BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kualitas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Kualitas bernyanyi sangat penting bagi HKBP karena HKBP dikenal juga
sebagai ‘The singing Church’ (gereja yang bernyanyi).
Jati diri itu harus
dipertahankan dan membina semua angota jemaat bernyanyi dengan baik dan
benar. Demikian satu kutipan bacaan kotbah pimpinan (Ephorus) dalam buku
Almanak HKBP Tahun 2011. 1
Pernyataan di atas menunjukkan betapa nyanyian sangat diperhatikan di
gereja HKBP. Dalam pengamatan penulis, kebaktian yang dilakukan di Gereja
saat ini, baik di gereja HKBP 2 maupun di gereja lain; unsur
yang tidak
terpisahkan dari kebaktian adalah musik, baik instrument maupun vokal. Musik
vokal yang dimaksud disini adalah nyanyian jemaat dan koor yang dibawakan
oleh kelompok koor atau kelompok paduan suara.
1
Almanak HKBP Tahun 2011, Percetakan HKBP, (Pematang Siantar 2011) hal 36
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah Gereja Protestan terbesar di kalangan
masyarakat Batak, bahkan juga di antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia. Gereja ini
tumbuh dari misi RMG (Rheinische Missions-Gesselschaft) dari Jerman dan resmi berdiri pada 7
Oktober 1861. Saat ini, HKBP memiliki jemaat sekitar 4.5 juta anggota di seluruh Indonesia.
HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los
Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Colorado. Meski memakai nama Batak, HKBP
juga terbuka bagi suku bangsa lainnya. Sejak pertama kali berdiri, HKBP berkantor pusat di
Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang berjarak sekitar 2 km dari Tarutung, ibu
kota kabupaten tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju
kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Kompleks perkantoran HKBP, pusat
administrasi organisasi HKBP, berada dalam area lebih kurang 20 hektar. Di kompleks ini juga
Ephorus (=uskup) sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor.HKBP adalah anggota Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan anggota Dewan
Gereja-gereja se-Dunia (DGD). Sebagai gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga
menjadi anggota dari Federasi Lutheran se-Dunia (Lutheran World Federation) yang berpusat di
Jenewa, Swiss.Pemerintah Indonesia mengakui HKBP melalui Beslit No. 48 tanggal 11 Juni 1931,
yang tercantum dalam Staatblad Tahun 1932 No. 360 dan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Bimas Kristen Protestan Departemen Agama No. 33 tahun 1988 tanggal 6 Pebruari 1988.
2
Universitas Sumatera Utara
Istilah koor atau paduan suara 3 merujuk kepada suatu kelompok penyanyi
yang bernyanyi secara bersama-sama. Dari pengertian ini, seluruh jemaat yang
bernyanyi pun dapat dikelompokkan sebagai suatu paduan suara. Akan tetapi
didalam perkembangan seni suara di Indonesia, istilah paduan suara telah
digunakan secara khusus untuk menyebutkan suatu kelompok penyanyi yang
bernyanyi dalam dua jenis suara (sopran dan alto) atau lebih (sopran, alto, tenor
dan bas).
Disamping itu pada masa penjajahan dahulu,
istilah “koor” juga
digunakan di dalam partitur nyanyian gereja untuk menandai bagian nyanyian
yang harus dinyanyikan secara bersama-sama oleh seluruh jemaat atau yang harus
diulangi oleh para penyanyi; jadi sama seperti fungsi refrein dalam partitur
nyanyian sekarang ini 4.
Dari segi sejarah, paduan suara unisono merupakan tipe perpaduan suara
tertua karena pada masa-masa awal perkembangannya, kelompok biduan
bernyanyi hanya dengan satu suara (belum dikenal kategori suara SATB). Inilah
paduan suara yang dikenal di dalam Alkitab, misalnya paduan suara imam-imam
di Bait Allah atau paduan suara sejenis sesuai gender juga sudah dikenal sejak
zaman Alkitab 5.
3
Binsar Sitompul, salah seorang ahli musik Indonesia, memberikan batasan bagi istilah
paduan suara sebagai suatu himpunan sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis
suaranya (1986:3), jenis suara yang dimaksudkan di sini adalah jenis suara yang dikenal dan
diklasifikasikan dalam ilmu seni suara, yakni sopran/ mezzo-sopran (jenis suara anak-anak atau
jenis suara tinggi dari kaum perempuan) dan alto (jenis suara yang rendah/ berat dari kaum
perempuan), tenor (jenis suara yang tinggi dari kaum lelaki) dan bas/ bariton (jenis suara yang
rendah/ berat dari laki-laki).
4
Ibid.
5
Ibid, hal., 5.
Universitas Sumatera Utara
Di HKBP istilah koor mengacu pada 4 pengertian yaitu koor sebagai
kelompok Paduan suara gereja, koor sebagai partitur (kertas notasi dan teks lagu )
lagu, koor sebagai judul dari lagu dan koor sebagai musik vokal.
Untuk
keterangan selengkapnya akan ditulis pada sub bagian defenisi koor dalam bab
ini.
Ibadah Kebaktian Minggu HKBP telah ditetapkan dalam Aturan dan
Peraturan HKBP dengan salah satu unsurnya adalah nyanyian, baik nyayian dari
buku Ende HKBP atau nyayian yang diakui oleh HKBP serta nyanyian-nyanyian
yang sesuai dengan Konfessi HKBP.
Penulis sebagai seorang jemaat HKBP semenjak anak-anak (masa sekolah
minggu) sampai dewasa dan yang saat ini menjadi Pendeta di HKBP melihat
bagaimana koor selalu ada dalam ibadah, pada setiap ibadah Minggu ditampilkan
nyanyian-nyanyian jemaat dan nyanyian-nyanyian koor yang dinyanyikan oleh
kelompok-kelompok Paduan Suara.
Sudah ratusan bahkan ribuan lagu-lagu koor yang sudah dinyanyikan di
gereja-gereja HKBP, namun sejauh pengamatan penulis hingga penelitian ini
dilakukan, gereja HKBP belum pernah mengeluarkan sebuah panduan atau
peraturan tentang koor yang bagaimana yang diinginkan atau yang diterima di
gereja HKBP.
Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan dalam benak penulis; siapa
yang pertama memunculkan koor ini, kapan jemaat HKBP mulai mengenal koor,
siapa pengarangnya, apa yang melatarbelakangi lagu koor itu diciptakan, siapa
yang menyuruh pengarang menciptakan lagu itu, kenapa koor harus ada dalam
ibadah, apa peran dan fungsi koor dalam ibadah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut asumsi penulis karya-karya ciptaan koor ini muncul sebagai hasil
refleksi sipengarang dan umat dalam pergumulannya dengan masalah-masalah
hidup disekitarnya. Kemungkinan Koor pada awalnya sudah dipengaruhi oleh
kedatangan gereja barat bersama teologinya. Pada perkembangan selanjutnya
telah diciptakan karya-karya koor oleh banyak komponis dengan berbagai latar
belakang.
Penulis melihat pertanyaan-pertanyaan dan asumsi diatas dapat menjadi
salah satu bahan penelitian ilmiah. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis
memilih judul : “KOOR DI GEREJA HURIA KRISTEN BATAK
PROTESTAN (HKBP): ANALISIS SEJARAH, FUNGSI DAN STRUKTUR
MUSIK.
1.1.4.
POKOK MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi titik
perhatian penelitian bagi penulis adalah Analisis Sejarah, Fungsi Dan Struktur
Musik Koor Dalam Ibadah Di HKBP.
1.1.5. Pertanyaan Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini perlu dilakukan pembatasan masalah.
Masalah dalam penelitian ini dibuat dengan jelas untuk mempermudah penulisan
dalam menyelesaikan masalah.
Untuk menghindari pembahasan yang mengambang ataupun menyimpang
dan juga dengan keterbatasan waktu dan dana, maka penulis hanya membahas
Analisis Sejarah, Fungsi Dan Struktur Musik Koor Dalam Ibadah Di HKBP.
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi pokok masalah yang diteliti adalah:
1.
Bagaimanakah perkembangan koor di HKBP?
2.
Bagaimanakah fungsi koor dalam ibadah di HKBP?
3.
Apakah latar belakang penciptaan koor yang disajikan dalam ibadah di
HKBP?
4.
Bagaimanakah struktur musik dan syair dari koor di HKBP?
1.1.6. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah
1. Menganalisis sejarah koor digereja HKBP :
2. Menganalisis sumber-sumber dan perkembangan koor digereja HKBP
3. Menganalisis fungsi koor dalam ibadah minggu di HKBP
4. Menganalisis syair koor yang disajikan dalam ibadah HKBP
5. Menganalisis struktur musik dari koor-koor yang akan dianalisis.
1.2.
Manfaat penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
menjadi kontribusi bagi para pembaca dan khususnya warga jemaat terutama di
dalam menyanyikan lagu pujian berupa koor.
Adapun manfaat penulisan ini adalah :
1)
Memberikan kontribusi yang bersifat positif tentang Musik Gereja
khususnya musik vokal.
2)
Memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang koor di gereja HKBP.
Universitas Sumatera Utara
3)
Memberikan masukan bagi peneliti berikutnya dalam hal menganalisis lagu
yang lebih relevan di kemudian hari.
4)
Untuk memperoleh Magister Seni di Program Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara.
1.3. TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan
studi kepustakaan, yaitu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan
objek penelitian ini.
Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan dasar – dasar
teori dan menelaah literatur-literatur tersebut dengan penelitian dalam lingkup
pengkajian dan penciptaan seni secara umum dan pembahasan koor secara
khusus. Tujuan yang kedua adalah untuk menghindari penelitian yang tumpang
tindih.
Sepanjang pengetahuan penulis, dari hasil penelitian pustaka yang
dilakukan menunjukan bahwa hingga saat ini belum ada kajian yang mendalam
mengenai
koor di gereja HKBP, terlebih yang menguraikan tentang analisis
struktur musik dan syair.
Untuk mendukung pengetahuan dan pemahaman penulis dalam membahas
permasalahan yang ada, maka penulis mempergunakan beberapa buku acuan.
Buku-buku acuan tersebut antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. James G. Salct and Percy M. Young. “Chorus”, The New Grove dictionary of
Musik and Musicians, Vol. 4 6. Kamus ini amat membantu penulis terutama
untuk menguraikan tentang asal usul paduan suara, perkembangan paduan
suara mulai dari zaman kuno, Abad Pertengahan, Renaisans, Barok hingga
perkembangan paduan suara pada Abad ke Dua Puluh, yang akan di bahas
pada Bab II.
2. Buku Ilmu Bentuk Musik 7 karya Prier pada bagian pertama diterangkan
tentang kalimat, motif dan bentuk lagu, serta pada bagian lain ditunjukan
bentuk siklus
yang didalamya mengulas tentang resitatif dan bentuk siklus
lain untuk keperluan ibadah. Tulisan ini sangat berguna untuk melihat cara
menganalisa lagu.
3. Buku Ilmu Melodi karya Dieter Mack pada bagian pertama disampaikan
tentang Choral Gregorien dan beberapa contoh gaya melodi dari zaman ke
zaman yang di analisa untuk mencipatakan bagaimana membuat melodi yang
baik. Tulisan ini sangat membantu untuk melihat cara menganalisa melodi
dalam koor yang menyebabkan kesan ‘rasa’, sedangkan ritme meliputi
berbagai kesan fungsional (tanda-tanda, suasana ritual, iringan musik) sampai
dengan ide-ide siklus ’ritme kehidupan’.
4. Buku Folk Song Style and Culture 8 karya Alan Lomax . Buku ini berisi hasil
analisis ilmiah tentang style dan budaya lagu-lagu rakyat.
6
James G, Salct and Percy M. Young, “Chorus”,The New Grove dictionary of Musik
and Musicians,Vol. 4, Macmillan Publisher Ltd, (London : Macmillan Publisher Ltd, 1980)
7
Mack Dieter, Ilmu Melodi, Pusat Musik Liturgi, (Yogyakarta:1995), hal., 37.
8
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
5. Music Theory 9 karya George Thaddeus Jonas menjelaskan tentang teori-teori
musik, kosep umum tentang musik dan terminology musik.
6. The Organ and Choir in Protestant Worship 10 (1968) karya Edwin Liemohn,
berisi tentang Hasil Riset beberapa musisisi dari beberapa gereja tentang
perkembangan koor.
7. Choral Music : Technique and Artistry karya Charles W. Heffernan. Buku ini
berisi tentang partitur koor yang harus memperhatikan vocal, teknik koor dan
seni koor.
8. Leon Stein, Structur and Style : The Study and Analysis of Musical Form
(Summy-Birchard Musik, 1979). Buku ini berisi mengenai pengetahuan dan
analisis bentuk musik yang membantu penulis dalam menganalisis lagu.
9. Benjamin Cutter, Harmonic Analisis 11. Secara umum, pembahasan dari buku
ini berkisar pada analisis akord dan analisis non-harmonic tones yang ada
dalam musik.
10. Robert W.Ottman, Elementary Harmony, Theory and Practice 12 ( New Jersey,
Englewood Cliffs : prentice-Hall,Inc.1962).
Buku ini berisi mengenai
pelajaran harmoni, teori dan latihan yang membantu penulis dalam
menganalisis harmoni lagu.
11. Gustav Strube, The Theory and Use of Chords A Text Book of Harmony
(Philadelphia : Over Ditson, 1928). Buku ini membahas tentang harmoni serta
9
Toronto: George Thaddeus Jonas, Music Theory, Fitzhenry & Whiteside Limited,
(1974).
10
Edwin Liemohn, The Organ and Choir in Protestant Worship,Fortress Press,
(Philadephia:1968)
11
Benjamin Cutter, Harmonic Analisis, Oliver Ditson company, Pennsylvania.
12
Robert W.Ottman, 1962, Elementary Harmony, Theory and Practice, Englewood
Cliffs : prentice-Hall,Inc., (New Jersey:1962)
Universitas Sumatera Utara
latihan-latihan yang juga mendukung penulis dalam memahami akor-akor dan
pembalikannya serta kadens.
1.4. LANDASAN KONSEP DAN TEORI
Dalam sub bab ini akan dipaparkan landasan konsep dan teori yang yang
berlaku umum yang dijadikan acuan ataupun kerangka kerja dalam membahas
seluruh masalah dalam Thesis ini.
1.4.1. Konsep Dan Teori Musik
Pendapat mengenai musik tentunya sangat banyak dan pada umumnya di
sesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan yang ingin dicapai.
Tidak ada satu
konsep musikpun yang bisa dijadikan sebagai definisi untuk bisa mewakili
seluruh keberadaan musik secara representatif.
Berikut di kemukakan satu rumusan yang dipilih khusus dalam rangka
tujuan penelitian ini. Menurut konsep tersebut musik adalah bunyi, sebagai hasil
interaksi getaran dari waktu yang keluar dari satu atau lebih sumber bunyi untuk
mengungkapkan ide. Di dalam bunyi sudah terkandung jenis atau warna bunyi
(timbre) dan waktu (durasi) yaitu interaksi dari nilai waktu yang terkandung oleh
bunyi maupun bukan bunyi, yang sering di sebut ritme.
Bunyi bisa dari berbagai organ atau instrumen, waktu tidak dibahas dalam
bentuk yang terpola saja. Menurut Dieter Mack 13 suatu bunyi di katakan musik
tergantung pada pendekatan kata yang pasti bahwa bunyi datang dari dalam
13
Mack Dieter, Ilmu Melodi, Pusat Musik Liturgi, (Yogyakarta:1995), hal., 45.
Universitas Sumatera Utara
maupun dari luar diri kelompok.
Ide bisa berbentuk ide progmatik
(programunatic musik) atau ide absolut (absolute musik). Ide absolute biasanya
muncul pada saat seorang komponis berkarya.
Ide tersebut datang karena
terinspirasi atau terangsang oleh interaksi bunyi yang dibuat.
Dapat dikatakan musik absolut adalah musik yang semata-mata
merupakan keindahan dari elemen-elemen musikal yang ada, ide tersebut
terstimulasi pada komponis untuk meramu bunyi. Ide progmatik datang dari satu
inspirasi diluar bunyi, sehingga bunyi tersebut dapat menggambarkan atau
menceritakan
tentang
ide
tersebut
sebagai
contoh
seorang
komponis
menggambarkan kicau burung, gemericik air, suara angin, biasanya komponis
mendiskripsikan dulu isi cerita karyanya.
Dalam proses penciptaan musik pada komunitas rubiah kontemplatif
Gdono ada kemungkinan ide progmatik menjadi inspirasi musik mereka
keberadaan ide akan membantu melihat bentuk fisik atau bentuk luar dari musik
(form of music) dapat dilihat dalam wujud partitur.
Serta sangat mungkin
menentukan kesatuan bentuk psikis atau ekspresi jiwa dari musik tersebut (form in
music) yang di tangkap oleh pendengaran.
Kualitas dari karakter bunyi musikal sangat di pengaruhi dan di tentukan
oleh cara penggunaan, pemanfaatan serta pengolahan elemen-elemen musik.
Berikut di paparkan elemen-elemen yang ada dalam bunyi musikal yang di buat
beberapa musikologi seperti : Broekma dalam buku the music listener dalam
Dieter 14 Ferris dalam bukunya Music The Art Listening dalam Dieter 15, serta
14
15
Ibid. hal., 22.
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Joseph Kerman dalam Dieter 16 dalam bukunya Listen. Adapun elemen –elemen
musikal yang di gunakan sebagai patokan yang akan di teliti sebagai berikut : (1)
organ yang di maksud, organ adalah alat atau instrumen ataupun media yang di
gunakan sebagai sumber bunyi. Organ dalam musik tidak terbatas pada organ
yang sudah lazim dikenal akan tetapi menyangkut apa saja yang di gunakan dalam
rangka mengeluarkan bunyi.
(2) Melodi yang di maksud dengan melodi adalah rangkaian nada atau
bunyi yang membentuk satu kesan ide yang di pengaruhi faktor budaya. Melodi
bisa juga di sebut sebagai satu struktur kalimat musik, termasuk dalam penelitian
ini adalah gerkan-gerakan nada dan juga struktur nada.
(3) Modus yang dimaksud dengan modus adalah susunan nada, yang
dalam bentuknya terlihat sebagai satu formula nada yang tentu saja akan berakibat
bagi system harmoni maupun atmosfir bunyi secara keseluruhan.
(4) Interval yang dimaksud dengan interval adalah jarak antara bunyi satu
dengan bunyi yang lain, baik interval bunyi vertikal maupun horizontal.
Termasuk dalam kajian elemen ini adalah interval antar bunyi nama-nama
interval.
(5) Harmoni yang dimaksud dengan harmoni adalah keselarasan yang di
timbulkan akibat interksi bunyi dan bukan bunyi. Termasuk obyek penelitian dari
elemen ini antara lain sistm ekor modulasi, kadens, serta system keselamatan
secara umum yang sesuai dengan pandangan pemilik musik tersebut.
(6) Ritme yang di maksud dengan ritme adalah interaksi nilai waktu
(interaksi) dari setiap bunyi termasuk dalam hal ini durasi antara bunyi dengan
16
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
saat diam. Termasuk dalam kajian elemen ini antara lain ritme tetap, notasi ritmik,
hubungan ritme dengan tempo, aksen menyangkut nilai waktu.
(7) Tempo, yang di maksud tempo adalah kesempatan gerak pulsa.
Tempo juga berarti kecepatan oleh lamanya satu musik berlangsung. Hal yang
diteliti dalam elemen ini antara lain berbagai jenis tempo dan perubahanperubahan tempo.
(8) Dinamika yang di maksud dengan dinamika demikian pada hakekatnya
adalah segala hal yang dibuat untuk
memberi jiwa pada suatu bunyi yang
termasuk dalam objek penelitian elemen ini antara lain hal yang menyangkut
volume lemah lembutnya bunyi, dinamika register warna suara,dinamika
instrumen, aksentuasi, dinamika dalam konteks tertentu, serta ekspresi-ekspresi
lain yang dengan jelas memberi karakter dalam satu bunyi. (9) Aksentuasi yang
dimaksud dengan aksentuasi adalah penekanan yang dalam hal ini bisa juga ada
hubungannya dengan intensitas atau kualitas suatu bunyi termasuk style, dinamik
termasuk dan ritme. Hal yang akan di teliti dalam hubungan dengan elemen ini
adalah mengulas, pengelompokan, pola tekanan, system birama, standar penulisan
serta hubungan karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan dengan teknik
hubungan tekanan kata dan tekanan musikal. (10) style yang dimaksus style
dalam musik adalah gaya dari satu bunyi atau hasil beberapa kombinasi bunyi,
didalamnya termasuk karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan dengan
teknik membunyikan dan menghubungkan dengan dinamik juga. (11) Timbre
yang dimaksud dengan timbre adalah menerangkan tentang warna suara termasuk
wilayahnya.
Hal ini yang akan diteliti menyangkut warna vocal tunggal, warna
paduan suara, komposisi antara paduan suara dan vokal tunggal, teknik vokal,
Universitas Sumatera Utara
serta warna suara instrument. (12) Motif yang dimaksud dengan motif adalah
sekelompok nada atau bunyi yang memiliki karakter serta membawa ide atau
kesan tertentu. hal yang akan di teliti menyangkut hubungan motif dengan teks.
(13) Form yang dimaksud dengan form adalah kesatuan bentuk musik yang terdiri
dari strukur-struktur yang termasuk dalam penelitian ini menyangkut strukturstruktur melodi seperti tone dan interval motif, frase, kontras, pengulangan,
pengembangan, bentuk bebas.
Dalam melakukan analisis struktur musik pada dasarnya merupakan kerja
analisis berdasarkan ilmu musik, sehingga secara struktural dapat diketahui
dengan jelas.
Dalam hal ini, penulis juga akan memperhatikan struktur musik yang
ditawarkan oleh Wiliam P. Malm17, yang diterjemahkan oleh Rizaldi Siagian yang
mengatakan bahwa beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam
menganalisis melodi adalah: (1) Scale (Tangga nada); (2) Pitch center (nada
pusat), reciting tone (nada singgahan yang dianggap penting; (3) Range (wilayah
nada); (4) Jumlah nada-nada (frekuensi pemakaian nada); (5) Penggunaan
Interval; (6) Pola kadensa; (7) Formula melodi; (8) Melodic contour (Grafik/
kantur melodi).
Untuk membicarakan pendeskripsian dari ritim, analisis bentuk, frase dan
motif-motif; Netll18 menyarankan bahwa pendeskripsian ritim sebaiknya dimulai
dengan membuat daftar harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi
17
Malm, William P. 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East and Asia. (New
Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs, 1977), hal., 15.
18
Nettl Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. (New York: The Free
Press, 1964), hal., 148-150.
Universitas Sumatera Utara
dan menerangkan fungsi dan konteks dari masing-masing nada. Selanjutnya pola
ritim yang sering diulang sebaiknya dicatat.
Untuk mendeskripsikan bentuk, harus berhadapan dengan dua masalah
pokok, yakni: (1) Mengidentifikasikan unsur-unsur musik yang dijadikan dasar
yang merupakan tema dari sebuah komposisi; (2) Mengidentifikasikan
sambungan-sambungan yang menunjukkan bagian-bagian, frase-frase dan motifmotif di dalam sebuah komposisi. 19
Untuk mendukung pembahasan dari aspek musik di atas diperlukan suatu
transkripsi.
Pengertian dari transkripsi oleh Bruno Netll
20
adalah proses
menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi simbol visual. Dalam hal notasi
musik penulis mengacu pada tulisan
Charles Seeger dalam Netll 21, yang mengemukakan bahwa ada dua jenis
notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut: pertama adalah notasi
Preskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus
menyajikan sebuah komposisi musik), selanjutnya dikatakan bahwa notasi ini
merupakan suatu alat untuk membantu mengingat.
Kedua adalah notasi
Deskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca
ciri-ciri dan deteil-deteil komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Teori musik ini di harapkan dapat menuntun dalam menganalisa data-data
dalam thesis ini.
19
Ibid, hal., 148-150.
Ibid, hal., 99.
21
Ibid, hal., 24-34.
20
Universitas Sumatera Utara
1.4.2. Teori Etnomusikologi
Alan P. Marriam dalam buku the antropologi of music menggunakan teori
Etnomusikologi yang menyatakan bahwa music as sound, Music as knowledge,
music behaviour.
Selanjutnya Merriam berpendapat bahwa musik adalah bunyi, sebagai
suatu ekspresi. Apabila ingin memahami musik secara lebih dalam, maka di
perlukan usaha menganalisa bagaimana pengelolaan elemen-elemen bunyi
musikal
serta bagaimana intereksinya sehingga menghasilkan suau amosfir
khusus Music as knowledge.
Musik merupakan suatu pengetahuan yang memiliki sistem dan
metodenya sendiri, baik musik maupun bermusik merupakan perilaku
(behaviour). Musik merupakan perilaku seseorang atau masyarakat 22. Bahwa
musik tidak hanya terdiri atas bunyi melainkan perilaku manusia yang prakondisi
untuk memproduksi
bunyi.
Musik dapat eksis karena kendali dan perilaku
manusia, dan beberapa jenis perilaku terlibat didalamnya salah satu di antaranya
adalah “perilaku fisik” yang ditunjukkan oleh sikap dan postur tubuh serta
penggunaan otot-otot dalam memainkan istrumen dan menegangkan pita suara
dan otot-otot diafragma waktu menyanyi.
22
Merriam Alan.P. The Antropology Of Musik,( Evaston Ill: Northwestern University
Press. 1964), hal ., 20-23.
Universitas Sumatera Utara
Perihal konseptual, proses pembentukan ide, (ideation), atau perilaku
kultural menyangkut konsep-konsep perihal musik yang harus di terjemahkan
kedalam perilaku fisik guna memproduksi bunyi.
Konsep Merriam 23 menunjukkan bahwa ada jiwa dan nilai yang mendasari
musik, yang artinya musik tersebut juga tercermin dalam perilaku dari komunitas
dan budayanya. Dalam hal ini tercermin dalam perilaku penciptaan Koor di
Gereja HKBP. Oleh sebab itu, berati sistem yang di terapkan atau yang terjadi
dalam musik tersebut di pengaruhi oleh perilaku serta corak hidup dari
penciptanya.
Pada bagian lain, Merriam 24 juga menjelaskan bahwa etnomusikologi
merupakan studi musik dalam kebudayaan, ia juga mengemukakan mendapat
Mantle Hood yang menyatakan bahwa etnomusikologi adalah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mempunyai tujuan penyelidikan seni musik fenomena fisik,
pisikologi, estetik dan cultural.
Mantle Hood juga mengemukakan bahwa studi ini diarahkan untuk
mengerti tentang musik yang di pelajari dari segi struktur musik dan juga untuk
memahami musik dalam konteks masyarakatnya. Teori ini kiranya cocok di pakai
dan dikolaborasikan dalam teori musik dalam rangka menemukan struktur musik
adalah bunyi. Teori ini perlu juga untuk mengetahui fungsi dalam hubungan
musik dengan perilaku manusia termasuk di dalamnya soal memahami makna,
peran serta kegunaan.
23
24
Ibid. hal., 5.
Ibid, hal., 7.
Universitas Sumatera Utara
Dalam membahas fungsi ini penulis berpedoman pada teori yang
dikemukakan oleh Merriam 25
yang membagi fungsi musik kedalam sepuluh
fungsi, yaitu: (1) Fungsi Pengungkapan Emosional; (2) Fungsi Penghayatan
Estetis; (3) Fungsi Hiburan; (4) Fungsi Komunikasi; (5) Fungsi Perlambangan; (6)
Fungsi Reaksi Jasmani; (7) Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial; (8)
Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama; (9) Fungsi
Kesinambungan kebudayaan; dan (10) Fungsi Pengintegrasian Masyarakat.
1.4.3. Defenisi Koor
Menurut H. A. Pandopo 26 istilah “koor” ini sebenarnya berasal dari kata
khorusi dalam bahasa Latin atau khoros dalam bahasa Yunani, yang berarti dua
kelompok penyanyi atau penari.
Istilah ini kemudian diambil alih dan digunakan di dalam gereja untuk
menyebutkan dua kelompok penyanyi yang bernyanyi secara berbalas-balasan
dalam ibadah jemaat.
Lambat laun, kelompok penyanyi itu sendiri disebut
menurut istilah tersebut: di Belanda sebagai koor/ zangkoor dan di Inggris sebagai
choir. Dewasa ini, istilah “koor” masih digunakan juga dalam beberapa literatur
tentang musik dan nyanyian gereja.
Dengan demikian, istilah “paduan suara” di dalam bahasa Indonesia cukup
tepat, sebab istilah tersebut lebih menekankan sifat dan karakter kelompok
penyanyi ini. Mereka bukan kelompok penyanyi yang di dalam gereja, harus
bernyanyi silih-berganti dengan jemaat sebagaimana penampilan klasiknya,
25
Ibid, hal., 219-226.
H.A.Pandopo, Menggubah Nyayian Jemaat: Penuntun Untuk Pengadaan Nyayian
Gereja,BPK Gunung Mulia,(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1984), hal., 21.
26
Universitas Sumatera Utara
melainkan juga menekankan perpaduan yang harmonis baik antara suara masingmasing penyanyi yang bernyanyi bersama-sama, serta keseimbangan yang serasi
antara masing-masing kategori/ tipe suara penyanyi (Sopran, Alto, Tenor dan
Bas).
Istilah “paduan suara” merujuk kepada suatu kelompok penyanyi yang
bernyanyi secara bersama-sama. Dari pengertian ini seluruh jemaat yang
bernyanyi pun dapat dikelompokkan sebagai suatu paduan suara. Akan tetapi, di
dalam perkembangan seni suara di Indonesia, istilah paduan suara telah digunakan
secara khusus untuk menyebutkan suatu kelompok penyanyi (biduan) yang
bernyanyi dalam dua jenis suara (sopran dan alto) atau lebih (sopran, alto, tenor
dan bas). Binsar Sitompul 27, salah seorang ahli musik Indonesia, memberikan
batasan bagi istilah paduan suara sebagai suatu himpunan sejumlah penyanyi yang
dikelompokkan menurut jenis suaranya. Jenis suara yang ia maksudkan di sini
adalah jenis suara yang dikenal dan diklasifikasikan dalam ilmu seni suara, yakni
sopran/ mezzo-sopran (jenis suara anak-anak atau jenis suara tinggi dari kaum
perempuan) dan alto (jenis suara yang rendah/ berat dari kaum perempuan), tenor
(jenis suara yang tinggi dari kaum lelaki) dan bas/ bariton (jenis suara yang
rendah/ berat dari laki-laki).
Paduan suara terdapat secara umum di dalam masyarakat umum sebagai
suatu bentuk seni suara yang klasik. Sub bab ini secara khusus membahas paduan
suara yang berkembang di dalam kehidupan gereja sebagai kelompok biduan
dalam rangka peribadahan atau kesaksian gereja ke luar kepada masyarakat umum
27
Binsar Sitompul, Paduan Suara dan Pemimpinnya. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1986), hal., 21.
Universitas Sumatera Utara
kata “gerejawi” menyiratkan eksistensi paduan suara tersebut sebagai suatu
kelompok penyanyi yang berciri kegerejaan. Artinya paduan suara itu memiliki
karakter religius dalam tampilan dan misinya. Dengan kata lain, sifat gerejawi itu
mengharuskan Paduan Suara Gerejawi tunduk pada kriteria-kriteria teologis
(Liturgis).
Sebenarnya dari segi ilmu seni suara, Paduan Suara Gerejawi (PSG) tidak
berbeda dengan paduan suara lainnya di dalam masyarakat. Namun demikian,
yang membuatnya berbeda adalah kekhususannya sebagai paduan suara yang
berciri kristiani atau gerejawi tersebut. Dalam hubungan ini, dapat dikatakan
bahwa “tempat kehidupan” (setting of life) dari PSG adalah di dalam kehidupan
gereja dan tanpa lingkungan kehidupan gereja, suatu PSG tidak dapat hidup. Ia
dibutuhkan di dalam gereja sebagai salah satu kelompok biduan pendukung
ibadah. Nyanyian yang dibawakannya berhubungan erat dengan peribadahan
Kristen atau dengan seluruh ekspresi iman Kristen di dalam gereja itu sendiri
maupun kepada masyarakat luas.
Pada masa-masa tahun 1960-an, banyak orang lebih suka menggunakan
istilah koor atau zangkoor, yang mungkin dipengaruhi oleh kata pinjaman dari
bahasa Belanda, karena pada masa itu istilah “paduan suara” belum populer. Di
samping itu pada masa penjajahan dahulu, istilah “koor” juga digunakan di dalam
partitur nyanyian gereja untuk menandai bagian nyanyian yang harus dinyanyikan
secara bersama-sama oleh seluruh jemaat atau yang harus diulangi oleh para
penyanyi; jadi sama seperti fungsi refrein dalam partitur nyanyian sekarang ini 28.
28
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Di HKBP istilah koor mengacu pada 4 pengertian yaitu koor sebagai
kelompok Paduan suara gereja, koor sebagai partitur (kertas notasi dan teks lagu )
lagu dan koor sebagai judul dari lagu, dan koor sebagai musik vokal.
Pengertian koor sebagai Kelompok Paduan Suara Gereja dapat dilihat dari
kutipan wawancara 29 berikut:
”......ai molo didok antong: koor sian dia do na ro
nuaeng tu hurianta? namarlapatan ma i patuduhon goar ni
parkoor i isarana, koor Maranata, koor parari kamis sian
Medan, koor naposobulung sian Jakarta dohot angka
naasing.....”
Artinya:
”... kalau di tanyakan Koor mana yang datang ke gereja
kita? Itu berarti menunjuk pada nama kelompok koornya
misalnya: koor Maranata, koor parari kamis dari Medan, koor
muda-mudi dari Jakarta dan nama-nama kelompok koor
lainnya.....”
Kutipan diatas menegaskan pengertian koor sebagai sebutan yang
menunjuk pada kelompok koor atau kelompok paduan suara.
Pengertian koor sebagai partitur (kertas notasi dan teks lagu) dapat dilihat
dari kutipan wawancara berikut:
”......jala molo lao pangidohon harotas ni ende manang
buku koor iba, somal do ni dok santabi jo Amang, pinjam jolo
koor muna i. I ma napatuduhon ia koor i marlapatan do i
harotas manang buku namarisi logu ni koor i.....”
Artinya:
”... dan kalau kita hendak meminta kertas koor atau
buku koor, biasanya kita menyebut permisi Pak, boleh pinjam
koornya?. Hal ini menunjukkan kata koor berarti kertas koor
atau buku koor.....”
29
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Pdt. W. Silitonga (Tarutung 23 januari 2011),
Gr. D. Malau ( P.Siantar, 30 Februari 2011, Biv M. Sitorus (Laguboti 19 Januari 2011), Berman
L.Tobing (Tarutung 21 Maret 2011).
Universitas Sumatera Utara
Kutipan diatas menegaskan pengertian koor sebagai sebutan yang
menunjuk pada buku koor, kertas notasi atau partitur koor.
Pengertian koor sebagai judul sebuah lagu dapat dilihat dari kutipan
wawancara berikut:
”......ai molo didok antong koor aha do siendehonon ta
ari minggu on? Na marlapatan ma i patuduhon goar ni ende i
isarana
Arbab,
Nang
Gumalunsang,
Debatakku,
Marsiaminaminan dohot angka naasing.....”
Artinya:
”... kalau ditanyakan Koor apa yang akan kita
nyanyikan hari minggu ini? Hal ini berarti apa judul koor yang
akan dinyanyikan, misalnya: Arbab, Nang Gumalunsang,
Debatakku, Marsiaminaminan dan nama-nama judul koor
lainnya.....”
Kutipan diatas menegaskan pengertian koor sebagai sebutan yang
menunjuk pada judul dari lagu koor.
Pengertian koor sebagai koor sebagai musik vokal dapat dilihat dari
kutipan wawancara berikut:
”......Mansai tabo hian koor ni parJakarta i bah, sai
hira na disurgo nama puang hilalaon ate! Suarani soara sada i
timbo alai jago jala parsoara opat i pe bongor jala boho.....”
Artinya:
”... koor yang dibawakan kelompok koor yang dari
Jakarta tadi benar-benar mantap, saat kita mendengarnya
rasanya bagaikan di surga! Suara satu nadanya tinggi tapi
kokoh sementara suara empatnya rendah tapi sempurna.....”
Kutipan diatas menegaskan pengertian koor sebagai sebutan yang
menunjuk pada koor sebagai suguhan musik ataupun sebagai musik vokal.
Selain pengertian-pengertian diatas masih ada istilah-istilah lainnya yang
berkaitan dengan “koor” yaitu “Parkoor” yang berarti kelompok atau orang yang
menyanyikan koor; “Markoor” yang merupakan kata kerja dari kata “koor” dan
Universitas Sumatera Utara
yang berarti latihan koor, kata “Markoor” juga sering disebut dengan kata
“Margurende” yang berasal dari kata “Marguru” (belajar atau Berlatih) dan kata
“Ende” (nyanyian), jadi pengertian “Margurende” 30 adalah berlatih koor.
Dalam konsep jemaat HKBP sendiri ada sebutan khusus untuk pembagian
suara / jenis suara, seperti : “suara satu” untuk menyebut Jenis suara sopran baik
untuk formasi koor gabungan (Sopran, Alto,Tenor, dan Bas atau 4 Suara) maupun
untuk kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran dan Alto) serta untuk
menyebut suara tenor 1 untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2, Bariton dan
Bas); “suara dua” untuk menyebut Jenis suara alto pada koor gabungan dan suara
mezzo sopran pada kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran dan Alto) serta
untuk menyebut suara tenor 2 untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2,
Bariton dan bas);
“suara tiga” untuk menyebut Jenis suara tenor pada koor
gabungan dan suara alto pada kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran
dan Alto) serta untuk menyebut suara baritone untuk kelompok koor pria (Tenor
1, Tenor 2, Bariton dan bas); dan “suara empat” untuk menyebut Jenis suara bas
pada koor gabungan dan suara untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2,
Bariton dan bas).
Istilah kelompok koor wanita (ibu-ibu) disebut “Parari Kamis” yang
secara harafiah berarti “Berhari Kamis”.
Kata “Parari Kamis” ini berlatar
belakang dari kebiasaan kelompok koor ibu-ibu Gereja HKBP yang pada
30
Walaupun Kata “Margurende” berarti berlatih nyanyian, akan tetapi di gereja HKBP
tidak pernah disebut kata “Parende” (Penyanyi) kepada anggota atau kelompok koor melainkan
kepada penyanyi diluar konsep kata “Koor” (misalnya kepada penyanyi solo atau Vokal grup baik
itu penyanyi gereja maupun penyanyi diluar gereja atau sekuler). Sedangkan kata “Parkoor” atau
“Pargurende” biasanya dikenakan kepada orang atau kelompok koor di gereja.
Universitas Sumatera Utara
umumnya berlatih koor pada hari Kamis. Istilah “Parari Kamis” ini hanya
disebut kepada kelompok koor ibu-ibu.
Istilah kelompok koor pria (kaum bapak) disebut “Mannen koor” yang
secara harafiah berarti “koor pria”. Istilah “Mannen koor” ini hanya disebut
kepada kelompok koor pria.
Istilah lainnya adalah “Koor Gabungan”. Istilah ini mempunyai beberapa
pengertian seperti menyatakan dua atau lebih kelompok koor yang dalam
penyajiannya sama-sama menyanyikan koor yang sama; baik itu sesama
kelompok koor wanita ataupun pria dan penggabungan antara kelompok wanita
dan pria. Istilah “Koor Gabungan” ini juga sering disebut dengan “Gemende
Koor”.
Apabila kelompok-kelompok koor baik dari kelompok koor satu gereja
ataupun dari beberapa gereja digabungkan dan sama-sama menyanyikan satu atau
lebih koor, sering disebut dengan istilah “Koor Raksasa”.
1.4.4. Pengertian Syair Lagu
Di dalam kamus musik 31 M.Soeharto mengemukakan syair adalah teks,
atau kata–kata lagu, dengan kata lain suatu komposisis puisi yang sering
dilakukan oleh pencipta music. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna
maupun tujuan dari sebuah komposisi music, karena syair merupakan inti dari
sebuah lagu. Dan menurut Badudu-Zain 32, syair atau teks adalah kata-kata yang
31
M. Soeharto. Kamus Musik. (Jakarta: PT. Grasindo, 1992), hal., 131.
Zain Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996), hal., 1455.
32
Universitas Sumatera Utara
asli dibuat sipengarag lagu. Sigmund Freud dalam Migdolf 33 mengemukakan
bahwa syair lagu adalah kata-kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut serta
diurapi oleh lidah. Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi
music melalui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu.
Atas dasar itu, penulis melakukan analisis yaitu struktur dari syair secara detail
yang dalam hal ini antara lain berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya
bahasa yang dipergunakan dalam lagu tersebut.
1.5. METODE PENELITIAN
1.5.1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kulitatif. Lexi. J.
Moleong 34 mengatakan : “ Metode Kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan, yang pertama : menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua : metode kulitatif menyajikan
secara langsung hakekat hubungan antar peneliti dan responden, dan ketiga :
metode kulitatif ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi. Pada
penelitian kualitatif, teoritis dibatasi pada pengertian : suatu pernyataan sistematis
berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali
secara empiris”.
Bogdan & Biken 35 menggunakan istilah paradigma. “ Paradigma
diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut
33
Migdolf, 2002, hal., 52.
Lexy J. Moeloeng . Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda, 1984), hal., 5.
35
Ibid. hal., 30.
34
Universitas Sumatera Utara
bersama, konsep atau proposisi yang mengutarakan cara berpikir dan cara
penelitian”. Orientasi teoritis mengarahkan pelaksanaan penelitian itu atau
memamfaatkanya dalam pengumpulan data dan analisais data. Teori membantu
penulis dalam menghubungkan dengan data. Maka teori yang digunakan oleh
penulis dalam menunjang pendekatan kualitatif ini adalah teori fenomenologis
yang artinya berusaha memahami arti peristiwa kaitan-kaitannya terhadap orangorang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
Untuk mencapai tujuan dalam tulisan ini, penulis menggunakan dua
metode yaitu : metode literatur dan metode wawancara. Metode literatur adalah
metode yang menggali thesis ini melalui buku-buku, majalah, surat kabar, kamus,
dan artikel-artikel lainnya.
Metode wawancara dengan Tanya jawab penulis
dengan orang-orang yang mengetahui sedikit banyaknya mengenai koor dan para
komponis pencipta koor, hal ini dilakukan penulis guna menambah pengetahuan
dan melengkapi atau membantu metode literatur.
1.5.2. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data/ informasi dalam penulisan karya ilmiah ini
penulis melakukan wawancara lagsung kepada para komposer pencipta lagu/ koor
yang sudah ditentukan sebagai informan. Dalam hal ini penulis bertindak sebagai
instrument untuk mengumpulkan data dari lapangan dan peneliti berperan sebagai
pengamat penuh dalam penelitian ini, serta kehadiran peneliti diketahui statusnya
sebagai peneliti oleh subjek atau informan dan surat izin keterangan meneliti yang
diterbitkan oleh kampus untuk mengadakan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan informan tambahan penulis mewawancarai beberapa orang
warga jemaat HKBP yang sudah terdaftar sebagai jemaat dan memiliki
pengetahuan mengenai koor di Gereja HKBP.
1.5.3. Sumber Data
Lof land 36 mengatakan : “Sumber data utama dalam penelitian kulitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya ada data tambahan seperti dokumen”.
Sesuai dengan penelitian ini penulis memperoleh sumber data dari :
a.
Kata-kata dan tindakan yaitu, dari wawancara yang merupakan sumber data
utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
rekaman Video/Audio Tapes, pengambilan foto atau film.
b.
Sumber tertulis yaitu, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis
dapat dibagi atas : partitur koor, sumber buku, majalah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi dan artikel-artikel yang lain.
c.
Foto yang dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena
dipakai dalam berbagai keperluan.
d.
Data Statistik
Penulis menggunakan data statistik yang tersedia sebagai sumber data
tambahan bagi keperluannya, Misalnya statistik warga jemaat HKBP
1.5.4. Prosedur Pengumpulan Data
36
Lof land dalam Lexy J. Moeloeng . Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda,
1984), hal., 47.
Universitas Sumatera Utara
Lof Land 37 Mengatakan dalam penelitian kulitatif ini penulis harus
mengumpulkan data dengan menggunakan observasi partisipan, wawancara
mendalam dan dokumentasi. Dalam rekaman data terdapat dua dimensi yaitu
fidelitas dan struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari
lapangan disajikan yaitu dengan memakai instrument Audio dan Video yang
memiliki Fidelitas yang kurang. Sedangkan penulis juga menggunakan dimensi
struktur yang menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi yang dilakukan
penulis secara sistematis dan struktur.
1.5.5.Analisis Data
Analisis data, menurut Patton 38 adalah: “mengatur urutan data,
mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar”.
Taylor 39 mendefenisikan : “Analisis data merupakan proses yang merinci usaha
secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa (ide), seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada
tema dan hiportesis itu”. Maka dari pendapat diatas penulis menggunakan teori
tersebut dengan menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama-tama
mengorganisasikan data yaitu data yang terkumpul yang terdiri dari catatan
lapangan dan komentar penelitian gambar. Foto, dokumen berupa laporan,
biografi, artikel, dan sebagainya.
Pekerjaan penulis dalam menganalisis data ini adalah mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan memberikan kode, dan mengkategorikannya.
37
Ibid.
Ibid.
39
Ibid.
38
Universitas Sumatera Utara
Pengorganisasiannya dan pengelolaan data dilakukan untuk menemukan tema dan
hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansi. Analisis data
dilakukan penulis dalam suatu poses-proses berarti pelaksanaannya sudah mulai
sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah
meninggalkan lapangan.
Setelah melakukan langkah ini penulis menganalisis hasil wawancara
dan hasil analisis awal dari teks dan struktur musik dari sampel lagu yang dipilih
guna membuat analisis akhir yang kemudian menghasilkan satu kesimpulan.
Pengecekan Keabsahan Data
Dalam teknik pengecekan keabsahan data penulis menggunakan teknik
triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Penulis menggunakan
teknik triangulasi sesuai dengan teori Patton mengatakan trigulasi sesuai dengan
sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kulitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan :
(1)
Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara
(2)
Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi
Universitas Sumatera Utara
(3)
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
(4)
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan
menengah
atau
tinggi,
orang
berada,
orang
Pemerintahan.
(5)
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
1.5.6. Tahap -Tahap Penelitian
Bogdan 40 mengatakan 3 tahap penelitian yakni :
(1)
Pralapangan
(2)
Kegiatan Lapangan
(3)
Analisa intensif ( analisa data)
Sesuai dengan teori Bogdan maka, sebelum penulis terjun ke
lapangan penelitian ada tahap-tahap yang penulis lakukan yakni :
A. Tahap Pra lapangan
Dalam tahap pralapangan ada enam kegiatan yang harus
dilakukan penelitian pada tahap ini yaitu :
a.
Menyusun rancangan kualitatif paling tidak, latar belakang masalah
dan pelaksanaan penelitian, kajian pustaka dan lain-lain.
40
Bogdan dalam Lexy J. Moeloeng . Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda,
1984), hal., 47.
Universitas Sumatera Utara
b.
Memiliki lapangan penelitian, Bogdan menyatakan bahwa pemilihan
lapangan itu harus ditentukan dulu sebelum peneliti terjun ke lokasi.
c.
Mengurus perizinan, penelitian harus mengurus izin dari siapa saja
yang berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan
penelitian.
d.
Menjejaki dan menilai keadaan lapangan
Tahap ini merupakan tahap bagaimana penelitian masuk lapangan
dalam arti mulai mengumpulkan data yang sebenarnya. Jadi. Tahap
ini haruslah penulis berorientasi kelapangan, namun dalam hal-hal
tertentu telah menilai keadaan lapangan.
Penjajakan dan penilaian lapangan penulis lakukan terlebih dahulu
dari kepustakaan atau mengetahu melalui dari orang dalam tentang
situasi dan kondisi daerah tempat penelitian penulis.
Sebelum
menjajaki lapangan terlebih dahulu penulis mempunyai gambaran
umum tentang geografi, sejarah, pendidikan, mata pencaharian, yang
membantu penulis dalam penjajakan.
e.
Memiliki dan memamfaatkan informan
Informal adalah orang dalam pada latar penelitian fungsinya sebagai
“ Informan” yang memberikan informasi bagi penulis tentang situasi
dan kondisi latar penelitian.
f.
Menyiapkan perlengkapan penelitian
Penulis menyiapkan perlengkapan penelitian yang diperlukan.
Sebelum penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan
penelitian, kontrak daerah yang menjadi latar penelitian melalui
Universitas Sumatera Utara
orang yang dikenal atau jalur lainnya. Hal- hal yang perlu juga
dipersiapkan oleh peneliti misalnya alat tulis, seperti ball point,
kertas, buku catatan, map, klip, kartu, alat perekam seperti tape
recorder, video cassette recorder dan kamera foto.
Yang paling
penting lagi adalah rancangan biaya penelitian tidak akan dapat
terlaksana.
Dan pada tahap analisis data perlengkapan yang
dibutuhkan antara lain kalkulator, computer, map, kertas polio
ganda, dan kertas bergaris.
g.
Persoalan etika penelitian
Ciri utama penelitian kualitatif adalah orang sebagai alat yang
mengumpulkan data. Dalam pengamatan berperan serta, wawancarawawancara pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Seluruh
metode ini menyangkut hubungan penelitian dengan orang yang
dijadikan informal. Maka dalam hubungan ini akan timbul persoalan
etika dalam penelitian, apabila penelitian tidak dihormati, memahami
dan menghargai informannya.
1.5.7. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap pekerjaan terdiri dari 3 bagian yang harus peneliti laksanakan:
(1) Memahami Latar Penelitian
Dalam memahami latar penelitian ada hal-hal yang perlu dilakukan :
a.
Pembatasan
latar
penelitian,
untuk
memasuki
pekerjaan
lapangan, penelitian perlu memahami latar penelitian terlebih
dahulu.
Universitas Sumatera Utara
b.
Penampilan, penampilan yang dimaksud adalah penampilan
penelitian itu sendiri harus disesuaikan dengan kebiasaan adat,
tata cara, dan kultur latar penelitian.
c.
Pengenalan
hubungan
penelitian
dilapangan
penelitian
memamfaatkan pengamatan pada tahap ini, maka hendaknya
penulis menjaga hubungan akrab antara subjek dan penelitian
dapat dibina.
d.
Jumlah waktu studi, penulis harus berpegang pada tujuan,
masalah dan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Waktu studi
tidak boleh berkepanjangan karena akan menambah biaya
penelitian bagi penulis.
(2) Memasuki Lapangan
a.
Keakraban
hubungan,
sikap
penelitian
hendaknya
pasif,
hubungan yang perlu dibina tidak ada dinding pemisah diantara
penelitian dan subjek yang sudah ditentukan.
b.
Mempelajari bahasa, jika penelitian berasal dari latar yang lain,
penelitian harus mempelajari bahasa yang digunakan oleh orangorang yang berda pada latar penelitian.
c.
Peran peneliti, sewaktu ada pada penelitian, peneliti akan terjun
kedalamnya dan akan ikut berperan serta didalamnya.
(3) Berperanserta mengumpulkan Data
Dalam tahap ini penulis melaksanakan hal-hal sebagainya:
Universitas Sumatera Utara
a.
Pengarahan Batas Studi, pada waktu menyusun usul penelitian
batas studi telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan
penelitian.
b.
Mencatat data, penulis menggunakan catatan lapangan (Field
notes). Yang merupakan catatan hasil pengamatan. Wawancara,
atau menjelaskan kejadian tertentu.
1.6. Sistimatika Penulisan
Bab I merupakan Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah,
Pokok Masalah dan Tujuan Penelitian, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penulisan, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori ( Teori Musik, Teori
Etnomusikologi, , Defenisi Koor dan Pengertian Syair Lagu), dan Metode
Penelitian, (Pendekatan Penelitian, Kehadiran Peneliti, Sumber Data, Prosedur
Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap -Tahap
Penelitian, Tahap Pekerjaan Lapangan, dan Sistimatika Penulisan)
Bab II membahas tentang HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN
(HKBP) yang membahas:
Sejarah Berdirinya HKBP, Sejarah Terbentuknya
Paduan Suara Gerejawi, Sejarah Masuknya Musik Gereja dalam Konteks Misi
Gereja Batak,
Perkembangan Musik dalam Gereja HKBP (1930-1980) dan
Perkembangan Musik dI Gereja HKBP (1980-2000).
Bab III membahas Sejarah Koor di Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP) yang meliputi: Sejarah koor di HKBP Tahun 1861-200-an, Kumpulan
Koor Yang Menjadi Buku Haluaon na Gok HKBP, Keberadaan Koor Dalam
Peribadahan HKBP, Koor Dalam Peribadahan Di Gereja HKBP, Koor Dalam
Universitas Sumatera Utara
Peribadahan Gereja HKBP Dalam Upaya Menuju Liturgi Kontekstual serta Koor
Dalam Kurikulum Pendidikan Di HKBP, Daftar Judul Koor Di HKBP.
Bab IV
membahas Fungsi Koor Dalam Ibadah Minggu Di Gereja
HKBP, yang meliputi: Pengertian Ibadah Minggu, Tujuan Kebaktian Minggu,
Makna Filosifis Dan Teologis Dari Liturgi Ibadah HKBP, Deskripsi Pelaksanaan
Ibadah Minggu, Ibadah Minggu Pada Kebaktian Biasa, Liturgi Alternatif Ibadah
Minggu, Fungsi Koor Di HKBP.
Bab V membahas Kajian syair koor yang meliputi: Riwayat Lagu Dan
Pencipta, Analisis Syair dan Struktur Literatur dari tujuh lagu yang di analisis.
Bab VI Membahas kajian Struktur Musik yang menyangkut Bentuk
dan struktur lagu yang meliputi: Frase, Melodi, Motif, Kontur Melodi, Tangga
Nada, Ambitus, Harmoni, Progresi akord, Kadens, Tempo, Tekstur, Tipe lagu,
Kaitan antara syair dan lagu.
Bab VII merupakan Bab penutup berupa Kesimpulan dan Saran.
Universitas Sumatera Utara
Download