File - Bimas Kristen Yogyakarta

advertisement
Mereformasi Pelayanan Anak – Paulus Lie
Metode dan Kreasi Mengajar Sekolah Minggu/Kebaktian Anak
Mereformasi Pelayanan Anak?!
Pelayanan anak yang Transformatif dan Kreatif
Pendahuluan:
Pelayanan anak sering ”terkurung” pada pemahaman yang sempit tentang ”sekolah minggu”,
dimana guru-guru sekolah minggu ”terkurung” oleh nama ”sekolah minggu” yang digunakan,
sehingga pelayanan mereka sebagai guru sekolah minggu menjadi:
 Bagaikan pelayanan seorang guru di sekolah umum, sehingga sekolah minggu mirip
seperti pelajaran agama di sekolah, plus sikap menggurui menjadi sikap dominan?!
 Konsep sekolah umum di hari minggu begitu terasa, guru memberi nilai atas hasil-hasil
pekerjaan anak, guru memberi tugas dan pekerjaan rumah (PR) berupa soal-soal yang
harus dikerjakan di rumah, sampai dengan renungan anak sering berupa soal-soal...
 Hanya pada hari Minggu saja pelayanan seorang guru, yaitu pada jam sekolah minggu
 Pada konsep ini, guru mengikuti kurikulum pelajaran yang teratur dan mengarahkan
seluruh proses pembelajaran pada kemampuan anak yang dapat diukur. Maksud
semuanya ini tentu baik, misal kurikulum yang berbasis pada sejarah Kerajaan Allah,
atau kurikulum yang berbasis karakter, dan lain sebagainya. Namun kurikulum tersebut
tidak berangkat dari realitas kebutuhan anak dan pergumulan hidup yang sedang ia alami!
Sebenarnya Robert Raikes (1774), ketika membangun konsep ”Sekolah Minggu”, memiliki
tujuan yang luas dan kontektual dengan kebutuhan waktu itu, karena sekolah minggunya menjadi
suatu proses transformasi masyarakat (anak), sehingga dapat menjadi masyarakat anak yang
berbudi luhur (dan cukup pengetahuan), dan dapat menjadi masyarakat yang berguna bagi
keluarga, bangsa dan negaranya.
Karenanya, Mereformasi sekolah minggu menjadi penting, agar anak-anak mendapatkan
pelayanan gerejawi secara maksimal, dan agar pelayanan anak tidak lagi sesempit seperti
umumnya konsep sekolah minggu saat ini.
Pelayanan anak seharusnya meliputi aspek yang luas dan mendalam:
 Meliputi seluruh hidup anak, yaitu pergumulan nyata anak sehari-hari (pergumulan
pribadinya, baik pergumulan study maupun pergumulan keluarganya). Seluruh pelayanan
anak diarahkan untuk membantu anak-anak menerangi pergumulan pribadinya dibawah
terang Kristus (dan Alkitab firman-Nya), sehingga anak-anak mampu hidup beriman dalam
hidup sehari-hari.
 Pelayan Anak sebagai Gembala pendamping anak ketika menghadapi kehidupan
sehari-hari, pelayan anak berusaha menyatakan kehadiran Kristus sebagai sahabat anakanak, sehingga anak tidak merasa sendirian menghadapi kerasnya kehidupan, tetapi memiliki
Kristus dan seorang Gembala (pelayan Anak), dan memiliki pegangan hidup
 Tujuan pelayanan anak, terutama bukan sekedar memberi pengertian/pengetahuan tentang
Kristus dan Alkitab, tetapi membantu anak-anak untuk dapat menghayati bagaimana
hidup beriman yang benar di tengah segala pergumulan hidupnya
 Karena itu penting hubungan yang sangat pribadi antara pelayan anak (sebagai gembala
anak) dengan anak yang didampingi/dilayani/digembalakan.
1
Mereformasi Pelayanan Anak – Paulus Lie
Metode dan Kreasi Mengajar Sekolah Minggu/Kebaktian Anak
PROSES PENDIDIKAN: DARI PENGETAHUAN MENJADI KARAKTER.
KARAKTER MENJADI WUJUD NYATA DARI SPIRITUALITAS SESEORANG
PENGETAHUAN
KEBIASAAN
KARAKTER
DAN
(HABITS)
(MORALITAS)
NILAI-NILAI
Moralitas sangat dipengaruhi oleh komunitas yang mempengaruhinya, keluarga dan komunitas
iman paling penting, karena akan menentukan siapa diri saya, menentukan ”mati/hidup” saya!
Apa yang baik dan tidak baik untuk dilakukan, menentukan prinsip hidup seseorang, paradigma,
nilai-nilai, peraturan yang akan ia buat, dan penilaiannya pada segala sesuatu!
Marilah kita, rajin menjadi komunitas iman yang terus menafsirkan situasi keadaan (realitas)
sehari-hari anak. Pelayan anak dan orangtua harus mendampingi anak dalam membuat penilaian
kritis dari: tokoh-tokoh idolanya, film-film kesukaannya, kebiasaan baiknya, kebiasaan
buruknya, masalah yang dihadapi anak, keberadaan diri anak, dsbnya. Disinilah guru dan
orangtua sangat berperan penting untuk mengembangkan karakter dan moralitas anak sejak dini,
dan itu akan sangat berpengaruh bagi anak-anak di masa datang, bahkan dalam seluruh
hidupnya. Disinilah peran pelayan anak sebagai gembala yang menggembalakan anak-anaknya
MULAI DENGAN PEMAHAMAN TENTANG PERGUMULAN PRIBADI ANAK
Pertama-tama harus dibangun hubungan yang sangat erat antara guru/orangtua dan anak,
sedemikian erat sehingga guru/orangtua memahami pergumulan pribadi anak, dari pergumulan
pribadi anak barulah di desain suatu model/kurikulum pengajaran. Jadi materi dalam kebaktian
anak harus sesuai dengan pergumulan riil anak dalam kehidupan sehari-hari.
Mulai dari Transformasi istilah:
 Dari Sekolah Minggu menjadi Pelayanan Anak yang Holistik
 Dari Komisi sekolah minggu menjadi Komisi Anak
 Guru Sekolah Minggu menjadi Pelayan Anak
 Acara Sekolah Minggu (rutin mingguan) menjadi Kebaktian Anak
 Fungsi menggurui menjadi fungsi menggembalakan…
Perubahan istilah itu membuat konsep pelayanan anak menjadi semakin luas, dan mencapai
sasaran yang seharusnya, dan dalam jangka panjang membangun benar spiritualitas guru dan
anak. Perhatikan perbedaan kebaktian anak tradisional dengan modern berikut ini:
 Konsep dan tujuan:
o Pelayanan anak yang holistik, agar setiap anak mengalami pemulihan dan
pertumbuhan dalam seluruh aspek hidupnya. Bentuk: pelayanan yang terintegrasi
untuk semua pergumulan anak-anak
o Tujuan anak-anak memiliki spiritualitas yang hidup dan makin matang
o Sasaran: semua anak warga jemaat dan anak-anak masyarakat sekitar gereja
2
Mereformasi Pelayanan Anak – Paulus Lie
Metode dan Kreasi Mengajar Sekolah Minggu/Kebaktian Anak




o Adanya kurikulum yang terpadu sebagai suatu desain yang menyeluruh untuk
membangun anak-anak
Pelayan Anak/Gembala Anak vs Guru sekolah minggu tradisional
o Pelayan anak berkomunikasi aktif dengan anak-anaknya (sebagai gembala bagi
beberapa anak saja/perhatian terbatas), paling tidak 1-2 kali tiap minggu dalam
keseharian hidup anak-anaknya
o Pelayan anak secara aktif selalu hadir di kelas yang sama, komitmen seorang
gembala paling tidak 2 tahun untuk sekelompok anak yang tetap/tertentu
o Materi/kurikulum disesuaikan untuk menjawab pergumulan riil anak-anaknya
o Pelayan anak memahami satu demi satu anak secara cukup mendalam, mengenal
pergumulan kehidupan anak-anaknya. Persoalan hidup anak-anak dicatat dan
didalaminya.
o Pelayan Anak di suatu kelas menjadi satu team work yang melakukan persiapan
bersama-sama dan memimpin bersama-sama. Dan selalu ada evaluasi untuk
perbaikan.
Kegiatan/susunan liturgy sekolah minggu:
o pemberdayaan anak dalam seluruh unsur liturgi
o variatif liturgy dan paket liturgy/kebaktian anak
o Detail tiap acara direncanakan susunan, waktu dan adanya latihan, karena semuanya
harus sebaik mungkin
o adanya kurikulum mengajarkan berdoa
o ada kurikulum yang mengajarkan character/nilai-nilai Kristiani
o adanya kesempatan anak mengutarakan pendapat dan isi hatinya, dan anak terlibat
langsung dalam liturgy kebaktian anak, sebagai para petugas kebaktian, singer, dll
o Setiap pelayan anak mendoakan paling tidak 1 anak diawal atau di akhir kebaktian,
bisa juga dalam kelompok
Program kerja komisi anak:
o program diarahkan untuk menjawab persoalan riil anak
o adanya juga untuk pelayanan sosial bagi anak-anak di sekitar gerejanya
Lain-lain:
o Pemberdayaan warga jemaat untuk terlibat dalam berbagai kegiatan komisi anak
o adanya tim ahli/tim support untuk menangani kasus-kasus anak yang kusus, dll
o manajemen pelayanan anak diperhatikan, dievaluasi dan dikembangkan. Pemanfaat
kertas kerja untuk kebaktian anak dll
o pemakaian tehnologi dalam pelayanan anak
Kebaktian anak yang kreatif
Kebaktian anak menjadi kreatif, mulai dari:
 Pemilihan tema, tujuan, dan penerapan pelajaran bagi anak
 Memilih Paket acara kreatif minggu itu (jika model paket acara ini hendak dipilih)
 Merencanakan detail dari unsur-unsur kebaktian anak, dari pembukaan sampai penutup
 Setiap unsur-unsur kebaktian anak di kreasi, dilatih dan diperhatikan waktu yang diperlukan
 Persiapan perlengkapan, sarana dan prasarananya
 Doakan persiapan dan pelaksanaannya dengan tekun
3
Mereformasi Pelayanan Anak – Paulus Lie
Metode dan Kreasi Mengajar Sekolah Minggu/Kebaktian Anak
Kelompok Kecil di akhir Kebaktian Anak untuk menajamkan penerapan pelajaran, bagi
setiap anak, menjadi kelompok sharing dan kelompok doa yang tetap, dimana tiap kelompok
dibimbing oleh seorang gembala/Pelayan anak. Kegiatan kelompok sebagai berikut:
 Pelajaran Doa: Pelayan anak membimbing tiap anak mempelajari 1 macam doa, lebih
baik terkait dengan tema/topic
 Aktifitas kompak: diskusi, sharing, dll (bahan lebih baik terkait dengan tema KA
minggu itu)
o Dibagikan tugas perilaku yang harus dilakukan/dikerjakan anak di
rumah. Disebut tugas perilaku karena tugas ini berupa sebuah
perbuatan yang mestinya jadi karakter anak sehari-hari
 Doa syafaat oleh anak-anak secara variatif:
o Anak berpasangan, saling mendoakan, Anak berkelompok, saling
mendoakan
o Anak mendoakan sebelah kiri/kanannya
o Dll variasi doa lainnya
 Pelayanan Doa
PENGGUNAAN ALAT PERAGA (=alat-alat bantu bercerita)
GRAFIK EFEKTIFITAS TEKNIK MENGAJAR
100
50
%
0
A
B
C
D
TEKNIK MENGAJAR
A – Pelayan anak + murid pasif
B – Pelayan anak dengan peraga + murid pasif
(hanya mata dan telinga murid yang aktif )
C- Pelayan anak menggunakan metode anak aktif dan Murid aktif merespon dengan
kata-kata saja
D- Pelayan anak dengan metode anak aktif dan Murid aktif (gerak+kata+tindakan)
Jadi mengajar efektif bila Pelayan anak+murid aktif, Alat peraga menolong efektifitas
mengajar namun yang terbaik adalah metode anak aktif dalam bercerita
APA MANFAATNYA ?
 Pelajaran disajikan menarik bagi anak
 Mengarahkan perhatian anak (anak perlu alat bantu untuk konsentrasi)
 Membantu pengertian (menjelaskan)
 Misal menjelaskan karakter tokoh
 Misal menjelaskan situasi kota
 Misal menjelaskan alur cerita
4
Mereformasi Pelayanan Anak – Paulus Lie
Metode dan Kreasi Mengajar Sekolah Minggu/Kebaktian Anak
 Alat bantu untuk mengingat pelajaran
 Semakin kecil anak semakin perlu visualisasi (perlu lebih banyak alat peraga) yang
dapat disentuh – dilihat – dirasa - didengar
Maka…. Alat peraga diperlukan di sepanjang pelajaran
Contoh alat bantu bercerita:
A - Visual aids: gambar, poster, papan planel – flash cards
B- Gambar langsung di papan tulis
C- Peta
D- Barang/model di dalam cerita




Garam (cerita garam dunia)
Pancing (petrus pengail ikan)
Obat (yesus menyembuhkan)
Miniatur rumah yahudi
E- Binatang/tumbuhan dalam cerita
F- Boneka/muppet
G- Audio visual: film – video – sound slide – ohp – tape/casette
Demikian beberapa sharing mengenai kebaktian anak yang kreatif yang menarik dan disukai
anak, sehingga diharapkan dapat membuat tujuan pembelajaran dapat diterima oleh anak-anak,
dan mereka bertumbuh dalam segala hal di dalam Kristus, ke arah Kristus, Makin seperti Kristus
dan bagi kemuliaan Allah!
Markus 1:40-45
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di
hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau,
Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau
tahir."
1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada
siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan
persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh
Musa, sebagai bukti bagi mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya
kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke
dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus
juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
5
Download