Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan

advertisement
PENDAHULUAN
Penelitian tentang manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas sudah
berulang kali dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya salah satunya Leuz et
al (2003) melakukan studi komparatif international tentang manajemen laba dan
proteksi investor dengan menggunakan 31 negara termasuk Indonesia sebagai
sampel dengan periode pengamatan tahun 1990 sampai 1999 yang bertujuan
untuk memberikan bukti empirik adanya perbedaan manajemen laba di berbagai
negara yang juga disebabkan oleh adanya perbedaan proteksi terhadap investor.
Dari nilai-nilai rata-rata skor manajemen laba dengan sampel 31 negara, Indonesia
menduduki peringkat menengah yaitu urutan ke 15 dan Amerika menduduki
peringkat terendah. Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
maka Indonesia merupakan peringkat tertinggi besar tingkat manajemen labanya.
Dechow et al. (1996) dalam Utami (2005) mengkaji mengenai dampak dari
tindakan manipulasi laba terhadap biaya modal ekuitas, kesimpulan
yang
diperoleh adalah biaya modal perusahaan yang terkena sangsi SEC (Securities
Exchange Commission) karena diduga melakukan manajemen laba lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan dengan sampel kontrol.
Penelitian yang dilakukan Utami (2005) mengenai kajian hubungan langsung
informasi akrual dengan biaya modal ekuitas yang memperoleh hasil bahwa
manajemen laba mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap biaya
modal ekuitas, artinya bahwa semakin tinggi biaya modal ekuitas. investor
menyadari bahwa praktek manajemen laba banyak dilakukan oleh emiten, maka ia
akan melakukan antisipasi resiko dengan cara menaikkan tingkat imbal hasil
saham yang dipersyaratkan.
Kemudian Kharisma (2006) juga melakukan penelitian pengaruh praktik
manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan hasil penelitian yang
berbeda dengan penelitian Utami (2005) dimana hasil menunjukkan bahwa
praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta mempunyai pengaruh negatif yang signifikan
terhadap biaya modal ekuitas. Sedangkan dalam penelitian Chancera (2011)
1
memberikan hasil yang sama dengan penelitian Utami (2005) dimana manajemen
laba berpengaruh positif secara signifikan terhadap biaya modal ekuitas.
Dari hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dikatakan bahwa pada saat ini
penerapan manajemen laba masih tetap dilakukan oleh manager dan kebanyakkan
investor seringkali menaruh perhatian pada informasi laba tanpa memperhatikan
sumber laba itu berasal sehingga menimbulkan peluang bagi para manajemen
untuk melakukan manipulasi data yang dapat mempengaruhi angka-angka pada
laporan keuangan. Dimana tindakan hal semacam ini biasanya disebut dengan
Manajemen laba yang merupakan campur tangan manajemen dalam proses
penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu
dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (Setiawati dan Na’im, 2000).
Sedangkan, Modigliani and Miller (1958) dalam Agustini (2011) menjelaskan
biaya modal ekuitas sebagai biaya yang akan dikeluarkan untuk membiayai
sumber pembelanjaan.
Peneliti ingin mengkaji ulang mengenai pengaruh manajemen laba terhadap
biaya modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pemilihan variabel manajemen
laba, biaya modal ekuitas, ukuran perusahaan pada penelitian ini karena banyak
penelitian yang memfokuskan pada ketiga variabel tersebut dan terdapat
perbedaan hasil pada beberapa peneliti seperti pada penelitian yang dilakukan
oleh Utami (2005), Kharisma (2006), dan Chancera (2011)
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kharisma (2006) dan
Utami (2005) mengenai pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas
pada perusahaan manufaktur. Alasan peneliti menggunakan perusahaan
manufaktur karena dari hasil peneliti sebleumnya yaitu Utami (2005) dan
Kharisma (2006) yang memberikan hasil empirik yang berbeda dimana pada
penelitian Utami mendapatkan hasil pengaruh signifikan positif sedangkan pada
penelitian Kharisma membuktikan pengaruh signifikan negatif, sehingga peneliti
tertarik untuk menguji kembali pada perusahaan manufaktur dengan beberapa
perbedaan yaitu dimana peneliti menambah periode pengamatan menjadi 3 (tiga)
tahun (2007-2009), dan Variabel ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur
2
menggunakan total asset bukan menggunakan nilai kapitalisasi pasar karena
pengukuran yang digunakan oleh Kharisma (2006) dengan menggunakan nilai
kapitalisasi pasar hasilnya menunjukkan memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Akan tetapi penelitian ini terdapat
kesamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu model yang akan digunakan sama
dalam mendeteksi manajemen laba dan biaya modal ekuitas. dimana proksi
manajemen laba menggunakan akrual modal kerja dengan penjualan sedangkan
untuk biaya modal ekuitas menggunakan model Ohlson (1995) dan objek
penelitian yang dilakukan sama pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan akuntansi terkait dengan biaya modal ekuitas, dan
berguna
bagi emiten yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
memperoleh biaya modal ekuitas. serta bagi investor dapat dijadikan sebagai gambaran
dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan penenaman modal.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 dan apakah
terdapat pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel kontrol pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.
3
TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
Manajemen Laba (Earning management)
Sulistyanto (2008) menjelaskan bahwa ada dua perspektif penting yang dapat
dipergunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh
seorang manajer yaitu:
1. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyatakan bahwa
manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan
harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan di masa datang.
2. Perspektif oportunitis merupakan pandangan bahwa manajemen laba
merupakan perilaku oportunitis manajer untuk mengelabui investor dan
memaksimalkan kesejahteraannya karena menguasai informasi lebih banyak
dibandingkan pihak lain.
Kedua perspektif ini mempunyai hubungan sebab akibat yang mendorong
terjadinya manajemen laba artinya manajemen laba sebenarnya upaya oportunis
seseorang
untuk
mempengaruhi
informasi
yang
disajikannya
dengan
memanfaatkan ketidaktahuan orang lain mengenai informasi yang sebenarnya.
Rahmawati (2008) manajemen laba merupakan intervensi manajemen (agent)
dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal sehingga menaikkan atau
menurunkan laba akuntansi untuk mendapatkan beberapa keuntungan privat
sedangkan menurut Copeland (1968:10) Manajemen laba sebagai “some ability to
increase or decrease reported net income at will” yang artinya adalah manajemen
laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau meminimumkan
laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan
salah satu faktor bagi para manejer mempermainkan laba dalam laporan keuangan
untuk kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan pihak-pihak pemakai
laporan keuangan yang hanya percaya pada angka-angka yang tertera dilaporan
keuangan.
4
Biaya Modal Ekuitas (Cost of equity Capital)
Biaya modal ekuitas dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian yang
diinginkan oleh penyandang dana untuk menanamkan dananya ke dalam
perusahaan (Novianty, 2009). Menurut Kharisma (2006) biaya modal merupakan
suatu konsep yang penting dalam analisis struktur modal karena biaya modal itu
sendiri timbul akibat adanya penggunaan sumber-sumber modal jangka panjang
dalam
struktur
modal
perusahaan.
Penggunaan
sumber-sumber
modal
memerlukan suatu kombinasi untuk menghasilkan biaya modal yang rendah dari
masing-masing sumber modal. Sedangkan Husnan (1997) dalam Kharisma
(2006), menambahkan bahwa biaya modal dalam bentuk modal sendiri
merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut
sebelum mereka menyerahkan dananya ke perusahaan.
Dari penjelasan diatas diperoleh biaya modal ekuitas merupakan suatu
tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor atas dana yang
dipergunakan oleh perusahaan dimasa akan datang.
Ukuran Perusahaan ( SIZE)
Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007), serta Solechan (2009), Pikaso
(2009) Ukuran perusahaan merupakan suatu ukuran besar kecilnya suatu
perusahaan. Dimana ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,
jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan total asset sebagai pengukuran ukuran
perusahaan.
Pengukuran Manajemen Laba
Menurut Sulistyanto (2008) secara umum ada tiga kelompok model empiris
manajemen laba yang diklasifikasikan atas dasar basis pengukuran yang
digunakan yaitu:
a. Model yang berbasis akrual agregat (agregat accrual)
Merupakan suatu model yang pengukurannya dengan menggunakan
Discretionary
accrual
sebagai
proksi
5
manajemen
laba.
Model
ini
dikembangkan oleh Healy (1985), De Angelo (1986), Jones (1991), Dechow,
Sloan, dan Sweeney (1995), serta Kang dan Suvaramakhrishna (1995).
b. Akrual khusus (Spesific Akrual)
Merupakan suatu pendekatan yang dengan menggunakan perhitungan akrual
sebagai proksi manajemen laba yang dengan item laporan keuangan tertentu
dari industri tertentu pula. Dikembangkan oleh McNichols dan Wilson (1988),
Petroni (1992), Beaver dan Engel (1996), Beneish (1997), serta Beaver dan
McNichols (1998)
c. Distribusi laba (Distribution of earnings)
Dikembangkan oleh Burgtahler dan Dichev (1997), Degeorge (1999), serta
Myers dan Skinner (1999)
Dari ketiga model diatas Sulistyanto (2008) menjelaskan bahwa model
aggregrate accrual yang diterima secara umum dengan menggunakan
discretionary accrual sebagai model yang memberikan hasil paling kuat dalam
mendeteksi manajemen laba dengan alasan model empiris ini sejalan dengan
akuntansi berbasis akrual (accrual basis of accounting) yang selama ini banyak
dipergunakan oleh dunia usaha. Model akuntansi ini merupakan pencatatan yang
membuat munculnya komponen akrual yang mudah untuk dipermainkan besar
kecilnya
Model ini dikembangkan oleh Healy (1985), De Angelo (1986), dan Jones
(1991). Selanjutnya Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995) mengembangkan model
Jones menjadi model Jones yang di modifikasi. Model-model ini menggunakan
total akrual dan model regresi untuk menghitung akrual yang diharapkan dan
akrual yang tidak diharapkan.
Model healy (1985) merupakan model yang relatif sederhana karena
menggunakan total akrual sebagai proksi manajemen laba. Padahal total akrual
merupakan penjumlahan discretionary accrual dan non discretionary accrual.
Discretionary accrual merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan
direkayasa sesuai dengan kebijakan manajerial, sementara nondiscretionary
accrual merupakan komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa
6
sesuai dengan kebijakan manajer perusahaan dimasukkan sebagai proksi
manajemen laba seolah menganggap manajer dapat mengatur dan merekayasa
semua
komponen akrual tanpa terkecuali.
Model De Angelo
(1986)
dikembangkan dengan menggunkan perubahan dalam total akrual sebagai proksi
manajemen laba. Model Jones menggunakan sisa regresi total akrual dari
perubahan penjualan dan property, plant, and equipment sebagai proksi
manajemen laba.
Proksi manajemen laba yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
model spesifikasi akrual yaitu: akrual modal kerja yang digunakan Utami (2005).
Menurut Peasnell et al. (2000) dalam Utami (2005) pemakaian akrual modal kerja
lebih tepat dengan penjualan. Alasan pemakaian penjualan sebagai deflator akrual
modal kerja karena manajemen laba banyak terjadi pada akun penjualan (Nelson
et al, 2000).
Pengukuran Biaya Modal Ekuitas
Menurut Botosan dan Plumlee (2000) dalam Kharisma (2006) pengukuran
biaya modal ekuitas dipengaruhi oleh model penilaian perusahaan yang
digunakan, yaitu:
1. Model penilaian pertumbuhan konstan ( Constant of Growth valuation
models)
Dasar pemikiran yang digunakan dalam model penilaian pertumbuhan
konstan ini adalah nilai saham sama dengan nilai tunai (present value) dari semua
deviden yang akan diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat
pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas. Penentuan biaya laba
ditahan dengan pendekatan ini mengacu pada penilaian saham biasa dengan
pertumbuhan konstan atau normal. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bahwa
tingkat pertumbuhan deviden konstan. Ini dalam kenyataannya mungkin tidak
selalu tepat.
7
2. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Berdasarkan model CAPM, biaya modal saham biasa adalah tingkat return
yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas resiko yang tidak dapat
didiversifikasi yang diukur dengan beta.
3. Model Ohlson
Model Ohlson digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan dengan
berdasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba
abnormal. Dalam mengestimasi biaya modal ekuitas Botosan (1997) dalam Utami
(2005) pada dasarnya memakai model Ohlson. Model ini akan digunakan dalam
proksi biaya modal ekuitas dimana berdasarkan penelitian Botosan (1997)
menghitung ekspektasi biaya modal ekuitas dengan menggunakan estimasi laba
per lembar saham untuk periode empat tahun ke depan (t=4) dan memakai data
forecast laba per saham yang dipublikasikan oleh Value Line. Di Indonesia
publikasi data forecast laba per saham tidak ada. Oleh karena itu, estimasi laba
per saham penelitian ini menggunakan
random walk model. Alasan untuk
menggunakan estimasi model random didasarkan pada hasil penelitian Rini
(2002) dalam Utami (2005) yang menyimpulkan bahwa model tersebut dapat
digunakan sebagai alternatif dalam mengukur prakiraan laba. Hal ini sejenis
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Qizam (2001) dalam Utami (2005)
yang menyimpulkan bahwa laba tahunan Indonesia mengikuti random walk.
Model random walk ini digunakan sebagai alternatif dalam mengukur prakiraan
laba.
Penelitian ini menggunakan model yang sama dengan penelitian sebelumnya
baik dalam proksi manajemen laba dengan akrual modal kerja dengan penjualan
maupun biaya modal ekuitas dengan model ohlson dengan alasan karena dalam
mengkaji kembali pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan
variabel kontrol ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI pada periode 2007-2009, peneliti ingin melihat apakah dengan menggunakan
model yang sama akan memperoleh hasil yang sama dengan peneliti sebelumnya.
8
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya modal ekuitas
Stolowy dan Breton (2000) melakukan studi pustaka tentang manipulasi akun
(account manipulation), yang mencakup manajemen laba, perataan laba, dan
Creative Accounting menjelaskan bahwa manipulasi akun dilakukan semata-mata
didasarkan pada keinginan manajemen untuk mempengaruhi persepsi investor
atas resiko perusahaan. Resiko tersebut dapat dipecah dalam dua komponen yaitu:
(1) resiko yang dihubungkan dengan variasi imbal hasil, yang diukur dengan laba
per lembar saham (Earnings per share), dan (2) resiko yang dihubungkan dengan
struktur keuangan perusahaan, yang diukur dengan debt equity ratio.
Beneish (2005) dalam Kharisma (2006) menambahkan bahwa mispricing
akrual meningkat dikarenakan investor “tertipu” oleh perilaku oportunistik dari
para manajer yang pada akhirnya menyebabkan investor tidak mengantisipasi
dengan benar akan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Dengan
demikian tujuan manajemen laba itu sendiri adalah untuk memperbaiki ukuran
kedua resiko tersebut. Maka, Semakin tinggi tingkat manajemen laba
menunjukkan semakin tinggi resiko imbal hasil saham dan konsekuensinya
investor akan menaikkan rate biaya modal ekuitas. Dari penjelasan diatas maka
hipotesis penelitian yang akan diuji adalah:
H01 = Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas
Ha1= Manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan Ukuran
Perusahaan Variabel Kontrol
Studi yang dilakukan oleh Botosan (1997) dalam Utami (2005) memberikan
hasil bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
biaya modal ekuitas. perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah
memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil dimana perusahaan
9
yang besar memiliki pertumbuhan yang relative lebih besar dibandingkan
perusahaan kecil sehingga tingkat pengembalian saham perusahaan besar lebih
besar dibandingkan tingkat pengembalian saham pada perusahaan kecil
(Solechan, 2009). Dari penjelasan Solechan dapat dikatakan bahwa ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas karena
biaya modal ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh
perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahan kan nilai perlembar saham
( Novianty, 2009). sehingga hipotesis penelitian yang akan diuji adalah:
Ho2 = manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas dengan
variabel kontrol ukuran perusahaan.
Ha2 = manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas dengan variabel
kontrol ukuran perusahaan
MODEL PENELITIAN
Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh manajemen laba terhadap biaya
modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model penelitian ini
digunakan sama dengan model Kharisma (2006) adalah sebagai berikut:
Manajemen laba
(earnings management)
Biaya Modal Ekuitas
(Cost of Equity Capital)
Variabel Kontrol:
Ukuran perusahaan
10
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria yang
digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah: Perusahaan memiliki data yang
lengkap baik dalam proksi manajemen laba, biaya modal, dan ukuran perusahaan
tahun 2007-2009 dan data yang memiliki outlier dihilangkan. Data outlier yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah data yang ekstrim terlalu tinggi atau
terlalu rendah diantara variabel satu dengan variabel lainnya. Terlalu tinggi disini
dalam manajemen laba seperti salah satu contoh perusahaan yang data outliernya
belum dihilangkan yaitu Siwani Makmur 20.92245 pada tahun 2009, dan terlalu
rendah seperti perusahaan Taisho Pharmaceutical Indonesia -5,58681 tahun 2008.
Begitu juga dengan biaya modal ekuitas salah satu contoh perusahaan yang
memiliki data terlalu rendah adalah perusahaan Jakarta Kyoei Steel Works 35,6353 tahun 2008 dan terlalu tinggi perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food
19,00367 tahun 2009 dan ukuran perusahaan yang hasil data nya terlalu tinggi
seperti salah satu perusahaan Astra Internasional 88.938.000 tahun 2009, terlalu
rendah perusahaan Myoh Technology 6.931 tahun 2009. Sehingga pada Tahun
2007 terdapat 88 perusahaan, Tahun 2008 terdapat 97 perusahaan, dan Tahun
2009 terdapat 116 perusahaan yang datanya outlier baik di variabel manajemen
laba, biaya modal ekuitas, maupun ukuran perusahaan (size). Dibawah ini terdapat
tabel pengambilan sampel sebagai berikut:
11
Tabel 1.
Pengambilan Sampel
No.
1.
Keterangan
Perusahaan
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode
2007-2009
2.
Jumlah
430
Perusahaan yang tidak memiliki data dalam proksi manajemen
laba, biaya modal ekuitas, dan ukuran perusahaan periode
25
2007-2009
3
Perusahaan yang memiliki data lengkap manajemen laba,
biaya modal ekuitas, ukuran perusahaan
405
4
Perusahaan yang memiliki data outlier
301
5
Jumlah Sampel yang Dipakai dalam Penelitian
104
Sumber : ICMD perpustakaan UKSW
Berdasarkan kriteria diatas, maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian
ini ada sebanyak 104 perusahaan ( Lampiran 1).
Metode Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
tahun 2007-2009. Data –data tersebut merupakan data skunder yang diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
12
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu: variabel independen
dan variabel dependen dan 1 variabel kontrol. Variabel independen disini adalah
manajemen laba, dimana variabel ini di pengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel
independen ini menggunakan model Utami (2005) yaitu: rasio akrual modal kerja
dengan penjualan
Manajemen laba (ML) = akrual modal kerja (t) / penjualan
periode (t)
Akrual modal kerja = ∆ AL - ∆ HL - ∆ kas
Keterangan:
∆AL = perubahan aktiva lancar pada periode t
∆HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
∆kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
Variabel dependen penelitian ini adalah biaya modal ekuitas. Biaya modal
ekuitas di proksi dengan menggunakan model Ohlson (1995) yang telah
dimodifikasi model Utami (2005). Rumus biaya modal ekuitas yang di
pergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
pt
= harga saham pada periode t
Bt
= nilai buku per lembar saham periode t
X t-1 = laba perlembar saham pada periode t + 1
r
= biaya modal ekuitas
13
Untuk mengestimasikan laba per lembar saham pada periode t + 1 digunakan
model Random walk, sebagai berikut:
E (xt+1) = xt + δ ..…………………………………………………. (2)
Keterangan :
E (xt-1) = Estimasi laba per lembar saham pada periode t + 1
Xt
= laba per lembar saham akrual pada periode t
δ
= Drift term yang merupakan rata-rata perubahan laba per lembar
saham selama 5 tahun
Tujuan estimasi laba satu tahun ke depan (t+1) digunakan data rata-rata
perubahan laba per lembar saham untuk lima tahun atau sejak go public jika
emiten belum genap lima tahun menjadi perusahaan public. Dengan demikian
estimasi biaya modal ekuitas pada persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi
sebagai berikut :
Pt = Bt + (1+r) [ xt+1 – r Bt] ..………………………………………..… (3)
xt+1 = laba per lembar saham periode t+1 yang diestimasi dengan random
walk seperti pada persamaan (2)
setelah disederhanakan secara matematik maka persamaan (3) menjadi:
(pt – Bt ) (1+r) = (xt+1 – r Bt)
r = (Bt + Xt-1 – Pt) / (Pt)
Variable Kontrol
Dari penelitian sebelumnya seperti Botosan (1997), Utami (2005), dan
Chancera (2011) ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap biaya modal
dimana ukuran perusahaan itu merupakan ukuran ketersediaan informasi.
Biasanya informasi perusahaan besar lebih mudah diperoleh dibandingkan
perusahaan yang lebih kecil. sehingga ukuran perusahaan dijadikan variabel
kontrol dalam penelitian ini dengan proksi yang digunakan adalah total asset.
14
Alasan peneliti menggunakan total asset karena asset mencerminkan kekayaan
perusahaan sehingga semakin banyak asset semakin banyak modal yang
ditanamkan oleh para investor (Sudarmadji dan Sularto, 2007)
Metode Analisis
Dalam penelitian ini regresi yang digunakan ada 2 yaitu regresi tunggal akan
pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dan regresi ganda
meneliti pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel kontrol
1. Analisis Regresi Tunggal
Metode analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajaemen laba
terhdap biaya modal ekuitas. Sehinga model yang digunakan adalah :
r = α0 + α1ML
keterangan:
r
= biaya modal ekuitas
ML = proksi manajemen laba
α
= konstanta dan 1,2,3 = koefisien regresi, e = error estimate
2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda ini bertujuan untuk melihat apakah ada variabel
independen lain bisa berpengaruh terhadap biaya modal. Variabel independen lain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran perusahaan sehingga model
yang digunakan adalah :
r = α0 + α1 ML + α2 Size + e
dalam hal ini,
Size = Total Asset
15
METODE ANALISIS DATA
Agar mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian,
maka diperlukan metode analisis data yang benar.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Salah satu syarat untuk bisa menggunakan regresi berganda adalah
terpenuhinya asumsi klasik yang untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak
bisa dan efisien (Best Linear Unbias Estimator / BLUE) dari satu persamaan
regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Least Squares) perlu dilakukan
pengujian untuk mengetahui model regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan
asumsi klasik. Dimana uji asumsi meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variable
independen dan dependen mempunyai distribusi normal atau tidak.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas. Dimana jika
terdapat korelasi akan menyebabkan problem multikolinearitas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen.
3. Uji Heterokedastisitas
Dalam uji heterokedastisitas ini, menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Dimana apabila residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan
apabila berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah model yang tidak terjadi heterokedastisitas.
16
4. Uji autokorelasi
Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara
data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data
sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dapat dikatakan koefisien
korelasi yang diperoleh kurang akurat. Identifikasi secara statistic ada
tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung nilai
Durbin-Watson (dw).
2. Analisis Statistika Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum data
penelitian, mengenai variabel-variabel penelitian yaitu manajemen laba, biaya
modal ekuitas dan ukuran perusahaan. Analisis ini untuk menjelaskan
karakteristik sampel terutama mencakup nilai rata-rata (mean), nilai ekstrim yaitu
nilai minimum dan nilai maksimum
3. Pengujian Hipotesis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda (multiple regression), yaitu: alat analisis untuk mengetahui pengaruh
variabel (ML) terhadap variabel dependen (r). dilakukan uji F, uji T dan koefisien
determinasi (R2)
a. Uji F ( Uji Signifikansi Simultan)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara
bersama-sama semua variabel independen yang dimasukan dalam
model regresi terhadap variabel dependen dalam Ghozali (2006)
b. Uji T ( Uji Signifikansi Parameter Individual)
Uji T bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel
dependen (Ghozali, 2006)
17
c. Koefisien Determinasi ( R2 )
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur persentase variasi
variabel dependen yang dijelaskan oleh semua variabel independen.
Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (0<R2<1).
18
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi
normal maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian untuk
membuktikan distribusi normal atau tidak normalnya model penelitian dapat
dicermati pada lampiran 2 dengan membandingkan α = 0.05 ( 5% ) dimana,

Nilai sig. < 0.05 , distribusi adalah Tidak Normal

Nilai sig. > 0.05, distribusi adalah Normal.
Berdasarkan lampiran 4 tabel uji normalitas memperoleh hasil manajemen
laba 0.122 atau 12.2%, biaya modal ekuitas 0.114 atau 11.4%, dan size 0.062 atau
6.2% lebih besar dari α maka bisa dikatakan ketiga variabel berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan 2 cara yaitu : dengan cara
melihat nilai VIF untuk masing-masing variabel, dimana jika variabel lebih besar dari 10
maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala Multikolinearitas dan sebaliknya jika
variabel kurang dari 10 maka diindikasikan model tersebut tidak memiliki gejala
Multikolinearitas. Dan cara kedua adalah melihat partial correlation dimana, dengan cara
melihat keeratan hubungan antara dua variabel penjelas atau yang lebih dikenal dengan
istilah korelasi. Untuk menentukan apakah hubungan dua variabel bebas memiliki
masalah multikolinearitas adalah melihat nilai signifikansi (2-tailed), jika nilainya lebih
kecil dari 0,05 (α=5%) maka diindikasikan memiliki gejala multikolinearitas yang serius
(Setyadharma, 2010). Hasil multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 yaitu:
19
TABEL 2
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
.404
.250
Manajemen_Laba
.161
.763
-1.757E-7
.000
Size
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
1.616
.109
.021
.211
.833
.995
1.005
-.042
-.424
.673
.995
1.005
a. Dependent Variable: Biaya_Modal_Ekuitas
Pada tabel 2, bisa kita lihat bahwa variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan
memiliki nilai VIF yang sama yaitu 1.005 yang lebih kecil dari 10 sehingga, kedua
variabel independen dalam penelitian ini dikatakan tidak memiliki Multikolinearitas.
3. Uji Heterokedastisitas
TABEL 3
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Manajemen_Laba
Size
Std. Error
.824
.161
-.224
.490
-2.890E-7
.000
a. Dependent Variable: abresid
20
Coefficients
Beta
t
Sig.
5.127
.000
-.045
-.457
.649
-.107
-1.085
.280
Berdasarkan hasil tabel 3 nilai pada variabel penjelas yaitu manajemen
laba dan size tidak ada yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa model ini
tidak memiliki masalah heterokedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
TABEL 4
b
Model Summary
Model
R
1
R Square
a
.046
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.002
-.018
.87232801
Durbin-Watson
1.912
a. Predictors: (Constant), Size, Manajemen_Laba
b. Dependent Variable: Biaya_Modal_Ekuitas
Hasil pada table 4 menampilkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,912
dengan nilai DL 2.37 dan DU nya 2.28 dapat disimpulkan bahwa model ini tidak
ada autokorelasinya.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang
menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Analisis ini untuk menjelaskan karakteristik sampel terutama mencakup nilai ratarata (mean), nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum, serta standar
deviasi. Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi manajemen laba, biaya
modal ekuitas dan ukuran perusahaan, maka akan dapat diketahui nilai minimum,
nilai maksimum, dan rata-rata (mean) dari setiap variabel. Hasil statistik deskriptif
ditunjukkan pada tabel 2 berikut :
21
Tabel 5
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Manajemen_Laba
104
-.25819
.33690
.0203528
.11288959
Biaya_Modal_Ekuitas
104
-1.72642
4.70000
.3076128
.86472495
Size
104
2.0100300E5
9.6458500E5
5.687322115E5
2.0787978523E5
Valid N (listwise)
104
Nilai minimum variabel manajemen laba adalah -0.25819 yaitu pada PT.
Tirta Mahakam Resource, Tbk. tahun 2008 dan nilai maksimumnya adalah
0.33690 yaitu pada PT. Siantar Top, Tbk. tahun 2009. Menurut Sulistyanto (2008)
manajemen laba dilakukan dengan 3 pola, yaitu income increasing, income
decreasing, dan
income smoothing. Penaikan laba (income increasing)
merupakan upaya perusahaan mengatur agar laba periode berjalan menjadi lebih
tinggi daripada laba sesungguhnya. Sedangkan, income decreasing merupakan
tindakan untuk menurunkan laba periode berjalan. Income smoothing merupakan
upaya untuk mengatur laba perusahaan agar relatif stabil selama beberapa periode.
Dilihat dari Rata-rata variabel manajemen laba adalah 0.0203528. hal ini
menunjukkan bahwa emiten cenderung melakukan income increasing.
PT.
Siantar Top, Tbk adalah perusahaan yang melakukan manajemen laba tertinggi
pada tahun 2009 dari seluruh perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian
ini.
Besarnya nilai minimum variabel biaya modal ekuitas adalah -1.72642
yaitu pada PT. Centex, Tbk. tahun 2008 dan nilai maksimumnya adalah 4.7 yaitu
pada PT. Langgeng Makmur Industry, Tbk. tahun 2008. Rata-rata biaya modal
ekuitas .0.3076128. hal ini menunjukkan bahwa tingkat menanggung kerugian
atas investasi yang dilakukan oleh para investor masih kecil dimana rata-rata
22
biaya modal ekuitas masih bertanda positif yang artinya bahwa investor mendapat
return positif.
Nilai minimum variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 201.003 yaitu
pada PT. Sekar Laut, Tbk. tahun 2008 dan nilai maksimumnya 964.585 yaitu oleh
PT. Sat Nusapersada, Tbk pada tahun 2008. Rata-rata variabel ukuran perusahaan
adalah 5.687322115E5.
HASIL ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI
TABEL 6
REGRESI SEDERHANA
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.305
.087
Manajemen_Laba
.138
.758
Beta
t
.018
Sig.
3.521
.001
.182
.856
a. Dependent Variable: Biaya_Modal_Ekuitas
Dari hasil table 6 diperoleh persamaan regresi pengaruh manajemen laba terhadap
biaya modal ekuitas:
Y = 0,305 + 0.138 X
Interprestasinya sebagai berikut:
Konstanta sebesar 0.305 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel
manajemen laba, maka biaya modal ekuitas adalah: 0.305. Koefisien regresi
sebesar 0.138 menyatakan bahwa setiap ada penambahan praktek manajemen laba
akan meningkatkan biaya modal ekuitas sebesar 0.138
23
TABEL 7
REGRESI BERGANDA
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.404
.250
Manajemen_Laba
.161
.763
-1.757E-7
.000
Size
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.616
.109
.021
.211
.833
-.042
-.424
.673
a. Dependent Variable: Biaya_Modal_Ekuitas
Dari hasil table 7 diperoleh persamaan regresi pengaruh manajemen laba terhadap
biaya modal ekuitas dengan variabel kontrol ukuran perusahaan:
Y = 0.404 + 0.161 X1 -1.757E-7 X2 + e
Interprestasinya:
Konstanta sebesar 0.404 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel
manajemen laba, dan size maka biaya modal ekuitas adalah: 0.404. Koefisien
regresi sebesar 0.161 menyatakan bahwa setiap ada penambahan praktek
manajemen laba akan meningkatkan biaya modal ekuitas sebesar 0.161. variabel
lainnya diasumsikan tetap ( X2 = 0). Nilai -1.757E-7 merupakan koefisien regresi
ukuran perusahaan yang menunjukkan bahwa dengan semakin berkurang total
asset maka akan semakin berkurang biaya modal ekuitas sebesar -1.757.
Berdasarkan hasil pada tabel 5 hasil regresi menjelaskan bahwa nilai koefisien
determinasi nya (R Square) adalah 0.002 atau 0.2 % yang berarti Hal ini berarti
bahwa manajemen laba, dan size mampu menjelaskan 0.2% variasi biaya modal
ekuitas yang lain dijelaskan oleh faktor lain. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai
24
F test signifikan pada level 10.6%, artinya model regresi tidak cocok untuk
digunakan sebagai model prediksi (lampiran 5).
Dalam penelitian ini akan mengguji apakah terdapat pengaruh manajemen
laba terhadap biaya modal ekuitas dan apakah terdapat pengaruh size sebagai
variabel kontrol terhadap biaya modal ekuitas. Hasil pengujian menunjukkan
secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel manajemen laba
dengan biaya modal ekuitas. hal ini dibandingkan dengan tingkat signifikansi
(0.05 atau 5% ). Dimana berdasarkan hasil yang diperoleh p= 85.6% sehingga H1
yang diterima adalah Ho dan pengujian yang kedua akan size sebagai variabel
kontrol terhadap biaya modal ekuitas memproleh hasil P= 89.9 % > 0.05 atau 5%
yang berarti tidak terdapat pengaruh antara size sebagai variabel kontrol terhadap
biaya modal ekuitas sehingga H2 yang diterima adalah Ho.
Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan sudah
mengantisipasi dengan baik akan informasi yang terkait dengan laporan keuangan
perusahaan dan juga mencerminkan bahwa kemungkinan ada faktor lain yang
lebih mempengaruhi biaya modal ekuitas dan ada harapan yang ingin diwujudkan
dengan dibangunkannya system pengawasan dan pengendalian sebagai bagian
dari prinsip corporate governance. Apalagi secara empiris memang terbukti
bahwa penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan. Alasannya prinsip good corporate
governance yang diterapkan secara konsisten dapat menjadi penghambat dan
mengurangi penyimpangan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan saat ini (Sulistyanto, 2008). Hasil
penelitian ini akan manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel kontrol tidak sesuai dengan teori bahwa Perusahaan
yang berskala besar akan lebih mudah memperoleh return dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar memiliki pertumbuhan yang lebih
besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return)
perusahaan besar lebih besar dibandingkan
return saham pada perusahaan
berskala kecil (Solechan, 2009). Karena hasil penelitian menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang berarti tidak hanya berdasarkan ukuran tapi mungkin bisa
25
diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan (Growth) perusahaan yang bisa dilihat
dari kenaikkan penjualan atau profit. Hal ini berarti investor sudah mengantisipasi
dengan baik akan informasi akrual yang terkait dengan investasi.
26
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini memperoleh hasil empirik bahwa manajemen laba tidak
berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas dan manajemen laba tidak berpengaruh
terhadap biaya modal ekuitas dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Utami (2005) dan Kharisma
(2006). regresi ini termasuk regresi yang tidak baik menunjukkan bahwa masih
banyak faktor-faktor lain yang lebih dominan yang bisa dijadikan pertimbangan
dalam biaya modal ekuitas. Oleh karena itu, perlu diadakannya penelitian lanjutan
yang membahas tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat
biaya modal ekuitas.
Implikasi Terapan
Bagi emiten tidak hanya dengan melakukan manajemen laba yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memperoleh biaya modal ekuitas.
hal ini mencerminkan bahwa masih terdapat faktor lain yang ikut mempengaruhi
biaya modal ekuitas. Dan bagi investor disarankan agar menanamkan modalnya
pada perusahaan tidak hanya melihat dari ukuran perusahaan karena perusahaan
yang besar belum tentu terus memiliki return yang besar, begitu juga dengan
perusahaan yang kecil belum tentu terus memberikan return yang kecil.
Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini belum memasukkan
faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas seperti
Asymmetry Information dan luas pengungkapan sukarela ( Komalasari, 2000;
Gulo, 2000, serta Murni, 2004).
27
Agenda Penelitian Mendatang
Untuk peneliti selanjutnya dapat menggabungkan sektor non-manufaktur
dalam
penelitian,
Menambahkan
variabel-variabel
lain
yang
diduga
mempengaruhi biaya modal ekuitas mungkin seperti Disclosure level dan
kepemilikan saham.
28
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Y. 2011, ”Pengaruh Daya Informasi Akuntansi Pada Hubungan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Cost of Equity
Capital”, Tesis Universitas Udayana (tidak dipublikasikan).
Chancera, D.M, 2011, ”Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal
Ekuitas”, Skripsi S1 tidak dipublikasikan UNDIP
Fransiska, Y. 2007 ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen
Laba Pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta”
Skripsi / S1 tidak dipublikasikan UII.
Gulo, Y. 2000. ”Analisis Efek Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan
Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan”, Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, April 2000.
Kharisma, Y.M, 2006, ” Pengaruh Praktek Manajemen Laba terhadap Biaya
Modal Ekuitas (studi pada perusahaan publik sektor manufaktur)”, Skripsi
S1 tidak dipublikasikan Universitas Brawijaya.
Komalasari, P.T, & Baridwan, Zaki. 2001. “Asimetri Informasi dan Cost of Equity
Capital”, Skripsi S2 Universitas Gajah Mada.
Copeland,R.M.1968. “Icome Smoothing, Journal of Accounting Research”,
Empirical Reseacrh in Accounting, Selected studies 6 ( Supplement):
101-116
Leuz C, Nanda and P.D. Wysocki. 2003. “Earnings Management and Investor
Protection: an
International
Comparation”,
Journal of Financial
Economics, Vol 69: 505527
Murni, S.A. 2004. “Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri
Informasi Terhadap Cost of Equity Capital Pada Peusahaan Publik di
Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7, No. 2.
29
Nelson,M.W., J.A Elliot,and R.L Tarpley. 2000. “Where do Companies Attempt
Earnings Management, and When Do Auditors Prevent It?”
http://
papers.ssrn.com.
Novianty, I. “Pengaruh Asimetris Informasi terhadap Praktek Manajemen Laba
dan Implikasinya terhadap Biaya Modal Ekuitas (studi pada kelompok
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Ekono Insentif
Kopwil4, Volume 3 No. 1, Juli 2009, ISSN : 1907 – 0640, halaman 40 s.d
59
Ohlson, J.1995. “Earning, Book Value, and Devidens in Equity Valuation”,
Contemporary Accounting Reseacrh, Vol 11, hal 661-687
Pikaso, Yuka Talenta. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan ke BAPEPAM (Studi
Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ-45
Periode 2004-2008). Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas
Airlangga (tidak dipublikasikan).
Rahmawati, 2008, ” Motivasi, Batasan, dan Peluang Manajemen Laba (studi
empiris pada industri perbankkan yang terdaftar di Bursa efek Jakarta”,
Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia, Vol 23, No. 4, 385-403.
Setiawati. L and Na’im. Ainum. 2000. “Manajemen Laba”, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, Vol 15, No. 4, 424-441
Solechan, Achmad. “Pengaruh Manajemen Laba dan Earning terhadap Return
Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Go Public di BEI Tahun
2003 - 2006)” Skripsi S-2 UNDIP (tidak dipublikasikan)
Sudarmadji, A.M. and Sularto, L. “ Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage, dan Tipe Kepemilikkan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary
Disclosure Laporan Keuangan Tahunan” Proceeding PESAT Auditorium
Kampus Gunadharma, 21-22 agustus 2007, Vol 7, ISSN : 1858-2559
30
Sulistyanto, H. Sri, 2008. “Manajemen Laba”, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta
Stolowy, H., and G. Breton. 2000.” A framework for the Classification of
Account Manipulations”, Working Paper, http://papers.ssrn.com
Utami, W. 2005, “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas
(studi empiris pada perusahaan public sektor manufaktur)”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol 9, No. 2, Hal 178-199
31
Download