1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS

advertisement
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII
DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA
DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON
Dwi Novita Ariyaningtyas1
Heri Suwignyo2
Karkono3
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK:
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
menulis puisi dengan menerapkan metode belanja kata. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas.
Data proses berupa uraian tahapan menulis puisi dan data hasil berupa skor
kemampuan menulis puisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
metode belanja kata mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII SMPN Satu Atap Pengampon.
Kata Kunci: kemampuan menulis, menulis puisi, metode belanja kata
ABSTRACT:
The goal of this research is increased the quality of processes and result the
ability in writing poetry by using belanja kata method. This study uses
qualitative approach with class action research design. The data of processes is in
steps explanation of writing poetry and the result data is in score of ability in
writing poetry table. The result of this research shows that the using of belanja
kata method able to increase quality of processes and result the ability in writing
poetry of 7th grade students of SMPN Satu Atap Pengampon.
Keywords: the ability in writing, writing poetry, belanja kata method
Menjadi seorang pengarang/penulis tidak bisa serta merta, tetapi
memerlukan proses. Proses yang dilalui cukup kompleks mencakup pengalaman,
pengetahuan, informasi, dan sebagainya. Penulis puisi pemula dituntut untuk lebih
peka dengan perasaan, lingkungan, serta lebih peka untuk memunculkan dan
mengembangkan segala bentuk imajinasinya. Ketika menulis sebuah puisi,
pengarang harus pandai-pandai mengekspresikan perasaan untuk dituangkan ke
dalam tulisan yang berupa rangkaian kata terpilih sehingga keestetisan yang pada
hakikatnya merupakan syarat utama karya sastra akan tampak dalam karyanya.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa keindahan atau keberhasilan
suatu puisi ditentukan oleh dasar ekspresi yang berupa pengalaman jiwa, teknik
1
2
3
Dwi Novita Ariyaningtyas adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Malang.
Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas
Negeri Malang, 2013.
Heri Suwignyo adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang.
Karkono adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
1
2
ekspresi, serta ketepatan pemilihan dan penempatan kata dalam kalimat (Sayuti,
1985:188).
Waluyo (1987:29) mengungkapkan “puisi adalah salah satu bentuk
kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yang meliputi
struktur fisik dan struktur batin”. Jadi, puisi sebenarnya berasal dari
pengungkapan pikiran atau perasaan penulis yang nilai keindahannya ditekankan
pada kekuatan bahasa.
Di lapangan, ditemukan beberapa kesulitan dalam menulis puisi. Salah
satu dari kesulitan tersebut adalah dari aspek keterkaitan atau hubungan makna
antarlarik dan bait. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sayuti (1985:208) bahwa
kesulitan bagi siswa seputar pengajaran puisi adalah masalah penginterpretasian
makna konotatif dan simbolisasi kata dalam puisi. Kesulitan lain terletak pada
penafsiran hubungan kata dalam baris puisi, yakni menentukan kata atau frase
sebagai unit kesatuan sintaktis dalam baris puisi yang dimaksud.
Dari hasil observasi langsung proses pembelajaran menulis puisi melalui
studi pendahuluan yang dilaksanakan di SMPN Satu Atap Pengampon pada
tanggal 19 Januari 2013, didapatkan informasi bahwa kesulitan siswa kelas VII
dalam hal menulis puisi terletak pada aspek diksi dan keterkaitan ide antarlarik
dan antarbait. Hal ini diketahui dari hasil analisis puisi siswa. Dari hasil analisis
tersebut, hanya terdapat dua siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Rata-rata nilai hasil menulis puisi siswa sebesar 59.
Selain itu, dari hasil pengamatan peneliti diketahui bahwa cara mengajar guru
masih konvensional. Siswa diperintahkan untuk menulis puisi secara berkelompok
yang masing-masing terdiri atas dua siswa. Dari penggunaan langkah
pembelajaran tersebut, tidak dapat diketahui secara pasti apakah siswa menulis
secara bekerja sama atau hanya salah satu siswa saja yang bekerja. Oleh karena
itu, cara mengajar seperti ini kurang sesuai jika diterapkan dalam pembelajaran
menulis puisi.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti mengadakan
penelitian pada siswa SMPN Satu Atap Pengampon untuk meningkatkan
kemampuan menulis puisi dengan menerapkan metode belanja kata. Metode
belanja kata diharapkan mampu memancing siswa untuk lebih mudah menemukan
kata-kata yang diperlukan, merangkai kata menjadi bentukan kata, dan merangkai
bentukan kata itu menjadi larik yang nantinya menjadi kesatuan puisi yang padu.
Penelitian dengan menggunakan metode belanja (shopping) pernah
dilakukan oleh Kusfitria (2005) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis
Cerpen Siswa Kelas V dengan Menerapkan Metode Belanja Gambar Berangkai di
SD Negeri Pasirian 3 Kabupaten Lumajang. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, metode belanja gambar berangkai mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis cerpen. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan
jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 (KKM) ke atas dari sklus 1 ke siklus 2.
Penelitian dengan metode belanja yang kedua dilakukan oleh Cahyanti (2011)
dengan judul Penggunaan Metode Shopping Post to Post untuk Meningkatkan
Kualitas Proses dan Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Makalah Siswa Kelas
XI IPQA SMA Widyagama Malang. Seperti pada penelitian sebelumnya, metode
belanja dalam penelitian ini mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis makalah.
3
Secara umum, tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII SMPN Satu Atap Pengampon
dengan menerapkan metode belanja kata. Tujuan khusus dari penelitian ini
meliputi peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dengan
menerapkan metode belanja kata pada tahap pramenulis, menulis, dan
pascamenulis serta kualitas hasil pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan
metode belanja kata dilihat dari aspek diksi, rima, majas, tipografi, keruntutan isi,
dan amanat.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian tindakan. Bersifat kualitatif karena perolehannya yang
berupa data verbal dan nonverbal secara potensial dapat memberikan makna dan
informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Subjek umum penelitian adalah siswa kelas VII SMPN Satu Atap
Pengampon yang berjumlah 42 siswa. Sedangkan subjek khusus adalah kelompok
rendah (kelompok yang mempunyai skor nilai kurang dari KKM (70) yang
ditetapkan sekolah) dalam hal kemampuan menulis puisi. Terdapat tiga sumber
data yang ditentukan oleh peneliti. Sumber data tersebut adalah siswa kelas VII,
guru bahasa Indonesia, serta dokumen hasil menulis puisi siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen utama dan
instrumen penunjang. Instrumen utama sekaligus instrumen kunci dalam
penelitian ini adalah Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Instrumen
penunjang berupa pedoman observasi, catatan lapangan, pedoman wawancara,
dokumentasi, perintah dan petunjuk menulis puisi, serta rubrik penyekoran.
Teknik pengumpulan data proses dilakukan dengan wawancara, observasi,
catatan lapangan, serta dokumentasi. Data hasil dikumpulkan dengan melakukan
tes menulis puisi terhadap subjek terteliti. Data proses berupa data verbal dan
tingkah laku subjek terteliti yang diperoleh dengan menggunakan instrumen
berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, catatan lapangan, serta
dokumentasi digunakan untuk menjawab rumusan masalah 1. Data hasil berupa
skor hasil evaluasi menulis puisi siswa setelah tindakan yang diperoleh dengan
menggunakan instrumen berupa perintah dan petunjuk menulis puisi serta rubrik
penyekoran digunakan untuk menjawab rumusan masalah 2.
Analisis atau pengolahan data merupakan proses mengelompokkan dan
mengurutkan data secara sistematis ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar. Penelaahan data dilakukan terhadap data yang terkumpul baik secara
wawancara, observasi, catatan lapangan, dokumentasi, maupun tes menulis puisi.
Analisis data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) mereduksi data: proses yang
meliputi kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan data yang
diperoleh sesuai dengan kebutuhan, mulai dari awal pengumpulan data sampai
pada penyusunan laporan, (2) menyajikan data, yaitu data hasil reduksi disajikan
dengan cara mengorganisasikannya, dan (3) menarik kesimpulan serta verifikasi
dengan maksud, setelah semua data terkumpul akan ditafsirkan, dievaluasi, dan
selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan.
Analisis data secara lebih rinci dilakukan dengan langkah, (1) pengolahan
data berupa pengecekan: memeriksa apakah lembar kerja yang dikembalikan
benar-benar sesuai dengan jumlah siswa yang diteliti, (2) mereduksi data: data-
4
data yang tidak menunjang penelitian akan disisihkan, (3) mengklasifikasi data:
mengelompokkan data sesuai dengan kategori, (4) persiapan sebelum analisis data
hasil penelitian yang meliputi mengecek nama dan kelengkapan identitas siswa
dalam lembar kerja serta mengecek kelengkapan data, (5) tahap analisis data
dilakukan dengan, data yang berupa hasil observasi, catatan lapangan, hasil
wawancara, dan dokumentasi diuraikan dalam bentuk deskripsi, sedangkan data
yang berupa hasil menulis puisi siswa dianalisis dengan menentukan skor dengan
berpedoman pada rubrik penilaian yang telah dibuat (siswa dikatakan tuntas
apabila nilainya 70, sesuai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah), dan (6)
penarikan kesimpulan.
HASIL
Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Menerapkan Metode Belanja Kata
Hasil penelitian terkait proses penerapan metode belanja kata dalam
pembelajaran menulis puisi yang meliputi kegiatan pramenulis, menulis, dan
pascamenulis. Pada siklus 1, kegiatan pramenulis berjalan sesuai rencana.
Sebagian besar siswa mampu menentukan sentral kata dan mengembangkannya
menjadi larik utama. Demikian juga pada tahap menulis, sebagian besar siswa
mampu memanfaatkan media dengan maksimal. Dari segi kreativitas, sebagian
besar siswa masuk dalam kategori baik karena penyusunan kata yang diperoleh,
baik dari belanja kata maupun memunculkan kata sendiri memperhatikan
hubungannya dengan sentral kata serta memperhatikan keselarasan dan
keestetisannya. Berbeda dengan dua tahap sebelumnya, pada tahap pascamenulis,
siswa tidak melakukan penyuntingan dengan maksimal. Meskipun sebagian besar
siswa sudah mampu menentukan judul dengan tepat, tetapi sebagian besar siswa
hanya melakukan penyuntingan pada aspek tipografi.
Pada siklus 2, peningkatan terjadi pada seluruh tahap. Pada tahap
pramenulis, penentuan sentral kata dan pengembangan sentral kata menjadi larik
utama dilakukan siswa dengan lebih baik. Pada tahap menulis, siswa secara
keseluruhan telah memanfaatkan media dengan maksimal serta lebih kreatif dalam
menyusun dan mencipta kata. Peningkatan secara signifikan terjadi pada tahap
pascamenulis. Sebagian besar siswa pada tahap tersebut menentukan judul dengan
baik serta melakukan penyuntingan dengan maksimal yang meliputi keenam
aspek. Pada penyuntingan pertama, dilakukan perbaikan pada aspek diksi, rima,
dan majas. Penyuntingan kedua dilakukan pada aspek tipografi, keruntutan isi,
dan amanat.
Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Menerapkan Metode Belanja Kata
Peningkatan kemampuan menulis puisi tiap aspek pada siklus 1
dipaparkan sebagai berikut. Pada aspek diksi, sebanyak 5 siswa dikategorikan
belum tuntas. Nilai rata-rata aspek diksi sebesar 73. Hasil peningkatan pada aspek
rima menunjukkan sebanyak 14 siswa dikategorikan belum tuntas. Nilai rata-rata
aspek rima sebesar 70. Pada aspek majas, sebanyak 4 siswa dikategorikan belum
tuntas dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 72. Empat siswa dikategorikan
belum tuntas dalam penentuan aspek tipografi. Nilai rata-rata keseluruhan yang
diperoleh sebesar 74. Aspek keenam adalah keruntutan isi. Sebanyak 4 siswa
5
dikategorikan belum tuntas. Nilai rata-rata aspek keruntutan isi siklus 1 sebesar
74. Aspek yang terakhir adalah amanat. Tiga siswa dikategorikan belum tuntas
dengan nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 70.
Peningkatan kemampuan menulis puisi tiap aspek mengalami peningkatan
dari siklus 1 ke siklus 2. Pada aspek diksi, seluruh siswa dikategorikan tuntas
dengan nilai rata-rata 76. Hasil peningkatan pada aspek rima, sebanyak 3 siswa
dikategorikan belum tuntas dengan nilai rata-rata meningkat menjadi 80. Aspek
majas siklus 2, satu siswa dikategorikan belum tuntas dengan nilai rata-rata
meningkat, yakni sebesar 75. Seluruh siswa juga dikategorikan tuntas dengan nilai
rata-rata yang meningkat menjadi 81 pada aspek tipografi. Aspek keenam adalah
keruntutan isi. Karya siswa pada siklus 2 mengalami peningkatan dengan
terdapatnya 1 siswa yang dikategorikan belum tuntas dan nilai rata-rata
keseluruhan sebesar 84. Aspek yang terakhir adalah amanat. Pada aspek ini siswa
mengalami sedikit peningkatan. Pada siklus 1, tiga siswa dikategorikan belum
tuntas. Jumlah yang sama juga terdapat pada siklus 2, yakni 3 siswa masih belum
tuntas dalam penentuan amanat. Nilai rata-rata mengalami peningkatan dari siklus
1, yakni sebesar 72.
Nilai akhir siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dari tahap
pratindakan, siklus 1, dan siklus 2. Pada pratindakan, jumlah siswa yang
dikategorikan tuntas berjumlah 3 siswa dengan persentase keberhasilan 7%. Skor
rerata pada tahap ini sebesar 61. Jumlah ini meningkat pada siklus 1 menjadi 27
siswa dikategorikan tuntas dengan persentase keberhasilan 66% dan skor rerata
sebesar 73. Pada siklus 2, peningkatan terlihat dengan nilai sebagian besar siswa
telah memenuhi KKM (70) dengan persentase keberhasilan 91% dan rerata skor
sebesar 78. Terdapat 3 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan metode belanja kata mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis puisi.
PEMBAHASAN
Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Menerapkan Metode Belanja Kata
Pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan metode belanja kata pada
tahap pramenulis dimulai dengan penentuan media yang berupa pasar kata dan
gambar. Siswa diperbolehkan memilih gambar yang sesuai dengan keinginannya.
Roekhan (1991:9) menyatakan bahwa ide dapat muncul dengan cara dirangsang.
Dalam metode belanja kata, penyediaan media yang berupa gambar tersebut
memudahkan siswa untuk memunculkan inspirasi dalam menulis puisi. Kegiatan
selanjutnya yang dilakukan siswa setelah pemilihan media adalah pengamatan
terhadap media yang telah dipilih (gambar), menentukan sentral kata, kemudian
mengembangkannya menjadi larik utama dengan berbelanja kata.
Berdasarkan paparan data dari proses menulis puisi dengan menggunakan
metode belanja kata, kegiatan pada tahap pramenulis berlangsung secara kondusif
dan berjalan sesuai dengan rencana. Baik pada siklus 1 maupun siklus 2, siswa
telah mampu menuliskan sentral kata dan mengembangkannya menjadi larik
utama dengan baik. Keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pramenulis
telah sesuai dengan RPP dan memenuhi kualifikasi sebagai kegiatan menentukan
sentral kata dan mengembangkannya. Penetapan keberhasilan pramenulis ini
didasarkan pada pencapaian indikator dengan kriteria yang tercantum dalam RPP.
6
Pada tahap menulis, siswa mengembangkan larik utama menjadi larik-larik
berikutnya hingga menyusun sebuah bait. Pada tahap ini, siswa dengan mudah
menyusun bait puisi karena pada tahap sebelumnya siswa telah menuliskan sentral
kata dan larik utama sehingga siswa hanya perlu merinci atau mendeskripsikan
lebih spesifik tentang sentral kata yang telah ditulis. Selain siswa mampu
mengawali tulisannya dengan baik, siswa juga dengan mudah dapat menemukan
kata yang sesuai untuk puisinya dalam pasar kata. Itu artinya, penyediaan daftar
kata yang berupa pasar kata memudahkan siswa dalam menyusun larik-larik puisi
dengan menggunakan diksi yang tepat. Hal tersebut sesuai dengan model
kompilasi yang diungkapkan oleh Endraswara (2003:229) bahwa menulis puisi
dapat dilakukan dengan tahap mencari ilham dan mengumpulkan kata-kata yang
mendukung (dari istilah lugas sampai konotatif). Setelah itu, kata-kata tersebut
disusun dan diatur tipografinya, sedangkan kata yang tidak dipakai dibuang.
Berdasarkan paparan data proses menulis puisi keindahan alam dengan
menggunakan metode belanja kata pada tahap menulis, siswa mampu
memanfaatkan media dengan maksimal. Selain itu, kreativitas siswa meningkat
ketika metode tersebut diterapkan. Peningkatan kreativitas siswa dibuktikan
dengan pemilihan dan penyatuan kata yang dilakukan siswa telah memperhatikan
hubungannya dengan sentral kata serta memperhatikan keselarasan dan
keestetisannya.
Tahap pascamenulis adalah tahap penyempurnaan karya dengan
melakukan beberapa penyuntingan. Penentuan judul dilakukan sebelum
penyuntingan dimulai. Secara keseluruhan siswa mampu menentukan judul yang
sesuai. Hanya saja ada beberapa siswa yang menentukan judul puisi dengan
menggunakan kata lugas dan sederhana. Berdasarkan paparan data proses siklus 1
dan 2 diketahui bahwa menulis puisi dengan menggunakan metode belanja kata
dengan penyediaan lembar kerja penyuntingan khusus yang meliputi
penyuntingan tiap aspek ternyata mampu meningkatkan kesungguhan siswa dalam
memperbaiki karyanya. Hal tersebut dibuktikan dengan seluruh siswa mampu
melakukan penyuntingan dengan lebih maksimal pada siklus 2 jika dibandingkan
dengan siklus 1.
Karya puisi siswa setelah dilakukan penyuntingan pada siklus 2 ternyata
hasilnya lebih baik dari siklus 1. Itu artinya, penyuntingan secara bertahap pada
setiap aspek yang diawali membaca kembali karya sebelumnya, memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan yang
terdapat dalam karyanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Roekhan (1991:12)
bahwa ide yang dilahirkan biasanya tidak langsung utuh dan sempurna. Seorang
penulis merasa perlu untuk membaca kembali karya yang ditulis dan bila
dianggap perlu ia akan mengubah, menambah, atau menguranginya.
Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Menerapkan Metode Belanja Kata
Sebagian besar hasil menulis puisi siswa pada kegiatan pratindakan masih
menggunakan diksi yang kurang tepat. Kata-kata yang digunakan dalam sebagian
besar puisi siswa masih menggunakan kata lugas. Hal tersebut tidak sesuai dengan
pendapat Tarigan (1984:30) yang menyatakan bahwa pilihan kata atau diksi
sangat penting bagi suatu sajak. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan
ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, nada suatu puisi dengan tepat. Artinya,
7
secara tidak langsung, pilihan kata atau diksi mempengaruhi sebagian besar aspek
yang menyusun sebuah puisi.
Pada siklus 1, peningkatan penggunaan diksi sudah terlihat dengan adanya
beberapa siswa yang menggunakan kata kiasan dan imaji (citraan) dalam puisinya.
Penggunaan aspek diksi pada siklus 2 juga mengalami peningkatan dari siklus 1,
dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah siswa yang menggunakan diksi
dengan tepat. Pemilihan kata yang dilakukan siswa sudah memperhatikan
kedudukannya dalam kalimat serta memperhatikan kesatuan makna. Hal ini
sejalan dengan pendapat Waluyo (1987:72) yang mengungkapkan bahwa katakata yang dipilih dan ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi
dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi. Karya siswa secara keseluruhan
dikategorikan tuntas pada aspek diksi. Hal tersebut menandakan bahwa
penggunaan metode belanja kata mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
menentukan aspek diksi sebuah puisi.
Tahapan menulis puisi keindahan alam dengan metode belanja kata telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur, tetapi masih terdapat karya siswa yang
menunjukkan belum mampu menggunakan unsur puisi dengan maksimal pada
siklus 1, khususnya pada aspek rima. Siklus 2 menunjukan peningkatan yang
sangat baik. Sebagian besar karya siswa terdapat pola bunyi yang teratur pada
akhir larik puisinya. Puisi yang baik adalah puisi yang disusun atas bentukan kata
yang memiliki pola bunyi teratur. Hal ini sejalan dengan pendapat Waluyo
(1987:72) yang mengungkapkan bahwa pengulangan bunyi dalam puisi harus
membentuk musikalitas atau orkestrasi. Bunyi-bunyi yang berulang ini
menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata
Dari paparan tersebut menandakan bahwa penggunaan metode belanja kata
mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan aspek rima sebuah
puisi.
Hasil analisis karya siswa, ditemukan bahwa sebagian besar majas yang
digunakan siswa dalam puisinya adalah majas personifikasi. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Tarigan (1984:32) yang menyatakan bahwa penggunaan aneka
ragam majas untuk memperjelas maksud serta menjelmakan imajinasi itu dan ada
sebagian besar penyair yang mempergunakan personifikasi dalam puisinya. Hasil
puisi siswa pada siklus 2 telah menunjukkan penggunaan bahasa figuratif yang
baik. Bahasa figuratif dikatakan baik apabila selain penggunaan gaya bahasa,
terdapat perlambangan pula di dalamnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Waluyo
(2003:4) bahwa dalam gaya bahasa terdapat pula perlambangan. Dalam sebuah
puisi, banyak digunakan lambang, yaitu penggantian suatu hal/benda dengan
hal/benda lain. Peningkatan nilai siswa setelah dilakukan tindakan menandakan
bahwa penggunaan metode belanja kata mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam menentukan majas dan perlambangan yang tepat dalam puisinya.
Pada siklus 1 dan 2, Tipografi (tata wajah) yang digunakan siswa dalam
karyanya sudah memperhatikan panjang pendeknya larik serta susunan larik
dalam bait. Seperti yang diungkapkan oleh Pradopo (1978:124) bahwa tipografi
adalah bentuk visual puisi yang berupa tata huruf dan tata baris dalam karya puisi.
Selain penataan kata dalam larik maupun bait puisi, karya siswa pada siklus 1 dan
2 juga sudah memperhatikan ejaan yang benar. Jadi, penentuan aspek tipografi
ditekankan pada penataan kata dalam larik serta penggunaan ejaan yang benar.
8
Penentuan aspek tipografi mengalami peningkatan pada hasil menulis puisi siklus
1 dan siklus 2 jika dibandingkan dengan hasil menulis puisi pada pratindakan.
Pada siklus 1 dan 2, seluruh karya siswa masuk dalam kualifikasi sangat baik. Hal
tersebut menandakan bahwa penggunaan metode belanja kata mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan tipografi yang tepat untuk
karyanya.
Pada siklus 1, keruntutan isi antarlarik dalam puisi siswa sudah terlihat dan
dapat dikatakan baik. Namun, kurang terlihat adanya keterkaitan antarbait karena
siswa menulis puisi dengan mendeskripsikan tiap bagian objek secara terpisah.
Peningkatan kemampuan menulis puisi pada aspek keruntutan isi meningkat pada
siklus 2. Pada penentuan aspek ini, satu siswa masuk dalam kualifikasi kurang.
Sukino (2010:116) mengungkapkan bahwa unsur batin dalam puisi disebut pula
sebagai unsur isi atau makna puisi. Hal ini diperkuat dengan pendapat Hasnun
(2004:147) yang mengungkapkan bahwa setiap kata mempunyai makna, antara
kata yang satu dengan yang lain memiliki hubungan untuk membentuk satu
kesatuan yang utuh. Itu artinya, dalam penulisan sebuah puisi, keruntutan isi atau
makna antarlarik dan antarbait harus diperhatikan keterkaitannya. Peningkatan
kemampuan menulis puisi aspek keruntutsn isi pada siklus 2 menandakan bahwa
penggunaan metode belanja kata mampu meningkatkan kemampuan siswa pada
aspek keruntutan isi antarlarik dan antarbait.
Pada tahap pratindakan, sebagian besar karya siswa tidak ditemukan
adanya penggunaan amanat atau pesan. Pada siklus 1 dan siklus 2, sebagian besar
siswa telah mampu menambahkan amanat yang diletakkan pada akhir bait.
Penggunaan amanat dalam puisi siswa pada siklus 1 maupun siklus 2 hampir
sama, yakni siswa masih menggunakan bahasa lugas dalam karyanya. Terdapat
tiga karya siswa yang masuk dalam kualifikasi kurang karena tidak
mencantumkan amanat. Amanat yang baik adalah amanat yang berbobot, kreatif,
mengena, dan mudah ditangkap oleh pembaca. Waluyo (2003:15) menyatakan
bahwa amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca
setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan
pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Itu artinya,
amanat dalam sebuah puisi berperan penting dalam mewujudkan interaksi
langsung antara pembaca dan penyair sehingga penyair harus pandai-pandai
memilih amanat dalam puisinya. Peningkatan kemampuan penggunaan aspek
amanat dalam menulis puisi siswa pada siklus 1 dan 2 menandakan bahwa
penggunaan metode belanja kata mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
menggunakan sebuah amanat yang tepat dalam karyanya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Proses peningkatan kemampuan menulis puisi tahap pramenulis dilakukan
dengan pemilihan media yang berupa gambar pemandangan alam dan pasar kata,
melakukan pengamatan terhadap gambar yang telah dipilih, menuliskan sentral
kata dalam lembar kerja, serta mengembangkan sentral kata menjadi larik utama.
Dipandang dari segi penentuan sentral kata dan pengembangan sentral kata,
sebagian besar siswa masuk dalam kategori sangat baik.
Pada tahap menulis, kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa adalah
mengembangkan larik utama menjadi sebuah bait dengan berbelanja kata. Selain
9
berbelanja, siswa juga diperbolehkan memunculkan kata sendiri untuk melengkapi
kata-kata yang telah diperoleh dari hasil belanja. Selain itu, siswa ditugaskan
untuk menuliskan amanat pada bait akhir puisi mereka. Dalam proses menulis
puisi, siswa telah mampu memanfaatkan media secara maksimal dan masuk
kategori sangat baik. Dari segi kreativitas, sebagian besar siswa juga masuk dalam
kategori sangat baik karena penyatuan kata yang diperoleh dari belanja kata
memperhatikan hubungannya dengan sentral kata serta memperhatikan
keselarasan dan keestetisannya.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa pada tahap pascamenulis
meliputi (1) siswa membaca kembali karyanya, (2) siswa menentukan judul yang
sesuai, (3) siswa menukarkan hasil menulis puisi dengan teman sebangku, (4)
saling memberi komentar terhadap karya teman, (5) membaca kembali puisi yang
telah ditulis, (5) melakukan penyuntingan terhadap karya masing-masing, dan
(6) menulis puisi kembali berdasarkan perbaikan yang telah dilakukan. Pada
siklus 2, penyuntingan dibagi menjadi 2 tahap, penyuntingan pertama pada aspek
diksi, rima, dan majas. Penyuntingan kedua pada aspek tipografi, keruntutan isi,
dan amanat. Penyuntingan pada siklus 1 kurang maksimal karena sebagian besar
siswa hanya menyunting pada aspek tipografi. Pada siklus 2, sebagian besar siswa
menentukan judul dengan baik dan melakukan penyuntingan dengan maksimal
meliputi seluruh aspek pembangun puisi sehingga masuk dalam kategori sangat
baik.
Hasil peningkatan pada aspek diksi ditandai dengan meningkatnya jumlah
siswa yang dikategorikan tuntas dan siswa yang masuk dalam kualifikasi sangat
baik, baik, dan cukup. Pada siklus 1 sebanyak 36 siswa dikategorikan tuntas dan 5
siswa dikategorikan belum tuntas. Nilai rata-rata aspek diksi pada siklus 1 sebesar
73. Pada siklus 2, seluruh siswa dikategorikan tuntas pada aspek diksi dengan
nilai rata-rata 76.
Hasil peningkatan pada aspek rima mengalami peningkatan dari siklus 1
ke siklus 2. Pada siklus 1 sebanyak 27 siswa dikategorikan tuntas dan 14 siswa
dikategorikan belum tuntas. Nilai rata-rata aspek rima pada siklus 1 sebesar 70.
Pada siklus 2, tiga siswa dikategorikan belum tuntas dengan nilai rata-rata aspek
rima meningkat menjadi 80.
Penggunaan aspek majas dalam karya siswa juga mengalami peningkatan.
Pada siklus 1, sebanyak 4 siswa dikategorikan belum tuntas dengan nilai rata-rata
keseluruhan sebesar 72. Pada siklus 2, satu siswa dikategorikan belum tuntas.
Nilai rata-rata meningkat jika dibandingkan dengan siklus 1, yakni sebesar 75.
Hasil peningkatan pada aspek keempat, yaitu aspek tipografi mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1, empat siswa dikategorikan
belum tuntas. Nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh pada siklus 1 sebesar 74.
Pada siklus 2, seluruh siswa dikategorikan tuntas dengan nilai rata-rata meningkat
menjadi 81.
Hasil peningkatan pada keruntutan isi mengalami peningkatan setiap
siklusnya. Pada siklus 1 sebanyak 4 siswa dikategorikan belum tuntas. Nilai ratarata aspek keruntutan isi pada siklus 1 sebesar 74. Karya siswa pada siklus 2
mengalami peningkatan dengan terdapatnya 1 siswa yang dikategorikan belum
tuntas dan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 84.
Aspek yang terakhir adalah amanat. Pada aspek ini terjadi sedikit
peningkatan. Pada siklus 1, tiga siswa dikategorikan belum tuntas. Jumlah yang
10
sama juga terdapat pada siklus 2. Nilai rata-rata mengalami peningkatan dari
siklus 1 sebesar 70 menjadi 72 pada siklus 2.
Nilai akhir siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dari
pratindakan, siklus 1, dan siklus 2. Pada pratindakan, jumlah siswa yang
dikategorikan tuntas berjumlah 3 siswa dengan persentase keberhasilan 7%. Skor
rerata pada tahap ini sebesar 61. Jumlah ini meningkat pada siklus 1 menjadi 27
siswa tuntas dengan persentase keberhasilan 66% dan nilai rata-rata sebesar 73.
Pada siklus 2, peningkatan terlihat dengan nilai sebagian siswa telah memenuhi
KKM (70) dengan persentase keberhasilan 91% dan rerata skor 78. Terdapat 3
siswa yang nilainya belum memenuhi KKM.
Paparan di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode belanja kata
mampu meningkatkan kemampuan siswa kelas VII SMPN Satu Atap Pengampon
dalam menulis puisi. Hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya nilai
yang diperoleh siswa baik pada nilai akhir maupun pada nilai tiap aspek.
Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, dikemukakan saran-saran
dengan tujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap peningkatan
mutu siswa dalam pembelajaran menulis, khususnya siswa kelas VII SMPN Satu
Atap Pengampon. Saran tersebut ditujukan kepada guru bahasa Indonesia dan
peneliti selanjutnya. Kepada guru bahasa Indonesia, disarankan untuk
menggunakan metode belanja kata dalam pembelajaran menulis puisi keindahan
alam karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa
penggunaan metode belanja kata mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis puisi. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti metode
pembelajaran ini pada pembelajaran menulis puisi pada tema yang berbeda
dengan beberapa inovasi pada media yang dipergunakan dalam metode belanja
kata. Selain itu, metode ini kemungkinan juga dapat diterapkan pada jenis
pembelajaran yang lain, misalnya pada cerpen atau drama. Dengan demikian,
hasil penelitian selanjutnya dapat memperkaya pengetahuan mengenai upaya
meningkatkan kemampuan menulis sastra.
DAFTAR RUJUKAN
Cahyanti. 2011. Penggunaan Metode Shopping Post to Post untuk Meningkatkan
Kualitas Proses dan Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Makalah
Siswa Kelas XI IPQA SMA Widyagama Malang. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra UM.
Endraswara, S. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: FBS
UNY.
Hasnun, A. 2004. Pedoman dan Petunjuk Praktis Karya Tulis: Puisi, Artikel,
Makalah, Laporan, Surat Dinas. Yogyakarta: Absolut.
Kusfitria. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas V
dengan Menerapkan Metode Belanja Gambar Berangkai di SD Negeri
Pasirian 3 Kabupaten Lumajang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Fakultas Sastra UM.
Pradopo, R. D. 1978. Memahami Sajak-sajak Subagio Sastrowardojo.
Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM.
11
Roekhan. 1991. Menulis Kreatif: Dasar-dasar dan Penerapannya. Malang: YA3
Malang.
Sayuti, S. A. 1985. Puisi dan Pengajarannya. Yogyakarta: IKIP Semarang Press.
Sukino. 2010. Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer Lkis Yogyakarta.
Tarigan, H. G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Waluyo, H. J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, H. J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Download