PENGARUH PERASAN LABU SIAM (Sechium

advertisement
PENGARUH PERASAN LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.)
TERHADAP PERBAIKAN PULAU LANGERHANS PANKREAS
MENCIT (Mus musculus) GALUR Balb/c HASIL INDUKSI
STREPTOZOTOCIN (STZ)
Nina Mufida1), Nugrahaningsih2), dan Betty Lukiati2)
1. Mahasiswa Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang
2. Dosen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemi. Labu siam termasuk tanaman yang dapat digunakan
sebagai alternatif untuk menurunkan kadar glukosa darah khususnya bagian buah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perasan labu siam (Sechium
edule (Jacq.) Sw.) terhadap perbaikan pulau Langerhans pankreas dan memperoleh
dosis perasan labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) yang efektif memperbaiki pulau
Langerhans pankreas mencit (Mus musculus) Galur Balb/c yang diinduksi Multiple
Low Dose Streptozotocin (MLD-STZ). Penelitian ini menggunakan RAL dengan 5
macam perlakuan masing-masing 4 ulangan. 20 mencit dibagi dalam 5 kelompok
perlakuan (mencit diinduksi MLD-STZ, mencit diinduksi MLD-STZ dengan terapi
perasan labu siam dosis 121 mg/20gBB, 242 mg/20gBB, 363 mg/20gBB, dan 484
mg/20gBB). Pemberian perasan dilakukan secara oral selama 14 hari berturut-turut,
kemudian dilakukan pembuatan preparat dengan pewarnaan HE, dan dilanjutkan
penghitungan persentase perbaikan pulau Langerhans pankreas. Hasil penelitian
menunjukkan ada kecenderungan perasan labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.)
memperbaiki pulau Langerhans pankreas mencit (Mus musculus) Galur Balb/c hasil
induksi Multiple Low Dose Streptozotocin (MLD-STZ), tetapi tidak berpengaruh
signifikan.
Kata Kunci: perasan labu siam, mencit (Mus musculus), streptozotocin (STZ),
pulau Langerhans
ABSTRACT: Diabetes mellitus is metabolic disorders characterized by
hyperglycemia. Sechium edule (Jacq.) Sw. can be used as an alternative for the
decrease blood glucose level especially in parts of the fruit. This research aimed to
find the effect Sechium edule (Jacq.) Sw. juice to repair the islet of Langerhans
pancreas and effective dose of Sechium edule (Jacq.) Sw. juice to repair the islet of
Langerhans pancreas mice (Mus musculus) strain Balb/c were injected Multiple Low
Dose Streptozotocin (MLD-STZ). Twenty of 8 up to 10 weeks old and 20g weight
male mice divided into five group (mice were injected MLD-STZ, mice were
injected MLD-STZ with Sechium edule (Jacq.) Sw. juice therapy doses 121
mg/20gBB, 242 mg/20gBB, 363 mg/20gBB, and 484 mg/20gBB). Sechium edule
(Jacq.) Sw. juice given administrated by oral 14 days consecutive. Result of this
experiments indicate that treated juice of Sechium edule (Jacq.) Sw. showed repair
the islets Langerhans pancreas mice (Mus musculus) strain Balb/c were injected
Multiple Low Dose Streptozotocin (MLD-STZ) but no significant effect.
Keywords: Sechium edule (jacq.) Sw. juice, mice (Mus musculus), streptozotocin
(STZ), Langerhans islet
Pola makan yang tidak memperhatikan keseimbangan gizi dapat
menimbulkan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,
hiperlipidemia, dan diabetes mellitus (DM). Diabetes mellitus merupakan salah
satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah besar pada abad ini. Berdasarkan
hasil laporan International Diabetes Federation (2013) menunjukkan bahwa
Indonesia menempati urutan ke 7 tertinggi di dunia dengan jumlah penderita
diabetes mencapai 8,5 juta pada tahun 2013, pada tahun 2035 jumlah penderita
diperkirakan meningkat hingga 14,1 juta. Diabetes mellitus merupakan kelompok
penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi, glikosuria, hiperlipidemia
(Tripathi & Verma, 2014).
Pengobatan DM umumnya dilakukan dengan obat hipoglikemik oral,
terapi insulin, atau kombinasi keduanya. Terapi obat dapat menimbulkan masalah
ketidaksesuaian antara tujuan dengan pencapaian tujuan terapi. Pengobatan
dengan injeksi insulin menyebabkan ketergantungan penderita terhadap insulin
(Muchid et al., 2005). Penggunaan bahan alami sebagai obat tradisional mulai
berkembang pesat dan mulai digalakkan. Pemanfaatan bahan alami (tanaman
obat) sebagai bahan obat tradisional dianggap tidak berbahaya dan memiliki efek
negatif yang rendah (Kharidah & Soemarno, 2011). Beberapa penelitian yang
sudah dilakukan untuk pengobatan penyakit DM dengan menggunakan bahan
alami (tanaman obat) diantaranya Ekstrak etanol buah labu siam telah terbukti
dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar hasil induksi MLD-STZ
(Lukiati et al., 2014). Penurunan kadar glukosa darah tikus hasil induksi MLDSTZ diikuti dengan perbaikan pankreas tikus secara histologis (Lukiati et al.,
2016). Perasan buah labu siam telah dibuktikan dapat menurunkan kadar gula
darah mencit Galur Balb/c hasil induksi alloksan (Mashfufah, 2010). Perasan labu
siam juga telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan tinggi dengan nilai IC 50
sebesar 34, 35567 μg/mL (Mukminin, 2016). Penelitian ini mengungkap potensi
perasan buah labu siam sebagai bahan alami untuk terapi pada mencit hasil
induksi STZ (streptozotocin) dengan mengamati perbaikan pulau Langerhans
pankreas secara histologis.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang disusun dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 macam perlakuan masing-masing 4
ulangan. Objek dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan galur
Balb/c sejumlah 20 ekor, umur 8-10 minggu dengan bobot 20±2 gram.
Peningkatan kadar glukosa mencit pada penelitian ini dilakukan secara
intraperitoneal dengan multiple low dose Streptozotocin (MLD-STZ) dosis 20
mg/kgBB selama 10 hari berturut-turut setiap sebelum makan. Buah labu siam
(Sechium edule (Jacq.) Sw.) yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari UPT
Materia Medika Batu. Perasan buah labu siam diperoleh dengan cara 100 gram
daging buah labu siam dicuci bersih untuk menghilangkan kandungan senyawa
saponin buah kemudian diparut, dan diperas. Perasan labu siam diberikan secara
oral satu kali sehari selama 14 hari berturut-turut. Dosis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. P1: mencit diinduksi MLD-STZ
2. P2: mencit diinduksi MLD-STZ dengan terapi perasan dosis 121 mg/20gBB
3. P3: mencit diinduksi MLD-STZ dengan terapi perasan dosis 242 mg/20gBB
4. P4: mencit diinduksi MLD-STZ dengan terapi perasan dosis 363 mg/20gBB
5. P5: mencit diinduksi MLD-STZ dengan terapi perasan dosis 484 mg/20gBB.
Seluruh hewan coba dimatikan dengan cara dislokasi pada akhir
perlakuan, kemudian mencit dibedah dan diambil organ pankreasnya. Organ
pankreas mencit dicuci sampai bersih dengan PBS, kemudian dilakukan
pembuatan preparat histologis pankreas dengan pewarnaan hematoksilin eosin
(HE). Tahapan pembuatan preparat irisan histologis pankreas mencit adalah:
fiksasi, dehidrasi, penjernihan (clearing), impregnasi, pengeblokan (embedding),
pemotongan dengan menggunakan microtome, tahapan terakhir adalah
penempelan organ pada kaca benda.
Pewarnaan hematoksilin-eosin diawali dengan deparafinisasi (sayatan
hasil pemotongan dengan microtome dimasukkan kedalam oven bersuhu 450C
selama 1 jam kemudian dimasukkan kedalam xylol 1, xylol 2, dan xylol 3
masing-masing selama 5 menit). Hidrasi pada alkohol 96%-1, alkohol 96%-2, dan
alkohol 96%-3 masing-masing selama 2 menit. Preparat dimasukkan kedalam air
selama 10 menit. Preparat diwarnai dengan cat utama hematoksilin selama 10
menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 20 menit. Dicelupkan pada
alkohol asam 1% 3-5 kali kemudian dicelupkan ammonia air 5-10 kali. Preparat
diwarnai dengan cat pembanding eosin 1% selama 0,5-1 menit. Didehidrasi pada
alkohol 80%, 96%-1, dan alkohol 96%-2 masing-masing selama 2 menit.
Tahapan terakhir dilakukan penjernihan (clearing) dengan memasukkan
preparat pada xylol 1, 2 dan xylol 3 masing-masing selama 5 menit kemudian
dilakukan mounting dengan entellan dan deckglass.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil pengamatan histologis pankreas mencit yang diinduksi Multiple Low
Dose Streptozotocin (MLD-STZ) (Gambar 1 A) menunjukkan bahwa kepadatan
sel β pulau Langerhans lebih renggang dengan rongga intraseluler yang luas.
Mencit hasil induksi MLD-STZ yang diterapi perasan labu siam dengan dosis
(121 mg/20gBB, 242 mg/20gBB dan 363 mg/20gBB) (Gambar 1 B-D)
menunjukkan adanya perbaikan pulau Langerhans pankreas. Perbaikan tersebut
ditunjukkan dengan kepadatan sel β yang lebih rapat, rongga intraseluler yang
sempit, dan adanya jaringan asinar pankreas yang tersebar di sekitar pulau
Langerhans pankreas. Histologis pankreas mencit hasil induksi MLD-STZ yang
diterapi perasan labu siam dengan dosis 484 mg/20gBB (Gambar 1 E)
menunjukkan sel β pulau Langerhans sangat sedikit dan rongga intraseluler yang
luas dibandingkan dengan pulau Langerhans mencit hasil induksi MLD-STZ.
Secara deskriptif, kelompok mencit hasil induksi MLD-STZ yang diterapi perasan
labu siam dengan dosis 121 mg/20gBB mengalami perbaikan pulau Langerhans
paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Hasil pengamatan secara histologis pulau Langerhans pankreas mencit
perlakuan disajikan dalam Gambar 1.
A.
C.
B.
D.
E.
Gambar 1. Preparat histologis pulau Langerhans pankreas mencit hasil pewarnaan HE,
perbesaran 1000x. (
: sel β,
: rongga intraseluler,
: jaringan asinar).
Keterangan: A: mencit hasil induksi MLD-STZ (P1)
B: mencit hasil induksi MLD-STZ + terapi dosis 121 mg/20gBB (P2)
C: mencit hasil induksi MLD-STZ + terapi dosis 242 mg/20gBB (P3)
D: mencit hasil induksi MLD-STZ + terapi dosis 363 mg/20gBB (P4)
E: mencit hasil induksi MLD-STZ + terapi dosis 484 mg/20gBB (P5)
Derajat insulitis pulau Langerhans pankreas (%) dapat dihitung
berdasarkan luas kerusakan pulau langerhans pankreas dibanding dengan luas
keseluruhan pulau Langerhans pankreas mencit. Gambar 2 menunjukkan bahwa
derajat insulitis pada kelompok mencit hasil induksi MLD-STZ (P1) yaitu sebesar
16%. Rerata derajat insulitis kelompok mencit hasil induksi MLD-STZ yang
diterapi perasan labu siam secara berturut-turut (P2: 9%, P3: 10%, dan P4: 15%)
lebih rendah dibandingkan rerata derajat insulitis mencit hasil induksi MLD-STZ.
Kelompok mencit hasil induksi MLD-STZ yang diterapi perasan labu siam
dengan dosis 484 mg/20gBB (P5) memiliki rerata derajat insulitis lebih tinggi
dibandingkan dengan rerata derajat insulitis pankreas mencit hasil induksi MLDSTZ yaitu sebesar 23%. Derajat insulitis pulau Langerhans pankreas mencit hasil
induksi MLD-STZ yang diterapi perasan labu siam dengan dosis 121 mg/20gBB
(P2) menunjukkan penurunan derajat insulitis paling besar.
Gambar 2. Rerata derajat insulitis pulau Langerhans pankreas mencit berbagai perlakuan.
Keterangan: P1 : mencit hasil induksi MLD-STZ
P2 : mencit hasil induksi MLD-STZ + terapi dosis 121 mg/20gBB
P3 : mencit hasil induksi MLD-STZ + terapi dosis 242 mg/20gBB
P4 : mencit hasil induksi MLD-STZ + terapi dosis 363 mg/20gBB
P5 : mencit hasil induksi MLD-STZ + terapi dosis 484 mg/20gBB
Hasil perhitungan derajat insulitis pulau Langerhans pankreas selanjutnya
dianalisis statistik dengan ANAVA tunggal. Hasil analisis disajikan pada Tabel 1
sebagai berikut.
Tabel 1. Ringkasan ANAVA
ANAVA
Derajat insulitis
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of Squares
501.694
855.218
1356.912
Df
Mean Square
4
125.423
15
57.015
19
F
2.200
Sig.
.118
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai F untuk perlakuan sebesar 2,200
dengan signifikasi 0,118. Signifikansi 0,118 ˃ 0,05, berarti bahwa perasan labu
siam dengan dosis 121-363 mg/20gBB secara statistik tidak berpengaruh
signifikan terhadap perbaikan pulau Langerhans pankreas.
Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan rerata derajat insulitis pulau Langerhans
pankreas mencit diketahui bahwa perasan buah labu siam dapat menurunkan
derajat insulitis pada dosis 121 mg/20gBB, 242 mg/20gBB, dan 363 mg/20gBB.
Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perasan buah labu siam tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perbaikan pulau Langerhans pankreas. Hal
ini disebabkan rentangan dosis perasan yang digunakan terlalu lebar sehingga
pada perasan dengan dosis 484 mg/20gBB bahkan dapat meningkatkan rerata
derajat insulitis sampai melebihi rerata derajat insulitis pulau Langerhans pankreas
mencit hasil induksi Multiple Low Dose Streptozotocin (MLD-STZ). Setiap bahan
alami memiliki potensi bersifat toksik, sehingga pemberian bahan alami untuk
terapi tidak boleh berlebihan atau harus sesuai dengan takaran (Peter, 2002).
Rerata kadar glukosa darah kelompok mencit hasil induksi MLD-STZ
(P1) setelah injeksi MLD-STZ selama 10 hari sebesar 113 mg/dl. Kadar glukosa
darah mencit hasil induksi MLD-STZ (P1) setelah 14 hari dari pengukuran awal
mengalami kenaikan menjadi 122 mg/dl. Peningkatan kadar glukosa darah
berkaitan dengan derajat insulitis pulau Langerhans pankreas mencit. Derajat
insulitis pada penelitian diperoleh dari menghitung perbandingan luas kerusakan
pulau Langerhans dengan luas pulau Langerhans pankreas secara keseluruhan.
Kerusakan sel β pankreas berkaitan dengan sekresi insulin yang dihasilkan,
semakin banyak sel β yang mengalami kerusakan maka sekresi insulin yang
dihasilkan juga semakin sedikit. Kadar insulin yang rendah menyebabkan kadar
glukosa darah semakin meningkat. Pengukuran kadar glukosa darah pada
penelitian ini tidak dilakukan secara berkala dengan jangka waktu yang tidak
terlalu lama untuk mengetahui adanya perubahan kadar glukosa darah sehingga
dimungkinkan pada waktu pengukuran, kadar glukosa darah mencit sedang
mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang
melaporkan bahwa induksi DM dengan metode MLD-STZ menyebabkan
peningkatan kadar glukosa yang tidak stabil dan bersifat reversible (Hikmah et al.,
2015).
Peningkatan kadar glukosa darah mencit pada penelitian merupakan hasil
induksi Multiple Low Dose Streptozotocin (MLD-STZ) dosis 20 mg/kgBB.
Peningkatan kadar glukosa mencit terjadi akibat kerusakan pulau Langerhans
pankreas mencit. Kerusakan pulau Langerhans terjadi akibat injeksi zat
diabetogenik (streptozotocin) yang dapat menyebabkan defisiensi insulin dan
berakibat pada peningkatan kadar glukosa darah. Hasil penelitian Szkudelski
(2001) menyatakan bahwa Kerusakan pulau Langerhans pankreas diawali dengan
adanya radikal bebas nitric oxide (NO) yang menyebabkan peningkatan aktivitas
guanil siklase dan penurunan konsumsi Adenosine Triphosphate (ATP)
mitokondria. Peningkatan aktivitas guanil siklase memicu terjadinya alkilasi
DNA, sedangkan penurunan ATP mitokondria dapat meningkatkan aktivitas
Xantin Oksidase (XOD) yang akan mengkatalisis pembentukan radikal bebas.
Alkilasi DNA dan radikal bebas menyebabkan terjadinya deplesi energi sel.
Deplesi energi sel akan menyebabkan terjadinya nekrosis atau kerusakan sel β
pulau Langerhans pankreas.
Derajat insulitis pulau Langerhans pankreas mencit hasil induksi MLDSTZ yang diterapi perasan labu siam dengan dosis 121 mg/20gBB, 242
mg/20gBB, dan 363 mg/20gBB menunjukkan penurunan dibandingkan dengan
derajat insulitis pulau Langerhans pankreas mencit hasil induksi MLD-STZ. Hasil
pengamatan histologis pada pulau Langerhans pankreas mencit hasil induksi
MLD-STZ yang diterapi perasan buah labu siam menunjukkan adanya perbaikan.
Perbaikan tersebut ditandai dengan kepadatan sel β yang lebih rapat, rongga
intraseluler yang lebih sempit, dan adanya jaringan asinar yang tersebar disekitar
pulau Langerhans pankreas. Perbaikan ini dapat disebabkan kandungan senyawa
aktif labu siam seperti flavonoid yang berperan sebagai antioksidan alami.
Senyawa aktif flavonoid yang dimiliki oleh buah labu siam berperan sebagai
antioksidan alami karena mempunyai Struktur O-hidroksi pada cincin
aromatiknya (Vermeris & Nicolson, 2006). Aktivitas antioksidan alami dapat
menimbulkan efek yang sinergis jika terjadi kombinasi antara antioksidan
hidrofilik dengan antioksidan lipofilik (Grassman, 2005).
Penurunan jumlah radikal bebas yang tersebar dapat mengaktifkan
aktivitas antioksidan endogen yang dimiliki oleh sel β seperti superoxide
dismutase (SOD) yang dapat mengkonversi radikal bebas menjadi hidrogen
peroxidase (H2O2) yang bersifat lebih stabil, selanjutnya akan dikatalisis oleh
GSH peroxidase menjadi air (H2O) (Droge, 2002). Kondisi ini dapat
menyebabkan penurunan jumlah radikal bebas yang tersebar didalam tubuh
sehingga kerusakan sel β dapat terhambat dan secara histologis menunjukkan
kondisi pulau Langerhans yang lebih baik dibandingkan pulau Langerhans
pankreas mencit hasil induksi MLD-STZ.
SIMPULAN
Simpulan dari hasil penelitian adalah perasan labu siam (Sechium edule (Jacq.)
Sw.) ada kecenderungan berpengaruh terhadap perbaikan pulau Langerhans
pankreas mencit (Mus musculus) Galur Balb/c hasil induksi MLD-STZ, akan
tetapi secara statistik pengaruhnya tidak signifikan.
DAFTAR RUJUKAN
Bilous, R & Donelly, R. 2014. Buku Pegangan Diabetes edisi ke 4. terjemahan
Egi Komara Yudha. 2010. Jakarta: Bumi Medika.
Chakraborthy, G.S., Arora R., Majee C. 2011. Antidiabetic and
Antihyperlipidaemic Effect of Hydroalkoholic Extract of Calendula
officinalis. International Researh Journal of Pharmacy, 2(1): 61-65.
Droge, W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function. The
American Physiological Society, 82: 47-95.
Grassmann, J. 2005. Terpenoid as Plant Antioxidants. Vitamins and Hormones,
vol 72: 505-506.
Hikmah, N., Shita A.D.P., Maulana, H. 2015. Rat Diabetic Blood Glucose Level
Profile with Stratified Dose Streptozotocin (SD-STZ) and Multi Low Dose
Streptozotocin (MLD-STZ) Induction Methods. The Journal of Tropical
Life Science, 5(1): 30-34.
International Diabetes Federation (IDF). 2013. Diabetes Atlas 6th. Online Version
of IDF Diabetes Atlas: Hlm. 13.
Kharidah, S & Soemarno, T. 2011. Pengaruh Ekstrak Biji Eugenia Jambolana
terhadap Jumlah Sel Beta Pankreas dan Ekspresi Protein Glut4 Pada
Mencit Jantan Balb/C yang Diinduksi Streptozocin. Majalah Patologi,
20(2): 23-33.
Lim, T.K. 2012. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants Volume 2, Fruits.
London, New York: Springer Dordrecht Heidelberg.
Lukiati, B., Aulanni’am., Darmanto W. 2012. The Effect of Curcuma heyneana
Ethanolic Extract on the Superoxide Dismutase Activity and Histological
Pancreas of Type 1 Diabetes Mellitus Rats. International Journal of Basic
& Applied Science IJENS, 12(02): 22-29.
Lukiati, B., Nugrahaningsih., Maslikah S.I. 2014. Potensi Ekstrak Etanol Labu
Siam (Sechium edule) untuk Terapi Tikus Wistar DM Hasil Induksi
Streptozotocin. Prosiding 1st National Research Symposium Universitas
Negeri Malang: 35-39.
Lukiati, B., Maslikah, S.I., Nugrahaningsih. 2016. Potensi Ekstrak Etanol Labu
Siam (Sechium edule) untuk Perbaikan Kerusakan Sel Beta Pankreas dan
Kadar Nitrogen Oksida Pada Tikus yang Mengalami Diabetes Mellitus.
Jurnal Kedokteran Hewan, 10(1): 24-27.
Mashfufah, A. 2010. Pengaruh Perasan Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.)
Swartz) terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit (Mus musculus
L.) Balb-C. Skripsi tidak diterbitkan. Jember: Universitas Jember.
Muchid, A., Umar, F., Ginting, M.N., Basri, C., Wahyuni, R., Helmi, R.,
Istiqomah, S.N., Purnama, N.R., Masrul., Lestari, S.B., Syamsudin, F.,
Pamela, D.S., Astuti, F.B., Retnohidayati, D. 2005. Pharmaceutical Care
untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan:
Departemen Kesehatan RI.
Mukminin, L.H. 2016. Identifikasi Senyawa Bioaktif dan Uji Antioksidan Perasan
Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) untuk Terapi Mencit Balb/C
Diabetes Hasil Induksi Streptozotocin. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Panjuantiningrum, F. 2009. Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih yang Diinduksi
Aloksan. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Peter, A.G.M. 2002. Herbal Remidies. N Engl J Med, (Online), 347: 2046-2056,
(http://content.nejm.org/cgi/reprint/347/25/2046.pdf), diakses 25 Februari
2016.
Renu, A., Sunil, K., Dinesh, K., Ajay., Tarun, K. 2011. Antidiabetic Activity of
Ethanolic Extract of Swertia Chirayita Buch-Ham. International Research
Journal of Pharmacy, 2(1): 230-232.
Szkudelski, T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B
Cells of the Rat Pancreas. Physiological Research, 50: 536-546
Tripathi, V & Verma, J. 2014. Different Models Used to Induce Diabetes: A
Comprehensive Review. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 6(6): 29-32.
Vermerris W & Nicholson R. 2006. Phenolic Compound Biochemistry.
Neterlands: Springer.
Yulinah, E., Sukrasno., Fitri M.A. 2001. Aktivitas Antidiabetika Ekstrak Etanol
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae)). JMS,
2(1): 13-20.
Download