PENDAHULUAN Penelitian tentang manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas sudah berulang kali dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya salah satunya Leuz et al (2003) melakukan studi komparatif international tentang manajemen laba dan proteksi investor dengan menggunakan 31 negara termasuk Indonesia sebagai sampel dengan periode pengamatan tahun 1990 sampai 1999 yang bertujuan untuk memberikan bukti empirik adanya perbedaan manajemen laba di berbagai negara yang juga disebabkan oleh adanya perbedaan proteksi terhadap investor. Dari nilai-nilai rata-rata skor manajemen laba dengan sampel 31 negara, Indonesia menduduki peringkat menengah yaitu urutan ke 15 dan Amerika menduduki peringkat terendah. Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN maka Indonesia merupakan peringkat tertinggi besar tingkat manajemen labanya. Dechow et al. (1996) dalam Utami (2005) mengkaji mengenai dampak dari tindakan manipulasi laba terhadap biaya modal ekuitas, kesimpulan yang diperoleh adalah biaya modal perusahaan yang terkena sangsi SEC (Securities Exchange Commission) karena diduga melakukan manajemen laba lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan sampel kontrol. Penelitian yang dilakukan Utami (2005) mengenai kajian hubungan langsung informasi akrual dengan biaya modal ekuitas yang memperoleh hasil bahwa manajemen laba mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas, artinya bahwa semakin tinggi biaya modal ekuitas. investor menyadari bahwa praktek manajemen laba banyak dilakukan oleh emiten, maka ia akan melakukan antisipasi resiko dengan cara menaikkan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Kemudian Kharisma (2006) juga melakukan penelitian pengaruh praktik manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian Utami (2005) dimana hasil menunjukkan bahwa praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Sedangkan dalam penelitian Chancera (2011) 1 memberikan hasil yang sama dengan penelitian Utami (2005) dimana manajemen laba berpengaruh positif secara signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Dari hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dikatakan bahwa pada saat ini penerapan manajemen laba masih tetap dilakukan oleh manager dan kebanyakkan investor seringkali menaruh perhatian pada informasi laba tanpa memperhatikan sumber laba itu berasal sehingga menimbulkan peluang bagi para manajemen untuk melakukan manipulasi data yang dapat mempengaruhi angka-angka pada laporan keuangan. Dimana tindakan hal semacam ini biasanya disebut dengan Manajemen laba yang merupakan campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (Setiawati dan Na’im, 2000). Sedangkan, Modigliani and Miller (1958) dalam Agustini (2011) menjelaskan biaya modal ekuitas sebagai biaya yang akan dikeluarkan untuk membiayai sumber pembelanjaan. Peneliti ingin mengkaji ulang mengenai pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pemilihan variabel manajemen laba, biaya modal ekuitas, ukuran perusahaan pada penelitian ini karena banyak penelitian yang memfokuskan pada ketiga variabel tersebut dan terdapat perbedaan hasil pada beberapa peneliti seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005), Kharisma (2006), dan Chancera (2011) Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kharisma (2006) dan Utami (2005) mengenai pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan manufaktur. Alasan peneliti menggunakan perusahaan manufaktur karena dari hasil peneliti sebleumnya yaitu Utami (2005) dan Kharisma (2006) yang memberikan hasil empirik yang berbeda dimana pada penelitian Utami mendapatkan hasil pengaruh signifikan positif sedangkan pada penelitian Kharisma membuktikan pengaruh signifikan negatif, sehingga peneliti tertarik untuk menguji kembali pada perusahaan manufaktur dengan beberapa perbedaan yaitu dimana peneliti menambah periode pengamatan menjadi 3 (tiga) tahun (2007-2009), dan Variabel ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur 2 menggunakan total asset bukan menggunakan nilai kapitalisasi pasar karena pengukuran yang digunakan oleh Kharisma (2006) dengan menggunakan nilai kapitalisasi pasar hasilnya menunjukkan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Akan tetapi penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu model yang akan digunakan sama dalam mendeteksi manajemen laba dan biaya modal ekuitas. dimana proksi manajemen laba menggunakan akrual modal kerja dengan penjualan sedangkan untuk biaya modal ekuitas menggunakan model Ohlson (1995) dan objek penelitian yang dilakukan sama pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan akuntansi terkait dengan biaya modal ekuitas, dan berguna bagi emiten yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memperoleh biaya modal ekuitas. serta bagi investor dapat dijadikan sebagai gambaran dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan penenaman modal. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 dan apakah terdapat pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. 3 TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Manajemen Laba (Earning management) Sulistyanto (2008) menjelaskan bahwa ada dua perspektif penting yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh seorang manajer yaitu: 1. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan di masa datang. 2. Perspektif oportunitis merupakan pandangan bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunitis manajer untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena menguasai informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain. Kedua perspektif ini mempunyai hubungan sebab akibat yang mendorong terjadinya manajemen laba artinya manajemen laba sebenarnya upaya oportunis seseorang untuk mempengaruhi informasi yang disajikannya dengan memanfaatkan ketidaktahuan orang lain mengenai informasi yang sebenarnya. Rahmawati (2008) manajemen laba merupakan intervensi manajemen (agent) dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal sehingga menaikkan atau menurunkan laba akuntansi untuk mendapatkan beberapa keuntungan privat sedangkan menurut Copeland (1968:10) Manajemen laba sebagai “some ability to increase or decrease reported net income at will” yang artinya adalah manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan salah satu faktor bagi para manejer mempermainkan laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan pihak-pihak pemakai laporan keuangan yang hanya percaya pada angka-angka yang tertera dilaporan keuangan. 4 Biaya Modal Ekuitas (Cost of equity Capital) Biaya modal ekuitas dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan oleh penyandang dana untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan (Novianty, 2009). Menurut Kharisma (2006) biaya modal merupakan suatu konsep yang penting dalam analisis struktur modal karena biaya modal itu sendiri timbul akibat adanya penggunaan sumber-sumber modal jangka panjang dalam struktur modal perusahaan. Penggunaan sumber-sumber modal memerlukan suatu kombinasi untuk menghasilkan biaya modal yang rendah dari masing-masing sumber modal. Sedangkan Husnan (1997) dalam Kharisma (2006), menambahkan bahwa biaya modal dalam bentuk modal sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum mereka menyerahkan dananya ke perusahaan. Dari penjelasan diatas diperoleh biaya modal ekuitas merupakan suatu tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor atas dana yang dipergunakan oleh perusahaan dimasa akan datang. Ukuran Perusahaan ( SIZE) Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007), serta Solechan (2009), Pikaso (2009) Ukuran perusahaan merupakan suatu ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Dimana ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan total asset sebagai pengukuran ukuran perusahaan. Pengukuran Manajemen Laba Menurut Sulistyanto (2008) secara umum ada tiga kelompok model empiris manajemen laba yang diklasifikasikan atas dasar basis pengukuran yang digunakan yaitu: a. Model yang berbasis akrual agregat (agregat accrual) Merupakan suatu model yang pengukurannya dengan menggunakan Discretionary accrual sebagai proksi 5 manajemen laba. Model ini dikembangkan oleh Healy (1985), De Angelo (1986), Jones (1991), Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995), serta Kang dan Suvaramakhrishna (1995). b. Akrual khusus (Spesific Akrual) Merupakan suatu pendekatan yang dengan menggunakan perhitungan akrual sebagai proksi manajemen laba yang dengan item laporan keuangan tertentu dari industri tertentu pula. Dikembangkan oleh McNichols dan Wilson (1988), Petroni (1992), Beaver dan Engel (1996), Beneish (1997), serta Beaver dan McNichols (1998) c. Distribusi laba (Distribution of earnings) Dikembangkan oleh Burgtahler dan Dichev (1997), Degeorge (1999), serta Myers dan Skinner (1999) Dari ketiga model diatas Sulistyanto (2008) menjelaskan bahwa model aggregrate accrual yang diterima secara umum dengan menggunakan discretionary accrual sebagai model yang memberikan hasil paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba dengan alasan model empiris ini sejalan dengan akuntansi berbasis akrual (accrual basis of accounting) yang selama ini banyak dipergunakan oleh dunia usaha. Model akuntansi ini merupakan pencatatan yang membuat munculnya komponen akrual yang mudah untuk dipermainkan besar kecilnya Model ini dikembangkan oleh Healy (1985), De Angelo (1986), dan Jones (1991). Selanjutnya Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995) mengembangkan model Jones menjadi model Jones yang di modifikasi. Model-model ini menggunakan total akrual dan model regresi untuk menghitung akrual yang diharapkan dan akrual yang tidak diharapkan. Model healy (1985) merupakan model yang relatif sederhana karena menggunakan total akrual sebagai proksi manajemen laba. Padahal total akrual merupakan penjumlahan discretionary accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajerial, sementara nondiscretionary accrual merupakan komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa 6 sesuai dengan kebijakan manajer perusahaan dimasukkan sebagai proksi manajemen laba seolah menganggap manajer dapat mengatur dan merekayasa semua komponen akrual tanpa terkecuali. Model De Angelo (1986) dikembangkan dengan menggunkan perubahan dalam total akrual sebagai proksi manajemen laba. Model Jones menggunakan sisa regresi total akrual dari perubahan penjualan dan property, plant, and equipment sebagai proksi manajemen laba. Proksi manajemen laba yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model spesifikasi akrual yaitu: akrual modal kerja yang digunakan Utami (2005). Menurut Peasnell et al. (2000) dalam Utami (2005) pemakaian akrual modal kerja lebih tepat dengan penjualan. Alasan pemakaian penjualan sebagai deflator akrual modal kerja karena manajemen laba banyak terjadi pada akun penjualan (Nelson et al, 2000). Pengukuran Biaya Modal Ekuitas Menurut Botosan dan Plumlee (2000) dalam Kharisma (2006) pengukuran biaya modal ekuitas dipengaruhi oleh model penilaian perusahaan yang digunakan, yaitu: 1. Model penilaian pertumbuhan konstan ( Constant of Growth valuation models) Dasar pemikiran yang digunakan dalam model penilaian pertumbuhan konstan ini adalah nilai saham sama dengan nilai tunai (present value) dari semua deviden yang akan diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas. Penentuan biaya laba ditahan dengan pendekatan ini mengacu pada penilaian saham biasa dengan pertumbuhan konstan atau normal. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bahwa tingkat pertumbuhan deviden konstan. Ini dalam kenyataannya mungkin tidak selalu tepat. 7 2. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Berdasarkan model CAPM, biaya modal saham biasa adalah tingkat return yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas resiko yang tidak dapat didiversifikasi yang diukur dengan beta. 3. Model Ohlson Model Ohlson digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan dengan berdasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba abnormal. Dalam mengestimasi biaya modal ekuitas Botosan (1997) dalam Utami (2005) pada dasarnya memakai model Ohlson. Model ini akan digunakan dalam proksi biaya modal ekuitas dimana berdasarkan penelitian Botosan (1997) menghitung ekspektasi biaya modal ekuitas dengan menggunakan estimasi laba per lembar saham untuk periode empat tahun ke depan (t=4) dan memakai data forecast laba per saham yang dipublikasikan oleh Value Line. Di Indonesia publikasi data forecast laba per saham tidak ada. Oleh karena itu, estimasi laba per saham penelitian ini menggunakan random walk model. Alasan untuk menggunakan estimasi model random didasarkan pada hasil penelitian Rini (2002) dalam Utami (2005) yang menyimpulkan bahwa model tersebut dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengukur prakiraan laba. Hal ini sejenis dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Qizam (2001) dalam Utami (2005) yang menyimpulkan bahwa laba tahunan Indonesia mengikuti random walk. Model random walk ini digunakan sebagai alternatif dalam mengukur prakiraan laba. Penelitian ini menggunakan model yang sama dengan penelitian sebelumnya baik dalam proksi manajemen laba dengan akrual modal kerja dengan penjualan maupun biaya modal ekuitas dengan model ohlson dengan alasan karena dalam mengkaji kembali pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009, peneliti ingin melihat apakah dengan menggunakan model yang sama akan memperoleh hasil yang sama dengan peneliti sebelumnya. 8 PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya modal ekuitas Stolowy dan Breton (2000) melakukan studi pustaka tentang manipulasi akun (account manipulation), yang mencakup manajemen laba, perataan laba, dan Creative Accounting menjelaskan bahwa manipulasi akun dilakukan semata-mata didasarkan pada keinginan manajemen untuk mempengaruhi persepsi investor atas resiko perusahaan. Resiko tersebut dapat dipecah dalam dua komponen yaitu: (1) resiko yang dihubungkan dengan variasi imbal hasil, yang diukur dengan laba per lembar saham (Earnings per share), dan (2) resiko yang dihubungkan dengan struktur keuangan perusahaan, yang diukur dengan debt equity ratio. Beneish (2005) dalam Kharisma (2006) menambahkan bahwa mispricing akrual meningkat dikarenakan investor “tertipu” oleh perilaku oportunistik dari para manajer yang pada akhirnya menyebabkan investor tidak mengantisipasi dengan benar akan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Dengan demikian tujuan manajemen laba itu sendiri adalah untuk memperbaiki ukuran kedua resiko tersebut. Maka, Semakin tinggi tingkat manajemen laba menunjukkan semakin tinggi resiko imbal hasil saham dan konsekuensinya investor akan menaikkan rate biaya modal ekuitas. Dari penjelasan diatas maka hipotesis penelitian yang akan diuji adalah: H01 = Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas Ha1= Manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan Ukuran Perusahaan Variabel Kontrol Studi yang dilakukan oleh Botosan (1997) dalam Utami (2005) memberikan hasil bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap biaya modal ekuitas. perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil dimana perusahaan 9 yang besar memiliki pertumbuhan yang relative lebih besar dibandingkan perusahaan kecil sehingga tingkat pengembalian saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan tingkat pengembalian saham pada perusahaan kecil (Solechan, 2009). Dari penjelasan Solechan dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas karena biaya modal ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahan kan nilai perlembar saham ( Novianty, 2009). sehingga hipotesis penelitian yang akan diuji adalah: Ho2 = manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Ha2 = manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan MODEL PENELITIAN Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model penelitian ini digunakan sama dengan model Kharisma (2006) adalah sebagai berikut: Manajemen laba (earnings management) Biaya Modal Ekuitas (Cost of Equity Capital) Variabel Kontrol: Ukuran perusahaan 10 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah: Perusahaan memiliki data yang lengkap baik dalam proksi manajemen laba, biaya modal, dan ukuran perusahaan tahun 2007-2009 dan data yang memiliki outlier dihilangkan. Data outlier yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah data yang ekstrim terlalu tinggi atau terlalu rendah diantara variabel satu dengan variabel lainnya. Terlalu tinggi disini dalam manajemen laba seperti salah satu contoh perusahaan yang data outliernya belum dihilangkan yaitu Siwani Makmur 20.92245 pada tahun 2009, dan terlalu rendah seperti perusahaan Taisho Pharmaceutical Indonesia -5,58681 tahun 2008. Begitu juga dengan biaya modal ekuitas salah satu contoh perusahaan yang memiliki data terlalu rendah adalah perusahaan Jakarta Kyoei Steel Works 35,6353 tahun 2008 dan terlalu tinggi perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food 19,00367 tahun 2009 dan ukuran perusahaan yang hasil data nya terlalu tinggi seperti salah satu perusahaan Astra Internasional 88.938.000 tahun 2009, terlalu rendah perusahaan Myoh Technology 6.931 tahun 2009. Sehingga pada Tahun 2007 terdapat 88 perusahaan, Tahun 2008 terdapat 97 perusahaan, dan Tahun 2009 terdapat 116 perusahaan yang datanya outlier baik di variabel manajemen laba, biaya modal ekuitas, maupun ukuran perusahaan (size). Dibawah ini terdapat tabel pengambilan sampel sebagai berikut: 11 Tabel 1. Pengambilan Sampel No. 1. Keterangan Perusahaan Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 2007-2009 2. Jumlah 430 Perusahaan yang tidak memiliki data dalam proksi manajemen laba, biaya modal ekuitas, dan ukuran perusahaan periode 25 2007-2009 3 Perusahaan yang memiliki data lengkap manajemen laba, biaya modal ekuitas, ukuran perusahaan 405 4 Perusahaan yang memiliki data outlier 301 5 Jumlah Sampel yang Dipakai dalam Penelitian 104 Sumber : ICMD perpustakaan UKSW Berdasarkan kriteria diatas, maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini ada sebanyak 104 perusahaan ( Lampiran 1). Metode Pengumpulan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2007-2009. Data –data tersebut merupakan data skunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 12 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu: variabel independen dan variabel dependen dan 1 variabel kontrol. Variabel independen disini adalah manajemen laba, dimana variabel ini di pengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel independen ini menggunakan model Utami (2005) yaitu: rasio akrual modal kerja dengan penjualan Manajemen laba (ML) = akrual modal kerja (t) / penjualan periode (t) Akrual modal kerja = ∆ AL - ∆ HL - ∆ kas Keterangan: ∆AL = perubahan aktiva lancar pada periode t ∆HL = Perubahan hutang lancar pada periode t ∆kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t Variabel dependen penelitian ini adalah biaya modal ekuitas. Biaya modal ekuitas di proksi dengan menggunakan model Ohlson (1995) yang telah dimodifikasi model Utami (2005). Rumus biaya modal ekuitas yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Keterangan: pt = harga saham pada periode t Bt = nilai buku per lembar saham periode t X t-1 = laba perlembar saham pada periode t + 1 r = biaya modal ekuitas 13 Untuk mengestimasikan laba per lembar saham pada periode t + 1 digunakan model Random walk, sebagai berikut: E (xt+1) = xt + δ ..…………………………………………………. (2) Keterangan : E (xt-1) = Estimasi laba per lembar saham pada periode t + 1 Xt = laba per lembar saham akrual pada periode t δ = Drift term yang merupakan rata-rata perubahan laba per lembar saham selama 5 tahun Tujuan estimasi laba satu tahun ke depan (t+1) digunakan data rata-rata perubahan laba per lembar saham untuk lima tahun atau sejak go public jika emiten belum genap lima tahun menjadi perusahaan public. Dengan demikian estimasi biaya modal ekuitas pada persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut : Pt = Bt + (1+r) [ xt+1 – r Bt] ..………………………………………..… (3) xt+1 = laba per lembar saham periode t+1 yang diestimasi dengan random walk seperti pada persamaan (2) setelah disederhanakan secara matematik maka persamaan (3) menjadi: (pt – Bt ) (1+r) = (xt+1 – r Bt) r = (Bt + Xt-1 – Pt) / (Pt) Variable Kontrol Dari penelitian sebelumnya seperti Botosan (1997), Utami (2005), dan Chancera (2011) ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap biaya modal dimana ukuran perusahaan itu merupakan ukuran ketersediaan informasi. Biasanya informasi perusahaan besar lebih mudah diperoleh dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. sehingga ukuran perusahaan dijadikan variabel kontrol dalam penelitian ini dengan proksi yang digunakan adalah total asset. 14 Alasan peneliti menggunakan total asset karena asset mencerminkan kekayaan perusahaan sehingga semakin banyak asset semakin banyak modal yang ditanamkan oleh para investor (Sudarmadji dan Sularto, 2007) Metode Analisis Dalam penelitian ini regresi yang digunakan ada 2 yaitu regresi tunggal akan pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dan regresi ganda meneliti pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol 1. Analisis Regresi Tunggal Metode analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajaemen laba terhdap biaya modal ekuitas. Sehinga model yang digunakan adalah : r = α0 + α1ML keterangan: r = biaya modal ekuitas ML = proksi manajemen laba α = konstanta dan 1,2,3 = koefisien regresi, e = error estimate 2. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda ini bertujuan untuk melihat apakah ada variabel independen lain bisa berpengaruh terhadap biaya modal. Variabel independen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran perusahaan sehingga model yang digunakan adalah : r = α0 + α1 ML + α2 Size + e dalam hal ini, Size = Total Asset 15 METODE ANALISIS DATA Agar mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka diperlukan metode analisis data yang benar. 1. Pengujian Asumsi Klasik Salah satu syarat untuk bisa menggunakan regresi berganda adalah terpenuhinya asumsi klasik yang untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bisa dan efisien (Best Linear Unbias Estimator / BLUE) dari satu persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Least Squares) perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui model regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan asumsi klasik. Dimana uji asumsi meliputi: 1. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variable independen dan dependen mempunyai distribusi normal atau tidak. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas. Dimana jika terdapat korelasi akan menyebabkan problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. 3. Uji Heterokedastisitas Dalam uji heterokedastisitas ini, menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dimana apabila residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan apabila berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heterokedastisitas. 16 4. Uji autokorelasi Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dapat dikatakan koefisien korelasi yang diperoleh kurang akurat. Identifikasi secara statistic ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung nilai Durbin-Watson (dw). 2. Analisis Statistika Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum data penelitian, mengenai variabel-variabel penelitian yaitu manajemen laba, biaya modal ekuitas dan ukuran perusahaan. Analisis ini untuk menjelaskan karakteristik sampel terutama mencakup nilai rata-rata (mean), nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum 3. Pengujian Hipotesis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression), yaitu: alat analisis untuk mengetahui pengaruh variabel (ML) terhadap variabel dependen (r). dilakukan uji F, uji T dan koefisien determinasi (R2) a. Uji F ( Uji Signifikansi Simultan) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama semua variabel independen yang dimasukan dalam model regresi terhadap variabel dependen dalam Ghozali (2006) b. Uji T ( Uji Signifikansi Parameter Individual) Uji T bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2006) 17 c. Koefisien Determinasi ( R2 ) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur persentase variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh semua variabel independen. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (0<R2<1). 18 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian untuk membuktikan distribusi normal atau tidak normalnya model penelitian dapat dicermati pada lampiran 2 dengan membandingkan α = 0.05 ( 5% ) dimana, Nilai sig. < 0.05 , distribusi adalah Tidak Normal Nilai sig. > 0.05, distribusi adalah Normal. Berdasarkan lampiran 4 tabel uji normalitas memperoleh hasil manajemen laba 0.122 atau 12.2%, biaya modal ekuitas 0.114 atau 11.4%, dan size 0.062 atau 6.2% lebih besar dari α maka bisa dikatakan ketiga variabel berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan 2 cara yaitu : dengan cara melihat nilai VIF untuk masing-masing variabel, dimana jika variabel lebih besar dari 10 maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala Multikolinearitas dan sebaliknya jika variabel kurang dari 10 maka diindikasikan model tersebut tidak memiliki gejala Multikolinearitas. Dan cara kedua adalah melihat partial correlation dimana, dengan cara melihat keeratan hubungan antara dua variabel penjelas atau yang lebih dikenal dengan istilah korelasi. Untuk menentukan apakah hubungan dua variabel bebas memiliki masalah multikolinearitas adalah melihat nilai signifikansi (2-tailed), jika nilainya lebih kecil dari 0,05 (α=5%) maka diindikasikan memiliki gejala multikolinearitas yang serius (Setyadharma, 2010). Hasil multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 yaitu: 19 TABEL 2 Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error Beta (Constant) .404 .250 Manajemen_Laba .161 .763 -1.757E-7 .000 Size Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF 1.616 .109 .021 .211 .833 .995 1.005 -.042 -.424 .673 .995 1.005 a. Dependent Variable: Biaya_Modal_Ekuitas Pada tabel 2, bisa kita lihat bahwa variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan memiliki nilai VIF yang sama yaitu 1.005 yang lebih kecil dari 10 sehingga, kedua variabel independen dalam penelitian ini dikatakan tidak memiliki Multikolinearitas. 3. Uji Heterokedastisitas TABEL 3 a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Manajemen_Laba Size Std. Error .824 .161 -.224 .490 -2.890E-7 .000 a. Dependent Variable: abresid 20 Coefficients Beta t Sig. 5.127 .000 -.045 -.457 .649 -.107 -1.085 .280 Berdasarkan hasil tabel 3 nilai pada variabel penjelas yaitu manajemen laba dan size tidak ada yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa model ini tidak memiliki masalah heterokedastisitas. 4. Uji Autokorelasi TABEL 4 b Model Summary Model R 1 R Square a .046 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .002 -.018 .87232801 Durbin-Watson 1.912 a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba b. Dependent Variable: Biaya_Modal_Ekuitas Hasil pada table 4 menampilkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,912 dengan nilai DL 2.37 dan DU nya 2.28 dapat disimpulkan bahwa model ini tidak ada autokorelasinya. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis ini untuk menjelaskan karakteristik sampel terutama mencakup nilai ratarata (mean), nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum, serta standar deviasi. Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi manajemen laba, biaya modal ekuitas dan ukuran perusahaan, maka akan dapat diketahui nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata (mean) dari setiap variabel. Hasil statistik deskriptif ditunjukkan pada tabel 2 berikut : 21 Tabel 5 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Manajemen_Laba 104 -.25819 .33690 .0203528 .11288959 Biaya_Modal_Ekuitas 104 -1.72642 4.70000 .3076128 .86472495 Size 104 2.0100300E5 9.6458500E5 5.687322115E5 2.0787978523E5 Valid N (listwise) 104 Nilai minimum variabel manajemen laba adalah -0.25819 yaitu pada PT. Tirta Mahakam Resource, Tbk. tahun 2008 dan nilai maksimumnya adalah 0.33690 yaitu pada PT. Siantar Top, Tbk. tahun 2009. Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba dilakukan dengan 3 pola, yaitu income increasing, income decreasing, dan income smoothing. Penaikan laba (income increasing) merupakan upaya perusahaan mengatur agar laba periode berjalan menjadi lebih tinggi daripada laba sesungguhnya. Sedangkan, income decreasing merupakan tindakan untuk menurunkan laba periode berjalan. Income smoothing merupakan upaya untuk mengatur laba perusahaan agar relatif stabil selama beberapa periode. Dilihat dari Rata-rata variabel manajemen laba adalah 0.0203528. hal ini menunjukkan bahwa emiten cenderung melakukan income increasing. PT. Siantar Top, Tbk adalah perusahaan yang melakukan manajemen laba tertinggi pada tahun 2009 dari seluruh perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Besarnya nilai minimum variabel biaya modal ekuitas adalah -1.72642 yaitu pada PT. Centex, Tbk. tahun 2008 dan nilai maksimumnya adalah 4.7 yaitu pada PT. Langgeng Makmur Industry, Tbk. tahun 2008. Rata-rata biaya modal ekuitas .0.3076128. hal ini menunjukkan bahwa tingkat menanggung kerugian atas investasi yang dilakukan oleh para investor masih kecil dimana rata-rata 22 biaya modal ekuitas masih bertanda positif yang artinya bahwa investor mendapat return positif. Nilai minimum variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 201.003 yaitu pada PT. Sekar Laut, Tbk. tahun 2008 dan nilai maksimumnya 964.585 yaitu oleh PT. Sat Nusapersada, Tbk pada tahun 2008. Rata-rata variabel ukuran perusahaan adalah 5.687322115E5. HASIL ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI TABEL 6 REGRESI SEDERHANA Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error (Constant) .305 .087 Manajemen_Laba .138 .758 Beta t .018 Sig. 3.521 .001 .182 .856 a. Dependent Variable: Biaya_Modal_Ekuitas Dari hasil table 6 diperoleh persamaan regresi pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas: Y = 0,305 + 0.138 X Interprestasinya sebagai berikut: Konstanta sebesar 0.305 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel manajemen laba, maka biaya modal ekuitas adalah: 0.305. Koefisien regresi sebesar 0.138 menyatakan bahwa setiap ada penambahan praktek manajemen laba akan meningkatkan biaya modal ekuitas sebesar 0.138 23 TABEL 7 REGRESI BERGANDA a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .404 .250 Manajemen_Laba .161 .763 -1.757E-7 .000 Size Coefficients Beta t Sig. 1.616 .109 .021 .211 .833 -.042 -.424 .673 a. Dependent Variable: Biaya_Modal_Ekuitas Dari hasil table 7 diperoleh persamaan regresi pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan: Y = 0.404 + 0.161 X1 -1.757E-7 X2 + e Interprestasinya: Konstanta sebesar 0.404 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel manajemen laba, dan size maka biaya modal ekuitas adalah: 0.404. Koefisien regresi sebesar 0.161 menyatakan bahwa setiap ada penambahan praktek manajemen laba akan meningkatkan biaya modal ekuitas sebesar 0.161. variabel lainnya diasumsikan tetap ( X2 = 0). Nilai -1.757E-7 merupakan koefisien regresi ukuran perusahaan yang menunjukkan bahwa dengan semakin berkurang total asset maka akan semakin berkurang biaya modal ekuitas sebesar -1.757. Berdasarkan hasil pada tabel 5 hasil regresi menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi nya (R Square) adalah 0.002 atau 0.2 % yang berarti Hal ini berarti bahwa manajemen laba, dan size mampu menjelaskan 0.2% variasi biaya modal ekuitas yang lain dijelaskan oleh faktor lain. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai 24 F test signifikan pada level 10.6%, artinya model regresi tidak cocok untuk digunakan sebagai model prediksi (lampiran 5). Dalam penelitian ini akan mengguji apakah terdapat pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dan apakah terdapat pengaruh size sebagai variabel kontrol terhadap biaya modal ekuitas. Hasil pengujian menunjukkan secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel manajemen laba dengan biaya modal ekuitas. hal ini dibandingkan dengan tingkat signifikansi (0.05 atau 5% ). Dimana berdasarkan hasil yang diperoleh p= 85.6% sehingga H1 yang diterima adalah Ho dan pengujian yang kedua akan size sebagai variabel kontrol terhadap biaya modal ekuitas memproleh hasil P= 89.9 % > 0.05 atau 5% yang berarti tidak terdapat pengaruh antara size sebagai variabel kontrol terhadap biaya modal ekuitas sehingga H2 yang diterima adalah Ho. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan sudah mengantisipasi dengan baik akan informasi yang terkait dengan laporan keuangan perusahaan dan juga mencerminkan bahwa kemungkinan ada faktor lain yang lebih mempengaruhi biaya modal ekuitas dan ada harapan yang ingin diwujudkan dengan dibangunkannya system pengawasan dan pengendalian sebagai bagian dari prinsip corporate governance. Apalagi secara empiris memang terbukti bahwa penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Alasannya prinsip good corporate governance yang diterapkan secara konsisten dapat menjadi penghambat dan mengurangi penyimpangan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan saat ini (Sulistyanto, 2008). Hasil penelitian ini akan manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol tidak sesuai dengan teori bahwa Perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah memperoleh return dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar memiliki pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return) perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan berskala kecil (Solechan, 2009). Karena hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang berarti tidak hanya berdasarkan ukuran tapi mungkin bisa 25 diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan (Growth) perusahaan yang bisa dilihat dari kenaikkan penjualan atau profit. Hal ini berarti investor sudah mengantisipasi dengan baik akan informasi akrual yang terkait dengan investasi. 26 PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini memperoleh hasil empirik bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas dan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Utami (2005) dan Kharisma (2006). regresi ini termasuk regresi yang tidak baik menunjukkan bahwa masih banyak faktor-faktor lain yang lebih dominan yang bisa dijadikan pertimbangan dalam biaya modal ekuitas. Oleh karena itu, perlu diadakannya penelitian lanjutan yang membahas tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat biaya modal ekuitas. Implikasi Terapan Bagi emiten tidak hanya dengan melakukan manajemen laba yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memperoleh biaya modal ekuitas. hal ini mencerminkan bahwa masih terdapat faktor lain yang ikut mempengaruhi biaya modal ekuitas. Dan bagi investor disarankan agar menanamkan modalnya pada perusahaan tidak hanya melihat dari ukuran perusahaan karena perusahaan yang besar belum tentu terus memiliki return yang besar, begitu juga dengan perusahaan yang kecil belum tentu terus memberikan return yang kecil. Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini belum memasukkan faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas seperti Asymmetry Information dan luas pengungkapan sukarela ( Komalasari, 2000; Gulo, 2000, serta Murni, 2004). 27 Agenda Penelitian Mendatang Untuk peneliti selanjutnya dapat menggabungkan sektor non-manufaktur dalam penelitian, Menambahkan variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhi biaya modal ekuitas mungkin seperti Disclosure level dan kepemilikan saham. 28 DAFTAR PUSTAKA Agustini, Y. 2011, ”Pengaruh Daya Informasi Akuntansi Pada Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Cost of Equity Capital”, Tesis Universitas Udayana (tidak dipublikasikan). Chancera, D.M, 2011, ”Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas”, Skripsi S1 tidak dipublikasikan UNDIP Fransiska, Y. 2007 ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta” Skripsi / S1 tidak dipublikasikan UII. Gulo, Y. 2000. ”Analisis Efek Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, April 2000. Kharisma, Y.M, 2006, ” Pengaruh Praktek Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas (studi pada perusahaan publik sektor manufaktur)”, Skripsi S1 tidak dipublikasikan Universitas Brawijaya. Komalasari, P.T, & Baridwan, Zaki. 2001. “Asimetri Informasi dan Cost of Equity Capital”, Skripsi S2 Universitas Gajah Mada. Copeland,R.M.1968. “Icome Smoothing, Journal of Accounting Research”, Empirical Reseacrh in Accounting, Selected studies 6 ( Supplement): 101-116 Leuz C, Nanda and P.D. Wysocki. 2003. “Earnings Management and Investor Protection: an International Comparation”, Journal of Financial Economics, Vol 69: 505527 Murni, S.A. 2004. “Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi Terhadap Cost of Equity Capital Pada Peusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7, No. 2. 29 Nelson,M.W., J.A Elliot,and R.L Tarpley. 2000. “Where do Companies Attempt Earnings Management, and When Do Auditors Prevent It?” http:// papers.ssrn.com. Novianty, I. “Pengaruh Asimetris Informasi terhadap Praktek Manajemen Laba dan Implikasinya terhadap Biaya Modal Ekuitas (studi pada kelompok perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Ekono Insentif Kopwil4, Volume 3 No. 1, Juli 2009, ISSN : 1907 – 0640, halaman 40 s.d 59 Ohlson, J.1995. “Earning, Book Value, and Devidens in Equity Valuation”, Contemporary Accounting Reseacrh, Vol 11, hal 661-687 Pikaso, Yuka Talenta. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan ke BAPEPAM (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ-45 Periode 2004-2008). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (tidak dipublikasikan). Rahmawati, 2008, ” Motivasi, Batasan, dan Peluang Manajemen Laba (studi empiris pada industri perbankkan yang terdaftar di Bursa efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia, Vol 23, No. 4, 385-403. Setiawati. L and Na’im. Ainum. 2000. “Manajemen Laba”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 15, No. 4, 424-441 Solechan, Achmad. “Pengaruh Manajemen Laba dan Earning terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Go Public di BEI Tahun 2003 - 2006)” Skripsi S-2 UNDIP (tidak dipublikasikan) Sudarmadji, A.M. and Sularto, L. “ Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikkan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan” Proceeding PESAT Auditorium Kampus Gunadharma, 21-22 agustus 2007, Vol 7, ISSN : 1858-2559 30 Sulistyanto, H. Sri, 2008. “Manajemen Laba”, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Stolowy, H., and G. Breton. 2000.” A framework for the Classification of Account Manipulations”, Working Paper, http://papers.ssrn.com Utami, W. 2005, “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (studi empiris pada perusahaan public sektor manufaktur)”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 9, No. 2, Hal 178-199 31