STUDI KASUS PENGAJARAN REMEDIAL KELAS XI A1 DAN XI A6 SMAK KOLESE SANTO YUSUP MALANG Indah Nurvita Larasati1, Herawati Susilo2, Triastono Imam Prasetyo3 Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang E-mail: [email protected] [email protected] [email protected] Abstrak: Pengajaran remedial merupakan lanjutan dari tahap diagnosis kesulitan belajar siswa, prognosis, dan rekomendasi cara mengatasi kesulitan belajar siswa, sehingga tujuan penelitian berupa menganalisis serangkaian tahapan pengajaran remedial. Metode penelitian berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yaitu faktor internal lebih berpengaruh dalam kesulitan belajar siswa dibandingkan faktor eksternal, diagnosis dilakukan oleh salah satu guru Biologi selaku wali kelas, prognosis belum dilakukan oleh guru Biologi, rekomendasi sudah dilakukan dengan langsung memilih bentuk remedial, pengajaran remedial dilakukan langsung dengan tes dan tugas, serta sekolah menerapkan Semester Pendek sebagai remedial karena sistem sekolah berupa Sistem Kredit Semester. Kata kunci: diagnosis, prognosis, rekomendasi, pengajaran remedial Abstract: Remedial teaching an advanced stage diagnosis of students learning difficulties, prognosis, and recommendations the way overcome the difficulties of student learning, so research purposes such as analyzing a series of steps remedial teaching. Research methods such as interviews, observation, and documentation. Results of the research are the internal factors more influential in students learning difficulties than external factors, diagnosis performed by one of the teachers of Biology as homeroom, the prognosis has not been done by teachers of Biology, recommendations have been made by choosing the form of remedial teaching, remedial done directly with test and task, and schools implement the short term as a remedial school system in the form of credits. Keywords: diagnosis, prognosis, recommendation, remedial teaching PENDAHULUAN Pendidikan erat hubungannya dengan proses belajar, karena dengan proses belajar yang berkualitas maka pendidikan yang sudah direncanakan dapat terlaksana dengan optimal. Wiyani (2013) menyatakan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang di dalamnya dilakukan berbagai pengalaman untuk menangkap suatu isi dan pesan dalam jangka waktu tertentu yang dapat membawa perubahan diri yang tercermin dalam perilakunya. Proses belajar dievaluasi sehingga diperoleh hasil belajar. Hasil belajar menentukan tindak lanjut untuk siswa yang berupa pengayaan atau remedial. Pengayaan dan remedial merupakan kegiatan yang dilakukan setelah mengetahui hasil belajar siswa dengan berpedoman KKM. Nuriansari (2012) menjelaskan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap sekolah tidak selalu sama. Hasil belajar dinyatakan tuntas jika nilai yang diperoleh mencapai KKM, maka tindakan guru berupa pengayaan. Sebaliknya, hasil belajar tidak tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari KKM maka tindakan guru berupa 1 2 pengajaran remedial. Penilaian yang berpatokan KKM maka dinamakan penilaian acuan patokan (PAP) (Purwanto, 2013). Irhan (2013) menjelaskan bahwa pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan bentuk pengajaran yang khusus diberikan pada siswa yang mengalami hambatan belajar. Pengajaran remedial juga merupakan lanjutan dari tahap diagnosis kesulitan belajar siswa, prognosis, dan rekomendasi cara mengatasi kesulitan belajar siswa. Makmun (2003) menjelaskan bahwa tahap diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, tetapi juga latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu. Arifin (2013) menyatakan bahwa langkah kedua (prognosis) berupa merancang pembelajaran, yang meliputi merancang rencana pembelajaran, merancang berbagai kegiatan, merancang belajar bermakna, memilih pendekatan/metode/teknik, merancang bahan pembelajaran. Masbur (2012) menyatakan bahwa rekomendasi merupakan kegiatan menyusun suatu penyelenggaraan program pengajaran remedial dalam bentuk suatu program pendidikan yang diindividualkan (individuallized education program), yang pelaksanaannya perlu dievaluasi lebih dahulu oleh suatu tim. Serangkaian tahap tersebut perlu dilakukan untuk menerapkan pengajaran remedial yang berkualitas agar siswa remedial dapat tuntas dalam belajarnya. Faktanya melalui observasi di beberapa sekolah pengajaran remedial dilakukan dalam bentuk tugas dan tes tanpa ada penguatan materi, sedangkan melalui wawancara, pengajaran remedial menjadi 2 wewenang di SMAK Kolese Santo Yusup Malang (Kosayu) yang menjadi lokasi penelitian. Wewenang tersebut dilakukan oleh sekolah dalam bentuk semester pendek dan dilakukan oleh guru matapelajaran setiap akhir bab. Kelas XI A1 dan XI A6 dipilih untuk membandingkan pengajaran kedua guru Biologi yang merupakan team teaching dalam hal penyusunan bahan ajar dan evaluasi. Fokus penelitian berupa diagnosis, prognosis, rekomendasi, dan pengajaran remedial. Diagnosis kesulitan belajar siswa meliputi faktor internal dan faktor eksternal siswa. Prognosis dan rekomendasi meliputi cara guru untuk mencari berbagai solusi dan menentukan solusi yang paling efektif dan efisien dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Tahap rekomendasi ini merupakan penentu untuk pelaksanaan pengajaran remedial yang berkualitas. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian berupa studi kasus. Tipe studi kasus yang utama berupa eksplorasi, bertujuan mencari secara mendalam suatu kasus pada tempat tertentu. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci sehingga mutlak diperlukan kehadirannya di lokasi penelitian. Kehadiran peneliti dilakukan secara sengaja untuk menemui berbagai pihak terkait penelitian selama 5 bulan (Januari—Mei 2016). Partisipan dalam penelitian yaitu kepala sekolah, guru Biologi, guru BK, serta siswa kelas XI A1 dan XI A6. SMAK Kolese Santo Yusup Malang atau disingkat SMAK Kosayu atau dikenal dengan nama Hua Ind berlokasi di Jalan Simpang Borobudur 1 Malang Jawa Timur. Sumber data diperoleh melalui wawancara mendalam dan semi terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Analisis data memuat 4 komponen yaitu pengumpulan data di lapangan, reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan 3 kesimpulan (verification). Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteriakriteria: kredibilitas yang meliputi ketekunan pengamatan dan triangulasi, transferabilitas, dependabilitas, serta konfirmabilitas. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan persiapan atau orientasi, eksplorasi, pengecekan hasil dan temuan penelitian, serta penulisan laporan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan penelitian diperoleh melalui tahap diagnosis, prognosis, rekomendasi. Perbedaan tahapan yang dilakukan oleh guru Biologi terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Perbandingan Serangkaian Tahapan Remedial Guru Biologi Tahap diagnosis kesulitan belajar siswa Tahap diagnosis mengatasi kesulitan belajar siswa dibedakan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal melalui observasi dan dokumentasi lingkungan sekolah dapat dikategorikan sebagai berikut. Ruang kelas. Pengelolaan, penataan, pencahayaan, kelengkapan sudah baik sehingga kegiatan pembelajaran di kelas terkontrol. Namun, model bangku siswa memanjang sehingga sulit untuk berdiskusi, maka guru melakukan diskusi di luar kelas. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Santrock (2014) yang menyatakan bahwa prinsip penyusunan kelas didasarkan pada empat kriteria yaitu: memudahkan siswa/guru bergerak di kelas (tidak ada hambatan), memastikan guru mudah melihat semua siswa, membuat materi pelajaran yang menggunakan media efektif dan efisien, serta memastikan siswa dengan mudah mengobservasi presentasi seluruh kelas. Laboratorium Biologi. Pengelolaan, pengorganisasian, dan kinerja yang ada di laboratorium terjaga sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik. Temuan penelitian sesuai dengan pendapat Anggraeni, dkk (2013) yang menyatakan pengelolaan laboratorium Biologi dilakukan dengan cara penataan ulang laboratorium Biologi yang meliputi ruang praktikum dan ruang penyimpanan. Pengorganisasian laboratorium yaitu masing-masing laboratorium dipimpin oleh koordinator laboratorium dan dibantu oleh teknisi 4 dan laboran. Pengelolaan laboratorium Biologi juga berpengaruh terhadap kinerja guru, siswa, serta pengelola. Perpustakaan. Penataan, pelayanan, sumber buku Biologi sudah lengkap. Buku Biologi yang berada di perpustakaan berupa buku pengetahuan umum dan buku siswa sesuai Kurikulum 2013. Temuan penelitian tersebut sesuai pendapat Masturi (2011) yang menyatakan bahwa perpustakaan dapat bermanfaat dengan baik jika bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah dapat menunjang proses belajar mengajar, sehingga dalam pengadaan bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta sesuai dengan kondisi siswa. Via auditorium. Tidak berpengaruh secara langsung pada pembelajaran kelas XI semester 2 karena tidak ada materi terkait pengamatan di tempat ini. Namun, di dalamnya sudah dilengkapi dengan berbagai macam makhluk hidup seperti ikan, burung, dan beberapa jenis tumbuhan. Observasi dan dokumentasi juga dilakukan pada pembelajaran guru, kedua guru merupakan team teaching dalam hal penyusunan bahan ajar dan evaluasi. Rohmah (2010) menyatakan bahwa Team teaching bagi guru berdampak menciptakan keadaan di mana guru lebih siap dalam KBM dan lebih maksimal, terbentuk kerja sama baik di antara kedua guru, serta guru mendapatkan pengetahuan karena masukan dari guru lain. Indikator penguatan materi pada kedua guru terlihat dengan memberikan penguatan pada waktu yang berbeda. Guru EKO memberikan penguatan sebagai review untuk menghadapi ulangan harian. Guru WRS memberikan penguatan setiap tatap muka pembelajaran. Penguatan materi perlu diberikan pada siswa agar tidak terjadi miskonsepsi. Temuan penelitian sesuai dengan Permendikbud (2014) yang menyatakan bahwa penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi siswa agar siswa memahami konsep yang diberikan guru. Dokumentasi terkait faktor eksternal juga dilakukan dengan melihat analisis KKM dan butir soal oleh guru EKO. Sekolah langsung menetapkan KKM Biologi yaitu 75, tetapi guru EKO melakukan analisis KKM yang meliputi kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa sehingga diperoleh KKM sebesar 77. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan Direktorat Pembinaan SMA (2010) yang menyatakan analisis KKM menggunakan metode kuantitatif dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan tingkat kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan kompetensi inti. Analisis butir soal meliputi daya pembeda dan tingkat kesukaran soal untuk memperoleh bank soal yang berkualitas. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Purwanto (2013) yang menyatakan bahwa analisis soal meliputi: sampai di mana tingkat atau taraf kesukaran soal dan apakah soal itu mempunyai daya pembeda sehingga dapat membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. Faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yaitu tidak mood, minat dan motivasi rendah, malas, dan sebagainya. Sikap yang diperlihatkan siswa saling berhubungan. Temuan penelitian tersebut sesuai pendapat beberapa ahli. Mood adalah suatu perasaan yang meluas, meresap dan terus-menerus yang secara subjektif dialami dan 5 dikatakan oleh individu dan juga dilihat dari orang lain (Djaali, 2011). Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik (Syah 2014). Schunk (2012) menyatakan bahwa imbalan atau penghargaan dapat menunjang motivasi ketika diberikan berdasarkan prestasi atau kemajuan dalam belajar. Minat mempengaruhi motivasi dalam belajar Biologi. Santrock (2014) menyatakan bahwa minat digolongkan sebagai sesuatu yang lebih spesifik dibandingkan motivasi intrinsik. Tahap ini juga diketahui dengan melihat hasil belajar siswa di bawah KKM pada kedua kelas yang terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Skor Ulangan Biologi Kelas XI A1 Semester II No Kode Siswa Skor Presensi 1 2 3 4 2 ADR 71 3 ALB 65 72 - 63 4 AND - 68 71 6 ANT 67 67 7 BRI - 69 62 61 8 CAR 73 10 CHR - 63 72 61 11 CIN 74 - 62 12 DAV - 64 13 DEN 70 15 EFO - 65 21 IGN - 74 22 IND 70 24 LEO 69 25 LIO - 69 68 26 LUK - 62 29 MBM - 61 73 30 MIC 70 34 SHA 71 72 35 STE 59 36 VIN 61 37 WAH 74 - Semua siswa tuntas Tabel 2 Skor Ulangan Biologi Kelas XI A6 Semester II No Kode Siswa Skor Presensi 1 2 3 4 1 ALA - 66 3 DEX 73 5 CHA 68 6 DAN 66 - 72 8 DOM 72 9 ELI - 72 13 FEL - 72 15 GRA 60 24 MAR - 72 26 MHW 71 - 62 27 HAN 65 Keterangan: Skor 1) Sistem Koordinasi, 2) Reproduksi Sel, 3) Reproduksi Manusia dan KB, 4) Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. 6 Pada kedua kelas tersebut, siswa kelas XI A1 lebih banyak memerlukan remedial dibandingkan siswa kelas XI A6. Semua siswa kelas XI A6 pada bab 4 tuntas sehingga tidak memerlukan pengajaran remedial. Guru WRS melakukan tahap ini karena bertindak sebagai wali kelas/PA, sedangkan guru EKO diagnosis belum tampak dilakukan karena langsung melihat hasil belajar siswa. Suwarto (2013) menyatakan bahwa diagnosis adalah proses yang kompleks sebagai usaha untuk menarik kesimpulan dari hasil pemeriksaan gejala-gejala, perkiraan penyebab, dan pengamatan sesuai dengan kategori/kriteria dengan baik. Tahap diagnosis penting dilakukan dengan analisis yang mendalam dan dilakukan oleh semua pihak sekolah, khususnya guru matapelajaran. Tahap prognosis kesulitan belajar siswa Prognosis merupakan langkah guru mencari berbagai alternatif yang bisa digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Temuan penelitian melalui wawancara belum tampak dilakukan oleh guru Biologi karena sistem sekolah berupa SKS. Temuan penelitian tersebut tidak sesuai dengan pendapat Arifin (2013) menyatakan bahwa langkah kedua setelah menganalisis kebutuhan adalah merancang pembelajaran, yang meliputi merancang rencana pembelajaran, merancang berbagai kegiatan, merancang belajar bermakna, memilih pendekatan/metode/teknik, merancang bahan pembelajaran. Tahap rekomendasi mengatasi kesulitan belajar siswa Rekomendasi merupakan langkah untuk memilih solusi yang dianggap paling baik untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Guru WRS menerapkan tugas karena hanya beberapa siswa saja yang tidak tuntas, dan tugas yang berupa soal pilihan ganda melatih siswa untuk lebih belajar. Guru EKO berupa tes karena kendala waktu dan sudah adanya SP. Rekomendasi ini penting dilakukan karena merupakan poin utama dalam melaksanakan pengajaran remedial, artinya tahap rekomendasi merupakan solusi yang utama. Makmun (2003) menyatakan bahwa rekomendasi adalah mengambil kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemungkinan penyembuhan. Tahap pengajaran remedial Remedial dilakukan tanpa penguatan konsep dengan langsung tes (guru EKO) dan tugas (guru WRS). Temuan penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan bahwa bagi yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian (bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun kelas (Permendikbud, 2014). Remedial yang dilakukan tanpa melalui pengajaran atau penguatan konsep akan menyebabkan hanya beberapa atau tidak ada siswa remedial yang tuntas, sehingga pengajaran remedial dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Hasil Pengajaran Remedial Belum semua siswa tuntas dalam remedial bentuk tes dan tugas karena tes remedial memiliki tingkat kesukaran yang sama dengan ulangan harian, sedangkan tugas dibebaskan untuk dikerjakan/tidak oleh siswa remedial. Hasil remedial kedua kelas dapat terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. 7 Tabel 3 Skor Asli Siswa Remedial Kelas XI A1 No Kode Siswa Skor Presensi 1 2 3 4 2 ADR 60 3 ALB 24 32 - 40 4 AND - 40 48 6 ANT 52 32 7 BRI - 32 0 52 8 CAR 40 10 CHR - 48 60 52 11 CIN 40 - 72 12 DAV - 75 13 DEN 32 15 EFO - 40 21 IGN - 48 22 IND 60 24 LEO 60 25 LIO - 56 52 26 LUK - 52 29 MBM - 48 56 30 MIC 64 34 SHA 60 32 35 STE 52 36 VIN 44 37 WAH 60 Tabel 4 Skor Asli Siswa Remedial Kelas XI A6 No Kode Siswa Skor Presensi 1 2 3 4 1 ALA - 85 3 DEX 0 5 CHA 0 6 DAN 75 - 80 8 DOM 80 9 ELI 0 13 FEL - 80 15 GRA 0 24 MAR - 80 26 MHW 80 0 27 HAN 0 Keterangan: Skor 1) Sistem Koordinasi, 2) Reproduksi Sel, 3) Reproduksi Manusia dan KB, 4) Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. Pelaksanaan Pengajaran Remedial oleh SMAK Kolese Santo Yusup Malang Temuan penelitian melalui wawancara bahwa sistem di SMAK Kosayu berupa SKS (Sistem Kredit Semester) yang berarti harus ada SP (Semester Pendek) bagi siswa yang tidak tuntas. Hal ini sejalan dengan BSNP (2010) yang menyatakan bahwa untuk sekolah yang pakai SKS sebagai sistem penyelenggaraan program pendidikan, siswanya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester dan beban belajar setiap matapelajaran dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Temuan penelitian lainnya melalui observasi dan wawancara bahwa Semester Pendek (SP) dilakukan 8 setelah evaluasi 1 semester dan diberikan pada siswa yang tidak tuntas matapelajaran tertentu pada semester tersebut. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Permendikbud (2013) yang menyatakan bahwa siswa dapat memanfaatkan semester pendek hanya untuk mengulang mata pelajaran yang belum tuntas. Temuan penelitian lainnya melalui observasi dan dokumentasi bahwa siswa yang mengikuti SP dengan diadakan pengajaran, lebih banyak yang tuntas dibandingkan yang tidak tuntas. Hal ini sesuai dengan pendapat Hsieh, et al (2013) yang menyatakan bahwa setelah mengikuti sistem pengajaran remedial, pemahaman siswa meningkat. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa SKS dan SP yang dianggap sebagai program remedial sekolah dalam hal materi dan waktu belum sejalan dengan konsep pengajaran remedial. Hal ini karena materi SP merupakan pengulangan seluruh materi pada matapelajaran tertentu dan waktu SP dilakukan setelah evaluasi 1 semester, sedangkan konsep remedial yaitu materi remedial berupa indikator-indikator kesulitan siswa dan waktu pelaksanaan remedial setelah evaluasi akhir bab. Di sisi lain, teknik pelaksanaan SP sudah sesuai dengan konsep pengajaran remedial karena diadakan pengajaran ulang atau penguatan konsep dan ada evaluasi di akhir pertemuan. Pengajaran Remedial Pendapat Peneliti Pengajaran remedial merupakan hal yang kompleks dalam pelaksanaannya, tetapi penting dilakukan bagi siswa-siswa yang mengalami hambatan belajar, agar siswa tersebut memahami semua indikator materi dari guru. Waktu pengajaran remedial dilakukan setiap selesai evaluasi akhir bab (bukan di akhir semester) jika terdapat siswa yang belum tuntas. Pelaksanaan pengajaran remedial perlu didahului tahap diagnosis, prognosis, dan rekomendasi agar hasil yang dicapai siswa remedial sesuai dengan harapan. Aspek-aspek pelaksanaan pengajaran remedial menurut peneliti dijabarkan pada Tabel 5. Tabel 5 Aspek-aspek Pelaksanaan Pengajaran Remedial Aspek Kendala Solusi Jumlah siswa Siswa remedial berjumlah Bisa menggunakan ceramah dan sedikit. bimbingan secara individu. Siswa remedial berjumlah ¼ Menggunakan metode dan model yang dari jumlah 1 kelas. bervariasi sesuai kesulitan siswa. Indikator Indikator setiap siswa 1. Pemberian pengajaran remedial secara kesulitan belajar remedial berbeda. kelompok sesuai indikator kesulitan belajar. 2. Siswa A yang tuntas pada indikator X dapat menjelaskan pada siswa B yang belum tuntas. Waktu Kegiatan ekstrakurikuler Ada jadwal berkala untuk pengajaran pelaksanaan sepulang sekolah yang remedial sepulang sekolah dan diwajibkan beragam. atau menjadi peraturan sekolah. Motivasi siswa Motivasi siswa remedial 1. Ada laporan perkembangan studi khusus beragam. pengajaran remedial. 2. Menggunakan model/metode yang bervariasi. 9 PENUTUP Kesimpulan dan Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa faktor internal lebih berpengaruh dalam kesulitan belajar siswa dibandingkan faktor eksternal dengan diagnosis dilakukan oleh salah satu guru Biologi yang juga sebagai PA/wali kelas, prognosis belum dilakukan oleh guru Biologi, rekomendasi sudah dilakukan dengan memilih bentuk remedial dengan alasan sistem sekolah, pengajaran remedial dilakukan langsung dengan tes dan tugas tanpa penguatan materi. Secara garis besar, serangkaian tahapan pengajaran remedial oleh guru Biologi belum terlaksana sesuai dengan teori, karena adanya sistem SKS sehingga pengajaran remedial dilakukan di semester pendek. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian studi kasus ini yaitu guru dan sekolah sebaiknya menerapkan tahapan diagnosis, prognosis, rekomendasi, dan pengajaran remedial agar semua siswa dapat tuntas dalam pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Anggraeni, A., Retnoningsih, A., Herlina, L. 2013. Pengelolaan Laboratorium Biologi untuk Menunjang Kinerja Pengguna dan Pengelola Laboratorium Biologi SMA Negeri 2 Wonogiri. Journal of Biology Education, (Online), 2 (1): 1-9, (http://journal.unnes.ac.id), diakses pada 25 Mei 2016. Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Analisis KKM di SMA. Jakarta. Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hsieh, T.C., Lee, M.C., Su, C.Y. 2013. Designing and Implementing a Personalized Remedial Learning System for Enhancing the Programming Learning. Journal of Educational Technology & Society, (Online), 16 (4): 32-46, (http://www.ifets.info/journals.pdf), diakes pada 03 Maret 2016. Irhan, M, Wiyani, N.A. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Makmun, A.S. 2003. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Masbur. 2012. Remedial Teaching sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, (Online), 12(2): 348-367, (http://jurnal.arraniry.ac.id), diakses pada 20 Mei 2016. Masturi, M.H. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa: Studi Kasus Di SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selatan, (Online), (http://repository.uinjkt.ac.id), diakses pada 28 Mei 2016. Nuriansari, N. 2012. Pengembangan Metode Tutor Sebaya Terbimbing pada Layanan Pengajaran remedial (Remedial Teaching) pada Mata Pelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sutojayan, Blitar, Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104. 2014. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59a. 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a. 2013. Implementasi Kurikulum. Jakarta. Purwanto, N. 2013. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Rohmah, S. 2010. Impementasi Metode Team Teaching dalam Pembelajaran Kimia di SMAN 1 Banguntapan Bantul Yogyakarta, (Online), (http://digilib.uinsuka.ac.id), diakses 02 Maret 2016. Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan. Salemba Humanika: Jakarta. Schunk, D.H. 2012. Learning Theories an Educational Perspective: Teori-teori Pembelajaran Perspektif Pendikan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Syah, M. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Wiyani, N.A. 2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.