prediktor kecemasan anak usia sekolah yang dirawat

advertisement
Siti
Rofiqoh,
Isytiaroh
JURNAL
PENA
MEDIKA,
ISSN : 2086-843X
Vol. 6, No. 2, Desember 2016 : 112 – 124
PREDIKTOR KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG
DIRAWAT DI RUMAH SAKIT KABUPATEN PEKALONGAN
Siti Rofiqoh1, Isytiaroh2
1,2
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Jl Raya Ambokembang no 8
Kedungwuni Pekalongan
Korespondensi : [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit sering mengalami
kecemasan dengan respon gugup, tidak bisa tidur dan stres, sehingga anak sulit diajak
berperan dalam menjalani perawatan dan pengobatan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kecemasan anak usia sekolah
yang dirawat di rumah sakit kabupaten Pekalongan. Metode. Pengumpulan data tingkat
kecemasan menggunakan kuesioner the short form of CSAS – C (Chinese version of the
State Anxiety Scale for Children). Desain yang digunakan adalah cross sectional,
dengan sampel 70 responden, analisis data menggunakan regresi linear ganda. Hasil
penelitian menunjukkan dua faktor yang berhubungan dengan kecemasan anak yang
dirawat di rumah sakit yaitu fisik yang lemas dengan p value 0,001 dan rasa nyeri
dengan p value 0,001, sedangkan yang paling berhubungan adalah faktor fisik yang
lemas dengan p value 0,033. Saran bagi perawat diharapkan mampu menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk menenangkan anak dan berperilaku caring terhadap
anak secara menyeluruh, sehingga anak akan terpenuhi kebutuhan fisik dan
psikologisnya.
Key word: Anak Usia Sekolah, CSAS-C, kecemasan
ABSTRACT
Background. School-age children were treated in hospital often experience anxiety in
response to nervousness, sleeplessness and stress, so that the child is difficult to be
invited to play a role for treatment and medication. Aim. This study aims to determine
the factors associated with anxiety among school-age children who were treated at the
hospital in Pekalongan district. Methods. Anxiety level collected by using
questionnaires “the short form of CSAS - C (Chinese version of the State Anxiety Scale
for Children)”. The design was cross-sectional, with a sample of 70 respondents. Data
analyzed by multiple linear regression. Results. The results showed two factors
associated with anxiety of children who are hospitalized, that are physically weak with
a p value of 0.001 and pain with a p value of 0.001, while the most closely related is the
physical factor limp with p value 0.033. Recommendation. Nurses are expected to creat
situation that comfortable for children and give “caring” comprehensively, to meet
their physiological needs of children so that they do not feel weak.
Key Word: School-Age Children, CSAS-C, anxiety
112
Prediktor Kecemasan Anak Usia Sekolah Yang Dirawat Di Rumah Sakit Kabupaten
Pekalongan
PENDAHULUAN
dan
yang
dirawat
di
mengharuskan
rumah
mendapatkan
sakit
menunjukkan
insomnia,
dapat
Adanya
menggalami
Pada
anak saat hospitalisasi mencapai 75%
memungkinkan
2005 dalam
anak
usia
sekolah
kecemasan akibat hospitalisasi dapat
(Hukom, Wahyuni, & Junaedi, 2013).
terjadi
(2011)
karena
kelompok
usia
sosial
berpisah
dan
dengan
keluarganya,
mengalami luka pada tubuh, dan rasa
sekolah yang dirawat di RS Banyumas
nyeri. Kehilangan kontrol juga dapat
mengalami cemas sedang. Penelitian
dialami
serupa juga dilakukan oleh Masulili
anak
akibat
pembatasan
aktivitas dan adanya kelemahan fisik
tahun 2013 di RS Palu menunjukkan
(Supartini, 2004). Selain itu menurut
rata-rata anak usia sekolah yang dirawat
Erickson
mengalami kecemasan dengan skor
dalam
Supartini
(2004),
perkembangan psikososial anak usia 6-
56,88.
12 tahun berada pada tahap Industry vs
Anak yang cemas juga akan
inferiority. Pada tahap ini anak fokus
mengalami kelelahan karena menangis
pada belajar dan bersaing dengan
terus, tidak mau berinteraksi dengan
temannya. Hal ini dapat memperberat
perawat, rewel, merengek minta pulang
terus,
dan
Hukom, et al., 2013).
di rumah sakit. Prevalensi kecemasan
anak
kecemasan
pengobatan (Gunarsoh,
sering muncul pada anak yang dirawat
rata-rata
buruk,
berperan dalam menjalani perawatan
Kecemasan merupakan respon yang
menunjukkan
mimpi
sampai stress sehingga anak sulit diajak
dengan kecemasan (Supartini, 2004).
Solikhah
depresi,
anak akan bertambah panik bahkan
kejadian yang traumatik dan penuh
Penelitian
seperti
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
Selama proses perawatan tersebut, anak
tua
lain
tanda
perasaan gugup yang mengarah pada
alasan yang terencana atau darurat.
orang
berbagai
permasalahan
dan
pengobatan sampai pulang karena suatu
dan
terhadap
sakit dapat membuat anak usia sekolah
anak
(RS),
perawatan
kooperatif
perawatan. Selain itu dirawat di rumah
Hospitalisasi merupakan suatu
proses
tidak
menolak
makan
kecemasan anak saat hospitalisasi.
sehingga
Prinsip family centre care dan
memperlambat proses penyembuhan,
atraumatic care pada perawatan anak di
menurunnya semangat untuk sembuh,
113
Siti Rofiqoh, Isytiaroh
rumah sakit telah diterapkan, termasuk
Variabel independen penelitian adalah
di rumah sakit kabupaten Pekalongan.
perpisahan dengan keluarga, perpisahan
Orang tua dan atau anggota keluarga
dengan teman, pelajaran di sekolah,
lain diperkenankan menunggui anak
pembatasan aktivitas, fisik yang lemas,
yang dirawat di rumah sakit, berbagai
dan rasa nyeri. Variabel dependennya
tindakan
adalah kecemasan anak usia sekolah
manajemen
dilakukan.
Namun
nyeri
telah
demikian,
yang dirawat di rumah sakit.
kecemasan masih dapat dialami anak
Pada penelitian ini menggunakan desain
termasuk pada usia kanak-kanak akhir
deskriptif analitik dengan pendekatan
yaitu anak usia sekolah dan remaja.
cross
Anak menjadi malas dan kurang minat
adalah anak usia sekolah yang dirawat
bersosialisasi
lain
di rumah sakit Kabupaten Pekalongan.
termasuk dengan perawat, padahal anak
Berdasarkan rule of thumb, responden
usia
biasa
diambil sejumlah 70. Teknik untuk
beraktivitas dan bergaul dengan orang
menentukan sampel pada penelitian ini
lain juga teman sebayanya (Wong, et
adalah teknik consecutive sampling.
all, 2009).
Kriteria
sekolah
dengan
sudah
orang
mulai
Kecemasan pada anak dapat
diukur
menggunakan
sectional
inklusi
mengijinkan
berbagai
study.
Populasinya
yaitu
orang
anaknya
tua
sebagai
responden, dan tingkat kesadaran anak
instrumen kecemasan anak. Salah satu
compos
alat ukur kecemasan anak usia sekolah
berkomunikasi.
adalah the short form of CSAS – C
eksklusinya adalah anak mengalami
(Chinese version of the State Anxiety
gangguan kognitif.
Scale for Children). Kuesioner ini
mentis
serta
bisa
Sedangkan
Instrumen
diajak
kriteria
penelitian
mempunyai 10 item pernyataan. Lima
menggunakan 2 kuesioner. Kuesioner
item merupakan pernyataan tentang
pertama
ketiadaan kecemasan, dan lima item
keluarga, perpisahan dengan teman,
lainnya merupakan pernyataan tentang
pelajaran
adanya kecemasan (Li & Lopez, 2007
aktivitas, fisik yang lemas, dan rasa
dalam Desak, 2013).
nyeri.
berisi
di
perpisahan
sekolah,
Kuisioner
kecemasan
anak
dengan
pembatasan
kedua
menilai
usia
sekolah
menggunakan the short form of CSAS –
Metoda Penelitian
114
Prediktor Kecemasan Anak Usia Sekolah Yang Dirawat Di Rumah Sakit Kabupaten
Pekalongan
C. Kuesioner ini mempunyai 10 item
dengan teman, pelajaran di sekolah,
pernyataan.
merupakan
pembatasan aktivitas, fisik yang lemas,
ketiadaan
dan rasa nyeri serta kecemasan anak
kecemasan, dan lima item lainnya
usia sekolah yang dirawat di rumah
merupakan pernyataan tentang adanya
sakit. Analisis bivariat dilakukan untuk
kecemasan. Sepuluh item pernyataan
mengetahui hubungan variabel bebas
tersebut adalah bingung, senang, gugup,
dengan
segar, santai, khawatir, takut, bahagia,
bivariat menggunakan uji t independen
bersusah hati, dan girang. Nilai skor
karena
pada masing – masing item adalah 1 –
confidence interval (CI) 95% atau α =
3. Pada pernyataan tentang adanya
0.05. Analisis multivariat menggunakan
kecemasan, skor 1 = tidak, skor 2 =
regresi linear ganda.
pernyataan
Lima
item
tentang
variabel
data
terikat.
berdistribusi
Analisis
normal
cukup, skor 3 = sangat, sedangkan pada
pernyataan
tentang
ketiadaan
Hasil Penelitian
kecemasan, skor 1 = sangat, skor 2 =
Distribusi frekuensi responden
cukup, dan skor 3 = tidak. Jumlah skor
berdasarkan prediktor Kecemasan Anak
pada semua item adalah pada rentang 10
Usia Sekolah yang Dirawat di Rumah
– 30. Skor 10 merupakan jumlah skor
Sakit Kabupaten Pekalongan disajikan
kecemasan minimal, dan 30 merupakan
pada tabel 1. Distribusi responden
jumlah skor kecemasan maksimal (Li &
menurut skor kecemasan anak usia
Lopez, 2007 dalam Desak, 2013).
sekolah yang dirawat di rumah sakit
Instrumen kecemasan menggunakan the
Kabupaten Pekalongan dijelaskan pada
short form of CSAS – C versi Indonesia
tabel 2.
yang telah dilakuklan uji validitas dan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut
Prediktor Kecemasan Anak Usia
Sekolah yang Dirawat di Rumah
Sakit
reliabilitas oleh Desak (2013) dengan
hasil valid (r hasil > 0,514) dan reliabel
Variabel
dengan r Alpha 0,888.
Perpisahan dengan
keluarga
Tidak
bermasalah
Bermasalah
Analisis data melalui tiga tahap,
yaitu analisis univariat, bivariat dan
multivariat. Variabel penelitian yang
dilakukan
analisis
univariat
adalah
perpisahan dengan keluarga, perpisahan
115
Jumlah
(n=70)
Persen
tase(%)
7
63
10
90
Siti Rofiqoh, Isytiaroh
Perpisahan dengan
teman
Tidak
bermasalah
Bermasalah
Pelajaran
di
sekolah
Tidak
bermasalah
Bermasalah
Pembatasan
Aktivitas
Tidak
bermasalah
Bermasalah
Fisik yang Lemas
Fisik tidak
lemas
Fisik lemas
Adanya Rasa
Nyeri
Tidak nyeri
Nyeri
merasa nyeri, sisanya 21 (30%) tidak
13
57
18,6
81,4
15
55
21,4
78,6
15
55
21,4
78,6
23
47
32,9
67,1
21
49
30
70
merasa nyeri.
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut skor
kecemasan anak usia sekolah yang
dirawat di rumah sakit
Variabel
Mean Median
SD
Minmaks
kecemasan 23,17
24
2,432
16anak usia
27
sekolah
Tabel 2 menunjukkan nilai mean
skor kecemasan adalah 23,17 dan
median 24 pada standar deviasi 2,432.
Dari rentang skor penilaian kecemasan
10-30
didapatkan
nilai
kecemasan
responden terrendah adalah 16 dan
Tabel 1 menunjukkan 63 (90%)
tertinggi adalah 27.
responden merasa bermasalah dengan
Nilai rerata kecemasan anak usia
perpisahan keluarga. Pada perpisahan
sekolah yang dirawat di rumah sakit
dengan teman, responden juga sebagian
berdasarkan faktor perpisahan dengan
besar merasa bermasalah yaitu sebanyak
keluarga, perpisahan dengan teman,
57 (81,4%). Pada variabel pelajaran
pelajaran sekolah, pembatasan aktivitas,
sekolah,
sebanyak
fisik
responden
merasa
sisanya
merasa
55
(78,6%)
bermasalah
tidak
dan
Tabel 3. Nilai Rerata Kecemasan Anak Usia
Sekolah yang Dirawat di Rumah
Sakit Berdasarkan Faktor Pediktor
besar merasa bermasalah sebanyak 55
fisik
nyeri
bermasalah
aktivitas, responden juga sebagaian
Pada
dan rasa
disajikan pada tabel 3.
sebanyak 15 (21,4%). Pada pembatasan
(78,6%).
yang lemas
yang
lemas,
sebanyak 47 (67,1%) responden merasa
fisiiknya lemas dan sisanya sebanyak 23
(32,9%) merasa tidak lemas. Pada
variabel rasa nyeri, 49 (70%) responden
Variabel
Perpisahan dengan
keluarga
Tidak
bermasalah
Bermasalah
Perpisahan dengan
teman
Tidak
bermasalah
Bermasalah
116
N
Mean
Kecemasan
SD
P
7
23,14
2,795
0,974
63
23,17
2,413
13
23,46
3,431
57
23,11
2,177
0,637
Prediktor Kecemasan Anak Usia Sekolah Yang Dirawat Di Rumah Sakit Kabupaten
Pekalongan
Pelajaran
di
sekolah
Tidak
bermasalah
Bermasalah
Pembatasan
Aktivitas
Tidak
bermasalah
Bermasalah
Fisik yang lemas
Fisik
tidak
lemas
Fisik lemas
Adanya
Rasa
Nyeri
Tidak nyeri
Nyeri
*P value < 0,05
bermakna antara rasa nyeri dengan
15
22,67
2,554
55
23,31
2,403
15
55
23,13
23,18
2,722
2,373
23
47
21,83
23,83
2.249
2,259
21
49
21.76
23,78
2,606
2,104
0,368
kecemasan anak.
Prediktor Kecemasan Anak yang
0,946
Dirawat di Rumah Sakit disajikan pada
tabel 4.
0,001
*
0,001
*
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
Tabel 4.Variabel yang Berhubungan dengan
Kecemasan Anak Usia Sekolah yang
Dirawat di Rumah Sakit
Variabel
B
Fisik yang lemas
R
Square
Standar
Error
P
value
1,386
0,636
0,033
Rasa nyeri
1,344
0,652
0,043
Konstanta
18,57
enam variabel yang mempunyai nilai p
value < 0,05 adalah variabel fisik yang
0,184
1,089
lemas dan rasa nyeri. Pada variabel fisik
yang lemas, dari 47 responden yang
Tabel 4. menunjukkan koefisien
bermasalah mempunyai rerata nilai
determinasi (R square) 0,203 artinya
kecemasan 23,83. Dari 23 responden
model regresi yang diperoleh dapat
yang tidak bermasalah tentang fisik
menjelaskan 20,3% kecemasan anak
yang
rerata
usia sekolah yang dirawat di rumah
statistik
sakit. Berdasarkan nilai B menunjukan
menghasilkan p value 0,001 lebih kecil
variabel yang paling besar pengaruhnya
dari α (0,05), berarti ada hubungan yang
terhadap penentuan kecemasan anak
bermakna antara fisik yang lemas dan
yang dirawat di rumah sakit adalah fisik
kecemasan anak. Pada variabel rasa
yang lemas dan persamaan regresi yang
nyeri, dari 49 responden yang merasa
diperoleh adalah:
lemas
kecemasan
mempunyai
21,83.
nyeri mempunyai
Uji
rerata kecemasan
Kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit =
23,78 dan dari 21 responden yang tidak
merasa
nyeri
kecemasan
mempunyai
21,76.
Uji
18,57 + 1,386 fisik yang lemas + 1,344 rasa nyeri.
rerata
PEMBAHASAN
statistik
Hasil penelitian menunjukkan
menghasilkan p value 0,001 lebih kecil
nilai
dari α (0,05), berarti ada hubungan yang
rerata
kecemasan
anak
usia
sekolah yang dirawat di rumah sakit
117
Siti Rofiqoh, Isytiaroh
adalah 23,17 dari rentang nilai 10-30
responden yang merasa bermasalah
dengan nilai minimal 16 dan maksimal
dengan keluarga mempunyai rerata
27. Penelitian Solikhah, et all (2011)
kecemasan 23,17 dengan nilai p value
juga
skor
0,974. Nilai p value 0,974 menunjukkan
kecemasan anak usia sekolah selama
tidak ada hubungan antara perpisahan
hospitalisasi 15,27 dari rentang 0-28.
dengan keluarga terhadap kecemasan
Hasil
anak usia sekolah yang dirawat di
menunjukkan
ini
rerata
menunjukkan
angka
kecemasan anak usia sekolah yang
rumah
sakit.
Hasil
sebaran
dirawat di rumah sakit masih cukup
menunjukkan
tinggi.
ditunggui oleh keluarganya. 63 (90%)
semua
data
responden
Kecemasan anak yang cukup
responden ditunggui oleh orang tuanya
tinggi beresiko anak akan bereaksi
selama hospitalisasi, sedangkan sisanya
iritabilitas dan agresi terhadap orang
7 (10%) responden ditunggui oleh
tua, menarik diri dari petugas kesehatan,
keluarga
gelisah dan ketegangan fisik (Wong et
kakaknya.
all, 2009). Dampak lebih lanjutnya
kondisi yang sudah baik bahwa anak
adalah mengganggu efektifitas program
yang dirawat di rumah sakit semuanya
pengobatan
ditunggu keluarganya. Keadaan seperti
dan
perawatan,
seperti
menolak prosedur perawatan.
hubungan
antara
seperti
Hasil
nenek
ini
atau
menunjukkan
ini menunjukkan perawatan anak di
Penelitian ini juga bertujuan untuk
mencari
lain
rumah sakit sudah sesuai dengan prinsip
faktor
perawatan anak yaitu tidak memisahkan
perpisahan dengan keluarga, perpisahan
antara anak dengan keluarganya selama
dengan teman, pelajaran di sekolah,
hospitalisasi
keterbatasan aktivitas, fisik yang lemas
Supartini,
dan rasa nyeri terhadap kecemasan anak
penelitian menunjukkan pada responden
usia sekolah yang dirawat di rumah
yang merasa bermasalah maupun yang
sakit. Hasil penelitian pada karakteristik
merasa
perpisahan
keluarga
perpisahan keluarga mempunyai rerata
menunjukkan dari 7 (10%) responden
skor kecemasan yang hampir sama yaitu
yang merasa tidak bermasalah dengan
sekitar 23. Hal ini dapat terjadi karena
perpisahan keluarga mempunyai nilai
kecemasan
rerata kecemasan 23,14 dan 63 (90%)
dipengaruhi oleh kehadiran orang tua
dengan
118
(Wong
2004).
tidak
et
all,
2009;
Namun
hasil
bermasalah
anak
tidak
dengan
hanya
Prediktor Kecemasan Anak Usia Sekolah Yang Dirawat Di Rumah Sakit Kabupaten
Pekalongan
selama
hospitalisasi,
namun
juga
sakit, sehingga kemungkinan dapat
disebabkan oleh faktor yang lainnya.
Pada
karakteristik
mengabaikan masalah kecemasan anak
perpisahan
akibat perpisahan dengan temannya saat
dengan teman menunjukkan sebagian
hospitalisasi. Lama rawat yang tidak
besar
responden
terlalu lama membuat anak juga relatif
tentang
sebentar berpisah dengan temanya,
57
(81,4%)
menyatakan
bermasalah
perpisahan dengan teman, sedangkan
sehingga
sisanya
bermasalah.
terhadap kecemasan bagi anak. Lama
Perkembangan psikososial anak usia 6-
rawat yang pendek terjadi pada kasus
12 tahun menurut Erickson dalam
penyakit akut. Hampir semua responden
Supartini (2004) disebutkan bahwa anak
penelitian ini berpenyakit akut dengan
usia
rata-rata lama rawat 4-6 hari.
merasa
ini
tidak
belajar
mengembangkan
tidak
terlalu
berpengaruh
hubungan sosialnya. Pada masa ini,
Karakteristik pelajaran di sekolah
kegiatan anak adalah sekolah. Anak
juga menunjukkan tidak berhubungan
sudah mulai mempunyai banyak teman
dengan kecamasan anak usia sekolah
sekolahnya,
keadaan
yang dirawat di rumah sakit. Sebagian
menyebabkan
besar responden 78,6% bermasalah
masalah bagi anak akibat perpisahan
dengan pelajaran di sekolah. Hal ini
dengan
hasil
sesuai dengan penelitian Moghaddam,
ada
et al (2010) yang menyatakan bahwa
hubungan antara perpisahan dengan
anak usia sekolah yang dirawat di
teman terhadap kecemasan anak usia
rumah sakit mengalami kecemasan
sekolah yang dirawat di rumah sakit.
karena tidak bisa berangkat ke sekolah.
Perkembangan kognitif anak usia 7-11
Perkembangan
tahun menurut Piaget dalam Supartini
sekolah (6-11 tahun) menurut Erickson
(2004) mengatakan bahwa anak usia 7-
dalam Supartini (2004) berada pada fase
11 tahun belajar berfikir rasional dan
industry Vs Inferiority. Anak mulai
pemikirannya
belajar, bekerja dan bersaing dengan
sehingga
hospitalisasi
penelitian
dapat
temannya.
Namun
menunjukkan
tidak
bertambah
logis.
kognitif
temannya.
sekolah tentang hospitalisasi membuat
pelajaran sekolah, anak akan bersaing
anak mampu memahami tujuan dan
dengan temannya untuk mendapatkan
alasan mengapa harus dirawat di rumah
nilai
119
lebih
juga
usia
Pemberian pengertian pada anak usia
yang
Demikian
anak
baik.
dengan
Kondisi
Siti Rofiqoh, Isytiaroh
hospitalisasi menyebabkan anak absen
anak
mengikuti pelajaran di sekolah. Hal ini
pembatasan aktivitas membuat anak
menyebabkan anak merasa bermasalah
merasa tidak bebas melakukan aktivitas
akan
seperti sebelum sakit. Hal ini dapat
tertinggal
sehingga
kalah
pelajaran
sekolah,
bersaing
dengan
harus
istirahat
menjadikan
dan
masalah
aturan
bagi
anak.
temannya. Menurut Torio et al (2014)
Meskipun demikian, hasil penelitian
mengatakan
menunjukkan
kesenjangan
masalah
tidak
ada
hubungan
pelajaran pada masa transisi setelah
antara pembatasan aktivitas dengan
dirawat di rumah sakit dengan mulai
kecemasan anak usia sekolah yang
masuk kembali ke sekolah dapat diatasi
dirawat
dengan kolaborasi antara pihak sekolah,
kecemasan pada anak yang bermasalah
keluarga dan rumah sakit terkait dengan
dengan pembatasan aktivitas maupun
pembelajaran di sekolah. Namun pada
anak yang merasa tidak bermasalah
kondisi hospitalisasi yang tidak lama,
dengan pembatasan aktivitas
anak
sama cukup tinggi.
merasa
tertinggal
tidak terlalu
pelajaran
dan
banyak
dapat
di
rumah
sakit.
Rata-rata
sama-
Pada karakteristik adanya rasa
mengejarnya setelah masuk sekolah
nyeri,
lagi.
sejumlah 49 (70%) merasa nyeri. Nyeri
Hasil penelitian pada karakteristik
sebagian
besar
responden
adalah perasaan tidak nyaman yang
menunjukkan
betul – betul subjektif dan hanya orang
sebagian besar responden yaitu 55
yang menderitanya saja yang dapat
(78,6%) merasa bermasalah dengan
menjelaskan dan mengevaluasi (Long,
pembatasan aktivitas. Perkembangan
1996). Menurut Merskey dan Bogduk,
anak
nyeri merupakan pengalaman sensoris
pembatasan
usia
aktivitas
sekolah,
baik
pada
perkembangan fisik, kognitif, sosial,
dan
maupun moral sudah mulai berkembang
menyenangkan
sempurna. Anak usia sekolah dalam
dengan kerusakan jaringan, baik aktual
kesehariannya sudah beraktivitas seperti
maupun
potensial,
kegiatan belajar di sekolah, bermain
dengan
istilah
dengan temannya, maupun melakukan
(Craven, & Hirnle, 2002). Adanya
kegiatan hobinya sendiri (Supartini,
penyakit
2004). Kondisi sakit yang menyebabkan
menunjukkan adanya kerusakan organ
120
emosional
pada
yang
yang
tidak
berhubungan
atau
dilukiskan
seperti
kerusakan
tubuh
seseorang
Prediktor Kecemasan Anak Usia Sekolah Yang Dirawat Di Rumah Sakit Kabupaten
Pekalongan
tubuh. Hal ini yang menimbulkan rasa
merasa cemas dibandingkan dengan
nyeri atau ketidaknyamanan pada anak
anak yang merasa tubuhnya tidak
seperti sakit kepala, rasa tidak nyaman
lemas.
di perut, maupun di area yang lain.
Hasil
penelitian
menunjukkan
Hasil
ada
analisis
statistik
pada
penelitian ini menunjukkan variabel
hubungan yang signifikan antara adanya
paling dominan
rasa nyeri terhadap kecemasan anak
dengan kecemasan anak usia sekolah
usia sekolah yang dirawat di rumah
adalah fisik yang lemas. Artinya anak
sakit
0,001.
usia sekolah yang dirawat di rumah
usia
sakit yang merasakan adanya fisik yang
dengan
Perkembangan
p
value
kognitif
anak
sekolah menurut Piaget dalam Supartini
lemas
(2004) berada pada konkret operasional.
mengalami kecemasan yang berat. Hasil
Perkembangan tahap
penelitian
ini berarti anak
paling
yang berhubungan
besar
berpeluang
menunjukkan
persamaan
sudah mulai berfikir berdasarkan logika
regresi kecemasan anak usia sekolah
tertentu. Pemikiran anak sudah mulai
yang dirawat di rumah sakit = 18,57 +
teratur, terarah dan dapat membuat
1,386 fisik yang lemas + 1,344 rasa
kesimpulan secara probabilitas. Anak
nyeri. Persamaan tersebut menunjukkan
dapat menyimpulkan suatu kejadian
bahwa pada anak usia sekolah yang
dengan membandingkan
antara hal
dirawat di rumah sakit yang merasa
yang terjadi dengan kemungkinan yang
fisiknya lemas mengalami kecemasan
terjadi. Adanya rasa tidak nyaman yang
dengan skor 20 pada rentang skor 10-
dialami anak menyebabkan anak merasa
30.
khawatir dan takut tubuhnya mengalami
penyakit
berat
Kelemahan fisik adalah kondisi di
dan tidak sembuh,
mana
seorang
anak
sehingga menambah kecemasan pada
keterbatasan
anak.
secara fisik. Lemas fisik adalah suatu
Pada
karakteristik
fisik
yang
kemampuan
memiliki
terutama
gejala atau sensasi kurangnya tenaga.
lemas juga menunjukkan ada hubungan
Lemas
yang signifikan terhadap kecemasan
disebabkan oleh suatu sebab, bukan
anak usia sekolah yang dirawat di
sebuah
penyakit
rumah sakit dengan p value 0,001. Anak
kondisi
sakit seperti infeksi paru,
yang merasa fisiknya lemas lebih
tuberkulosis,
121
adalah
suatu
gejala
tersendiri,
penyakit
yang
namun
jantung,
Siti Rofiqoh, Isytiaroh
hipertiroid, atau penyakit lainnya sering
kehilangan kendali, merasa kehilangan
disertai dengan gejala lemas. Kondisi
fungsi dan harga diri, rasa isolasi dan
sakit dapat terjadi karena masuknya
takut sekarat.
kuman patogen dari lingkungan ke
Pada kondisi tubuh yang lemas,
dalam tubuh. Tubuh yang sakit akan
anak akan merasa khawatir dan takut
terjadi ketegangan saraf otonom dan
serta berfikiran tubuhnya mengalami
menyebabkan
Menurut
penyakit berat dan tidak akan sembuh.
Clark, et al. (2016), lingkungan yang
Pemikiran ini terjadi karena tahapan
tidak
menyebabkan
perkembangan kognitif anak pada tahap
kehilangan sensitifitas respon sensori
konkret operasional (Supartini, 2004).
motor.
reflek
Anak mulai berfikir berdasarkan logika
otonomik tidak bisa dikontrol, sehingga
tertentu, teratur, terarah dan dapat
terjadi peningkatan ketegangan saraf
membuat
otonom dan berakibat kelemasan tubuh.
probabilitas seperti kemungkinan yang
bisa
Ini
kelemasan.
diprediksi
menyebabkan
Lemas tidak hanya disebabkan
terjadi
kesimpulan
akibat
sakit
secara
yang diderita.
karena penyakit, namun pengobatan
Beberapa kondisi tersebut yang dapat
seperti golongan sedatif, anti histamin
menambah kecemasan pada anak.
juga berakibat lemas. Selain kondisi
Lemas
fisik
respon
disebabkan karena keletihan. Lemas
istirahat dan tidur (Boehlke, 2014).
karena
Sementara kebutuhan istirahat dan tidur
disebut
lemas
fisiologis.
Anak
terhadap
sebagai
sakit dan pengobatan, lemas juga bisa
keletihan
tubuh
muncul
kebutuhan
pada anak yang dirawat di rumah sakit
yang
merasa
tubuhnya
sering kurang tercukupi. Hal ini terjadi
lemas dapat mempengaruhi aktivitas
karena
dan hubungan sosialnya. Kondisi tubuh
lingkungan yang asing dan ramai,
yang lemas menyebabkan anak tidak
maupun ketidaknyamanan fisik yang
bisa melakukan kegiatan kesehariannya
dialami anak. Selain itu pada anak yang
seperti belajar dan bermain. Kondisi
lebih muda dilaporkan waktu mulai
seperti ini menambah kecemasan anak.
tidur terlambat, bangun di tengah
Morton, et al. (2012) mengatakan
malam, sehingga waktu tidur totalnya
kecemasan
seseorang
lebih sedikit ketika dirawat di rumah
mengalami ancaman ketidakberdayaan,
sakit (Meltzer, et al. (2012). Kondisi
terjadi
saat
122
berbagai
faktor
seperti
Prediktor Kecemasan Anak Usia Sekolah Yang Dirawat Di Rumah Sakit Kabupaten
Pekalongan
seperti ini semakin menambah fisik
DAFTAR PUSTAKA
anak lemas. Anak akan semakin merasa
Boehlke, J. (2014). Extreme Fatique in
Children.
http://www.livestrong.com.diundu
h 8 September 2016
tidak berdaya dengan fisik yang dirasa
semakin
lemas
kecemasan.
harus
dan
Intervensi
dibuat
untuk
bertambahlah
keperawatan
Clark, J.E., Fai, W., Watson, S., &
Newton, J.L.
(2016).
The
Aetiopathogenesis of Fatique:
Unpredictable
Complexand
Persistent.
British
Medical
Bulletin, February 2016; 1-10.
mengurangi
kelemasan fisik anak, sehingga mampu
menurunkan tingkat kecemasan anak.
SIMPULAN
Craven, R.F. & Hirnle, C.J. 2002.
Fundamental Of Nursing: Human
Health and Function 3 rd ed.
Philadelphia: Lippincott
Faktor yang berhubungan secara
signifikan dengan kecemasan anak usia
sekolah yang dirawat di rumah sakit
adalah fisik yang lemas dan rasa nyeri,
Desak, P., Yati, A., Khodidjah, S.
(2013).
Pengaruh
Bermain
Therapeutik saat Pemasangan
Infus terhadap Kecemasan Anak
Usia Sekolah. FIK UI, thesis tidak
dipublikasikan
perpisahan dengan keluarga, perpisahan
dengan teman, pelajaran di sekolah, dan
pembatasan aktivitas tidak berhubungan
dengan kecemasan anak. Faktor yang
Hukom, E.H., Wahyuni, S., & Junaedi
(2013), Hubungan Dukungan
Keluarga dan Lingkungan Rumah
Sakit dengan Reaksi Hospitalissi
Pada Anak Usia Sekolah
di
RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo
Makasar. Jurnal Keperawatan
Anak Volume 3 Nomor 2 Tahun
2013 ISSN : 2302-172
paling dominan berhubungan dengan
kecemasan anak usia sekolah yang
dirawat di rumah sakit adalah fisik yang
lemas. Saran bagi perawat diharapkan
mampu menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk menenangkan anak dan
berperilaku caring terhadap anak secara
menyeluruh,
terpenuhi
sehingga
anak
akan
kebutuhan
fisik
dan
Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal
Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan).
Alih
bahasa:
Yayasan
IAPK
Pajajaran
Bandung. Jakarta: EGC
psikologisnya. Terpenuhinya kebutuhan
fisik akan mengurangi kelemasan fisik
Masulili,
Fitria
(2013),
Metode
Bimbingan Imajinasi Rekaman
Audio Untuk Menurunkan Stres
Hospitalisasi Pada Anak Usia
Sekolah Di Rumah Sakit Di Kota
Palu. Jurnal Keperawatan Anak.
pada anak, sehingga akan mengurangi
kecemasan anak.
123
Siti Rofiqoh, Isytiaroh
Volume 1, No. 2, November
2013; 73-84
Menurunkan Kecemasan Anak
Usia
Sekolah
Selama
Hospitalisasi. Jurnal Keperawatan
Soedirman
(The
Soedirman
Journal of Nursing), Volume 6,
No.1, Maret 2011
Meltzer, L.J., Davis, K.F., & Mindell,
J.A. (2012). Patien and Parent
Sleep In a Children’s Hospital.
Pediatric Nursing. Volume 38,
No. 2, Maret-April 2012; 64-71.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep
Dasar
Keperawatan
Anak.
Jakarta: EGC.
Moghaddam, K.B; Moghaddam, M.B;
Moghaddam, M.S.; & Ahmadi, F.
(2010).
The
Concept
of
Hospitalization of Children from
the View Point of Parent and
Children. Iran Journal Pediatric,
Volume 21, No. 2, Juni 2011;
201-208.
Torio, Encinosa, Berdahl, McCormick,
& Simpson (2014). Transitioning
from Psychiatric Hospitalization
to
Schools.
http://wwwsmhp_psych.ucla.edu/
pdfdocs/hospital.pdf.
diunduh
tanggal 1 September 2016
Morton, P.G., Fontaine,D, Hudak, C.M,
& Gallo, B.M. (2011). Critical
Care
Nursing: A
Holistic
Approach (Penerjemah Subekti,
N.B, et al.). Edisi 8, Jakarta: EGC.
Wong, D.L; Eaton,M.H.; Wilson, D.;
Winkelstein, M.L.; & Schwartz,
P.
(2009).
Buku
Ajar
Keperawatan Pediatrik. (Hartono,
Kurniasih,
Setiawan,
penerjemah). Jakarta: EGC
Solikhah, Umi (2011), Therapeutic
Peer Play Sebagai Upaya
124
Download