Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2014, pp. 430~438 430 ANALISA FENOMENOLOGI TENTANG PENGALAMAN DRIVER GOJEK DI KOTA BANDUNG Rahma Ekawati AKOM BSI Jakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana berkembang pesatnya teknologi informasi dalam segala aspek kehidupan Seperti transporstasi, merubah cara konvensional menjadi serba digital. Hal ini yang terlihat pada suatu fenomena yang terjadi belakangan ini di masyarakat, yaitu Gojek salah satu pengembang moda transportasi yang merubah cara konvensional menjadi serba digital. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Johari Window. penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tujuan penelitian yaitu mengoptimalkan subjek dalam memaknai pengalaman sadar. Subjek penelitian ini adalah Driver atau pengendara Gojek. Peneliti menggunakan teknik wawancara kepada empat orang informan yang merupakan pengguna aktif Gojek. Hasil penelitian yaitu menjadi driver gojek di awali oleh rasa ingin mencoba, mencari pengalaman dan sekedar bermain. Menjadi driver gojek, artinya mempersiapkan diri sebagai pelayan konsumen. Kata kunci : Konsep Diri, Gojek, Pengalaman Sadar 1. Pendahuluan Gojek memiliki banyak keunggulan di bandingkan dengan ojek pangkalan. Keunggulan Gojek yaitu menggunakan sistem jemput bola tanpa harus membuat calon penumpang bersusah payah mencari pangkalan Gojek. Calon penumpang cukup dengan memesan melalui aplikasi yang di sediakan oleh perusahaan gojek secara online. Keunggulan lainnya keamanan dan kenyamanan calon penumpang lebih terjamin. Gojek menggunakan teknologi Global Position Satelite (GPS) yang dapat memantau keberadaan calon penumpang gojek tersebut. Selain keunggulan gojek terdapat pula kendala-kendala yang bisa menghambat seorang driver Gojek. Berdasarkan dari pra penelitian Fikri sebagai driver Gojek, mengakui sulit mendapatkan calon penumpang karena jumlah Gojek yang tidak sesuai dengan calon penumpang. Gojek secara trend jumlahnya meningkat sedangkan calon penumpang relatif tidak bertambah. Selain itu, masih ada rasa kekhawatiran karena adanya konflik penolakan Gojek oleh sebagian ojek pangkalan. Bahkan driver Gojek seperti Fikri mengakui memiliki pengalaman yang buruk yaitu mendapatkan ancaman dari kelompok ojek pangkalan. Aksi penolakan dari ojek pangkalan merupakan realitas yang terjadi saat ini. Persoalan driver Gojek juga sebagai serangkaian fenomena dari realitas tentang driver Gojek yang di konstruksi oleh individu atau driver Gojek. Berdasarkan pengalaman dari para driver Gojek, mereka beralih profesi menjadi driver Gojek di karenakan proses dan cara kerja yang efektif. Kemudahan dalam bergabung dan waktu kerja yang fleksibel. Menurut para driver Gojek, menjadi seorang Gojek tidak membutuhkan kemampuan akademis yang mumpuni tetapi hanya di perlukan sikap yang baik terhadap penumpang calon Gojek. Pengakuan para driver Gojek memperlihatkan bahwa cara komunikasi yang dibangun sangat penting bagi driver Gojek. Komunikasi yang kerap terjadi adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar driver Gojek dengan konsumen. Komunikasi antar pribadi menekankan pada interaksi langsung spontanitas dan membuka kesempatan konsumen dan Gojek berkomunikasi tatap muka. Adanya komunikasi tatap muka tersebut maka sudah seyogyanya driver Gojek memperlihatkan penampilan dan pelayanan terbaik. Komunikasi antar pribadi driver Gojek lebih efektif dalam usaha Diterima 12 Februari, 2014; Revisi 27 Februari, 2014; Disetujui 15 Maret 2014 ISBN: 978-602-61242-0-3 mempersuasi, dibandingkan bentuk komunikasi lainnya. Pengakuan driver gojek mendorong ketertarikan peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang pengalaman secara sadar yang di alami oleh seorang driver Gojek yang sejatinya mereka memiliki kesibukan lain disamping menjadi driver Gojek. Popularitas gojek yang semakin hari semakin meningkat tak terlepas dari imingiming penghasilan yang mengikutinya. Tidak hanya tukang ojek biasa, ibu rumah tangga, mahasiswa, dan pegawai swasta pun ikut menjadi driver Gojek. Sejak dimunculkan ojek jenis baru, para tukang ojek pangkalan mulai gusar. Pasalnya, transportasi elektronik jenis baru tersebut diminati oleh masyarakat, sehingga ojek pangkalan mulai ditinggalkan. Para ojek pangkalan mulai melarang keberadaan Gojek dengan cara mereka. Beberapa bentuk penyudutan terhadap driver Gojek memang terus dilakukan, seperti melarang lewat jalan, menghadang adalah bentuk perlakuan para tukang ojek pangkalan dengan keberadaan Gojek. Persaingan ekonomi di Bandung membuat satu profesi saling tidak bisa menjaga keharmonisan. Hal tersebut sebagaimana terjadi dengan aplikasi pesan ojek “Gojek” vs Ojek pangkalan. Kehadiran layanan transportasi berbasis aplikasi Gojek masih mengundang kontroversi. Di satu sisi, popularitas Gojek melesat cepat karena memberikan kemudahan bagi para konsumen. Sementara di sisi lain, Gojek dinilai sebagian pihak mengancam keberadaan ojek pangkalan. Sejumlah kasus intimidasi terhadap para pengemudi Gojek sempat mengemuka. Mulai dari kasus pelarangan menaikan dan menurunkan penumpang di sejumlah tempat, hingga beberapa konflik dengan ojek pangkalan yang menjurus pada tindak kekerasan. Gojek merupakan sebuah perusahaan penyedia jasa layanan transpotasi yang menggunakan armada Ojek Motor yang tersebar disekitaran kita, dengan sebaran lebih dari 151 titik pangkalan dan 200 supir ojek yang akan siap membantu segala kebutuhan masyarakat khususnya di Kota Bandung. Dalam kurun waktu 4 (empat) bulan setelah meluncurkan program aplikasi mobile pada awal 2015. Gojek yang sudah berdiri sejak 2011 mulai dirasakan sebagai pesaing KNiST, 30 Maret 2014 yang dituding akan mematikan rejeki para ojek pangkalan. Bahkan, dalam sepekan ini banyak isu seputar gonjang-ganjing Gojek yang berkembang dan disebar melalui media sosial, disambut dengan ragam tanggapan dari berbagai sudut oleh warga Bandung. Dari uraian di atas mendorong peneliti untuk meneliti tentang bagaimana struktur pengalaman driver Gojek. Ingin megetahui lebih dalam makna Gojek dari seorang driver Gojek dan perubahan dirinya sebagai seorang driver Gojek. Adanya motiv-motiv yang melatarbelakangi pengalaman sadar driver Gojek diharapkan dapat membangun fenomena sebagai realitas driver Gojek di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan bahwa pendekatan ini adalah pendekatan yang menafsirkan fenomena yang terjadi dengan latar alamiah. Menekankan teknik data secara langsung seperti wawancara dan menempatkan peneliti sebagai bagian internal masalah penelitian. Paradigma yang digunakan yaitu konstruktivis, bertujuan untuk menemukan suatu realitas berdasarkan konstruksi dari pengalaman individu driver Gojek. Adapun studi yang dipilih yaitu fenomenologi. Studi yang menekankan secara aksiologinya untuk memahami makna melalui konstruksi makna atas pengalaan sadar orang lain yaitu driver Gojek. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu tentang pandangan masyarakat terhadap seorang driver Gojek. Studi yang menekankan pada esensi dari tujuan penelitian yaitu untuk membangun makna atas pengalaman sadar driver Gojek. Pengalaman sadar dibangun secara intersubjektif antara individu sebagai driver gojek. Pengalaman intersubjektif tersebut diharapkan dapat menemukan tifikasi hasil peneliti. 2. Landasan Teori Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi Antar Pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 1999:10). Bentuk khusus dari Komunikasi Antar Pribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua 431 ISBN: 978-602-61242-0-3 sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya. Komunikasi Antar Pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima lat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun. Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003: 13). Komunikasi Antar Pribadi Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan. Komunikasi Antar Pribadi. Antara Tiga Orang/lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa orang lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan. Psikologi Komunikasi Psikologi tidak hanya mengulas komunikasi di antara neuron. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal KNiST, 30 Maret 2014 yang memengaruhi perilaku komunikasinya. pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak?. Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu: bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu yang lain. Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasional yang memengaruhinya dan menjelaskan berbagai corak komunikan ketika sendiri atau dalam kelompok. (Rakhmat 2013:5) Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Kita dapat memahami hubungan psikologi komunikasi dengan memahami beberapa pengertian komunikasi. Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau symbol, baik verbal atau bentuk nonverbal, tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa pihak yang berkomunikasi memiliki system symbol yang sama. Hovland, Jannis dan Kelly, yang kesemuanya adalah psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai: “the process by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”. Proses dimana individu (komunikator) mengirimkan rangsangan atau stimulus (biasanya verbal) untuk mengubah perilaku individu lainnya. Raymond S. Ross memberikan pengertian komunikasi sebagai berikut: “a transactional process involving cognitive sorting, selecting and sharing of symbols in such a way to help another elicit from his own experiences a meaning or responsses similar to that intended by the source ” (proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama 432 ISBN: 978-602-61242-0-3 lambang secara kognitif sedemikian rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau responss yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber). Beamer & Varner (2008) dalam bukunya intercultural Communication menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pendapat, pikiran dan perasaan kepada orang lain yang dipengaruhi oleh lingkungan social dan budayanya. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi, bagaimanapun bentuk kontekstualnya adalah peristiwa psikologis dalam diri masing-masing peserta komunikasi. Dengan kata lain, psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan , psikologi menganalisis karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. (W. Syam, 2011:38) Faktor Personal yang Memengaruhi Perilaku Manusia McDougall menekankan pentingnya faktor personal yang menentukan interaksi sosial dalam bentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia. Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektif yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor: faktor biologis, faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku social dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah deprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Telah diakui secara luas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi. Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagi motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya. faktor Sosiopsikologis, kita dapat mengklasifikasikannya kedalam tiga KNiST, 30 Maret 2014 komponen yaitu, komponen aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya. Komponen kognitif, aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif, aspek volisional atau aspek dorongan/gairah yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatar belakangi konsepsikonsepsi psikologi tentang manusia. Salah satunya adalah manusia dalam konsepsi psikologi humanistik. Psikologi humanistik mengambil banyak dari fenomenologi dan eksistensialisme. Karena fenomenologi lebih memandang manusia hidup dalam dunia kehidupan yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. Konsep Diri Dalam bagian terdahulu kita melihat bagaimana kita menanggapi perilaku orang lain, menerangkan sifatsifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab perilakunya, dan menentukan apakah petunjuk-petunjuknyayang tampak itu orisinal atau hanya pulasan saja. Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain, kita juga mempersepsi diri kita. Diri kita bukan lagi persona penanggap, tetapi persona stimuli sekaligus. Menurut Charles Horton Cooley, kita menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus, kita melakukannya dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain dalam benak kita. Cooley menyebut gejala ini looking glass self (diri cermin) seakan akan kita menaruh cermin di depan kita. Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita. Ini disebut konsep diri. Walaupun konsep diri merupakan tema utama psikologi Humanistik yang muncul belakangan ini. Pada psikologi sosial yakni psikologi sosial yang berorientasi pada sosiologi, konsep diri dikembangkan oleh Charles Horton Cooley (1864 1929), George Herbert Mead (1863 1931), dan memuncak pada aliran interaksi simbolis, yang tokoh terkemukanya adalah Herbert Blumer. (Rakhmat 2013:98) William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others” (1974:40). Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi 433 ISBN: 978-602-61242-0-3 tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Setiap konsep diri yang terbentuk pada tiap manusia selalu berkaitan dengan pengaruh yang membentuk konsep diri tersebut. Konsep diri kita yang paling awal dipengaruhi oleh keluarga disebut significant others. Tidak hanya, yaitu orang tua dan kerabat terdekat serta orang-orang yang berada dilingkungan kita. Mereka orang terdekat kita, bahkan media massa pun dapat mempengaruhi dan dapat membentuk konsep diri kita. Peranan orang lain dalam memahami diri kita, seperti kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu, karena kita terbentuk oleh orang lain. Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita. S. Frank Miyamoto dan Sanford M. Dornbusch (1956) mencoba mengorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai ialah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik dan kesukaan orang lain pada dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Orang yang paling dekat dengan diri kita adalah orang yang paling berpengaruh karena dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional atau yang disebut affective others. Selain orang lain, kelompok juga termasuk faktor yang mempengaruhi konsep diri. setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang seara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita, ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan KNiST, 30 Maret 2014 menyesuaikan kelompoknya. dirinya dengan ciri-ciri Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Hubungan konsep diri dengan perilaku, mungkin dapat disimpulkan, dengan ucapan para penganjur berpikir positif: you don’t think what you are, you are what you think”. Sukses komuniksi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri, positif atau negatif. Menurut Williarn D. Brooks dan Philip Emmert (1976:42 43) ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif. Pertama, ia peka pada kritik. Kedua, orang yang memiliki konsepdiri negative, responsif sekali terhadap pujian. Ketika, orang yang konsep dirinya negatif, cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Dan yang keempat, orang yang konsep dirinya negatif, bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal. Pertama ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah. Kedua, iamerasa setara dengan orang lain. Ketiga, ia menerima pujian tanpa rasa malu. Keempat, ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. Kelima, ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalama-pengalamn dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. 434 ISBN: 978-602-61242-0-3 Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif, timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Tentu tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan kurangnya percaya diri, tetapi di antara berbagai faktor, percaya diri adalah yang paling menentukan. (Rakhmat 2013:108) “Konsep diri memengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepda pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita memersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat,” tulis Anita Taylor et al. (1977: 112). Dengan singkat, konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure), persepsi selektif (selective perception), dan ingatan selektif (selective attention). Konstruksi Ditinjau dari pengertian bahasa, kata ‘konstruk’ berasal dari bahasa Inggris ‘construct’ memiliki arti suatu gagasan yang dibentuk dengan cara menggabungkan berbagai informasi dan pengetahuan. (Kamus Longman, 2003:333) Secara bahasa, kata konstruk memiliki kemiripan dengan kata ‘konsep’ yang telah cukup kita kenal. Konsep berasal dari kata Inggris ‘concept’ yang berarti “An idea of how something is, or how something should be done”. (Kamus Longman, 2003:318) E.M Griffin dalam bukunya A First Look at Communication Theory (2003) menyatakan: “Construct are the cognitive templates or stencils we fit over reality to bring order to our perceptions” (Konstruk adalah pola atau stensil yang kita sesuaikan dengan realitas untuk mendapatkan aturan bagi persepsi kita. Gojek Gojek merupakan alternatif transportasi kota besar berbasi teknologi terkini yang memberikan keunggulan dari segi waktu tempuh. Terutama pada kota besar yang dilanda macet tidak berujung. Gojek utamanya menggunakan kendaraan bermotor roda dua, atau singkatnya sepeda KNiST, 30 Maret 2014 motor. Pasca krisis ekonomi Indonesia tahun 1998, profesi ojek menjadi favorit bagi para pengangguran, baik akibat PHK maupun tidak. Ditambah lagi dengan suburnya industri sepeda motor di Indonesia dari masuknya motor impor Tiongkok, Korea, maupun ATPM yang telah memiliki pabrik di Indonesia. Sebagai jenis terfavorit, sepeda motor bebek menjadi pilihan utama para tukang ojek sebagai kendaraan dinasnya. Bagi sebagian orang, gojek lebih nyaman karena bahkan mungkin sangat berguna untuk melintasi jalan yang macet. Dalam kurun waktu 4 (empat) bulan setelah meluncurkan program aplikasi mobile pada awal 2015, Gojek yang sudah berdiri sejak 2011 mulai dirasakan sebagai pesaing yang dituding akan mematikan rejeki pengojek pangkalan. Bahkan saat ini banyak isu seputar gonjang-ganjing Gojek yang berkembang dan disebar melalui media sosial, disambut dengan ragam tanggapan dari berbagai sudut oleh warga Bandung. Maka salahkan Nadiem Makariem si penggagas Gojek karena aplikasi mobile Gojek nya marak diunduh dan jasa Gojek lebih banyak dilirik oleh warga Bandung yang memiliki ketergantungan pada teknologi, tidak mau ribet, dan mengharapkan hasil yang instan sesuai kebutuhan. Ketika ditanya persyaratan menjadi pengendara Gojek yang konon ribet dan memberatkan ojek pangkalan untuk bergabung di Gojek, Arief berpendapat lain soal itu karena ketidak pahaman rekanrekannya sebagai pengendara ojek. Setiap calon driver Gojek diwajibkan oleh perusahaan untuk menyerahkan dokumen penting sebagai jaminan berupa kartu keluarga, akta kelahiran dan surat nikah ketika lolos seleksi menjadi driver Gojek. Persyaratan tersebut menjadi hal yang lumrah pada proses penerimaan karyawan suatu perusahaan. 3. Metode Penelitian yang akan dilakukan penulis sebagai peneliti, termasuk kedalam penelitian kualitatif, yang dimana peneliti meneliti permasalahan secara detail dan mencari informasi tentang masalah tersebut secara mendalam dengan metode-metode pengumpulan data yang tergabung dalam penelitian kualitatif. Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau 435 ISBN: 978-602-61242-0-3 memperoleh data yang diperlukan. Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi adalah suatu proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan, untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dan sebenarnya metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoretis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoretis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana, 2001:145). Seperti teori, metodologi juga diukur berdasarkan kemanfaatannya, dan tidak bisa dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar, kita tidak cukup sekadar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya. Adapun pengertian dari metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian (Mulyana, 2001:146). Sebagian orang menganggap bahwa metode penelitian terdiri dari berbagai teknik penelitian, dan sebagian lagi menyamakan metode penelitian dengan teknik penelitian. Tetapi yang jelas, metode atau teknik penelitian apa pun yang kita gunakan, baik kuantitatif ataupun kualitatif, haruslah sesuai dengan kerangka teoretis yang kita asumsikan. Sebelum penulis menggambarkan dan menjelaskan lebih jauh tentang pendekatan Hermeneutika dan juga pemetaan ideologi yang diambil oleh penulis yakni teori ideologi dari John B. Thompson dan dicangkok dengan teori hermeneutika dari Paul Ricoeur, maka ada baiknya terlebih dahulu diulas karakteristik dari metodologi kualitatif. Banyak alasan ketika penulis harus menggunakan metodologi penelitian kualitatif sebagai sebuah pendekatan. Salah satu aspek terpenting dari pendekatan ini adalah lebih mementingkan proses, yaitu sebuah keniscayaan dari komunikasi sebagai suatu proses yang diterima dari luar. Lalu metode kualitatif juga mempermudah untuk berhadapan dengan kenyataan ganda, dan metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden dan selanjutnya kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan KNiST, 30 Maret 2014 banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Oleh sebab itu, diharapkan dapat menganalisis lebih mendalam dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau fenomena yang sedang berkembang. Penelitian dilakukan dengan menganalisis dan menginterpretasikan data yang tersedia. Pada dasarnya penelitian ini meletakkan penekanan pada subyektifitas untuk melakukan interpretasi terhadap suatu persoalan yang dikajinya. Seperti yang ditegaskan Deddy Mulyana dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, penelitian ini mencari respon subyektif individual. Hasil penelitian dari metodologi penelitian kualitatif selalu terbuka untuk persoalan baru. Ini sesuai dengan pandangan subyektif mengenai realitas sosial bahwa: fenomena sosial senantiasa bersifat sementara, bahkan bersifat polisemik (multimakna), dan tetap diasumsikan demikian hingga terjadi negosiasi berikutnya untuk menetapkan status realitas tersebut. Lalu Denzim dan Lincoln (1987) mendefinisikan penelitian kulitatif yakni penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dan bersifat multimetoda, dalam fokusnya menggunakan pendekatan naturalistik interpretatif kepada subyek yang diteliti (Rakhmat, 2004:4). Menurut Miles dan Huberman, penelitian kualitatif berusaha menelaah secara intensif kehidupan sehari-hari, selain itu juga bersifat holistik, berujung pada Verstehen (pemahaman), menghasilkan tema dan pernyataan dalam bentuknya yang asli, dan menjelaskan cara pandang orang dalam setting tertentu, mengungkapkan berbagai penafsiran, dengan instrumentasi yang tidak baku, juga menganalisis dalam bentuk kata (Rakhmat, 2004:2). Penulis juga menyadari bahwa apapun metodologinya tetap memiliki keterbatasan, seperti yang dinyatakan Dedy Mulyana (2000:18) bahwa Suatu persepektif bersifat terbatas, dan mengandung bias, karena hanya memungkinkan manusia melihat satu sisi saja dari realitas “di luar sana”. Dengan 436 ISBN: 978-602-61242-0-3 kata lain, tidak ada perspektif yang memungkinkan manusia dapat melihat semua aspek realitas secara simultan. Dengan demikian penelitian kualitatif dengan menggunakan konsep cara kerja ideologi pun dapat mengalami pembiasan. Karena bagaimanapun suatu persepektif tak bisa lepas dari suatu tendensi, maksud, tujuan dan sebagainya. Dalam penelitian ini, yang menjadikan cara kerja ideologi seperti yang akan dibahas penulis yakni sebagai peran utama tak terkecuali mengalami pembiasan ketika meneliti suatu fenomena ilmiah, biasanya seorang peneliti menggunakan suatu perspektif yang ia anggap secara akurat menjelaskan fenomena yang ia teliti. Tentu saja dalam dunia keilmuan, penjelasan yang akurat merupakan tujuan dari suatu perspektif yang baik. Perspektif yang baik mengambarkan realitas secara jelas, dan membantu kita menemukan kebenaran. Namun kebenaran itu berada di luar manusia, dengan suatu perspektif, realitas itu tidak pernah benar-benar hadir sempurna pada manusia. Sehingga dalam penelitian ini perspektif ini hanyalah mendekatkan pada kenyataan bukan pada kenyataan sebenarnya. Mengutip Stuart Hall, kenyataan atau kebenaran itu merupakan representasi dari teks-teks yang kita baca, pelajari kemudian kita terjemahkan dan tafsirkan lagi. Bahwa kenyataan mengandung distorsi atau dalam bahasa Dedy Mulyana kenyataan itu mengandung bias. ditentukan oleh perusahaan sehingga tidak perlu ada tawar menawar dengan calon penumpang. 3. Bagi Fikri, alasan utama menjadi driver Gojek yakni, untuk memperbaiki perekonomian pribadinya, terbukti dengan Fikri mampu mengumpulkan penghasilan melebihi pekerjaan sebelumnya hanya dalam waktu beberapa bulan saja. 4. Gojek merubah personal driver untuk lebih memahami teknologi digital. Fikri juga mengaku dirinya menjadi lebih pandai dalam bersosialisasi karena Fikri selalu bertemu dengan orangorang baru dalam setiap harinya. Saran Saran yang dapat disampaikan peneliti yang menyusun penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan Gojek semestinya lebih memperhatikan nasib driver Gojek yang mengalami masalah kekerasan oleh pihak lain seperti intimidasi dan kekerasan fisik dari ojek pangkalan, contohnya yakni perusahaan Gojek memberikan jaminan keselamatan dan menanggung biaya pengebatan bagi driver Gojek yang menjadi korban kekerasan. 2. Seharusnya Gojek lebih menetapkan standar akademis yaitu menentukan syarat bagi calon driver Gojek minimal SMA sederajat, guna meningkatkan kualitas dari perusahaan dan driver Gojek itu sendiri. 4. Simpulan Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Makna driver Gojek bagi Fikri adalah suatu pekerjaan yang dapat meningkatkan perekonomian pribadinya, selain itu driver Gojek merupakan pekerjaan yang bias dilakukan dengan santai dan tidak terikat waktu, sehingga Fikri tetap dapat melakukan kegiatan lain seperti kuliah dan wirausaha. 2. Gojek bagi fikri memiliki cara transaksi yang unik dan lebih instan karena cukup dengan membuka aplikasi Gojek, Fikri dapat memantau keberadaan calon penumpang yang hendak memesan Gojek, selain itu Fikri tidak perlu menentukan atau mematok harga, karena sudah Referensi Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama KNiST, 30 Maret 2014 Ali, Mohammad, dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Daryanto. 2011. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Denzin, K., dan Yvonna D. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 437 ISBN: 978-602-61242-0-3 Lexy, J. Moleong. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Terjemahan Arief Sadiman. Bandung: Rosdakarya. Satori, Djam’an, dan Aan Komariah. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Santoso, Edi, dan Mite Setiansah. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.. KNiST, 30 Maret 2014 438