studi tingkat kematangan manajemen proyek pada perusahaan

advertisement
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Spectra
STUDI TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN PROYEK
PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI PROPINSI MALUKU
Dirk Eduard Tomaluweng
Yulvi Zaika
Indradi Wijatmiko
Program Pascasarjana Teknik Sipil (S-2) Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAKSI
Peningkatan pembangunan infrastruktur di Propinsi Maluku, khususnya
di Kota Ambon, membutuhkan penerapan maanjemen proyek (MP)
yang terencana dengan baik, sehingga menjamin keberhasilan proyek.
Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengetahui tingkat
kematangan manajemen proyek pada kontraktor di Ambon yang
berkualifikasi besar (PT) dan kualifikasi menengah (CV).
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 17
kontraktor untuk kontraktor kualifikasi besar (PT) dan 19 kontraktor
untuk kualifikasi menengah (CV). Instrumen penelitian diadopsi dari
Gray dan Larson dengan mengunakan analisis deskritif kuantitatif dan
analisa regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kedua kualifikasi perusahaan
konraktor termasuk dalam karakteristik kematangan MP pada level 3;
(2) pengaruh usia perusahaan kontraktor terhadap tingkat kematangan
MP terlihat signifikan, sedangkan pengaruh pengalaman perusahan
kontraktor terhadap tingkat kematangan MP terlihat signifikan pada
perusahaan besar; (3) faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi tingkat kematangan MP pada kontraktor kualifikasi
menengah adalah usia perusahaan, sedangkan pada kontraktor
kualifikasi besar adalah pengalaman perusahaan; (4) pada perusahaan
kualifikasi menengah tingkat kematangan MP tidak berpengaruh
signifikan terhadap keberhasilan proyek, sedangkan pada perusahaan
kualifikasi besar tingkat kematangan MP berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan proyek.
Kata Kunci: Manajemen Proyek, Tingkat Kematangan, Tingkat Keberhasilan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya pembangunan infrastruktur di Propinsi Maluku,
khususnya di Kota Ambon, perlu diikuti dengan meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk mencapai satu tujuan yang bermanfaat. Banyak yang
dapat dirasakan dalam menerapkan manajemen proyek (MP) dalam
32
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
pelaksanaan pembangunan. Manajemen proyek pada perusahaan jasa
konstruksi mempunyai peran yang sangat besar dalam menangani dan
melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan tahapan-tahapan manajemen
demi keberhasilan proyek.
Industri dan jasa konstruksi perlu meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme dalam menghadapi era globalisasi agar mampu berkarya
secara efisien dan produktif dalam memenuhi tuntutan masyarakat akan
tersedianya infrastruktur publik yang berkualitas. Untuk itu, penilaian
terhadap tingkat kematangan manajemen proyek pada perusahaan jasa
konstruksi menjadi penting dilakukan dengan tujuan mengetahui sampai
sejauh mana perusahaan tersebut sudah menerapkan manajemen proyek.
Berdasarkan kondisi-kondisi itulah, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai studi kematangan manajemen proyek pada perusahaan jasa
pelaksana konstruksi di Kota Ambon, khususnya kontraktor kualifikasi
menengah (Gred 5) dan kualifiksi besar (Gred 6 dan Gred 7), agar diperoleh
gambaran mengenai kematangan manajemen proyek yang sudah diraih
oleh perusahaan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kematangan manajemen proyek pada perusahaan jasa
konstruksi di Kota Ambon?
2. Apakah faktor internal perusahaan, seperti usia dan pengalaman
perusahaan berpengaruh terhadap kematangan manajemen proyek
yang telah dicapai?
3. Apakah faktor yang paling berpengaruh terhadap kematangan
proyek?
4. Apakah tingkat kematangan manajemen proyek berpengaruh
terhadap keberhasilan proyek?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kematangan manajemen proyek pada
perusahaan kontraktor di Kota Ambon.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor internal perusahaan (usia dan
pengalaman) terhadap kematangan manajemen proyek yang telah
dicapai perusahaan tersebut.
3. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap
kematangan proyek.
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kematangan manajemen
proyek terhadap keberhasilan proyek.
33
Spectra
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi penelitian lain yang
ingin mengetahui lebih mendalam mengenai tingkat kematangan
manajemen proyek yang telah dilakukan oleh perusahaan
kontraktor di Kota Ambon.
2. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan
kontraktor sebagai pelaksana proyek dan dapat dijadikan acuan
untuk dapat meningkatkan pada level kematangan manajemen
proyek selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Proyek Konstruksi
Menurut Soeharto (1999), proyek adalah suatu kegiatan sementara
yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumberdaya
tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya
sudah jelas. Santora (2003) menambahkan bahwa dalam proyek dibutuhkan
koordinasi dan pengendalian waktu, biaya, dan mutu terhadap setiap
pekerjaan.
Menurut Gray & Larson (2008), proyek adalah usaha yang kompleks,
tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumberdaya, dan spesifikasi
kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan
karakteristik utama suatu proyek adalah punya sasaran, ada rentang waktu
tertentu, biasanya melibatkan banyak departemen dan professional,
umumnya melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan,
serta waktu, biaya, dan persyaratan kinerja yang spesifik.
Terdapat beberapa jenis proyek, diantaranya adalah proyek
konstruksi. Menurut Ervianto (2003), proyek konstruksi adalah suatu
rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya
berjangka pendek. proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yaitu
bersifat unik, sumberdaya, dan organisasi.
Manajemen Proyek (MP)
Beberapa pengertian tentang manajemen proyek, antara lain:
a) Manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengendalikan sumberdaya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah digariskan (Kerzner,
1982).
b) Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges),
ketrampilan (skills), alat (tools), dan teknik (technigues) dalam
34
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek
(Menurut Budi Santosa, 2009 dalam PMBOK, 2004).
c) Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan
memimpin dan mengkoordinir sumberdaya yang terdiri dari
manusia dan material dengan menggunakan teknik pengelolaan
moderen untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan,
yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya serta memenuhi keinginan
para stakeholder (Project Management Institute, 2004).
Dari beberapa definisi tersebut diatas maka manajemen proyek
mengindikasikan bahwa: (1) manajemen proyek adalah sebuah metode,
disiplin, dan proses; (2) memiliki seperangkat alat untuk perencanaan,
implementasi, perawatan, pengawasan, dan evaluasi perkembangan
kegiatan; (3) selaras dengan tujuan dan capaian yang lebih besar dari
organisasi, sehingga manajemen proyek mendefinisikan apa saja yang
harus diselesaikan; serta (4) tantangan utama dalam manajemen proyek
adalah pengaturan sumberdaya dan cakupan/lingkup proyek, terutama
waktu, biaya, mutu, dan personel.
Organisasi Proyek
Prinsip-prinsip organisasi adalah nilai-nilai yang digunakan sebagai
landasan kerja bagi setiap orang yang ada dalam organisasi tersebut untuk
mencapai keberhasilan tujuan yang telah disepakati, meliputi :
1. Tujuan organisasi jelas, tugas yang dilakukan jelas, pembagian
tugas yang adil, penempatan posisi yang tepat, serta adanya
koordinasi dan integrasi.
2. Manajemen dalam organisasi terdiri dari tiga tingkatan pembuat
keputusan manajemen yaitu: manajemen tingkat bawah
(operasional), manajemen tingkat menengah (perencanaan dan
kontrol manajerial) dan manajemen tingkat atas (strategi).
3. Sistem yang baik adalah dengan tepat menyeimbangkan kebutuhan
organisasi induk dan kebutuhan proyek, yakni dengan menentukan
bersama antara proyek dan organisasi induk dalam hal wewenang.
Perbedaan Manajemen Mutu dengan Model Kematangan
Mutu merupakan salah satu tolak ukur kinerja proyek yang sangat
mempengaruhi hasil akhir dari tujuan dan sasaran proyek. Mutu, sebagai
acuan bagi kepuasaan pelanggan, sebaiknya diperlakukan dan dikendalikan
dengan standar yang telah teruji sebelumnya. Dalam konteks ini, mutu
dianggap sebagai salah satu elemen kunci dari metode dan teknik
manajemen proyek konstruksi. Sebagai konsekuensinya, sistem manajemen
mutu harus diterapkan, baik di tingkat perusahaan maupun di proyek.
35
Spectra
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Project Management Institute (PMI, 2000) menyatakan bahwa
manajemen mutu proyek merupakan proses diperlukan untuk meyakinkan
bahwa proyek akan memenuhi harapan dan kebutuhan, termasuk semua
kegiatan dari semua fungsi manajemen yang menentukan kebijakan, tujuan
dan tanggungjawab mutu. Dalam implementasnya diwujudkan dalam hal
seperti perencanaan mutu (quality planning/QP), penjaminan mutu (quality
assurance/QA), pengendalian mutu (quality control/QC) dan peningkatan/
penyempurnaan mutu (quality improvement/QI).
Mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu
produk atau jasa, seperti: kinerja, kehandalan, mudah dalam penggunaan,
estetika, dan lain sebagainya (Gaspersz, 2001).
ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem
manajemen mutu yang menetapkan persyaratan dan rekomendasi untuk
desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu yang bertujuan
untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/
atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
ISO 9001:2000 bukan merupakan standar produk karena tidak
menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk
(barang dan/atau jasa), tetapi hanyalah merupakan standar sistem
manajemen (Gaspersz, 2001). ISO 9001:2000 disusun berlandaskan pada 8
(delapan) prinsip manajemen mutu yang dapat digunakan oleh manajemen
senior sebagai kerangka kerja (framework) yang membimbing organisasi
menuju peningkatan kinerja.
Model Tingkat Kematangan Proyek (Maturity Model)
Menurut Gray dan Larson (2008) model kematangan adalah model
dari suatu perusahaan yang berusaha untuk tidak fokus kepada proses,
namun lebih fokus kepada keadaan organisasi yang telah meningkatkan
pengelolaan proyek, yaitu:
1. Level 1: Manajemen Proyek Ad Hoc (Umum)
Pada tingkatan ini proses manajemen proyek biasanya dilakukan
secara umum. Kesuksesan pada tingkat ini didasarkan pada kerja
keras dan kompetensi yang tinggi dari semua orang yang ada
didalam organisasi tersebut.
2. Level 2: Aplikasi Resmi Manajemen Proyek
Pada tingkat ini organisasi menerapkan prosedur dan teknik
manajemen proyek yang telah direncanakan, dilaksanakan, diukur,
dan dikontrol dengan baik (telah mencapai seluruh tujuan).
3. Level 3: Melembagakan Manajemen Proyek
Pada tingkat ini telah melembagakan sistem manajemen proyek
untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari organisasi.
36
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
4. Level 4: Manajemen Sistem Manajemen Proyek
Pada tingkatan ini organisasi mengembangkan sistem untuk
mengelola berbagai proyek yang sesuai dengan tujuan strategis
organisasi.
5. Level 5: Optimisasi Sistem Manajemen Proyek
Tingkatan ini terfokus pada peningkatan proses manajemen proyek
secara berkesinambungan melalui inovasi metode dan teknologi.
Pada tingkatan 5 ini suatu organisasi telah mencapai seluruh tujuan
khusus dan umum yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5.
Keberhasilan Proyek
Menurut Ashley, et al. (1987) dalam Kaming (2009), keberhasilan
proyek ditentukan oleh enam faktor, yaitu:
1. Upaya perencanaan pada konstruksi dan desain
2. Komitmen tujuan/sasaran oleh manajer proyek
3. Motivasi tim proyek dan orientasi tujuan
4. Kapabilitas teknik dari manajer proyek
5. Jangkauan dan definisi pekerjaan, dan
6. Sistem pengawasan.
Definisi berhasil adalah hasil yang lebih daripada yang diharapkan
atau keadaan yang dipandang normal pada hal-hal yang berhubungan
dengan: (1) biaya, (2) waktu, (3) kualitas, (4) keselamatan, dan (5) kepuasan
lain yang menyertainya.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian adalah dengan cara menganalisis data, yaitu
pendekatan yang bersifat objektif dengan metode pengujian statistik.
Dengan cara ini, maka penelitian dinyatakan sebagai penelitian survei yang
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data utama.
Penelitian dilakukan pada perusahaan kontraktor di Kota Ambon yang
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan selain sebagai
Ibukota Propinsi juga Kota Ambon sebagai pusat bisnis khususnya
kontraktor sebagai penyedia barang/jasa konstruksi.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah perusahaan jasa konstruksi yang
berkualifikasi menengah dan besar yang terdaftar sebagai anggota
GAPENSI tahun 2012 dan berlokasi di Kota Ambon. Jumlah anggota BPC
GAPENSI Kota Ambon yang terdaftar tahun 2012 berjumlah 320 kontraktor.
Kontraktor yang termasuk kualifikasi menengah dan besar (gred 5, 6, dan 7)
37
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Spectra
berjumlah 52 kontraktor, terdiri dari: 6 perusahaan gred 7, 14 perusahan
gred 6, dan 31 perusahaan gred 5.
Jumlah sampel yang diambil dari jumlah tersebut di atas sebagai objek
penelitian adalah sebanyak 34 kontraktor.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang di analisis terdiri dari variabel bebas
dan variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh usia dan pengalaman kerja
terhadap kematangan manajemen proyek dapat dibedakan menjadi variabel
bebas (independent) yaitu usia perusahaan (X1) dan pengalaman perusahan
(X2); sedangkan variabel terikat (dependent) adalah kematangan
manajemen proyek(Y’).
Untuk mengetahui pengaruh kematangan Manajemen Proyek
terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek dapat dibedakan menjadi
2 (dua) variabel, yaitu kematangan manajemen proyek (Y1) sebagai variabel
bebas dan tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek (Y2) sebagai variabel
terikat.
Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Penggunaan analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar
belakang perusahaan responden serta mengelompokkan tingkat
kematangan manajemen proyek yang dicapai oleh masing-masing
perusahaan kontraktor berdasarkan 5 skala Likert yang berawal dari sesuai
level 1 (bobot 1), sesuai level 2 (bobot 2), sesuai level 3 (bobot 3), sesuai
level 4 (bobot 4), sampai sesuai level 5 (bobot 5).
Analisis Statistik Inferensial (Analisis Regresi Linier Berganda)
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda untuk
menentukan hubungan dan pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya, dan regresi linier berganda untuk menentukan
satu hubungan dan pengaruh dua varibel bebas dengan variabel terikatnya.
Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat ditentukan
dengan cara menghitung koefisien korelasinya (r). Persamaan regresi linear
berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
dimana :
Y’
X1 dan X2
a
b
38
=
=
=
=
Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
Variabel independen
Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…Xn = 0)
Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan).
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
Pengujian Hipotesis
Beberapa teknik pengujian hipotesis yang digunakan antara lain:
1. Uji F digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh
lebih dari dua variabel.
2. Uji T (t-tes) digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya
pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh
mana variabel bebas yang dikemukakan mampu menjelaskan
variabel terikat.
Alur Penelitian
Alur dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram pada gambar
berikut ini.
Gambar 1.
Diagram Alur Penelitian
39
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Spectra
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Karakteristik dari perusahaan/kontraktor kualifikasi menengah (CV)
dan kualifikasi besar (PT) yag menjadi objek penelitian dapat digambarkan
pada tabel 1 dan 2 berikut ini.
Tabel 1.
Karakteristik Responden
Kualifikasi Menengah (CV)
Tabel 2.
Karakteristik Responden
Kualifikasi Besar (PT)
Sumber : Hasil Survei, 2013.
Analisis Deskriptif Jawaban
Analisis deskriptif jawaban dilakukan untuk menjelaskan distribusi
item-item dari sub variabel secara keseluruhan yang diperoleh dari jawaban
responden melalui kuisioner, baik dalam jumlah responden maupun dalam
angka persentase.
40
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
Hasil analisis deskriptif dijelaskan dalam tabel 3 s/d tabel 12 tentang
tingkat kematangan manajemen proyek.
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan Manajemen Proyek
Pernyataan
Proses manajemen proyek telah
diterapkan secara terstruktur
Cara dalam menjalankan proses
manajemen proyek
Alasan manajemen proyek
diperlukan dalam perusahaan
Kegiatan proses manajemen
proyek yang selalu dijalankan
perusahaan
Rerata Manajemen Proyek
1
Penerapan Manajemen Proyek
CV
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
23
60,53
10
26,32
1
2,63
1
2,63
3
7,89
1,71
1
PT
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
12
35,29
14
41,18
3
8,82
2
5,88
3
8,82
2,12
15
39,47
11
28,95
3
7,89
3
7,89
6
15,79 2,32
7
20,59
12
35,29
3
8,82
5
14,71
7
20,59
2,79
8
21,05
13
34,21
4
10,53
5
13,16
8
21,05 2,79
1
2,94
5
14,71
5
14,71
8
23,53
15
44,12
3,91
6
15,79
15
39,47
10
26,32
5
13,16
2
5,26
5
14,71
10
29,41
8
23,53
5
14,71
6
17,65
2,91
Rerata
2,53
2,34
Rerata
2,93
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Variabel Sistem Seleksi Proyek
Pernyataan
Seleksi perusahaan terhadap
proyek yang dilaksanakan
Frekuensi seleksi formal proyek
yang dilakukan perusahaan
Kriteria yang digunakan
perusahaan dalam menyeleksi
proyek
Jenis proyek yang sering
diseleksi secara formal
1
Sistem Seleksi Proyek
CV
3
2
4
Rerata
5
1
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
11
28,95
5
13,16
4
10,53
17
44,74
1
2,63
2,79
2
8
21,05
8
21,05
6
15,79
15
39,47
1
2,63
2,82
4
7
18,42
10
26,32
9
23,68
11
28,95
1
2,63
2,71
6
10
26,32
4
10,53
6
15,79
8
21,05
10
26,32
3,11
8
Rerata
Rerata Sistem Seleksi Proyek
F
PT
3
2
%
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
5,88
9
26,47
3
8,82
20
58,82
0
0,00
3,21
11,76
13
38,24
3
8,82
14
41,18
0
0,00
2,79
17,65
6
17,65
6
17,65
14
41,18
2
5,88
3,00
23,53
2
5,88
9
26,47
4
11,76
11
32,35
Rerata
2,86
3,24
3,06
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Struktur Organisasi Proyek
Pernyataan
Perusahaan menerapkan struktur
organisasi tertentu
Bentuk struktur yang diterapkan
perusahaan
Mekanisme kerja dalam
perusahaan berjalan sesuai
prosedur dan kebijakan yang
dibuat
Terdapat fleksibilitas dalam
menggunakan waktu dan sumber
daya untuk mencapai tujuan
perusahaan
Tujuan setiap pekerjaan yang
dikerjakan perusahaan sudah
didefinisikan secara jelas
Rerata Struktur Organisasi
Proyek
1
Struktur Organisasi Proyek
CV
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
6
15,79
4
10,53
9
23,68
18
47,37
1
2,63
4
10,53
8
21,05
14
36,84
9
23,68
3
4
10,53
7
18,42
9
23,68
16
42,11
1
2,63
11
28,95
13
34,21
3
0
0,00
11
28,95
9
23,68
11
Rerata
1
PT
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
3,11
0
0,00
4
11,76
25
73,53
5
14,71
0
0,00
3,03
7,89
2,97
4
11,76
4
11,76
16
47,06
8
23,53
2
5,88
3,00
2
5,26
3,13
0
0,00
4
11,76
5
14,71
21
61,76
4
11,76
3,74
7,89
10
26,32
3,26
2
5,88
11
32,35
11
32,35
0
0,00
10
29,41
3,15
28,95
7
18,42
3,37
2
5,88
4
11,76
0
0,00
21
61,76
7
20,59
3,79
3,17
Rerata
3,34
Sumber: Hasil Analisis, 2013
41
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Spectra
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Pre-planning Pelaksanaan Konstruksi
Pernyataan
1
F
Perusahaan telah memiliki
konsep perencanaan awal
4
tertentu dalam melaksanakan
proyek
Alasan perusahaan saat
perusahaan tidak melakukan pre15
planning sebelum melaksanakan
suatu pekerjaan
Konsistensi perusahaan dalam
8
melakukan pre-planning untuk
melaksanakan proyek
Mtode yang diterapkan
perusahaan dalam merencanakan 7
jadwal proyek
Perencanaan proyek telah
18
dilakukan oleh divisi tersendiri
Pre-planning Pelaksanaan
Konstruksi
Pre-planning Pelaksanaan Konstruksi
CV
3
2
Rerata
5
4
%
F
%
F
%
F
%
F
%
10,53
18
47,37
3
7,89
4
10,53
9
23,68
39,47
7
18,42
5
13,16
8
21,05
3
21,05
13
34,21
10
26,32
5
13,16
18,42
14
36,84
1
2,63
14
47,37
5
13,16
12
31,58
2
1
PT
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
2,89
0
0,00
17
50,00
5
14,71
4
11,76
8
23,53
3,09
7,89
2,39
9
26,47
0
0,00
1
2,94
12
35,29
12
35,29
3,53
2
5,26
2,47
6
17,65
5
14,71
9
26,47
7
20,59
7
20,59
3,12
36,84
2
5,26
2,74
8
23,53
11
32,35
2
5,88
12
35,29
1
2,94
2,62
5,26
1
2,63
2,03
15
44,12
3
8,82
12
35,29
3
8,82
1
2,94
2,18
Rerata
Rerata
2,51
2,91
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Pengelolaan Kegiatan Konstruksi
Pernyataan
1
Perusahaan telah mengelola
proyeknya secara baik sesuai
dengan Rencana dan Syaratsyarat saat pelaksanaan
Acuan yang digunakan
perusahaan saudara dalam
pelaksanaan proyek
Pengelolaan sumber daya yang
telah dilakukan perusahaan
dalam pelaksanaan proyek
Pengelolaan biaya yang telah
dilakukan perusahaan dalam
pelaksanaan proyek
Rerata Pengelolaan Kegiatan
Konstruksi
Pengelolaan Kegiatan Konstruksi
CV
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
2
5,26
13
34,21
11
28,95
1
2,63
11
28,95
0
0,00
9
23,68
14
36,84
6
15,79
9
2
5,26
10
26,32
12
31,58
9
23,68
4
10,53
17
44,74
13
34,21
4
10,53
1
PT
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
3,16
0
0,00
12
35,29
3
8,82
6
17,65
13
38,24
3,59
23,68
3,39
0
0,00
7
20,59
11
32,35
7
20,59
9
26,47
3,53
5
13,16
3,13
2
5,88
12
35,29
6
17,65
7
20,59
7
20,59
3,15
0
0,00
2,45
0
0,00
15
44,12
8
23,53
9
26,47
2
5,88
2,94
Rerata
Rerata
3,03
3,30
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 8.
Distribusi Frekuensi Manajemen Mutu Dalam Pelaksanaan Proyek
Pernyataan
Penerapan sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 oleh
perusahaan
Proses yang terlibat dalam
manajemen proyek integrasi
dalam perusahaan
Terdapat prosedur baku dalam
pelaksanaan proyek untuk
mencapai hasil proyek yang
tepat kualitas
Kriteria prosedur baku yang
meliputi pemahaman dokumen
kontrak
Cara yang diterapkan
perusahaan dlam melakukan
pengendalian mutu suatu proyek
Rerata Manajemen Mutu
dalam Pelaksanaan Proyek
1
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
9
23,68
11
28,95
8
21,05
5
13,16
5
13,16
6
15,79
10
26,32
6
15,79
15
39,47
1
7
18,42
9
23,68
8
21,05
6
15,79
4
10,53
6
15,79
5
13,16
18
2
5,26
8
21,05
15
39,47
8
Sumber: Hasil Analisis, 2013
42
Manajemen Mutu dalam Pelaksanaan Proyek
CV
3
2
Rerata
1
PT
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
2,63
8
23,53
4
11,76
4
11,76
6
17,65
12
35,29
3,29
2,63
2,87
8
23,53
5
14,71
7
20,59
7
20,59
7
20,59
3,00
8
21,05
2,97
0
0,00
16
47,06
4
11,76
4
11,76
10
29,41
3,24
47,37
5
13,16
3,37
0
0,00
2
5,88
11
32,35
11
32,35
10
29,41
3,85
21,05
5
13,16
3,16
0
0,00
13
38,24
8
23,53
9
26,47
4
11,76
3,12
3,00
Rerata
3,30
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
Tabel 9.
Distribusi Frekuensi Pengendalian Kegiatan Konstruksi
Pernyataan
Penerapan sistem pengendalian
proyek pada perusahaan
Perhatian perusahaan terhadap
penerapan sistem pengendalian
proyek
Metode yang digunakan untuk
mengevaluasi biaya dan jadwal
kegiatan pada perusahaan
Analisa yang digunakan pada
tahap evaluasi suatu pekerjaan
Manfaat dalam melakukan
evaluasi di setiap progress
tertentu (milestone )
Rerata Pengendalian
Kegiatan Konstruksi
1
Pengendalian Kegiatan Konstruksi
CV
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
4
10,53
14
36,84
14
36,84
3
7,89
3
7,89
5
13,16
15
39,47
6
15,79
3
7,89
9
23,68
4
10,53
13
34,21
8
21,05
5
13,16
8
4
10,53
10
26,32
16
42,11
3
7,89
0
0,00
21
55,26
9
23,68
1
2,63
1
PT
3
2
F
%
F
%
2,66
2
5,88
13
2,89
0
0,00
6
21,05
3,00
4
11,76
5
13,16
2,87
1
7
18,42
2,84
0
Rerata
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
38,24
9
26,47
3
17,65
13
38,24
2
8,82
7
20,59
3,00
5,88
13
38,24
3,65
10
29,41
3
8,82
6
17,65
11
32,35
3,29
2,94
8
23,53
12
35,29
11
32,35
2
5,88
3,15
0,00
12
35,29
13
38,24
2
5,88
7
20,59
Rerata
2,85
3,12
3,24
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 10.
Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Penerapan SIMP
Pernyataan
1
F
Penerapan SIMP dalam
8
perusahaan
Kepentingan penerapan SIMP
4
dalam perusahaan
Penyelenggaraan pekerjaan yang
12
telah mendapatkan aplikasi
penggunaan SIMP
Permasalahan yang dihadapi saat
9
menggunakan SIMP
Rerata Penerapan SIMP
(Sistem Informasi manajemen
Proyek)
Penerapan SIMP (Sistem Informasi manajemen Proyek)
CV
3
2
%
F
%
F
21,05
13
34,21
10,53
16
42,11
31,58
7
23,68
15
4
Rerata
5
%
F
%
F
3
7,89
4
10,53
10
4
10,53
3
7,89
11
18,42
5
13,16
2
5,26
39,47
7
18,42
4
10,53
%
1
PT
3
2
4
F
%
F
%
F
%
26,32 2,87
5
14,71
14
41,18
8
28,95 3,03
9
26,47
7
20,59
0
12
31,58 2,87
3
8,82
12
35,29
3
7,89
13
38,24
9
26,47
Rerata
2,39
Rerata
5
F
%
F
%
23,53
5
14,71
2
5,88
2,56
0,00
11
32,35
7
20,59
3,00
1
2,94
8
23,53
10
29,41
3,29
7
20,59
2
5,88
3
8,82
2,21
Rerata
2,79
2,76
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 11.
Distribusi Frekuensi Penerapan Audit Proyek
Pernyataan
Penerapan sistem audit proyek
pada perusahaan
Kepentingan penerapan sistem
audit proyek dalam perusahaan
Pelaksanaan sistem audit proyek
telah dilakukan oleh divisi
tertentu
Rerata Penerapan Audit
Proyek
Penerapan Audit Proyek
CV
3
2
1
F
%
F
%
F
10
26,32
11
28,95
10
26,32
11
28,95
6
15,79
10
26,32
4
%
F
%
F
2
5,26
9
23,68
6
4
10,53
7
18,42
6
10
26,32
4
10,53
8
Rerata
Rerata
5
%
1
PT
3
2
4
F
%
F
%
F
%
F
15,79 2,74
14
41,18
10
29,41
1
2,94
15,79 2,68
16
47,06
4
11,76
3
8,82
21,05 2,95
14
41,18
6
17,65
8
23,53
2,79
Rerata
Rerata
5
%
F
%
3
8,82
6
17,65
2,32
9
26,47
2
5,88
2,32
0
0,00
6
17,65
2,35
2,33
Sumber: Hasil Analisis, 2013
43
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Spectra
Tabel 12.
Distribusi Frekuensi Pelatihan Manajemen Proyek
Pernyataan
1
Pengadaan pelatihan manajemen
proyek pada para staf
perusahaan
Alasan perusahaan saat tidak
mengadakan pelatihan
manajemen proyek
Investasi perusahaan dalam
mengadakan pelatihan
manajemen proyek
Rerata Pelatihan Manajemen
Proyek
Pelatihan Manajemen Proyek
CV
3
2
Rerata
5
4
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
11
28,95
16
42,11
6
15,79
3
7,89
2
5,26
14
36,84
7
18,42
9
23,68
8
21,05
0
7
18,42
11
28,95
8
21,05
9
23,68
3
1
PT
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
2,18
3
8,82
23
67,65
4
11,76
2
5,88
2
5,88
2,32
0,00
2,29
12
35,29
7
20,59
5
14,71
3
8,82
7
20,59
2,59
7,89
2,74
11
32,35
16
47,06
1
2,94
5
14,71
1
2,94
2,09
Rerata
Rerata
2,40
2,33
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Berdasarkan tabel 3 s/d tabel 12 maka dapat dijelaskan menggunakan
diagram pada gambar di bawah ini.
Rata-rata Skor
4
3
2.93
2.86
3.17
3.06
3.34
3.03
2.91
3.30
3.00
3.30
3.24
2.85
2.51
2.34
2.79 2.76
2.79
2.40 2.33
2.33
2
CV
1
PT
0
Penerapan Sistem Seleksi Struktur
Manajemen
Proyek
Organisasi
Proyek
Proyek
Pre-planning
Pelaksanaan
Proyek
Pengelola
Kegiatan
Konstruksi
Manajemen Pengendalian
Mutu dalam
Kegiatan
Pelaksanaan Konstruksi
Proyek
Indikator
Penerapan
SIMP
Penerapan
Pelatihan
Audit Proyek Manajemen
Proyek
Gambar 2.
Diagram Variabel Tingkat Kematangan Proyek pada CV dan PT
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Distribusi frekuensi untuk variabel tingkat keberhasilan proyek
dijelaskan pada Tabel 13.
Tabel 13.
Distribusi Frekuensi Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Proyek
Pernyataan
Presentasi proyek yang
mengalami keterlambatan dalam
kurun waktu 5 tahun
Alasan yang membuat
perusahaan tidak mencapai
keberhasilan proyek
Bentuk tingkat keberhasilan
yang dicapai oleh perusahaan
dalam melaksanakan proyek
Alasan perusahaan saat
mengalam keterlambatan dalam
pelaksanaan proyek
Kriteria yang diterapkan
perusahaan dalam memilih
proyek
Hal yang telah dilakukan untuk
meningkatkan dan
mengembangkan perusahaan
dengan dasar pemenuhan
kepuasan pelanggan
1
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
0
0,00
5
13,16
7
18,42
14
36,84
12
31,58
2
5,26
5
13,16
9
23,68
9
23,68
13
1
2,63
3
7,89
5
13,16
20
52,63
9
23,68
1
2,63
8
21,05
14
0
0,00
3
7,89
10
26,32
0
0,00
11
28,95
7
18,42
Rerata Tingkat Keberhasilan
Pelaksanaan Proyek
Sumber: Hasil Analisis, 2013
44
Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Proyek
CV
3
2
Rerata
1
PT
3
2
4
Rerata
5
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
3,87
0
0,00
0
0,00
5
14,71
12
35,29
17
50,00
4,35
34,21
3,68
2
5,88
8
23,53
9
26,47
6
17,65
9
26,47
3,35
9
23,68
3,87
2
5,88
9
26,47
0
0,00
10
29,41
13
38,24
3,68
36,84
6
15,79
3,18
6
17,65
1
2,94
2
5,88
15
44,12
10
29,41
3,65
19
50,00
6
15,79
3,74
2
5,88
4
11,76
2
5,88
26
76,47
0
0,00
3,53
10
26,32
10
26,32
3,50
0
0,00
2
5,88
3
8,82
15
44,12
14
41,18
4,21
3,64
Rerata
3,79
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji Validitas
Hasil analisis validitas dapat dijelaskan pada tabel 15.
Tabel 14.
Hasil Uji Validitas Instrument
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Hasil uji validitas berdasarkan tabel 15, terdapat pada semua item
pertanyaan dinyatakan valid pada variabel Tingkat Kematangan Manajemen
Proyek (Y1) maupun Tingkat Keberhasilan Manajemen Proyek(Y2), karena
telah memenuhi kriteria pengujian, yaitu nilai korelasi product moment (r)>
0,3.
Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas (kehandalan) instrument menggunakan nilai Alpha
Cronbach (α) dapat dijelaskan pada tabel 15.
45
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Spectra
Tabel 15.
Hasil Uji Reliabilitas
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Hasil Uji Reliabiltas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai
koefisien Alpha Cronbach > 0,6; sehingga dapat dikatakan instrumen
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel (handal)
sehingga dapat digunakan dalam analisis.
Analisis Regresi Linear Berganda
Perusahaan Kualifikasi Menengah (CV)
Analisis regresi digunakan untuk mendapatkan pengaruh variabelvariabel bebas (X1 dan X2) terhadap Y. Hasil analisis regresi untuk tingkat
kematangan proyek dapat dijelaskan pada tabel 16.
Tabel 16.
Hasil Analisis Regresi Tingkat Kematangan Proyek CV
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Dari hasil analisis regresi pada Tabel 16 diperoleh model regresi
tingkat kematangan manajemen proyek terhadap usia perusahaan,
pengalaman perusahaan, dan kualifikasi perusahaan sebagai berikut:
Y = 1,787 + 0,075X1+ 0,181X2
Interpretasi model regresi tersebut adalah sebagai berikut:
β1 = 0,075
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan
skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada X1 dan variabel yang lain
dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi
peningkatan pada variabel Y sebesar 0,075. Sebaliknya, apabila X1
menurun, maka akan terjadi penurunan pada Y sebesar 0,075.
46
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
β2 = 0,181
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan
skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada X2 dan variabel yang lain
dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi
peningkatan pada variabel Y sebesar 0,181. Sebaliknya, apabila X2
menurun, maka akan terjadi penurunan pada Y sebesar 0,181.
Hasil analisis regresi pada tingkat keberhasilan proyek dapat
dijelaskan pada Tabel 17.
Tabel 17.
Hasil Analisis Regresi Tingkat Keberhasilan Proyek CV
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Berdasarkan hasil analisis Regresi pada tabel 18 diperoleh model
regresi tingkat keberhasilan proyek (X) terhadap tingkat kematangan
Manajemen Proyek (Y) sebagai berikut:
Y2 = 3,151 + 0,174Y1
Interpretasi model regresi tersebut adalah sebagai berikut :
β0 = 3,151
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh Y1,
variabel Y2 akan bernilai sebesar 3,151.
β1 = 0,174
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan
skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada Y1dan variabel yang lain
dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi
peningkatan pada variabel Y2sebesar 0,174. Sebaliknya, apabila X2
menurun, maka akan terjadi penurunan pada Y2 sebesar 0,174.
Perusahaan Kualifikasi Besar (PT)
Hasil anlisis regresi pada tingkat kematangan proyek
perusahaan kualifikasi besar (PT) dapat dijelasakan pada tabel 18.
pada
47
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Spectra
Tabel 18.
Hasil Analisis Regresi Pada Tingkat Kematangan Proyek PT
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Dari hasil analisis regresi pada tabel 18 diperoleh model regresi tingkat
kematangan proyek (Y) terhadap X (usia dan pengalaman perusahaan)
sebagai berikut:
Y = 2,056 -0,066X1+ 0,690X2
Interpretasi model regresi tersebut adalah sebagai berikut:
β1 = -0,066
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan
skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada X1 dan variabel yang lain
dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi
penurunan pada variabel Y sebesar 0,066. Sebaliknya, apabila X1 menurun,
maka akan terjadi peningkatan pada Y sebesar 0,066.
β2 =0,690
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan
skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada X2 dan variabel yang lain
dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi
peningkatan pada variabel Y sebesar 0,690. Sebaliknya, apabila X2
menurun, maka akan terjadi penurunan pada Y sebesar 0,690.
Sedangkan hasil analisis regresi pada tingkat keberhasilan proyek
dapat dijelaskan pada tabel 19.
Tabel 19.
Hasil Analisis Regresi Tingkat Keberhasilan ProyekPada PT
Sumber: Hasil Analisis, 2013
48
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
Berdasarkan hasil analisis Regresi pada Tabel 19 diperoleh model
regresi tingkat keberhasilan proyek (X) terhadap tingkat kematangan
manajemen proyek (Y) sebagai berikut :
Y2 = 2,251+ 0,515Y1
Interpretasi model regresi tersebut adalah sebagai berikut:
β0 = 2,251
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh Y1,
variabel Y2 akan bernilai sebesar 2,251.
β1 = 0,515
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan
skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada Y1 dan variabel yang lain
dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi
peningkatan pada variabel Y2 sebesar 0,515. Sebaliknya, apabila X2
menurun, maka akan terjadi penurunan pada Y2 sebesar 0,515.
Pembahasan
Perbandingan Koefisien Regresi pada Tingkat Kematangan
Manajemen Proyek antara CV dan PT
Gambar 3.
Perbandingan Koefisien Regresi X1 dan X2 terhadap Y1 Antara CV dan PT
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa:
a) Pada CV diperoleh hasil bahwa koefisien regresi pada X1 (usia
perusahaan) bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
terdapat kenaikan pada usia perusahaan, maka akan berakibat
terjadinya kenaikan pula pada tingkat kematangan MP. Pada X2
(pengalaman perusahaan), diperoleh koefisien yang bernilai positif
pula. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terdapat kenaikan pada
pengalaman perusahaan, maka akan berakibat terjadinya kenaikan
pula pada tingkat kematangan MP.
b) Pada PT diperoleh hasil bahwa koefisien regresi pada X1 (usia
perusahaan) bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
49
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Spectra
terdapat kenaikan pada usia perusahaan, maka akan berakibat
terjadinya penurunan pada tingkat kematangan MP.
Untuk X1 terjadi penurunan tingkat kematangan manajemen proyek
(MP) untuk setiap kenaikan usia perusahaan (X1). Hal ini bisa terjadi karena
pertambahan usia pada perusahaan kontraktor di Kota Ambon tidak diikuti
dengan pertambahan pengalaman. Dengan demikian, walaupun
perusahaan tersebut sudah berdiri lama, tetapi tingkat kematangannya akan
rendah karena pengalaman perusahaan yang rendah. Untuk X2 diperoleh
koefisien yang bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terdapat
kenaikan pada pengalaman perusahaan, maka akan berakibat terjadinya
kenaikan pula pada tingkat kematangan MP.
Perbandingan Koefisien Regresi Pada Tingkat Keberhasilan
Proyek antara CV dan PT
Hasil analisis regresi pada Tingkat Keberhasilan Proyek pada CV dan
PT maka dapat digambarkan dalam diagram pada Gambar 4.
Gambar 4.
Perbandingan Koefisien Y1 terhadap Y2 Antara CV dan PT
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Gambar 4 tersebut di atas menunjukkan bahwa:
a) Tampak bahwa koefisien regresi pada model regresi pada PT
menunjukkan koefisien yang lebih besar dibandingkan dengan
model regresi pada CV. Hal ini berarti bahwa, pengaruh tingkat
kematangan proyek pada PT memberikan pengaruh yang lebih
besar terhadap tingkat keberhasilan proyek dibandingkan dengan
CV.
b) Tampak bahwa pada kedua model regresi, diperoleh koefisien
regresi yang bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan tingkat kematangan proyek akan memberikan dampak
positif berupa peningkatan tingkat keberhasilan proyek, baik pada
CV maupun PT.
50
Kematangan Manajemen Proyek Dirk Eduard Tomaluweng | Yulvi Zaika | Indradi Wijatmiko
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Kedua kualifikasi perusahaan, yaitu CV dan PT, termasuk dalam
karakteristik kematangan MP pada level 3, yaitu perusahaan
kontraktor yang sudah melembagakan sistem MP untuk memenuhi
kebutuhan dari organisasi.
2. Pengaruh internal perusahaan, yaitu: (a) usia perusahaan terhadap
tingkat kematangan MP pada kontraktor di Kota Ambon
berkualifikasi menengah (CV) dan besar (PT) berpengaruh secara
signifikan, dan perusahaan besar (PT) berpengaruh signifikan, (b)
pengaruh pengalaman perusahaan terhadap tingkat kematangan
MP pada kontraktor di Kota Ambon berkualifikasi menengah (CV)
tidak berpengaruh signifikan dan pada perusahaan besar (PT)
berpengaruh signifikan.
3. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat
kematangan MP pada kontraktor kualifikasi menengah (CV) adalah
faktor usia perusahaan, sedangkan pada kontraktor kualifikasi
besar (PT) adalah faktor pengalaman.
4. Pada perusahaan kualifikasi menengah (CV) tingkat kematangan
MP tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek,
sedangkan pada perusahaan kualifikasi besar (PT) tingkat
kematangan MP berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan proyek.
DAFTAR PUSTAKA
Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi. Jakarta: PT. Pradnya
Paramitha.
Barrie, D.S. 1993. Manajemen Konstruksi Profesional. (Revisi Edisi II). Jakarta:
Erlangga.
Bay, AF. Skifmore, M. & Susilowati, C. 2005, Maturity Level of Project Management:
A Survey Conducted in Several Places in Indonesia (Tingkat Kematangan
Manajemen Proyek: Survey di Beberapa Tempat di Indonesia). Jurnal
Dimensi Teknik Sipil. Edisi 7. No.2. p.81-89. Surabaya: Univeristas Petra.
Broun, M. 1996. Manajemen Proyek yang Sukses. (Cetakan II). Jakarta: PT. Kesaint
Blanc Indah Corp.
Druker Peter F. 1978. Manajemen: Tugas, Tanggungjawab, Praktek. Jakarta: PT.
Gramedia.
Gray, L. 2007. Manajemen Proyek: Proses Manajerial. (Edisi 3). Yogyakarta: PT.
Andi.
Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat. (Edisi 2). Yogyakarta: BPFE.
Husen, A. 2008. Manajemen Proyek: Perencanaan, Pengendalian dan
Pengendalian Proyek. Yogyakarta: PT. Andi.
Koortz, H. et all. 1987. Manajemen. (Jilid I, Edisi VII). Jakarta: Erlangga.
51
Spectra
Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 32-52
Kristiyanti, W.S. 2012. Kajian Strategi Daya Saing Kontraktor Jasa Konstruksi.
Jurnal Matrix. Vol.2. No.1. h.57-65.
LPJK Nomor 11. 2006. Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. Jakarta.
Rasyid, E.R. 2001. Rambu-rambu Pokok dalam Manajemen Proyek. Jakarta: Radar
Jaya Pratama.
Riduan & Sunarto, H. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Surya, N.I. 2011. Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Kualitas Pekerjaan
Proyek Konstruksi di Kabupaten Jembrana. Tesis. Tidak Diterbitkan. Bidang
Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi. Mensesneg, Jakarta.
52
Download