Terobosan Pedagogis Mewujudkan Masyarakat Adil

advertisement
Terobosan Pedagogis …
Terobosan Pedagogis Mewujudkan Masyarakat Adil
dan Makmur Melalui Penyelenggaraan Sistem
Pendidikan Nasional
Zawaqi Afadal Jamil
E-mail: [email protected]
Abstrak
Masyarakat adil dan makmur merupakan cita-cita bangsa
Indonesia yang sesungguhnya. Cita-cita ini bahkan sudah
diamantkan dalam pembukaan UUD 1945. Upaya perwujudan
masyarakat adil dan makmur dapat dilaksanakan melalui
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Dalam kerangka
sistem kenegaraan sangat disadari bahwa adil dan makmur
merupakan hak segala warga bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai ideologi dan falsafah bangsa serta UUD 1945
merupakan suatu cita-cita besar yang dapat memberikan
jaminan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki keadilan dan
kemakmuran hidup jika semua itu dapat diwujudkan. Sebagai
warga Indonesia semangat dan optimisme terhadap perwujudan
masyarakat yang adil dan makmur tentulah tak boleh sirna,
bahkan harus dipupuk serta berkarya dengan baik dan jujur
untuk menggapai cita-cita luhur bangsa. Oleh karenanya
diperlukan terobosan pedagogis pendidikan.
Kata Kunci: Terobosan pedagogis, adil dan makmur, dan
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.
A. Pendahuluan
Cita-cita bangsa Indonesia setelah dinyatakan merdeka adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Setelah
Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, upaya mewujudkan cita-cita
mengisi kemerdekaan bangsa dibentuklah suatu pemerintahan.
Merdeka merupakan bentuk kebebasan bagi indonesia menentukan jati
diri bangsa sesuai ideologi falsafah bangsa yang dianut. Kemerdekaan
dipandang sebagai potensi yang tidak bisa dibandingkan dengan
apapun untuk mewujudkan cita-cita bangsa menjadikan masyarakat
yang adil dan makmur. Cita-cita mewujudkan keadilan dan kemakmuran
masyarakat sangat disadari sebagai hak bagi seluruh warga Indonesia
tanpa kecuali. Dengan kesadaran yang dimiliki oleh pejuang
kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga cita-cita tersebut
diejawantahkan dalam pembukaan UUD 1945 dan berfalsafakan
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Dalam kaitan ini
dinyatakan oleh Soediarto (2008 : 20) menyatakan “hampir tidak ada
83
AT-TA’LIM; Vol. 3, Tahun 2012
negara di dunia yang pembukaan UUD-nya penuh dengan nuansa dan
semangat kebangsaan seperti Pembukaan UUD 1945”.
Sebagai cita-cita dan hak bagi semua warga negara Indonesia
memperoleh keadilan dan kemakmuran di negara republik ini, dengan
bermacam strategi dan program pemerintah telah berupaya melakukan
gerakan dan penguatan sumber daya yang dimilki Indonesia. Upaya
penguatan bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
dan keamanan selalu digalakkan. Perwujudan pemerataan kehidupan
sosial, ekonomi, kesehatan, keamanan, pendidikan, dan lainnya selalu
menjadi topik besar bagi pemerintah Indonesia untuk mencapai
kemakmuran dan keadilan dalam menjalankan pemerintahannya.
Namun setelah 66 tahun Indonesia merdeka perwujudan masyarakat
yang mendapat keadilan dan kemakmuran jauh belum dirasakan oleh
mayoritas masyarakat Indonesia, kecuali kecukupan dan kesejahteraan
hidup hanya dinikmati oleh segelintir orang di negara yang memiliki
sumber daya yang kaya ini.
Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa serta UUD 1945
merupakan suatu cita-cita besar yang dapat memberikan jaminan bagi
masyarakat Indonesia yang memiliki keadilan dan kemakmuran hidup
jika semua itu dapat diwujudkan. Sebagai warga Indonesia semangat
dan optimisme terhadap perwujudan masyarakat yang adil dan makmur
tentulah tak boleh sirna, bahkan harus dipupuk serta berkarya dengan
baik dan jujur untuk menggapai cita-cita luhur bangsa.
Berikut ini dikemukakan bagan deskripsi terobosan perwujudan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui penyelenggaraan
sistem pendidikan nasional yang berorientasi pedagogis.
TEROBOSAN PERWUJUDAN MASYARAKAT INDONESIA YANG ADIL
DAN MAKMUR MELALUI PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL YANG BERORIENTASI PEDAGOGIS
Terobosan perwujudan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang
84
Terobosan Pedagogis …
berorientasi
pedagogis
dilaksanakan
secara
formal
dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Sebagai negara hukum,
apapun yang akan dilaksnakan berkaitan dengan penyelenggaraan
negara haruslah memiliki landasan hukum, tentu termasuk di dalamnya
penyelenggaraan pendidikan nasional di Indonesia.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini
adalah:
1. Bagaimanakah masyarakat adil dan makmur yang dicita-citakan
bangsa indonesia?
2. Bagaimanakah perwujudan masyarakat adil dan makmur melalui
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional berorientasi
pedagogis?
3. Bagaimanakah penyelenggaraan sistem pendidikan nasional
yang bertanggung jawab dan berkomitmen?
4. Bagaimanakah proporsionalisasi penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggali dan
mengkaji terobosan pedagogis mewujudkan masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur melalui penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini
adalah studi kepustakaan, yaitu melaluai telaah terhadap teks dari
literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.
E. Pembahasan
1. Masyarakat Adil dan Makmur sebagai Cita-Cita Besar
Bangsa Indonesia
Cita-cita besar bangsa Indonesia adalah kehidupan
masyarakat yang adil dan makmur. Pendekatan strategis bahwa
keadilan dan kemakmuran dapat diwujud melalui pendidikan.
Oleh sebab itu penyelenggaraan sistem pendidikan nasional
mutlak dilaksanakan sebagai pengejawantahan mencapai citacita bangsa Indonesia. Amanat yang termaktub dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
disadari sebagai sarana mewujudkan kehidupan masyarakat
yang adil dan makmur. Satu-satunya jalan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah melalui penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu
menginternalisasikan
dan
mengintegrasiakan
secara
proporsional nilai-nilai luhur agama, budaya, sosial, ekonomi,
politik,
pertahanan
dan
keamanan,
persatuan
dan
85
AT-TA’LIM; Vol. 3, Tahun 2012
kegotongroyongan. Martini Jamaris (2010:3) menyatakan
“hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang aman
bagi perkembangan anak karena dalam lingkungan yang aman
tersebut anak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya
dengan baik”. Oleh sebab itu melalui pendidikan, pembudayaan
nilai-nilai
luhur
tersebut
mutlak
dilakukan
dalam
penyelenggaraannya agar mengahasilkan anak bangsa yang
berbudi pekerti dan berkreasi tinggi untuk pembangunan bangsa
dan pribadinya. Pancasila sebagai ideologi negara dapat
diwujudkan melalui pembudayaan nilai yang dikandungnya
dalam proses pendidikan. Kesiapan seluruh masyarakat bangsa
untuk menjaga nilai-nilai luhur Pancasila dalam semua aspek
kehidupan dan peranannya dalam mengelola sumber daya yang
ada di Indonesia akan mengantarkan bangsa ini meraih cita-cita
besar bangsa Indonesia yaitu masyarakat yang adil dan makmur.
Pemikiran di atas dipahami sebagai akibat dari kesadaran
untuk mencapai manusia Indonesia yang adil dan makmur,
berbudaya luhur, serta bermartabat mulya. Oleh karena itu
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berorientasi
pedagogis tidak dapat dielakkan.
2. Perwujudan Masyarakat Adil dan Makmur melalui
Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional Berorientasi
Pedagogis
Salah satu pendekatan strategis untuk merwujudan
masyarakat adil dan makmur adalah penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional yang berorientasi pedagogis. Interpretasi
terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang
berorientasi pedagogis yaitu gabungan dari keseluruhan unit
yang ada dalam sistem pendidikan harus bermuara pada
pencapaian pendidikan yang bermutu. Pandangan terhadap
pendidikan yang bermutu tekanannya tentulah diarahkan kepada
lulusan (out put) yang bermutu. Mutu lulusan tidak dapat
dipandang hanya pada level prestasi akdemik yang dimilikinya.
Lebih dari itu bahwa lulusan yang bermutu dapat diukur dari
kemampuan akademik, sikap moral dan kepribadian, serta
kecerdasan emosional yang dimilikinya harus berimbang
sehingga dilahirkan dalam perannya sebagai anak bangsa.
Konsekwensi penyelenggaraan sistem pendidikan nasional
yang berorientasi pedagogis terhadap pelaksanaan manajemen
yang baik dan pendanaan pendidikan yang besar haruslah dapat
diterima. Dalam Himpunan Peraturan dibidang Pendidikan,
Weinata Sairin (2010: 19) menyatakan perkembangan undangundang yang mengatur sistem pendidikan nasional saat ini amat
dirasakan sebagai bentuk tuntutan terhadap pemerataan hak
86
Terobosan Pedagogis …
pendidikan bagi semua warga negara Indonesia serta
pendidikan yang bermutu. Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia serta penegasan dalam UUD 1945 pasal 31 yang
semula dua pasal, berbunyi:
1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran;
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undangundang.
Menyadari pentingnya penyelenggaraan pendidikan untuk
memenuhi amanat dalam pembukaan UUD 1945 pasal 31 di
atas, maka pada tahun 2002 dilakukan amandemen menjadi 5
(lima) ayat.
Makna prinsip yang terkandung dalam 5 (lima) ayat pasal
31 UUD 1945 adalah kesadaran akan pentingya “mencerdaskan
kehidupan bangsa” dapat dicapai dan dilaksanakan sesuai
idealisme dan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan.
Kesadaran ini lebih terasa lagi saat lahirnya UU no. 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas dan lahirnya Undang-Undang no. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Semua regulasi tersebut
secara operasional lebih rinci pengaturan dan pendefinisian dari
setiap elemen yang ada dalam sistem pendidikan nasional.
Secara yuridis penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional di Indonesia telah memiliki acuan hukum yang lebih
operasional. Landasan yuridis tersebut mengacu kepada
manajemen, pendanaan, kelembagaan pendidikan serta
tanggungjawab pemerintah, masyarakat, keluarga, dan lainnya
dalam penyelenggraan pendidikan. Oleh karena itu semua
aturan tidaklah akan berarti jika pengejawantahannya tidak
dilaksnakan dengan komitmen yang tinggi sesuai dengan aturan
perundang-undangan dan idealisme yang ada. Oleh sebab itu
upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa melaui penyelenggaraan
sistem pendidikan nasional yang berorintasi peadagogis mutlak
dilakukan dengan penuh tangggungjawab.
3. Perwujudan Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional
Berorientasi Pedagogis Mutlak dilakukan dengan Kemauan
Politik (komitmen) dan Tanggungjawab yang Tinggi oleh
Pemerintah, Masyarakat, dan Keluarga.
Tujuan pendidikan nasional seperti dituangkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 2 (2009:7)
dinyatakan:
“Pendidikan
nasional
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
87
AT-TA’LIM; Vol. 3, Tahun 2012
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Perwujudan “agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab” adalah tanggung jawab
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pengertian ini dapat
ditegaskan bahwa tanggungjawab pendidikan anak bangsa
adalah tanggungjawab semua pihak. Namun pemahaman
tanggungjawab di sini tdak dapat dipahami penyamaan peran
yang membagi tugas beban sama rata antara pemerintah,
masyarakat, dan keluarga. Jika disamakan tugas dan beban
kerja antara ketiga elemen tersebut akan berkonsekwensi
kepada ketidakadilan dalam manajemen dan pembiayaan
pendidikan. Hal ini juga akan berakibat kepada penolakan
terhadap perundang-undangan yang berlaku.
Lahirnya perundang-undangan yang mengatur khusus
tentang penyelenggaraan pendidikan nasional seperti UU
Sisdiknas no. 20 Tahun 2003, UU no. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan
Dosen, dan perundang-undangan
lainnya
berkonsekwensi logis kepada kemawan politik yang tinggi oleh
pemerintah, masyarakat, dan keluarga untuk melaksanakan
amanat undang-undang tersebut. Dalam struktur pemerintahan
Indonesia, presiden merupakan lembaga tinggi negara. Berikut di
bawahnya presiden dibantu oleh menteri (bidang pendidikan), di
provinsi dibantu gubernur (dinas pendidikan provinsi), di
kabupaten
dibantu
bupati/walikota
(dinas
pendidikan
kabupaten/kota), dan seterusnya sampai tingkat sekolah yaitu
kepala sekolah serta guru sebagai ujung tombak di lapangan.
Semua lembaga terstruktur tersebut di atas dalam
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahannya dilaksnakan
oleh pejabat lembaga-lembaga sampai kepada tingkat paling
bawah yaitu guru. Seluruh elemen pejabat sampai kepada guru
mutlak memiliki kemawan yang tinggi untuk melakukan tugas
dengan baik dan benar serta bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Tentulah dipahami bahwa tugas dan
tanggungjawab dari masing-masing elemen tersebut sesuai
dengan peran dan fungsinya. Kemawan politik yang tinggi ini
tentulah harus didukung oleh masyarakat dan keluarga dalam
penciptaan dan pembudayaan nilai-nilai luhur yang dikandung
Pancasila sebagai ideologi negara serta jaminan kenyamanan,
pertahanan, dan keamanan berlangsungnya proses pendidikan
upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan
pemikiran ini Pemerintah, masyarakat, dan keluarga merupakan
88
Terobosan Pedagogis …
suatu bagian yang integral dan bersama-sama mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Gambaran
mengenai
peran
dan
tanggungjawab
pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam penyelenggaraan
pendidikan dikemukakan sebagai berikut:
Bagan mengenai gambaran integralisasi peran dan
tanggungjawab penyelanggara pendidikan nasional di atas
merupakan suatu pandangan tentang kewajiban dan
tanggungjawab bagi setiap elemen yaitu pemerintah,
masyarakat, dan keluarga untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional yang bermuara kepada kehidupan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur.
4. Pemerintah Wajib Menyelenggarakan Sistem Pendidikan
Nasional dengan Proporsionalisasi Peranan Masyarakat dan
Keluarga untuk Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang
Memiliki Daya Saing Tinggi
Pemikiran ini didasari oleh landasan yuridis. Pancasila,
UUD 1945, UU no. 2 Tahun 1989 dan UU no. 20 Tahun 2003
tentan Sisdiknas, dan UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen serta banyak lagi perundang-undangan atau peraturan
pemerintah yang mengatur penyelenggaraan pendidikan sudah
sangat cukup dijadikan alasan bahwa pemerintah wajib
menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.
Amanat dalam pembukaan UUD 1945 pasal 31 sejak
amandemen tahun 2002 dari 2 ayat menjadi 5 ayat. Seperti
cuplikan pada ayat 3 disebutkan: “Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; pada ayat 4
disebutkan: “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
89
AT-TA’LIM; Vol. 3, Tahun 2012
nasional”. Lebih jelas pula ditegaskan dalam UU no. 20 Tahun
2003 (2009 : 23) tentang Sisdiknas mengenai wajib belajar ayat
2 dinyatakan: “Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan
pendidikan dasar yang wajib tanpa dipungut biaya”.Dalam kaitan
ini dikemukaka oleh Marwan Saridjo (2011:59) mengungkapakan
“pendidikan untuk rakyat, pemerintah berkewajiban memelihara
pendidikan kecerdasan akal budi untuk segenap rakyat dengan
cukup dan sebaik-baiknya”.
Makna yang ditangkap dalam beberapa pasal dan ayat
yang
mengatur
tentang
kewajiban
pemerintah
menyelenggarakan pendidikan paling tidak ada dua prinsip yaitu
manajemen dan pembiayaan pendidikan. Berkaitan dengan
manjemen pendidikan dipahami bahwa penyelenggaraan
pendidikan pemerintah wajib mengatur penyelenggaraan dengan
membentuk sistem manajemen pendidikan yang terprogram,
teratur, sistematis, dan terintegrasi.
Sedangkan mengenai
pembiayaan pendidikan dipahmi bahwa pemerintah wajib
membiayai
seluruh
kegiatan
yang
diakibatkan
oleh
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.
Secara formal penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan oleh pemerintah adalah pendidikan sekolah. Baik
sekolah yang dimulai tingkat pendidikan dasar, menengah,
maupun pendidikan tinggi. Penyelenggaraan pendidikan sekolah
ini yang menjadi fokus untuk menanamkan nilai-nilai budaya
bangsa melalui suatu kurikulum yang disebut kurikulum
pendidikan nasional.
Pada prinsipnya kurikulum merupakan bahan untuk
mengantarkan manusia Indonesia menjadi manusia yang
memiliki keimanan, ketaqwaan, berkepribadian, cerdas, dan
mandiri. Oleh sebab itu muatan kurikulum haruslah memuat
pesan agama, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan
keamanan, pengetahuan sain dan tekhnologi yang dapat
memberikan jaminan bagi lulusan untuk dapat menguasasi
berbagai bidang pengetahuan yang diimbangi oleh moral prilaku
yang berkepribadian luhur sesuai ideologi. Jika muatan ini telah
dikuasai oleh para lulusan maka optimisme terhadap
pengembangkan sumber daya manusia indonesia yang memiliki
jati diri sebagai bangsa indonesia yang berkarakter baik, cerdas
dan kreatif, menguasai iptek dan mempunyai daya saing tinggi
secara regional, nasional, dan internasional dapat diwujudkan.
Dalam proses penyelenggaraan pendidikan peranan
masyarakat dan keluarga tentu tidak dapat diabaikan. Durasi
kuantitatif anak berada pada lingkungan sekolah relatif sedikit
dibandingkan dengan keberadaan anak pada lingkungan
90
Terobosan Pedagogis …
masyarakat dan keluarga. Secara umum keberadaan anak
disekolah rata-rata selama 7 jam sehari sudah batas maksimal.
Setelah itu anak kembali kepada dunia keluarga dan
masyarakat. Dengan pemikiran ini interaksi sosial anak yang
memungkinkan berkembangnya nilai-nilai budaya, sosial, gotong
royong, saling menghormati, dan lain sebagainya jauh relatif
sedikit dibandingkan dengan keberadaan anak di tengah
masyarakat dan kelauarga. Oleh sebab itu masyarakat dan
keluarga mutlak memberikan peluang bagi berkembangnya
potensi kepribadian yang luhur berlandaskan agama, sosial,
budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan pada anak-anak.
Perpaduan tanggungjawab antara pemerintah, masyarakat, dan
keluarga dalam memberikan kesempatan bagi perkembangan
intelektualitas, emosional, dan kepribadian luhur pada diri anak
akan memberikan optimisme besar bagi terjadinya sumber daya
manusia indonesia yang memiliki jati diri sebagai bangsa
indonesia yang berkarakter baik, cerdas dan kreatif, menguasai
iptek dan mempunyai daya saing tinggi secara regional,
nasional, dan internasional dapat diwujudkan.
F. Kesimpulan
Masyarakat adail dan makmur adalah cita-cita bangsa
Indonesia. Oleh karenanya keadilan dan kemakmuran
merupakan hak bagi seluruh warga Indonesia tanpa kecuali
karena cita-cita ini telah diamanatka dalam Pancasila dan UUD
1945. Dalam mewujudkan cita-cita ini haruslah melalui
penyelenggaraan
sistem
pendidikan
nasional
dengan
menekankan kemawan politik yang kuat dan bertanggungjawab.
Proporsionalisasi penyelenggaraan pendidikan hendaklah jadi
tanggungjawab pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Proporsionalisasi tentu
dimaknai dengan
peran
dan
keseimabangan kemapuan yang telah ada dan dimiliki oleh
masing-masing pihak.
Tanggungjawab Pemerintah tentu tidak sama dengan
tanggungjawab masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,
begitu pula keluarga memiliki tanggungjawab yang berbeda
dengan pemerintah dan masyarakat. Namun ia tidak dapat
dipisahkan dan terintegrasi dengan penuh satu padu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun
2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2009
Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Yayasan Penamas murni, 2010
91
AT-TA’LIM; Vol. 3, Tahun 2012
Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa, Tinjauan
Kebijakan Publik terhadap Pendidikan Islam di Indonesia,
Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2011
Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara, 2008
Weinata Sairin, Himpunan Peraturan dibidang Pendidikan, Jakarta: Jala
Permata Aksara, 2010
92
Download