analisa fenomenologi tentang pengalaman driver - Seminar

advertisement
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST)
Maret 2014, pp. 430~438
430
ANALISA FENOMENOLOGI TENTANG PENGALAMAN
DRIVER GOJEK DI KOTA BANDUNG
Rahma Ekawati
AKOM BSI Jakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana berkembang pesatnya teknologi
informasi dalam segala aspek kehidupan Seperti transporstasi, merubah cara konvensional
menjadi serba digital. Hal ini yang terlihat pada suatu fenomena yang terjadi belakangan ini di
masyarakat, yaitu Gojek salah satu pengembang moda transportasi yang merubah cara
konvensional menjadi serba digital. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Johari
Window. penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Tujuan penelitian yaitu mengoptimalkan subjek dalam memaknai pengalaman
sadar. Subjek penelitian ini adalah Driver atau pengendara Gojek. Peneliti menggunakan teknik
wawancara kepada empat orang informan yang merupakan pengguna aktif Gojek. Hasil
penelitian yaitu menjadi driver gojek di awali oleh rasa ingin mencoba, mencari pengalaman
dan sekedar bermain. Menjadi driver gojek, artinya mempersiapkan diri sebagai pelayan
konsumen.
Kata kunci : Konsep Diri, Gojek, Pengalaman Sadar
1. Pendahuluan
Gojek memiliki banyak keunggulan
di bandingkan dengan ojek pangkalan.
Keunggulan Gojek yaitu menggunakan
sistem jemput bola tanpa harus membuat
calon penumpang bersusah payah mencari
pangkalan Gojek. Calon penumpang cukup
dengan memesan melalui aplikasi yang di
sediakan oleh perusahaan gojek secara
online. Keunggulan lainnya keamanan dan
kenyamanan calon penumpang lebih
terjamin.
Gojek menggunakan teknologi
Global Position Satelite (GPS) yang dapat
memantau keberadaan calon penumpang
gojek tersebut. Selain keunggulan gojek
terdapat pula kendala-kendala yang bisa
menghambat
seorang
driver
Gojek.
Berdasarkan dari pra penelitian Fikri
sebagai driver Gojek, mengakui sulit
mendapatkan calon penumpang karena
jumlah Gojek yang tidak sesuai dengan
calon penumpang. Gojek secara trend
jumlahnya meningkat sedangkan calon
penumpang relatif tidak bertambah. Selain
itu, masih ada rasa kekhawatiran karena
adanya konflik penolakan Gojek oleh
sebagian ojek pangkalan. Bahkan driver
Gojek seperti Fikri
mengakui memiliki
pengalaman yang buruk yaitu mendapatkan
ancaman dari kelompok ojek pangkalan.
Aksi penolakan dari ojek pangkalan
merupakan realitas yang terjadi saat ini.
Persoalan driver Gojek juga sebagai
serangkaian fenomena dari realitas tentang
driver Gojek yang di konstruksi oleh
individu atau driver Gojek. Berdasarkan
pengalaman dari para driver Gojek, mereka
beralih profesi menjadi driver Gojek di
karenakan proses dan cara kerja yang
efektif. Kemudahan dalam bergabung dan
waktu kerja yang fleksibel. Menurut para
driver Gojek, menjadi seorang Gojek tidak
membutuhkan kemampuan akademis yang
mumpuni tetapi hanya di perlukan sikap
yang baik terhadap penumpang calon
Gojek.
Pengakuan para driver Gojek
memperlihatkan bahwa cara komunikasi
yang dibangun sangat penting bagi driver
Gojek. Komunikasi yang kerap terjadi
adalah
komunikasi
antar
pribadi.
Komunikasi antar driver Gojek dengan
konsumen. Komunikasi antar pribadi
menekankan pada interaksi langsung
spontanitas dan membuka kesempatan
konsumen dan Gojek berkomunikasi tatap
muka. Adanya komunikasi tatap muka
tersebut maka sudah seyogyanya driver
Gojek memperlihatkan penampilan dan
pelayanan terbaik. Komunikasi antar pribadi
driver Gojek lebih efektif dalam usaha
Diterima 12 Februari, 2014; Revisi 27 Februari, 2014; Disetujui 15 Maret 2014
ISBN: 978-602-61242-0-3
mempersuasi,
dibandingkan
bentuk
komunikasi lainnya.
Pengakuan driver gojek mendorong
ketertarikan peneliti untuk mengkaji lebih
dalam tentang pengalaman secara sadar
yang di alami oleh seorang driver Gojek
yang sejatinya mereka memiliki kesibukan
lain disamping menjadi driver Gojek.
Popularitas gojek yang semakin hari
semakin meningkat tak terlepas dari imingiming penghasilan yang mengikutinya.
Tidak hanya tukang ojek biasa, ibu rumah
tangga, mahasiswa, dan pegawai swasta
pun ikut menjadi driver Gojek.
Sejak dimunculkan ojek jenis baru,
para tukang ojek pangkalan mulai gusar.
Pasalnya, transportasi elektronik jenis baru
tersebut
diminati
oleh
masyarakat,
sehingga
ojek
pangkalan
mulai
ditinggalkan. Para ojek pangkalan mulai
melarang keberadaan Gojek dengan cara
mereka. Beberapa bentuk penyudutan
terhadap driver Gojek memang terus
dilakukan, seperti melarang lewat jalan,
menghadang adalah bentuk perlakuan para
tukang ojek pangkalan dengan keberadaan
Gojek.
Persaingan ekonomi di Bandung
membuat satu profesi saling tidak bisa
menjaga keharmonisan. Hal tersebut
sebagaimana terjadi dengan aplikasi pesan
ojek “Gojek” vs Ojek pangkalan. Kehadiran
layanan transportasi berbasis aplikasi
Gojek masih mengundang kontroversi. Di
satu sisi, popularitas Gojek melesat cepat
karena memberikan kemudahan bagi para
konsumen. Sementara di sisi lain, Gojek
dinilai
sebagian
pihak
mengancam
keberadaan ojek pangkalan. Sejumlah
kasus intimidasi terhadap para pengemudi
Gojek sempat mengemuka. Mulai dari
kasus
pelarangan
menaikan
dan
menurunkan penumpang di sejumlah
tempat, hingga beberapa konflik dengan
ojek pangkalan yang menjurus pada tindak
kekerasan.
Gojek
merupakan
sebuah
perusahaan
penyedia
jasa
layanan
transpotasi yang menggunakan armada
Ojek Motor yang tersebar disekitaran kita,
dengan sebaran lebih dari 151 titik
pangkalan dan 200 supir ojek yang akan
siap
membantu
segala
kebutuhan
masyarakat khususnya di Kota Bandung.
Dalam kurun waktu 4 (empat) bulan setelah
meluncurkan program aplikasi mobile pada
awal 2015. Gojek yang sudah berdiri sejak
2011 mulai dirasakan sebagai pesaing
KNiST, 30 Maret 2014
yang dituding akan mematikan rejeki para
ojek pangkalan. Bahkan, dalam sepekan
ini banyak isu seputar gonjang-ganjing
Gojek yang berkembang dan disebar
melalui media sosial, disambut dengan
ragam tanggapan dari berbagai sudut oleh
warga Bandung.
Dari uraian di atas mendorong
peneliti untuk meneliti tentang bagaimana
struktur pengalaman driver Gojek. Ingin
megetahui lebih dalam makna Gojek dari
seorang driver Gojek dan perubahan
dirinya sebagai seorang driver Gojek.
Adanya motiv-motiv yang melatarbelakangi
pengalaman sadar driver Gojek diharapkan
dapat membangun fenomena sebagai
realitas driver Gojek di Kota Bandung.
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kualitatif dengan alasan bahwa
pendekatan ini adalah pendekatan yang
menafsirkan fenomena yang terjadi dengan
latar alamiah. Menekankan teknik data
secara langsung seperti wawancara dan
menempatkan peneliti sebagai bagian
internal masalah penelitian. Paradigma
yang
digunakan
yaitu
konstruktivis,
bertujuan untuk menemukan suatu realitas
berdasarkan konstruksi dari pengalaman
individu driver Gojek. Adapun studi yang
dipilih yaitu fenomenologi. Studi yang
menekankan secara aksiologinya untuk
memahami makna melalui konstruksi
makna atas pengalaan sadar orang lain
yaitu driver Gojek.
Diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat
yaitu tentang pandangan masyarakat
terhadap
seorang
driver
Gojek. Studi yang menekankan pada
esensi dari tujuan penelitian yaitu untuk
membangun makna atas pengalaman
sadar driver Gojek. Pengalaman sadar
dibangun secara intersubjektif antara
individu sebagai driver gojek. Pengalaman
intersubjektif tersebut diharapkan dapat
menemukan tifikasi hasil peneliti.
2. Landasan Teori
Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi
Antar
Pribadi
(interpersonal
communication)
adalah
komunikasi
antara
individu-individu
(Littlejohn, 1999:10). Bentuk khusus dari
Komunikasi Antar Pribadi ini adalah
komunikasi diadik yang melibatkan hanya
dua orang secara tatap-muka, yang
memungkinkan
setiap
pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal,
seperti
suami-isteri,
dua
431
ISBN: 978-602-61242-0-3
sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru
dengan
seorang
muridnya,
dan
sebagainya.
Komunikasi Antar Pribadi sangat
potensial
untuk
menjalankan
fungsi
instrumental
sebagai
alat
untuk
mempengaruhi atau membujuk orang lain,
karena kita dapat menggunakan kelima lat
indera kita untuk mempertinggi daya bujuk
pesan yang kita komunikasikan kepada
komunikan kita. Sebagai komunikasi yang
paling lengkap dan paling sempurna,
komunikasi antarpribadi berperan penting
hingga kapanpun, selama manusia masih
mempunyai
emosi.
Kenyataannya
komunikasi tatap-muka ini membuat
manusia merasa lebih akrab dengan
sesamanya, berbeda dengan komunikasi
lewat media massa seperti surat kabar,
televisi,
ataupun
lewat
teknologi
tercanggihpun.
Menurut Effendi, pada hakekatnya
komunikasi
interpersonal
adalah komunikasi
antar
komunikator
dengan komunikan, komunikasi jenis ini
dianggap paling efektif dalam upaya
mengubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang, karena sifatnya yang dialogis
berupa percakapan. Arus balik bersifat
langsung,
komunikator
mengetahui
tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada
saat komunikasi dilancarkan, komunikator
mengetahui
secara
pasti
apakah
komunikasinya positif atau negatif, berhasil
atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan
kesempatan
pada
komunikan
untuk
bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003:
13).
Komunikasi Antar Pribadi Antara
Dua Orang adalah komunikasi dari
seseorang ke orang lain, dua arah interaksi
verbal dan nonverbal yang menyangkut
saling berbagi informasi dan perasaan.
Komunikasi Antar Pribadi. Antara
Tiga Orang/lebih, menyangkut komunikasi
dari orang ke beberapa orang lain
(kelompok kecil). Masing-masing anggota
menyadari keberadaan anggota lain,
memiliki minat yang sama dan/atau bekerja
untuk suatu tujuan.
Psikologi Komunikasi
Psikologi tidak hanya mengulas
komunikasi di antara neuron. Psikologi
mencoba menganalisa seluruh komponen
yang terlibat dalam proses komunikasi.
Pada diri komunikan, psikologi memberikan
karakteristik manusia komunikan serta
faktor-faktor internal maupun eksternal
KNiST, 30 Maret 2014
yang
memengaruhi
perilaku
komunikasinya.
pada
komunikator,
psikologi
melacak
sifat-sifatnya
dan
bertanya: apa yang menyebabkan satu
sumber
komunikasi
berhasil
dalam
mempengaruhi orang lain, sementara
sumber komunikasi yang lain tidak?.
Psikologi
juga
tertarik
pada
komunikasi di antara individu: bagaimana
pesan dari seorang individu menjadi
stimulus yang menimbulkan respons pada
individu yang lain. Pada saat pesan sampai
pada diri komunikator, psikologi melihat ke
dalam
proses
penerimaan
pesan,
menganalisa faktor-faktor personal dan
situasional yang memengaruhinya dan
menjelaskan berbagai corak komunikan
ketika sendiri atau dalam kelompok.
(Rakhmat 2013:5)
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
komunikasi yang efektif paling tidak
menimbulkan
lima
hal:
pengertian,
kesenangan,
pengaruh
pada
sikap,
hubungan yang makin baik dan tindakan.
Kita dapat memahami hubungan
psikologi komunikasi dengan memahami
beberapa
pengertian
komunikasi.
Komunikasi adalah proses berbagi makna
melalui verbal dan nonverbal. Segala
perilaku dapat disebut komunikasi jika
melibatkan
dua
orang
atau
lebih.
Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu
sumber membangkitkan respon pada
penerima melalui penyampaian suatu
pesan dalam bentuk tanda atau symbol,
baik verbal atau bentuk nonverbal, tanpa
harus memastikan terlebih dahulu bahwa
pihak yang berkomunikasi memiliki system
symbol yang sama.
Hovland, Jannis dan Kelly, yang
kesemuanya
adalah
psikolog,
mendefinisikan komunikasi sebagai: “the
process by which an individual (the
communicator) transmit stimuli (usually
verbal) to modify the behavior of other
individuals (the audience)”. Proses dimana
individu
(komunikator)
mengirimkan
rangsangan atau stimulus (biasanya verbal)
untuk mengubah perilaku individu lainnya.
Raymond S. Ross memberikan
pengertian komunikasi sebagai berikut: “a
transactional process involving cognitive
sorting, selecting and sharing of symbols in
such a way to help another elicit from his
own experiences a meaning or responsses
similar to that intended by the source ”
(proses
transaksional
yang
meliputi
pemisahan
dan
pemilihan
bersama
432
ISBN: 978-602-61242-0-3
lambang secara kognitif sedemikian rupa
sehingga membantu orang lain untuk
mengeluarkan dari pengalamannya sendiri
arti atau responss yang sama dengan yang
dimaksud oleh sumber).
Beamer & Varner (2008) dalam
bukunya
intercultural
Communication
menyatakan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pendapat,
pikiran dan perasaan kepada orang lain
yang dipengaruhi oleh lingkungan social
dan budayanya.
Dapat
disimpulkan
bahwa
komunikasi,
bagaimanapun
bentuk
kontekstualnya adalah peristiwa psikologis
dalam
diri
masing-masing
peserta
komunikasi. Dengan kata lain, psikologi
mencoba menganalisis seluruh komponen
yang terlibat dalam proses komunikasi.
Pada
diri
komunikan
,
psikologi
menganalisis
karakteristik
manusia
komunikan serta faktor-faktor internal dan
eksternal yang memengaruhi perilaku
komunikasinya. (W. Syam, 2011:38)
Faktor Personal yang Memengaruhi
Perilaku Manusia
McDougall
menekankan
pentingnya
faktor
personal
yang
menentukan interaksi sosial dalam bentuk
perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor
personallah yang menentukan perilaku
manusia. Menurut Edward E. Sampson,
terdapat perspektif yang berpusat pada
persona dan perspektif yang berpusat pada
situasi. Perspektif yang berpusat pada
persona mempertanyakan faktor-faktor
internal apakah, baik berupa instik, motif,
kepribadian,
sistem
kognitif
yang
menjelaskan perilaku manusia. Secara
garis besar terdapat dua faktor:
faktor biologis, faktor biologis terlibat dalam
seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu
dengan
faktor-faktor
sosiopsikologis.
Menurut Wilson, perilaku social dibimbing
oleh aturan-aturan yang sudah deprogram
secara genetis dalam jiwa manusia. Telah
diakui secara luas adanya perilaku tertentu
yang merupakan bawaan manusia, dan
bukan pengaruh lingkungan atau situasi.
Diakui pula adanya faktor-faktor biologis
yang mendorong perilaku manusia, yang
lazim disebut sebagi motif biologis. Yang
paling penting dari motif biologis adalah
kebutuhan makan-minum dan istirahat,
kebutuhan seksual dan kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya.
faktor
Sosiopsikologis,
kita
dapat
mengklasifikasikannya
kedalam
tiga
KNiST, 30 Maret 2014
komponen
yaitu,
komponen
aspek
emosional dari faktor sosiopsikologis,
didahulukan karena erat kaitannya dengan
pembicaraan
sebelumnya.
Komponen
kognitif, aspek intelektual yang berkaitan
dengan apa yang diketahui manusia.
Komponen konatif, aspek volisional atau
aspek dorongan/gairah yang berhubungan
dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Banyak
teori
dalam
ilmu
komunikasi dilatar belakangi konsepsikonsepsi psikologi tentang manusia. Salah
satunya adalah manusia dalam konsepsi
psikologi humanistik. Psikologi humanistik
mengambil banyak dari fenomenologi dan
eksistensialisme. Karena fenomenologi
lebih memandang manusia hidup dalam
dunia kehidupan yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subjektif.
Konsep Diri
Dalam bagian terdahulu kita
melihat
bagaimana kita menanggapi
perilaku orang lain, menerangkan sifatsifatnya, mengambil kesimpulan tentang
penyebab perilakunya, dan menentukan
apakah petunjuk-petunjuknyayang tampak
itu orisinal atau hanya pulasan saja.
Ternyata kita tidak hanya menanggapi
orang lain, kita juga mempersepsi diri kita.
Diri kita bukan lagi persona penanggap,
tetapi persona stimuli sekaligus.
Menurut Charles Horton Cooley, kita
menjadi subjek dan objek persepsi
sekaligus, kita melakukannya dengan
membayangkan diri kita sebagai orang lain
dalam benak kita. Cooley menyebut gejala
ini looking glass self (diri cermin) seakan
akan kita menaruh cermin di depan kita.
Dengan mengamati diri kita,
sampailah kita pada gambaran dan
penilaian diri kita. Ini disebut konsep diri.
Walaupun konsep diri merupakan tema
utama psikologi Humanistik yang muncul
belakangan ini. Pada psikologi sosial yakni
psikologi sosial yang berorientasi pada
sosiologi, konsep diri dikembangkan oleh
Charles Horton Cooley (1864 1929),
George Herbert Mead (1863 1931), dan
memuncak pada aliran interaksi simbolis,
yang tokoh terkemukanya adalah Herbert
Blumer. (Rakhmat 2013:98)
William D. Brooks mendefinisikan konsep
diri sebagai “those physical, social, and
psychological perceptions of ourselves that
we have derived from experiences and our
interaction with others” (1974:40).
Jadi konsep diri adalah pandangan
dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi
433
ISBN: 978-602-61242-0-3
tentang diri ini boleh bersifat psikologi,
sosial, dan fisis.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Konsep Diri
Setiap konsep diri yang terbentuk
pada tiap manusia selalu berkaitan dengan
pengaruh yang membentuk konsep diri
tersebut. Konsep diri kita yang paling awal
dipengaruhi
oleh
keluarga
disebut
significant others. Tidak hanya, yaitu orang
tua dan kerabat terdekat serta orang-orang
yang berada dilingkungan kita. Mereka
orang terdekat kita, bahkan media massa
pun dapat mempengaruhi dan dapat
membentuk konsep diri kita. Peranan orang
lain dalam memahami diri kita, seperti kita
mengenal diri kita dengan mengenal orang
lain terlebih dahulu, karena kita terbentuk
oleh orang lain.
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan
bahwa jika kita diterima orang lain,
dihormati, dan disenangi karena keadaan
diri kita, kita akan cenderung bersikap
menghormati dan menerima diri kita.
Sebaliknya,
bila
orang
lain
selalu
meremehkan kita, menyalahkan kita dan
menolak kita, kita akan cenderung tidak
akan menyenangi diri kita. S. Frank
Miyamoto dan Sanford M. Dornbusch
(1956) mencoba mengorelasikan penilaian
orang lain terhadap dirinya sendiri dengan
skala lima angka dari yang paling jelek
sampai yang paling baik. Yang dinilai ialah
kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik
fisik dan kesukaan orang lain pada dirinya.
Dengan skala yang sama mereka juga
menilai orang lain. Ternyata, orang-orang
yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung
memberikan skor yang tinggi juga dalam
menilai dirinya.
Tidak semua orang lain mempunyai
pengaruh yang sama terhadap diri kita.
Orang yang paling dekat dengan diri kita
adalah orang yang paling berpengaruh
karena dengan mereka kita mempunyai
ikatan emosional atau yang disebut
affective others.
Selain orang lain, kelompok juga
termasuk faktor yang mempengaruhi
konsep diri. setiap kelompok mempunyai
norma-norma tertentu. Ada kelompok yang
seara emosional mengikat kita, dan
berpengaruh
terhadap
pembentukan
konsep diri kita, ini disebut kelompok
rujukan. Dengan melihat kelompok ini,
orang mengarahkan perilakunya dan
KNiST, 30 Maret 2014
menyesuaikan
kelompoknya.
dirinya
dengan
ciri-ciri
Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi
Interpersonal
Konsep diri merupakan faktor yang
sangat menentukan dalam komunikasi
interpersonal,
karena
setiap
orang
bertingkah laku sedapat mungkin sesuai
dengan konsep dirinya. Kecenderungan
untuk bertingkah laku sesuai dengan
konsep diri disebut sebagai nubuat yang
dipenuhi sendiri. Hubungan konsep diri
dengan
perilaku,
mungkin
dapat
disimpulkan,
dengan
ucapan
para
penganjur berpikir positif: you don’t think
what you are, you are what you think”.
Sukses komuniksi interpersonal banyak
bergantung pada kualitas konsep diri,
positif atau negatif. Menurut Williarn D.
Brooks dan Philip Emmert (1976:42 43) ada
empat tanda orang yang memiliki konsep
diri negatif. Pertama, ia peka pada kritik.
Kedua, orang yang memiliki konsepdiri
negative, responsif sekali terhadap pujian.
Ketika, orang yang konsep dirinya negatif,
cenderung merasa tidak disenangi orang
lain. Dan yang keempat, orang yang
konsep dirinya negatif, bersikap pesimis
terhadap kompetisi seperti terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan
orang lain dalam membuat prestasi.
Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri
positif ditandai dengan lima hal. Pertama ia
yakin akan kemampuannya mengatasi
masalah. Kedua, iamerasa setara dengan
orang lain. Ketiga, ia menerima pujian
tanpa rasa malu. Keempat, ia menyadari,
bahwa setiap orang mempunyai berbagai
perasaan, keinginan dan perilaku yang
tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
Kelima, ia mampu memperbaiki dirinya
karena ia sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian yang tidak disenanginya
dan berusaha mengubahnya.
Pengetahuan tentang diri akan
meningkatkan komunikasi, dan pada saat
yang sama, berkomunikasi dengan orang
lain meningkatkan pengetahuan tentang diri
kita. Dengan membuka diri, konsep diri
menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila
konsep diri sesuai dengan pengalaman
kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima
pengalama-pengalamn
dan
gagasan-gagasan baru, lebih cenderung
menghindari sikap defensive, dan lebih
cermat memandang diri kita dan orang lain.
434
ISBN: 978-602-61242-0-3
Keinginan untuk menutup diri,
selain karena konsep diri yang negatif,
timbul dari kurangnya kepercayaan kepada
kemampuan sendiri. Orang yang tidak
menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya
tidak akan mampu mengatasi persoalan.
Ketakutan untuk melakukan komunikasi
dikenal
sebagai
communication
apprehension. Orang yang aprehensif
dalam komunikasi, akan menarik diri dari
pergaulan, berusaha sekecil mungkin
berkomunikasi, dan hanya akan berbicara
apabila terdesak saja.
Tentu tidak semua aprehensi
komunikasi disebabkan kurangnya percaya
diri, tetapi di antara berbagai faktor,
percaya
diri
adalah
yang
paling
menentukan. (Rakhmat 2013:108)
“Konsep
diri
memengaruhi
perilaku
komunikasi kita karena konsep diri
mempengaruhi kepda pesan apa anda
bersedia membuka diri, bagaimana kita
memersepsi pesan itu, dan apa yang kita
ingat,” tulis Anita Taylor et al. (1977: 112).
Dengan singkat, konsep diri menyebabkan
terpaan selektif (selective exposure),
persepsi selektif (selective perception), dan
ingatan selektif (selective attention).
Konstruksi
Ditinjau dari pengertian bahasa,
kata ‘konstruk’ berasal dari bahasa Inggris
‘construct’ memiliki arti suatu gagasan yang
dibentuk dengan cara menggabungkan
berbagai informasi dan pengetahuan.
(Kamus Longman, 2003:333)
Secara bahasa, kata konstruk
memiliki kemiripan dengan kata ‘konsep’
yang telah cukup kita kenal. Konsep
berasal dari kata Inggris ‘concept’ yang
berarti “An idea of how something is, or
how something should be done”. (Kamus
Longman, 2003:318)
E.M Griffin dalam bukunya A First
Look at Communication Theory (2003)
menyatakan: “Construct are the cognitive
templates or stencils we fit over reality to
bring order to our perceptions” (Konstruk
adalah pola atau stensil yang kita
sesuaikan
dengan
realitas
untuk
mendapatkan aturan bagi persepsi kita.
Gojek
Gojek
merupakan
alternatif
transportasi kota besar berbasi teknologi
terkini yang memberikan keunggulan dari
segi waktu tempuh. Terutama pada kota
besar yang dilanda macet tidak berujung.
Gojek utamanya menggunakan kendaraan
bermotor roda dua, atau singkatnya sepeda
KNiST, 30 Maret 2014
motor. Pasca krisis ekonomi Indonesia
tahun 1998, profesi ojek menjadi favorit
bagi para pengangguran, baik akibat PHK
maupun tidak. Ditambah lagi dengan
suburnya industri sepeda motor di
Indonesia dari masuknya motor impor
Tiongkok, Korea, maupun ATPM yang telah
memiliki pabrik di Indonesia. Sebagai jenis
terfavorit, sepeda motor bebek menjadi
pilihan utama para tukang ojek sebagai
kendaraan dinasnya.
Bagi sebagian orang, gojek lebih
nyaman karena bahkan mungkin sangat
berguna untuk melintasi jalan yang macet.
Dalam kurun waktu 4 (empat) bulan setelah
meluncurkan program aplikasi mobile pada
awal 2015, Gojek yang sudah berdiri sejak
2011 mulai dirasakan sebagai pesaing
yang dituding akan mematikan rejeki
pengojek pangkalan. Bahkan saat ini
banyak isu seputar gonjang-ganjing Gojek
yang berkembang dan disebar melalui
media sosial, disambut dengan ragam
tanggapan dari berbagai sudut oleh warga
Bandung.
Maka
salahkan
Nadiem
Makariem si penggagas Gojek karena
aplikasi mobile Gojek nya marak diunduh
dan jasa Gojek lebih banyak dilirik oleh
warga
Bandung
yang
memiliki
ketergantungan pada teknologi, tidak mau
ribet, dan mengharapkan hasil yang instan
sesuai kebutuhan.
Ketika ditanya persyaratan menjadi
pengendara Gojek yang konon ribet dan
memberatkan ojek
pangkalan
untuk
bergabung di Gojek, Arief berpendapat lain
soal itu karena ketidak pahaman rekanrekannya sebagai pengendara ojek. Setiap
calon driver Gojek diwajibkan oleh
perusahaan untuk menyerahkan dokumen
penting sebagai jaminan berupa kartu
keluarga, akta kelahiran dan surat nikah
ketika lolos seleksi menjadi driver Gojek.
Persyaratan tersebut menjadi hal yang
lumrah pada proses penerimaan karyawan
suatu perusahaan.
3. Metode
Penelitian yang akan dilakukan
penulis sebagai peneliti, termasuk kedalam
penelitian kualitatif, yang dimana peneliti
meneliti permasalahan secara detail dan
mencari informasi tentang masalah tersebut
secara mendalam dengan metode-metode
pengumpulan data yang tergabung dalam
penelitian kualitatif.
Metode adalah cara atau strategi
menyeluruh untuk menemukan atau
435
ISBN: 978-602-61242-0-3
memperoleh data yang diperlukan. Menurut
Bogdan dan Taylor, metodologi adalah
suatu proses, prinsip, dan prosedur yang
kita gunakan, untuk mendekati problem dan
mencari
jawaban.
Dan
sebenarnya
metodologi dipengaruhi atau berdasarkan
perspektif teoretis yang kita gunakan untuk
melakukan penelitian, sementara perspektif
teoretis itu sendiri adalah suatu kerangka
penjelasan
atau
interpretasi
yang
memungkinkan peneliti memahami data
dan menghubungkan data yang rumit
dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana,
2001:145).
Seperti teori, metodologi juga
diukur berdasarkan kemanfaatannya, dan
tidak bisa dinilai apakah suatu metode
benar atau salah. Untuk menelaah hasil
penelitian secara benar, kita tidak cukup
sekadar melihat apa yang ditemukan
peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti
sampai pada temuannya berdasarkan
kelebihan dan keterbatasan metode yang
digunakannya. Adapun pengertian dari
metode penelitian adalah teknik-teknik
spesifik
dalam
penelitian
(Mulyana,
2001:146). Sebagian orang menganggap
bahwa metode penelitian terdiri dari
berbagai teknik penelitian, dan sebagian
lagi menyamakan metode penelitian
dengan teknik penelitian. Tetapi yang jelas,
metode atau teknik penelitian apa pun yang
kita gunakan, baik kuantitatif ataupun
kualitatif, haruslah sesuai dengan kerangka
teoretis yang kita asumsikan.
Sebelum penulis menggambarkan
dan menjelaskan lebih jauh tentang
pendekatan Hermeneutika dan juga
pemetaan ideologi yang diambil oleh
penulis yakni teori ideologi dari John B.
Thompson dan dicangkok dengan teori
hermeneutika dari Paul Ricoeur, maka ada
baiknya terlebih dahulu diulas karakteristik
dari metodologi kualitatif. Banyak alasan
ketika
penulis
harus
menggunakan
metodologi penelitian kualitatif sebagai
sebuah pendekatan. Salah satu aspek
terpenting dari pendekatan ini adalah lebih
mementingkan proses, yaitu sebuah
keniscayaan dari komunikasi sebagai suatu
proses yang diterima dari luar.
Lalu metode kualitatif
juga
mempermudah untuk berhadapan dengan
kenyataan ganda, dan metode ini
menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden
dan selanjutnya kualitatif lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan
KNiST, 30 Maret 2014
banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Oleh sebab itu, diharapkan dapat
menganalisis
lebih
mendalam
dan
menginterpretasikan kondisi atau hubungan
yang
ada,
proses
yang
sedang
berlangsung, akibat yang sedang terjadi
atau fenomena yang sedang berkembang.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis
dan menginterpretasikan
data yang
tersedia. Pada dasarnya penelitian ini
meletakkan penekanan pada subyektifitas
untuk melakukan interpretasi terhadap
suatu persoalan yang dikajinya.
Seperti yang ditegaskan Deddy
Mulyana dalam bukunya Metodologi
Penelitian Kualitatif, penelitian ini mencari
respon subyektif individual. Hasil penelitian
dari metodologi penelitian kualitatif selalu
terbuka untuk persoalan baru. Ini sesuai
dengan pandangan subyektif mengenai
realitas sosial bahwa: fenomena sosial
senantiasa bersifat sementara, bahkan
bersifat polisemik (multimakna), dan tetap
diasumsikan demikian hingga terjadi
negosiasi berikutnya untuk menetapkan
status realitas tersebut.
Lalu Denzim dan Lincoln (1987)
mendefinisikan penelitian kulitatif yakni
penelitian
yang
menggunakan
latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada. Dan bersifat multimetoda, dalam
fokusnya
menggunakan
pendekatan
naturalistik interpretatif kepada subyek
yang diteliti (Rakhmat, 2004:4). Menurut
Miles dan Huberman, penelitian kualitatif
berusaha
menelaah
secara
intensif
kehidupan sehari-hari, selain itu juga
bersifat holistik, berujung pada Verstehen
(pemahaman), menghasilkan tema dan
pernyataan dalam bentuknya yang asli, dan
menjelaskan cara pandang orang dalam
setting tertentu, mengungkapkan berbagai
penafsiran, dengan instrumentasi yang
tidak baku, juga menganalisis dalam bentuk
kata (Rakhmat, 2004:2).
Penulis juga menyadari bahwa
apapun metodologinya tetap memiliki
keterbatasan, seperti yang dinyatakan
Dedy Mulyana (2000:18) bahwa Suatu
persepektif
bersifat
terbatas,
dan
mengandung
bias,
karena
hanya
memungkinkan manusia melihat satu sisi
saja dari realitas “di luar sana”. Dengan
436
ISBN: 978-602-61242-0-3
kata lain, tidak ada perspektif yang
memungkinkan manusia dapat melihat
semua aspek realitas secara simultan.
Dengan demikian penelitian kualitatif
dengan menggunakan konsep cara kerja
ideologi pun dapat mengalami pembiasan.
Karena bagaimanapun suatu persepektif
tak bisa lepas dari suatu tendensi, maksud,
tujuan dan sebagainya. Dalam penelitian
ini, yang menjadikan cara kerja ideologi
seperti yang akan dibahas penulis yakni
sebagai peran utama tak terkecuali
mengalami pembiasan ketika meneliti suatu
fenomena ilmiah, biasanya seorang peneliti
menggunakan suatu perspektif yang ia
anggap
secara
akurat
menjelaskan
fenomena yang ia teliti. Tentu saja dalam
dunia keilmuan, penjelasan yang akurat
merupakan tujuan dari suatu perspektif
yang
baik.
Perspektif
yang
baik
mengambarkan realitas secara jelas, dan
membantu kita menemukan kebenaran.
Namun kebenaran itu berada di
luar manusia, dengan suatu perspektif,
realitas itu tidak pernah benar-benar hadir
sempurna pada manusia. Sehingga dalam
penelitian ini perspektif ini hanyalah
mendekatkan pada kenyataan bukan pada
kenyataan sebenarnya. Mengutip Stuart
Hall, kenyataan atau kebenaran itu
merupakan representasi dari teks-teks yang
kita
baca,
pelajari
kemudian
kita
terjemahkan dan tafsirkan lagi. Bahwa
kenyataan mengandung distorsi atau dalam
bahasa Dedy Mulyana kenyataan itu
mengandung bias.
ditentukan oleh perusahaan sehingga
tidak perlu ada tawar menawar dengan
calon penumpang.
3. Bagi Fikri, alasan utama menjadi driver
Gojek yakni, untuk memperbaiki
perekonomian pribadinya, terbukti
dengan Fikri mampu mengumpulkan
penghasilan
melebihi
pekerjaan
sebelumnya hanya dalam waktu
beberapa bulan saja.
4. Gojek merubah personal driver untuk
lebih memahami teknologi digital. Fikri
juga mengaku dirinya menjadi lebih
pandai dalam bersosialisasi karena
Fikri selalu bertemu dengan orangorang baru dalam setiap harinya.
Saran
Saran yang dapat disampaikan peneliti
yang menyusun penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Perusahaan Gojek semestinya lebih
memperhatikan nasib driver Gojek
yang mengalami masalah kekerasan
oleh pihak lain seperti intimidasi dan
kekerasan fisik dari ojek pangkalan,
contohnya yakni perusahaan Gojek
memberikan jaminan keselamatan dan
menanggung biaya pengebatan bagi
driver Gojek yang menjadi korban
kekerasan.
2. Seharusnya Gojek lebih menetapkan
standar akademis yaitu menentukan
syarat bagi calon driver Gojek minimal
SMA sederajat, guna meningkatkan
kualitas dari perusahaan dan driver
Gojek itu sendiri.
4. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa pada bab
sebelumnya,
peneliti
dapat
menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Makna driver Gojek bagi Fikri adalah
suatu
pekerjaan
yang
dapat
meningkatkan
perekonomian
pribadinya, selain itu driver Gojek
merupakan pekerjaan yang bias
dilakukan dengan santai dan tidak
terikat waktu, sehingga Fikri tetap
dapat melakukan kegiatan lain seperti
kuliah dan wirausaha.
2. Gojek bagi fikri memiliki cara transaksi
yang unik dan lebih instan karena
cukup dengan membuka aplikasi
Gojek,
Fikri
dapat
memantau
keberadaan calon penumpang yang
hendak memesan Gojek, selain itu
Fikri tidak perlu menentukan atau
mematok
harga,
karena
sudah
Referensi
Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi
Perkembangan.
Bandung:
PT.
Refika Aditama
KNiST, 30 Maret 2014
Ali, Mohammad, dan Mohammad Asrori.
2012.
Psikologi
Remaja,
Perkembangan
Peserta
Didik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Daryanto.
2011.
Ilmu
Komunikasi.
Bandung: PT. Sarana Tutorial
Nurani Sejahtera.
Denzin, K., dan Yvonna D. Lincoln. 2009.
Handbook of Qualitative Research.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
437
ISBN: 978-602-61242-0-3
Lexy, J. Moleong. 2001. Metode Penelitian
Kualitatif.
Terjemahan
Arief
Sadiman. Bandung: Rosdakarya.
Satori, Djam’an, dan Aan Komariah. 2013.
Metode
Penelitian
Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi
Suatu
Pengantar.
Bandung:
Remaja Rosda Karya
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi
Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Santoso, Edi, dan Mite Setiansah. 2010.
Teori Komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu..
KNiST, 30 Maret 2014
438
Download