TINJAUAN KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL DALAM MENGUBAH SIKAP TAAT AKAN NORMA (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas) NINCE RERE JULIANSA SIHOMBING 100904051 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil Dalam Mengubah Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum). Tujuan penelitian untuk mengetahui norma-norma dalam kelompok, proses komunikasi kelompok dalam menanamkan sikap taat akan norma dan sikap anggota kelompok Re’uwel akan norma tersebut. Teori yang digunakan adalah teori Komunikasi, Komunikasi kelompok kecil, Sikap, Teori Integrasi Informasi, Analisis Proses Interaksi. Penelitian ini menggunakan studi kasus kualitatif dan dinarasikan secara interpretatif. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap 3 orang anggota kelompok Re’uwel dan 1 orang pemimpin kelompok sebagai informan serta 2 orang anggota kelompok non-aktif menjadi anggota sebagai informan tambahan. Hasil penelitian ini adalah norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum adalah jika terlambat konsekuensinya adalah membawa gorengan, memenuhi saat teduh setiap hari, memiliki jam doa pribadi, tidak mempraktekkan aktifitas contek mencontek saat ujian, tidak melakukan titip absen, dan disiplin waktu. Perubahan sikap yang terjadi dalam diri setiap anggota adalah sebagai hasil interaksi dalam kelompok. Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok adalah berusaha untuk taat dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Kata Kunci : Komunikasi Kelompok kecil, Kelompok Re’uwel, Sikap Taat, Norma. PENDAHULUAN Konteks Masalah Manusia secara hakiki adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya senantiasa membutuhkan bantuan atau pertolongan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan mampu bertahan hidup sendiri, dia perlu berinteraksi, hidup saling ketergantungan dengan orang lain serta membutuhkan orang lain dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Oleh sebab itu interaksi yang dilakukan manusia untuk bertahan hidup ialah melalui komunikasi. Menurut Mednick, Higgins & Kirschenbaum dalam Psikologi Sosial Tri Dayakisni, informasi yang diterima dalam kegiatan komunikasi dapat mempengaruhi sikap setiap individu. Sikap yang berupa evaluasi terhadap objek, isu, atau orang yang 1 timbul dari interelasi afektif, kognitif dan behavioral bukan merupakan suatu bawaan, malainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan. Interaksi komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil biasanya memiliki peranan besar dalam proses perubahan sikap. Salah satu kesimpulan penelitian kelompok kecil yang tercatat secara baik adalah bahwa para anggota kelompok cenderung mempunyai penilaian yang sama tentang suatu masalah apabila mereka dihadapkan pada penilaian lain. Utterback dalam Komunikasi Kelompok oleh Golberg dan Larson telah mengadakan serangkaian evaluasi tentang perubahan sikap yang terjadi dalam konferensikonferensi antar perguruan tinggi mengenai berbagai masalah yang menonjol dalam masyarakat (Goldberg 1985:39) Penelitian Utterback akan perubahan sikap dalam konferensi-konferensi antar perguruan tinggi tersebut melibatkan kelompok sekunder yang hubungannya tak perlu berdasarkan kenal-mengenal secara pribadi, dan sifatnya juga tidak begitu langgeng namun formal. Bagaimana dengan komunikasi kelompok kecil primer dalam merubah sikap? Kelompok primer (face to face group) berperan penting dalam mengembangkan sifat-sifat sosial individu, antara lain mengindahkan normanorma, melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan kelompok sosialnya, belajar bekerja sama dengan individu-individu lainnya dan mengembangkan kecakapannya guna kepentingan kelompok. Kelompok agama Re’uwel merupakan contoh kelompok kecil bersifat primer yang ada ditengah mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara Fakultas Hukum. Kelompok kecil ini bertumbuh dibawah naungan kelompok besar Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara sebagai wadah pembinaan mental dan spiritual. Misi Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Fakultas Hukum adalah Penginjilan, Pembinaan, Pelipatgandaan dan Pengutusan. Sebagai aplikasi misi pembinaan Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara maka dibentuklah kelompok kecil. Dimana dalam kelompok kecil terjadi pembinaan anggota agar setiap anggota mengenal Tuhan Yesus Kristus dalam iman dan pengetahuan sehingga memiliki karakter seorang murid kristus yang memegang teguh firman Tuhan (Alkitab). Setiap anggota dibina untuk meyakini lahir barunya (pertobatan), memiliki sikap taat disiplin rohani dan memiliki perubahan nilai-nilai hidup menjadi lebih baik sehingga memiliki karakter Allah berlandaskan Dasar dan Pedoman Pelayanan UKM KMK USU yang menyatakan Alkitab sebagai dasar kepercayaan secara mutlak berotoritas. Nilai-nilai hidup dalam norma umum yang universal berlandaskan Dasar dan Pedoman Pelayanan UKM KMK USU menjadi kewajiban untuk ditaati setiap anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma-norma tersebut dapat bermacam-macam. Faktanya menanamkan sikap taat akan norma terhadap anggota kelompok tidaklah mudah. Melalui komunikasi kelompok kecil yang efektif para anggota kelompok akan memperhatikan pesan, memahami pesan, terpengaruh dengan pesan dan akan bersikap dan berperilaku sesuai pesan yang disampaikan. Dalam hal ini, untuk itulah peneliti tertarik melakukan penelitian ini. 2 Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka peneliti memfokuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah proses Komunikasi Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum dalam menanamkan sikap taat akan norma?” Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum 2. Mengetahui proses komunikasi kelompok kecil Re’uwel dalam menanamkan sikap taat akan norma. 3. Mengetahui perubahan sikap taat pemimpin kelompok dan anggota kelompok Re’uwel akan norma. URAIAN TEORITIS Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka (Arni, 2002 : 182). Faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok. Jalanuddin Rahmat dalam Marhaeni 2004 menyatakan 4 karakteristik kelompok yang mempengaruhi keefektifan kelompok, yaitu ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi kelompok kepemimpinan Norma Kelompok Kecil Norma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur sikap dan perilaku atau perbuatan anggota kelompok. Golberg dan Larson menjelaskan bahwa norma-norma mengatur tingkah laku anggota kelompok. Norma terdiri dari gambaran tentang bagaimana seharusnya mereka bertingkah laku. Norma terbagi dalam pola-pola dan aspek-aspek yang dapat dapat diperkirakan dari kegiatan maupun dari segi pandangan kelompok. (Huraerah 2006: 32) Sikap Sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu, atau orang yang menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap cenderung kompleks secara kognitif tetapi relatif sederhana secara evaluatif. Teori Integrasi Informasi Teori integrasi informasi (dalam Morisson 2013), memusatkan perhatian pada cara komunikator mengumpulkan dan mengatur informasi mengenai orang lain, benda-benda, situasi serta ide-ide untuk membentuk sikap (attitudes). 3 Perubahan sikap dipengaruhi oleh dua variabel penting. Pertama, adalah “valen” (valance) atau arah yang mengacu pada apakah informasi yang diterima. Kedua, bobot yang di berikan dalam informasi yang merupakan sebuah kegunaan dari kredibilitas. Analisis Proses Interaksi Robert Bales menyusun teori mengenai analisis proses interaksi (interaction process analysis) mengenai komunikasi kelompok kecil untuk menjelaskan mengenai jenis-jenis pesan yang saling dipertukarkan orang dalam kelompok, bagaimana pesan-pesan itu membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok, dan bagaimana pesan tersebut mempengaruhi karakter atau sifat kelompok secara keseluruhan. Kerangka Pemikiran: Komunikasi Kelompok Kecil Re’uwel Faktor-faktor Efektivitas Komunikasi Kelompok : 1. Ukuran Kelompok 2. Jaringan Kelompok 3. Kohesi Kelompok 4. Kepemimpinan Analisis Proses Interaksi: -Tindakan Positif - Jawaban - Pertanyaan - Tindakan Negatif Teori Integrasi Informasi: - Valance (arahan) - Bobot terhadap informasi Norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum Sikap taat akan Norma : - Kesediaan - Internalisasi - Identifikasi 4 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah Komunikasi Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Fakultas Hukum dalam menanamkan sikap taat akan norma. Subjek Penelitian Subjek penelitian merupakan Pemimpin dan Anggota Kelompok Kecil Re’uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Fakultas Hukum yang berperan sebagai informan dan berhubungan dengan kasus penelitian yang akan diteliti. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi 2. Metode wawancara 3. Studi Kepustakaan Lokasi dalam penelitian ini adalah Sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Hukum yang terletak di Jl. Piano, no.6. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini berlansung selama tiga bulan. Teknik Analisis Data Maleong mendefinisikan analisis data sebagai proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Kriyantono, 2007:163). Menurut B.Milles dan Michael Huberman (Patilima, 2005 :96) membagi bagi tiga proses data kualitatif yaitu : 1. Reduksi data, proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan dilapangan. 2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengamatan tindakan 3. Penarikan kesimpulan, kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis, peneliti mendapati bahwa norma-norma yang berlaku dalam kelompok Re’uwel adalah jika terlambat konsekuensinya adalah membawa gorengan, memenuhi saat teduh setiap hari, memiliki jam doa pribadi, tidak mempraktekkan aktifitas contek mencontek saat ujian, tidak melakukan titip absen, dan disiplin waktu. Norma-norma tersebut terbentuk berdasarkan pengalaman pribadi setiap anggota yang kemudian disepakati bersama sebagai 5 pedoman-pedoman dalam mengatur sikap dan perilaku atau perbuatan anggota kelompok. Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok adalah berusaha untuk taat dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Beberapa norma umum yang sifatnya universal telah dijadikan sebagai norma pribadi yang diaplikasikan dengan penuh kesadaran. Dibutuhkan waktu kurang lebih satu tahun bagi setiap anggota untuk mengadopsi setiap norma tersebut menjadi norma pribadinya. Pembentukan karakter yang baik adalah langkah awal untuk menanamkan sikap taat kepada setiap anggota. Anggota secara evaluatif dipahami karakter pribadianya baik sanguin, melankolis, plegmatis dan lain-lain. Setelah karakterkarakter yang dimiliki dipahami secara personal maka setiap anggota diperkenalkan untuk mengontrol setiap karakter negatif. Hal ini sebagai dampak dari efektifitas proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil. Unsur-unsur komunikasi dalam komunikasi kelompok kecil Re’uwel adalah komunikator, encoding, saluran, pesan, decoding, komunikan, umpan balik dan noise. Dalam komunikasi kelompok kecil Re’uwel, komunikator sebagai pihak yang mengawali komunikasi tidak terpaku hanya pada satu orang. Baik pemimpin maupun anggota kelompok memiliki kesempatan berperan sebagai komunikator. Anggota-anggota kelompok kecil dapat berkomunikasi dengan mudah. Sumber dan penerima dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama sehingga mempunyai alasan yang sama bagi anggotanya untuk berinteraksi. Hal ini menyatakan bahwa semua anggota memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Dalam proses komunikasi yang berlangsung, sebelum pesan dikirimkan, pengirim mengemas (encoding) ide atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami. Dari hasil penelitian, setiap anggota mengemas pesan proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding. Pesan yang akan dikirimkan berupa materi pembahasan Firman Tuhan yang disesuaikan dengan kurikulum pelayanan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara terdiri dari Pekabaran Injil melalui Penelaahan Alkitab (PIPA), Memulai Hidup Baru (MHB), KeTuhanan Kristus (KTK) dan Pembinaan Watak (PW). Adapun pesan dalam bahan tersebut bersifat informatif yang artinya mengandung peristiwa, data, fakta, dan penjelasan. Selain itu, pesan yang dipertukarkan dalam kelompok juga bersifat menghibur, memberi inspirasi, memberi informasi, meyakinkan, dan mengajak untuk bersikap taat. Pesan yang telah dikemas, disampaikan melalui media baik melalui media lisan: (dengan menyampaikan sendiri dan melalui pesan singkat) maupun dengan media tertulis : (hand out, selebaran, catatan, dan gambar materi pembahasan). Setelah pesan disampaikan, pihak yang menerima pesan (receiver) menafsirkan dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran (decoding) pesan akan dipahami memiliki makna yang sama (homogen) sesuai dengan pemahaman pemimpin yang memiliki pengaruh dalam kelompok berdasarkan tujuan kelompok. Kedekatan hubungan antara pengirim dan penerima dalam kelompok mempengaruhi penafsiran pesan setiap komponen kelompok. Unsur umpan balik dalam proses komunikasi kelompok kecil ini terjadi secara langsung karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada 6 saat yang sama. Hal Komunikasi kelompok kecil Re’uwel bersifat tanya jawab sehingga maksud dan tujuannya masuk akal dan setiap anggota aktif memiliki kesempatan untuk berinteraksi. Umpan balik dapat berupa tanggapan verbal maupun non verbal yang cenderung menunjukkan kesediaan untuk menerima dan mengerti pesan dengan baik serta memberikan tanggapan sebagaimana dinginkan oleh pengirim. Dalam proses komunikasi kelompok terdapat gangguan (noise) yang dapat menghambat atau mengurangi kemampuan dalam mengirim dan menerima pesan. Pengacau indra berupa suara keras bernyanyi kelompok lain serta prasangka terhadap anggota kelompok lain. Setiap anggota dalam kelompok dapat berperan sebagai pemateri untuk menyampaikan pembahasan, hal tersebut menimbulkan beberapa prasangka dalam benak anggota ketika memahami komunikator tidak kredibel dalam menyampaikan pesan. Dalam kelompok ini informan III adalah anggota yang paling memperhatikan soal noise berupa prasangka terhadap komunikator. Pransangka tersebut justru memotivasi informan III untuk lebih serius memperhatikan pesan yang disampaikan oleh komunikator. Berbeda dengan informan III, informan I dan II tidak pernah mengalami noise berupa prasangka negatif terhadap setiap anggota ketika memaparkan materi pembahasan. Peneliti mendapati setiap informan cenderung memiliki penilaian yang sama terhadap praktek nilai-nilai hidup yang lebih baik. Perubahan sikap informan terbentuk melalui ketikutsertaan dalam diskusi tentang masalah yang kompleks. Melalui kegiatan diskusi komunikasi kelompok kecil dan sharing kondisi secara pribadi berpengaruh terhadap perubahan sikap taat akan normanorma yang ada dalam kelompok. Setiap anggota dilibatkan dan memiliki kesadaran penuh terhadap pembentukan norma kelompok yang kompleks. Perubahan sikap mengarah kepada tujuan kelompok serta nilai-nilai yang dianut dalam kelompok yang dipahami melalui pemimpin kelompok. Faktor-faktor keefektifan komunikasi kelompok kecil Re’uwel berdasarkan karakteristik kelompok yang dinyatakan Jalanuddin Rahmat 2004 meliputi : Norma dalam kelompok : Norma yang terbentuk bersifat evaluatif terdiri dari norma khusus kelompok dan norma umum yang universal. Setiap anggota berusaha bersikap menaati norma dalam kelompok bahkan terdapat beberapa norma yang sudah dipahami anggota dengan penuh perhatian dan penuh kesadaran dijadikan norma pribadi. Kepemimpinan : Gaya kepemimpinan yang diaplikasikan adalah demokratis dimana pemimpin memberikan pengarahan namun tetap mengijinkan setiap anggota untuk mengembangkan dan memberi masukan dalam setiap keputusan. Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin memiliki peranan yang besar dalam menciptakan kekompakan kelompok. Aspek emosional dan interpersonal dari interaksi kelompok sangat dipengaruhi oleh kehadiran seorang pemimpin. Intensitas interaksi pemimpin dan anggota mempengaruhi kohesifitas serta kekompakkan anggota. Dalam penelitian ini, informan I, II, III dan pemimpin kelompok (informan IV) memiliki intensitas interaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan informan tambahan I, II dan pemimpinnya. Interaksi ini banyak terjadi melalui 7 aktivitas pelayanan kampus dimana informan I, II dan III mengambil bagian lebih dibandingkan informan tambahan I dan II. Pemimpin kelompok kecil Re’uwel secara tegas beorientasi pada tugas sehingga setiap anggota mencapai ketaatannya dengan baik dikarenakan pemberian saran, opini, dan informasi kepada kelompok. Selain itu, pemimpin juga dengan penuh kasih berorientasi pada aspek hubungan setiap anggota dengan menciptakan relasi melalui interaksi kelompok. Dalam hal ini, pemimpin memperhatikan aspek emosional dan interpersonal dari interaksi kelompok. Berusaha menjaga kelompok tetap harmonis dan berjalan lancar, menjaga perasaan anggota, menggunakan humor untuk meredakan ketegangan dan berusaha memperkuat kepaduan kelompok. Aktivitas pertemuan kelompok yang secara sistematis seminggu sekali terjadi belum cukup efektif untuk menciptakan relasi emosional dan interpersonal. Informan I, II dan III sebagai pemimpin dalam kelompok kecil lain dan koordinasi dalam pelayanan UKM KMK USU UP FH memiliki aktivitas yang sebagian besar sama dengan informan IV sebagai pemimpin mereka di Re’uwel. Iklim atau suasana kelompok : Bersahabat dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Setiap anggota saling megingatkan satu sama lain. Konflik : Konflik dalam kelompok cenderung terjadi mengenai pergesekan karakter. Dramatisasi digunakan untuk mengurangi ketegangan konflik dan meningkatkan kualitas diskusi dalam kelompok. Ukuran kelompok : Setiap anggota lebih puas dengan kondisi ukuran kelompok dengan 6 anggota dibandingkan dengan formasi 3 anggota. Jaringan komunikasi : Semua anggota dapat berkomunikasi dengan bebas karena sifatnya dialogis dan sirkuler. Setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dan memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Kohesi kelompok. : Setiap anggota tertarik pada kelompok sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka secara personal sehingga tingkat kepuasan anggota kelompok tinggi. Hal tersebut membuat setiap anggota merasa terikat kuat dengan kelompoknya. Dimana kohesifitas kelompok menjadikan setiap anggota makin mudah untuk tunduk pada norma kelompok serta merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Komunikasi yang terjadi antaraggota dalam kelompok tinggi sehingga berorientasi positif serta bersifat kooperatif yang pada umumnya mempertahankan dan meningkatkan integrasi kelompok. Berdasarkan hasil penelitian, anggota kelompok akan menerima norma apabila : Anggota menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok Pentingnya keanggotaan kelompok seseorang semakin tinggi Kelompok bersifat kohesif, dan para anggota berhubungan sangat erat, terikat satu sama lain, dan saling tergantung satu sama lain dan kelompok memenuhi kebutuhan mereka 8 Jenis-jenis pesan yang dipertukarkan dalam sharing kondisi setiap anggota dapat menanyakan informasi, menanyakan opini, meminta saran, memberi saran, memberi opini dan memberi informasi. Melihat setiap jenis pesan yang dibagikan dalam setiap kegiatan kelompok kecil Re’uwel yang aktif secara terstruktur (Informan I-IV) dapat disimpulkan masing-masing anggota kelompok saling memberikan cukup informasi, maka kelompok bersangkutan tidak mengalami “masalah komunikasi”. Masing-masing anggota kelompok memberikan pendapat maka kelompok bersangkutan tidak mengalami “masalah evaluasi”. Masingmasing anggota kelompok saling bertanya dan memberikan saran maka kelompok tidak mengalami “masalah pengawasan”. Masing-masing anggota kelompok mencapai kesepakatan dalam menetapkan program ketaatan maka mereka tidak mendapatkan “masalah keputusan”. Dalam kegiatan komunikasi kelompok Re’uwel terdapat cukup dramatisasi oleh setiap anggota sehingga tidak terjadi “masalah ketegangan”. Anggota kelompok Re’uwel ramah dan bersahabat maka tidak terdapat “masalah reintegrasi”, yang berarti kelompok itu mampu membangun kembali suatu “perasaan kita” atau kesatuan (cohesiveness) dalam kelompok bersangkutan. Jika melihat kondisi informan tambahan I dan II maka dapat disimpulkan permasalahan dalam komunikasi kelompok kecil Re’uwel ketika mereka masih tergabung secara struktur terletak pada permasalahan komunikasi dan permasalahan pengawasan. Permasalahan komunikasi terjadi dikarekan informan tambahan I dan pemimpin kelompok tidak berbagi informasi akan permasalahan mereka dengan cukup. Sedangkan untuk permasalahan pengawasan, informan tambahan II dengan semua anggota kelompok merasa tidak nyaman sehingga informan tambahan II tidak begitu aktif dalam bertanya dan memberikan saran. Hal tersebut menjadikan para informan tambahan mengalami masalah reintegrasi melalui suasana yang tidak ramah dan bersahabat sehingga tidak mampu membangun kembali kesatuan dan memilih keluar kelompok. Rasa percaya terhadap setiap bagian kelompok adalah penting karena dapat memotivasi tindakan positif, jawaban, pertanyaan dan tindakan negatif menjadi seimbang dan tercipta kesatuan. Perubahan sikap anggota dipengaruhi oleh valen dan bobot informasi yang diterima. Melalui pembahasan materi dan sharing kondisi arah informasi yang diterima anggota mengenai norma dalam kelompok adalah memiliki valensi positif dan tidak bertentangan dengan kepercayaan. Selain valen, bobot informasi yang diterima setiap anggota akan norma dalam kelompok mendukung informasi tersebut menjadi kredibel dan benar adanya. Dimana semakin tinggi bobot informasi yang diterima maka semakin besar pengaruhnya terhadap keyakinan kita. Berdasarkan hasil wawancara peneliti, setiap informan menanamkan sikap taat secara Internalisasi. Dimana informan menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang di anut berdasarkan Alkitab. KESIMPULAN 1. Norma-norma dalam kelompok kecil Re’uwel dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara 9 2. 3. Unit Pelayanan Fakultas Hukum adalah jika terlambat konsekuensinya adalah membawa gorengan, memenuhi saat teduh setiap hari, memiliki jam doa pribadi, tidak mempraktekkan aktifitas contek mencontek saat ujian, tidak melakukan titip absen, dan disiplin waktu. Perubahan sikap yang terjadi dalam diri setiap anggota adalah sebagai hasil interaksi dalam kelompok. Melalui setiap aktivitas pertukaran pesan dalam kelompok meliputi pertemuan mingguan (bernyanyi, berdoa, pembahasan materi, dan sharing kondisi), jam doa setiap bulan dan misi setiap anggota dapat mengetahui, memahami, dan memperlajari Firman Tuhan. Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok adalah berusaha untuk taat dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Beberapa norma umum yang sifatnya universal telah dijadikan sebagai norma pribadi yang diaplikasikan dengan penuh kesadaran. SARAN 1. Kiranya penelitian ini mendorong mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi melakukan penelitian serupa sehingga bisa menambah kekurangan-kekurangan yang masih ada dalam penelitian ini atau bahkan memperluas kajian penelitian ini. 2. Kiranya setiap orang memiliki integritas dan mengajak setiap orang untuk mengedukasi diri akan norma umum yang universal. Sehingga kita bisa memiliki praktik nilai-nilai hidup yang baik dan positif serta berdampak baik bagi prestasi. 3. Kiranya setiap individu memberikan kepercayaan penuh dalam kelompok guna mencapai komunikasi kelompok kecil yang efektif dalam menanamkan sikap taat. DAFTAR REFERENSI Dayakisni, T, Hudaniyah. 2003. Psikologi Sosial, Cetakan Kedua, Malang: Penerbit UMM Press. Goldberg, Alvin A, Larson, Carl E. 1985. Komunikasi kelompok Huraerah, Abu dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Kryantono, Rakhmat. 2007. Teknis Praktis Komunikasi. Jakarta:Kencana Prenada Morisson. 2013. Teori Komunikasi-Individu Hingga Massa,Jakarta: Kencana Muhammad, Arni. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sumber lain: Dasar dan Pedoman Pelayanan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara 2013 10