASAAN ANAK Tingkat pendidikan juga mempunyai dampak yang sangat berarti bagi kedewasaan anak dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi pendidikan, semakin dewasalah anak dalam berpikir dan bertindak. Hal ini disebabkan semakin terbukanya pemikiran yang ada dalam diri orang tersebut. Dampak yang sangat kelihatan dari tingkat pendidikan seseorang adalah: 1. Pengetahuan secara Intelektual Secara umum, tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat intelektual manusia dalam masing-masing bidang yang dipelajarinya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan, maka semakin dalam pula materi yang disampaikan. Misalnya, lulusan SMA dengan lulusan SMP tentunya akan berbeda dalam menguasai pelajaran dengan materi yang sama. 2. Moral secara Umum Secara umum, tingkat pendidikan akan mempengaruhi moral seseorang. Misalnya, dalam hal sopan santun, anak yang hanya lulus SD dengan anak yang lulus SMP lebih sopan anak yang lulus SMP. Hal ini bisa dimungkinkan hanya karena ketidaktahuan penerapan anak yang lulus SD tersebut. 51 3. Kedewasaan dalam menghadapi masalah Secara umum, tingkat pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam menghadapi masalah. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi mempunyai solusi yang lebih baik dan lebih matang dibandingkan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah. 52 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Semoyo 1. Letak Geografis Dusun Semoyo terletak di ujung timur dan paling selatan dari kecamatan Grabag. Dusun ini masuk ke wilayah desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang. Sebelah timur dusun ini adalah dusun Banaran dan Dukuh yang juga masih dalam wilayah desa Sugihmas. Adapun sebelah utara dusun Semoyo adalah dusun Pelas yang sudah masuk wilayah desa Muneng, kecamatan Pakis, kabupaten Magelang. Dusun Semoyo jauh dari keramaian. Dusun ini agak sulit dijangkau karena terletak di wilayah atas kecamatan Grabag, dan berjarak sekitar 3 KM dari jalan raya Daleman (Pakis) – Grabag. Untuk Mencapai dusun Semoyo, diperlukan waktu sekitar 7 menit dari jalan raya ini. Rute untuk menuju dusun ini adalah dari perempatan pasar Grabag lurus ke selatan, sekitar 8 KM sampai arah SMP N 3 Grabag. Kemudian dari SMP N 3 Grabag lurus ke timur sekitar 4 KM. Mulai dari SMP N 3 Grabag ini jalan sudah tidak beraspal lagi. Akan tetapi, jalan sampai dusun Semoyo di cor blok. Atau bisa juga dari arah Daleman (Pakis) lurus ke utara sampai dusun Senden. Dari dusun Senden ke arah timur sekitar 5 KM. 53 Adapun rute dari arah Senden ini lebih sulit dijangkau. Hal ini dikarenakan sebagian jalan masih berupa tanah yang jika dimusin kemarau jalan sangat berdebu, dan jika dimusin hujan jalan sangat licin. Jika digambarkan secara umum, maka lokasi dusun Semoyo sebagai berikut : a. Batas Wilayah: Sebelah Utara : Sawah, dusun Gumiwang Sebelah Selatan : Dusun Pelas Sebalah Barat : Sawah, dusun Senden, dusun Geru Sebalah Timur : dusun Banaran. b. Topografi: kaki gunung Merbabu c. Suhu udara rata-rata: ± 20º C d. Jarak ke Pemerintahan: 1) Jarak ke Pemerintah Desa : ± 1 KM 2) Jarak ke Pemerintah Kecamatan : ± 10 KM 3) Jarak ke pemerintah Kabupaten : ± 25 KM e. Demografi 1) Jumlah Penduduk Dusun: Jumlah Kepala Keluarga : 134 KK Jumlah Penduduk Laki-laki : 253 jiwa Jumlah Penduduk Perempuan : 205 jiwa 54 2. Kondisi Masyarakat a. Bidang Pendidikan Pendidikan Formal Dalam bidang pendidikan, masyarakat dusun Semoyo kebanyakan masih dalam taraf rendah, ini dibuktikan dengan jumlah anak yang masuk sekolah dari kategori tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang belum berimbang. Berikut tabel tingkat pendidikan anak pada tahun 2015 di dusun Semoyo: No Tingkat Pendidikan Jumlah 1. TK / PAUD - 2. Sekolah Dasar 32 3. Sekolah Menengah Pertama 21 4. Sekolah Menengah Atas 5 5. Perguruan Tinggi - Pendidikan Non formal No Nama Kegiatan Jumlah 1 TPA / MADIN 45 2 Pesantren 15 3 Kursus - 4 Lain-lain - 55 b. Bidang Sosial 1) Jumlah penduduk menurut Agama: 428 jiwa 2) Perangkat dusun Kepala dusun : Pak Samhari Ketua RW : Pak Samsuri Ketua RT : a) Pak Asmuni b) Pak Sulaiman c) Pak Suyitno d) Pak Giyanto e) Pak Suroso f) Pak Rohim g) Pak Slamet c. Bidang Ekonomi Jumlah Penduduk menurut profesi: a) Petani : 320 jiwa b) Pedagang : 5 jiwa c) Pelajar : 58 jiwa d) Belum berprofesi : 45 jiwa 56 B. Temuan Hasil Penelitian Dalam hasil penelitian ditemukan bahwa didalam masyarakat dusun Semoyo masih banyak ditemukan yang tidak mengetahui tentang pendidikan. 1. Profil Responden Masyarakat Profil Masyarakat yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah: a. Nama : Pak S Jabatan : Kepala Dusun Tanggal Wawancara : 03 November 2015 jam 18:13 WIB Tempat : Rumah Pak S Pak S adalah kepala dusun di dusun Semoyo. Selain sebagai kepala dusun, beliau berprofesi sebagai petani. Beliau pergi ke sawah setiap hari sepulang dari kantor desa. Pak S juga mempunyai sapi dua. Kata beliau, sapi merupakan hewan ternak sampingan yang hampir setiap keluarga memeliharanya. Meskipun sebagai kepala dusun, beliau adalah orang yang penuh humoris, suka dengan anak-anak. Bahkan, ketika anakanak sering memanggilnya pak jenggot, beliau tidak marah, malah sering mengajak anak-anak untuk jalan-jalan dengan beliau. 57 Pak S adalah orang tua yang selalu berpikir ke depan agar bagaimana anak-anankya lebih maju dari orng tuanya. Oleh karena itu, beliau cenderung lebih maju akan dunia pendidikan formal. Meskipun begitu, beliau juga tidak memaksakan anaknya harus sekolah. Jika anaknya ingin ke pondok pesantren atau kerja, beliau tidak pernah melarangnya. a. Pak Ar Nama : Ar Jabatan : Kepala Keluarga Tanggal Wawancara : 05 November 2015 jam 17:33 WIB Tempat : Rumah Pak Ar Pak Ar adalah warga dusun Semoyo. Beliau berprofesi sebagai petani. Beliau memelihara kambing, setiap pulang dari sawah, beliau selalu mambawa rumput untuk makanan kambingnya. Pak Ar juga termasuk sebagai salah satu ustadz TPQ yang ada di dusun Semoyo, dan kebetulan juga rumah pak Ar hanya terpaut satu rumah dengan TPQ tempat anak-anak dusun Semoyo dan sekitarnya mengaji. Pak Ar masih cukup muda. Beliau ramah terhadap siapapun. Pak Ar cukup luas dalam memandang dunia pendidikan formal, meski pandangan beliau lebih cenderung pada pendidikan di psantren yang merupakan salah satu dari pendidikan non formal. 58 b. Ibu Zr Nama : Zr Jabatan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Wawancara : 05 November 2015 jam 17:08 WIB Tempat : Rumah Ibu Zr Ibu Zr adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat ramah. Pekerjaan beliau adalah membantu suaminya yang berprofesi sebagai pedagang tengkulak. Adapun dagang keluarga beliau adalah dagang musiman, dimana jika musim tembakau, beliau berdagang tembakau, jika musim panen cabai beliau membeli cabai dari warga dusun Semoyo. Kata beliau, profesi sebagai pedagang tengkulak yang ada di Semoyo hanya beliau saja, hal itu dikarenakan beliau tidak mempuyai sawah sama sekali, tidak seperti kebanyakan warga yang mempunyai sawah yang sangat luas. Sehingga, untuk mencukupi kebutuhannya beliau harus rajin-rajin membeli barang sebagai dagangannya. Dalam memandang pendidikan, beliau selalu mengikuti keinginan anaknya. Jika anaknya maju sekolah, maka beliau akan berusaha menyekolahkan anaknya minimal sampai SMP. Dan jika anaknya tidak mau sekolah, maka beliau mendorong ananknya untuk mengaji di pondok pesantren. 59 c. Ibu Rn Nama : Rn Jabatan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Wawancara : 08 November 2015 jam 17:16 WIB Tempat : Rumah Ibu Rn Ibu Rn adalah seorang ibu muda yang pekerjaannya adalah sebagai petani. Ibu Rn setiap hari bekerja ke sawah membantu suaminya. Ibu Rn merupakan lulusan SMP dan sudah termasuk orang yang berpendidikan tinggi di dusun Semoyo pada waktu itu. Kehidupan beliau tergolong sejahtera. Dalam hal pendidikan, ibu Rn sudah peduli kegiatan pendidikan. Beliau memperhatikan dengan pola belajar anak dan menyeimbangkannya dengan mengajarkan anak agar rajin membantu ke sawah. Meskipun sepulang sekkolah anaknya disuruh ke sawah, tapi dalam hal pembiayaan anak, semacam buku, alat tulis, uang saku, diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga, selain anak terbiasa bekerja tapi mempunyai waktu yang cukup untuk belajar. d. Ibu SM Nama : SM Jabatan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Wawancara : 09 November 2015 jam 16:46 WIB Tempat : Rumah Ibu SM 60 Ibu SM adalah warga dusun yang berprofesi sebagai petani. Beliiau hidup dengan kondisi yang cukup. Beliau tidak begitu paham akan pandidikan. Yang beliau tahu hanyalah beliau menyekolahkan anaknya agar besok ketika anaknya sudah besar bisa lebih baik dari ibunya. Anak dusun Semoyo Dalam melakukan penelitian pada anak, peneliti hanya mengambil objek dari anak yang sudah kelas 6 saja. Ini dikarenakan kelas 6 sudah mampu menjawab pertanyaan sesuai logika berpikir mereka. Mereka juga sudah mulai mempunyai pandangan kedepan sehingga segala pertanyaan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti sudah bisa masuk dalam logika berpikir mereka. Adapun nama-nama anak tersebut adalah : a. AR AR adalah murid SD N Sugihmas kelas 6. Dia adalah murid yang dalam pelajaran tergolong sedang. Namun, dia anak yang rajin, setiap ada tugas sekolah selalu dikerjakan dengan baik, dia tidak pernah sekalipun lupa dalam mengerjakan PR maupun tugas lainnya. Ketika peneliti menanyakan apa sebabnya dia rajin, dia selau menjawab bahwa ibunya setiap malam menyuruh untuk belajar, sehingga dia tidak lupa pada 61 tugas-tugasnya. Adapun Waktu Wawancara pada tanggal 07 November 2015 jam 16:45 WIB. b. P P adalah murid SD N Sugihmas klas 6. Dia anak lakilaki yang agak pendiam, meski dalam pelajaran juga tergolong sedang, tapi dia punya kelebihan dalam menggambar dan melukis, dia lebih menonjol pada bidang seni lukis dan kaligrafi. P juga termasuk anak yang rajin. Setiap tugas yang diberikan gurunya selalu dikerjakan. Dalam mengerjakan tugas sekolah, dia tidak pernah disuruh orang tuanya, tapi dia mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar di rumahnya. Wawancara dengan P yaitu tanggal 09 November 2015 jam 17:03 WIB. c. Af Af juga merupakan siswa kelas 6. Dia anak seorang guru TPA di dusun Semoyo. Dalam pelajaran agama dia tergolong pandai, tapi dalam pelajaran lainnya tergolong sedang. Dalam mengerjakan tugas dia selalu mengerjakan, tetapi jawaban dari tugasnya kadang tidak sesuai dari apa yang diinginkan oleh gurunya. Meskipun begitu, dia tergolong siswa yang penurut terhadap semua perintah guru. Waktu wawancara dengan Af adalah tanggal 11 November 2015 jam 17:17 WIB. 62 d. MR MR adalah siswa yang dalam hal pelajaran tergolong lebih lambat dibandingkan dengan teman-teman lainnya. Meskipun dari berbagai pelajaran lambat, tapi dia tertib dalam melaksanakan setiap tugas dari guru, walaupun lebih sering tugas yang diberikan tidak sesuai dari apa yang diinginkan gurunya. Waktu wawancara dengan MR adalah 16 November 2015 jam 17:07 WIB. e. Is Is adalah siswa kelas 6 yang sangat pendiam, dia tergolong pandai dalam hal pelajaran. Is adalah siswa yang selalu menuruti segala perintah guru. Dia juga selalu tertib dalam mengerjakan semua tugas dari guru. Wawancara dengan Is adalah tanggal 18 November 2015 jam 16:48 WIB f. AM AM adalah siswa kelas 6 yang suka humor. Dia seringkali membuat ulah yang lucu. Meski demikian, dia tetap selalu memperhatikan penjelasan guru. Dalam hal pelajaran pun dia tergolong cukup pandai. Selain itu, semua tugas yang ditugaskan oleh guru selalu dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Adapun waktu wawancara dengan AM adalah tanggal 17 November 2015 jam 17:02 WIB. 63 g. KB KB adalah murid yang lumayan pandai. Meskipun berbadan kecil, tapi dia jarang sakit, kalaupun hanya masuk angin dia tetap berangkat ke sekolah. Biar tidak ketinggalan pelajaran katanya. Semua tugas yang diberikan guru pun selalu dikerjakan dengan baik. Waktu wawancara dengan KB adalah tanggal 18 November 2015 jam 16:48 WIB. h. FR FR adalah siswa yang tergolong biasa saja dalam hal pelajaran. Namun, dia mempunyai kelebihan percaya diri yang tinggi. Karena percaya diri, sewaktu kelas 4 dan 5 sering mewakili sekolah untuk lomba pidato. Waktu wawancara dengan FR adalah tanggal 22 November 2015 jam 16:45 WIB. i. R R adalah siswa yang dalam hal pelajaran tergolong lambat, dia juga kadang tidak mengerjakan tugas dari guru. Jika ditanya tugasnya, alasannya sering ketinggalan. Jika disuruh mengambil sampai lama baru kembali ke kelas. Adapun waktuwawancara dengan R adalah tanggal 21 November 2015 jam 17:00 WIB j. DS DS adalah siswa yang dalam hal elajaran juga tergolong lambat. Dia sudah tidak semangat lagi belajar. Mungkin karena 64 perasaan minder bahwa dia merasa tidak bisa. Namun, semua tugas yang diberikan guru selalu dikerjakan dengan baik. Adapun waktu wawancara dengan DS adalah tanggal 25 November 2015 jam 16:50 WIB. 2. Hasil Wawancara Wawancara dengan masyarakat 1. Apa yang bapak / ibu ketahui tentang pendidikan? a. Pak S Pendidikan itu ya yang ada di sekolah itu mas. Kala secara pengertian saya tidak begitu tahu, tapi pendidikan menurut saya adalah belajar, gitu aja b. Pak Ar Pendidikan niku nggih proses belajar ingkang kados ting SD niku mas. c. Ibu Zr Pendidikan niku nggih sekolah ingkang sak duwur-duwure pak. Sing cara dunyo niku nggih sekolah, sing cara akhirat niku nggih ngaji. d. Ibu Rn Kalau menurut saya, pendidikan adalah suatu pelajaran yang diberikan guru untuk muridnya pak. Murid yang belajar di sekolah, akan mendapat pendidikan yang baik. 65 e. Ibu SM Pendidikan niku nggih pelajaran ingkang wonten ting sekolahan mas guru, ting mriku sing diparingi pelajaran sing pirang-pirang, ngasi kadang komah niku mesake le ndalu sok sinau 2. Apa yang bapak / ibu ketahui tentang pendidikan formal? a. Pak S Pendidikan formal itu ya SD, SMP, SMA itu mas. b. Pak Ar Pendidikan formal midherek kulo niku pendidikan nggen negoro c. Ibu Zr Prndidikan formal niku midherek kulo nggih pendidikan sing carane ting sekolahan ngaten niku pak. d. Ibu Rn Kalau pendidikan formal itu pendidikan di sekolah yang mengajarkan tentang pelajaran masa kini. e. Ibu SM Pendidikan formal nggih pendidikan sing sae sanget kagem lare-lare. 66 3. Bagaimana pandangan bapak / ibu tentang pendidikan formal? a. Pak S Kalau menurut saya, pendidikan di sekolah itu sangat penting, pendidikan di sekolah berguna ketika masyarakat sedang ada pejabat misalnya, anak yang mempunyai pendidikan sekolah yang tinggi biasanya tidak grogi jika menemui pak camat, atau siapa saja yang bertamu ke desa. b. Pak Ar Sekolah niku nggih penting sanget mas, nggih nyuwun seu, lare ingkang mligi mondok biasane pergaulan nggen masyarakat kirang, carane babagan nyambut damel nggih tetep benten. Biasane malah luwih semangat ingkang sekolah tok. c. Ibu Zr Sekolah niku penting, mondok nggih penting. Dados, sekolah niku cara-carane kagem pados gawean, ndene mondok kagem pados sangu damel akhirat. d. Ibu Rn Kalau saya, pendidikan di sekolah itu ya yang disitu mendidik, mengajarkan sopan santun, dan sebagainya. 67 e. Ibu SM Sekolah niku nggih ndadosaken lare luwih sae timbang tiyang sepuhe. Pas alit nek di ajari maos, ngitung, kagem lare-lare niku sae. 4. Apakah menurut bapak / ibu, pendidikan formal penting atau tidak? Mengapa? a. Pak S Ya itu tadi, sekolah sangat penting buat masyarakat, jika semisal ada tamu dari luar bisa menyambut, terus jika ada rembug ketika ada kegiatan dalam masyarakat biasanya orang yang sekolah lebih berani mengutarakan pendapatnya. b. Pak Ar Pendidikan sekolah midherek kulo penting, masalahe niku nek sakniki minimal niku SMP kedah, masalahe nek lare minimal SMP ngenjing ting pesantren niku memorine le nangkep gampil. Nek kulo ngih tetep mentingke, mumpung lare tasih alit. c. Ibu Zr Midherek kulo nggih penting pak, sakumpami kok ngenjang ajeng pados damelan luwih gampil timbang nek mboten sekolah, keranten jaman niku soyo majeng, dados sekolah nggih penting, mondok nggih tetep penting. 68 d. Ibu Rn Kalau menurut saya penting, karena dengan sekolah anak bisa lebih pintar, bisa lebih berpikir luas, mandiri, tidak terlalu tergantung dengan orang tua, tidak minder jika bertemu orang lain yang tidak dikenal ataupun para pejabat. e. Ibu SM Nggih tetep penting, keranten lare niku saget mikir ingkang sae, saget mikir pundi ingkang leres, pundi ingkang salah. 5. Apakah yang bapak / ibu ketahui tentang pendidikan non formal? a. Pak S Pendidikan non formal setahu saya ya pondok pesantren itu mas b. Pak Ar Pendidikan non formal niku nggih pendidikan ingkang mikir babagan akhirat, ingkang niku nggih penting sanget kagem sangu ngibadah ting dunyo c. Ibu Zr Nek kulo pendidikan sing mboten ting sekolahan niku nggih namung pendidikan ting pondok pak. 69 d. Ibu Rn Pendidikan non formal itu ya pendidikan di luar sekolah yang mengajarkan tentang mengaji, bagaimana mengaji yang baik, bagaimana bisa baca al qur’an dengan benar, bagaimana bisa baca kitab kuning yang baik dan lancar itu. e. Ibu SM Pendidikan sing mboten ting sekolah niku nggih pendidikan ting pondok pesantren pak. 6. Menurut bapak / Ibu,apakah perbedaan output dari sikap kedewasaan anak yang belajar di pendidikan formal dan non formal? a. Pak S Ya jelas berbeda. Kalau dari sekolahan itu lebih pada keberaninan dalam mengutarakan pendapatnya, selain itu, kalau di sini, rasa menghargai perbedaan dalam masyarakat lebih tinggi daripada yang keluaran pondok. Di sini itu yang nyantri malah lebih saklek, karepe kudu plek agama, yang haram tetap haram, yang halal ya halal. Kalau anak yang lulus SMP misalnya, jika ada yan tidak jumatan ya tidak langsung ditegur bahwa itu dosa, tapi dengan halus mengajak, ayo jumatan, gitu. 70 b. Pak Ar Nggih tetep enten bentene mas, sing di alami ting dusun niki, yen lare pondok niku babagan ngibadah luwih sregep, nanging kadang ting masyarakat malah mboten nate medal, nggih mboten ngertos nopo alasane. Ting babagan rembagan nek lare sekolah niku luwih cerdas ngomong ting ngajeng, luwih wantun. Dados, nggih tetep enten bedane antarane tiyang sing mondok kalih sekolah niku. c. Ibu Zr Nggih tetep benten pak. Nek mriki niku nggih sami irenirenan menawi gadah gawe, biasane sing maju misale ting ngantenan, tiyang sripah, niku sing lulusan SMP, la nek sing ndongani niku sing saking pondok. d. Ibu Rn Biasanya kalau anak yang lulusan SMP saja terus tidak mengaji malah lebih nakal. Mereka hanya kluyuran ngetan ngulon tidak jelas. Berbeda dengan anak yang di pondok pesantren. Mereka lebih anteng di rumah. Ibadahnya pun lebih rajin. La anak-anak remaja sini yang tidak mondok kadang jumatan saja tidak berangkat kok pak. 71 e. Ibu SM Kulo mboten ngertos, wong kulo niki mbote sekolah inggil nggih mboten ngaos. Neng kulo pingin nginjing anak kulo niku pinter, manur kalih tiyang sepuhe. 7. Menurut bapak / ibu, apakah biaya sekolah itu mahal? a. Pak S Sebenarnya sama saja, sekolah tidak mahal, kalau sampai SMP lho, anak saya blas tidak bayar kalau sekolah, palingpaling hanya LKS, apalagi umah itu, paling sehari Cuma dua ribu, trus nanti ngaji di TPA minta seribu, ya biaya hanya itu-itu saja. Kalau SMA saya tidak tau. b. Pak Ar Jane nggih mboten awis, sakniki niku mondok nggih tiap bulane malah paling mboten 150, wong di masakke, dereng jajane lare, nek sekolah niku ulya namung sedinten kalih ewu mawon pun cekap. c. Ibu Zr Nggih nek di pikir-pikir biaya antarane sekolah kalih mondok nik sami mawon pak. Riyen sek jamane eni ting SMP nggih bayar LKS, buku, werni-werni. Jaman ting pondok sesasi nggih tetep mboten cekap 300 eni niko, ali sakniki seminggu nggih 10 ewu. Sesasi nak nggih tetep sekitar ting 300 niku, dados nggih sami mawon. 72 d. Ibu Rn Menurut saya ya tidak mahal, tapi juga tidak murah. Yang berat itu adalah uang saku sehari-hari itu. Kalau pas ada ya memang yidak terasa berat. Kalau pas tidak ada sampai utang hanya karena uang saku. e. Ibu SM Nggih mboten awis, kulo namung nyangoni tok kok pak, komah niku menawi pas tumbas buku sangune mboten damel jajan, neng damel tumbas buku. Dadi nggih mboten keberatan kulo. 8. Apakah bapak / ibu mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi? a. Pak S Kalau saya pribadi iya, tapi semua tetap tergantiung anaknya, nari karepe bocah to pak. Kalau anak saya yang laki-laki itu setelah SMP pingin kerja, ya saya biarkan saja. Kalau ingin sekolah atau mondok pun saya tetap sanggup membiayai, bagaimanapun caranya. b. Pak Ar Nek kulo nggih tetep paling mboten ngenjing ulya niku SMP riyen, njuk tak ken mondok. Soale nek lare wedok niku ngreksane kedah luwih to pak. Nek ajeng dugi SMA niku 73 biasane lare ingkang sekolah SMA kalih mondok mboten purun. Dados nggih tetep bar SMP mondok. c. Ibu Zr Nek kulo nderek larene niku mampu mikir mboten pak. Nek larene mampu mikir nggih tak sekolahke, sopo ngerti ngenjing nyambut damele luwih gampil, wong ajeng nyambut damel ting saben mriki mboren gadah saben, ajeng ken ngrumputke sapi wong nggh mboten gadah sapine. d. Ibu Rn Iya, tetap pingin anaknya sekolah, tapi juga mbuh mangkih, soalnya anak perempuan itu kalau sudah umur 17 tahun ke atas kalau belum nikah ya bagaimana, paling setelah lulus SD ini tak suruh mondok ke ngandong itu. Biar tidak hanya sekolah saja, tapi ilmu agama juga dapat. e. Ibu SM Nek karepe kulo tak ken mondok mawon, wong cah wedok niku kek pun rabi nggih pun di gondhol sing lanang to. Ning mbuh, karepe komah pingin SMP riyen. 9. Bagaimana sikap anak yang dewasa menurut bapak / ibu? a. Pak S Kalau saya, anak yang dewasa itu anak yang mandiri, setiap hari umpama ambil nasi sendiri, nyuci baju sendiri, 74 ngrewangi nyuci piring, untuk ukuran anak SD itu sudah dewasa. b. Pak Ar Nek kulo lare ingkang dewasa niku lare sing saget ngrewangi tiyang sepahe, nggih ajar asah-asah, ngumbahi pakaiane kiyambak, nurut kalih tiyang sepah. c. Ibu Zr Nek midherek kulo lare ingkang dewasa niku lare ingkang mboten boros sangune, saget nggunake arto sing sak mestine, ting ngomah purun ngrewangi tiyang sepahe. d. Ibu Rn Sikap anak yan dewasa menurut saya adalah anak menjadi baik, mempunyai sopan santun, anak menurut pada orang tua, rajin, menghormati yang lebih tua. Saya kira jika itu terdapat pada anak SD sudah kermasuk anak yang bersikap dewasa, Karena rata-rata anak di sini epulang sekolah malah bermain, malam juga hanya nonton TV, pagi juga jarang ada yang membantu orang tua menyapu, nyuci piring, e. Ibu SM Midherek kulo anak niku nurut kalih tiyang sepah kalian mengertosi kawontenane tiyang sepah niku pun sae pak. 75 10. Menurut bapak / ibu, apakah pendidikan formal berpengaruh terhadap sikap kedewasaan anak? a. Pak S Ya jelas berbeda, kalau anak yang sekolah ke jenjang yang lebih tinggi biasanya lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, selain itu, jika dalam acara yasinan misalnya, ada rembugan yang penting, semisal ngcor jalan orang yang minimal lulus SMP itu tidak gontok-gontoka dalam berbicara. Berbeda sekali dengan orang yang hanya lulus SD. Orang yang hanya lulus SD kadang malah hanya ngregoni saja kalau rembugan, jika tidak, hanya diam saja, tapi di belakang nggrundel. b. Pak Ar Nggih tetep wonnten, lare ingkang lulus mboten namung SD niku carane lare srawung ting masyarakat niku luwih kendel, kejawi niku biasane nek enten masalah saget ngatasi kanti manah ingkang ngatos-atos, mboten grusa grusu, ela elu. Nek namung lulusan SD nak enten masalah biasane sing langsung ngamuk tiyang sepahe lah, sing minggat pinten-pinten dinten lah. c. Ibu Zr Nek lare sing minimal lulus SMP tetep benten pak, menawi lare sing nerusake sekolah niku biasane luwih ngerti 76 kahanan wong tuane, lare sing SMP niku cara-carane sangune nggih pun saget ngatur sepinten kebutuhane, ting griyo nggih mboten mung klonthang klanthung kados sing mboten neruske, di atur nggih luwih gampil, mboten sak karepa dewe. d. Ibu Rn Ya berpengaruh, dulu ketika ani masih kelas 3 saja bangun masih kesiangan, sekarang karea sudah kelas enam bangun pagi, langsung membantu saya memasak. Saya kira jika anak lulus SMP lebih bisa membantu lebih banyak lagi, tapi ada juga yang melanjutkan SMP malah semakin nakal. Semua tergantung anaknya juga pak. e. Ibu SM Kulo niko mboten sekolah kok nggih, neng nek weruh sing pinter-pinter niku remen sanget, saben esuk lare mangkat sekolah pamit, wangsul dugi griyo nggih ngrewangi mbokne ting tegal. Benten kalih cah ler niko sing mboten sekolah. Anane mung numpak honda ngetan ngulon ra jelas, nyepeti wong liyo to nggih pak nek ngaten niku. 77 Wawancara dengan Siswa 1. Apakah kedua orang tuamu bisa membaca, menulis, menghitung? a. AR Ayah dan ibu saya bisa membaca, menulis, dan menghitung b. P Kedua orang tua saya bisa membaca, menulis, dan menghitung c. Af Kedua orang tua saya bisa semua d. MR Kalau ayah tidak bisa membaca dan menulis,hanya sedikit bisa menghitung. Kalau ibu bisa membaca, menulis, menghitung e. Is Ayah dan ibu bisa membaca, menulis, dan menghitung. f. AM Kedua orang tua saya bisa membaca, menulis, dan menghitung g. KB Ayah ibu saya bisa membaca, menulis, dan juga bisa menghitung 78 h. FR Ayah ibu saya bisa semua i. R Bisa semua j. DS Bisa semua, ayah dan ibu bisa baca, tulis, hitung 2. Apakah pendidikan terakhir kedua orang tuamu? a. AR Ayah lulus SD, Ibu lulus SMP b. P Ayah dan ibu lulus SD c. Af Ayah dan Ibu lulus SD d. MR Ayah dan ibu lulus SD e. Is Ayah dan ibu lulus SD f. AM Ayah dan Ibu lulus SD g. KB Ayah dan ibu lulus SD h. FR Ayah dan ibu saya lulus SD 79 i. R Orang tua saya lulus SD j. DS Lulus SD semua 3. Mengetahui tingkat pendidikan kedua orang tuamu, Akan ke manakah kamu setelah lulus SD? a. AR Saya ingin melanjutkan ke pondok pesantren b. P Kalau saya ingin meneruskan sekolah lagi ke SMP, setelah itu tidak tau mau kemana. c. Af Saya ingin sekolah lagi d. MR Kalau saya ingin melanjutkan ke pondok pesantren e. Is Saya ingin sekolah meskipun orang tua tidak mendukukng saya f. AM Kalau saya ingin melanjutkan sekolah g. KB Saya ingin bekerja membantu orang tua saya 80 h. FR Saya ingin bekerja membantu orang tua saya i. R Saya ingin bekerja membantu orang tua saya j. DS Ingin bekerja saja, sudah malas sekolah 4. Mengapa kamu memilih (sekolah/pondok/di rumah) tersebut? a. AR Saya akan ke pondok karena keinginan orang tua saya b. P Karena sekolah sangat penting bagi saya c. Af Karena saya masih kecil, sehingga saya harus sekolah dulu d. MR Karena saya bisa akan mengetahui tentang tata krama terhadap orang tua, seperti sopan kepada orang yang lebih tua, kalau diperintah orang tua nurut. Di pondok saya juga bisa mendoakan orang tua saya, terutama kakek, paman, dan bibi saya yang sudah tiada. e. Is Agar saya lebih berpengalaman dan juga mendapatkan ilmu yang lebih banyak. 81 f. AM Karena kalau sekolah akan dapat dibutuhkan oleh siapapun. g. KB Karena saya ingin bekerja membantu orang tua saya h. FR Tidak tahu, saya tidak tahu apakah saya mondok atau sekolah i. R Karena akan sangat berguna bagi kita j. DS Ingin membantu orang tua saya saja 5. Apakah (sekolah/pondok/di rumah) mendapat dukungan orang tuamu? a. AR Ya. Bapak ibu saya lebih mendukung saya ke pondok, malah bapak ibu saya mengharuskan saya ke pondok. b. P Iya, saya mendapat dukungan dari bapak dan ibu saya untuk sekolah ke SMP c. Af Ya, bapak ibu saya juga menyuruh saya ke SMP, kemudian mondok 82 d. MR Ya, karena orang tua saya lebih suka kalau saya mondok e. Is Iya, tapi kata ibu saya kalau tidak kuat nanti tidak usah diteruskan f. AM Iya, mendapat dukungan dari orang tua g. KB Kalau orang tua saya lebih suka bahwa saya di rumah saja, lalu membantu orang tua bekerja h. FR Tidak tahu, orang tua saya juga cuek saja kok i. R Kalau orang tua saya meminta saya untuk mondok saja j. DS Kalau ayah saya terserah saya saja. Tapi bapak meminta saya untuk kejar paket B 6. Lebih suka manakah orang tuamu, anaknya sekolah, mondok, atau di rumah membantu orang tua? Mengapa? a. AR Orang tua saya lebih suka saya di pondok, karena disana akan mendapat ilmu agama yang banyak, sehingga menjadi tidak nakal 83 b. P Orang tua saya mendukung saya sampai SMP, kaena kalau SMA katanya mahal c. Af Orang tua saya pingin saya mondok saja, tapi saya ingin tetap sekolah dulu d. MR Orang tua saya sangat lebih suka saya di pondok, biar saya tidak menjadi anak nakal e. Is Orang tua saya menyuruh saya di rumah saja, tapi saya tetap ingin sekolah dulu f. AM Orang tua saya menyuruh saya sekolah SMP dulu, baru mau mondok atau bekerja terserah g. KB Orang tua saya menyuruh saya di rumah saja membantu orang tua h. FR Orang tua saya lebih mendukung saya mondok i. R Sekolah dulu, baru mondok 84 j. DS Boleh bekerja, tapi kalau bisa tetap harus kejar paket B katanya 7. Jika dari keinginanmu sendiri, ingin kemanakah kamu sebenarnya? Mengapa kamu memilih (sekolah/pondok/di rumah) tersebut? a. AR Di pondok saja, menuruti orang tua b. P Sekolah dulu, biar pintar dulu c. Af Sekolah. Saya ingin sukses d. MR Di pondok, karena ingin menuruti semua perintah orang tua saya e. Is Saya ingin sekolah dulu f. AM Sekolah dulu g. KB Sebenarnya saya ingin mondok dulu, biar pintar mengaji dulu 85 h. FR Mondok, karena saya ingi menjadi pintar dan mengerti hukum agama i. R Ingin sekolah, ingin seperti teman-teman lain j. DS Saya ingin bekerja membantu orang tua saya 8. Jika keinginanmu tidak sesuai dengan orang tua, apakah yang akan kamu lakukan? a. AR Saya tetap mengikuti keinginan orang tua saja b. P Kalau saya terserah ibu dan bapak c. Af Pasrah pada orang tua d. MR Saya lebih memilih menuruti orang tua saya e. Is Saya akan berusaha meyakinkan orang tua saya f. AM Saya akan berdoa kepada tuhan agar keinginan saya terkabul 86 g. KB Saya tetap harus menuruti orang tua saya h. FR Menuruti saja keinginan saya, kecuali keinginan saya tidak pantas, maka saya harus menuruti orang tua i. R Lebih baik nurut dengan orang tua j. DS Saya akan berusaha nuruti orang tua 9. Menurutmu, penting manakah antara pondok dan sekolah? Mengapa? a. AR Dua-duanya penting. Karena kalau sekolah jadi pandai ilmu umum, kalau mondok jadi pintar ilmu agama b. P Penting semua, karena di sekolah dan TPA saya mendapatkan ilmu c. Af Penting semua, biar pandai semua d. MR Penting pondok. Kalau sekolah itu banyak biayanya e. Is Sekolah, karena saya ingin sekolah dulu 87 f. AM Sekolah, karena di sekolah mendapat pelajaran umum dan agama, sedangkan di pondok tidak mendapat pelajaran umum g. KB Di pondok, karena di pondok akan menjadi pintar membaca kitab kuning h. FR Lebih penting pondok, untuk bekal di akhirat i. R Penting semua j. DS Tidak tahu 10. Menurut pengamatanmu, adakah perbedaan lulusan pondok dan sekolah di masyarakat? Jika ada, apakah perbedaanya? a. AR Ada, kalau lulusan pondok lebih patuh pada orang tua b. P Semua tergantung orang yang melakukannya c. Af Ada, kalau lulusan pondok bisa memimpin tahlilan, kalau lulusan sekolah pintar berbicara ketika mau rembugan 88 d. MR Ada, kalau anak pondok itu hampir semua anak baik, sopan pada orang tua, rajin shalat 5 waktu kalau di rumah. Kalau anak sekolah banyak yang tidak sopan pada orang tua e. Is Tidak ada, sama saja f. AM Semua lulusan pondok dan sekolah biasa saja g. KB Tidak ada, sama saja h. FR Tidak ada, hanya kalau anak pondok pakaiannya lebih rapi, pakai jilbab i. R Ada, kalau anak pondok lebih rajin beribadah j. DS Ada, kalau anak pondok biasanya lebih rajin shalat jamaah. 89 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Persepsi Masyarakat terhadap Pendidikan Formal Dusun Semoyo merupakan sebuah dusun yang secara umum masyarakat masih belum begitu menganggap penting akan dunia pendidikan. Ini diketahui dari kesadaran masyarakat akan dunia pendidikan, yangmana masih banyak ditemukan anak yang hanya sekedar lulus Sekolah Dasar, dan sangat sedikit yang meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Fakta ini didapat dari hasil survey ke sekolah dasar berdasarkan lulusan lima tahun yang lalu sebagaimana tabel dibawah ini. No Tahun Jumlah lulusan Jumlah anak yang melanjutkan 1 2011 24 7 2 2012 27 12 3 2013 25 10 4 2014 23 8 5 2015 25 11 Data diatas menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap pendidikan formal masih minim. Terbukti dari 124 siswa kelas enam selama lima tahun lalu hanya 48 siswa yang melanjutkan sekolah ke sekolah menengah pertama. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya minat masyarakat dalam pendidikan formal. Masyarakat pun kurang begitu mengetahui 90 tingkatan-tingkatan pendidikan dalam pendidikan formal. Sebagian besar dari mereka hanya mengetahui sebatas SD dan SMP saja. Masih sangat sedikit yang mengetahui tingkat sekolah menengah atas. Bahkan, pernah peneliti bertanya pada seorang nenek, beliau hanya menjawab kulo niku mboten ngertos sekolah mas, riyen mboten sekolah blas, sak ngertose kulo sekolah niku nggih namung SD ingkang wonten ing pojok wetan deso niko. B. Persepsi Masyarakat terhadap Pentingnya Pendidikan Formal Dalam penelitian yang dilakukan kurang lebih 15 hari bisa diambil kesimpulan dalam penemuan data bahwa masyarakat masih kurang peduli terhadap pendidikan formal. Masyarakat belum sepenuhnya mengerti akan arti dari pendidikan, utamanya pendidikan formal. Ini dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa warga yang umumnya mereka mengatakan bahwa: a. Pak S, kepala dusun Semoyo Masyarakat di dusun Semoyo masih banyak yang tidak meneruskan ke sekolah yang lebih tinggi mas. Kebanyakan dari mereka hanya lulus sekolah dasar saja, selanjutnya mereka kalau tidak mondok ya malah hanya pergi ke sawah membantu orang tuanya. Orang tua mereka beranggapan bahwa orang yang lulus SMP atau SMA belum tentu mendapat pekerjaan yang menentu, jadi, bagi kita orang desa itu pekerjaan yang menentu adalah tani, yadi yang pasti bagi masyarakat desa yang terpenting hanyalah bisa sekolah ke sekolah dasar atau menengah bawah. 91 b. Pak Ar, warga dusun Semoyo Untuk masyarakat sekitar sini, dari anak-anaknya sebetulnya sudah mulai maju, hanya kadang orang tua yang kurang maju, anak setelah pulang sekolah dikasih kerjaan, kadang ada juga yang anaknya maju, orang tuanya maju, biaya yang kurang. c. Ibu Zr, warga dusun Semoyo Kalau orang sini itu kadang seumpama anaknya maju orang tua tidak maju gitu mas, kadang yang tua maju, anaknya yag tidak mau, begitu, kalau saya keinginannya ya karena saya tidak punya sapi sehingga kalau saya ingin anak saya sekolah sekalian mengaji, kalau tidak ya salah satunya, karena kalau dua-duanya anak juga keberatan pikiran to mas. Kurangnya kepedulian masyarakat dusun Semoyo ini juga diketahui oleh masyarakat sekitar dusun Semoyo, ini terlihat dari percakapan peneliti ketika peneliti pada waktu istirahat sekolah berbincang-bincang dengan pak J, guru SD N Sugihmas 2 yang mengatakan “Wong tuwo murid kene ke saben esuk sangger anake wis mangkat sekolah yo ra di openi meneh, ora di karuhke piye pelajaran nang sekolahan, opo meneh yen musim tandur ngene iki, kadang anak rung do tangi wong tuwo wis lungo nang tegal, dadi, wong tuwo ra tau ngerti perkembangan anake, kadang, wong kene ke luwih mentingke sapine timbang anake dewe” 92 Melalui perbincangan diatas dapat diambil gambaran bahwa dalam mendidik anak, masyarakat dusun Semoyo masih kurang mempedulikan pola pendidikan anak. Anak terlalu dibiarkan bebas ketika waktu siang hari, sehingga untuk masalah kebersihan dirinya sendiri pun anak kurang memperhatikan, bahkan, banyak ditemukan setelah sekolah anak hanya berganti pakaian, kemudian bermain sampai terlalu larut sore. Semua ini mempengaruhi minat belajar anak. Selain itu juga minat anak sendiri untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi juga masih minim. Terbukti dari lima tahun berlalu yang meneruskan sekolah ke Sekolah Menengah Pertama selama lima tahun lalu selalu kurang dari 50 %. Hal ini menunjukkan semangat dan kesadaran akan pendidikan formal dari anak maupun orang tua masih sangat kurang. C. Persepsi Anak terhadap Pendidikan Formal Banyak persepsi anak dalam memandang dunia pendidikan. Untuk saat ini, kebanyakan anak masih ingin melanjutkan pendidikan minimal sampai SMP. Setelah SMP banyak dari mereka yang ingin ke pondok pesantren, ada juga yang ingin bekerja membantu orang tua mereka. Pemikiran anak-anak dusun Semoyo tentang pentingnya pendidikan formal sedikit banya dipengaruhi oleh pemikiran orang tua yang masih memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Bisa membaca, menulis, dan menghitung bagi masyarakat dusun Semoyo sudah dianggap cukup untuk bekal hidup dalam masyarakat. Ada kemungkinan pemikiran seperti inilah yang membuat anak-anak dusun Semoyo kurang bersemangat dalam belajar 93 di sekolah. Hal ini terlihat saat peneliti mengajar anak-anak dusun Semoyo, ketika peneliti bertanya tentang sekolah, apakah mereka suka sekolah atau tidak, banyak jawaban mereka tentang hal ini. Kata AR, anak dusun Semoyo siswa kelas 6, “saya ingin melanjutkan ke pondok pesantren”. Pilihan AR tersebut bukan semata-mata karena pilihan sendiri, tapi lebih karena pilihan orang tua yang mengharuskan anaknya setelah SD mondok di pondok pesantren. Sehingga dalam menentukan pilihannya sendiri selalu tergantung pada oranng tuanya. Ini berpengaruh pada semangat belajar anak di sekolah. Anak menjadi kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, sehingga, ketika anak kurang paham dengan penjelasan guru, maka si anak tidak ada inisiatif untuk bertanya. Ketika hal ini terus-menerus, maka persepsi anak tentang dunia pendidikan juga akan mengikuti pandangan orang tua yang menganggap bahwa pendidikan tidak begitu penting. Wawancara dengan P, siswa kelas 6, mengatakan “Kalau saya ingin meneruskan sekolah lagi ke SMP, setelah itu tidak tau mau kemana”. Memang si anak mengatakan akan ke SMP, akan tetapi setelahnya belum mempunyai tujuan yang pasti. Hal ini dikarenakan orang tua si anak tidak begitu memberikan perhatian tentang pendidikan anaknya, sehingga, anak tidak begitu mengetahui apa yang akan dilakukannya. Sikap orang tua yang seperti itu juga mempengaruhi pola belajar anak. Anak menjadi tidak mengetahui cara belajar yang efektif. Keadaan seperti ini menjadikan anak tidak begitu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, ketika anak kurang 94 bersemangat dalam belajar secara otomatis apa yang diajarkan guru juga kurang begitu terserap dalam pikiran anak. Jika hal ini terjadi terus-menerus, maka pandangan anak tentang dunia pendidikan tidak akan berkembang. Anak akan selalu menganggap bahwa pendidikan formal hanya pelajaranpelajaran yang hanya butuh pemikiran yang menggunakan kecerdasan otak saja. Keadaan ini akan berlanjut pada pemikiran negatif tentang pendidikan formal yang menganggap bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Pandangan Af “Karena saya masih kecil, sehingga saya harus sekolah dulu”. Pandangan seperti itu bagus. Ketika anak masih kecil, yang dilakukan adalah belajar untuk masa depan. Pandangan seperti ini terjadi karena dalam hal sekolah mendapat dukungan dari orang tuanya. Jika dilihat, orang tua dari anak sudah mempunyai wawasan tentang pendidikan formal, meskipun dalam wawancara selanjutnya disebutkan “Ya, bapak ibu saya juga menyuruh saya ke SMP, kemudian mondok”. Hal ini dikarenakan latar belakang orang tuanya yang juga sebagai guru mengaji di TPA. Sehingga, anaknya juga diwajibkan untuk mondok di pondok pesantren. Berbeda dengan pemikiran MR yang berorientasi pada pondok pesantren. “Kalau saya ingin melanjutkan ke pondok pesantren”. Alasan ingin ke pondok pesantren tak lain adalah ingin membahagiakan orang tuanya, “Saya lebih memilih menuruti orang tua saya”. Pengarahan orang tua ke pondok pesantren tanpa sekolah mejadikan anak tidak mempunyai semangat untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Sebagai hasilnya, prestasi dari anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan guru di sekolahnya. 95 Pandangan siswa tentang dunia sekolah yang patut ditiru adalah Is. Meskipun kurang mendapat dukungan dari orang tua, tetapi tetap mempunyai prinsip akan melanjutkan sekolah. “Orang tua saya menyuruh saya di rumah saja, tapi saya tetap ingin sekolah dulu”. Prinsip untuk maju kedepan menghadapi tantangan ini jarang dimiliki oleh anak usia SD, dimana kebanyakan anak usia SD biasanya lebih cenderung pada menuruti segala perintah orang tua, termasuk dalam hal pendidikan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Prinsip ini yang akan dapat merubah pandangan masyarakat tentang pendidikan formal. Prinsip yang sejalan dengan pemikiran kepala dusun Semoyo adalah AM. Dia berpikiran, kelak jika sekolah akan dibutuhkan oleh siapapun, “Karena kalau sekolah akan dapat dibutuhkan oleh siapapun”. Pemikiran seperti ini memang seperti apa yang digambarkan Pak S, bahwa implikasi dari pendidikan di Sekolah yaitu anak mempunyai kepercayaan diri ketika bertemu dengan orang yang penting, seperti pejabat. Dan juga ketika bermusyawarah antar warga bisa menyampaikan ide-ide yang berguna bagi masyarakat dusun. Pemikiran umum masyarakat tentang pendidikan formal yang masih belum menganggap penting juga tercermin juga pada KB. “Saya ingin bekerja membantu orang tua saya”. Pemikiran ini masih banyak dimiliki masyarakat yang secara umum “mendewakan” harta merupakan segalagalanya. Pandangan KB bukan tanpa alasan, orang tuanya juga lebih suka anaknya dirumah membantu orang tua, sebagaimana ungkapnya “Kalau 96 orang tua saya lebih suka bahwa saya di rumah saja, lalu membantu orang tua bekerja”. Pandangan seperti inilah yang memerlukan waktu yang tidak singkat untuk merubahnya. Pandangan yang cenderung apatis dalam hal pendidikan formal juga ada didalam masyarakat dusun Semoyo. Salah satunya adalah tercermin pada FR, yang bahkan dia sendiri tidak mengetahui apa yang akan dilakukan. “Tidak tahu, saya tidak tahu apakah saya mondok atau sekolah, orang tua saya juga cuek saja kok”. Jika orang tuanya membiarkan terus-menerus, dan anak juga tidak mempuyai inisiatif sendiri, maka yang terjadi adalah anak hanya di rumah, tidak melanjutka sekolah, tidak juga ke pondok pesantren. Ini sangat mengkhawatirkan, mengingat masa-masa setelah usia SD sudah memasuki masa puber yangmana anak memiliki gejolak yang sangat besar. Dan jika tidak segera ada perubahan sikap orang tua, besar kemungkinan anak akan menjadi “remaja nakal” yang hanya akan menjadi perbincangan buruk di masyarakat. Pandangan lain yang cenderung lebih memilih pendidikan non formal adalah R, sebagaimana dalam perkataannya, “Belum ada rencana, tapi sepertiya akan mondok”. Keinginan anak ini tidak lain karena disuruh orang tua untuk tidak melanjutkan pendidikan sekolahnya, tapi lebih memililh ke pondok pesantren. Pandangan orang tua yang hanya berorientasi pada pondok pesantren saja inilah yang juga mempengaruhi semangat belajar anak ketika di sekolahan. 97 Persepsi anak yang menganggap pendidikan formal tidak penting adalah DS, meski orang tuanya mendukung ke pendidikan, anaknya juga tetap tidak mau melanjutkan sekolah, dan memilih bekerja, sebagaimana ucapannya “Ingin bekerja saja, sudah males sekolah”. Keinginan anak untuk tidak melanjutkan sekolah ini merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan sekolah, mengingat masa-masa setelah SD belum masanya untuk bekerja sebagaimana orang tuanya. D. Implikasi Pendidikan terhadap Kedewasaan Anak Meskipun masyarakat pendidikan dusun Semoyo kurang peduli terhaap formal, masyarakat sebenarnya tetap beranggapan bahwa pendidikan formal mempunyai dampak pada sikap kedewasaan anak, menurut masyarakat dusun Semoyo, semakin tinggi pendidikan anak, maka kontribusi anak kepada masyarakat juga semakin besar. Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan sebagian masyarakat dusun Semoyo: a. Pak S, kepala dusun Semoyo Bagi anak yang meneruskan ke sekolah maupun tidak biasanya ada bedanya, bedanya pada masalah bergaul dengan masyarakat atau pengalaman, tapi dalam masalah pekerjaan secara keseluruhan sama saja. Cuma ketika anak hanya lulus Sekolah Dasar ketika dewasa juga tetap ada kekurangannya. Ketika mempunyai masalah dalam masyarakat kurang bisa memberikan jalan keluarnya. Kadang juga anak yang hanya lulus Sekolah Dasar kemudian langsung ke pondok pesantren dalam hal 98 bergaul dengan tetangga juga kurang, karena yang mereka pikirkan terlalu ke akhirat saja. b. Pak Ar, warga dusun Semoyo. Menurut saya, pendidikan sangat penting,masalahnya, jika mau ke pesantren, kalau anak minimal lulus SMP memori anak lebih cerdas, kalau saya mumpung masih kecil ya sekolah dulu, semampunya biaya. Kalau masalah sekolah jika ada berbagai kegiatan masyarakat jika ada pejabat atau orang penting lainnya bisa berbicara, jika dalam acara kumpulan kelihatan perbedaan lulusan sekolah tinggi dibandingkan lulusan sekolah dasar, misalnya ketika rembugan mau “ngecor” jalan, itu sangat kelihatan sekali perbedaannya. c. Ibu Zr, warga dusun Semoyo. Pendidikan sangat penting sekali. Dalam pendidikan di sekolah, nanti harapannnya adalah dalam mencari pekerjaan lebih enak, bisa mendapat pekerjaan yang mapan, meski sebagian besar warga disini beranggapan bahwa sekolah setinggi-tingginya nanti juga tidak bakal jadi pegawai. Mereka berkata seperti itu karena mereka sawahnya banyak dan juga luas. Coba kalau seperti saya yang tidak punya sawaah ini. Harapannya tetap sekolah sampai SMA, kemudian anak bisa bekerja yang mapan. Dari wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat dusun Semoyo sudah mempuyai pemikiran yang mulai maju tentang pendidikan. Masyarakat juga sadar bahwa pendidikan berdampak pada 99 kontribusi masyarakat ketika dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat, serta kedewasaan anak dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja tidak sedikit juga warga masyarakat masih banyak yang mengeluhkan masalah-masalah dalam pendidikan. Ini dikarenakan pemikiran masyarakat dusun Semoyo yang masih bisa dibilang terbelakang. Pemikiran ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya: a) Kemiskinan Kendala utama masyarakat dalam hal pendidikan secara umum adalah karena kemiskinan. Sebagian masyarakat miskin desa secara umum mampu membiayai kegiatan pembiayaan pendidikan yang dalam hal pembayaran dilakukan secara berkala, seperti membayar LKS, pembelian alat tulis, pembelian alat sekolah. Akan tetapi kebanyakan dari para orang tua mengeluhkan masalah pembiayaan sehari-hari anak mereka, seperti uang saku, uang transportasi, dan lain-lain. Pembiayaan sehari-hari inilah yang seringkali menjadi kendala masyarakat di dusun Semoyo. b) Tingkat pendidikan yang rendah Kebanyakan tingkat pendidikan masyarakat dusun Semoyo masih sebatas sekolah dasar, sedikit orang tua dari masyarakat dusun Semoyo yang sampai sekolah menengah. Rendahnya pendidikan ini yang kadang dari setiap menusia mempunyai pemikiran bahwa sekolah hanya membuat beban bagi keluarga saja, dan menganggap bahwa sekolah tidak terlalu penting, yang penting bisa baca, tulis, dan hitung. Itu sudah sangat 100 bagus, sehingga sebagian warga dalam membeli sepatu untuk anak saja kadang ditangguhkan. c) Orientasi pada harta benda saja Sikap masyarakat yang hanya berorientasi pada kekayaan secara materi juga menghambat kemajuan pendidikan di dusun Semoyo. Banyak warga dusun Semoyo yang beranggapan bahwa harta kekayaan seperti sawah, tegal, hewan ternak, dijadikan ukuran kekayaan bagi warga dusun Semoyo. Masyarakat menganggap seorang warga dianggap kaya jika ia memiliki sapi yang banyak, atau sawah yang luas. Mereka menganggap hanya orang yang seperti itulah orang yang bisa menyekolahkan anak ke tingkat yang setinggi-tingginya. Adapun orang yang memiliki sawah, sapi yang banyak biasanya juga beranggapan bahwa sekolah tidak penting. Ketika peneliti suatu ketika berbincang-bincang dengan warga, beliau mengatakan ”sekolah niku mboten jaminan angsal damelan ingkang mapan pak, ingkang mboten sekolah kadang malah kathah ingkang saget sugih.” d) Kurangnya minat Orang tua dalam hal pendidikan Minat orang tua dalam masalah pendidikan juga masih bisa dibilang rendah. Ini terbukti dalam keseharian anak-anak yang ada di dusun Semoyo. Setiap pagi, terutama bagi anak yang masih kecil, jarang mandi sebelum berangkat sekolah karena setiap pagi seringkali orang tua mereka sudah berangkat ke sawah. Setelah pulang sekolah, anak mulai kelas empat banyak yang ke sawah membantu orang tua mereka, ada 101 yang membantu membawa pupuk kandang, ada yang membantu menanam cabai, ada juga juga yang mencari rumput untuk sapi-sapi yang mereka pelihara. Ketika peneliti menanyakan, kebanyakan dari mereka mengaku disuruh oleh kedua orang tuanya. Ada juga yang mengaku dimarahi jika sepulang sekolah tidak membantu orang tua ke sawah. Selain itu ada juga orang tua yang sekan-akan “tidak mau tahu” dengan anaknya. Anaknya dibiarkan bermain sepuasnya, jika waktu dzuhur disuruh makan, setelah itu bermain lagi sampai sore. Kegiatan terlalu banyak bermain bagi anak juga tidak baik. Ini berdampak pada kegiatan pembelajaran anak di sekolah. Anak yang kesehariannya bermain saja ketika di sekolah cenderung lebih sulit diatur. Sedangkan anak yang kesehariannya terlalu banyak di sawah dalam pembelajaran di sekolah cenderung pasif dalam pelajaran. Mereka hanya diam memperhatikan, tidak banyak inisiatif dengan pertanyaan yang ia belum mengetahuinya. e) Kurangnya minat anak terhadap pendidikan Kurangnya perhatian orang tua dalam hal pendidikan bisa menyebabkan minat anak dalam belajar juga berkurang. Pernah suatu ketika peneliti bertanya pada anak kelas 4, dia menjawab “kulo mboten sinau nggih mae mboten nyeneni kok”, ini menandakan bahwa orang tua kurang peduli terhadap prestasi anaknya. 102 f) Kecenderungan orang tua hanya pada pendidikan non formal. (dalam hal ini pondok pesantren) Banyak warga yang jika anaknya tidak mengaji di TPA, maka anaknya dimarahi. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua lebih mengutamakan pendidikan agama daripada pendidikan umum. Memang, orang yang mempunyai pendidikan agama yang sangat bagus dalam hal beribadah, kesopanan terhadap orang yang lebih tua, mereka lebih mempunyai nilai lebih dalam masyarakat, akan tetapi, jika pendidikan non formal dilanjutkan setelah lulus SD, ketika masa tua akan lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Banyak dari orang yang hanya ke pondok pesantren saja ketika melihat kondisi masyarakat lebih cenderung menjustifikasi bahwa masyarakat tempat dia tinggal sudah sangat buruk. Akibatnya, jika tidak mempunyai metode yang tepat untuk menyadarkan masyarakat agar sesuai keinginannya, maka yang terjadi hanyalah akan banyak dibenci masyarakat sekitar. Selain itu, pemikiran atau tindakan yang dianggap tidak sesuai dengan agama, maka cenderung dibencinya, sehingga, terjadi kecenderungan menyendiri dari masyarakat yang ada. 103 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan penjelasan dari bab 1 sampai IV diatas dapat diambil kesimpulan bahwa: 3. Masyarakat dusun Semoyo, desa Sugihmas, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang sadar akan pentingnya dunia pendidikan formal. Hanya saja, kepedulian masyarakat akan pendidikan formal masih kurang. Masyarakat juga sadar bahwa pendidikan berdampak pada kontribusi masyarakat ketika dihadapkan pada permasalahan- permasalahan yang ada di masyarakat, serta kedewasaan anak dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja tidak sedikit juga warga masyarakat masih banyak yang mengeluhkan masalah-masalah dalam pendidikan. Ini dikarenakan pemikiran masyarakat dusun Semoyo yang masih bisa dibilang terbelakang. 4. Banyak persepsi anak dalam memandang dunia pendidikan. Untuk saat ini, kebanyakan anak masih ingin melanjutkan pendidikan minimal sampai SMP. Setelah SMP banyak dari mereka yang ingin ke pondok pesantren, ada juga yang ingin bekerja membantu orang tua mereka. Pemikiran anak-anak dusun Semoyo tentang pentingnya pendidikan formal sedikit banya dipengaruhi oleh pemikiran orang tua yang masih memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Bisa 104 membaca, menulis, dan menghitung bagi masyarakat dusun Semoyo sudah dianggap cukup untuk bekal hidup dalam masyarakat. 5. Masyarakat dusun Semoyo sudah mempuyai pemikiran yang mulai maju tentang pendidikan. Masyarakat juga sadar bahwa pendidikan berdampak pada kontribusi masyarakat ketika dihadapkan pada permasalahanpermasalahan yang ada di masyarakat, serta kedewasaan anak dalam kehidupan sehari-hari. Adapun dampak kedewasaan yang nyata bagi anak yang meneruskan pendidikan formal pada umumnya berbeda dalam masalah bergaul dengan masyarakat atau pengalaman. Anak yang meneruskan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi di dusun Semoyo biasanya lebih percaya diri dalam mengeluarkan pndapatnya di masyarakat ketika sedang bermusyawarah. B. Saran 1. Bagi masyarakat dusun Semoyo, perlu diadakannya penyuluhan tentang pentingnya pendidikan formal bagi anak, sehingga kedepan ada kemajuan di dusun Semoyo. 2. Perlu adanya perhatian pada anak dalam hal pendidikan formal, misalnya dalam hal belajar anak perlu didampingi, sehingga orang tua mengetahui perkembangan belajar anak. 3. Perlu adanya pemberian kesempatan dan keseimbangan pola belajar anak dengan membantu orang tua ataupun bermain anak, sehingga, anak selain bisa membantu orang tua juga bisa belajar dengan maksimal. 105 4. Bagi anak-anak dusun Semoyo, perlu diadakan kegiatan belajar kelompok di dusun, sehingga anak-anak lain yang belum pandai bisa mengikuti pelajaran di sekolah. 5. Diperlukan pengaturan waktu sendiri agar antara membantu orang tua dan belajar seimbang, sehingga, selain bisa meringankan beban orang tua juga bisa tetap belajar dengan baik. 106 Daftar Pustaka Ariyanti, Isni. 2010. Persepsi dan Motivasi Guru dalam Berjilbab ( Studi pada Guru SMA N 1 Suruh tahun 2010). IAIN Salatiga. Skripsi Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Fajri, Em Zul, Ratu Aprilia Senja. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Diva Publisher Fatchurrohman. 2012. Kemitraan pendidikan. Relasi Sinergis antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Salatiga: STAIN Salatiga Press Hanurawan, Fattah. 2012. Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosda Karya Hude, Darwis. 2006 Emosi. (terjemah). Jakarta : Erlangga. Islamuddin, Haryu, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2012 Mudyahardjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indoneia. Jakarta : Raja Grafindo Persada Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.2010 Purwanta, Edi. 2012 Modifikasi Pelaku, alternatif berkebutuhan khusus. Yogyakarta : Pustaka Pelajar penanganan anak Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya. Saleh, Abdurrohman, Dkk. 2004. Psikologi, suatu pengantar. Jakarta: Prenada Media Sa‟ban, Muhammad, Dkk. 2012. Prsima Sinergi AlQur‟an dan Terjemahan. Jakarta: Surya Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-teori Pendidikan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media Setyadi, Elly M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Soehartono, Soeparlan. 2008. Wawasan Pendidikan, Sebuah Pengantar. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Syukur, Abdul. 2014. Profesi Pendidik. Salatiga : STAIN Salatiga Press. Tilaar, H.A.R. 2006. Manajemen Pendidikan Nasional, kajian Pendidikan masa depan. Bandung : Remaja Rosda Karya ___________, 2012Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Paedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Tim penyusun kamus. 2007. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka. Tirtarahardja, Umar, La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) nomor 20 yahun 2003. Jakarta : Sinar Grafika. 2009 Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR NILAI SKK Nama Dosen P.A No 1. 2. 3. 4. 5. : Nur Aslikudin : Dra. Ulfah Susilawati. M. Si. Jenis Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) “Revitalisasi Gerakan Mahasiswa di Era Modern Untuk Kejayaan Indonesia” Achievement Motivation Training (AMT) “Membangun Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual, dan Intelektual” Orientasi Dasar keislaman (ODK) “Menemukan Muara Sebagai Mahasiswa Rahmatan Lil Alamin” Seminar Entrepreneurship dan Koperasi User Education (Pendidikan Pemakai) MTQ ke 3 mahasiswa JQH dengan 6. tema “melalui MTQ kita raih prestasi menjadi insan Qurani” GEMA ITTAQO dengan tema “Fathu 7. Afaqil „Alam bil Lughotil „Arobiyah” Pelatihan penggunaan maktabah syamilah dan mengetik arab cepat dalam rangka STAIN ARABY dengan 8. tema “bahasa arab sebagai penunjang perkuliahan mahasiswa” oleh ITTAQO STAIN Salatiga. Seminar regional dengan tema “peran 9. mahasiswa dalam BLSM (BLT) tepat sasaran” oleh DEMA STAIN Salatiga. Lomba khitobah dalam rangka Milad 10. X LDK STAIN Salatiga tanggal NIM Jurusan : 111 11 152 : PAI Waktu Pelaksanaan Status Skor 20-22 Agustus 2011 Peserta 3 23 Agustus 2011 Peserta 24 Agustus 2011 Peserta 2 Peserta 2 Peserta 2 18 september 2011 Peserta 2 29 Oktober 2011 Peserta 2 17 Maret 2012 Peserta 2 3 Mei 2012 Peserta 4 12 Mei 2012 Peserta 2 25 Agustus 2011 19 September 2011 2 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Seminar bahasa dengan tema “problematika dan solusi pengajaran bahasa” ITTAQO STAIN Salatiga. Bimbingan belajar menghadapi UAS siba sibi dengan tema “meningkatkan khazanah keilmuan mutakhir dengan bahasa inggris dan bahasa arab” oleh ITTAQO STAIN Salatiga. Musabaqoh Lughoh Arobiyah dengan tema “mewujudkan potensi berbahasa dengan musabaqoh lughoh arobiyah MLA” Kegiatan Siba-sibi training UAS Semester ganjil tahun CEC_ITTAQO STAIN Salatiga. Gema ITTAQO dengan tema “aktualisasi bahasa arab dalam menjaga khazanah keilmuan islam mutakhir. Tabligh akbar “tafsir tematik dalam upaya menjawab peesoalan Israel dan Palestina . landasan QS Al Fath:2627” JQH STAIN Salatiga. Workshop KKG PAUD TPQ Kota Salatiga dengan tema “workshop kiat jitu pengembangan dan pengelolaan manajemen PAUD” tanggal di hall pemerintah kota Salatiga Seminar Nasional dalam rangka pelantikan pengurus HMI cabang kota Salatiga dengan tema “kepemimpinan dan masa depan bangsa Seminar Nasional bahasa arab dengan tema “Inovasi pembelajaran bahasa, upaya menjaga eksistensi dan masa depan pembelajaran bahasa arab” ITTAQO STAIN Salatiga. GEMA ITTAQO 2013 dengan tema “mengukuhkan eksistensi bahasa arab dalam ranah pendidikan islam di era 2 juni 2012 Peserta 2 22 Juni 2012 Peserta 2 17 Oktober 2012 Panitia 3 30 Oktober 2013 Panitia 3 27-28 Oktober 2012 Panitia 3 1 Desember 2012 Peserta 2 27 Januari 2013 Peserta 2 23 Februari 2013 Peserta 8 9 Oktober 2013 Panitia 16-17 november 2013 Panitia 8 3 modern” tanggal Kegiatran siba-sibi training UAS 21. semeter ganjil CEC-ITTAQO STAIN Salatiga Sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS SR-NU cabang kota Salatiga dengan tema “pelajar 22. berkualitas tanpa HIV/AIDS, pelajar berakhlak tanpa diskriminasi pelaku HIV/AIDS tanggal SK Ketua STAIN Salatiga tentang 23. panitia MLA 2014 10-11 januari 2014 Panitia 3 6 april 2014 Panitia 6 28 April 2014 Panitia 3 INSTRUMEN PERTANYAAN A. Orang tua 1. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan? 2. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan formal? 3. Bagaimana pandangan bapak tentang pendidikan formal? 4. Apakah menurut bapak, pendidikan formal itu penting atau tidak? Mengapa? 5. Apakah yang bapak ketahui dari pendidikan non formal? 6. Menurut bapak, apakah perbedaan output dari sikap kedewasaan anak yang belajar di pendidikan formal dan non formal? 7. Menurut bapak, apakah biaya sekolah itu mahal atau tidak? 8. Apakah bapak mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi? 9. Bagaimana sikap anak yang dewasa menurut bapak? 10. Menurut bapak, apakah pendidikan formal berpengaruh terhadap sikap kedewasaan anak? B. Anak 1. Apakah kedua orang tuamu bisa membaca, menulis, menghitung? 2. Apakah pendidikan terakhir kedua orang tuamu? 3. Mengetahui tingkat pendidikan kedua orang tuamu, Akan ke manakah kamu setelah lulus SD? 4. Mengapa kamu memilih (sekolah/pondok/di rumah) tersebut? 5. Apakah yang menjadi sebab kamu memilih (sekolah/pondok/di rumah) tersebut? 6. Apakah (sekolah/pondok/di rumah) mendapat dukungan orang tuamu? 7. Lebih suka manakah orang tuamu, anaknya sekolah, mondok, atau di rumah membantu orang tua? Mengapa? 8. Jika dari keinginanmu sendiri, ingin kemanakah kamu sebenarnya? Mengapa kamu memilih (sekolah/pondok/di rumah) tersebut? 9. Jika keinginanmu tidak sesuai dengan orang tua, apakah yang akan kamu lakukan? 10. Menurutmu, penting manakah antara pondok dan sekolah? Mengapa? 11. Menurutmu pengamatanmu, adakah perbedaan lulusan pondok dan sekolah di masyarakat? Jika ada, apakah perbedaanya? Hasil Wawancara Nama : Samhari Jenis Kelamin : Laki-laki Jabatan : Kepala Dusun Waktu Wawancara : tanggal 3 desember 2015 jam 18.03 11. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan? Pendidikan itu ya yang ada di sekolah itu mas. Kala secara pengertian saya tidak begitu tahu, tapi pendidikan menurut saya adalah belajar, gitu aja 12. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan formal? Pendidikan formal itu ya SD, SMP, SMA itu mas 13. Bagaimana pandangan bapak tentang pendidikan formal? Kalau menurut saya, pendidikan di sekolah itu sangat penting, pendidikan di sekolah berguna ketika masyarakat sedang ada pejabat misalnya, anak yang mempunyai pendidikan sekolah yang tinggi biasanya tidak grogi jika menemui pak camat, atau siapa saja yang bertamu ke desa 14. Apakah menurut bapak, pendidikan formal itu penting atau tidak? Mangapa? Ya itu tadi, sekolah sangat penting buat masyarakat, jika semisal ada tamu dari luar bisa menyambut, terus jika ada rembug ketika ada kegiatan dalam masyarakat biasanya orang yang sekolah lebih berani mengutarakan pendapatnya 15. Apakah yang bapak ketahui dari pendidikan non formal? Pendidikan non formal setahu saya ya pondok pesantren itu mas 16. Menurut bapak, apakah perbedaan output dari sikap kedewasaan anak yang belajar di pendidikan formal dan non formal? Ya jelas berbeda. Kalau dari sekolahan itu lebih pada keberaninan dalam mengutarakan pendapatnya, selain itu, kalau di sini, rasa menghargai perbedaan dalam masyarakat lebih tinggi daripada yang keluaran pondok. Di sini itu yang nyantri malah lebih saklek, karepe kudu plek agama, yang haram tetap haram, yang halal ya halal. Kalau anak yang lulus SMP misalnya, jika ada yan tidak jumatan ya tidak langsung ditegur bahwa itu dosa, tapi dengan halus mengajak, ayo jumatan, gitu 17. Menurut bapak, apakah biaya sekolah itu mahal atau tidak? Sebenarnya sama saja, sekolah tidak mahal, kalau sampai SMP lho, anak saya blas tidak bayar kalau sekolah, paling-paling hanya LKS, apalagi umah itu, paling sehari Cuma dua ribu, trus nanti ngaji di TPA minta seribu, ya biaya hanya itu-itu saja. Kalau SMA saya tidak tau. 18. Apakah bapak mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi? Kalau saya pribadi iya, tapi semua tetap tergantiung anaknya, nari karepe bocah to pak. Kalau anak saya yang laki-laki itu setelah SMP pingin kerja, ya saya biarkan saja. Kalau ingin sekolah atau mondok pun saya tetap sanggup membiayai, bagaimanapun caranya. 19. Bagaimana sikap anak yang dewasa menurut bapak? Kalau saya, anak yang dewasa itu anak yang mandiri, setiap hari umpama ambil nasi sendiri, nyuci baju sendiri, ngrewangi nyuci piring, untuk ukuran anak SD itu sudah dewasa 20. Menurut bapak, apakah pendidikan formal berpengaruh terhadap sikap kedewasaan anak? Ya jelas berbeda, kalau anak yang sekolah ke jenjang yang lebih tinggi biasanya lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, selain itu, jika dalam acara yasinan misalnya, ada rembugan yang penting, semisal ngcor jalan orang yang minimal lulus SMP itu tidak gontok-gontoka dalam berbicara. Berbeda sekali dengan orang yang hanya lulus SD. Orang yang hanya lulus SD kadang malah hanya ngregoni saja kalau rembugan, jika tidak, hanya diam saja, tapi di belakang nggrundel Nama : Zaeriyah Jenis Kelamin : Perempuan Jabatan : Ibu Rumah Tangga Waktu Wawancara : tanggal 15 desember 2015 jam 17.08 1. Apa yang ibu ketahui tentang pendidikan? Pendidikan niku nggih sekolah ingkang sak duwur-duwure pak. Sing cara dunyo niku nggih sekolah, sing cara akhirat niku nggih ngaji. 2. Apa yang ibu ketahui tentang pendidikan formal? Prndidikan formal niku midherek kulo nggih pendidikan sing carane ting sekolahan ngaten niku pak. 3. Bagaimana pandangan ibu tentang pendidikan formal? Sekolah niku penting, mondok nggih penting. Dados, sekolah niku cara-carane kagem pados gawean, ndene mondok kagem pados sangu damel akhirat. 4. Apakah menurut ibu, pendidikan formal itu penting atau tidak? Mangapa? Midherek kulo nggih penting pak, sakumpami kok ngenjang ajeng pados damelan luwih gampil timbang nek mboten sekolah, keranten jaman niku soyo majeng, dados sekolah nggih penting, mondok nggih tetep penting. 5. Apakah yang ibu ketahui dari pendidikan non formal? Nek kulo pendidikan sing mboten ting sekolahan niku nggih namung pendidikan ting pondok pak. 6. Menurut ibu, apakah perbedaan output dari sikap kedewasaan anak yang belajar di pendidikan formal dan non formal? Nggih tetep benten pak. Nek mriki niku nggih sami iren-irenan menawi gadah gawe, biasane sing maju misale ting ngantenan, tiyang sripah, niku sing lulusan SMP, la nek sing ndongani niku sing saking pondok. 7. Menurut ibu, apakah biaya sekolah itu mahal atau tidak? Nggih nek di pikir-pikir biaya antarane sekolah kalih mondok nik sami mawon pak. Riyen sek jamane eni ting SMP nggih bayar LKS, buku, werni-werni. Jaman ting pondok sesasi nggih tetep mboten cekap 300 eni niko, ali sakniki seminggu nggih 10 ewu. Sesasi nak nggih tetep sekitar ting 300 niku, dados nggih sami mawon. 8. Apakah ibu mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi? Nek kulo nderek larene niku mampu mikir mboten pak. Nek larene mampu mikir nggih tak sekolahke, sopo ngerti ngenjing nyambut damele luwih gampil, wong ajeng nyambut damel ting saben mriki mboren gadah saben, ajeng ken ngrumputke sapi wong nggh mboten gadah sapine. 9. Bagaimana sikap anak yang dewasa menurut ibu? Nek midherek kulo lare ingkang dewasa niku lare ingkang mboten boros sangune, saget nggunake arto sing sak mestine, ting ngomah purun ngrewangi tiyang sepahe. 10. Menurut ibu, apakah pendidikan formal berpengaruh terhadap sikap kedewasaan anak? Nek lare sing minimal lulus SMP tetep benten pak, menawi lare sing nerusake sekolah niku biasane luwih ngerti kahanan wong tuane, lare sing SMP niku cara-carane sangune nggih pun saget ngatur sepinten kebutuhane, ting griyo nggih mboten mung klonthang klanthung kados sing mboten neruske, di atur nggih luwih gampil, mboten sak karepa dewe. Dokumentasi