Harapan Jemaat Desa dan Kota Terhadap Kualitas Kepemimpina

advertisement
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Harapan Terhadap Kualitas
2.1.1 Definisi Harapan
Teori harapan kadang disebut teori ekspektansi atau
expectancy theory of motivation yang dikemukakan oleh Victor
Vroom (1964). Vroom lebih menekankan pada faktor hasil
(outcomes),
daripada
kebutuhan
(needs)
seperti
yang
dikemukakan oleh Maslow and Herzberg. Teori ini menyatakan
bahwa intensitas kecenderungan untuk melakukan dengan
cara tertentu tergantung pada intensitas harapan bahwa
kinerja akan diikuti dengan hasil yang pasti dan pada daya
tarik dari hasil kepada individu. Vroom mengemukakan
bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal
tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa
tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan
tersebut (Koontz, 1990).
14
Berbeda dengan Vroom, Snyder (2000), menyatakan
harapan adalah keseluruhan dari kemampuan yang dimiliki
individu untuk menghasilkan jalur mencapai tujuan yang
diinginkan, bersamaan dengan motivasi yang dimiliki untuk
menggunakan jalur-jalur tersebut. Harapan didasarkan pada
harapan positif dalam pencapaian tujuan. Snyder, Irving, &
Anderson,
(2000)
menyatakan
harapan
adalah
keadaan
termotivasi yang positif didasarkan pada hubungan interaktif
antara agency (energi yang mengarah pada tujuan) dan
pathway (rencana untuk mencapai tujuan). Snyder & Harris,
(2000), menjelaskan harapan sebagai sekumpulan kognitif
yang didasarkan pada hubungan timbal-balik antara agency
(penentu perilaku yang berorientasi tujuan) dan pathway
(rencana untuk mencapai tujuan).
Snyder (2004) mengkonsepkan harapan ke dalam dua
komponen, yaitu kemampuan untuk merencanakan jalur
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan agency atau
motivasi
untuk
menggunakan
jalur
tersebut.
Harapan
merupakan keseluruhan dari kedua komponen tersebut.
Berdasarkan konsep ini, harapan akan menjadi lebih kuat jika
15
harapan ini disertai dengan adanya tujuan yang bernilai yang
memiliki kemungkinan untuk dapat dicapai, bukan sesuatu
yang mustahil dicapai.
2.1.2 Definisi Kualitas
Kualitas
adalah,
tingkat
yang
menunjukkan
serangkaian karakteristik yangmelekatdan memenuhi ukuran
tertentu (Dale,2003).
Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk
memuaskan
kebutuhan
yang
tampak
jelas
maupun
tersembunyi (Render dan Herizer,1997).
Secara obyektif kualitas menurut Juran, (Yamit, 1997)
adalah : suatu standar khusus dimana kemampuannya
(availability), kinerja (performance), kendalannya (reliability),
kemudahan
pemeliharaan
(maintainability)
dan
karakteristiknya dapat diukur.
Menurut Davis, (Yamit, 2005) membuat definisi kualitas
yang lebih luas cakupannya, yaitu kualitas merupakan suatu
16
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.
2.2 Kualitas Kepemimpinan
Kualitas kepemimpinan yang dimaksud di sini adalah
kualitas secara akademik dan kualitas secara karakter.
Kualitas akademik: tingkat pendidikan, kecerdasan dan skill.
Kualitas karakter yaitu komitmen, rendah hati, adil, berani
dan lain sebagainya. Seperti pernyataan Davis, yaitu
1. Kecerdasan (intelligence)
2. Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas
(social naturity and breath)
3. Motivasi diri dan dorongan prestasi
4. Sikap-sikap hubungan manusia.
Karakter yang harus ada pada diri seorang pemimpin adalah:
17
1. Mumpuni, artinya memiliki kapasitas dan kapabilitas
yang
lebih
baik
dari
pada
orang-orang
yang
dipimpinnya.
2. Juara, artinya memiliki prestasi baik akademik maupun
non akademik yang lebih baik dibanding orang-orang
yang dipimpinnya.
3. Tanggung-jawab, artinya memiliki kemampuan dan
kemauan tanggung-jawab yang lebih tinggi disbanding
orang-orang yang dipimpinnya.
4. Aktif,
artinya
memiliki
kemampuan
dan
kemauan
berpartisipasi dan melakukan sosialisasi secara aktif
lebih baik disbanding orang-orang yang dipimpinnya.
Kualitas kepemimpinan seseorang, dan menurut Kouzes dan
Posner (1995), kualitas kepemimpinan unggul yaitu;
1. Pemimpin yang menantang proses,
2. Memberikan inspirasi wawasan bersama,
3. Memungkinkan
orang
lain
dapat
berpartisipasi,
4. Mampu menjadi penunjuk jalan, dan
18
bertindak
dan
5. Memotivasi bawahan.
Sedangkan menurut Oakley dan Krug, kepemimpinan
yang unggul selalu menciptakan “renewal factor” yang menjadikan
organisasi terus bertahan hidup dan berkembang mengkreasikan nilai
bagi
masyarakat.
pemimpin
Sedangkan
yang berkualitas
menurut
tidak
puas
Burwash
(1996),
dengan
" status
quo" dan memiliki keinginan untuk terus mengembangkan dirinya.
Beberapa kriteria kualitas kepemimpinan yang baik
antara lain, memiliki komitmen organisasional yang kuat,
visionary, disiplin diri yang tinggi, antusias, berwawasan luas,
kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu
menangani setiap tekanan, mampu
sebagai
pendidik
bagi
bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar spiritual
yang kuat, dan selalu siap melayani.
Secara umum ukuran sejati untuk seorang menjadi
pemimpin adalah pengaruh - tidak lebih, tidak kurang
Maxwell, (1995). Waldock dan Kelly Rawat (2004) mengatakan
bahwa
pengaruh
adalah
jantung
kepemimpinan.
"kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi
19
sebuah kelompok yang terorganisir untuk mencapai tujuantujuan mereka."
Klann (2007), Kepemimpinan adalah hal yang penting
dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan adalah tentang
memotivasi, menginspirasi, mendorong dan mempengaruhi
orang.
Menurut
Mulyasa,
(2004)
menyatakan
kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakan, dan
mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada
situasi tertentu. Sutisna (1993) merumuskann kepemimpinan
sebagai suatu "proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau
kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam
situasi tertentu".
Kepemimpinan harus berdasarkan beberapa prinsip antara
lain:
a. Prinsip
solidaritas:
merasa
senasib
sepenaggungan
dengan orang yang dipimpin bukan sebagai bossy.
20
b. Sub solidaritas: keputusan yang menyangkut nasib dan
kehidupan kelompok yang dipimpinnya harus diambil
dari anggota sendiri.
c. Berfikir universal: tidak membedakan agama, suku,
status social dan lain sebagainya. Bersikap empati dan
peduli dengan semua orang, tetapi terutama kepada
mereka yang diperlukan tidak adil, orang kecil, orang
miskin, yang termarjinalkan. Keperdulian si emimpin
terhadap mereka yang tersisihkan dan menderita, akan
melahirkan sikap yang mau berbuat meringankan yang
dipimpinnya.
d. Akuntabilitas: hal ini membuat seorang pemimpin
dihargai oleh orang yang dipimpinnya, karena kata-kata
dan
janjinya
dapat
dipercaya.
Bertanggung-jawab
terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan serta
memnuhi komitmen.
Segala hal yang terjadi di dunia ini tergantung pada
kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan proses yang
panjang. Kepemimpinan berkembang setiap harinya, bukan
21
dalam satu hari. Mempelajari hukum-hukum kepemimpinan
adalah
bagian
dari
pengembangan
seorang
pemimpin
(Maxwell, 1997). Namun sebenarnya apakah yang membuat
seseorang ingin mengikuti orang lainnya dan menjadikan
orang
tersebut
mengikuti
pemimpinnya,
pemimpin
yang
mengapa
satu
orang
namun
enggan
bersemangat
mengikuti pemimpin lainnya. Hal ini dikarenakan kualitas
yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan (Maxwell,1997).
Maxwell menyebutkan bahwa, para pemimpin-pemimpin besar
tersebut memiliki 21 kualitas pemimpin sejati. Namun dalam
tulisan ini penulis hanya mengambil 7 kualitas pemimpin
yang menjadi acuan dalam penelitian ini, yaitu:
Adapun kualitas tersebut menurut Maxwell adalah :
1. Komitmen
Seorang pemimpin pasti akan menghadapi banyak hambatan
serta pertentangan. Untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan
fokus untuk mencapainya. Pada akhirnya komitmen akan
menjadi satu-satunya hal yang mendorong pemimpin untuk
maju. Satu-satunya ukuran sejati dari komitmen
22
adalah perbuatan. Arti komitmen bagi setiap orang berbedabeda, namun bagi pemimpin artinya adalah berbuat lebih
karena semua orang bergantung padanya. Pemimpin yang
efektif harus memiliki komitmen. Komitmen menunjukkan
bahwa pemimpin tersebut punya keyakinan. Pengikut hanya
percaya pada pemimpin yang percaya kepada tujuannya
sendiri.
2. Komunikasi
Kepemimpinan
dimulai
dengan
hati,
bukan
kepala.
Komunikasi telah menjadi tantangan yang besar dalam
suksesnya suatu kepemimpinan. Kurangnya saling memahami
akan
mempengaruhi
suatu
kelompok.
Akibatnya
tidak
tercapai kesamaan tujuan, tidak ada arah yang jelas dan tidak
ada
semangat
kebersamaan
yang
menyatukan.
Mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang sempurna
sungguh penting bagi kepemimpinan yang efektif.
Jika
seorang pemimpin tidak dapat menyampaikan pesan dengan
jelas
dan
tidak
dapat
memotivasi
orang
lain
untuk
menindaklanjutinya, maka bahkan memiliki pesan untuk
disampaikan pun menjadi percuma.
23
3. Kompetensi
Kompetensi lebih dari sekedar kata-kata. Kompetensi adalah
kemampuan pemimpin untuk mengatakan, merencanakan,
dan melakukan dengan sedemikian rupa sehingga orang lain
mengetahui caranya dan mengetahui bahwa mereka ingin
menjadi pengikutnya. Dengan demikian orang lain akan
mengetahui sejauh mana kemampuan pemimpin yang mereka
ikuti. Para pemimpin yang berkompetensi tinggi menginspirasi
dan memotivasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Pemimpin
yang
efektif
memadukan
keterampilan
dalam
membina hubungan dengan orang lain dengan kompetensi
yang
tinggi
untuk
membawa
kelompoknya
ke
tingkat
kesempurnaan.
4. Keberanian
Keberanian mudah dilihat dalam diri para pahlawan perang,
namun keberanian juga tampak pada pemimpin besar dalam
bisnis, pemerintahan atau gereja. Setiap kali terlihat suatu
kemajuan
pesat
dalam
sebuah
organisasi,
maka
akan
diketahui bahwa pemimpinnya telah mengambil keputusan
yang berani. Keberanian bukanlah berarti tidak adanya rasa
24
takut. Melainkan melakukan apa yang takut untuk dilakukan.
Keberanian itu menular. Jika seorang pemberani memegang
teguh prinsipnya, yang lainnya akan turut berani. Keberanian
yang diperlihatkan oleh siapapun akan menjadikan yang
lainnya berani. Kepemimpinan adalah ungkapan keberanian
yang mendorong orang lain untuk melakukan hal yang benar.
5. Kemurahan Hati
Tak ada yang lebih jelas berbicara kepada seseorang atau
melayaninya dengan baik ketimbang kemurahan hati seorang
pemimpin. Kemurahan hati yang sejati bukanlah suatu
kejadian sesekali. John C. Maxwell menyatakan bahwa
kemurahan hati berasal dari dalam hati dan merembes ke
seluruh aspek kehidupan seorang pemimpin. Para pemimpin
yang efektif, tidaklah mengumpulkan barang-barang bagi diri
sendiri; mereka melakukannya untuk membaginya kepada
yang lain. Ukuran seorang pemimpin bukanlah jumlah yang
melayaninya, tetapi jumlah yang dilayani olehnya.
6. Inisiatif
Tiada yang abadi di dunia ini selain perubahan itu sendiri.
Oleh karena itu, setiap kelompok harus terus berkembang jika
25
tak ingin tertinggal dari yang lain. Kualitas kepemimpinan
sejati para pemimpin bukan hanya dalam bidang tersebut saja
harus memperlihatkan inisiatif namun mereka harus selalu
mencari peluang dan siap mengambil tindakan dalam setiap
situasi dan kondisi yang berlangsung.
7. Mendengarkan
Ciri
utama
dari
seorang
pemimpin
adalah
mampu
berkomunikasi dengan baik. Dan aspek terpenting dalam
komunikasi
adalah
mendengarkan.
Kepemimpinan
terus
berkembang setiap harinya dan dengan mendengarkan
orang lain, seorang pemimpin yang baik akan mendorong para
pengikutnya
untuk
memberitahunya
apa
yang
perlu
diketahuinya,
bukannya apa yang ingin didengarnya. Para pemimpin yang
baik selalu memprioritaskan untuk mengadakan kontak
dengan mereka yang dilayaninya.
2.2.2 Jenis Kepemimpinan
Seorang pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi
harus memiliki gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam
organisasi tersebut. Gaya kepemimpinan yang digunakan
26
akan
mempengaruhi
keberhasilan
organisasi
yang
dipimpinnya.
Pengertian
Gaya
Kepemimpinan
Tjiptono
Menurut
(2006:161) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang
digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.
Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku
(kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin
yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29). Gaya
kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan
dipergunakan
perasaan,
pemimpin
sikap
dan
dalam
perilaku
mempengaruhi
para
anggota
pikiran,
organisasi
bawahannya (Nawawi, 2003:115).
Adapun jenis gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Gaya kepemimpinan otoriter Gaya kepemimpinan ini
menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan
yang bersifat terpusat pada pemimpin sebagai satu-satunya
penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasidan
kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
27
2.
Gaya
kepemimpinan
kepemimpinan
demokratis,
menempatkan
ini
manusia
adalah
sebagai
gaya
faktor
pendukung terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan
berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan
dengan anggota organisasi.
3. Gaya kepemimpinan bebas. Gaya kepemimpinan ini pada
dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasi mampu
mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus
dirinya masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan
atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok
masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok organisasi.
2.3 Kepemimpinan dalam Konteks Gereja
Dalam konteks gereja kepemimpinan Kristen adalah
"Suatu
proses
terencana
yang
dinamis
dalam
konteks
pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tempat
dan situasi khusus) yang didalamnya oleh campur tangan
Allah, memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin (dengan
kapasitas
penuh)
untuk
memimpin
umatnya
(dalam
pengelompokan diri sebagai suatu institusi/organisasi) guna
mencapai tujuan Allah (yang membawa keuntungan bagi
28
pemimpin, bawahan dan lingkungan hidup) bagi dan melalui
umat-Nya, untuk Kerajaan-Nya" Tomatala, (2007).
Gaya kepemimpinan yang sering digunakan dalam konteks
organisasi
gereja
adalah
servant
leadership
atau
kepemimpinan yang melayani. Servant leadership ini lebih
menekankan pada kemampuan seorang pemimpin dalam
memberikan
pelayanan
dan
dari
pelayanannya
dapat
memberikan pengaruh positif kepada anggotanya tanpa ada
rasa takut atau segan Zaluchu, (2011). Menurut Senjaya
(1997), servant leadership dimana melayani bukan sematamata hanya untuk mendapat hasil, tetapi perilaku untuk
melayani adalah hasilnya. Kepemimpinan yang melayani ini
sangat perlu diterapkan, dikembangkan dan dipraktekan
dalam kepemimpinan Kristen karena sangat relevan Zaluchu,
(2011).
Konsep
kepemimpinan
pelayan
adalah
mengubah
pendekatan kepemimpinan secara evolusioner dan pribadi.
Konsep ini bukanlah suatu perbaikan serba cepat atas
persoalan-persoalan yang dihadapi pemimpin. Kepemimpinan
pelayan menggunakan pendekatan mendasar dan bersifat
29
jangka panjang, yang pada akhirnya akan memberikan
perubahan secara menyeluruh pada kehidupan personal dan
profesional pegawai. Kepemimpinan pelayan adalah konsep
kepemimpinan etis yang diperkenalkan oleh Greenleaf pada
tahun 1970. Model kepemimpinan pelayan ini esensinya
adalah
melayani
orang
lain,
yaitu
pelayanan
kepada
karyawan, pelanggan, dan masyarakat, sebagai prioritas
utama dan yang pertama.
Kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan
yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati
yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak
pertama yang melayani. Pilihan yang berasal dari suara hal itu
kemudian menghadirkan hasrat untuk menjadi pemimpin
(Nuryati, 2004). Pemimpin pelayan adalah orang dengan rasa
kemanusiaan yang tinggi.
Bukan nasib pemimpin untuk dilayani, tetapi adalah
hak istimewanya untuk melayani. Ada sejumlah elemen atau
pemahaman tentang hidup dalam kepemimpinan berkualitas
tinggi
karena
tanpa
kepemimpinan
dapat
karakter
tampak
30
pemimpin
menjadi
dan
pelayan
ini,
sebenarnya
menjadi
termotivasi
mementingkan
untuk
melayani
kepentingannya
sendiri
diri
sendiri
(Neuschel
dan
,2008).
Kepemimpinan pelayan berawal dari perasaan tulus yang
timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani,
yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Perbedaan
manifestasi dalam pelayanan yang diberikan, pertama adalah
memastikan
bahwa
pihak
lain
dapat
dipenuhi,
yaitu
menjadikan mereka sebagai orangorang yang lebih dewasa,
sehat, bebas, dan otonom, yang pada akhirnya dapat menjadi
pemimpin pelayan berikutnya (Greenleaf, 2002).
Pemimpin pelayan memerlukan toleransi luar biasa, ini
tidak berarti menerima usaha yang tidak berkualitas, tetapi
lebih sebagai realisasi yang jujur. Pemimpin sering harus
mangatasi ketidaksempurnaan karena dia harus menangani
hal itu dan memimpin sebagian dari kita. Pemimpin memiliki
rasa cinta kepada bawahannya. Penting bagi pemimpin yang
dikendalikan ego untuk selalu ingat bahwa peran pemimpin
bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani (Neuschel,2008).
Blanchard (Aurora 2009) menyatakan tentang tiga aspek
kepemimpinan yang melayani, yaitu:
31
1. Hati yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri
sendiri. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari
dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk
melayani mereka yang dipimpinnya.
Karakter
dan
integritas
seorang
pemimpin
untuk
menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang
dipimpinnya.
Keberhasilan
seorang
pemimpin
sangat
tergantung dari kemampuannya untuk membangun orangorang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam
organisasi tersebut. Pemimpin pelayan memiliki kasih dan
perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Wujud kasih
tersebut
dalam
kepentingan,
bentuk
impian
dan
kepedulian
harapan
akan
dari
kebutuhan,
mereka
yang
dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memiliki hati yang
melayani
adalah
akuntabilitas
(accountable).
Seluruh
perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan
kepada
publik
atau
32
kepada
setiap
anggota
organisasinya. Pemimpin pelayan adalah pemimpin yang mau
mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan
harapan dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin pelayan
adalah
pemimpin
yang
dapat
mengendalikan
ego
dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau
mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan diri ketika tekanan
maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat.
Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh
pengendalian diri dan tidak mudah emosi.
2. Kepala yang Melayani (Metoda Kepemimpinan).
Pemimpin
harus
memiliki
serangkaian
metoda
kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda
kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di
sekolah-sekolah formal.
Kepemimpinan dapat diajarkan sehingga melengkapi
mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Kepemimpinan
yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan
sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan,
yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang
33
dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian
dari orangorang yang ada dalam organisasi tersebut. Visi yang
jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan
dalam
organisasi.
Seorang
pemimpin
adalah
inspirator
perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana
organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara membawa
orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu
tujuan (goal) yang jelas.
3. Tangan yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)
Pemimpin
sejati
bukan
sekedar
memperlihatkan
karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam
metoda
kepemimpinan,
tetapi
dia
harus
menunjukkan
perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Beberapa
perilaku seorang pemimpin, yaitu:
a. Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang
dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan
senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Pemimpin hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Pemimpin
memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam
setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
34
b. Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan
dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan
kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih
banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat
penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Pemimpin
lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih
dan
penghargaan,
dibandingkan
dengan
status
dan
kekuasaan semata.
c. Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh
dalam
berbagai
aspek,
baik
pengetahuan,
kesehatan,
keuangan, relasi, dan sebagainya. Menselaraskan atau disebut
dengan
recalibrating
dirinya
terhadap
komitmen
untuk
melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan),
prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
2.5 Karakter Kepemimpinan
Suyanto dalam wardani 2010 karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi cirri khas tiap individu
untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
35
mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia
buat.
Sastrapradja
(1978)
mengatakan
bahwa
karakter
merupakan sebuah kata yang artinya watak, cirri khas
seseorang sehingga ia berbeda dari orang lain.
Klann mendefinisikan karakter sebagai kualitas yang secara
internal dipahatkan dalam diri individu menjadi sebuah
bagian integral (terpadu) dalam diri mereka. dalam Semua
kualitas ini kemudian direflesikan
dalam pola perilaku
seseorang.
perilaku
Dengan
demikian,
pemimpin
merefleksikan apa yang menjadi sudut pendirian mereka dan
sifat alami/sifat dasar yang mereka miliki
Klann
(2007)
berpendapat
bahwa,
kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku
karakter
yang memiliki
pengaruh positif terhadap orang lain. Perilaku kepemimpinan
mengacu terutama pada perilaku yang dilakukan ketika orang
lain hadir: Tindakan, komentar, sinyal/tanda non verbal dan
perangai personal, sebagaimana juga sikap umum, laku dan
pembawaan diri. Karakter kepemimpinan tidak hanya dilihat
36
dalam perilaku pemimpin terkait dengan krisis, tekanan atau
dalam situasi yang meliputi sebuah dilema etis, namun
karakter ini terlihat dalam semua perilaku pemimpin dan
dalam segala hal yang berhasil ataupun gagal mereka
lakukan. Perilaku sehari-hari dan umum lebih memberikan
banyak informasi mengenai karakter seorang pemimpin.
Karakter seseorang adalah sesuatu yang konsisten yang
dimiliki untuk berperilaku dalam konteks apapun. Perilaku
merefleksikan
karakter
pemimpin
tak
peduli
apapun
konteksnya. Dalam setiap konteks, karakter seseorang akan
diperhatikan dan di nilai.
Klann
(2007)
berpengaruh
menjelaskan
pada
bahwa,
karakter
ada
seorang
5
atribut
pemimpin
yang
dalam
organisasi, yaitu keberanian, kepedulian, optimisme, kontrol
diri,
dan
perilaku
komunikasi.Pemimpin
kepemimpinan
yang
profesional
mengembangkan
berdasarkan
kelima
atribut ini akan meningkatkan efektivitas pengaruh dan
produktivitas mereka sebagai pemimpin. Hal tersebut antara
lain adalah
37
1. Courage/Keberanian.
Tipe
keberanian
yang
perlu
dikembangkan
dalam
karakter kepemimpinan adalah keberanian moral atau
keberanian
manajerial.Keberanian
moral
berarti
berpegang teguh pada nilai-nilai tertentu dan berani
mengambil risiko dikritisi.Keberanian ini juga dapat
berarti
suatu
kehilangan
keinginan
kekuatan,
untuk
posisi,
menerima
kepemilikan,
risiko
atau
reputasi. Di luar tekanan-tekanan internal maupun
eksternal
yang
ada,
pemimpin
yang
berani
tetap
melakukan apa yang diyakininya benar. Hasil dari
tindakan keberanian moral umumnya tidak hanya bagi
diri
sendiri
organisasi,
namun
bagi
komunitas,
orang
atau
lain,
kelompok,
masyarakat
secara
umum.Pengaruh Positif Keberanian, Sebuah momen
keberanian moral dapat membuat seorang pemimpin
memperoleh rasa hormat yang instan dan bertahan
lama. Sebaliknya, seorang pemimpin dapat kehilangan
rasa hormat selamanya ketika gagal berperilaku secara
berani ketika situasi menuntut keberanian tersebut.
38
2. Caring /Kepedulian.
Kepedulian berarti rasa tertarik yang tulus untuk
memperhatikan orang lain. Konsep kepedulian meliputi
hal-hal seperti pertimbangan, empati, pemeliharaan,
dan
cinta.
Kepedulian
bukan
berarti
memberikan
toleransi dan tidak memperhatikan hal-hal negatif yang
dilakukan organisasi, sikap-sikap yang buruk, dan
ketidakjujuran.
Menciptakan
kebudayaan
lingkungan
berkepedulian
juga
yang
tidak
dan
berarti
membiarkan semua orang melakukan apa saja yang
membuat
mereka
senang.
Kepedulian
berarti
memandang manusia sebagai sumber daya yang paling
penting dalam sebuah organisasi.
Pengaruh Positif
Kepedulian, Apabila pemimpin memperlakukan pengikut
mereka
dengan
penghargaan,
penguatan,
perilaku
pengertian,
maka
kepedulian
perhatian,
sebaliknya
si
seperti
kesetiaan,
pemimpin
akan
memperoleh perilaku mau bekerja sama dan suportif
dari pengikutnya.
3. Optimisn /Optimisme
39
Optimisme adalah kecenderungan untuk melihat sesuatu
dari
sudut
menyenangkan
pandang
yang
serta
berpengharapan
berharap
hasil
dan
yang
terbaik.Menjadi orang yang optimis adalah kebalikan
dari menjadi orang yang negatif, pesimistis, suram,
sinis, dan skeptis.Optimisme berarti ketiadaan rasa
putus asa dan hilang harapan.Orang-orang yang optimis
mencari kesempatan dan kemungkinan-kemungkinan
dalam setiap situasi. Mereka memelihara harapan dan
rasa percaya diri terhadap situasi mereka saat ini
maupun di masa depan.Pengaruh Positif Optimisme,
Optimisme menciptakan sebuah hubungan emosional
yang signifikan antara pemimpin dan yang dipimpinnya.
Orang akan secara alami tertarik pada pemimpin yang
positif dan menyenangkan.
4. Self control /Kontrol Diri
Kontrol diri berarti mengendalikan emosi, tindakan,
keinginan, dan hasrat pribadi.Ini tentang bagaimana
mengendalikan tindakan, kebiasaan, kekuatan, dan
keinginan kita. Kontrol diri mencakup kedisiplinan diri
40
dalam perilaku dan gaya hidup. Bagi pemimpin, kontrol
diri juga berarti melakukan hal-hal yang secara normal
memiliki pengaruh positif yang besar terhadap orang
lain dan menghindari hal-hal yang memiliki pengaruh
negatif. Kontrol dirijuga berarti suatu kemampuan
untuk
beradaptasi
dan
fleksibel
ketika
situasi
berubah.Pengaruh Positif Kontrol Diri
Kontrol diri merupakan fondasi dari pencapaian pribadi
dalam jangka panjang.Kontrol diri membantu seseorang
untuk terus termotivasi dan fokus pada tujuan.
5. Communication/Komunikasi
Komunikasi berarti sikap dan keahlian yang mendasari
interaksi langsung antar pribadi yang efektif. Secara
lebih mendasar, komunikasi
makna
antara
pengirim
merupakan
dan
penerima.
transmisi
Terdapat
beberapa metode komunikasi interpersonal: tertulis,
verbal, tanda-tanda non verbal, sikap, dan bahasa
tubuh, seperti juga komunikasi melalui tindakan dan
tampilan. Perlu diingat bahwa mendengarkan juga tidak
kalah penting dalam komunikasi.Ada tiga hal penting
41
yang
perlu
diperhatikan
mengkomunikasikan
dalam
informasi,
komunikasi,
yaitu
mendengarkan,
dan
berkomunikasi dengan tindakan dan sikap. Pengaruh
Positif Komunikasi, Semakin efektif komunikasi maka
akan semakin kuat ikatan dalam organisasi.
Terdapat hubungan yang kuat di antara keberanian,
kepedulian, optimisme, kontrol diri, dan komunikasi.Suatu
sinergi
terbentuk
ketika
seorang
pemimpin
mampu
mengembangkan kelimanya secara bersama-sama.Hal inipun
yang dimiliki kepribadian seorang pendeta sebagai pemimpin
yang memiliki kepribadian dengan karakter tersebut.
2.4.1 Karakter Kepemimpinan Pendeta
Menurut Simanjuntak, seorang pendeta harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Managing Self: secara pribadi seorang pelayan harus
memiliki
kemampuan
mengelola
kinerja
pribadi
masing-masing. Hati yang positif akan menghasilkan
pikiran yang positif. Pikiran positif akan menghasilkan
42
tindakan
yang
positif.
Tindakan
positif
akan
melahirkan karakter yang positif.
2. Managing Church: seorang pelayan harus mengelola
pelayanan gereja.
3. Managing People: menyadari bahwa yang dilayani
adalah manusia.
Dalam hal ini Simanjuntak juga mengatakan bahwa
seorang pendeta harus menjadi:
1. Head (Kepala): Pelayan harus berkembang didasari
dengan pengetahuan
2. Hand (Tangan): Terampil melakukan pelayanan atau
cakap melakukan pelayanan secara kreatif.
3. Heart
(Hati):
Memiliki
kemampuan
untuk
mengananlisa mana yang pantas dilakukan dan tidak
pantas dilakukan atau istilah lain “Do and Doors”
artinya pendeta sadar bahwa perbuatan lebih didengar
oleh jemaat dibandingkan oleh khotbah. Perbuatan
lebih dipercaya daripada perkataan. Ketidaksesuaian
43
perbuatan
dengan
perkataan
akan
menimbulkan
ketidak percayaan (krisis kepercayaan).
Menzies
dan
Horton
(2003)
mengatakan
bahwa,
Karakter hamba dan pimpinan yang baik akan menampakkan
diri pada sikap dan perilaku yang terikat kepada kebenaran,
kebajikan,
kejujuran,
kesetiaan,
dan
ketahanan
dalam
pengabdian. Demikian juga karakter yang baik membuahkan
kebaikan moral, relasi social dengan orang lain, sehingga
menjamin keberhasilan dalam pelayanan. Dengan demikian,
beberapa aspek dalam karakter pemimpin adalah:
1. Kesadaran Diri sebagai pelayan: sejumlah perilaku
yang secara sadar dilakukan seorang pimpinan
menunjukkan
konsep
dirinya
(menjadi
seorang
pelayan) juga sikap intensinya (melakukan tindakan
pelayanan) dalam menempatkan orang lain lebih
dahulu sebelum dirinya.
2. Diri
yang
otentik:
perilaku
pimpinan
yang
mengindikasikan posisi dirinya yang otentik dalam
huhbungannya dengan orang lain, dikarakteristikkan
melalui: kerendahan hati, integritas, akuntabilitas.
44
3. Spiritualitas transenden: perilaku para pimpinan
yang
memanifestsikan
mendasar
bahwa
ia
suatu
keyakinan
seseorang
yang
yang
mampu
mengatasi diri, eksis dan membuat kehidupan ini
penuh makna.
4. Moralitas: perilaku para pimpinan yang mengankat
perilaku moral atau etis pimpinan, dan anggota yang
dipimpin (jemaat).
5. Hubungan persekutuan: perilaku para pimpinan yang
memupuk keikhlasan, kedalaman dan hubungan
yang langgeng melalui kasih yang tanpa syarat,
penerimaan, keseimbangan, kebergunaan, kolaborasi.
2.4.2 Komitmen pemimpin
Salah satu karakter kepemimpinan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah komitmen, karena komitmen
merupakan salah satu karakter yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin.
45
Pengertian komitmen secara umum bahwa, komitmen
adalah keinginan atau dorongan dari dalam individu untuk
menunjang keberhasilan organisasi sesuai tujuan dan lebih
mengutamakan kepentingan organisasi, Wawolumaya, (2007).
Komitmen kerja dalam organisasi adalah derajat sejauh mana
seseorang memihak pada organisasi tertentu dan tujuannya,
dan
berniat
memelihara
keanggotaan
dalam
organisasi
Luthans, (1998).
Pengertian komitmen menurut Luthans (1998), antara lain
sebagai berikut:
1. keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
organisasi tertentu;
2. kesediaan untuk berusaha meningkatkan dan atas
nama organisasi;
3. keyakinan dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan dari
organisasi. Dengan adanya komitmen kerja yang tinggi
maka
pegawai
kemampuan
akan
kerjanya,
46
berusaha
yang
meningkatkan
pada
akhirnya
mempengaruhi
dan
meningkatkan
kinerja
dalam
sebuah organisasi.
a. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen
Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu
saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan
bertahap. Steers (2008) menyatakan tiga faktor yang
mempengaruhi komitmen seorang karyawan antara lain :

Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam
organisasi, dan variasi kebutuhan dan keinginan yang
berbeda dari tiap karyawan

Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan
berinteraksi dengan rekan sekerja; dan

Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di
masa
lampau
dan
cara
pekerja-pekerja
lain
mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang
organisasi.
Sementara itu, Minner (2008) mengemukakan empat faktor
yang mempengaruhi komitmen karyawan antara lain :
47
1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian
2. Karakteristik
pekerjaan,
misalnya
lingkup
jabatan,
tantangan dalam pekerjaan, konflik peran, tingkat
kesulitan dalam pekerjaan
3. Karakteristik
organisasi,
struktur,
bentuk
misalnya
organisasi,
besar
kecilnya
kehadiran
serikat
pekerjan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan
organisasi terhadap karyawan
4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan
sangat
berpengaruh
karyawan
pada
terhadap
organisasi.
tingkat
Karyawan
komitmen
yang
baru
beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah
puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki
tingkat komitmen yang berlaina
b. Aspek – Aspek Komitmen
a) Identifikasi
Identifikasi yang berwujud dalam bentuk kepercayaan anggota
terhadap
organisasi.
Guna
menumbuhkan
identifikasi
dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi/organisasi,
48
sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para anggota
atau dengan kata lain organisasi memasukan pula kebutuhan
dan
keinginan
anggotan
dalam
tujuan
organisasi
atau
organisasi. Hal ini akan menumbuhkan suasana saling
mendukung di antara para anggota dengan organisasi. Lebih
lanjut membuat anggota dengan rela menyumbangkan tenaga,
waktu, dan pikiran bagi tercapainya tujuan organisasi.
b) Keterlibatan
Keterlibatan atau partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas
kerja penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan
anggota menyebabkan mereka bekerja sama, baik dengan
pimpinan atau rekan kerja. Cara yang dapat dipakai untuk
memancing keterlibatan anggota adalah dengan memasukan
mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan
yang dapat menumbuhkan keyakinan pada anggota bahwa
apa yang telah diputuskan adalah keputusan bersama. Juga
anggota merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian
dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa
wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah mereka
putuskan, karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang
49
mereka
ciptakan.
Hasil
yang
dirasakan
bahwa
tingkat
kehadiran anggota yang memiliki rasa keterlibatan tinggi
umumnya akan selalu disiplin dalam bekerja.
c) Loyalitas
Loyalitas
anggota
ksesediaan
hubungannya
terhadap
organisasi
seseorang
untuk
dengan
organisasi
memiliki
makna
bisa
melanggengkan
kalau
perlu
dengan
mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan
apa pun. Keinginan anggota untuk mempertahankan diri
bekerja dalam organisasi adalah hal yang dapat menunjang
komitmen anggota terhadap organisasi di mana mereka
bekerja. Hal ini di upayakan bila anggota merasakan adanya
keamanan dan kepuasan dalam tempat kerjanya.
2.4.3 Komitmen dalam Konteks Gereja
Menurut
Bobby
(2008)
yang
dimaksud
dengan
komitmen pelayanan dalam konteks Gereja adalah janji setia,
tekad atau ketetapan yang kuat untuk melakukan sesuatu
yang disertai dengan tanggung jawab.
Tetapi
Sutisna
(2009),
berpendapat
bahwa
secara
sederhana melihat komitmen ini berarti perjanjian untuk
50
melakukan sesuatu baik dengan diri sendiri, orang lain, atau
juga suatu organisasi (gereja), maupun dengan Tuhan.
Komitmen juga dapat diartikan sebagai pernyataan kehendak
atau janji untuk dengan setia melakukan sesuatu yang telah
diputuskan.
Dengan
membutuhkan
demikian
pengorbanan
dan
berkomitmen
pengabdian.
jelas
Dalam
pengertian ini menurutnya Rasul Paulus adalah contoh yang
paling sederhana untuk menjadi teladan dan panutan dalam
pelayanannya. Lebih lanjut dijelaskan mengacu pada Rasul
Paulus maka komitmen dalam pelayanan adalah suatu
keharusan
atau
wajib
hukumnya
karena
sejatinya,
(1)
komitmen adalah dasar bagi seseorang untuk terlibat dalam
pelayanan dan (2) kesetiaan seseorang dalam pelayanan
tergantung
bagaimana
orang
tersebut
memegang
komitmennya di hadapan Allah.
Menurut
Barna
(2010)
yang
menyatakan
bahwa
komitmen merupakan kebergantungan setiap manusia kepada
Allah, dikarenakan manusia harus bersandar sepenuhnya
pada firman dan penyertaan-Nya. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa, komitmen merupakan kebulatan hati mengabdikan
51
diri untuk melayani-Nya, dengan segenap hati, pikiran,
kekuatan, demi kecintaannya terhadap pelayanan. Sedangkan
menurut Sitompul (2011) pelayanan bukan untuk melayani
Tuhan, melainkan melayani sesama manusia karena Tuhan
telah menugaskan manusia. Sikap menerima tugas berarti
bertanggung jawab, yakin menjalankannya sesuai dengan
perintah atau petunjuk disampaikan.
52
Download