1 STUDI KASUS PENGAJARAN REMEDIAL

advertisement
STUDI KASUS PENGAJARAN REMEDIAL KELAS XI A1 DAN XI A6
SMAK KOLESE SANTO YUSUP MALANG
Indah Nurvita Larasati1, Herawati Susilo2, Triastono Imam Prasetyo3
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang
E-mail: [email protected]
[email protected]
[email protected]
Abstrak: Pengajaran remedial merupakan lanjutan dari tahap diagnosis kesulitan
belajar siswa, prognosis, dan rekomendasi cara mengatasi kesulitan belajar siswa,
sehingga tujuan penelitian berupa menganalisis serangkaian tahapan pengajaran
remedial. Metode penelitian berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil
dari penelitian yaitu faktor internal lebih berpengaruh dalam kesulitan belajar
siswa dibandingkan faktor eksternal, diagnosis dilakukan oleh salah satu guru
Biologi selaku wali kelas, prognosis belum dilakukan oleh guru Biologi,
rekomendasi sudah dilakukan dengan langsung memilih bentuk remedial,
pengajaran remedial dilakukan langsung dengan tes dan tugas, serta sekolah
menerapkan Semester Pendek sebagai remedial karena sistem sekolah berupa
Sistem Kredit Semester.
Kata kunci: diagnosis, prognosis, rekomendasi, pengajaran remedial
Abstract: Remedial teaching an advanced stage diagnosis of students learning
difficulties, prognosis, and recommendations the way overcome the difficulties of
student learning, so research purposes such as analyzing a series of steps remedial
teaching. Research methods such as interviews, observation, and documentation.
Results of the research are the internal factors more influential in students learning
difficulties than external factors, diagnosis performed by one of the teachers of
Biology as homeroom, the prognosis has not been done by teachers of Biology,
recommendations have been made by choosing the form of remedial teaching,
remedial done directly with test and task, and schools implement the short term as
a remedial school system in the form of credits.
Keywords: diagnosis, prognosis, recommendation, remedial teaching
PENDAHULUAN
Pendidikan erat hubungannya dengan proses belajar, karena dengan proses
belajar yang berkualitas maka pendidikan yang sudah direncanakan dapat
terlaksana dengan optimal. Wiyani (2013) menyatakan bahwa belajar merupakan
sebuah proses yang di dalamnya dilakukan berbagai pengalaman untuk
menangkap suatu isi dan pesan dalam jangka waktu tertentu yang dapat membawa
perubahan diri yang tercermin dalam perilakunya. Proses belajar dievaluasi
sehingga diperoleh hasil belajar. Hasil belajar menentukan tindak lanjut untuk
siswa yang berupa pengayaan atau remedial.
Pengayaan dan remedial merupakan kegiatan yang dilakukan setelah
mengetahui hasil belajar siswa dengan berpedoman KKM. Nuriansari (2012)
menjelaskan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap sekolah tidak
selalu sama. Hasil belajar dinyatakan tuntas jika nilai yang diperoleh mencapai
KKM, maka tindakan guru berupa pengayaan. Sebaliknya, hasil belajar tidak
tuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari KKM maka tindakan guru berupa
1
2
pengajaran remedial. Penilaian yang berpatokan KKM maka dinamakan penilaian
acuan patokan (PAP) (Purwanto, 2013).
Irhan (2013) menjelaskan bahwa pengajaran remedial (remedial teaching)
merupakan bentuk pengajaran yang khusus diberikan pada siswa yang mengalami
hambatan belajar. Pengajaran remedial juga merupakan lanjutan dari tahap
diagnosis kesulitan belajar siswa, prognosis, dan rekomendasi cara mengatasi
kesulitan belajar siswa. Makmun (2003) menjelaskan bahwa tahap diagnosis
bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, tetapi juga latar
belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu. Arifin (2013) menyatakan
bahwa langkah kedua (prognosis) berupa merancang pembelajaran, yang meliputi
merancang rencana pembelajaran, merancang berbagai kegiatan, merancang
belajar bermakna, memilih pendekatan/metode/teknik, merancang bahan
pembelajaran. Masbur (2012) menyatakan bahwa rekomendasi merupakan
kegiatan menyusun suatu penyelenggaraan program pengajaran remedial dalam
bentuk suatu program pendidikan yang diindividualkan (individuallized education
program), yang pelaksanaannya perlu dievaluasi lebih dahulu oleh suatu tim.
Serangkaian tahap tersebut perlu dilakukan untuk menerapkan pengajaran
remedial yang berkualitas agar siswa remedial dapat tuntas dalam belajarnya.
Faktanya melalui observasi di beberapa sekolah pengajaran remedial
dilakukan dalam bentuk tugas dan tes tanpa ada penguatan materi, sedangkan
melalui wawancara, pengajaran remedial menjadi 2 wewenang di SMAK Kolese
Santo Yusup Malang (Kosayu) yang menjadi lokasi penelitian. Wewenang
tersebut dilakukan oleh sekolah dalam bentuk semester pendek dan dilakukan oleh
guru matapelajaran setiap akhir bab. Kelas XI A1 dan XI A6 dipilih untuk
membandingkan pengajaran kedua guru Biologi yang merupakan team teaching
dalam hal penyusunan bahan ajar dan evaluasi.
Fokus penelitian berupa diagnosis, prognosis, rekomendasi, dan pengajaran
remedial. Diagnosis kesulitan belajar siswa meliputi faktor internal dan faktor
eksternal siswa. Prognosis dan rekomendasi meliputi cara guru untuk mencari
berbagai solusi dan menentukan solusi yang paling efektif dan efisien dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa. Tahap rekomendasi ini merupakan penentu
untuk pelaksanaan pengajaran remedial yang berkualitas.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
berupa studi kasus. Tipe studi kasus yang utama berupa eksplorasi, bertujuan
mencari secara mendalam suatu kasus pada tempat tertentu. Peneliti bertindak
sebagai instrumen kunci sehingga mutlak diperlukan kehadirannya di lokasi
penelitian. Kehadiran peneliti dilakukan secara sengaja untuk menemui berbagai
pihak terkait penelitian selama 5 bulan (Januari—Mei 2016). Partisipan dalam
penelitian yaitu kepala sekolah, guru Biologi, guru BK, serta siswa kelas XI A1
dan XI A6.
SMAK Kolese Santo Yusup Malang atau disingkat SMAK Kosayu atau
dikenal dengan nama Hua Ind berlokasi di Jalan Simpang Borobudur 1 Malang
Jawa Timur. Sumber data diperoleh melalui wawancara mendalam dan semi
terstruktur, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data memuat 4 komponen yaitu pengumpulan data di lapangan,
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan
3
kesimpulan (verification). Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteriakriteria: kredibilitas yang meliputi ketekunan pengamatan dan triangulasi,
transferabilitas, dependabilitas, serta konfirmabilitas. Penelitian ini dilakukan
melalui tahapan persiapan atau orientasi, eksplorasi, pengecekan hasil dan temuan
penelitian, serta penulisan laporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Temuan penelitian diperoleh melalui tahap diagnosis, prognosis,
rekomendasi. Perbedaan tahapan yang dilakukan oleh guru Biologi terlihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Serangkaian Tahapan Remedial Guru Biologi
Tahap diagnosis kesulitan belajar siswa
Tahap diagnosis mengatasi kesulitan belajar siswa dibedakan menjadi 2 yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal melalui observasi dan
dokumentasi lingkungan sekolah dapat dikategorikan sebagai berikut.
 Ruang kelas. Pengelolaan, penataan, pencahayaan, kelengkapan sudah baik
sehingga kegiatan pembelajaran di kelas terkontrol. Namun, model bangku
siswa memanjang sehingga sulit untuk berdiskusi, maka guru melakukan
diskusi di luar kelas. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat
Santrock (2014) yang menyatakan bahwa prinsip penyusunan kelas didasarkan
pada empat kriteria yaitu: memudahkan siswa/guru bergerak di kelas (tidak ada
hambatan), memastikan guru mudah melihat semua siswa, membuat materi
pelajaran yang menggunakan media efektif dan efisien, serta memastikan siswa
dengan mudah mengobservasi presentasi seluruh kelas.
 Laboratorium Biologi. Pengelolaan, pengorganisasian, dan kinerja yang ada
di laboratorium terjaga sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik.
Temuan penelitian sesuai dengan pendapat Anggraeni, dkk (2013) yang
menyatakan pengelolaan laboratorium Biologi dilakukan dengan cara penataan
ulang laboratorium Biologi yang meliputi ruang praktikum dan ruang
penyimpanan. Pengorganisasian laboratorium
yaitu masing-masing
laboratorium dipimpin oleh koordinator laboratorium dan dibantu oleh teknisi
4
dan laboran. Pengelolaan laboratorium Biologi juga berpengaruh terhadap
kinerja guru, siswa, serta pengelola.
 Perpustakaan. Penataan, pelayanan, sumber buku Biologi sudah lengkap.
Buku Biologi yang berada di perpustakaan berupa buku pengetahuan umum
dan buku siswa sesuai Kurikulum 2013. Temuan penelitian tersebut sesuai
pendapat Masturi (2011) yang menyatakan bahwa perpustakaan dapat
bermanfaat dengan baik jika bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah
dapat menunjang proses belajar mengajar, sehingga dalam pengadaan bahan
pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta sesuai dengan
kondisi siswa.
 Via auditorium. Tidak berpengaruh secara langsung pada pembelajaran kelas
XI semester 2 karena tidak ada materi terkait pengamatan di tempat ini.
Namun, di dalamnya sudah dilengkapi dengan berbagai macam makhluk hidup
seperti ikan, burung, dan beberapa jenis tumbuhan.
Observasi dan dokumentasi juga dilakukan pada pembelajaran guru, kedua
guru merupakan team teaching dalam hal penyusunan bahan ajar dan evaluasi.
Rohmah (2010) menyatakan bahwa Team teaching bagi guru berdampak
menciptakan keadaan di mana guru lebih siap dalam KBM dan lebih maksimal,
terbentuk kerja sama baik di antara kedua guru, serta guru mendapatkan
pengetahuan karena masukan dari guru lain. Indikator penguatan materi pada
kedua guru terlihat dengan memberikan penguatan pada waktu yang berbeda.
Guru EKO memberikan penguatan sebagai review untuk menghadapi ulangan
harian. Guru WRS memberikan penguatan setiap tatap muka pembelajaran.
Penguatan materi perlu diberikan pada siswa agar tidak terjadi miskonsepsi.
Temuan penelitian sesuai dengan Permendikbud (2014) yang menyatakan bahwa
penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan
serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi siswa agar siswa
memahami konsep yang diberikan guru.
Dokumentasi terkait faktor eksternal juga dilakukan dengan melihat
analisis KKM dan butir soal oleh guru EKO. Sekolah langsung menetapkan KKM
Biologi yaitu 75, tetapi guru EKO melakukan analisis KKM yang meliputi
kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa sehingga diperoleh KKM sebesar
77. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan Direktorat Pembinaan SMA (2010)
yang menyatakan analisis KKM menggunakan metode kuantitatif dilakukan
melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan
memperhatikan tingkat kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa untuk
mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan kompetensi inti. Analisis butir soal
meliputi daya pembeda dan tingkat kesukaran soal untuk memperoleh bank soal
yang berkualitas. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Purwanto
(2013) yang menyatakan bahwa analisis soal meliputi: sampai di mana tingkat
atau taraf kesukaran soal dan apakah soal itu mempunyai daya pembeda sehingga
dapat membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang
kurang pandai.
Faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi yaitu tidak mood, minat dan motivasi rendah, malas,
dan sebagainya. Sikap yang diperlihatkan siswa saling berhubungan. Temuan
penelitian tersebut sesuai pendapat beberapa ahli. Mood adalah suatu perasaan
yang meluas, meresap dan terus-menerus yang secara subjektif dialami dan
5
dikatakan oleh individu dan juga dilihat dari orang lain (Djaali, 2011). Motivasi
dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik (Syah 2014). Schunk
(2012) menyatakan bahwa imbalan atau penghargaan dapat menunjang motivasi
ketika diberikan berdasarkan prestasi atau kemajuan dalam belajar. Minat
mempengaruhi motivasi dalam belajar Biologi. Santrock (2014) menyatakan
bahwa minat digolongkan sebagai sesuatu yang lebih spesifik dibandingkan
motivasi intrinsik.
Tahap ini juga diketahui dengan melihat hasil belajar siswa di bawah
KKM pada kedua kelas yang terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Skor Ulangan Biologi Kelas XI A1 Semester II
No
Kode Siswa
Skor
Presensi
1
2
3
4
2
ADR
71 3
ALB
65 72 - 63
4
AND
- 68 71 6
ANT
67 67 7
BRI
- 69 62 61
8
CAR
73 10
CHR
- 63 72 61
11
CIN
74 - 62
12
DAV
- 64 13
DEN
70 15
EFO
- 65
21
IGN
- 74 22
IND
70 24
LEO
69 25
LIO
- 69 68 26
LUK
- 62
29
MBM
- 61 73 30
MIC
70 34
SHA
71 72 35
STE
59 36
VIN
61 37
WAH
74 -
Semua siswa tuntas
Tabel 2 Skor Ulangan Biologi Kelas XI A6 Semester II
No
Kode Siswa
Skor
Presensi
1
2
3
4
1
ALA
- 66
3
DEX
73
5
CHA
68
6
DAN
66
- 72
8
DOM
72 9
ELI
- 72
13
FEL
- 72
15
GRA
60
24
MAR
- 72
26
MHW
71
- 62
27
HAN
65
Keterangan: Skor 1) Sistem Koordinasi, 2) Reproduksi Sel, 3) Reproduksi Manusia dan KB, 4)
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.
6
Pada kedua kelas tersebut, siswa kelas XI A1 lebih banyak memerlukan remedial
dibandingkan siswa kelas XI A6. Semua siswa kelas XI A6 pada bab 4 tuntas
sehingga tidak memerlukan pengajaran remedial.
Guru WRS melakukan tahap ini karena bertindak sebagai wali kelas/PA,
sedangkan guru EKO diagnosis belum tampak dilakukan karena langsung melihat
hasil belajar siswa. Suwarto (2013) menyatakan bahwa diagnosis adalah proses
yang kompleks sebagai usaha untuk menarik kesimpulan dari hasil pemeriksaan
gejala-gejala, perkiraan penyebab, dan pengamatan sesuai dengan kategori/kriteria
dengan baik. Tahap diagnosis penting dilakukan dengan analisis yang mendalam
dan dilakukan oleh semua pihak sekolah, khususnya guru matapelajaran.
Tahap prognosis kesulitan belajar siswa
Prognosis merupakan langkah guru mencari berbagai alternatif yang bisa
digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Temuan penelitian melalui
wawancara belum tampak dilakukan oleh guru Biologi karena sistem sekolah
berupa SKS. Temuan penelitian tersebut tidak sesuai dengan pendapat Arifin
(2013) menyatakan bahwa langkah kedua setelah menganalisis kebutuhan adalah
merancang pembelajaran, yang meliputi merancang rencana pembelajaran,
merancang berbagai kegiatan, merancang belajar bermakna, memilih
pendekatan/metode/teknik, merancang bahan pembelajaran.
Tahap rekomendasi mengatasi kesulitan belajar siswa
Rekomendasi merupakan langkah untuk memilih solusi yang dianggap
paling baik untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Guru WRS menerapkan
tugas karena hanya beberapa siswa saja yang tidak tuntas, dan tugas yang berupa
soal pilihan ganda melatih siswa untuk lebih belajar. Guru EKO berupa tes karena
kendala waktu dan sudah adanya SP. Rekomendasi ini penting dilakukan karena
merupakan poin utama dalam melaksanakan pengajaran remedial, artinya tahap
rekomendasi merupakan solusi yang utama. Makmun (2003) menyatakan bahwa
rekomendasi adalah mengambil kesimpulan dan keputusan serta meramalkan
kemungkinan penyembuhan.
Tahap pengajaran remedial
Remedial dilakukan tanpa penguatan konsep dengan langsung tes (guru
EKO) dan tugas (guru WRS). Temuan penelitian ini tidak sesuai dengan
pernyataan bahwa bagi yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan
mengikuti pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian
(bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun kelas
(Permendikbud, 2014). Remedial yang dilakukan tanpa melalui pengajaran atau
penguatan konsep akan menyebabkan hanya beberapa atau tidak ada siswa
remedial yang tuntas, sehingga pengajaran remedial dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa.
Hasil Pengajaran Remedial
Belum semua siswa tuntas dalam remedial bentuk tes dan tugas karena tes
remedial memiliki tingkat kesukaran yang sama dengan ulangan harian,
sedangkan tugas dibebaskan untuk dikerjakan/tidak oleh siswa remedial. Hasil
remedial kedua kelas dapat terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
7
Tabel 3 Skor Asli Siswa Remedial Kelas XI A1
No
Kode Siswa
Skor
Presensi
1
2
3
4
2
ADR
60 3
ALB
24 32 - 40
4
AND
- 40 48 6
ANT
52 32 7
BRI
- 32 0 52
8
CAR
40 10
CHR
- 48 60 52
11
CIN
40 - 72
12
DAV
- 75 13
DEN
32 15
EFO
- 40
21
IGN
- 48 22
IND
60 24
LEO
60 25
LIO
- 56 52 26
LUK
- 52
29
MBM
- 48 56 30
MIC
64 34
SHA
60 32 35
STE
52 36
VIN
44 37
WAH
60 Tabel 4 Skor Asli Siswa Remedial Kelas XI A6
No
Kode Siswa
Skor
Presensi
1
2
3
4
1
ALA
- 85
3
DEX
0
5
CHA
0
6
DAN
75
- 80
8
DOM
80 9
ELI
0
13
FEL
- 80
15
GRA
0
24
MAR
- 80
26
MHW
80
0
27
HAN
0
Keterangan: Skor 1) Sistem Koordinasi, 2) Reproduksi Sel, 3) Reproduksi Manusia dan KB, 4)
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.
Pelaksanaan Pengajaran Remedial oleh SMAK Kolese Santo Yusup Malang
Temuan penelitian melalui wawancara bahwa sistem di SMAK Kosayu
berupa SKS (Sistem Kredit Semester) yang berarti harus ada SP (Semester
Pendek) bagi siswa yang tidak tuntas. Hal ini sejalan dengan BSNP (2010) yang
menyatakan bahwa untuk sekolah yang pakai SKS sebagai sistem
penyelenggaraan program pendidikan, siswanya menentukan sendiri beban belajar
dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester dan beban belajar setiap
matapelajaran dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Temuan penelitian
lainnya melalui observasi dan wawancara bahwa Semester Pendek (SP) dilakukan
8
setelah evaluasi 1 semester dan diberikan pada siswa yang tidak tuntas
matapelajaran tertentu pada semester tersebut. Temuan penelitian tersebut sesuai
dengan pendapat Permendikbud (2013) yang menyatakan bahwa siswa dapat
memanfaatkan semester pendek hanya untuk mengulang mata pelajaran yang
belum tuntas. Temuan penelitian lainnya melalui observasi dan dokumentasi
bahwa siswa yang mengikuti SP dengan diadakan pengajaran, lebih banyak yang
tuntas dibandingkan yang tidak tuntas. Hal ini sesuai dengan pendapat Hsieh, et al
(2013) yang menyatakan bahwa setelah mengikuti sistem pengajaran remedial,
pemahaman siswa meningkat.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa SKS dan SP yang dianggap sebagai
program remedial sekolah dalam hal materi dan waktu belum sejalan dengan
konsep pengajaran remedial. Hal ini karena materi SP merupakan pengulangan
seluruh materi pada matapelajaran tertentu dan waktu SP dilakukan setelah
evaluasi 1 semester, sedangkan konsep remedial yaitu materi remedial berupa
indikator-indikator kesulitan siswa dan waktu pelaksanaan remedial setelah
evaluasi akhir bab. Di sisi lain, teknik pelaksanaan SP sudah sesuai dengan
konsep pengajaran remedial karena diadakan pengajaran ulang atau penguatan
konsep dan ada evaluasi di akhir pertemuan.
Pengajaran Remedial Pendapat Peneliti
Pengajaran remedial merupakan hal yang kompleks dalam
pelaksanaannya, tetapi penting dilakukan bagi siswa-siswa yang mengalami
hambatan belajar, agar siswa tersebut memahami semua indikator materi dari
guru. Waktu pengajaran remedial dilakukan setiap selesai evaluasi akhir bab
(bukan di akhir semester) jika terdapat siswa yang belum tuntas. Pelaksanaan
pengajaran remedial perlu didahului tahap diagnosis, prognosis, dan rekomendasi
agar hasil yang dicapai siswa remedial sesuai dengan harapan. Aspek-aspek
pelaksanaan pengajaran remedial menurut peneliti dijabarkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Aspek-aspek Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Aspek
Kendala
Solusi
Jumlah siswa
Siswa remedial berjumlah
Bisa menggunakan ceramah dan
sedikit.
bimbingan secara individu.
Siswa remedial berjumlah ¼
Menggunakan metode dan model yang
dari jumlah 1 kelas.
bervariasi sesuai kesulitan siswa.
Indikator
Indikator setiap siswa
1. Pemberian pengajaran remedial secara
kesulitan belajar remedial berbeda.
kelompok sesuai indikator kesulitan
belajar.
2. Siswa A yang tuntas pada indikator X
dapat menjelaskan pada siswa B yang
belum tuntas.
Waktu
Kegiatan ekstrakurikuler
Ada jadwal berkala untuk pengajaran
pelaksanaan
sepulang sekolah yang
remedial sepulang sekolah dan diwajibkan
beragam.
atau menjadi peraturan sekolah.
Motivasi siswa
Motivasi siswa remedial
1. Ada laporan perkembangan studi khusus
beragam.
pengajaran remedial.
2. Menggunakan model/metode yang
bervariasi.
9
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
faktor internal lebih berpengaruh dalam kesulitan belajar siswa dibandingkan
faktor eksternal dengan diagnosis dilakukan oleh salah satu guru Biologi yang
juga sebagai PA/wali kelas, prognosis belum dilakukan oleh guru Biologi,
rekomendasi sudah dilakukan dengan memilih bentuk remedial dengan alasan
sistem sekolah, pengajaran remedial dilakukan langsung dengan tes dan tugas
tanpa penguatan materi. Secara garis besar, serangkaian tahapan pengajaran
remedial oleh guru Biologi belum terlaksana sesuai dengan teori, karena adanya
sistem SKS sehingga pengajaran remedial dilakukan di semester pendek.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian studi kasus ini yaitu guru dan
sekolah sebaiknya menerapkan tahapan diagnosis, prognosis, rekomendasi, dan
pengajaran remedial agar semua siswa dapat tuntas dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Anggraeni, A., Retnoningsih, A., Herlina, L. 2013. Pengelolaan Laboratorium
Biologi untuk Menunjang Kinerja Pengguna dan Pengelola Laboratorium
Biologi SMA Negeri 2 Wonogiri. Journal of Biology Education, (Online),
2 (1): 1-9, (http://journal.unnes.ac.id), diakses pada 25 Mei 2016.
Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Panduan Penyelenggaraan Sistem
Kredit Semester Untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.
Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Analisis KKM di SMA. Jakarta.
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hsieh, T.C., Lee, M.C., Su, C.Y. 2013. Designing and Implementing a
Personalized Remedial Learning System for Enhancing the Programming
Learning. Journal of Educational Technology & Society, (Online), 16 (4):
32-46, (http://www.ifets.info/journals.pdf), diakes pada 03 Maret 2016.
Irhan, M, Wiyani, N.A. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam
Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Makmun, A.S. 2003. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Masbur. 2012. Remedial Teaching sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis.
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, (Online), 12(2): 348-367, (http://jurnal.arraniry.ac.id), diakses pada 20 Mei 2016.
Masturi, M.H. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap
Prestasi Belajar Siswa: Studi Kasus Di SMP Negeri 9 Kota Tangerang
Selatan, (Online), (http://repository.uinjkt.ac.id), diakses pada 28 Mei 2016.
Nuriansari, N. 2012. Pengembangan Metode Tutor Sebaya Terbimbing pada
Layanan Pengajaran remedial (Remedial Teaching) pada Mata Pelajaran
Biologi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sutojayan, Blitar, Jawa
Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
10
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104. 2014. Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59a. 2014. Kurikulum
2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a. 2013. Implementasi
Kurikulum. Jakarta.
Purwanto, N. 2013. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Rohmah, S. 2010. Impementasi Metode Team Teaching dalam Pembelajaran
Kimia di SMAN 1 Banguntapan Bantul Yogyakarta, (Online),
(http://digilib.uinsuka.ac.id), diakses 02 Maret 2016.
Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan. Salemba Humanika: Jakarta.
Schunk, D.H. 2012. Learning Theories an Educational Perspective: Teori-teori
Pembelajaran Perspektif Pendikan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran: Panduan
Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Syah, M. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Wiyani, N.A. 2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan
Kelas yang Kondusif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Download